ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMAK ( UNSUR INSTRINSTIK ) CERITA FILM ‘SINBAD: THE LEGEND OF SEVEN SEAS ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu
al-baḥri al-sab’ati / PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
TAHUN AJARAN 2011 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI SARJANA
D I S U S U N OLEH :
SAIDAH FARHANAH
080704021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA ARAB
ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMAK ( UNSUR INSTRINSTIK ) CERITA FILM ‘SINBAD: THE LEGEND OF SEVEN SEAS ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu
al-baḥri al-sab’ati / PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
TAHUN AJARAN 2011 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI SARJANA
Dr. Khairina Nasution, M.S Hamdan Noor.Lc,
NIP. 19621104 198703 2 002 NIP.
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
dalam bidang Ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN
Disetujui oleh :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN SASTRA ARAB
Ketua, Sekretaris,
Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D Dra. Fauziah, M. A
PENGESAHAN :
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu
syarat ujian Sarjana SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Ilmu Budaya
USU Medan
Pada :
Tanggal :
Hari :
FAKULTAS ILMU BUDAYA USU Dekan,
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D ( )
2. Dra. Fauziah, M.A ( )
3. Dr. Khairina Nasution, M.S ( )
4. Hamdan Noor L.c ( )
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, November 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulil lahi Rabbi al-‘ālamīn, segala puja-puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam atas segala karunia dan rahmat-Nya kepada penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada manusia pilihan, kekasih Allah
SWT, Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak
Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi segenap umat.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan memenuhi persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara, maka penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul
Analisis Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven
Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang
disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman penulis yang sangat terbatas.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, November 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Teristimewa kepada Ayahanda H.M.Nasir.Sahib dan Ibunda tercinta Sultanunnisa
Maricar yang setiap saat mencurahkan kasih berupa dukungan moril serta materiil
dan kasih sayang serta doa restu kepada penulis selama menjalankan studi dari awal
hingga akhir penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr. Syahron Lubis, M.A., serta
Pembantu Dekan I,II dan II yang telah memberikan kesempatan dan Fasiltas kepada
peneliti untuk mengikuti Pendidikan Program Sarjana di Fakultas Ilmu Budaya
USU.
3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, dan ibu
Dra. Fauziah, M. A. selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab, Fakutas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Khairina Nst, M.Sc,selaku Dosen Pembimbing I dan Ustad Hamdan.Noor.
L,C . Selaku dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu
dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
5. Bapak Alm. Usman Serawi Idris ,LC selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan
perkuliahan di Program Studi Sastra Arab, Fakutas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara ini.
Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan
serta Sdr.Andika sebagai staf tata usaha di Program Studi Sastra Arab.
7. Abanganda tersayang Khalid Abrar sahib S.Pdi dan Muhammad Noor Sahib. SH.
Serta Kakanda tercinta Ruqaya Nisa S.Psi dan Rika Suryana Surbakti SH yang telah
memeberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat- sahabat terbaik yang pernah saya miliki Nurul Saragih, Ratu Bulan
Haspina S.S , Nurul Ummi S.S , Hidayati , Lya Fitri daud Lubis.
9. Terimakasih Kepada Seluruh Kawan-kawan Angkatan 2008 , Rimtah Andalusia,
Ibnu sina Lubis,Ahmad Zukhri Siregar, Sutan Gembira , Chairunnisa Panjaitan,
Aman Syahputra dan Taufik Hdayat atas segala dukungan dan canda tawanya .
10.Adinda Tersayang Nursyazwani Mahfuzah Yusuf yang senentiasa Menyemangati
penulis dalam penulisan skripsi ini.
11.Sahabat Terdekat dihati penulis Fadhli Rahmat Maricar yang senantiasa
mendukung dan memberi masukan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
12.Adik-Adik Mahasiswa Fakulitas Ilmu budaya Program Studi Bahasa Arab stambuk
2011 yang telah bersedia meluangkan waktunya demi terlaksananya penelitian
untuk skripsi ini.
13.Terma Kasih Kepada Adik-adik Senior Putri Dina Sofiana, Citra Gandini Putri dan
seluruh adik-adik yang senantiasa menyemangati penulis.
14.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan
bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. Terima kasih untuk segalanya.
Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT akan
membalas semua kebaikan yang telah dilakukan.
Medan, 20 November 2013
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
ABSTRAK ... vii
4.3 Jawaban Pertanyaan Penelitian ... 28
BAB V PENUTUP ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
5.2 Saran ... 29
DAFTAR TABEL
4.1.a Hasil Kemampuan Menyimak ( Unsur Intrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven
Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati /
4.1.b Persiapan Perhitungan Nilai Rata-rata kemampuan menyimak unsur Intrinstik film Sinbad:
The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati /
4.1.c Persiapan Mencari Persentase Nilai Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film
‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi
berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ﺍ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
bawah)
ﺽ Dad ḍ de (dengan titik di
bawah)
ﻁ Ta ṭ te (dengan titik di
bawah)
ﻅ Za ẓ zet (dengan titik di
bawah)
ﻉ ‘Ain ‘ koma terbalik (di atas)
ﻍ Gain G Ge
ﻑ Fa F Ef
ﻕ Qaf Q Ki
ﻙ Kaf K Ka
ﻝ Lam L El
ﻡ Mim M Em
ﻥ Nun N En
ﻭ Waw W We
ﻫ Ha H Ha
ء Hamzah ` Apostrof
ABSTRAK
Saidah Farhanah, 2013. Analisis Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kemampuan Menyimak
(unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Teori yang digunakan adalah metode deskriptif dan
sampel berjumlah 22 orang. nilai rata-rata 80,1. skor paling tinggi dengan Kategori Baik
Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),. Kemudian Skor yang dikategorikan baik
adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan cukup adalah skor 65 ( 6 orang ), skor 60
( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan sangat rendah adalah 55 ( 1 Orang ) dan
48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis peroleh, skor tertinggi sebesar 90, dan skor
terendah 48. Persentase kategori nilai mahasiswa terdiri dari 18,1 % baik sekali ( A ), 45,4%
ABSTRAK
Saidah Farhanah, 2013. Analisis Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kemampuan Menyimak
(unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Teori yang digunakan adalah metode deskriptif dan
sampel berjumlah 22 orang. nilai rata-rata 80,1. skor paling tinggi dengan Kategori Baik
Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),. Kemudian Skor yang dikategorikan baik
adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan cukup adalah skor 65 ( 6 orang ), skor 60
( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan sangat rendah adalah 55 ( 1 Orang ) dan
48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis peroleh, skor tertinggi sebesar 90, dan skor
terendah 48. Persentase kategori nilai mahasiswa terdiri dari 18,1 % baik sekali ( A ), 45,4%
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang
(arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan
berinteraksi (Sumarsono, 2004: 18). Bahasa juga berfungsi sebagai alat yang digunakan
seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaannya kepada orang lain.
