• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Menyimak ( Unsur Instrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The Legend Of Seven Seas سنباد اسطوزة البحر السبعة / SYNBĀD ASṭŪZATU AL-BAḥRI AL-SAB’ATI / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kemampuan Menyimak ( Unsur Instrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The Legend Of Seven Seas سنباد اسطوزة البحر السبعة / SYNBĀD ASṭŪZATU AL-BAḥRI AL-SAB’ATI / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMAK ( UNSUR INSTRINSTIK ) CERITA FILM ‘SINBAD: THE LEGEND OF SEVEN SEAS ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu

al-bari al-sab’ati / PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

TAHUN AJARAN 2011 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI SARJANA

D I S U S U N OLEH :

SAIDAH FARHANAH

080704021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA ARAB

(2)

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMAK ( UNSUR INSTRINSTIK ) CERITA FILM ‘SINBAD: THE LEGEND OF SEVEN SEAS ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu

al-bari al-sab’ati / PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

TAHUN AJARAN 2011 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI SARJANA

Dr. Khairina Nasution, M.S Hamdan Noor.Lc,

NIP. 19621104 198703 2 002 NIP.

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

dalam bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN

(3)

Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D Dra. Fauziah, M. A

(4)

PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu

syarat ujian Sarjana SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Ilmu Budaya

USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU Dekan,

(5)

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D ( )

2. Dra. Fauziah, M.A ( )

3. Dr. Khairina Nasution, M.S ( )

4. Hamdan Noor L.c ( )

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi

berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, November 2013

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulil lahi Rabbi al-‘ālamīn, segala puja-puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam atas segala karunia dan rahmat-Nya kepada penulis hingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.

Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada manusia pilihan, kekasih Allah

SWT, Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak

Al-Qur’an sehingga menjadi teladan bagi segenap umat.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, maka penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul

Analisis Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven

Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang

disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman penulis yang sangat terbatas.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran

dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, November 2013

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Teristimewa kepada Ayahanda H.M.Nasir.Sahib dan Ibunda tercinta Sultanunnisa

Maricar yang setiap saat mencurahkan kasih berupa dukungan moril serta materiil

dan kasih sayang serta doa restu kepada penulis selama menjalankan studi dari awal

hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr. Syahron Lubis, M.A., serta

Pembantu Dekan I,II dan II yang telah memberikan kesempatan dan Fasiltas kepada

peneliti untuk mengikuti Pendidikan Program Sarjana di Fakultas Ilmu Budaya

USU.

3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D.selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, dan ibu

Dra. Fauziah, M. A. selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab, Fakutas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Khairina Nst, M.Sc,selaku Dosen Pembimbing I dan Ustad Hamdan.Noor.

L,C . Selaku dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu

dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

5. Bapak Alm. Usman Serawi Idris ,LC selaku Penasehat Akademik yang telah

memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan

perkuliahan di Program Studi Sastra Arab, Fakutas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara ini.

(9)

Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan

serta Sdr.Andika sebagai staf tata usaha di Program Studi Sastra Arab.

7. Abanganda tersayang Khalid Abrar sahib S.Pdi dan Muhammad Noor Sahib. SH.

Serta Kakanda tercinta Ruqaya Nisa S.Psi dan Rika Suryana Surbakti SH yang telah

memeberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat- sahabat terbaik yang pernah saya miliki Nurul Saragih, Ratu Bulan

Haspina S.S , Nurul Ummi S.S , Hidayati , Lya Fitri daud Lubis.

9. Terimakasih Kepada Seluruh Kawan-kawan Angkatan 2008 , Rimtah Andalusia,

Ibnu sina Lubis,Ahmad Zukhri Siregar, Sutan Gembira , Chairunnisa Panjaitan,

Aman Syahputra dan Taufik Hdayat atas segala dukungan dan canda tawanya .

10.Adinda Tersayang Nursyazwani Mahfuzah Yusuf yang senentiasa Menyemangati

penulis dalam penulisan skripsi ini.

11.Sahabat Terdekat dihati penulis Fadhli Rahmat Maricar yang senantiasa

mendukung dan memberi masukan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

12.Adik-Adik Mahasiswa Fakulitas Ilmu budaya Program Studi Bahasa Arab stambuk

2011 yang telah bersedia meluangkan waktunya demi terlaksananya penelitian

untuk skripsi ini.

13.Terma Kasih Kepada Adik-adik Senior Putri Dina Sofiana, Citra Gandini Putri dan

seluruh adik-adik yang senantiasa menyemangati penulis.

14.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan

bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. Terima kasih untuk segalanya.

Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT akan

membalas semua kebaikan yang telah dilakukan.

Medan, 20 November 2013

(10)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

ABSTRAK ... vii

4.3 Jawaban Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB V PENUTUP ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

(11)

DAFTAR TABEL

4.1.a Hasil Kemampuan Menyimak ( Unsur Intrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven

Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati /

4.1.b Persiapan Perhitungan Nilai Rata-rata kemampuan menyimak unsur Intrinstik film Sinbad:

The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati /

4.1.c Persiapan Mencari Persentase Nilai Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film

‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas

(12)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi

berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

(13)

bawah)

Dad ḍ de (dengan titik di

bawah)

Ta ṭ te (dengan titik di

bawah)

Za ẓ zet (dengan titik di

bawah)

‘Ain ‘ koma terbalik (di atas)

Gain G Ge

Fa F Ef

Qaf Q Ki

Kaf K Ka

Lam L El

Mim M Em

Nun N En

Waw W We

Ha H Ha

ء Hamzah ` Apostrof

(14)

ABSTRAK

Saidah Farhanah, 2013. Analisis Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kemampuan Menyimak

(unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Teori yang digunakan adalah metode deskriptif dan

sampel berjumlah 22 orang. nilai rata-rata 80,1. skor paling tinggi dengan Kategori Baik

Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),. Kemudian Skor yang dikategorikan baik

adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan cukup adalah skor 65 ( 6 orang ), skor 60

( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan sangat rendah adalah 55 ( 1 Orang ) dan

