• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU EKSPLOITASI DAN KERAGAAN PERTUMBUHAN

KERANG DARAH (

Anadara granosa

) PADA PERAIRAN KUALA

PENET, LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR

FUAD FADLY

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FUAD FADLY. Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Dibimbing oleh Dr. Ir. ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, M.Sc dan Dr. Ir. NURLISA A. BUTET, M.Sc.

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu biota laut sedenter dari kelas bivalvia, yang hidupnya relatif menetap di dasar perairan (Suprapti 2008). Perairan Kuala Penet di pesisir Lampung Timur merupakan salah satu daerah yang potensial sebagai habitat pertumbuhan kerang darah. Adanya berbagai aktivitas seperti pembangunan industri dan reklamasi pantai di sekitar perairan Kuala Penet, dapat menurunkan kualitas perairan yang kemudian dapat mempengaruhi kemampuan kerang darah untuk tumbuh, bertahan hidup dan bereproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aspek biologi pertumbuhan kerang darah yang meliputi hubungan panjang berat, faktor kondisional, parameter pertumbuhan seperti L∞, K, dan t0, kematian, dan juga tingkat eksploitasi. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa persamaan hubungan pertumbuhan panjang berat kerang jantan ialah W = 0,0023L2,5709 (allometrik negatif) dengan koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,9181 sedangkan pada kerang betina adalah W = 0,0027L2,5121 (allometrik negatif) dengan koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari perbandingan panjang cangkang dengan berat total sebesar 0,9518. Dari hasil analisis parameter pertumbuhan di perairan Kuala Penet, diperoleh nilai L∞ sebesar 44,59. Laju mortalitas total (Z) kerang darah di perairan Kuala Penet, diduga sebesar 8,336 per tahun. Nilai laju mortalitas (M) di perairan Kuala Penet diduga sebesar 1,619 per tahun. Laju mortalitas penangkapan di perairan Kuala Penet diduga sebesar 6,717 per tahun. Berdasarkan nilai-nilai angka kematian, tingkat eksploitasi kerang darah di perairan Kuala Penet adalah 80,6 %, yang telah melebihi batas optimal penangkapan kerang darah. Dalam rangka mempertahankan kelestarian populasi kerang darah, diperlukan langkah untuk mengatur aktivitas penangkapan kerang darah, termasuk pengaturan ukuran tangkap dan waktu penangkapan. Kata kunci : Kerang darah, laju eksploitasi, mortalitas, overfishing, pertumbuhan.

ABSTRACT

FUAD FADLY. Exploitation rate and Growth Variety of Blood Clam (A. granosa) at Kuala Penet Waters, Labuhan Maringgai, East Lampung. Supervised by Dr. Ir. ISDRADJAD SETYOBUDIANDI, M.Sc and Dr. Ir. NURLISA A. BUTET, M.Sc.

(5)

shore reclamation around Kuala Penet waters could decrease water quality, which

eventually could affect blood clam’s ability to grow, survival and reproduction. The objective of this research was to analyze biological aspects of blood clam’s

growth which include length-weight relationship, conditional factor, growth

parameters such as L∞, K, and t0, mortality, and also exploitation rate. Based on

observations results, equation of length-weight relationship for male clam was W = 0,0023L2,5709 (negative allometric) with determination coefficient (R2) was 0,9181, while for female clam was W = 0,0027L2,5121 (negative allometric) with determination coefficient (R2), which obtained from shell length and total weight ratio, was 0,9518. Based on analysis result of growth parameters in Kuala Penet

waters, value of L∞ was 44,59. Estimated total mortality rate (Z) of blood clam was 8,336 per year, while value of mortality rate (M) was 1,619 per year and catching mortality rate in Kuala Penet waters was 6,717 per year. Based on those mortality rate values, exploitation rate of blood clam in Kuala Penet waters was 80,6%, which has exceeding the optimum limit of blood clam’s harvesting. In

order to maintain blood clam’s population sustainability, it required to regulate blood clam’s catching activity, including catching size and catching time.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

LAJU EKSPLOITASI DAN KERAGAANPERTUMBUHAN

KERANG DARAH (

Anadara granosa

) PADAPERAIRAN KUALA

PENET, LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR

FUAD FADLY

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur

Nama : Fuad Fadly

NIM : C24070005

Disetujui oleh

Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc Pembimbing I

Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Laju Eksploitasi Dan Keragaan Pertumbuhan Kerang Darah (Anadara granosa) Pada Perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada April-Juli 2011. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc selaku pembimbing II serta Ir Agustinus M. Samosir, MPhil selaku Komisi Pendidikan S1 atas bimbingan dan arahannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik guna kemajuan penulis dimasa mendatang. Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Bahan 4 Metode Kerja 4 Prosedur Kerja di Lapangan 4

Prosedur Kerja di Laboratorium 5

Pengukuran Panjang Berat dan Jenis Kelamin 5

Pengumpulan Data Sekunder 6 Analisis Data 6 Sebaran Frekuensi Panjang 6

Pertumbuhan 6

Hubungan Panjang Berat 6

Faktor Kondisi 7

Parameter Pertumbuhan (L∞, K, dan t0) 7

Mortalitas dan Laju Eksploitasi 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 10

Sebaran Kelompok Ukuran Hasil Tangkapan 12

Hubungan Panjang Berat 14

Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Kerang Darah 17

Implementasi untuk Pengelolaan Perikanan 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(13)

DAFTAR TABEL

1. Kondisi fisika dan kimia perairan kuala penet selama penelitian 12 2. Hubungan panjang berat kerang darah (Anadara granosa) setiap

pengambilan contoh di perairan Kuala Penet 14

3. Hasil analisis parameter pertumbuhan dan mortalitas kerang darah (Anadara granosa) dengan menggunakan program FISAT II di perairan

Kuala Penet 17

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir perumusan masalah 2

2. Peta lokasi pengambilan sampel kerang darah (Anadara granosa) di perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur 4 3. Distribusi ukuran panjang cangkang kerang darah (Anadara granosa)

berdasarkan waktu pengamatan 13

4. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total pada kerang

darah (Anadara granosa) jantan 15

5. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total pada kerang

darah (Anadara granosa) betina 16

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sebaran hasil tangkap berdasarkan selang ukuran panjang cangkang 22

2. Uji t hubungan panjang berat 23

3. Nilai parameter pertumbuhan kerang darah 24

4. Perhitungan pendugaan mortalitas total (z), alami (m), penangkapan (f),

dan laju eksploitasi 25

5. Alat dan bahan yang digunakan 26

6. Kegiatan selama penelitian kerang darah (Anadara granosa) di perairan

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan potensi yang ada sebanyak 6,26 juta ton pertahun baru dapat dimanfaatkan sekitar 76%. Salah satu pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan tersebut adalah sumberdaya kerang darah yang harus dilakukan secara rasional agar sumberdaya kerang ini tetap lestari. Menurut Undang-Undang Perikanan Nomor 45 tahun 2009 bahwa pengelolaan perikanan dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Pemanfaatan tersebut memerlukan pengkajian secara menyeluruh terhadap kerang darah yang meliputi aspek biologi, aspek ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosial. Aspek biologi kerang yang dikaji berupa dinamika pertumbuhan yang terjadi pada stok sumberdaya kerang yang di eksploitasi.