Dengan bahasa manusia bisa membentuk masyarakat dan peradaban. Andai kata tidak ada
bahasa, maka dia tidak akan dapat melakukan hal tersebut di atas. Atas dasar inilah maka
sangat wajar bila kita mengatakan bahwa semua aktivitas yang kita lakukan sepanjang hidup
kita selalu membutuhkan bahasa. Bahasa Arab merupakan bahasa dinamik, bahasa yang kaya
akan kaidah, struktur, dan kosakata.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang semakin diminati oleh banyak
orang. Di Indonesia pun bahasa ini mulai dipelajari, terlebih lagi bahwa mayoritas
masyarakatnya beragama Islam, yang memiliki kitab Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa
Arab. Kebanyakan orang belajar lebih dari satu bahasa. Seseorang mungkin dapat
mengetahui atau belajar dua bahasa atau lebih dari permulaan hidupnya. Yang lebih terbiasa
ialah bahwa dia belajar bahasa kedua atau bahasa asing sesudah sistem bahasa pertamanya
mantap.
Rajiman dalam (Tarigan 1986 :1) membagi keempat keterampilan berbahasa menjadi
kepada keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Keempat aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan
menyimak merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki seseorang apabila ingin
berhasil dalam belajar.
Menyimak dalam proses berbahasa merupakan keterampilan pemula yang harus
dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari suatu bahasa. Keterampilan ini memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Hal ini
dipertegas oleh Dawson sebagaimana yang di kutip oleh Tarigan (1986:1) bahwa melatih
keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir. Dan Menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Setelah
mendengarkan dengan penuh pemahaman maka akan dapat memahami sebuah cerita.
Film merupakan serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak, gambar
objek itu memperlihatkan suatu seri gerakan atau moment yang berlangsung secara terus
menerus, kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dengan memutarnya dalam kecepatan
tertentu sehingga menghasilkan suatu gambar hidup. (http//wikipedia)
Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1990 : 242) Film
dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis
berbaha
kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan
sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid
tipis dalam bentuk gambar negatif. Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam
media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media
Malam. Film ini merupakan film drama animasi yang diproduksi oleh Dreamworks
Animation Amerika dan disutradarai oleh Jill Hopper. Film tersebut berdurasi 85 menit
menceritakan seorang awak kapal bajak laut yang bernama Sinbad Berikut adalah penggalan
dialog yang terdapat dalam film Sinbad : The legend of Seven seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) /
/`istayqiẓī yā jamīlatī, hāżā waqtu an-nuhūri, `innahu yawmun jadīdun wa ‘ālamu al-basyari fī as-salāmi lakin lā yaṣilu al-waqtu aṭṭawīlu. `unẓurī `ilayhim ‘indamā `uḥāriku khayṭan wāḥidan sawfa yaqa’u wa ‘alāmuhu fī fawḍā, al-fawḍā al-majīdati wa māżā yumkinu `an
yakūna `arwa`a min hāżā? An-nīru an-naẓīfu tanzilu lā yuqaddaru bi aṡ-ṡamani wa al-laṣṣu
`awadu al-qalbi. Sayakūnu hāżā mudhisyan. Cetus, `anta ta’rifu mā al-‘amalu, litabda`u al-`āna/
‘Bangunlah wahai kesayanganku, sudah siang dan masuk hari yang baru. Dunia manusia
dalam kedamain namun itu tidak akan berlangsung lama. Lihatlah mereka ketika aku hanya
menggerakan satu benang yang kecil maka dunia mereka akan hancur dalam kekacauan,
kekacauan yang mulia,Dan apakah ada yang lebih sempurna dari ini ? Disana ada seorang
pangeran yang berhati mulia serta meiliki harta yang tak ternilai dan seorang pencuri yang
berhati hitam. Oh,ini akan menjadi suatu hal yang sangat meyenangkan.Cetus, kamu tahu apa
yang harus kamu kerjakan’
Pada penggalan dialog diatas terdapat dialog yang diucapkan oleh seorang tokoh
Antagonis yan berusaha untuk menguasai dunia dengan cara mengintai kitaab perdamaian
Aspek mendengar merupakan salah satu aspek yang menarik perhatian peneliti untuk
melakukan penelitian ini. Kemampuan menyimak isi cerita yang merupakan salah satu
bentuk implementasi dari hasil belajar Bahasa Arab, di dalam prakteknya mendengar dan
memahami membutuhkan penguasaaan komponen-komponen dalam Bahasa Arab.