48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis peroleh, skor tertinggi sebesar 90, dan skor

terendah 48. Persentase kategori nilai mahasiswa terdiri dari 18,1 % baik sekali ( A ), 45,4%

(15)

ABSTRAK

Saidah Farhanah, 2013. Analisis Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kemampuan Menyimak

(unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara. Teori yang digunakan adalah metode deskriptif dan

sampel berjumlah 22 orang. nilai rata-rata 80,1. skor paling tinggi dengan Kategori Baik

Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),. Kemudian Skor yang dikategorikan baik

adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan cukup adalah skor 65 ( 6 orang ), skor 60

( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan sangat rendah adalah 55 ( 1 Orang ) dan

48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis peroleh, skor tertinggi sebesar 90, dan skor

terendah 48. Persentase kategori nilai mahasiswa terdiri dari 18,1 % baik sekali ( A ), 45,4%

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang

(arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan

berinteraksi (Sumarsono, 2004: 18). Bahasa juga berfungsi sebagai alat yang digunakan

seseorang untuk mengemukakan pendapat, pikiran dan perasaannya kepada orang lain.

Dengan bahasa manusia bisa membentuk masyarakat dan peradaban. Andai kata tidak ada

bahasa, maka dia tidak akan dapat melakukan hal tersebut di atas. Atas dasar inilah maka

sangat wajar bila kita mengatakan bahwa semua aktivitas yang kita lakukan sepanjang hidup

kita selalu membutuhkan bahasa. Bahasa Arab merupakan bahasa dinamik, bahasa yang kaya

akan kaidah, struktur, dan kosakata.

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang semakin diminati oleh banyak

orang. Di Indonesia pun bahasa ini mulai dipelajari, terlebih lagi bahwa mayoritas

masyarakatnya beragama Islam, yang memiliki kitab Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa

Arab. Kebanyakan orang belajar lebih dari satu bahasa. Seseorang mungkin dapat

mengetahui atau belajar dua bahasa atau lebih dari permulaan hidupnya. Yang lebih terbiasa

ialah bahwa dia belajar bahasa kedua atau bahasa asing sesudah sistem bahasa pertamanya

mantap.

Rajiman dalam (Tarigan 1986 :1) membagi keempat keterampilan berbahasa menjadi

kepada keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Keempat aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan

(17)

menyimak merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki seseorang apabila ingin

berhasil dalam belajar.

Menyimak dalam proses berbahasa merupakan keterampilan pemula yang harus

dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari suatu bahasa. Keterampilan ini memiliki

keterkaitan yang sangat erat dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Hal ini

dipertegas oleh Dawson sebagaimana yang di kutip oleh Tarigan (1986:1) bahwa melatih

keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir. Dan Menyimak bermakna

mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Setelah

mendengarkan dengan penuh pemahaman maka akan dapat memahami sebuah cerita.

Film merupakan serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak, gambar

objek itu memperlihatkan suatu seri gerakan atau moment yang berlangsung secara terus

menerus, kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dengan memutarnya dalam kecepatan

tertentu sehingga menghasilkan suatu gambar hidup. (http//wikipedia)

Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1990 : 242) Film

dapat diartikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis

berbaha

kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan

sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid

tipis dalam bentuk gambar negatif. Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam

media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media

(18)

Malam. Film ini merupakan film drama animasi yang diproduksi oleh Dreamworks

Animation Amerika dan disutradarai oleh Jill Hopper. Film tersebut berdurasi 85 menit

menceritakan seorang awak kapal bajak laut yang bernama Sinbad Berikut adalah penggalan

dialog yang terdapat dalam film Sinbad : The legend of Seven seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) /

/`istayqiẓī yā jamīlatī, hāżā waqtu an-nuhūri, `innahu yawmun jadīdun wa ‘ālamu al-basyari fī as-salāmi lakin lā yaṣilu al-waqtu aṭṭawīlu. `unẓurī `ilayhim ‘indamā `uḥāriku khayṭan wāḥidan sawfa yaqa’u wa ‘alāmuhu fī fawḍā, al-fawḍā al-majīdati wa māżā yumkinu `an

yakūna `arwa`a min hāżā? An-nīru an-naẓīfu tanzilu lā yuqaddaru bi aṡ-ṡamani wa al-laṣṣu

`awadu al-qalbi. Sayakūnu hāżā mudhisyan. Cetus, `anta ta’rifu mā al-‘amalu, litabda`u al-`āna/

‘Bangunlah wahai kesayanganku, sudah siang dan masuk hari yang baru. Dunia manusia

dalam kedamain namun itu tidak akan berlangsung lama. Lihatlah mereka ketika aku hanya

menggerakan satu benang yang kecil maka dunia mereka akan hancur dalam kekacauan,

kekacauan yang mulia,Dan apakah ada yang lebih sempurna dari ini ? Disana ada seorang

pangeran yang berhati mulia serta meiliki harta yang tak ternilai dan seorang pencuri yang

berhati hitam. Oh,ini akan menjadi suatu hal yang sangat meyenangkan.Cetus, kamu tahu apa

yang harus kamu kerjakan’

Pada penggalan dialog diatas terdapat dialog yang diucapkan oleh seorang tokoh

Antagonis yan berusaha untuk menguasai dunia dengan cara mengintai kitaab perdamaian

(19)

Aspek mendengar merupakan salah satu aspek yang menarik perhatian peneliti untuk

melakukan penelitian ini. Kemampuan menyimak isi cerita yang merupakan salah satu

bentuk implementasi dari hasil belajar Bahasa Arab, di dalam prakteknya mendengar dan

memahami membutuhkan penguasaaan komponen-komponen dalam Bahasa Arab.

Dalam menyimak Bahasa Arab sering kali ditemukan berbagai hambatan karena

kurang mampunya mahasiswa untuk memahami dengan baik teks atau dialog berbahasa arab.

