• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pendidikan Dan Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan Di Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pendidikan Dan Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan Di Kota Depok"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

F

TINGKAT PENDIDIKAN DAN KEPEMILIKAN HEWAN

PELIHARAAN TERHADAP PENERAPAN KESEJAHTERAAN

HEWAN DI KOTA DEPOK

YUYUN FATHONAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Pendidikan dan Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan di Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YUYUN FATHONAH. 2015. Tingkat Pendidikan dan Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan di Kota Depok. Dibimbing oleh EKO SUGENG PRIBADI.

Perkembangan dunia teknologi informasi dan digital mengubah gaya hidup masyarakat saat ini. Masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi yang diinginkan, terutama melalui media elektronik dan media sosial. Konsep kesejahteraan hewan merupakan salah satu isu non-konvensional dalam hubungan internasional yang saat ini mendapat perhatian besar di dunia internasional. Memelihara hewan peliharaan (companion animal) harus memerhatikan kesejahteraan hewan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mengenai tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan terhadap peneraan asas kesejahteraan hewan di Kota Depok. Data penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara siswa/i pemilik hewan peliharaan dan tidak memiliki hewan peliharaan di sembilan sekolah setingkat pendidikan dasar dan lanjutan di Kota Depok. Data diolah dengan metode statistika chi square untuk menguji hubungan dua variabel. Terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan dalam penerapan kesejahteraan hewan. Tingkat pendidikan SMP memengaruhi sikap terhadap asas kesejahteraan hewan. Kepemilikan hewan peliharaan memengaruhi pengetahuan terhadap asas kesejahteraan hewan.

Kata-kata kunci: hewan peliharaan, kesejahteraan hewan, Kota Depok, tingkat pendidikan

ABSTRACT

YUYUN FATHONAH.

Between Education Level and Pet Ownership Implementation of Animal Welfare in Depok. Supervised by EKO SUGENG PRIBADI.

(5)

education levels and pet ownership in the implementation of animal welfare. The level of secondary education affects attitudes towards animal welfare principles. Pet ownership affects the knowledge of the principles of animal welfare.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran hewan

TINGKAT PENDIDIKAN DAN KEPEMILIKAN HEWAN

PELIHARAAN TERHADAP PENERAPAN KESEJAHTERAAN

HEWAN DI KOTA DEPOK

YUYUN FATHONAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Pendidikan dan Kepemilikan Hewan Peliharaan Terhadap Penerapan Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) di Kota Depok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang membantu menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan pada waktu yang tepat. Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drh. Eko S. Pribadi,MS sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan selama perencanaan, proses dan penyelesaian penelitian dengan penuh kesabaran. Dukungan serta motivasi dari keluarga, saudara dan temen-teman. Serta kerja sama dari berbagai pihak sekolah yang telah mengijinkan dan berkenan dalam perolehan data responden. Karya Ini dipersembahkan untuk keluarga, Ayah (Abd. Rohim), Ibu (Yayah Rokayah), Kakak (Euis Afriany,Ifah Soleha) dan Adik (Robiatul A dan Siti Muthmainnah).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini terdapat kesalahan baik dalam penulisan nama, gelar, maupun penyajian kalimat yang kurang tepat oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2 Tingkat Pendidikan 2

Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare) 3

Kepemilikan Hewan Peliharaan 4

Profil Kota Depok 4

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Rancangan Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Penyebaran tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan responden 8 2 Pengetahuan responden mengenai kesejahteraan hewan pada

berbagai tingkat pendidikan 8 3 Perilaku responden mengenai kesejahteraan hewan pada

berbagai tingkat pendidikan 9 4 Sikap responden mengenai kesejahteraan hewan pada

berbagai tingkat pendidikan 10 5 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap,

dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan 10 6 Hubungan antara kepemilikan hewan peliharaan dengan pengetahuan,

sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan 11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Administrasi Kota Depok 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Definisi operasional peubah 14