Salah satu perairan yang cocok untuk habitat kerang darah adalah di wilayah pesisir Indonesia yang memiliki kekayaan dan potensi yang besar yaitu salah satunya wilayah pesisir perairan Kuala Penet, Lampung Timur. Aktivitas penangkapan sumberdaya kerang di perairan Kuala Penet yang intensif telah mengarah pada terjadinya penurunan stok. Salah satu sumberdaya potensial untuk perikanan tangkap yang sudah dieksploitasi oleh masyarakat adalah kerang darah. Kerang darah (Anadara granosa) merupakan bivalvia yang hidup di daerah intertidal dengan substrat pasir berlumpur sampai lumpur lunak. Kerang ini merupakan komoditi komersial yang menjadi sumber pangan. Permintaan yang terus meningkat, menyebabkan kerang ini menjadi salah satu target utama penangkapan di perairan ini. Hal ini menyebabkan harga kerang darah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis moluska lainnya.

Adanya penangkapan yang intensif serta banyaknya aktivitas penduduk disekitar perairan ini diduga dapat menyebabkan perubahan sifat fisika-kimia maupun biologi perairan sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kerang. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi morfometrik terhadap kerang khususnya kerang darah (Anadara granosa). Dampak dari penangkapan yang intensif menyebabkan terjadinya penurunan populasi kerang darah yang dapat dilihat berdasarkan hasil tangkapan dari tahun ke tahun yang mengalami penurunan dan ukuran tangkap yang semakin kecil. Penurunan populasi kerang darah selain karena penangkapan, juga disebabkan oleh ancaman tekanan lingkungan (pencemaran) seperti limbah kegiatan industri dan pemukiman yang dilakukan manusia di daratan di sekitar perairan Kuala Penet. Bahan pencemar yang ada di perairan Kuala Penet masuk melalui aliran sungai yang dapat mempengaruhi kualitas perairan sebagai habitat kerang darah dan mengancam kelangsungan hidup organisme tersebut.

(16)

2

informasi tersebut dapat menjadi acuan dasar yang penting dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kerang darah sehingga populasinya di ekosistem dapat dipertahankan dan berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang timbul akibat adanya kegiatan penangkapan sumberdaya kerang darah di perairan Lampung Timur adalah permasalahan eksploitasi sumberdaya kerang darah yang berlebihan sehingga menyebabkan penurunan stok. Permasalahan ini diindikasikan dengan terjadinya penurunan produksi tangkapan yang disertai dengan ukuran hasil tangkapan yang semakin kecil dan daerah penangkapan nelayan yang semakin jauh dari pantai. Kondisi ini disebabkan oleh sistem penangkapan yang bersifat eksploratif dengan penggunan alat tangkap yang tidak selektif dan tidak memperhatikan struktur populasi yang dapat mengganggu habitat dan siklus hidup, pengurangan biomassa, penurunan jumlah kelimpahan, dan penurunan ukuran kerang tangkapan yang berdampak terhadap penurunan hasil tangkapan di perairan tersebut. Hal ini dirasakan nelayan setempat sebagai dampak dari eksploitasi yang tinggi dan aktifitas penangkapan yang terus-menerus dilakukan oleh masyarakat sekitar. Laju penangkapan yang berlebih akan mempengaruhi tingkat reproduksi, hal ini dapat dilihat dari ukuran kerang darah yang semakin kecil dan keberadaannya di alam yang dapat mengakibatkan kepunahan spesies dan perubahan pola reproduksi. Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu pengelolaan yang baik untuk menjaga kelestarian kerang darah. Diagram alir perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju eksploitasi berdasarkan hasil analisis mortalitas penangkapan serta keragaan pertumbuhan dari sumberdaya kerang darah yang meliputi analisis morfometrik-meristik diantaranya analisis

(17)

3

hubungan panjang berat, distribusi panjang berat, dan faktor kondisi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menduga pengaruh laju eksploitasi terhadap keragaan pertumbuhan kerang darah di perairan Kuala Penet, Lampung Timur.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dasar mengenai beberapa keragaan pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) di perairan Kuala Penet, Lampung Timur, selanjutnya dapat dipergunakan sebagai acuan dalam upaya pengelolaan perikanan kerang darah agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(18)

4

Gambar 2 Peta lokasi pengambilan sampel kerang darah (Anadara granosa) di perairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai, Lampung Timur

Alat dan Bahan

Adapun biota uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang darah yang berasal dari perairan Kuala Penet yang terletak di timur perairan Lampung. Peralatan yang digunakan dalam menunjang keberhasilan dan kesuksesan dalam penelitian diantaranya kapal/perahu bermotor untuk mobilisasi pengambilan contoh, dan alat penangkap kerang (garok) coolbox untuk menyimpan contoh, jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm untuk mengukur proyeksi profil, timbangan O-Haus ketelitian 0,0001 gram untuk mengukur berat tubuh dan untuk mengukur berat gonad, perangkat alat bedah, stopwatch, botol contoh, GPS, floating drodge, kompas bidik, dan perangkat pengukur kualitas air yang meliputi thermometer air raksa, tongkat, secchi disc, tali, refraktometer, kertas indikator derajat keasaman, dan untuk parameter biologi adalah baki plastik, alat bedah, kantong plastik, mikroskop, kertas label, tissue, dan kamera digital. Bahan yang digunakan meliputi biota air berupa kerang darah (Anadara granosa), pengawet sampel, dan data-data sekunder

Metode Kerja Prosedur Kerja di Lapang

(19)