Kesulitan tersebut dapat berupa memahami tema, alur cerita, penokohan,latar cerita dan

amanat yang merupakan suatu hal yang cukup abstrak yang dinilai oleh peneliti sehingga

menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada Mahasiswa Program Studi

Sastra Arab USU Tahun Ajaran 2011 dalam Menyimak isi cerita dalam film “Sinbad: The

legend of Seven Seas (ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) /Synbād aṭūzatu al- baḥri al-sab’ati/

1.2Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan yang diteliti, maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Kemampuan Mahasiswa Program Studi Bahasa arab Universitas

Sumatera Utara Tahun Ajaran 2011 menyimak isi cerita ( unsur Instrinstik ) film

“Sinbad: The Legend of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) /Synbād aṭūzatu al- baḥri al-sab’ati/?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui Kemampuan mahasiswa Program Studi

Bahasa Arab stambuk 2011 menyimak isi cerita ( unsur Intrinstik ) pada film’ Sinbad:

(20)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat antara lain :

a. Dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan teori kebahasaan terutama yang

berhubungan dengan menyimak unsur instrinstik dari suatu cerita.

b. Menjadi sumbangan informasi dan pikiran bagi lembaga, yaitu mengenai faktor

penyebab kesulitan mahasiswa dalam mempelajari menyimak bahasa arab, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar menyimak bahasa arab sebagai

langkah kemajuan bagi lembaga tersebut khususnya program studi bahasa arab.

c. Menjadi khasanah perbendaharaan hasil penelitian yang sudah ada, khususnya di

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan

Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan

sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50%. Kemampuan menyimak pun sangat

penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi.

Kemampuan Adalah kata yang juga mendapat imbuhan ke-an, dengan kata dasar mampu

yang berarti sanggup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamisa ( 1977: 523 ) bahwa ‘

Kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu.

Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan

bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan

serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung

dalam pesan lisan yang didiengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan

(1990:58) menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan

kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si

pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat

yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses

menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai

gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni

menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan,

menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.

Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat

(22)

Anak kecil yang mulai belajar berbahasa dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang

didengarnya,belajar menirukan,kemudian mencoba untuk menerapkannya dalam

pembicaraan. Setelah masuk sekolah,anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau

bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini,anak sudah mulai

menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa

lisan maupun bahasa tulisan,dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan

melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

2.2 Pengertian Menyimak

Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan

sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50%. Kemampuan menyimak pun sangat

penting dimiliki dalam upaya mereka menyerap informasi.

Dalam kaitan dengan kemampuan menyimak ini, Chamdiah dkk. (1987:3) menyatakan

bahwa siswa harus mampu mengingat fakta-fakta sederhana, mampu menghubungkan

serangkaian fakta dari pesan yang didengarnya, dan menafsirkan makna yang terkandung

dalam pesan lisan yang didengarnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1990:58)

menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan kegiatan

lainnya yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan oleh si

pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat

yang disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses

menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai

(23)

menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.

Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat

esensial,sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa.

Anak kecil yang mulai belajar berbahasa dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang

didengarnya,belajar menirukan,kemudian mencoba untuk menerapkannya dalam

pembicaraan. Setelah masuk sekolah,anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau

bunyi bahasa yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

atau kegiatan menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini,anak sudah mulai

menulis. Demikian seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa

lisan maupun bahasa tulisan,dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan

melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Pengertian menyimak menurut Tarigan (1987:28) Menyimak adalah suatu proses

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh

perhatian,pemahaman,apresiasi,serta interpretasi untuk memperoleh informasi,menangkap isi

atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara

melalui ujaran atau bahasa lisan. Dan pengertian menyimak menurut Djago Tarigan (1986)

Menyimak dapat dikatakan mencakup menden gar,

mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur

kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat. Dalam kehidupan

sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak sadar perbuatan

menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Menyimak dilakukan untuk

memperoleh informasi,menangkap isi atau pesan,dan memahami komunikasi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1988: 840 ) “ Menyimak adalah

(24)

Menurut Achsin ( 1981 : 3 ) mengatakan :

Menyimak tergolong kegiatan mental yang kreatif lebih aktif daripada mendengar. Di

dalamnya terdapat proses mental ( psikis ) dalam strata, Mulai dari Proses mengidentifikasi

bunyi, proses penyusunan pemahaman dan penafsiran sampai ke proses penggunaan dan

penyimpanan bunyi yang diterima itu.

Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan.

Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa“tujuan utama menyimak adalah

menangkap,memahami,atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan

simakan (Tarigan,1991:4). Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk

memperoleh informasi,menangkap isi,serta memahami makna komunikasi yang hendak

disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan

umum.Disamping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus,yang menyebabkan

adanya aneka ragam menyimak.

Berdasarkan Pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak

adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diucapkan

oleh si penutur untuk memperoleh ide, atau pesan yang akan disampaikan kepada si

pendengar. Selama ini mungkin orang beranggapan bahwa proses mendengar dengan

mendengarkan mungkin sama saja yaitu sama-sama untuk mendengarkan pembicaraan

orang lain. Tetapi dalam hal ini dibedakan proses mendengar dan mendengarkan.

Perlu diketahui sebagai penambah cakrawala pengetahuan bahwa para pakar

mengkatkan atau memperkirakan 85% dari apa yang diketahui insan manusia berasal dari

hasil menyimak. Tetapi yang diingat bahwa menyimak hanya kira-kira 20% dari yang

didengar. Banyak orang yang tidak memahami bahwa menyimak itu sama aktifnya dengan

berbicara dalam beberapa hal menyimak itu jauh lebih rumit dan sulit.

(25)

mendengar. Didalamnya terdapat proses mental (psikis) dalam berbagai strata, mulai dari

proses mengidentifikasi bbunyi, proses penyusunan pemahaman dan penafsiran sampai ke

proses penggunaan dan penyimpanan bunyi yang diterima itu.

Menyimak menuntut perhatian, pikiran, penalaran, penafsiran serta imajinasi dari sang

penyimak. Sang penyimak tidak hanyak memusatkan perhaiannya pada kata-kata yang

diucapkan itu sendiri teapi juga pada nada-nada ucapan sang pembicara. Pola-pola Infleksi

bahasa yang dipakai, dan lambang-lambang non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan atau

mimik. Para penyimak yang dianggap akan hal-hal seperti itu jelas akan lebih mudah

menangkap dan memahami ide-ide si pembicara.