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan dunia teknologi informasi dan digital mengubah gaya hidup masyarakat saat ini. Masyarakat sangat mudah mendapatkan informasi yang diinginkan, terutama melalui media elektronik dan media sosial. Teknologi dipercaya dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan masyarakat terhadap hal-hal yang ingin dipelajari. Salah satu isu yang mendapat perhatian masyarakat pencinta hewan adalah kesejahteraan hewan (Winarso 2008). Dalam UU No. 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjelaskan bahwa kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Hal ini dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. Winarso (2008) dan Cheeke (2004) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perluasan isu kesejahteraan hewan tidak hanya oleh era globalisasi namun terdapat peran desakan para penggiat pendukung hak hewan (animal right) dan kesejahteraan hewan (animal welfare). Konsep kesejahteraan hewan merupakan salah satu isu non-konvensional dalam hubungan internasional yang saat ini mendapat perhatian besar di dunia internasional, khususnya di kawasan Uni Eropa (Rachmawaty 2011).

Akan tetapi, masih ada beberapa negara yang belum mempunyai peraturan perundangan yang mendukung kesejahteraan hewan (PETA 2007). Isu kesejahteraan hewan sangat dipengaruhi oleh adanya peran hukum dan peran sosial masyarakat. Hewan peliharaan dapat dianggap sebagai obyek beban tambahan bagi manusia (Rahmiati dan Pribadi 2014). Pemenuhan kebutuhan pemeliharan hewan dalam bentuk biaya tambahan untuk pakan, minum, kandang, kesehatan dan kebutuhan lainnya masih dianggap sebagai beban tambahan. Upaya pemilik untuk meluangkan waktu memandikan hewan, mengajak bermain, memeriksa keadaan kebersihan dan kesehatan hewannya juga menjadi beban moril bagi pemilik. Pemilik hewan memiliki kebiasaan menghabiskan uang mereka dalam jumlah banyak untuk kesehatan hewan yang dipeliharanya (Wolf et al. 2008). Mereka seolah ingin memberikan jaminan bahwa hewan peliharaannya sejahtera.

(14)

2

peliharaannya. Dalam keanggotaan World Society for the Protection of Animal (WSPA), peningkatan populasi anjing di Indonesia mencapai 22% (merupakan peringkat ke-9 dari 58 negara) dan populasi kucing sebesar 66% (merupakan peringkat ke-2). Populasi hewan peliharaan di dunia mencapai delapan juta ekor untuk anjing dan 15 juta ekor untuk kucing (Nurlayli dan Hidayati 2014). Populasi anjing di Kota Depok tercatat sebanyak 1.984 ekor (BPS 2012). Jumlah hewan kesayangan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman dan gaya hidup yang semakin pesat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan terhadap penerapan kesejahteraan hewan di masyarakat Kota Depok.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan di Kota Depok.

Hipotesis

Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan terhadap penerapan kesejahteraan hewan secara menyeluruh dan baik di Kota Depok.

TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Pendidikan

(15)

3 tindakan atau praktek kejam dalam beberapa kasus penganiayaan hewan (Raj 2004; Eccleston 2009). Hasil penelitian Luke et al. (1997) memperlihatkan bahwa orang yang melakukan kejahatan dan penyiksaan terhadap hewan cenderung akan melakukan hal yang sama pada orang lain. Massachusetts Society For The Prevetio Of Cruely To Animals dan Universitas Northeastern lembaga yang bergerak dalam bidang perlindungan hewan di Norwegia mencatat anjing dan kucing sebagai hewan yang paling sering disiksa manusia di Massachusetts. Para pelakunya adalah remaja berusia di bawah 18 tahun (27%) dan di bawah 30 tahun (56%) (Luke et al. 1997). Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus berperan aktif menumbuhkan nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan.

Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare )

Kesejahteraan hewan adalah suatu kondisi yang diterima oleh hewan untuk hidup dengan baik atau sejahtera. Hewan dikatakan sejahtera jika hewan tersebut sehat, nyaman, cukup gizi, aman, dapat menampilkan perilaku bawaan, dan tidak menderita akibat rasa sakit, ketakutan dan kesusahan. FAWC (1993) mengemukakan lima bebas (five freedom). Lima bebas tersebut adalah (i) bebas dari rasa haus, rasa lapar dan kekurangan gizi dengan menyediakan air dan diet untuk menjaga kesehatan dan menjaga agar hewan tetap memiliki kekuatan; (ii) bebas dari ketidaknyamanan dengan menyediakan lingkungan yang sesuai termasuk tempat tinggal dan daerah yang nyaman; (iii) bebas untuk beristirahat dan bebas dari rasa sakit, cedera dan penyakit dengan pencegahan atau tindakan sigap untuk mendiagnosis dan melakukan pengobatan; (iv) bebas dari rasa takut dan kesusahan dengan memastikan kondisi yang terhindar penderitaan mental; dan (v) bebas untuk menampilkan perilaku normal dengan menyediakan ruang yang cukup, fasilitas yang tepat dan sesuai dengan jenis hewan itu sendiri.

Ada tiga pandangan yang berbeda tentang kesejahteraan hewan. Ketiga pandangan tersebut adalah (i) fungsi biologis hewan yang baik, ditandai dengan tingginya tingkat kesehatan, pertumbuhan, dan efisiensi produksi; (ii) perasaan dan emosi yang baik ditandai dengan terhindar dari rasa nyeri dan penderitaan sehingga diusahakan hewan selalu menikmati kesenangan dan kehidupan normal; dan (iii) pendekatan perilaku alami yang diperlihatkan bahwa hewan harus bebas dari kendala/kesusahan dan memperlihatkan pola-pola perilaku normal mereka (Duncan dan Fraser 1997). Upaya menyejahterakan hewan yang baik juga ditunjukkan dengan adanya upaya dari pemilik untuk melakukan pencegahan penyakit dan pengobatan terhadap hewannya, menyediakan kandang yang baik, memberikan makanan yang kecukupan gizi, dan penanganan yang manusiawi (OIE 2009). Bagi hewan, tidak ada hal lain yang diharapkan dalam hidupnya selain kesejahteraan itu sendiri (Hartuti et al. 2014).

(16)

4

kelamin, dan umur. Beberapa kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pemilik hewan peliharaan (Odendaal 2005). Penilaian dari sisi pemilik terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama terkait dengan lingkungan atau ruang yang disediakan oleh pemilik hewan untuk hewan peliharaannya. Pembentukan lingkungan buatan untuk hewan peliharaan dipengaruhi keadaan keuangan atau ekonomi (Grant et al. 1998). Bagian kedua terkait dengan rasa tanggung jawab pemilik terhadap hewan peliharaannya. Tanggung jawab ini didasarkan pada pemahaman terhadap artipenjinakan hewan secara fisik dan perilaku hewan sehingga dapat dimanfaatkan bagi manusia (domestikasi). Ketika proses domestikasi itu dilakukan, maka sebagian besar kebutuhan hewan menjadi tanggung jawab manusia untuk memenuhinya. Semakin baik pengetahuan terhadap hewan peliharaannya, maka semakin baik pula penerapan untuk memenuhi kebutuhan dasar hewan peliharaan.

Kepemilikan hewan peliharaan

Hewan peliharaan adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau seluruhnya bergantung pada manusia dan dipelihara untuk tujuan tertentu. Salah satu tujuan memelihara hewan adalah untuk menghilangkan rasa kesepian. Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif terhadap dimilikinya hubungan yang lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan dibandingkan yang diinginkan orang tersebut (Baron dan Byne 2005). Menurut Nurlayli dan Hidayati (2014) bahwa kesepian dapat berubah menjadi depresi yang dapat mengarah ke penyalahgunaan obat dan bulimia nervousa, keadaan depresi juga dapat menyebabkan munculnya situasi rendah harga diri dan hanya mengharapkan kepuasan semu. Kesepian yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan perilaku negatif (Nurlayli dan Hidayati 2014).

