• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis karakteristik tipologi pemilih pada pemilihan umum legislatif di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis karakteristik tipologi pemilih pada pemilihan umum legislatif di Kota Bogor"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK TIPOLOGI PEMILIH

PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI KOTA BOGOR

ALDI MULYADI PUTRA

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik Tipologi Pemilih pada Pemilihan Umum Legislatif di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)

ABSTRAK

ALDI MULYADI PUTRA. Analisis Karakteristik Tipologi Pemilih pada Pemilihan Umum Legislatif di Kota Bogor. Dibimbing oleh I MADE SUMERTAJAYA dan HARI WIJAYANTO.

Kepercayaan pemilih terhadap institusi politik saat ini semakin berkurang begitu juga dengan angka partisipasi pemilih dalam pemilu dari tahun ke tahun. Kepercayaan dan partisipasi politik adalah dasar pembagian tipe pemilih menjadi 4 tipe yaitu setia, teralienasi, naif dan apatis. Kepercayaan dan partisipasi yang semakin menurun cenderung membuat pemilih menjadi tipe teralienasi, naif dan apatis. Penelitian ini bertujuan untuk membagi pemilih di Kota Bogor menjadi empat tipe pemilih dan mengkaji karakteristik dari masing-masing tipologi pemilih. Untuk mengkaji karakteristik dari masing-masing tipe pemilih peneliti mengunakan analisis regresi logistik multinomial. Secara umum hasil dari penelitian ini ada lima dari sembilan peubah bebas yang berpengaruh terhadap tipologi pemilih. Peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap tipologi pemilih adalah jenjang pendidikan, intensitas diskusi politik, intensitas mengikuti berita politik, evaluasi pemilih terhadap ekonomi dan evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah.

Kata kunci: regresi logistik multinomial, statistika deskriptif

ABSTRACT

ALDI MULYADI PUTRA. Analysis of Characteristics of Voter Typology on General Election of Legislative in Bogor City. Supervised by I MADE SUMERTAJAYA and HARI WIJAYANTO.

Voter confidence in the current political institutions as well as the diminishing voter participation rates from year to year. Trust and political participation is a basic division of types into 4 types of voters loyal, alienated, naive and apathetic. Diminishing of trust and participation tends to make voters become alienated type, naive and apathetic. This study aims to divide voters in the city of Bogor into four types of voters and examine the characteristics of each typology of voters. To examine the characteristics of each type of voter researchers using multinomial logistic regression analysis. In general, the results of this study there are five of the nine independent variables that influence the voters typology. Independent variables that significantly affect the typology of voters are education level, the intensity of the political debate, the intensity of watching politic news, evaluation of voters on the economy and evaluation of voters on the performance of government.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika

pada

Departemen Statistika

ANALISIS KARAKTERISTIK TIPOLOGI PEMILIH

PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI KOTA BOGOR

ALDI MULYADI PUTRA

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Tipologi Pemilih pada Pemilihan Umum Legislatif di Kota Bogor

Nama : Aldi Mulyadi Putra NIM : G14100065

Disetujui oleh

Dr Ir I Made Sumertajaya M.Si Pembimbing I

Dr Ir Hari Wijayanto M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Anang Kurnia M.Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah “Analisis Karakteristik Tipologi Pemilih pada Pemilihan Umum Legislatif di Kota Bogor”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir I Made Sumertajaya, M.Si dan Bapak Dr Ir Hari Wijayanto, M.Si selaku pembimbing atas segala arahan dan saran yang telah diberikan, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr Bagus Sartono M.Si atas saran dan kritikan yang membangun. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada orang tua tercinta (Muhyat Mulyadi dan Santi Susanti), adik tersayang serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya yang diberikan kepada penulis. Terima kasih kepada teman-teman di Departemen Statistika, staf tata usaha dan dosen-dosen yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada sahabat seperjuangan (Bani, Fikri dan Apro) yang telah memotivasi agar skripsi ini cepat selesai.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Metode Pengumpulan Data 2

Metode Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Deskriptif Karakteristik Responden 5

Pemodelan Regresi Multinomial 9

Karakteristik Tipologi Pemilih 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tipologi pemilih di Kota Bogor 8

2 Tipologi pemilih di Indonesia tahun 2013 8

3 Dugaan parameter regresi logistik multinomial 10

4 Tabel ketepatan klasifikasi 11

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan penarikan contoh multistage random sampling. 3 2 Grafik ketertarikan terhadap masalah politik dan pemerintahan di Kota