Dalam menyimak Bahasa Arab sering kali ditemukan berbagai hambatan karena
kurang mampunya mahasiswa untuk memahami dengan baik teks atau dialog berbahasa arab.
Kesulitan tersebut dapat berupa memahami tema, alur cerita, penokohan,latar cerita dan
amanat yang merupakan suatu hal yang cukup abstrak yang dinilai oleh peneliti sehingga
menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Mahasiswa Program Studi
Sastra Arab USU Tahun Ajaran 2011 dalam Menyimak isi cerita dalam film “Sinbad: The
legend of Seven Seas (ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) /Synbād aṭūzatu al- baḥri al-sab’ati/
1.2Rumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan yang diteliti, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Kemampuan Mahasiswa Program Studi Bahasa arab Universitas
Sumatera Utara Tahun Ajaran 2011 menyimak isi cerita ( unsur Instrinstik ) film
“Sinbad: The Legend of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) /Synbād aṭūzatu al- baḥri al-sab’ati/?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui Kemampuan mahasiswa Program Studi
Bahasa Arab stambuk 2011 menyimak isi cerita ( unsur Intrinstik ) pada film’ Sinbad:
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain :
a. Dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan teori kebahasaan terutama yang
berhubungan dengan menyimak unsur instrinstik dari suatu cerita.
b. Menjadi sumbangan informasi dan pikiran bagi lembaga, yaitu mengenai faktor
penyebab kesulitan mahasiswa dalam mempelajari menyimak bahasa arab, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar menyimak bahasa arab sebagai
langkah kemajuan bagi lembaga tersebut khususnya program studi bahasa arab.
c. Menjadi khasanah perbendaharaan hasil penelitian yang sudah ada, khususnya di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan
Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan
sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,
hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50%. Kemampuan menyimak pun sangat
penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi.
Kemampuan Adalah kata yang juga mendapat imbuhan ke-an, dengan kata dasar mampu
yang berarti sanggup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamisa ( 1977: 523 ) bahwa ‘
Kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu.
Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan
bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan
serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung
dalam pesan lisan yang didiengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan
(1990:58) menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan
kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si
pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat
yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses
menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai
gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni
menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan,
menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.
Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat
Anak kecil yang mulai belajar berbahasa dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang
didengarnya,belajar menirukan,kemudian mencoba untuk menerapkannya dalam
pembicaraan. Setelah masuk sekolah,anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau
bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini,anak sudah mulai
menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa
lisan maupun bahasa tulisan,dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan
melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
2.2 Pengertian Menyimak
Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan
sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,
hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50%. Kemampuan menyimak pun sangat
penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi.
Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan
bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan
serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung
dalam pesan lisan yang didengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1990:58)
menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan kegiatan
lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si
pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat
yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses
menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai
menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.
Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat
esensial,sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa.
Anak kecil yang mulai belajar berbahasa dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang
didengarnya,belajar menirukan,kemudian mencoba untuk menerapkannya dalam
pembicaraan. Setelah masuk sekolah,anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau
bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini,anak sudah mulai
menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa
lisan maupun bahasa tulisan,dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan
melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Pengertian menyimak menurut Tarigan (1987:28) Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian,pemahaman,apresiasi,serta interpretasi untuk memperoleh informasi,menangkap isi
atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan. Dan pengertian menyimak menurut Djago Tarigan (1986)
Menyimak dapat dikatakan mencakup menden gar,
mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur
kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat. Dalam kehidupan
sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak sadar perbuatan
menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Menyimak dilakukan untuk
memperoleh informasi,menangkap isi atau pesan,dan memahami komunikasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1988: 840 ) “ Menyimak adalah
Menurut Achsin ( 1981 : 3 ) mengatakan :
Menyimak tergolong kegiatan mental yang kreatif lebih aktif daripada mendengar. Di
dalamnya terdapat proses mental ( psikis ) dalam strata, Mulai dari Proses mengidentifikasi
bunyi, proses penyusunan pemahaman dan penafsiran sampai ke proses penggunaan dan
penyimpanan bunyi yang diterima itu.
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan.
Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa“tujuan utama menyimak adalah
menangkap,memahami,atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan
simakan (Tarigan,1991:4). Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk
memperoleh informasi,menangkap isi,serta memahami makna komunikasi yang hendak
disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan
umum.Disamping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus,yang menyebabkan
adanya aneka ragam menyimak.
Berdasarkan Pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diucapkan
oleh si penutur untuk memperoleh ide, atau pesan yang akan disampaikan kepada si
pendengar. Selama ini mungkin orang beranggapan bahwa proses mendengar dengan
mendengarkan mungkin sama saja yaitu sama-sama untuk mendengarkan pembicaraan
orang lain. Tetapi dalam hal ini dibedakan proses mendengar dan mendengarkan.
Perlu diketahui sebagai penambah cakrawala pengetahuan bahwa para pakar
mengkatkan atau memperkirakan 85% dari apa yang diketahui insan manusia berasal dari
hasil menyimak. Tetapi yang diingat bahwa menyimak hanya kira-kira 20% dari yang
didengar. Banyak orang yang tidak memahami bahwa menyimak itu sama aktifnya dengan
berbicara dalam beberapa hal menyimak itu jauh lebih rumit dan sulit.
mendengar. Didalamnya terdapat proses mental (psikis) dalam berbagai strata, mulai dari
proses mengidentifikasi bbunyi, proses penyusunan pemahaman dan penafsiran sampai ke
proses penggunaan dan penyimpanan bunyi yang diterima itu.