5

kerang darah di perairan tersebut. Pengambilan kerang darah contoh ditangkap dengan menggunakan garok yang telah ditentukan berdasarkan lokasi yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap kerang darah pada setiap titik pengambilan. Garok dioprasikan dengan cara menurunkan garok tersebut ke dasar perairan, kemudian ditarik oleh kapal. Setiap kali jarak tertentu selama 30 menit garok diangkat ke atas kapal untuk diambil hasilnya. Hasil tangkapan yang diperoleh selanjutnya hanya sebagian saja yang diambil sebagai sampel contoh, yaitu pada garokan pertama sampai ketiga. Kerang darah di perairan Kuala Penet biasanya ditangkap dengan mengunakan alat tangkap garok, akan tetapi masih ada sebagian nelayan yang menangkap kerang darah secara tradisional langsung dengan menggunakan tangan. Garok merupakan alat tangkap yang didesain khusus untuk mengumpulkan kerang, terdiri dari kantong yang di bagian mulutnya diberi bingkai besi berbentuk segitiga sama sisi. Alat pengumpul kerang diklasifikasikan ke dalam alat pengumpul (Subani dan Barus 1989). Daerah pengoperasian alat garok sebagai pengumpul kerang adalah di dasar perairan, bisa di pantai berpasir atau berlumpur. Parameter utama dari alat pengumpul kerang ini adalah konstruksi dan ukuran bingkai. Berdasarkan daerah pengoperasian dan cara penggunaannya, alat tangkap garok memiliki konstruksi dengan kegunaannya sebagai berikut,

a. Mulut raga, di bagian ini diberi bingkai dari besi berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran ketiga sisinya 80 cm x 80 cm x 80 cm;

b. Kantong, dibentuk dari anyaman kawat, bagian ujungnya berbentuk agak membulat, berfungsi sebagai tempat kerang ditangkap;

c. Gigi raga, terbuat dari bahan besi (gigi garok) di bagian bawah bingkai;

d. Lempengan besi yang mengelilingi mulut garok, merupakan penghubung antara mulut bingkai dengan anyaman kawat dengan ukuran 2,5 cm;

e. Tangkai yang terbuat dari bambu dengan panjang 4 - 5 m yang digunakan oleh nelayan saat mengangkat kerang yang tertangkap.

Pengoperasian alat pengumpul kerang dilakukan dengan perahu sebagai alat penarik, umumnya dilakukan pada siang hari. Cara pengoperasiannya yaitu menurunkan 2 - 6 alat pengumpul kerang sekaligus dari sisi kiri/kanan perahu kemudian ditarik menelusuri dasar perairan menggunakan tali panjang (300 - 500 m) yang salah satu ujungnya diikat pada patok (tiang pancang atau jangkar). Untuk membantu penarikan, digunakan alat bantu berupa penggulung (roller). Setiap kali pada jarak tertentu, alat pengumpul kerang diangkat ke atas perahu untuk pengambilan hasil tangkapan. Hal ini terus dilakukan sampai tali habis tergulung, artinya telah dilakukan beberapa kali pengangkatan alat pengumpul kerang (Subani dan Barus 1989). Contoh kerang darah yang telah diambil dimasukan ke dalam coolbox yang berisi es. Selain itu dilakukan pengukuran kualitas air untuk mengetahui kondisi perairan tersebut yang meliputi suhu, salinitas, derajat keasaman, kecerahan, kecepatan arus dan kedalaman dilakukan pada saat pengamatan dan pengambilan data sekunder yang meliputi data statistik perikanan.

Prosedur Kerja di Laboratorium

Pengukuran Panjang Berat dan Pengamatan Jenis Kelamin

(20)

6

analisa morfometrik meristik di laboratorium. Kerang contoh yang telah dibawa ke laboratorium diukur morfometrik yang meliputi panjang cangkang (cm), lebar cangkang (cm), tinggi umbo (cm), tebal (cm) dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm. Berat total (gr), berat daging (gr), berat gonad (gr) diukur dengan menggunkan timbangan O-haus dengan ketelitian 0,0001 gram dan selain itu dianalisis jenis kelamin kerang contoh. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pembedahan kemudian dilihat secara secara visual dari warna gonad, individu jantan diketahui dari gonad yang berwarna putih susu hingga putih krem, sedangkan yang betina gonadnya berwarna oranye hingga kemerahan.

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk menunjang data primer. Pengumpulan data sekunder didapat dari arsip Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Timur. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data hasil tangkapan kerang darah (Anadara granosa) yang tertangkap, alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kerang darah dan produksi di perairan Kuala Penet, Lampung Timur selama lima tahun terakhir.

Analisis Data

Sebaran Frekuensi Panjang

Data yang digunakan dalam penentuan distribusi frekuensi panjang adalah data panjang total kerang darah yang ditangkap di perairan Kuala Penet. Tahap untuk menganalisis data frekunsi panjang adalah :

a) Menentukan wilayah kelas yang diperlukan

(WK) = Max – Min ; Max = data terbesar ; Min = data terkecil. b) Menentukan jumlah kelas

(JK) = 1 + 3,32 log N ; N = jumlah contoh (1) c) Menentukan lebar selang kelas

(L) = WK/JK (2)

d) Memilih ujung kelas interval pertama

e) Menentukan selang frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas dengan memasukkan panjang masing-masing kerang contoh pada panjang selang kerang yang ditentukan.

Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Pada grafik tersebut dapat dilihat sebuah pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran sebaran kelas panjang menggambarkan jumlah kelompok umur yang ada (kohort). Bila terjadi pergeseran modus distribusi frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort.

Pertumbuhan

Hubungan Panjang Berat

Analisis pola pertumbuhan kerang darah menggunakan hubungan panjang dengan rumus sebagai berikut (Effendie 2002):

W = aLb (3)

Untuk mendapatkan persamaan linear atau garis lurus di gunakan persamaan sebagai berikut :

(21)

7

untuk mendapatkan parameter a dan b digunakan analisis regresi dengan

Log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka dapat didapatkan regresi sebagai

berikut:

y = b0 + b1x (5)

untuk menguji nilai b = 3 melawan b < 3 atau b < 3 dilakukan uji-t (uji parsial) dengan hipotetis :

H0 : b = 3, hubungan panjang dan berat adalah isometrik

H1 : b < 3, hubungan panjang dan berat adalah allometrik negatif atau, b > 3, hubungan panjang dan berat adalah allometrik positif

W adalah berat, L adalah panjang, Log a adalah intersep (perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y), b adalah penduga pola pertumbuhan panjang berat.

Hipotesis yang digunakan adalah bila b=3 maka disebut isometrik (pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat). Jika b<3 disebut allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan) dan bila b>3 allometrik positif (pola pertumbuhan berat lebih dominan) (Effendie 2002).