Bogor 5

3 Grafik ketertarikan terhadap masalah politik dan pemerintahan di

Indonesia tahun 2013 6

4 Persentase kepercayaan pemilih terhadap institusi politik di Kota Bogor 6 5 Persentase kepercayaan pemilih terhadap institusi politik di Indonesia

tahun 2013 7

6 Gap percaya-tidak percaya terhadap institusi politik di Kota Bogor 7 7 Gap percaya-tidak percaya terhadap institusi politik di Indonesia tahun

2013 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai korelasi dan nilai-p uji validitas peubah bebas 13 2 Nilai reliabilitas cronbach alpha peubah bebas 13

3 Daftar peubah bebas dan peubah respon 14

4 Nilai Korelasi Spearman 15

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemilihan umum (pemilu) legislatif merupakan sarana utama bagi rakyat untuk menampung aspirasi rakyat dan juga merupakan dasar dari demokrasi. Rakyat mempunyai arti penting sebagai pemilih, pemahaman atas pola sikap dan perilaku politik rakyat menarik untuk diteliti. Partai politik (parpol) merupakan salah satu sarana untuk menyalurkan aspirasi pemilih. Namun citra negatif semakin melekat pada partai politik.

Memburuknya citra partai politik dimata rakyat berkaitan dengan kinerja para kadernya, terutama kader yang menduduki kekuasaan ditingkat parlemen. Berdasarkan catatanKomisi Pemberantasan Korupsi hingga tahun 2013, sudah 73 anggota Dewan Perwakilan Rakyar Daerah (DPRD) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terjerat kasus korupsi. Selain itu, sejumlah politisi dari parpol banyak yang diproses hukum karena terbukti menggunakan pengaruh politiknya untuk mengatur anggaran, menerima atau memberi suap dari pejabat. Hal tersebut membuat tingkat kepercayaan pemilih terhadap partai politik maupun politisi terus merosot. Hasil survei Cirus Surveyor Group terhadap 2.200 responden terdiri dari penduduk Indonesia dengan minimal usia 17 tahun pada tahun 2013 memperlihatkan sebanyak 40% responden tidak percaya terhadap partai politik (Wedhaswary 2013). Sedangkan 39.2% kurang percaya. Hanya 9.4% reponden yang percaya terhadap partai politik. Sementara 11.4% tidak tahu atau tidak menjawab (Atriana 2014).

Posisi rakyat dalam politik dan demokrasi adalah sebagai pemegang mandat tertinggi yang berdaulat melalui sistem perwakilan yang dihasilkan oleh suatu pemilihan umum. Rakyat menentukan keputusan politik tentang calon yang pantas dan tidak pantas menjadi pejabat publik, atau partai yang boleh dan tidak boleh berkuasa. Kenyataannya saat ini banyak rakyat yang tidak percaya dengan sistem pemilu, ketidak-percayaan ini menyebabkan partisipasi rakyat menurun terhadap pemilu. Pemilu semakin tidak diminati oleh rakyat terlihat dari partisipasi pemilih yang terus menurun. Pada pemilu pertama tahun 1999 Indonesia di era reformasi partisipasi pemilih mencapai 92.74%. Angka itu menurun pada pemilu 2004 menjadi 84.07% dan pada pemilu 2009 partisipasi terus merosot menjadi hanya 71% (Sibarani 2014).

Studi perilaku pemilih yang dilakukan Seligson (1980) menggunakan kepercayaan terhadap institusi politik dan efikasi yang menjadi dasar dalam penentuan tiipologi pemilih. Kombinasi antara kepercayaan pada institusi politik dan efikasi politik (political efficacy) menghasilkan empat jenis pemilih, yaitu:

1. Pemilih yang setia (Allegiant activists), yaitu pemilih yang terlibat aktif secara politik, punya efikasi tinggi dan percaya terhadap institusi politik. 2. Pemilih yang teralienasi (Alienated activists), pemilih yang memiliki efikasi politik, mempunyai political interest tinggi tapi kepercayaan terhadap institusi politik tidak sesuai dengan yang diharapkan.

(12)

2

4. Pemilih yang apatis (Alienated apathetics), pemilih yang mempunyai efikasi politik dan ketertarikan yang rendah serta memiliki rasa kepercayaan terhadap institusi politik yang rendah.