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa memelihara hewan tidak hanya sekedar hobi, namun juga bermanfaat yang beragam, seperti kesehatan fisiologik maupun psikologik. Memelihara anjing secara signifikan meningkatkan mutu hidup dalam aspek fisik. Sedangkan memelihara kucing dan selain anjing dapat meningkatkan mutu sosial (Lewiset et al. 2009; Mc Connell et al. 2011). Jumlah hewan peliharaan di Kota Depok mengalami peningkatan, terutama hewan piara anjing dan kucing (Riyandani 2010, data tidak dipublikasikan) sekaligus menjabat sebagai kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kota Depok. Dipaparkan bahwa pada tahun 2009 terdata 783 ekor anjing, 172 ekor kucing terjadi peningkatan pada tahun 2010 meningkat menjadi 856 ekor anjing dan 205 ekor kucing yang telah terdata dan menerima vaksin.

Profil Kota Depok

(17)

5 Gunungputri Kabupaten Bogor. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor.

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Depok

Kota Depok merupakan daerah yang sedang berkembang maju dengan sangat pesat. Daerah dengan luas wilayah 200,29 km2 dengan jumlah penduduk 1.962.160 jiwa merupakan daerah yang memiliki laju pertumbuhan penduduk tercepat kedua setelah Kabupaten Bekasi (BPS 2013). Tingkat pendidikan rata-rata di Kota Depok cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat bahwa proporsi penduduk memiliki ijasah setara SMA menempati urutan terbesar, yaitu 35%. Kota Depok memiliki sebelas kecamatan dan 63 kelurahan serta memiliki pemerataan tingkat pendidikan di daerah-daerah tersebut relatif lebih baik dibandingkan rata-rata Jawa Barat.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(18)

6

Rancangan Penelitian

Populasi studi

Jumlah responden yang akan diambil untuk penelitian ini adalah 40 siswa/i setiap lokasi. Menurut Lindner et al. (2001), jumlah minimal responden adalah 30 responden dan maksimal sebanyak 500 responden.

Jenis dan cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Cara perolehan data dengan kuesioner dilakukan dengan wawancara bagi siswa/i di lokasi penelitian.

Rancangan kuesioner

Kuesioner terdiri atas dua bagian yang tersusun atas 53 pertanyaan. Bagian pertama menjaring data responden dan bagian kedua menjaring data mengenai hubungan responden dengan pola pemeliharaan hewan peliharaan. Pertanyaan mengenai data responden terdiri atas sebelas pertanyaan berupa pertanyaan tipe terbuka dan tipe tertutup. Pertanyaan terbuka untuk menanyakan data responden yang membebaskan kepada responden untuk menjawab apa saja. Contoh pertanyaan tipe ini diantaranya alamat tempat tinggal. Pertanyaan tipe tertutup merupakan pertanyaan yang jawabannya telah disediakan sehingga responden hanya memilih jawaban dari pilihan jawaban yang disediakan. Bagian kedua kuesioner terdiri dari pertanyaan yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan dan penerapan tentang aspek kesejahteraan hewan terhadap hewan peliharaan responden. Dari 42 pertanyaan ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 19 pertanyaan yang menanyakan tentang aspek pengetahuan responden, sebelas pertanyaan tentang aspek perilaku responden dan 12 pertanyaan tentang sikap responden.

Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan menggunakan 19 pertanyaan yang di kelompokkan dengan pilihan jawaban yg berbeda. Terdapat 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban “sangat mengetahui”, “mengetahui”, “kurang mengetahui”, “tidak mengetahui”, dan “sangat tidak mengetahui”. Jawaban “sangat mengetahui” dan “mengetahui” masing-masing diberi nilai 1 sedangkan jawaban “kurang mengetahui”, “tidak mengetahui”, dan “sangat tidak mengetahui” masing- masing diberi nilai nol. Jika responden menjawab dengan memperoleh nilai kumulatif 1–9 maka responden dikelompokkan memiliki pengetahuan yang rendah dan 10–19 maka responden dikelompokkan memiliki pengetahuan yang tinggi.