(6)

(7)

b1 adalah nilai b (dari hubungan panjang berat), b0 adalah 3, Sb1 adalah simpangan koefisien.

Bandingkan nilai thitung dan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan kerang, maka kaidah keputusan yang dimbil adalah :

thitung > ttabel =tolak hipotesis H0 thitung < ttabel =gagal tolak hipotesis H0

Faktor Kondisi

Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan kerang yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup maupun reproduksi. Jika pertumbuhan kerang darah termasuk pertumbuhan isometrik (b=3), maka nilai faktor kondisi (K) dapat dihitung dengan rumus berikut (Effendie 2002).

(8)

K adalah faktor kondisi, W adalah berat kerang contoh (gram), L adalah panjang kerang contoh (mm), a dan b adalah konstanta regresi. Jika pertumbuhan bersifat allometrik positif umumnya kerang diamati lebih gemuk dibandingkan kerang yang bertipe allometrik negatif.

Parameter Pertumbuhan (L∞,K, dan t0)

(22)

8

interval waktu pengambilan contoh yang tetap. Berikut ini adalah persamaan pertumbuhan von Bertalanffy (King 1995).

(9) atau,

(10) Lt adalah panjang kerang pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol. Untuk t sama dengan t+1, persamaaan (11) menjadi:

(11)

sehingga,

(12) dengan mendistribusikan persamaan (10) ke (12), diperoleh

(13) atau,

(14)

Lt dan Lt+1 merupakan panjang ikan pada saat t dan t+1 yang merupakan panjang ikan yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan (1 =tahun, bulan, atau minggu) (Pauly 1984). Persamaan (14) dan (15) dapat diduga dengan diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris pauly (Pauly 1980 in Sparre & Venema) sebagai berikut.

Log (-t0) = 0.3922-0.2752 (Log L∞) – 1.038 (Log K) (17)

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

(23)

9

Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre & Venema 1999) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah 1 : Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan mengunakan inverse persamaan Von Bertalanffy.

(18) Langkah 2 : Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata kerang untuk tumbuh dari panjang L1 ke L2 (t)

(19) Langkah 3 : Menghitung (t+t/2)

(20) Langkah 4 : Menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan yang dikonversikan ke panjang

(21) persamaan (20) adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) = -Z Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999) sebagai berikut.

Ln M = - 0.0152-0.279*Ln L∞ + 0.6543*Ln K + 0.463*Ln T (22) (23) M adalah mortalitas alami, L∞ adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, K adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, T adalah rata-rata suhu permukaan air (0C).

Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan :

F = Z – M (24)

Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortaliatas total (Z) (Pauly 1984) :

(25) Laju mortalitas penangkapn (F) atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland (1971) in Pauly (1984) adalah :

Foptimum = M dan Eoptimum = 0.5 (26)

(24)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Salah satu wilayah pesisir Indonesia yang memiliki kekayaan dan potensi yang besar adalah wilayah pesisir di perairan Kuala Penet Lampung Timur. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Timur tahun 2010 mencatat bahwa pantai timur Provinsi Lampung yang mempunyai garis pantai sepanjang 270 km merupakan wilayah pesisir dengan beragam potensi yang dapat menunjang pembangunan. Diantaranya potensi yang dimiliki yaitu potensi wilayah laut seluas 108 Km x 4 mil (1 mil = 1,852 Km) atau seluas 200.016 km, potensi wilayah perikanan seluas 22.548,05 ha dengan luas wilayah pemanfaatan 15.909,29 ha dan luas wilayah tambak rakyat sebesar 8.000 ha dengan wilayah pemanfaatan 4728 ha. Saat ini pantai timur Lampung mengalami degradasi lingkungan yang cukup parah, terutama akibat adanya kerusakan habitat mangrove yang diperparah dengan terjadinya abrasi pantai. Kerusakan hutan mangrove sebagai green belt diwilayah tersebut sudah menghilangkan fungsinya sebagai sarana mitigasi bencana diwilayah pesisir dan peranannya dalam menunjang produksi perikanan tangkap dengan komoditas hasil tangkapan berupa udang, ikan pari, ikan kakap, kerang-kerangan dan jenis ikan laut lain yang ada di pantai pesisir timur.

Perairan Kuala Penet merupakan wilayah yang potensial dalam penangkapan kerang darah bagi nelayan-nelayan Labuhan Maringgai dan sekitarnya. Nelayan yang berada di sekitar perairan Kuala Penet merupakan nelayan tradisional yang banyak menggunakan kapal dengan ukuran 3-8 GT. Hasil tangkapan utama nelayan berupa ikan-ikan jenis pelagis kecil, rajungan, udang, kepiting bakau dan kerang-kerangan bagi nelayan yang berprofesi khusus menangkap kerang.

Pada perairan Kuala Penet terdapat beberapa sungai yang bermuara di perairan ini diantaranya sungai Way Sekampung, sungai Way Nibung, dan sungai Way Penet. Daerah lingkungan sekitar areal penelitian banyak ditumbuhi pepohonan mangrove dan bakau serta dibagian sebelah utara banyak terdapat areal tambak rakyat. Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada proses biologis dan fisiologis, seperti kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan reproduksi organisme air. Perubahan lingkungan yang sangat ekstrim dapat mengganggu kelangsungan hidup organisme air, bahkan jika terjadi terus menerus organisme tersebut akan mengalami kepunahan.

Kondisi habitat kerang darah pada lokasi penelitian di perairan Kuala Penet berupa lumpur dasar yang relatif halus, berwarna abu-abu dengan sedikit berbau (bau lumpur) yang mengindikasikan bahwa kandungan detritus pada perairan ini relatif tinggi. Parameter fisika air yang diamati adalah suhu dan kecepatan arus. Suhu perairan sangat penting bagi kehidupan biota perairan, karena untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan yang optimal dan sangat berpengaruh baik pada aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme perairan (Hutabarat & Stewart 1984).

(25)

11

Besarnya suhu ini cocok untuk kehidupan kerang darah di perairan Kuala Penet dengan melihat keberadaan kerang darah di perairan tersebut. Berdasarkan Broom (1985) suhu yang sesuai untuk setiap spesies pada kerang darah berbeda-beda tergantung pada kondisi geografisnya. Hal ini didasarkan pada kemampuan kerang darah untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Misalnya, kerang darah di Malaysia umumnya dapat hidup dengan suhu permukaan air rata-rata 29oC - 32oC. Lain halnya di Phuket, Thailand suhu air yang sesuai adalah 25oC - 32.8oC (Boonruang & Janekarn 1983 in Broom 1985). Suhu sangat berpengaruh, baik pada aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme perairan (Hutabarat & Stewart 1984), dimana suhu merupakan salah satu pemicu dimulainya proses gametogenesis pada siklus reproduksi (Bayne 1985 in Freites et al. 2010). Berdasarkan penelitian Kusukabe (1959) in Broom (1985) kerang darah memijah pada suhu air 25oC - 27°C.