Menurut Mujani (2003) pemilih yang terlibat aktif secara politik dan percaya terhadap institusi politik akan membentuk partisipasi dan dukungan positif terhadap sistem demokrasi. Dalam hal ini keterlibatan politik mencakup ketertarikan pada politik, pengetahuan politik, perasaan dekat dengan partai tertentu (partisanship), dan perasaan pentingnya keterlibatan diri dalam menentukan proses politik atau disebut juga efikasi politik. Sedangkan institusi politik dalam penelitian ini dibatasi hanya mencakup presiden, partai politik, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), politisi dan menteri.

Tipe pemilih yang sama menurut Seligson juga dapat dibentuk berdasarkan kombinasi antara kepercayaan terhadap institusi politik dengan ketertarikan pada masalah politik dan pemerintahan. Ketertarikan pada masalah politik dan pemerintahan ditambah dengan kepercayaan penuh terhadap institusi politik akan membentuk pemilih setia yang mendukung stabilitas demokrasi (Mujani 2003). Dalam penelitian ini tipologi pemilih dibentuk berdasarkan ketertarikan pada masalah politik dan kepercayaan terhadap institusi politik.

Analisis regresi logistik multinomial digunakan untuk melihat pengaruh dari peubah-peubah bebas terhadap tipe pemilih. Interpretasi model dilakukan dengan menggunakan rasio odds yang diperoleh dengan cara mentransformasi koefisien regresi.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menghitung banyaknya tipe pemilih di Kota Bogor yang mempunyai hak pilih dalam pemilu 2014.

2. Menganalisis karakteristik dari masing-masing tipe pemilih di Kota Bogor.

METODE

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui survei dengan instrumen kuesioner dari bulan Mei sampai Juni 2014. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 35 responden melalui survei pendahuluan. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan kuesioner (Tika 2006). Hasil pengujian untuk semua pertanyaan yang diuji adalah valid pada taraf nyata 5% yang ditunjukkan dengan nilai korelasi positif dan lebih dari 0.3 (Lampiran 1).

(13)

3 Proses penarikan contoh menggunakan metode penarikan contoh berpeluang dengan prosedur multistage random sampling. Populasi survei adalah seluruh warga Kota Bogor yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, yakni penduduk yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah populasi atau pemilih di Kota Bogor yang tercantum pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) ada sebanyak 677.711 orang. Total contoh yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 150 dari 170 responden yang direncanakan.

Skema penarikan contoh dijelaskan sebagai berikut. Populasi pemilih distratifikasi berdasarkan kecamatan yang jumlah sampelnya ditentukan berdasarkan proporsi pemilih di kecamatan tersebut. Selanjutnya di masing-masing kecamatan dilakukan penarikan contoh secara bertahap. Tahap pertama yaitu mengambil satu kelurahan secara acak. Tahap kedua adalah megambil 2 rukun tetangga (RT) secara acak dari masing-masing kelurahan yang terpilih. Tahap ketiga, di kedua rukun tetangga dipilih beberapa rumah dengan selang 3 rumah sampai jumlah contoh tiap kecamatan terpenuhi. Tahap keempat adalah di rumah yang terpilih di ambil 1 orang secara acak. Skema penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 1.

...

Gambar 1. Bagan penarikan contoh multistage random sampling. Metode Analisis Data

Tahapan analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan eksplorasi data terhadap tipe pemilih dari peubah kepercayaan

terhadap institusi politik, dan ketertarikan terhadap politik dan masalah pemerintahan.

2. Menghitung persentase tipe pemilih di Kota Bogor dalam bentuk tabel kontingensi. Langkah dalam membuat tipologi pemilih adalah sebagai berikut.

a. Kepercayaan terhadap institusi politik diperoleh dari indeks gabungan kepercayaan terhadap institusi politik. Indeks gabungan tersebut dihitung dari rata-rata kepercayaan terhadap institusi politik.

Kota Bogor

Kec1 n1

Kec2 n2

Kec6 n6

Kec3 n3

Kelurahan 3

RT1 RT2

2

KK2 KK1

(14)

4

Kemudian skor dibagi menjadi dua kategori (1.00-2.50 = Percaya dan 2.51-4.00 = Tidak Percaya).

b. Ketertarikan terhadap politik dan masalah pemerintahan diperoleh dari pertanyaan “Seberapa tertarik Ibu/Bapak pada politik dan masalah pemerintahan” yang dikode ulang menjadi tertarik (sangat tertarik atau cukup tertarik) dan tidak tertarik (kurang tertarik dan tidak tertarik). c. Menghitung persentase pemilih yang termasuk kategori setia,

teralienasi, naif dan apatis.