Menyimak menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran serta imajinasi dari sang
penyimak. Sang penyimak tidak hanyak memusatkan perhaiannya pada kata-kata yang
diucapkan itu sendiri teapi juga pada nada-nada ucapan sang pembicara. Pola-pola Infleksi
bahasa yang dipakai, dan lambang-lambang non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan atau
mimik. Para penyimak yang dianggap akan hal-hal seperti itu jelas akan lebih mudah
menangkap dan memahami ide-ide si pembicara.
2.2.1 Jenis – Jenis Menyimak
Secara garis besar Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni:
A. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan
sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya
di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu
dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas,
umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat
dibagi menjadi empat
1. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya
Contoh : Achank sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di
teras dengan tetangganya.
2. Menyimak estetik
Menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya,
lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara
imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku
3. Menyimak pasif
Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai upaya penyimak.
Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai
berkomunikasi menggunakan bahasa asing.
4. Menyimak sosial
Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol,
bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak
satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian
yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang
dikemukakan atau dikatakan orang.
B.Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Jenis menyimak seperti ini
dibagi atas beberapa jenis, yaitu :
1. Menyimak kritis
Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan.
Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara.
selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan
setelah selesai menyimak.
3. Menyimak penyelidikan
Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan
tujuan menemukan;
• Hal-hal baru yang menarik,
• Informasi tambahan mengenai suatu topik,
• Isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik
4. Menyimak kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak
dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia
berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
5. Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang
disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari
pembicara dapat diterima dengan baik.
6. Menyimak selektif
Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan menampung
aspirasi dari penutur / pembicara dengan menyeleksi dan membandingkan hasil
simakan dengan hal yang relevan.
2.3 Drama
Jenis (genre) sastra adalah mata rantai yang menghubungkan karya sastra individual
dengan kesemestaan. Akibatnya, pembaca sering memberi makna pada sebuah teks menurut
harapannya dan pemahaman tentang sistem konvensi yang dianggap ada pada karya tertentu”
(Scholes, 1974:128). Menurut Waluyo (2006:2) “drama berasal dari bahasa yunani draomai
menyebutkan bahwa drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang
dipertunjukan didepan orang banyak.
Pengarang menulis drama itu dengan membayangkan action dan ucapan para aktor di atas
panggung. Jadi, dialog dan action itu adalah bagian yang sangat penting. Dengan demikian,
setiap usaha analisis drama harus dilandasi kesadaran bahwa sebuah karya drama memang
ditulis untuk dipentaskan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tambayong (Addin 2009: 9)
menyatakan bahwa “drama adalah cerita yang unik. Ia bukan hanya untuk dibaca, melainkan
untuk dipertunjukkan sebagai tontonan”.
Tarigan(1984:71) Mengatakan bahwa
prosa disusun buat pertunjukan dan dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau tokoh
suatu cerita dengan gerak dan biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik beberapa hal
berdasarkan cerita dan sebagainya yaitu lakon. Direncanakan atau disusun sedemikian rupa
untuk dipertunjukkan oleh pelaku di atas pentas.
2.3.1 Unsur Intristik
1.
sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian tujuan drama bukanlah untuk dibaca
seperti orang membaca novel atau puisi. Pokok drama ialah cerita yang membawakan
tema tertentu, diungkapkan oleh dialog dan perbuatan para pelakunya. Dialog dalam
drama ini dapat berbentuk bahasa prosa. Adapun drama terdiri dari Unsur Instrinstik dan
unsur ekstrinstik. Unsur Intristik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat
ditemukan didalam karya sastra itu sendiri. Adapun unsur-unsur Intristik drama yaitu
A. Tema
Adapun unsur yang paling penting yang harus diinterpretasi dalam analisis sebuah
diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya ( Lutters,
2006:41). Tema drama harus disesuaikan dengan penonton. Jika drama ditujukan kepada
pelajar, maka tema ceritanya harus sarat dengan pendidikan. Jangan sampai tema yang
disajikan justru menjerumuskan pelajar sebagai penonton pada hal-hal yang tidak edukatif.
Sebuah karya sastra yang diciptakan haruslah memiliki dasar atau tema yang merupakan
sasaran utama dalam karya sastra. Tanpa adanya tema dalam sebuah cerita maka belum
dikatakan sempurna dan tidak jelas akan maknanya. Meskipun pengarang dalam
penceritaannya tidaklah menjelaskan apa tema ceritanya secara jelas.
“Menurut Tarigan (Delursman, 1996:9) tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau
peranan tertentu yang mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang
membentuk serta membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra”. Selanjutnya
“Waluyo (2006:26) menyebutkan bahwa tema merupakan struktur dalam dari sebuah karya
sastra”. Dengan demikian pada saat menyusun sebuah tema atau pada saat menentukan
sebuah tema untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu
topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik.
B.Alur Cerita ( plot )
Plot atau alur adalah pola dasar dari kejadian-kejadian yang membangun aksi yang
penting dalam sebuah drama. Plot drama harus dibangun mulai dari awal, lalu terdapat
kemajuan-kemajuan dan penyelesaian masalah yang diberikan kepada penonton. Plot
menjelaskan bagaimana sebuah kejadian mempengaruhi kejadian yang lain dan mengapa
orang-orang yang ada didalamnya berlaku seperti itu ( Suban,2009 :79 ).
Somad ( 2008: 149 ) menjabarkan alur menjadi beberapa bagian berikut.
1. Eksposisi / introduksi merupakan pergerakan terhadap konflik melalui dialog-dialog
pelaku.
3. Klimaks merupakan pergumulan konflik atau ketegangan yang telah mencapai
puncaknya dalam cerita.