Selain kondisi suhu perairan yang diamati, parameter fisika lain yang diamati adalah arus. Kecepatan arus pada perairan Kuala Penet selama penelitian dilaksanakan berkisar antara 7,56 – 14,21 cm/detik. Kondisi arus seperrti ini termasuk pada arus yang sangat lemah hingga sedang. Pergerakan air yang lemah di daerah berlumpur menyebabkan partikel halus mengendap dan detritus melimpah, sehingga merupakan media yang baik bagi pemakan detritus, seperti halnya pada kerang darah (Mann 2000). Kecepatan arus yang kurang dari 10 cm/detik termasuk arus yang sangat lemah, dengan organisme bentik dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas, sedangkan kecepatan arus 10 - 100 cm/detik termasuk arus sedang, sehingga menguntungkan bagi organisme dasar, dimana terjadi pembaruan bahan organik dan anorganik (Wood 1987).

Parameter kimia air yang diamati adalah salinitas dan derajat keasaman.

Selama pengamatan salinitas pada perairan Kuala Penet berkisar antara 24‰ – 29‰. Salinitas minimun terjadi pada bulan Mei sebesar 24‰ dan salinitas tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu 29‰. Nilai salinitas yang diperoleh sesuai

dengan pernyataan Pathansali (1963) in Broom (1985) bahwa kerang darah hanya mampu hidup di daerah dengan salinitas lebih dari 23 ppt, namun pada stadia muda secara normal dapat melakukan aktivitas mencari makan dengan salinitas yang lebih rendah sampai 18 ppt. Pathansali menambahkan A.granosa termasuk organisme yang toleran terhadap salinitas yang tinggi dan rendah. Salinitas tinggi sampai 29 ppt, namun pada salinitas yang sangat rendah, yaitu 9,4 ppt kerang darah tidak dapat tumbuh bahkan mengalami kematian.

(26)

12

Tabel 1. Kondisi fisika dan kimia Perairan Kuala Penet selama penelitian

Parameter Satuan Waktu Pengamatan Kondisi

Ideal

Data di atas menggambarkan bahwa kondisi lokasi penelitian di perairan Kuala Penet masih berada dalam kondisi ideal untuk kerang darah dapat hidup, tumbuh dan berkembang dengan baik. Kerang darah hasil tangkapan setiap harinya didaratkan di TPI Labuhan Maringgai Lampung Timur dan TPI Lempasing di Bandar Lampung. Daerah penangkapan kerang darah dilakukan di sekitar perairan Kuala Penet. Daerah pemasarannya meliputi Jakarta dan wilayah sekitar. Kerang darah dijual dalam bentuk hidup dan daging. Harga kerang yang dibeli oleh para pengumpul dari para nelayan dengan harga Rp 2.500,00 – Rp 4.000,00 per kilogramnya dan dijual kembali kepada konsumen berkisar antara Rp 5.000,00 - Rp 8.000,00 per kilogram dan harga daging berkisar antara Rp 15.000,00 - Rp 17.000,00 per kilogram. Harga kerang darah lebih tinggi dibandingkan dengan harga jenis kerang lainnya.

Sebaran Kelompok Ukuran Hasil Tangkapan

(27)

13

Gambar 3. Distribusi ukuran panjang cangkang kerang darah (Anadara granosa) berdasarkan waktu pengamatan

(28)

14

bulannya yang berbeda-beda yaitu pada bulan April sebanyak 59 ekor, bulan Mei sebanyak 43 ekor dan pada bulan Juli sebanyak 40 ekor.

Faktor yang menyebabkan ukuran kerang darah yang tertangkap semakin kecil adalah karena tekanan penangkapan yang tinggi terhadap sumberdaya kerang darah di perairan Kuala Penet. Perbedaan ukuran panjang cangkang kerang darah disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan waktu pengambilan contoh, keterwakilan contoh kerang darah yang diambil, dan kemungkinan terjadinya aktifitas penangkapan yang tinggi terhadap sumberdaya kerang darah, juga disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti pengaruh kondisi perairan. Semakin tinggi tingkat eksploitasi maka ukuran kerang darah akan didominasikan oleh kerang yang berukuran kecil karena kerang darah berukuran besar telah hilang, sehingga mempengaruhi kelimpahan dan struktur populasi kerang darah di perairan tersebut. Tekanan penangkapan yang semakin tinggi dapat menyebabkan kelimpahan kerang darah kerang darah di perairan tersebut akan semakin sedikit dan bisa terjadi kepunahan. Hal itu yang menyebabkan pertumbuhan kerang berbeda di setiap tempat dan waktu. Pengaruh eksploitasi yang berlebihan ( over-exploitation) akan menyebabkan penurunan ukuran rata-rata kerang darah yang tertangkap. Kondisi ini serupa terjadi di perairan Jawa Barat dan Banten seperti di Perairan Cirebon dan Teluk Banten yang sama-sama mengalami penurunan jumlah populasi kerang darah, kelimpahan kerang darah dan struktur populasi kerang darah.

Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan merupakan pertambahan panjang dan berat tubuh dalam satu satuan waktu. Pertumbuhan dapat diukur dengan mudah sebagai tambahan panjang cangkang yang merupakan konversi pertumbuhan somatik berupa hubungan antara ukuran panjang cangkang dan berat tubuh. Hubungan panjang dan berat kerang darah di perairan Kuala Penet pada setiap pengambilan contoh disajikan dalam Tabel 2 yang menunjukkan tipe pertumbuhan yang tidak jauh berbeda. Pengambilan contoh pendahuluan sampai dengan ketiga menunjukkan tipe pertumbuhan yang sama yaitu allometrik negatif atau laju pertumbuhan panjang lebih besar dari pada laju pertumbuhan beratnya.