3. Membuat model regresi logistik multinomial untuk menganalisis pengaruh peubah bebas terhadap tipologi pemilih tersebut. Regresi logistik multinomial merupakan regresi logistik dengan variabel responnya mempunyai skala yang bersifat polychotomus atau multinomial yaitu skala dengan kategori lebih dari dua (Agresti 2002). Misalkan Y adalah variabel respon dengan M kategori, xi = (1,xi1, ...,xik) adalah vektor baris yang unsur-unsurnya merupakan nilai-nilai dari k peubah bebas pada observasi ke-i (i=1,...,n) dan P(Y = c| xi) adalah dugaan peluang munculnya respon kategori ke-c dengan syarat xi. Seandainya kategori ke-1 dijadikan sebagai acuan maka dugaan persamaan model logit multinomialnya adalah:

gc(x) = ln [ ] = ̂ c=1,....,M-1

dengan ̂ = ( ̂ ̂ ̂ ) adalah vektor kolom yang unsur-unsurnya merupakan dugaan koefisien regresi logistik multinomial yang diperoleh dengan metode kemungkinan maksimum. Model juga dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan dugaan peluang bersyarat. Secara umum dugaan peluang bersyarat munculnya kategori m adalah:

Adapun yang menjadi variabel respon dalam analisis ini adalah tipologi pemilih di Kota Bogor (setia, teralienasi, naif dan apatis). Sedangkan peubah-peubah bebas yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

4. Melakukan pengujian parameter secara simultan dengan uji likelihood ratio atau uji G. Pengujian koefisien ̂ secara simultan yang bertujuan untuk membandingkan nilai pengamatan respon dengan penduga nilai respon untuk model penuh dan model intersep (Hosmer dan Lemeshow 2000). Hipotesis yang digunakan dalam uji G ini adalah sebagai berikut: H0 : β1 = β2 = … = βk = 0

H1 : Minimal ada satu βi≠ 0, i=1,2,...,k Statistik uji G adalah sebagai berikut :

G = -2ln ~

Dengan L0 sebagai nilai kemungkinan tanpa peubah penjelas dan Lk sebagai nilai kemungkinan dengan k peubah penjelas. Hipotesis nol ditolak jika G ≥ atau nilai-p < alpha yang berarti minimal ada satu peubah penjelas yang signifikan.

(15)

5

38%

62%

Sangat/Cukup Tertarik

Sedikit/Tidak Tertarik

H0: βi = 0

H1: βi ≠ 0 (i=1, 2, ... , k)

Statistik uji Wald adalah sebagai berikut W = ̂

̂ ~ Z

Dengan ̂ merupakan penduga bagi dan SE( ̂ merupakan penduga galat baku bagi ̂. Jika nilai-p < alpha atau nilai |W| > Zα/2 maka peubah penjelas ke-i signifikan, artinya peubah tersebut layak berada dalam model. 6. Melakukan uji kelayakan model dengan uji Pearson. Suatu ukuran yang

menjelaskan perbedaan antara frekuensi pengamatan dengan frekuensi harapan dinyatakan oleh statistik .

∑ ( ̂ )

Jika < maka terima H0 yang berarti model merupakan model layak.

7. Menghitung besar persentase ketepatan pendugaan yang dilakukan model menggunakan tabel ketepatan klasifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Karakteristik Responden

Secara umum pemilih di Kota Bogor yang sangat dan cukup tertarik terhadap politik lebih sedikit dibandingkan pemilih yang kurang dan tidak tertarik terhadap politik dan masalah pemerintahan. Pemilih di Kota Bogor yang sangat dan cukup tertarik pada politik dan masalah pemerintahan ada sebanyak 38%. Sedangkan pemilih di Kota Bogor yang sedikit tertarik dan kurang tertarik pada politik dan masalah pemerintahan ada sebanyak 62% (Gambar 2).

Gambar 2. Grafik ketertarikan terhadap politik dan masalah pemerintahan di Kota Bogor

(16)

6

Indonesia pada bulan Juli 2013. Hasil dari survei Indikator Politik menunjukkan bahwa pemilih yang sangat atau cukup tertarik pada politik dan masalah pemerintahan ada sebanyak 28%, pemilih yang kurang atau tidak tertarik sama sekali ada sebanyak 67% dan sisanya 5% reponden tidak menjawab atau tidak tahu (Gambar 3).