4. Antiklimaks merupakan konflik mulai menurun atau masalah dapat diselesaikan.
5. Konklusi merupakan akhir peristiwa atau penentuan terhadap nasib pelaku utama.
C.Latar cerita ( setting )
Lutters (2006: 56 ) menjelaskan bahwa setting cerita adalah lokasi tempat cerita ini
ingin ditempatkan atau diwadahi. Setting dibagi menjaadi dua, yaitu media/ tempat dan
budaya. Latar Suatu peristiwa kejadian yang terjadi dalam kehidupan selalu terjadi di
suatu tempat tertentu sesuai dengan kejadian atau peristiwa tertentu, dalam waktu
tertentu, serta latar belakan situasi tertentu. Demikian pula halnya peristiwa-peristiwa yang
terdapat dalam teks drama akan terjadi di suatu tempat, dalam waktu tertentu, yang
diistilahkan dengan latar. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
“Abrams (Esten, 1990:90) menyebutkan bahwa latar karya cerita atau karya drama adalah
tempat secara umum dan waktu (masa) di mana saksi-saksi terjadi”. Menurut Esten
(1990:92) juga mengatakan bahwa “latar adalah lingkungan, terutama lingkungan rumah
tangga, dapat merupakan menotomi, atau metafora, pernyataan dan perwujudan dari
watak”. Latar merupakan salah satu unsur yang penting dalam struktur karya sastra fiksi
seperti dalam struktur novel, roman, cerpen dan drama yang memperlihatkan suatu
hubungan yang saling berkaitan dengan unsur-unsur struktur lainnya. Latar berfungsi
untuk mengembangkan cerita dalam rangka mewujudkan alur atau tema dan unsur lainnya
dalam suatu karya sastra fiksi.
D.Tokoh dan Penokohan
Terjadinya konflik atau peristiwa dalam sebuah drama, seperti halnya peristiwa dalam
memerankan karakter yang berbeda-beda sesuai dengan karakter yang ada di dalam
karya fiksi. Hal ini untuk menunjukan adanya perbedaan sikap atau perwatakan antara
pelaku yang satu dengan yang lainnya. Pelaku-pelaku dalam sebuah karya fiksi
khususnya drama juga memiliki perwatakan yang berbeda hal ini dapat diistilahkan
dengan tokoh. Menurut Wiyatmi (2009:30) “tokoh adalah para pelaku yang terdapat
dalam sebuah fiksi”.
Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelaku
utama. Lutters ( 2006 : 81 ) membagi tokoh / peran menurut sifatnya dalam tiga hal
berikut.
1. Peran protagonis
Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal yang positif dalam kebutuhan
cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita
sehingga akan menilbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya
menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan.
2. Peran Antagonis
Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang
harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung
menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga
akan menimbulkan rasa benci atau antipasi penonton.
3. Peran Tritagonis
Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun
antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga
bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh
4. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis cerita kepada penonton atau
penikmat drama. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui cerita harus dicari
oleh pembaca. Menurut Sumardjo dan Saini (1997:56) “menyatakan bahwa amanat adalah
ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya”.
Seorang pengarang cerita ada atau tidak sadar pasti akan menyampaikan amanat dalam
karyanya itu. Pembaca cukup teliti akan menangkap apa yang tersirat dalam yang tersurat.
Jika tema karya sastra berhubungan dengan arti dari karya sastra itu, maka amanat
berhubungan dengan makna dari karya itu.
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut
pandang ini tidak diartikan sebagai penglihatan atas sesuatu barang dari atas atau dari
bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil suatu posisi
tertentu. Wiyanto ( 2002 : 29 ) membagi sudut pandang sebagai berikut.
a. Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata
ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita
dan bertindak sebagai tokoh cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata
ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik
berat cerita.
c. Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak
seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku
tokoh
2.3.2 Unsur Ekstrinstik
a. Biografi Pengarang
Seorang pengarang karya sastra, harus dapat menjiwai isi karangan yang dibuat.
b. Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang. Psikologi juga
dikatakan ilmu berkaitan dengan proses-proses mental yang normal maupun yang tidak
normal dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan berbagai
kegiatan jiwa. Jadi seorang pengarang harus mampu menguasai psikologi karangan sastra
yang dibuatnya.
c. Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai struktur sosial dan
proses-proses sosial. Pengarang menulis drama juga dipengaharui oleh status lapisan masyarakat
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan ilmiah pada setiap
disiplin ilmu (mahsun, 2006: 271). Metode merupakan cara terpenting dalam memecahkan
suatu masalah. Metode akan menentukan suatu hasil penelitian sesuai dengan
harapan.Penelitian ini merupakan penelitian Field Research (Studi Lapangan) yang bersifat
deskriptif.