Pengukuran Sikap

(19)

7 maka dikelompokkan responden bersikap kurang baik dan 7–12 maka dikelompokkan responden bersikap dengan baik.

Pengukuran Perilaku

Pengukuran perilaku dilakukan dengan menggunakan sebelas pertanyaan dengan pilihan jawaban “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, “tidak setuju” dan “sangat tidak setuju”. Jawaban “sangat setuju” bernilai 4, “setuju” bernilai 3, “kurang setuju” bernilai 2, sedangkan untuk “tidak setuju” dan “sangat tidak setuju” masing-masing diberi nilai 0. Jika responden menjawab dengan memperoleh nilai kumulatif 1–22 maka dikelompokkan responden melaksanakan dengan kurang baik dan 23–44 maka responden dikelompokkan responden melaksanakan dengan baik.

Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif dan peubah dengan uji chi square. Analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis, peubah dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Heiman 2011). Data yang diperoleh dari responden diinterpretasikan dan dikaitkan dengan peubah-faktor yang diselidiki sesuai dengan tujuan. Chi square digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua peubah nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara peubah yang satu dengan peubah nominal lainnya. Perhitungan chi square dilakukan dengan program SPSS 18TM dan Microsoft Excel 2007TM . Perhitungan chi square dilakukan menggunakan rumus berikut ini :

X² hitung = dengan :

obs : nilai observasi atau nilai yang ada pada data

exp : nilai expektasi atau notasi untuk nilai harapan, yang

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan dasar (SD, SMP) dan pendidikan lanjutan (SMA). Kepemilikan hewan peliharaan pada masing-masing tingkat pendidikan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu responden yang memiliki dan tidak memiliki hewan peliharaan. Pembagian data responden dilakukan melalui metode bertingkat (strakta). Gambaran tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan dipaparkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Penyebaran tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan reponden memiliki hewan peliharaan dan tidak memiliki hewan peliharan dalam proporsi yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk menyamakan pada masing-masing kelompok responden yang hanya dibedakan dari tingkat pendidikan. Gambaran mengenai tingkat pendidikan dan pengetahuan responden mengenai kesejahteraan hewan dipaparkan dalam Tabel 2 di bawah ini.

(21)

9 berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Tingginya tingkat pendidikan seseorang tidak menjamin bahwa pengetahuan cukup baik tentang asas kesejahteraan hewan (Rahmati dan Pribadi 2014). Hal ini mengingatkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Semakin mudah media masa menyajikan informasi tentang benda, orang, tempat, peristiwa, dan informasi lainya. Media masa telah dipergunakan diberbagai instansi sebagai media pendidikan, meskipun efek yang ditimbulkan oleh tayangan-tayangan media masa dapat berbeda-beda. Pengetahuan biasanya mengacu pada penggunaan media massa, baik secara positif maupun negatif (Morissan 2010).

Hubungan antara pendidikan responden dan perilaku responden mengenai kesejahteraan hewan dipaparkan dalam Tabel 3 di bawah ini. Hampir semua responden memperlihatkan perilaku yang baik berkaitan dengan kesejahteraan hewan dengan pemberian pakan pada hewan peliharaan dengan sesuai kebutuhan secara rutin serta pemberian air minum yang cukup di dalam kandang. Responden pun menyiapkan kandang yang terlindungi dari panas dan hujan, tempat yang bersih, dan mempunyai ukuran kandang cukup memberikan kebebasan hewan beraktivitas dengan baik. Dapat dikatakan bahwa tingkat SD, SMP dan SMA memiliki perilaku baik dengan asas kesejahteran hewan di Kota Depok. Hal ini menunjukkan pada umumya pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi 2010). Hal ini menunjukkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada obyek tersebut (Azwar 2011).

Tabel 3 Perilaku responden mengenai kesejahteraan hewan pada berbagai

(22)

10

Teknik analisis statistika menggunakan uji chi square ini digunakan untuk menguji indenpendensi dua peubah yang masing-masing peubah memiliki kategori-kategori. Dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan responden terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan.