Gambar 3. Grafik ketertarikan terhadap politik dan masalah pemerintahan di Indonesia tahun 2013

Persentase kepercayaan pemilih di Kota Bogor terhadap institusi politik berbeda-beda. Terdapat tiga intitusi politik yang mengalami krisis kepercayaan yaitu DPR, politisi dan partai politik. Pemilih di Kota Bogor yang percaya dan sangat percaya terhadap DPR, partai politik dan politisi masing-masing sebanyak 27%, 21% dan 24%. Dan sisanya yang kurang dan tidak percaya terhadap DPR, parpol dan politisi masing-masing ada sebanyak 73%, 79% dan 76% (Gambar 4). Sedangkan pemilih di Kota Bogor yang percaya dan sangat percaya terhadap presiden dan lembaga kementrian masing-masing sebanyak 74% dan 64%. Dan sisanya yang kurang dan tidak percaya terhadap presiden dan lembaga kementrian masing-masing ada sebanyak 26% dan 36% (Gambar 4).

(17)

7 Persentase kepercayaan pemilih terhadap institusi politik di Kota Bogor memiliki pola yang sama dengan persentase kepercayaan pemilih terhadap institusi politik hasil suvei Indikator Politik. Presiden dan Menteri memiliki persentase kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase ketidak-percayaannya. Sedangkan DPR, partai politik dan politisi memiliki persentase ketidak-percayaan lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kepercayaannya (Gambar 5).

Gambar 5. Persentase kepercayaan pemilih terhadap institusi politik di Indonesia tahun 2013

Selisih persentase antara banyaknya pemilih yang sangat atau cukup percaya dengan pemilih yang kurang atau tidak percaya terhadap institusi politik membuat gap percaya-tidak percaya. Gap positif menunjukkan bahwa pemilih cenderung lebih percaya sedangkan gap negatif menunjukkan bahwa pemilih kurang percaya terhadap institusi politik. Presiden dan Menteri merupakan institusi politik yang mendapat kepercayaan dari pemilih sedangkan DPR, partai politik dan politisi merupakan institusi politik yang kurang mendapat kepercayaan dari pemilih di Kota Bogor (Gambar 6).

Gambar 6. Gap percaya-tidak percaya terhadap institusi politik di Kota Bogor

48%

Presiden DPR Partai Politik Politisi Menteri

(18)

8

Gap percaya-tidak percaya di Kota Bogor memiliki pola yang sama dengan hasil survei yang dilakukan oleh Indikator Politik. Presiden dan Menteri merupakan institusi politik yang mendapat kepercayaan dari pemilih sedangkan DPR, partai politik dan politisi merupakan institusi politik yang kurang mendapat kepercayaan dari pemilih di Indonesia (Gambar 7).

Gambar 7. Gap percaya-tidak percaya terhadap institusi politik di Indonesia tahun 2013

Hasil pembagian tipe pemilih di Kota Bogor menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih merupakan pemilih apatis yaitu sebanyak 42.0%. Hanya 17.3% pemilih di Kota Bogor yang merupakan pemilih tipe setia. Sisanya 20.7% merupakan pemilih teralienasi dan 20% merupakan pemilih yang naif (Tabel 1).

Tabel 1. Tipologi pemilih di Kota Bogor Ketertarikan

Politik

Kepercayaan

Tinggi Rendah

Tertarik Setia Teralienasi

17.3% 20.7%

Tidak Tertarik Naif Apatis

20.0% 42.0%

Pembagian tipe pemilih di Kota Bogor tidak jauh berbeda dengan pembagian tipe pemilih di Indonesia. Persentase pemilih setia, teralienasi, naif dan apatis di Indonesia ada sebanyak 17.0%, 13.2%, 28.3% dan 41.5% (Tabel 2).

Tabel 2. Tipologi pemilih di Indonesia tahun 2013 Ketertarikan

Politik

Kepercayaan

Tinggi Rendah

Tertarik Setia Teralienasi

17.0% 13.2%

Tidak Tertarik Naif Apatis

28.3% 41.5%

43%

-9%

-26% -27%

17%

-40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%

Presiden DPR Partai Politik Politisi Menteri

Per

sen

tase

Institusi Politik

(19)

9 Pemodelan Regresi Multinomial

Model regresi logistik multinomial memiliki asumsi tidak terdapat multikolinearitas antara peubah bebas. Hasil dari uji korelasi antar peubah bebas menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara intensitas mengikuti berita politik dan intensitas diskusi politik yaitu sebesar 0.398. Evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah juga berkorelasi nyata dengan evaluasi pemilih terhadap keadaan ekonomi yaitu sebesar 0.426. Nilai korelasi dua pasang peubah bebas ini relatif kecil sehingga peubah bebas yang bekorelasi masih bisa dimasukan ke dalam model (Lampiran 4).