1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program studi bahasa arab fakultas ilmu budaya
Universitas Sumatera Utara , dan waktu penelitian ini dilakukan selama 10 hari
dimulai pada tanggal 10 s/d 20 November 2013
2. Populasi dan Sampel
Menurut Gulo ( 2002:760) Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
daripadanya terkandung informasi yang diketahui.Berdasarkan pendapat tersebut
maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Program
studi bahasa arab Universitas Sumatera Utara stambuk 2011 yang berjumlah 20
mahasiswa
Selanjutnya untuk Sampel, Arikunto ( 1992:102 ) berpendapat bahwa apabila
subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara
10% hingga 15% atau 20% hingga 35% saja Dengan demikian, karena jumlah
Mahasiswa Program studi bahasa arab Universitas Sumatra Utara stambuk 2011 yang
berjumlah 34 mahasiswa dengan kata lain kurang dari 100 orang, maka semua dapat
3. Teknik Pengumpulan data :
Untuk mengumpulkan data pertama-tama siswa diminta untuk menyimak film
Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / yang diputar dalam tiga kali pengulangan secara terpotong-potong. Selanjutnya mahasiswa diberi Tes Essay yang isinya meminta mahasiswa untuk
menjelaskan unsur Intrinstik film Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati /.Aspek Penilaiannya sebagai berikut :
Aspek-aspek penilaian sebagai berikut
4. Teknik analisis Data
Setelah diperoleh data tingkat kemampuan Mahasiswa maka selanjutanya data itu
dianalisis. Tingkat kemampuan menyimak dinyatakan dalam rumus Kurikulum Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian, yaitu:
N= ��
�� � 100
No Aspek yang dinilai Indikator skor
1 Alur cerita Menjelaskan jenis alur yang terdapat dalam film
40
Menjelaskan tahap-tahapan pada alur tersebut
2 Penokohan Menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam film
15
Menyebutkan tokoh antagaonis dan protagonis dalam
film
3 Latar cerita mengetahui latar cerita yg digunakan dalam film 15
N = Nilai akhir yang diperoleh siswa
SM = Skor mentah yang diperoleh siswa
SI = Skor ideal (skor total)
Selanjutnya menetapkan kategori penilaian tingkat kemampuan berdasarkan nilai
yang diperoleh. Kategori penilaian tingkat kemampuan menyikmak yang dipergunakan
dalam penelitian ini menurut Arikunto (2002 : 269) adalah:
Apabila berada pada rentang penilaian :
1. 80 – 100 ( Baik Sekali )
2. 70 – 79 ( Baik )
3. 60 – 69 ( Cukup )
4. 50 – 59 ( Rendah )
5. < 50 ( Sangat Rendah )
Langkah terakhir adalah mencari rata-rata nilai kemampuan menyimak siswa kelas
aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :
M =
Ʃ��
�
M = Mean ( Rata- Rata )
ƩFx = Jumlah Skor
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian
Data yang disajikan pada bagian ini adalah data yang diperoleh dari hasil tes
kemampuan menyimak yang peneliti laksanakan kepada mahasiswa Stambuk 2011 Fakultas
ilmu budaya Program Studi Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara.
Pada bagian terdahulu penulis menjelaskan bahwa tes dilaksanakan dengan meminta
sampel untuk menyimak film dengan aspek penilaian yang berkaitan dengan (1) alur cerita;
(2) penokohan; (3) latar cerita;(4) amanat.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa kemampuan menyimak (unsur
intrinstik) cerita film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan baik sekali.Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tabel 4.1.a Hasil Kemampuan Menyimak ( Unsur Intrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011
6 KHN 70 Baik
7 NMY 70 Baik
8 SW 60 Cukup
9 SWT 55 Rendah
10 NHP 65 Cukup
11 DIO 75 Baik
12 RFN 75 Baik
13 SY 70 Baik
14 DHD 65 Cukup
15 PK 75 Baik
16 IDN 75 Baik
17 FH 48 Sangat Rendah
18 MA 70 Baik
19 SP 65 Cukup
20 TAS 75 Baik
21 ASP 90 Baik Sekali
Tabel 4.1.b Persiapan Perhitungan Nilai Rata-rata kemampuan menyimak unsur
Setelah memperoleh nilai rata-rata maka akan dicari persentase nilai kemampuan
menyimak seperti yang dipaparkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1.c Persiapan Mencari Persentase Nilai Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program
Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara
Rentang Nilai Kriteria
80-100 A 4
70-79 B 10
50-59 D 1
0-49 E 1
4.2Pembahasan Penelitian
Hasil kemampuan menyimak (unsur intrinstik) cerita film ‘Sinbad: The legend Of Seven
Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara yang
dipaparkan pada tabel 4.1.a dihitung dengan menggunakan rumus :
N= ��
�� � 100
Keterangan : N = Nilai akhir yang diperoleh siswa
SM = Skor mentah yang diperoleh siswa
SI = Skor ideal (skor total)
Pelaksanaan tes dilakukan pada mahasiswa yang merupakan sampel dalam penelitian
sebanyak 22 orang. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa yang mendapat
skor paling tinggi dengan Kategori Baik Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),.
Kemudian Skor yang dikategorikan baik adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan
cukup adalah skor 65 ( 6 orang ), skor 60 ( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan
sangat rendah adalah 55 ( 1 Orang ) dan 48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis
peroleh, skor tertinggi sebesar 90, dan skor terendah 48
Setelah diperoleh nilai individu pada masing-masing sampel maka dapat dicari nilai
rata-rata kemampuan menyimak unsur Intrinstik film Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / yang dapat dilihat pada tabel 4.1.b.