2.2.1 Jenis – Jenis Menyimak

Secara garis besar Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni:

A. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan

sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang

berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya

di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu

dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas,

umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat

dibagi menjadi empat

1. Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya

(26)

Contoh : Achank sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di

teras dengan tetangganya.

2. Menyimak estetik

Menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya,

lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara

imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku

3. Menyimak pasif

Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang

biasanya menandai upaya penyimak.

Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai

berkomunikasi menggunakan bahasa asing.

4. Menyimak sosial

Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol,

bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak

satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian

yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang

dikemukakan atau dikatakan orang.

B.Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan

ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Jenis menyimak seperti ini

dibagi atas beberapa jenis, yaitu :

1. Menyimak kritis

Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan.

Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara.

(27)

selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan

setelah selesai menyimak.

3. Menyimak penyelidikan

Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan

tujuan menemukan;

• Hal-hal baru yang menarik,

• Informasi tambahan mengenai suatu topik,

• Isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik

4. Menyimak kreatif

Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak

dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia

berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.

5. Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang

disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari

pembicara dapat diterima dengan baik.

6. Menyimak selektif

Menyimak selektif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan menampung

aspirasi dari penutur / pembicara dengan menyeleksi dan membandingkan hasil

simakan dengan hal yang relevan.

2.3 Drama

Jenis (genre) sastra adalah mata rantai yang menghubungkan karya sastra individual

dengan kesemestaan. Akibatnya, pembaca sering memberi makna pada sebuah teks menurut

harapannya dan pemahaman tentang sistem konvensi yang dianggap ada pada karya tertentu”

(Scholes, 1974:128). Menurut Waluyo (2006:2) “drama berasal dari bahasa yunani draomai

(28)

menyebutkan bahwa drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang

dipertunjukan didepan orang banyak.

Pengarang menulis drama itu dengan membayangkan action dan ucapan para aktor di atas

panggung. Jadi, dialog dan action itu adalah bagian yang sangat penting. Dengan demikian,

setiap usaha analisis drama harus dilandasi kesadaran bahwa sebuah karya drama memang

ditulis untuk dipentaskan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tambayong (Addin 2009: 9)

menyatakan bahwa “drama adalah cerita yang unik. Ia bukan hanya untuk dibaca, melainkan

untuk dipertunjukkan sebagai tontonan”.

Tarigan(1984:71) Mengatakan bahwa

prosa disusun buat pertunjukan dan dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau tokoh

suatu cerita dengan gerak dan biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik beberapa hal

berdasarkan cerita dan sebagainya yaitu lakon. Direncanakan atau disusun sedemikian rupa

untuk dipertunjukkan oleh pelaku di atas pentas.

2.3.1 Unsur Intristik

1.

sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian tujuan drama bukanlah untuk dibaca

seperti orang membaca novel atau puisi. Pokok drama ialah cerita yang membawakan

tema tertentu, diungkapkan oleh dialog dan perbuatan para pelakunya. Dialog dalam

drama ini dapat berbentuk bahasa prosa. Adapun drama terdiri dari Unsur Instrinstik dan

unsur ekstrinstik. Unsur Intristik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat

ditemukan didalam karya sastra itu sendiri. Adapun unsur-unsur Intristik drama yaitu

A. Tema

Adapun unsur yang paling penting yang harus diinterpretasi dalam analisis sebuah

(29)

diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya ( Lutters,

2006:41). Tema drama harus disesuaikan dengan penonton. Jika drama ditujukan kepada

pelajar, maka tema ceritanya harus sarat dengan pendidikan. Jangan sampai tema yang

disajikan justru menjerumuskan pelajar sebagai penonton pada hal-hal yang tidak edukatif.

Sebuah karya sastra yang diciptakan haruslah memiliki dasar atau tema yang merupakan

sasaran utama dalam karya sastra. Tanpa adanya tema dalam sebuah cerita maka belum

dikatakan sempurna dan tidak jelas akan maknanya. Meskipun pengarang dalam

penceritaannya tidaklah menjelaskan apa tema ceritanya secara jelas.

“Menurut Tarigan (Delursman, 1996:9) tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau

peranan tertentu yang mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang

membentuk serta membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra”. Selanjutnya

“Waluyo (2006:26) menyebutkan bahwa tema merupakan struktur dalam dari sebuah karya

sastra”. Dengan demikian pada saat menyusun sebuah tema atau pada saat menentukan

sebuah tema untuk sebuah karangan ada dua unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu

topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik.

B.Alur Cerita ( plot )

Plot atau alur adalah pola dasar dari kejadian-kejadian yang membangun aksi yang

penting dalam sebuah drama. Plot drama harus dibangun mulai dari awal, lalu terdapat

kemajuan-kemajuan dan penyelesaian masalah yang diberikan kepada penonton. Plot

menjelaskan bagaimana sebuah kejadian mempengaruhi kejadian yang lain dan mengapa

orang-orang yang ada didalamnya berlaku seperti itu ( Suban,2009 :79 ).

Somad ( 2008: 149 ) menjabarkan alur menjadi beberapa bagian berikut.

1. Eksposisi / introduksi merupakan pergerakan terhadap konflik melalui dialog-dialog

pelaku.

(30)

3. Klimaks merupakan pergumulan konflik atau ketegangan yang telah mencapai

puncaknya dalam cerita.