Model dibangun dengan menggunakan metode stepwise logistic regression. Peubah bebas yang berpengaruh nyata yang masuk ke dalam model adalah jenjang pendidikan, intensitas mengikuti berita politik, intensitas diskusi politik, evaluasi pemilih terhadap ekonomi dan evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah. Hasil dari pemodelan ini membentuk tiga model logit. Kategori acuan peubah respon adalah kategori pertama yaitu setia. Pengujian koefisien regresi secara simultan menghasilkan nilai-p kurang dari 0.05 maka tolak H0. Ini mengindikasikan minimal ada satu peubah penjelas yang berpengaruh nyata terhadap peubah respon (Lampiran 5).

Jenjang pendidikan berpengaruh nyata terhadap kecenderungan seseorang menjadi teralienasi dan apatis dibandingkan menjadi setia. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap kecenderungan seseorang menjadi naif dibandingkan menjadi setia (Tabel 3). Setiap penambahan 1 satuan skor jenjang pendidikan akan meningkatkan odds menjadi teralienasi dibandingkan menjadi setia sebesar 2.117 kali dan meningkatkan odds menjadi apatis dibandingkan menjadi setia sebesar 2.248 kali. Semakin tinggi jenjang pendidikan seorang pemilih maka semakin besar kecenderungan pemilih untuk menjadi pemilih yang teralienasi dan apatis.

Intensitas mengikuti berita politik berpengaruh nyata terhadap kecenderungan seseorang menjadi naif dibandingkan menjadi setia. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap kecenderungan seseorang menjadi teralienasi dan apatis dibandingkan menjadi setia (Tabel 3). Setiap penambahan 1 satuan skor intensitas mengikuti berita politik akan menurunkan odds menjadi naif dibandingkan setia sebesar 0.427 kali. Semakin sering seseorang mengikuti berita politik maka semakin kecil kecenderungan seseorang untuk menjadi pemilih yang naif.

Intensitas diskusi politik berpengaruh nyata terhadap kecenderungan seseorang menjadi naif dan apatis dibandingkan menjadi setia (Tabel 3). Setiap penambahan 1 satuan skor intesitas diskusi politik akan menurunkan odds menjadi naif dibandingkan setia sebesar 0.314 kali dan menurunkan odds menjadi apatis dibandingkan setia sebesar 0.248 kali. Semakin sering seseorang berdiskusi tentang politik maka semakin kecil kecenderungan seseorang untuk menjadi pemilih yang naif dan apatis.

(20)

10

sebesar 0.242 kali. Semakin baik evaluasi pemilih terhadap ekonomi Indonesia maka semakin kecil kecenderungan seseorang untuk menjadi pemilih yang apatis dan teralienasi.

Evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah Indonesia berpengaruh nyata terhadap kecenderungan seseorang menjadi teralienasi dan apatis dibandingkan menjadi setia (Tabel 3). Setiap penambahan 1 satuan skor evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah akan menurunkan odds menjadi teralienasi dibandingkan setia sebesar 0.013 kali dan menurunkan odds menjadi apatis dibandingkan setia sebesar 0.373 kali. Semakin baik evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah Indonesia maka semakin kecil kecenderungan seseorang untuk menjadi pemilih yang apatis dan teralienasi.

Tabel 3. Dugaan parameter regresi logistik multinomial

Peubah bebas βi Std. Error Wald Odds Ratio

Logit 1 : (teralienasi/setia) Konstanta Logit 2 : (naif/setia)

Konstanta Logit 3 : (apatis/setia)

Konstanta Keterangan: ***p<.001, **p<.01, *p<.05

Model juga dapat dituliskan dalam bentuk dugaan peluang bersyarat berikut: P(Y=Setia|X) = 1 / (1+ exp(6.298+0.750X1-0.132X5-0.355X6-1.460X8-1.228X9)

+ exp(8.193-0.184X1-0.850X5-1.157X6-0.755X8+0.120X9) + exp(9.872+0.810X1-0.578X5-1.394X6-1.419X8-0.985X9)) P(Y=Teralienasi|X) = exp(6.298+0.750X1-0.132X5-0.355X6-1.460X8-1.228X9) /

(21)