M=
Ʃ��
�
M= 1763
M = 80,1
Keterangan : M = Mean ( Rata- Rata )
ƩFx = Jumlah Skor
n = Jumlah Mahasiswa
Dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh nilai mean ( rata-rata )
Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas
ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ
ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara memperoleh nilai
rata-rata 80,1 dan dapat dikategorikan Baik sekali
Setelah memperoleh nilai rata-rata maka akan dicari persentase nilai kemampuan
menyimak seperti yang dipaparkan pada tabel 4.1.c. Nilai tersebut dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
Pi= ��
� x 100 %
Keterangan Pi = Persentase nilai kemampuan menyimak
Fi = jumlah kriteria
n = Jumlah sampel
Maka dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
1. Persentase kategori nilai mahasiswa sangat baik ( A )
Pi= 4
22 x 100 %
Pi = 18,1 %
Pi= 10
22 x 100 %
Pi = 45,4 %
3. Persentase kategori nilai Mahasiswa cukup ( C )
Pi= 6
22 x 100 %
Pi = 27,2 %
4. Persentase kategori nilai mahasiswa kurang ( D )
Pi= 1
22 x 100 %
Pi = 4,5 %
5. Persentase kategori nilai mahasiswa sangat kurang ( E )
Pi= 1
22 x 100 %
Pi = 4,5 %
Dari perhitungan persentase nilai Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita
Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara di atas dapat dilihat persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat
nilai sangat baik ( A ) 18,1 % , persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat nilai
baik ( B ) 45,4 % , persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat nilai cukup ( C )
27,2 %, persentase kategori nilai mahasiswa yang medapat nilai kurang ( D ) 4,5%, dan
persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat nilai sangat kurang ( D ) 4,5 %
Berdasarkan Hasil Penelitian ini dapat dijawab pertanyaan penelitian yaitu :
Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven
Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven
Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara dapat
dikategorikan baik sekali dengan nilai rata-rata 80,1. skor paling tinggi dengan Kategori
Baik Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),. Kemudian Skor yang dikategorikan
baik adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan cukup adalah skor 65 ( 6 orang ),
skor 60 ( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan sangat rendah adalah 55 ( 1
Orang ) dan 48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis peroleh, skor tertinggi sebesar
90, dan skor terendah 48. Persentase kategori nilai mahasiswa terdiri dari 18,1 % baik sekali
( A ), 45,4% baik ( B ), 27,2% cukup ( C ), 4,5% kurang ( D ) dan 4,5 % kurang sekali ( E ).
B.Saran
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak dalam mata kuliah Menyimak dan Telaah
Drama Arab. penulis mengemukakan beberapa saran sebagai Berikut :
1. Diharapkan mahasiswa agar menyadari betapa pentingnya keterampilan menyimak
,dan Penyimak yang baik akan membawa hasil yang baik.
2. Diharapkan kepada dosen agar dapat membimbing mahasiswa yang lemah dalam
menyimak dan memahami isi cerita dalam bahasa arab.
3. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan guna dijadikan masukkan dan saran yang
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimiy, Ahmad. 1960. Jawaahiir al-Balaaghah. Indonesia: Daar ihya al-Uluum.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta:Jakarta.
Azwar, Saifuddin 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gulo.W. 2002. Metodologi penelitian. Jakarta : PT.Gramedia Widiarsa Indonesia
Hamdani, Wagino Hamid. 2004. Pengantar Linguistik. Bandung: PSIBA Press.
H.B. Sutopo .2006. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar teori dan Terapannya dalam
Penelitian Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Jos Daniel, Parera 1997. Linguistik edukasional : analisis kesalahan berbahasa.Jakarta :
Erlangga.
Mahsun, M.S .2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Gtaffindo Persada.
Shihab, Quraish .2001. Mukjizat Al-Qur'an. Bandung: Mizan
Sumarsono dan Paina Partana.2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Tarigan, H.G. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, H.G. 1980. Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, H.G. 1983. membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, H.G. 1991. Metodologi pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Warson Munawwir, Achmad dan Muhammad Fairus. 2007. Al-Munawwir kamus
Indonesia-Arab.Surabaya : Pustaka Progressif.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil bermain drama. . Jakarta: PT. Grasindo
Zakaria, Azis. Cerita animasi Sinbad.
LAMPIRAN : Sinopsis film Sinbad : The legend of seven seas
Seorang pelaut arab bernama Sinbad sedang dalam perjalanan mengarungi
samudera,dalam perjalanannya Sinbad dan para awak kapalnya bertemu dengan sahabat
lamanya sewaktu masih kecil. Sahabat Sinbad itu bernama Proteus. Potreus merupakan
pangeran dari Syracuse dan anak dari raja. Proteus mengenalkan Sinbad kepada ayahnya
dan tunangan Proteus yang bernama Marina. Proteus juga mengajak Sinbad untuk
bermalam dikekerajaan.
Pada suatu malam datanglah dewi kekacauan yang bernama Eris kekerajaan.Eris
ingin mencuri buku perdamaian milik kerajaan Kemudian Eris menyihir dirinya sendiri
untuk mengubah dirinya menjadi Sinbad. Kemudian Eris yang menyerupai Sinbad itu
mencuri buku perdamaian dan meninggalkan kerajaan.
Raja ingin Sinbad mengembalikan buku perdamaian yang telah dia curi,kemudian
Sinbad bingung karena dia tidak merasa mencuri buku perdamaiaan itu. Proteus
mengatakan tidak mungkin Sinbad berbuat serperti itu, aku tau Sinbad adalah seorang
yang jujur dan bertanggung jawab. Pangeran proteus juga berani menggantikan hukuman
mati Sinbad kepada dirinya,tetapi raja tidak mengiyakan, karena mendengar perkataan
pangeran Proteus, Raja ingin segera Sinbad mengembalikan buku perdamaian dan
menunda hukuman matinya. Setelah berbicara dengan Sinbad raja kemudian pergi..
Sinbad yang pada saat itu sedang melamun didatangi dengan dewi kekacauan yang tak lain
adalah Eris penyihir jahat dan mengatakan kalau buku perdamaian itu ada padanya. Dia
juga mengatakan kalau ingin mengambil buku itu Sinbad harus menemui dirinya dan
mengatakan ikutilah arah matahari terbenam.
mempercayainya dan dia juga mau menggantikan hukuman mati Sinbad, Raja mengatakan
dalam waktu tertentu apabila Sinbad belum datang hukuman mati akan tetap dilaksanakan.