Tabel 5 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan

Tingkat pendidikan

Parameter

Pengetahuan Sikap Perilaku

SD 0,236 0,068 0,365

SMP 0,070 0,027* 0,365

SMA 0,057 0,064 1,000

*nilai probabilitas < 0,05 menyatakan nilai berbeda nyata

Data pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara responden tingkat pendidikan SMP dengan sikap mereka terhadap asas kesejahteraan hewan. Tingkat pendidikan SMP merupakan masa remaja yang sedang mengalami perkembangan emosional yang tinggi. Sesuai dengan hasil pada Tabel 4 yang menunjukkan sikap pada tingkat pendidikan SMP memengaruhi terkait asas kesejaheraan hewan lebih tinggi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan (Rahmiati dan Pribadi 2014). Hasil analisis mengenai hubungan antara responden yang memiliki hewan peliharaan dan yang tidak terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap asas kesejahteraan hewan dipaparkan dalam Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hubungan antara kepemilikan hewan peliharaan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap asa kesejahteraan hewan

Kepemilikan Hewan Peliharaan

Parameter

Pengetahuan Sikap Perilaku

0,000* 0,752 1,000

*nilai probabilitas < 0,05 menyatakan nilai berbeda nyata

(23)

11 sebelumnya dipaparkan hasil bahwa memiliki hewan tertentu dapat menjadi sarana terapi yang baik (Setianingrum 2012). Memiliki hewan peliharaan akan menuntut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemilik untuk mencari tahu informasi terkait cara dan kebutuhan hewan peliharaannya. Hal tersebut mereka lakukan untuk mencegah hewan peliharaan kesayangannya sakit, kotor, dan tidak bernilai keindahan. Responden yang memiliki hewan peliharaan lebih banyak memperoleh informasi terkait dengan asas kesejahteraan hewan secara non formal, seperti bertanya pada petugas toko hewan atau klinik hewan, dokter hewan, dan komunitas pencinta hewan. Responden yang memelihara hewan peliharaan anjing dan kucing memiliki kecenderungan untuk mendatangi toko hewan atau klinik hewan untuk .memandikan demi menjaga kesehatan dan penampilan hewan peliharaannya. Hasil ini memperkuat bahwa kepemilikan hewan peliharaan berkaitan erat pada pengetahuan responden terhadap asas kesejahteraan hewan.

Kepemilikan hewan peliharan konsumsi, seperti ternak sapi, kerbau, domba, kambing, kuda dan unggas, juga mepunyai andil besar dalam pemenuhan kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Mereka juga dimanfaatkan sebagai hewan yang membantu manusia dalam pekerjaan-pekerjaan berat, seperti membajak sawah dan kendaraan pengangkut barang (Winarso 2008). Penerapan kesejahteraan hewan konsumsi, seperti pada perindustrian perunggasan, memiliki cara berbeda dengan tetap menerapkan nilai lima bebas. Menurut Islahuddin (2009) terdapat tiga aspek penting dalam kesejahteraan hewan pada perunggasan, yakni aspek pengangkutan yang meliputi kendaraan dan alat pembawa; aspek penampungan yang meliputi perkandangan, pemeliharaan, pembersihan, kesehatan dan limbah; dan aspek penyembelihan yang meliputi karyawan, peralatan, dan proses.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara tingkat pendidikan dan kepemilikan hewan peliharaan dalam penerapan kesejahteraan hewan. Tingkat pendidikan SMP memengaruhi sikap terhadap asas kesejahteraan hewan. Kepemilikan hewan peliharaan memengaruhi pengetahuan terhadap asas kesejahteraan hewan.

Saran

(24)

12

(25)

13

Cheeke PR. 2004. Contemporary Issues in Animal Agriculture. New Jersey (US): Pearson Education Inc.

Compton WC. 2005. An Introduction Positive Psychology. Belmont (US): Wadswort.

Djumransjah HM. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang (ID): Bayumedia Publishing.