4. Antiklimaks merupakan konflik mulai menurun atau masalah dapat diselesaikan.

5. Konklusi merupakan akhir peristiwa atau penentuan terhadap nasib pelaku utama.

C.Latar cerita ( setting )

Lutters (2006: 56 ) menjelaskan bahwa setting cerita adalah lokasi tempat cerita ini

ingin ditempatkan atau diwadahi. Setting dibagi menjaadi dua, yaitu media/ tempat dan

budaya. Latar Suatu peristiwa kejadian yang terjadi dalam kehidupan selalu terjadi di

suatu tempat tertentu sesuai dengan kejadian atau peristiwa tertentu, dalam waktu

tertentu, serta latar belakan situasi tertentu. Demikian pula halnya peristiwa-peristiwa yang

terdapat dalam teks drama akan terjadi di suatu tempat, dalam waktu tertentu, yang

diistilahkan dengan latar. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

“Abrams (Esten, 1990:90) menyebutkan bahwa latar karya cerita atau karya drama adalah

tempat secara umum dan waktu (masa) di mana saksi-saksi terjadi”. Menurut Esten

(1990:92) juga mengatakan bahwa “latar adalah lingkungan, terutama lingkungan rumah

tangga, dapat merupakan menotomi, atau metafora, pernyataan dan perwujudan dari

watak”. Latar merupakan salah satu unsur yang penting dalam struktur karya sastra fiksi

seperti dalam struktur novel, roman, cerpen dan drama yang memperlihatkan suatu

hubungan yang saling berkaitan dengan unsur-unsur struktur lainnya. Latar berfungsi

untuk mengembangkan cerita dalam rangka mewujudkan alur atau tema dan unsur lainnya

dalam suatu karya sastra fiksi.

D.Tokoh dan Penokohan

Terjadinya konflik atau peristiwa dalam sebuah drama, seperti halnya peristiwa dalam

(31)

memerankan karakter yang berbeda-beda sesuai dengan karakter yang ada di dalam

karya fiksi. Hal ini untuk menunjukan adanya perbedaan sikap atau perwatakan antara

pelaku yang satu dengan yang lainnya. Pelaku-pelaku dalam sebuah karya fiksi

khususnya drama juga memiliki perwatakan yang berbeda hal ini dapat diistilahkan

dengan tokoh. Menurut Wiyatmi (2009:30) “tokoh adalah para pelaku yang terdapat

dalam sebuah fiksi”.

Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelaku

utama. Lutters ( 2006 : 81 ) membagi tokoh / peran menurut sifatnya dalam tiga hal

berikut.

1. Peran protagonis

Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal yang positif dalam kebutuhan

cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita

sehingga akan menilbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya

menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan.

2. Peran Antagonis

Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang

harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung

menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga

akan menimbulkan rasa benci atau antipasi penonton.

3. Peran Tritagonis

Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun

antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga

bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh

(32)

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis cerita kepada penonton atau

penikmat drama. Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui cerita harus dicari

oleh pembaca. Menurut Sumardjo dan Saini (1997:56) “menyatakan bahwa amanat adalah

ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya”.

Seorang pengarang cerita ada atau tidak sadar pasti akan menyampaikan amanat dalam

karyanya itu. Pembaca cukup teliti akan menangkap apa yang tersirat dalam yang tersurat.

Jika tema karya sastra berhubungan dengan arti dari karya sastra itu, maka amanat

berhubungan dengan makna dari karya itu.

5. Sudut pandang

Sudut pandang adalah tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut

pandang ini tidak diartikan sebagai penglihatan atas sesuatu barang dari atas atau dari

bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil suatu posisi

tertentu. Wiyanto ( 2002 : 29 ) membagi sudut pandang sebagai berikut.

a. Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata

ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita

dan bertindak sebagai tokoh cerita.

b. Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata

ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik

berat cerita.

c. Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak

seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku

tokoh

2.3.2 Unsur Ekstrinstik

(33)

a. Biografi Pengarang

Seorang pengarang karya sastra, harus dapat menjiwai isi karangan yang dibuat.

b. Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang. Psikologi juga

dikatakan ilmu berkaitan dengan proses-proses mental yang normal maupun yang tidak

normal dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan berbagai

kegiatan jiwa. Jadi seorang pengarang harus mampu menguasai psikologi karangan sastra

yang dibuatnya.

c. Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai struktur sosial dan

proses-proses sosial. Pengarang menulis drama juga dipengaharui oleh status lapisan masyarakat

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan ilmiah pada setiap

disiplin ilmu (mahsun, 2006: 271). Metode merupakan cara terpenting dalam memecahkan

suatu masalah. Metode akan menentukan suatu hasil penelitian sesuai dengan

harapan.Penelitian ini merupakan penelitian Field Research (Studi Lapangan) yang bersifat

deskriptif.

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program studi bahasa arab fakultas ilmu budaya

Universitas Sumatera Utara , dan waktu penelitian ini dilakukan selama 10 hari

dimulai pada tanggal 10 s/d 20 November 2013

2. Populasi dan Sampel

Menurut Gulo ( 2002:760) Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang

daripadanya terkandung informasi yang diketahui.Berdasarkan pendapat tersebut

maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Program

studi bahasa arab Universitas Sumatera Utara stambuk 2011 yang berjumlah 20

mahasiswa

Selanjutnya untuk Sampel, Arikunto ( 1992:102 ) berpendapat bahwa apabila

subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara

10% hingga 15% atau 20% hingga 35% saja Dengan demikian, karena jumlah

Mahasiswa Program studi bahasa arab Universitas Sumatra Utara stambuk 2011 yang

berjumlah 34 mahasiswa dengan kata lain kurang dari 100 orang, maka semua dapat

(35)

3. Teknik Pengumpulan data :

Untuk mengumpulkan data pertama-tama siswa diminta untuk menyimak film

Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / yang diputar dalam tiga kali pengulangan secara terpotong-potong. Selanjutnya mahasiswa diberi Tes Essay yang isinya meminta mahasiswa untuk

menjelaskan unsur Intrinstik film Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati /.Aspek Penilaiannya sebagai berikut :

Aspek-aspek penilaian sebagai berikut

4. Teknik analisis Data

Setelah diperoleh data tingkat kemampuan Mahasiswa maka selanjutanya data itu

dianalisis. Tingkat kemampuan menyimak dinyatakan dalam rumus Kurikulum Petunjuk

Pelaksanaan Penilaian, yaitu:

N= ��

�� � 100

No Aspek yang dinilai Indikator skor

1 Alur cerita Menjelaskan jenis alur yang terdapat dalam film

40

Menjelaskan tahap-tahapan pada alur tersebut

2 Penokohan Menyebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam film

15

Menyebutkan tokoh antagaonis dan protagonis dalam

film

3 Latar cerita mengetahui latar cerita yg digunakan dalam film 15

(36)

N = Nilai akhir yang diperoleh siswa

SM = Skor mentah yang diperoleh siswa

SI = Skor ideal (skor total)