Tabel 2. Hubungan panjang berat kerang darah (Anadara granosa) setiap pengambilan contoh di perairan Kuala Penet

(29)

15

kerang contoh untuk melihat pola pertumbuhan individu kerang darah di perairan Kuala Penet. Hubungan panjang berat kerang darah disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total pada kerang darah (Anadara granosa) jantan

Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan panjang berat pada kerang darah jantan memiliki persamaan W = 0,0023L2,5709. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,9181, yang menunjukkan bahwa berdasarkan keragaman berat total, model dugaan dapat menjelaskan hubungan antara panjang (dalam hal ini tinggi cangkang) dan berat total kerang darah sebesar 91,81%. Berdasarkan hasil perhitungan statistik (uji t) pada perbandingan panjang cangkang dengan berat total diperoleh nilai a sebesar 0,0023 dan b sebesar 2,5709, sehingga t hitung bernilai 6,6828 (Lampiran 2). Jika nilai t hitung dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,9767 maka kesimpulan yang diperoleh adalah tolak H0 (t hitung > t tabel), yang menunjukkan bahwa pola hubungan pertumbuhan panjang berat kerang darah jantan allometrik negatif, yaitu pertambahan berat cangkang lebih dominan dibandingkan pertambahan panjang total. Berat total merupakan gabungan antara berat cangkang dengan berat daging. Pada kerang darah, secara keseluruhan berat cangkang lebih dominan dibandingkan berat daging. Pada saat pertambahan panjang cangkang terjadi pertambahan berat cangkang dan pertambahan berat total. Oleh karena itu pertambahan panjang sama dengan pertambahan berat total.

Berdasarkan Day & Fleming (1992) in Setyono (2006) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan kekerangan yaitu suhu air, makanan dan aktifitas reproduksi (pemijahan). Hubungan panjang berat berpengaruh terhadap kondisi tubuh (kemontokan) kerang darah, jika cangkang terisi penuh oleh daging maka kerang darah montok, namun jika cangkang tidak terisi penuh oleh daging maka kerang darah kurang montok (kopong). Berdasarkan Effendie (2002) nilai yang didapatkan dari perhitungan panjang berat dapat digunakan untuk menduga berat dari panjang maupun sebaliknya, pola pertumbuhan, kemontokan dan perubahan lingkungan.

(30)

16

Gambar 5. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total pada kerang darah betina

Jika panjang cangkang dibandingkan dengan berat total maka kerang darah betina memiliki persamaan W = 0,0027L2,5121. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari perbandingan panjang cangkang dengan berat total sebesar 0,9518 yang berarti bahwa berdasarkan keragaman berat total, model dugaan dapat menjelaskan hubungan antara panjang (dalam hal ini tinggi cangkang) dan berat cangkang kerang darah sebesar 95,18%. Setelah dilakukan perhitungan statistik (uji t) diperoleh nilai t hitung sebesar 13,1207 dan t tabel sebesar 1,9703 (Lampiran 2). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keduanya tolak H0 (t hitung > t tabel), sehingga pola hubungan pertumbuhan panjang berat kerang darah betina allometrik negatif, yaitu pertambahan bobot cangkang lebih dominan dibandingkan pertambahan panjang total. Kerang darah yang mengalami pertumbuhan somatik menyebabkan adanya pertambahan jaringan tubuh, termasuk cangkang dan daging sehingga terjadi pertambahan panjang cangkang, berat cangkang, berat daging dan berat total (berat cangkang dan berat daging). Pertambahan panjang cangkang menyebabkan pertambahan berat cangkang, yang kemudian menyebabkan pertambahan berat total. Menurut Effendie (2002) pola pertumbuhan allometrik negatif mengindikasikan bahwa ketersediaan makanan di perairan berlebih sehingga lebih dominan pertambahan berat dibandingkan panjang.

(31)

17

Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Kerang Darah

Eksploitasi sumberdaya kerang darah yang telah terjadi perlu dikaji lebih dalam untuk membedakan mortalitas akibat penangkapan dan mortalitas alami. Menurut King (1995) laju mortalitas total (Z) adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan (F) dan laju mortalitas alami (M) sehingga ketiga jenis mortalitas tersebut perlu dianalisis. Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) kerang darah dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang cangkang. Untuk menduga laju mortalitas alami dengan menggunakan rumus empiris pauly (Sparre & Venema 1999) dengan suhu rata-rata permukaan perairan Kuala Penet sebesar 28,25°C. Adapun hasil analisis parameter pertumbuhan dan parameter moralitas disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis parameter pertumbuhan dan mortalitas kerang darah (Anadara granosa) dengan menggunakan program FISAT II di perairan Kuala Penet

Lokasi Parameter Pertumbuhan Parameter Mortalitas

L∞ K M F Z E

Kuala Penet 44,59 1,7 1,619 6,717 8,336 0,806

Bondet 47,70 0,51 0,7154 1,2705 1,9859 0,6398

Mundu 49,05 2,30 1,9169 7,7776 9,5945 0,8023

Keterangan : L∞ = panjang yang tidak dapat dicapai ikan (mm); K = koefisien pertumbuhan (per tahun); M = laju mortalitas alami (pertahun); Z = laju mortalitas total (per tahun); F = laju mortalitas penangkapan (per tahun); E= laju eksploitasi

Dari hasil analisis parameter pertumbuhan di perairan Kuala Penet,

diperoleh nilai L∞ sebesar 44,59. Nilai L∞ dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat dipengaruhi oleh keturunan (faktor genetik), parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternal yang dapat dipengaruhi adalah suhu dan ketersedian makanan (Effendi 2002).

Laju mortalitas total (Z) kerang darah di perairan Kuala Penet, diduga sebesar 8,336 per tahun. Nilai Z tergantung dari laju mortalitas alami (M) dan laju mortalitas penangkapan (F). Fluktuasi laju mortalitas alami (M) sumberdaya perairan sulit ditentukan, sehingga diasumsikan variasi nilai Z dari tahun ke tahun hanya tergantung dari variasi nilai F. Nilai laju mortalitas (M) di perairan Kuala Penet diduga sebesar 1,619 per tahun. Laju mortalitas alami (M) dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kondisi perairan, predator, penyakit, persaingan makanan dan mati karena tua. Spesies yang sama dapat memiliki laju mortalitas alami yang berbeda pada lokasi atau habitat yang berbeda (Sparre et. al 1989). Dari persamaan Z = F+M, dengan menggunakan masukan nilai Z dan M yang sudah dikoreksi, maka diperoleh laju mortalitas penangkapan (F). Laju mortalitas penangkapan di perairan Kuala Penet diduga sebesar 6,717 per tahun (Lampiran 4). Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa di lokasi tersebut ditemukan laju mortalitas penangkapan (F) lebih besar dari laju mortalitas alami (M). Hal ini menunjukan bahwa faktor kematian kerang darah lebih besar disebabkan oleh aktifitas penangkapan yang terus menerus akibat dari konsumsi terhadap kerang darah meningkat. Semakin tinggi upaya penangkapan, maka nilai laju mortalitas penangkapan akan semakin tinggi.