11 P(Y=Naif | X) = exp(8.193-0.184X1-0.850X5-1.157X6-0.755X8+0.120X9) /

(1+exp(6.298+0.750X1-0.132X5-0.355X6-1.460X8-1.228X9) + exp(8.193-0.184X1-0.850X5-1.157X6-0.755X8+0.120X9) + exp(9.872+0.810X1-0.578X5-1.394X6-1.419X8-0.985X9)) P(Y=Apatis | X) = exp(9.872+0.810X1-0.578X5-1.394X6-1.419X8-0.985X9) /

(1+exp(6.298+0.750X1-0.132X5-0.355X6-1.460X8-1.228X9) + exp(8.193-0.184X1-0.850X5-1.157X6-0.755X8+0.120X9) + exp(9.872+0.810X1-0.578X5-1.394X6-1.419X8-0.985X9)) Berdasarkan model tersebut, dapat dihitung dugaan peluang seseorang menjadi salah satu tipe pemilih. Bila X1=5 (pendidikan sarjana), X5=5 (mengikuti berita politik setiap hari), X6=3 (cukup sering berdiskusi tentang politik), X8=3 (mengevaluasi sedang keadaan ekonomi) dan X9= 4 (mengevaluasi baik kinerja pemerintah) maka peluang seseorang menjadi teralienasi adalah P(Y = Teralienasi | X) = exp(6.298+3.750-0.66-1.065-4.38-4.912) / (1+exp(6.298+3.750-0.66-1.065 -4.38-4.91)+exp(8.193-0.92-4.25-3.471-2.265+0.48) + exp(9.872+4.05-2.89-4.18 -4.257-3.94)) = 0.2172. Dengan cara yang sama peluang seseorang menjadi tipe pemilih lain juga dapat diperoleh. Dugaan peluang seseorang menjadi tipe pemilih setia, naif dan apatis masing-masing sebesar 0.5725, 0.0614 dan 0.1489. Dengan demikian pemilih dengan kriteria tersebut masuk ke dalam pemilih yang setia.

Hasil uji kesesuaian model menggunakan uji Pearson menunjukkan bahwa model merupakan model yang cukup layak karena nilai-p > 0.05. Nilai ketepatan klasifikasi menunjukkan seberapa baik model dapat menduga peubah respon. Secara total model mempunyai ketepatan klasifikasi sebesar 52.7% (Tabel 4).

Tabel 4. Tabel ketepatan klasifikasi

Aktual Nilai Dugaan Persentase

Total Setia Teralienasi Naif Apatis

Setia

Berdasarkan interpretasi model, tipe pemilih teralienasi memiliki karakteristik jenjang pendidikan yang semakin tinggi, semakin buruk dalam mengevaluasi keadaan ekonomi dan semakin buruk dalam mengevaluasi kinerja pemerintah Indonesia.

(22)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar pemilih di Kota Bogor bukan merupakan pemilih yang setia. Hanya 17.3% pemilih Kota Bogor yang merupakan pemilih tipe setia. Sisanya 20.7% merupakan pemilih teralienasi, 20% merupakan pemilih yang naif dan 42% merupakan pemilih yang apatis.

Peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap tipologi pemilih adalah jenjang pendidikan, intensitas diskusi politik, intensitas mengikuti berita politik, evaluasi pemilih terhadap ekonomi dan evaluasi pemilih terhadap kinerja pemerintah. Semakin baik evaluasi pemilih terhadap keadaan ekonomi dan kinerja pemerintah maka akan menurunkan kecenderungan pemilih menjadi teralienasi dan apatis. Semakin sering seseorang mengikuti berita politik maka akan menurunkan kecenderungan seseorang menjadi naif. Semakin sering seseorang berdiskusi tentang politik maka akan menurunkan kecenderungan pemilih menjadi naif dan apatis. Dan semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan meningkatkan kecenderungan pemilih menjadi teralienasi dan apatis.

DAFTAR PUSTAKA

Agresti A. 2002. Catergorical Data Analysis 2nd Edition. Florida (US): University of Florida.

Atriana R. 2014. Survei Cirus: Hanya 9,4% Publik yang Masih Percaya Partai Politik [Internet]. Jakarta (ID): Detik [diunduh 2014 Januari 31]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2014/01/05/174738/2458684/10/survei-cirus-hanya-94-publik-yang-masih-percaya-partai-politik?nd772204btr

Hosmer DW, Lemeshow S. 2000. Applied Logistic Regression 2nd Edition. Canada (CA): A Wiley Interscience Publication

Mujani S. 2003. Religious Democrats: Democratic Culture And Muslim Political Participation In Post-Suharto Indonesia [disertasi]. Ohio (US): Ohio State University.

Seligson MA. 1980. Trust, Efficacy and Modes of Political Participation: A Study of Costa Rican Peasants [disertasi]. Cambridge (UK): Cambridge Universty. Sibarani R. 2013. Pemilu 2014, antara Menghitung Sapi dan Kesulitan

Menghitung DPT [Internet]. Jakarta (ID): Kompas [diunduh 2014 Mei 2014]. Tersedia: http://politik.kompasiana.com/2014/04/08/politik-dan-demokrasi-di- indonesia-menjelang-pemilu-2014-pemerintah-kita-lebih-pintar-menghitung-sapi-daripada-menghitung-dpt-645865.html

Tika MP. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Usman H, Akbar, RPS. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Bumi Aksara Wedhaswari ID. 2013. Rapor Merah Kinerja Partai Politik [Internet]. Jakarta (ID):

(23)

13 Lampiran 1 Nilai korelasi dan nilai-p uji validitas peubah bebas.

Pertanyaan r Nilai-p Keterangan

Ketertarikan pada politik

Intensitas mengikuti berita politik Kepercayaan pada presiden Kepercayaan pada DPR

Kepercayaan pada partai politik Kepercayaan pada politisi

Evaluasi terhadap kondisi ekonomi Evaluasi terhadap kinerja pemerintah

Lampiran 2 Nilai reliabilitas cronbach alpha peubah bebas.

Pertanyaan Nilai Cronbach Alpha Keterangan

Ketertarikan pada politik

Intensitas mengikuti berita politik Kepercayaan pada presiden Kepercayaan pada DPR

Kepercayaan pada partai politik Kepercayaan pada politisi

Evaluasi terhadap kondisi ekonomi

(24)

14

Lampiran 3 Daftar peubah bebas dan peubah respon.

Peubah Simbol Keterangan

Tipologi Pemilih Y Setia

Teralienasi Naif Apatis

Pendidikan X1 SD

SMP SMA Diploma Sarjana Magister Doktor

Pengeluaran Perbulan X2 X ≤ 1000000

1000000<X≤2000000

2000000<X≤3500000

3500000<X≤5000000

>5000000

Gender X3 Laki-Laki

Perempuan

Partisipanship X4 Ya

Tidak

Intensitas Mengikuti Berita Politik X5 Tidak Pernah ≤ 2 kali sebulan ≤ 2 kali seminggu Hampir Setiap hari Setiap Hari

Intensitas Diskusi Politik X6 Tidak Pernah

Jarang Cukup Sering Sering

Pandangan Terhadap Politisi X7 Buruk

Baik

Evaluasi Terhadap Ekonomi Saat ini X8 Sangat Buruk Buruk

Sedang Baik

Sangat Baik Evaluasi Terhadap Kinerja Pemerintah X9 Sangat Buruk

Buruk Sedang Baik

(25)

15 Lampiran 4 Nilai Korelasi Spearman

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

Lampiran 5 Tabel test rasio likelihood

Model

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Test -2 Log

Likelihood Chi-Square Df Nilai-p

Intercept Only Final

369.696

(26)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 03 Febuari 1993 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Muhyat Mulyadi dan Ibu Santi Susanti. Tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Purwakarta. Tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purwakarta dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 1. Bagan penarikan contoh multistage random sampling.
Gambar 2. Grafik ketertarikan terhadap politik dan masalah pemerintahan di Kota Bogor
Gambar 3. Grafik ketertarikan terhadap politik dan masalah pemerintahan di
Gambar 6. Gap percaya-tidak percaya terhadap institusi politik di Kota Bogor
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan transportasi diarahkan pada terwujudnya transportasi yang handal, berkemampuan tinggi serta tertib, lancar, aman, nyaman dan efisisen

Pertukaran data pada era Internet membutuhkan beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan : seperti tingkat diterimanya standard yang digunakan oleh banyak

Kehidupan social adalah kehidupan yang penuh dengan nilai – nilai. Orang yang memiliki sifat disiplin terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai – nilai

[r]

Tekanan yang diberikan oleh penekanan pedal rem tidak akan sama besar dengan yang diterima oleh silinder roda yang disebabkan oleh panjang pipa, faktor gesekan, katup, dan

[r]

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu desain aplikasi sistem pakar yang digunakan untuk mempermudah dalam penanganan, saat orang tua belum bisa membawa balita

1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member relations). a) Menunjukkan tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan. b) Sikap