Selanjutnya menetapkan kategori penilaian tingkat kemampuan berdasarkan nilai

yang diperoleh. Kategori penilaian tingkat kemampuan menyikmak yang dipergunakan

dalam penelitian ini menurut Arikunto (2002 : 269) adalah:

Apabila berada pada rentang penilaian :

1. 80 – 100 ( Baik Sekali )

2. 70 – 79 ( Baik )

3. 60 – 69 ( Cukup )

4. 50 – 59 ( Rendah )

5. < 50 ( Sangat Rendah )

Langkah terakhir adalah mencari rata-rata nilai kemampuan menyimak siswa kelas

aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :

M =

Ʃ��

M = Mean ( Rata- Rata )

ƩFx = Jumlah Skor

(37)
(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian

Data yang disajikan pada bagian ini adalah data yang diperoleh dari hasil tes

kemampuan menyimak yang peneliti laksanakan kepada mahasiswa Stambuk 2011 Fakultas

ilmu budaya Program Studi Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara.

Pada bagian terdahulu penulis menjelaskan bahwa tes dilaksanakan dengan meminta

sampel untuk menyimak film dengan aspek penilaian yang berkaitan dengan (1) alur cerita;

(2) penokohan; (3) latar cerita;(4) amanat.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan bahwa kemampuan menyimak (unsur

intrinstik) cerita film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan baik sekali.Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel 4.1.a Hasil Kemampuan Menyimak ( Unsur Intrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-bari al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011

(39)

6 KHN 70 Baik

7 NMY 70 Baik

8 SW 60 Cukup

9 SWT 55 Rendah

10 NHP 65 Cukup

11 DIO 75 Baik

12 RFN 75 Baik

13 SY 70 Baik

14 DHD 65 Cukup

15 PK 75 Baik

16 IDN 75 Baik

17 FH 48 Sangat Rendah

18 MA 70 Baik

19 SP 65 Cukup

20 TAS 75 Baik

21 ASP 90 Baik Sekali

(40)

Tabel 4.1.b Persiapan Perhitungan Nilai Rata-rata kemampuan menyimak unsur

Setelah memperoleh nilai rata-rata maka akan dicari persentase nilai kemampuan

menyimak seperti yang dipaparkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1.c Persiapan Mencari Persentase Nilai Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ / Synbād asṭūzatu al-bari al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program

Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara

Rentang Nilai Kriteria

80-100 A 4

70-79 B 10

(41)

50-59 D 1

0-49 E 1

4.2Pembahasan Penelitian

Hasil kemampuan menyimak (unsur intrinstik) cerita film ‘Sinbad: The legend Of Seven

Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara yang

dipaparkan pada tabel 4.1.a dihitung dengan menggunakan rumus :

N= ��

�� � 100

Keterangan : N = Nilai akhir yang diperoleh siswa

SM = Skor mentah yang diperoleh siswa

SI = Skor ideal (skor total)

Pelaksanaan tes dilakukan pada mahasiswa yang merupakan sampel dalam penelitian

sebanyak 22 orang. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa yang mendapat

skor paling tinggi dengan Kategori Baik Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),.

Kemudian Skor yang dikategorikan baik adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan

cukup adalah skor 65 ( 6 orang ), skor 60 ( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan

sangat rendah adalah 55 ( 1 Orang ) dan 48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis

peroleh, skor tertinggi sebesar 90, dan skor terendah 48

Setelah diperoleh nilai individu pada masing-masing sampel maka dapat dicari nilai

rata-rata kemampuan menyimak unsur Intrinstik film Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / yang dapat dilihat pada tabel 4.1.b.

M=

Ʃ��

M= 1763

(42)

M = 80,1

Keterangan : M = Mean ( Rata- Rata )

ƩFx = Jumlah Skor

n = Jumlah Mahasiswa

Dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh nilai mean ( rata-rata )

Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas

ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ

ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara memperoleh nilai

rata-rata 80,1 dan dapat dikategorikan Baik sekali

Setelah memperoleh nilai rata-rata maka akan dicari persentase nilai kemampuan

menyimak seperti yang dipaparkan pada tabel 4.1.c. Nilai tersebut dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut :

Pi= ��

� x 100 %

Keterangan Pi = Persentase nilai kemampuan menyimak

Fi = jumlah kriteria

n = Jumlah sampel

Maka dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

1. Persentase kategori nilai mahasiswa sangat baik ( A )

Pi= 4

22 x 100 %

Pi = 18,1 %

(43)

Pi= 10

22 x 100 %

Pi = 45,4 %

3. Persentase kategori nilai Mahasiswa cukup ( C )

Pi= 6

22 x 100 %

Pi = 27,2 %

4. Persentase kategori nilai mahasiswa kurang ( D )

Pi= 1

22 x 100 %

Pi = 4,5 %

5. Persentase kategori nilai mahasiswa sangat kurang ( E )

Pi= 1

22 x 100 %

Pi = 4,5 %

Dari perhitungan persentase nilai Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita

Film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara di atas dapat dilihat persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat

nilai sangat baik ( A ) 18,1 % , persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat nilai

baik ( B ) 45,4 % , persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat nilai cukup ( C )

27,2 %, persentase kategori nilai mahasiswa yang medapat nilai kurang ( D ) 4,5%, dan

persentase kategori nilai mahasiswa yang mendapat nilai sangat kurang ( D ) 4,5 %

(44)

Berdasarkan Hasil Penelitian ini dapat dijawab pertanyaan penelitian yaitu :

Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven

Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara dapat

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Kemampuan Menyimak (unsur intrinstik) Cerita Film ‘Sinbad: The legend Of Seven

Seas ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ / Synbād asṭūzatu al-baḥri al-sab’ati / Pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab Tahun Ajaran 2011 Universitas Sumatera Utara dapat

dikategorikan baik sekali dengan nilai rata-rata 80,1. skor paling tinggi dengan Kategori

Baik Sekali adalah 90 ( 3 orang ), Skor 80 ( 1 orang ),. Kemudian Skor yang dikategorikan

baik adalah 75 ( 5 Orang ). Dan skor yang dikategorikan cukup adalah skor 65 ( 6 orang ),

skor 60 ( 1 Orang ) serta perolehan skor yang dikategorikan sangat rendah adalah 55 ( 1

Orang ) dan 48 ( 1 orang ).Dari Hasil penelitian yyang penulis peroleh, skor tertinggi sebesar

90, dan skor terendah 48. Persentase kategori nilai mahasiswa terdiri dari 18,1 % baik sekali

( A ), 45,4% baik ( B ), 27,2% cukup ( C ), 4,5% kurang ( D ) dan 4,5 % kurang sekali ( E ).