Duncan IJH, Fraser D. 1997. Understanding Animal Welfare. In: Animal Welfare. United Kingdom (UK): CAB Imternasional, Wallingford.

Eccleston KJ. 2009. Animal Wealfar di Jawa Timur Model Pendidikan Kesejahteraan Binatang di Jawa Timur. [skripsi]. Malang (ID) :Universitas Muhammadiyah Malang

[FAWC] Farm Animal Welfare Council. 1993. Second report on priories for research and development in farm animal welfare. United Kingdom: MAFF Tolworth

Grant DI, Michell AR, Ewbank R. 1998. Perceived and actual welfare issues:companion animals. In Ethics, law and market forces: the veterinary interface. Wheathampstead (UK): Federation Univ for Animal Welfare. Hartuti RS, Adam M, Murtina T. 2014. Kajian Kesejahteraan Kucing yang

Dipelihara pada Beberapa Pet Shop di Wilayah Bekasi, Jawa Barat. J. Medika Veterinarian. 8(1): 0853-1943

Heiman GW. 2011. Basic Statistic For The Behavioral Sciences. Belmont (US): Wadsworth. Ed ke-6.

Huda MN. 2013. Peran Animals Asia dalam Penanggulangan Penyiksaan Hewan di Cina. J. Ilmu Hubungan Internasional. 1(3): 741-752.

Islahuddin BO. 2009. Penerapan kesejahteraan hewan pada tempat penjualan unggas hidup di Kota Bogor. [skrpsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Knight S, Barnett L. 2008. Justifying attitudes toward animal use: aqualitative

study of people’s views and beliefs. Anthrozoos 21:31-42.

Lindner JR, Murphy TH, Briers GE. 2001. Handling nonresponse in social science. J. Agric Education. 42(4):43-53.

(26)

14

Mc Connell AR, Brown CM, Shoda TM, Styto LE, Martin CE. 2011. Friends with benefits: on the positive consequqnces of pet ownership. J. Personality and Social Psychology. 101: 1239-1252.

Morissan. 2010. Periklanan: Komnikasi Pemasaan Terpadu. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

Nurlayli RK, Hidayati DS. 2014. Kesepian pemilik hewan peliharaan yang tinggal terpisah dari keluarga. J. Ilmiah Psikologi Terapan. 2(1):22-35.

Odendaal JSJ. 2005. Science-based assessment of animal welfare: companion animals. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 24(2):493-502.

[OIE] Office International des Epizooties. 2009. Terrestrial Animal Health Code. Chapter 7.1 Introduction to the recommendations for animal welfare. Article 7.1.1. Ed. Ke 20. Paris (FR): OIE

[OIE] Office International des Epizooties. 2015. Strategi Kesejahteraan Hewan Regional. Asia, Timur Jauh dan Oceania (ID): Office International des Epizooties.

[PETA] People for the Ethical Treatment of Animals. 2007. Animal Sacrifices: Cruel Rituals [Internet]. [diunduh 2014 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.peta.org/mc/factsheet_ display.asp?ID=77.

Rachmawaty A. 2011. Legalisasi animal welfare legislation di Inggris tahun 2006 [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Pembangunan Nasional.

Raj ABM. 2004. Cultural, religious and ethical issue associated with Animal Welfare. Conference on animal welfare: an OIE initiative. Paris 2004. EU publication office. 247- 253.

Rahmiati DU, Pribadi ES. 2014. Tingkat pendidikan dan status ekonomi pemilik

hewan kesayangan dalam hal pengetahuan dan penerapan kesejahteraan hewan. J. Veteriner. 15(3): 386-394.

Setianingrum F. 2012. Manfaat memelihara hewan pada penderita penyakit kronis [sripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang

Wawan A, Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta (ID): Nuha Medika.