(32)

18

laju eksploitasi sumberdaya kerang darah. Laju eksploitasi kerang darah di perairan Kuala Penet melebihi dari 0,50 atau lebih dari 50% yang mencapai 0,806 atau 80,6% (Lampiran 4) yang menunjukan bahwa laju eksploitasi pada perairan Kuala Penet ini telah melebihi batas optimum eksploitasi dari potensi lestarinya sebagaimana yang dikemukan oleh Gulland (1971) in Pauly (1984). Kondisi serupa juga terjadi di perairan Bondet dan Mundu di Cirebon dengan laju eksploitasi sebesar 63,98% dan 80,23%. Hal ini menunjukkan bahwa laju penangkapan di perairan Kuala Penet, Bondet dan Mundu mengalami peningkatan intensitas waktu penangkapan (effort) yang dilakukan oleh nelayan setiap harinya yang berlangsung intensif secara terus menerus dan berlangsung lama. Eksploitasi dengan skala besar menyebabkan populasi yang ada didominasi oleh kerang darah dengan ukuran panjang cangkang lebih kecil dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan mempengaruhi hasil tangkapan yang semakin menurun sebagaimana telah digambarkan pada Gambar 3, kerang darah banyak tertangkap dengan panjang cangkang yang kecil sedangkan kerang darah dengan ukuran besar relatif lebih sedikit. Nilai ini juga menguatkan indikasi adanya tekanan penangkapan yang tinggi terhadap stok kerang darah di perairan. Nilai mortalitas penangkapan dipengaruhi oleh tingkat eksploitasi yang semakin tinggi di suatu daerah maka mortalitas penangkapannya semakin besar.

Tingkat laju mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami juga dapat menunjukan dugaan terjadinya kondisi growth overfishing yaitu sedikitnya jumlah kerang tua, karena kerang muda tidak sempat tumbuh akibat tertangkap sehingga tekanan penangkapan terhadap stok tersebut seharusnya dikurangi hingga mencapai kondisi optimum yaitu laju mortalitas penangkapan sama dengan laju mortalitas alami.

Implementasi untuk Pengelolaan Perikanan

Pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan untuk menjaga kelestarian stok sumberdaya di alam. Beberapa aspek biologi yang dapat membantu pengelolaan antara lain adalah evaluasi terhadap kapasitas dan potensi perairan serta pengetahuan tentang perubahan-perubahan besarnya atau jumlah stok (Effendie, 2002). Diantara aspek biologi tersebut adalah aspek biologi reproduksi yang dapat menduga ketersediaan stok di perairan.Terdapat tiga hal yang harus dilakukan dalam mengelola stok sumberdaya perikanan di alam yaitu pengaturan hasil tangkapan, pengaturan upaya penangkapan (jumlah nelayan, waktu dan armada penangkapan), serta pengaturan teknik penangkapan (ukuran mata jaring dan pengoperasian alat tangkap).

(33)

19

(A.granosa) di perairan Kuala Penet adalah mengatur waktu penangkapan dan ukuran kerang darah yang ditangkap. Penangkapan kerang darah sebaiknya tidak dilakukan pada saat kerang darah telah memasuki puncak perkembangan gonad atau pada saat akan bereproduksi serta merilis kembali kerang darah yang tertangkap dengan ukuran kecil guna menjaga populasi dan stok di alam.

Penurunan hasil tangkapan kerang darah di perairan Kuala Penet juga secara tidak langsung disebabkan oleh pencemaran dan reklamasi pantai di perairan tersebut. Reklamasi pantai ini dilakukan untuk membangun tambak rakyat. Limbah yang masuk ke perairan Kuala Penet berasal dari sisa pakan dari usaha budidaya tambak rakyat di sekitarnya. Perlu adanya pemantauan terhadap kualitas air dan pembuangan limbah baik dari usaha tambak rakyat, industri maupun rumah tangga seperti adanya pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga limbah yang dibuang ke perairan adalah limbah yang telah mengalami pengolahan dan aman untuk kehidupan kerang darah. Disamping itu, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti garok, selain tidak dapat mensortir ukuran kerang darah yang tertangkap, biota-biota yang hidup di dasar perairan juga dapat ikut tertangkap, selain itu penggunaan alat tangkap garok dapat merusak lingkungan dasar perairan yang dilaluinya sehingga pemakaian alat tangkap garok ini juga perlu diatur penggunaannya.

Upaya-upaya pengelolaan yang telah diuraikan di atas akan terwujud apabila adanya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat sekitar perairan Kuala Penet. Peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam mengatasi masalah kepunahan sumberdaya perikanan di perairan tersebut. Oleh karena itu, upaya lain yang dapat menunjang keberhasilan pengelolaan adalah penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya terutama kerang darah dalam wilayah perairan di sekitarnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(34)

20

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yaitu mengenai aspek pertumbuhan yang dikaitkan dengan aspek reproduksi kerang darah sehingga dapat diduga keberhasilan dan waktu reproduksi dari kerang darah. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek pertumbuhan kerang darah pada waktu dan daerah perairan yang berbeda sehingga dapat dibandingkan dan diketahui waktu serta kondisi perairan yang optimum untuk kerang darah dapat tumbuh dengan baik dan sesuai.

Alternatif pengelolaan yang dapat disarankan adalah pengaturan upaya penangkapan, yaitu pengaturan waktu dan ukuran tangkap, dimana sebaiknya penangkapan tidak dilakukan pada saat ukuran optimum kerang darah agar dapat melakukan reproduksi dan tidak ditangkap pada selang ukuran panjang 19,86 - 22,51 mm serta tidak menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti garok yang dapat merusak dasar perairan. Namun, upaya tersebut dapat terlaksana jika adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sehingga diperlukan upaya penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya perikanan terutama kerang darah di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Broom MJ. 1982. Analysis of the growth of Anadara granosa (Bivalvia: Arcidae) in natural, artificially seeded and experimental populations. Department of Zoology, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. 9: 69-79.

Broom MJ. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalve Molluscs of Genus Anadara. ICLARM Studies and Reviews, International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila. 44p. ISBN 971-1022-21-4.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Timur. 2010. Laporan tahunan 2009. Kabupaten Lampung Timur. 112 hlm

Effendie MI. 1979. Metoda biologi perikanan.Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm. Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.