B.Saran

Untuk meningkatkan kemampuan menyimak dalam mata kuliah Menyimak dan Telaah

Drama Arab. penulis mengemukakan beberapa saran sebagai Berikut :

1. Diharapkan mahasiswa agar menyadari betapa pentingnya keterampilan menyimak

,dan Penyimak yang baik akan membawa hasil yang baik.

2. Diharapkan kepada dosen agar dapat membimbing mahasiswa yang lemah dalam

menyimak dan memahami isi cerita dalam bahasa arab.

3. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan guna dijadikan masukkan dan saran yang

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyimiy, Ahmad. 1960. Jawaahiir al-Balaaghah. Indonesia: Daar ihya al-Uluum.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta:Jakarta.

Azwar, Saifuddin 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gulo.W. 2002. Metodologi penelitian. Jakarta : PT.Gramedia Widiarsa Indonesia

Hamdani, Wagino Hamid. 2004. Pengantar Linguistik. Bandung: PSIBA Press.

H.B. Sutopo .2006. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar teori dan Terapannya dalam

Penelitian Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Jos Daniel, Parera 1997. Linguistik edukasional : analisis kesalahan berbahasa.Jakarta :

Erlangga.

Mahsun, M.S .2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Gtaffindo Persada.

Shihab, Quraish .2001. Mukjizat Al-Qur'an. Bandung: Mizan

Sumarsono dan Paina Partana.2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda

Tarigan, H.G. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. 1980. Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. 1983. membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. 1991. Metodologi pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda

Warson Munawwir, Achmad dan Muhammad Fairus. 2007. Al-Munawwir kamus

Indonesia-Arab.Surabaya : Pustaka Progressif.

Wiyanto, Asul. 2002. Terampil bermain drama. . Jakarta: PT. Grasindo

Zakaria, Azis. Cerita animasi Sinbad.

(47)
(48)

LAMPIRAN : Sinopsis film Sinbad : The legend of seven seas

Seorang pelaut arab bernama Sinbad sedang dalam perjalanan mengarungi

samudera,dalam perjalanannya Sinbad dan para awak kapalnya bertemu dengan sahabat

lamanya sewaktu masih kecil. Sahabat Sinbad itu bernama Proteus. Potreus merupakan

pangeran dari Syracuse dan anak dari raja. Proteus mengenalkan Sinbad kepada ayahnya

dan tunangan Proteus yang bernama Marina. Proteus juga mengajak Sinbad untuk

bermalam dikekerajaan.

Pada suatu malam datanglah dewi kekacauan yang bernama Eris kekerajaan.Eris

ingin mencuri buku perdamaian milik kerajaan Kemudian Eris menyihir dirinya sendiri

untuk mengubah dirinya menjadi Sinbad. Kemudian Eris yang menyerupai Sinbad itu

mencuri buku perdamaian dan meninggalkan kerajaan.

Raja ingin Sinbad mengembalikan buku perdamaian yang telah dia curi,kemudian

Sinbad bingung karena dia tidak merasa mencuri buku perdamaiaan itu. Proteus

mengatakan tidak mungkin Sinbad berbuat serperti itu, aku tau Sinbad adalah seorang

yang jujur dan bertanggung jawab. Pangeran proteus juga berani menggantikan hukuman

mati Sinbad kepada dirinya,tetapi raja tidak mengiyakan, karena mendengar perkataan

pangeran Proteus, Raja ingin segera Sinbad mengembalikan buku perdamaian dan

menunda hukuman matinya. Setelah berbicara dengan Sinbad raja kemudian pergi..

Sinbad yang pada saat itu sedang melamun didatangi dengan dewi kekacauan yang tak lain

adalah Eris penyihir jahat dan mengatakan kalau buku perdamaian itu ada padanya. Dia

juga mengatakan kalau ingin mengambil buku itu Sinbad harus menemui dirinya dan

mengatakan ikutilah arah matahari terbenam.

(49)

mempercayainya dan dia juga mau menggantikan hukuman mati Sinbad, Raja mengatakan

dalam waktu tertentu apabila Sinbad belum datang hukuman mati akan tetap dilaksanakan.

Sampai tujuan Sinbad dan Marina menemui penyihir itu. Kemudian Sinbad diberi

pertanyaan berupa teka-teki jika ingin mengambil buku perdamaian. Penyihir itu mengatakan

kepada sibad apakah kamu menukai marina? Jika iya kamu tidak usah kembali kekerajaan

dan membawa pergi marina, tetapi jika tidak kamu akan mengambil buku ini dan kembali

kekerajaaan dan kamu akan kehilangan Marina. Mendengar pertanyaan itu Sinbad ingin

mengambil buku itu, tetapi jawaban Sinbad diaanggap bohong oleh penyihir itu. Karena

gagal mendapatkan buku itu perdamaian, Sinbad kembali kekerajaan.