Sampai tujuan Sinbad dan Marina menemui penyihir itu. Kemudian Sinbad diberi
pertanyaan berupa teka-teki jika ingin mengambil buku perdamaian. Penyihir itu mengatakan
kepada sibad apakah kamu menukai marina? Jika iya kamu tidak usah kembali kekerajaan
dan membawa pergi marina, tetapi jika tidak kamu akan mengambil buku ini dan kembali
kekerajaaan dan kamu akan kehilangan Marina. Mendengar pertanyaan itu Sinbad ingin
mengambil buku itu, tetapi jawaban Sinbad diaanggap bohong oleh penyihir itu. Karena
gagal mendapatkan buku itu perdamaian, Sinbad kembali kekerajaan.
Sesampainya dikerajaan Sinbad melihat pangeran akan dihukuman pancung. Kemudian
Sinbad mengatakan kalau dia tidak berhasil merebut kembali buku itu. Maka Sinbad yang
akan dihukum pancung,ketikan akan dipancung, tiba-tiba penyihir itu datang dan mengatakan
kepada Sinbad kalau dia sudah kalah. Kemudian Sinbad menjawab aku tidak kalah kamulah
yang kalah Sinbad juga berkata” aku kembali kekerajaan dan itu benar”.mendengar perkataan
Lampiran : Essay test
1. Jelaskan alur cerita dan tahap-tahapan alur cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad:
The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
2. Sebutkan antagonis dan protagonis dalam film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas (
ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
3. Sebutkan latar cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas (
ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
KUNCI JAWABAN
1. Jelaskan alur cerita dan tahap-tahapan alur cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad:
The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
• Intoduksi
Pada tahap ini mula-mula diperlihatkan ketamakan dewi eris yang ingin
menguasai dunia dengan cara mencuri kitab perdamaian yang berada dikapal
pangeran proteus yang hendak dibawa ke kerajaannya . ternyata disekitar kapal
protteus berlayar terdapat kapal sinbad yang sedangmencari mangsa untuk
dirampok. Kemudian sinbad memasuki kapal tersebut dan ternyata kapal itu
adalah kapal milik sahabat masa kecilnya yang sudah menjadi pangeran disebuah
kerajaan. Pada tahap ini juga memperkenalkan penontok kepada kitab perdamaian
yang hendak dicuri oleh sinbad dan dewi eris. Mengetahui keinginan sinbad
tersebut maka dewi jahat itu mengajak sinbad untuk bekerja sama untk mencuri
kitab tersebut . Setelah berbicara panjang lebar akhirnya proteus mengajak sinbad
untuk singgah ke kerajaannya untuk bermalam disana, sesampainya dikerajaan
sinbad dikenalkan oleh sang raja yang tidak lain adalah ayah proteus dan
diperkenalkan dengan marina yaitu tunangan proteus.
• Intrik
- Tahap ini terjadi ketika dewi eris mencuri kitab perdamaian dengan menyamar
sebagai sinbad sehingga seluruh kerajaan mengira bahwa sinbadlah yang
mencuri kitab itu.
- Ketika Proteus bersedia menggantikan hukuman mati sinbad sampai buku
tersebut kembali
•Klimaks
-Ketika Sinbad sampai dikediaman dewi eris dan dewi eris memberikan
pertanyaan yang harus dijawab jujur oleh sinbad. Namun setelah sinbad
menjawab dengan jujur dewi eris merasa bahwa sinbad berbohong terhadap
kata-katanya sehingga dewi eris tidak mengembalikan buku tersebut
-Ketika Sinbad dan marina saling jatuh cinta
-Ketika Sinbad datang ke kerajaan dengan tangan kosong bertepatan pada saat
proteus akan dipenggal. Namun sinbad bertanggung jawab terhadap kata-katanya
sehingga sinbad menggantikan posisi proteu s dan siap untuk dipancung
•Anti Klimaks
-Ketika Sinbad hendak dipancung tetapi secara tiba-tiba pedan yang digunakan
untuk memancung sinbad hancur berkeping-keping karena kedatangan dewi Eris
-Dew eris merasa sinbad memnuhi kata-katanya dan tidak berbohong sehingga
dewi eris menyeah dan mengembalikan buku tersebut kepada sinbad
-Proteus mengizinkan marina untuk ikut berpetualang mengarungi samudra
bersama sinbad
•Konklusi
-Kitab perdamaian tersebut dikembalikan ke kerajaan dan dunia kembali menjadi
terang
-Dan sinbad kembali melanjutkan petualangannya ditemani oleh marina
2. Sebutkan antagonis dan protagonis dalam film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas (
ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
• Peran Antagonis :
- Dewi Eris
- Proteus
- Marina
- Raja
- Awak kapal sinbad
3. Sebutkan latar cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
- Di kapal
- Di Lautan
- Di Kerajaan
- Di tempat kediaman dewi eris / padang pasir
4. Jelaskan amanat yang terdapat dalam film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺩﺎﺒﻨﺳ
ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !
- Keberanian seorang Sinbad dapat kita contoh, Sinbad berani menghadapi suatu
masalah apapun antara lain tuduhan seorang raja yang menuduh bahwa dia
mencuri buku,menghadapi masalah dalam perjalanannya mengarungi samudera
untuk mengambil kembali buku perdamaian, karena dia percaya bahwa suatu
masalah pasti ada jalan keluarnya.
- Rasa kesetiakawanan, karena semasa kecil Sinbad memiliki seorang sahabat
dan sampai sekarang hubungan Sinbad dan Proteus sangat baik, dibuktikan
dengan Proteus berani mengambil alih hukuman mati Sinbad.
- Rasa percaya yang tak akan akan pernah berubah, dibuktikan dengan Proteus
- tidak mengenal lelah dengan selalu berlayar mengarungi samudera. memiliki
ide-ide yang sangat jenius, dibuktikan dengan menempelkan tali pada ikan