Yogyakarta.Xii+163 hlm.

Freites et al. 2010. Influence of environmental factors on the reproductive cycle of the eared ark Anadara notabilis (Roding 1758) in Northeastern Venezuela.

[terhubung berkala].

http://www.thefreelibrary.com/Influence+of+environmental+factors+on+the+r eproductive+cycle+of+the...-a0224932772 [4 Oktober 2010]

Hutabarat S & Stewart M. 1984. Pengantar oseanografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. ix + 153 hlm.

King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. Fishing News Books. London, USA. 341 p.

Mann KH. 2000. Ecology of coastal waters with implications for management 2rd edition. Blackwell Science, Inc. USA

(35)

21

Prawuri DV. 2005. Studi morfometrik kerang Anadara spp. di Perairan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xi + 85 hlm.

Setyono. 2006. Karakteristik Biologi dan produk kekerangan laut. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta. 31(1): 1-7 ISSN: 0216-1877

Smith WL. & MH. Chanley. 1975. Culture of marine invertebrata. Plenum Press. New York. Pp 302.

Sparre P, E. Ursin and S.C. Venema. 1989. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment. FAO. Rome.

Sparre P & Venema SC. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis buku manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisai Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 hlm.

Subani W & HR Barus.1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Suwanjarat J, Chinnawat P, & Suppattana W. 2009. Reproductive cycle of Anadara granosa at Pattani Bay and its relationship with metal concentrations in sediments. 31(5): 1-6

Vakily JM. 1989. The biology and culture of mussels of the genus Perna. International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila, Philipina. iv + 63 p.

(36)

22

Lampiran 1 Sebaran hasil tangkap berdasarkan selang ukuran panjang cangkang

Nilai maksimum = 42,60

a. Hasil tangkapan berdasarkan waktu pengamatan

(37)

23

Lampiran 2 Uji t hubungan panjang berat

H0 : b = 3, isometrik

H1 : b ≠ 3, allometrik

a. Jantan

Berdasarkan berat total diperoleh : a = 0.0001

b = 3.0200 thitung = 6,6828 ttabel = 1,9767

Kesimpulan : t hitung > t tabel maka tolak H0 (allometrik positif, yaitu pertambahan panjang cangkang lebih dominan dibandingkan pertambahan berat total)

b. Betina

Berdasarkan berat total diperoleh: a = 0.0010

b = 2.7450 thitung = 13,1207 ttabel = 1,9703

(38)

24

Lampiran 3 Nilai parameter pertumbuhan kerang darah

L∞ = 44,59 mm

K = 1,70 per tahun

Log (-t0) = 0,3922 - 0,2752 (Log L∞) - 1,0380 (Log K) Log (-t0) = 0,3922 - 0,2752 (Log 44,59) – 1,0380 (Log 1,70)

(39)

25

Lampiran 4 Perhitungan pendugaan mortalitas total (Z), alami (M), penangkapan (F), dan laju eksploitasi (E)

L∞ = 44,59 mm

K = 1,70 per tahun t0 = 0,08217 tahun

fi SB SA xi t(Li) t t(L1+L2)/2 = x ln(f/dt) = y

51 19,85 17,20 18,525 0,204 0,060 0,234 6,819

142 22,51 19,86 21,185 0,265 0,067 0,297 7,674

89 25,17 22,52 23,845 0,332 0,076 0,368 7,072

13 27,83 25,18 26,505 0,407 0,087 0,449 5,010

7 30,49 27,84 29,165 0,494 0,102 0,542 4,231

1 33,15 30,50 31,825 0,596 0,123 0,654 2,095

7 35,81 33,16 34,485 0,719 0,156 0,791 3,805

15 38,47 35,82 37,145 0,874 0,213 0,971 4,256

41 41,13 38,48 39,805 1,087 0,336 1,231 4,804

6 43,79 41,14 42,465 1,423 - - -

(40)

26

Lampiran 5 Alat dan bahan yang digunakan

A. Alat yang digunakan

 Parameter Kualitas Air

Stopwatch Kompas Bidik Termometer Air

Raksa

Floating Drodge

Secchi Disc Kertas Indikator

derajat keasaman

Stik / Tongkat GPS

 Parameter Biologi

Alat Bedah Kamera Digital Baki Plastik Cool Box

Timbangan Digital (ketelitian 0,0001 gr)

(41)

27

B. Bahan yang digunakan (lanjutan)

(42)

28

Lampiran 6 Kegiatan selama penelitian kerang darah (Anadara granosa) diperairan Kuala Penet, Labuhan Maringgai

Pengukuran derajat keasaman Persiapan garok Pengangkatan garok

Alat tangkap garok Kapal nelayan penangkap kerang darah

(43)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 23 Juni 1989 sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Zarkasi (Alm) dan Ibu Dra. Hj. Hasnah Tahar M.PdI. Pendidikan formal ditempuh di SDN 4 Sukajawa (2001), SMPN 4 Bandar Lampung (2004), dan SMAN 1 Natar Lampung Selatan (2007). Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah
Gambar 2 Peta lokasi pengambilan sampel kerang darah ( Anadara granosa) di
Tabel 1. Kondisi fisika dan kimia Perairan Kuala Penet selama penelitian
Gambar 3. Distribusi ukuran panjang cangkang kerang darah ( Anadara granosa)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi ekspresi gen aktin dan menganalisis karakteristiknya pada kerang darah Anadara granosa terhadap induksi logam

Kegiatan penelitian ini meliputi pengambilan contoh kerang darah (Anadara granosa) yang dilakukan di Perairan Cituis dan Kronjo (Gambar 2) pada bulan April 2013 sampai

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari perairan pesisir Banten berdasarkan marka molekuler gen

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi mengenai kepadatan, pola pertumbuhan dan faktor kondisi pada Kerang Darah (Anadara granosa) serta hubungan kepadatan Kerang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peremajaan (rekrutmen) populasi kerang darah (A. granosa) di perairan PLTU-Labuan Teluk Lada dan Bojonegara Teluk Banten, provinsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) yang diambil dari perairan Bangkalan; menguji pengaruh

Skripsi ini berjudul Pola Sebaran Spasial dan Dinamika Populasi Kerang Darah (Anadara granosa, L) di Perairan Teluk Lada dan Teluk Banten, Provinsi Banten; disusun

Anadara granosa yang sering disebut kerang darah karena adanya warna merah kecoklatan dari daging anadara. Warna ini terjadi karena adanya haemoglobia dalam darah. Penelitian