Sesampainya dikerajaan Sinbad melihat pangeran akan dihukuman pancung. Kemudian

Sinbad mengatakan kalau dia tidak berhasil merebut kembali buku itu. Maka Sinbad yang

akan dihukum pancung,ketikan akan dipancung, tiba-tiba penyihir itu datang dan mengatakan

kepada Sinbad kalau dia sudah kalah. Kemudian Sinbad menjawab aku tidak kalah kamulah

yang kalah Sinbad juga berkata” aku kembali kekerajaan dan itu benar”.mendengar perkataan

(50)

Lampiran : Essay test

1. Jelaskan alur cerita dan tahap-tahapan alur cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad:

The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

2. Sebutkan antagonis dan protagonis dalam film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas (

ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

3. Sebutkan latar cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas (

ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

(51)

KUNCI JAWABAN

1. Jelaskan alur cerita dan tahap-tahapan alur cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad:

The legend Of Seven Seas ( ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

• Intoduksi

Pada tahap ini mula-mula diperlihatkan ketamakan dewi eris yang ingin

menguasai dunia dengan cara mencuri kitab perdamaian yang berada dikapal

pangeran proteus yang hendak dibawa ke kerajaannya . ternyata disekitar kapal

protteus berlayar terdapat kapal sinbad yang sedangmencari mangsa untuk

dirampok. Kemudian sinbad memasuki kapal tersebut dan ternyata kapal itu

adalah kapal milik sahabat masa kecilnya yang sudah menjadi pangeran disebuah

kerajaan. Pada tahap ini juga memperkenalkan penontok kepada kitab perdamaian

yang hendak dicuri oleh sinbad dan dewi eris. Mengetahui keinginan sinbad

tersebut maka dewi jahat itu mengajak sinbad untuk bekerja sama untk mencuri

kitab tersebut . Setelah berbicara panjang lebar akhirnya proteus mengajak sinbad

untuk singgah ke kerajaannya untuk bermalam disana, sesampainya dikerajaan

sinbad dikenalkan oleh sang raja yang tidak lain adalah ayah proteus dan

diperkenalkan dengan marina yaitu tunangan proteus.

• Intrik

- Tahap ini terjadi ketika dewi eris mencuri kitab perdamaian dengan menyamar

sebagai sinbad sehingga seluruh kerajaan mengira bahwa sinbadlah yang

mencuri kitab itu.

- Ketika Proteus bersedia menggantikan hukuman mati sinbad sampai buku

tersebut kembali

(52)

•Klimaks

-Ketika Sinbad sampai dikediaman dewi eris dan dewi eris memberikan

pertanyaan yang harus dijawab jujur oleh sinbad. Namun setelah sinbad

menjawab dengan jujur dewi eris merasa bahwa sinbad berbohong terhadap

kata-katanya sehingga dewi eris tidak mengembalikan buku tersebut

-Ketika Sinbad dan marina saling jatuh cinta

-Ketika Sinbad datang ke kerajaan dengan tangan kosong bertepatan pada saat

proteus akan dipenggal. Namun sinbad bertanggung jawab terhadap kata-katanya

sehingga sinbad menggantikan posisi proteu s dan siap untuk dipancung

•Anti Klimaks

-Ketika Sinbad hendak dipancung tetapi secara tiba-tiba pedan yang digunakan

untuk memancung sinbad hancur berkeping-keping karena kedatangan dewi Eris

-Dew eris merasa sinbad memnuhi kata-katanya dan tidak berbohong sehingga

dewi eris menyeah dan mengembalikan buku tersebut kepada sinbad

-Proteus mengizinkan marina untuk ikut berpetualang mengarungi samudra

bersama sinbad

•Konklusi

-Kitab perdamaian tersebut dikembalikan ke kerajaan dan dunia kembali menjadi

terang

-Dan sinbad kembali melanjutkan petualangannya ditemani oleh marina

2. Sebutkan antagonis dan protagonis dalam film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas (

ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ ﺩﺎﺒﻨﺳ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

• Peran Antagonis :

- Dewi Eris

(53)

- Proteus

- Marina

- Raja

- Awak kapal sinbad

3. Sebutkan latar cerita yang terdapat pada film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺩﺎﺒﻨﺳ ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

- Di kapal

- Di Lautan

- Di Kerajaan

- Di tempat kediaman dewi eris / padang pasir

4. Jelaskan amanat yang terdapat dalam film ‘Sinbad: The legend Of Seven Seas ( ﺩﺎﺒﻨﺳ

ﺔﻌﺒﺴﻟﺍ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺓﺯﻮﻄﺳﺍ) / Synbād aṭūzatu al-baḥru al-sab’atu / !

- Keberanian seorang Sinbad dapat kita contoh, Sinbad berani menghadapi suatu

masalah apapun antara lain tuduhan seorang raja yang menuduh bahwa dia

mencuri buku,menghadapi masalah dalam perjalanannya mengarungi samudera

untuk mengambil kembali buku perdamaian, karena dia percaya bahwa suatu

masalah pasti ada jalan keluarnya.

- Rasa kesetiakawanan, karena semasa kecil Sinbad memiliki seorang sahabat

dan sampai sekarang hubungan Sinbad dan Proteus sangat baik, dibuktikan

dengan Proteus berani mengambil alih hukuman mati Sinbad.

- Rasa percaya yang tak akan akan pernah berubah, dibuktikan dengan Proteus

(54)

- tidak mengenal lelah dengan selalu berlayar mengarungi samudera. memiliki

ide-ide yang sangat jenius, dibuktikan dengan menempelkan tali pada ikan

Gambar

Tabel 4.1.a Hasil Kemampuan Menyimak ( Unsur Intrinstik ) Cerita Film ‘Sinbad: The
Tabel 4.1.c Persiapan Mencari Persentase Nilai Kemampuan Menyimak (unsur

Referensi

Dokumen terkait

Transmisi adalah salah satu dari sistem pemindah tenaga dari mesin ke diferensial kemudian keporos axle yang mengakibatkan roda dapat berputar dan menggerakkan

Dari hasil pengukuran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa saat tidak menerima cahaya dari Laser , photodioda nya telah mendapatkan tegangan sebesar 0,249 mV, tegangan ini

Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis

Istana Deli Kejayaan (Honda IDK) Medan Promosi penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan volume penjualan pada PT. Istana Deli Kejayaan (Honda

Penciptaan karya Tugas Akhir dengan judul Tradisi Rampogan Macan Di Blitar Dengan Visualisasi Wayang Beber Sebagai Sumber Ide Penciptaan Busana Pesta bertujuan untuk

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana strategi guru dalam memberi motivasi untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik di MI Plus Wateskroyo

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Kelas VI,

Tes kemampuan pemahaman matematis ditujukan untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis siswa yang meliputi aspek penguasaan pemahaman konseptual dan pengetahuan