Winarso A. 2008. Kajian kesejahteraan ternak dalam ajaran agama buddha, yahudi, nasrani dan islam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wolf C, Lloyd J, Black J. 2008. An examination of US consumer pet-related and

(27)

15 Lampiran 1 Definisi operasional peubah

Peubah Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Pendidikan

responden

Pendidikan yang sedang dijalani oleh responden

Kuiesioner Wawancara SD/ sederajat SMP/sederajat

Kuesioner Wawancara Memiliki hewan peliharaan

Kuesioner Wawancara -anjing -kucing

b. Sikap Persepsi yang dimiliki oleh pemilik komulatif lebih dari 6

(28)

16

Lampiran 2. Pengolahan Data Tingkat Pendidikan * Pengetahuan

Tingkat pendidikan * pengetahuan Crosstabulation

Count

Pengetahuan

Total

Rendah Tinggi

tingpen SD 55 65 120

SMP 47 73 120

SMA 51 69 120

Total 153 207 360

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,091a 2 ,579

Likelihood Ratio 1,092 2 ,579

Linear-by-Linear Association

,272 1 ,602

N of Valid Cases 360

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 51,00.

Tingkat Pendidikan * Sikap

Tingkat pendidikan * Sikap Crosstabulation Count

Sikap

Total Rendah Tinggi

Tingpen SD 19 101 120

SMP 12 108 120

SMA 15 105 120

(29)

17 Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,844a 2 ,398

Likelihood Ratio 1,841 2 ,398

Linear-by-Linear Association

,597 1 ,440

N of Valid Cases 360

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,33.

Tingkat Pendidikan * Perilaku

Tingkat pendidikan * perilaku Crosstabulation Count

Perilaku

Total

Rendah Tinggi

Tingkat pendidikan

SD 1 119 120

SMP 1 119 120

SMA 0 120 120

Total 2 358 360

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1,006a 2 ,605

Likelihood Ratio 1,627 2 ,443

Linear-by-Linear Association

,752 1 ,386

N of Valid Cases 360

(30)

18

Kepemilikan Hewan Peliharaan * Pengetahuan

Kepemilikan Hewan * Pengetahuan Crosstabulation Count

Continuity Correctionb 26,189 1 ,000

Likelihood Ratio 27,683 1 ,000

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 76,50. b. Computed only for a 2x2 table

Kepemilikan Hewan Peliharaan * Sikap

(31)

19

Continuity Correctionb ,025 1 ,875

Likelihood Ratio ,100 1 ,752

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,00. b. Computed only for a 2x2 table

Kepemilikan Hewan peliharaan * Perilaku

Kepemilikan hewan * perilaku Crosstabulation Count

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,000 1 1,000

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 19 Juni 1990. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Abd. Rohim dan Yayah Rokayah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 09 Pagi Bukit Duri Tanjakan, Jakarta Selatan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Depok dan lulus pada tahun 2005. Sekolah Menengah Atas penulis ditempuh di SMAN 6 Depok dan lulus pada tahun 2008. Penulis diterima masuk Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur SNMPTN.

Gambar

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Depok

Referensi

Dokumen terkait

Agar Puskesmas dapat mengelola upaya kesehatan dengan baik dan berkesinambungan dalam mencapai tujuannya, maka Puskesmas harus menyusun rencana kegiatan untuk periode 5 (lima)

Perputaran informasi yang ada di dalam situs dan media sosial Sedekah Rombongan ini memberikan efek bola salju tidak hanya bagi audiens dan relawan akan tetapi juga mendorong

dan daya ledak otot tungkai dengan ketepatan smash pada permainan bolavoli,. karena peneliti ingin melakukan perbandingan hubungan ukuran tinggi

Pertanyaannya adalah, bagaimana perspektif hukum Islam terutama pemikiran fikih Shah Wali Allah terhadap penyitaan harta orang bangkrut, yang tidak mampu mengembalikan

Basic of the Finite Element Method: Solid Mechanics, Heat Transfer and Fluid Mechanics.. dan

Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan iklan susu formula. Hasil penelitian Sartono (2013), juga

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.. Semoga Tuhan memberikan balasan kebaikan

Pada pasal 128 ayat 1 undang-undang dimaksud, disebutkan adanya hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif yaitu “Se tiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu