• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Parameter Pemesinan Pada Mesin Sekrap Model L-450 Menggunakan Algoritma Genetika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Optimasi Parameter Pemesinan Pada Mesin Sekrap Model L-450 Menggunakan Algoritma Genetika"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PADA MESIN

SEKRAP MODEL L-450 MENGGUNAKAN

ALGORITMA GENETIKA

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RAMADHAN

NIM. 080401058

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PADA MESIN SEKRAP

MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan

Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub Bidang Konversi Energi,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa dan bantuan baik materiil, moril,

maupun spirit dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu

sebagai manusia yang harus tahu berterima kasih, degan penuh ketulusan hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Alfian Hamsi, M.Sc selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST., MT. dan Bapak Tulus Burhanuddin

Sitorus ST., MT selaku dosen pembanding I dan II yang telah memberikan

masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ing. Ir Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. M. Syahril Gultom MT. Selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua penulis, Idham dan Lamiyem yang tidak pernah

purus-putusnya memberikan dukungan, doa serta kasih sayangnya yang tak terhingga

kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin yang telah

membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis kuliah.

7. Bapak Ir. Tugiman MT. selaku dosen wali.

8. Seluruh saudara penulis, Marwan, Lia, Irfan Sugiarto, M. Adil Khairi yang

(11)

9. Rekan-rekan satu tim kerja, Ficky Hamdhani, Gio Saputra, Rudi Martin dan

Roby Mulyadi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan

kritik.

10. Rekan-rekan di Laboratorium Menggambar Mesin / CAD yaitu Putra Setiawan,

Munawir Rosyadi Siregar, Syahrul Ramadhan, Zuhdi Mahendra, Tri Septian

Marsah, Juliono, Zulvia Chara Nosa Ginting.

11. Seluruh rekan mahasiswa angkatan 2008 khususnya Zulfadhli, Putra Setiawan,

Rahman dan Indra Rukamana yang telah bersama-sama melewati masa kerja

praktek di PT. Perkebunan Nusantara III – PKS Rambutan.

12. Teman-teman dari HORAS TEAM seperti Munawir R. Siregar, Rio Arinedo

Sembiring, Sepvinolist T. Pardede, Fernando B. Siagian, Irham Fadillah,

Ekawira Napitupulu, Hotlan Nababan, Ary Fadila, Sony A. Sembiring,

Robertus Simanungkalit, Zulfadhli, Putra Setiawan, dan Nehemia Sembiring,

13. Teman-Teman geng kerupuk apem yaitu, Ikram, Syahrul Ramadhan, Fahrul

Rozzy, Felix Asade, Maraghi Muttaqin, Gio sahputra dan Harry Pramana.

14. Teman-Teman lain yaitu, Daniansyah, Ismail Husin Tanjung, Aldiansyah Leo,

Maujan yudika, Royyan Nst, Sahir B. Rangkuti, Parulian Siahaan, Ferdinan

Lubis, Joshua Surbakti, Daniel Ortega panjaitan, Indra Gunawan Purba,

Fransiscus Sitompul, rekan-rekan mahasiswa 2008 yang tidak mungkin

disebutkan satu-persatu, para abang senior dan adik-adik junior semua yang

telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih dan

dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya

tulisan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat

memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Mei 2013

(12)

ABSTRAK

Algoritma genetika merupakan suatu metode pencarian yang sangat efektif untuk menyelesaikan permasalahan optimasi pada dunia industri atau manufaktur yang memiliki permasalahan–permasalahan kompleks secara lebih mudah dan lebih akurat. Metode pencarian ini didasarkan oleh mekanisme evolusi. Evolusi akan mengakibatkan perubahan yang terus–menerus untuk menuju suatu kesempurnaan atau keseimbangan. Fungsi optimasi pada pengujian ini dibuat dari persamaan waktu permesinan dimana parameter yang digunakan adalah kecepatan potong dengan ambang batas antara 24 m/min sampai dengan 30 m/menit dan gerak makan berkisar antara 0,1 mm sampai dengan 0,5 mm. Proses optimasi dimulai dari membangkitkan populasi awal secara acak kemudian dilakukan seleksi dengan metode roda roulette lalu proses genetika yaitu rekombinasi (crossover) dan mutasi, selanjutnya dievaluasi nilai fitness dari individu baru. Parameter terbaik ditentukan oleh nilai fitness terkecil karena fungsi optimasinya diturunkan dari waktu permesinan sehingga akan diperoleh nilai yang paling optimal dengan kecepatan potong 29,1026 m/menit, gerak makan 0,4556 mm dan waktu pemotongan 0,1885 min.

(13)

ABSTRACT

Genetic algorithm is a method of search that very efective to solve the problems of optimation in the world of industries or manufactures are possess any complex of problems be more easily and accurate. This method of search based on the mechanism of evolution. Evolution will effected the change continiously to aim a perfect or balance. The function of optimation at these trials are made from equality of time of machinery where the parameters be used are velocity of slice with range between 24 m/min up to 30 m/menit and eat moving with range between 0,1 mm up to 0,5 mm. The Process of optimation began from awaken of first population randomly then do selection with method of wheel of roulette then the process of genetic that is recombination (crossover) and mutation, furthermore evaluated the value of fitness from new individual. The best of parameter a given by the value of least fitness because the function of that optimation generate from time of machinery so that will obtainable the best optimal of values with velocity of slice 29,1026 m/menit, eat moving 0,4556 mm and time of slicing 0,1885 min.

(14)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR SIMBOL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pemotongan Logam ... 4

2.2 Pengertian optimasi ... 6

2.2.1 Metode Optimasi ... 6

2.2.2 Metode OptimasiModern ... 6

2.3 Mesin Sekap ... 6

2.3.1 Jenis-Jenis mesin sekrap ... 7

2.3.2 Mekanisme Kerja Mesin Sekrap ... 9

2.3.3 Bagian Utama Mesin Sekrap ... 10

2.3.4 Bentuk Pahat Sekrap ... 11

2.3.5 Sudut Asah pahat ... 12

(15)

2.3.7 Elemen Dasar dan Perencanaan Proses Sekrap ... 13

2.3.8 Proses Sekrap ... 15

2.4 Algoritma Genetika ... 17

2.4.1 Pengenalan Algoritma Genetika ... 17

2.4.2 Aplikasi Algoritma Genetika ... 18

2.4.3 Struktur umum Algoritma Genetika ... 19

2.5 Komponen-Komponen utama Algoritma Genetika ... 20

2.5.1 Teknik Penyandian ... 20

2.6.1 Rank-Based Fitness Assignment ... 23

2.6.2 Seleksi Roda Roulette ... 24

2.6.3 Stochastic universal sampling ... 25

2.6.4 Seleksi Local ... 25

2.6.5 Seleksi Dengan Pemotongan ... 26

2.6.6 Seleksi Dengan Turnamen ... 27

(16)

2.11 Algoritma Genetika Dalam Matlab ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 50

3.1 Tempat Penelitian... 50

3.2 Peralatan pengujian ... 50

3.3 Bahan Pengujian... 52

3.4 Model Optimasi ... 53

3.5 Prosedur Pengujian ... 53

BAB IV ANALISA DATA ... 55

4.1 Perhitungan Algoritma Genetika Secara Manual ... 55

4.1.1 Fungsi Optimasi ... 55

4.1.2 Penentuan parameter ... 57

4.1.3 Inisialisasi Populasi Awal Secara Acak ... 57

4.1.4 Evaluasi Nilai Fitness ... 61

4.1.5 Seleksi ... 62

4.1.6 Crossover ... 68

4.1.7 Mutasi ... 71

4.1.8 Evaluasi Ulang ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi proses pemesinan menurut Jenis gerakan relative pahat

perkakas potog terhadap benda kerja ... 5

Tabel 2.2 kecepatan potog beberapa logam ... 14

Tabel 4.1 kecepatan potog beberapa logam ntuk pahat HSS ... 56

Tabel 4.2 Populasi acak awal ... 58

Tabel 4.3 Hasil Konversi bilangan biner kebilangan desimal ... 59

Tabel 4.4 Konversi bilangan biner menjadi bilangan riil ... 61

Tabel 4.5 Nilai fitness dari masing–masing kromosom ... 62

Tabel 4.6 Nilai probabilitas seleksi ... 64

Tabel 4.7 Nilai probabilitas kumulatif (qk) ... 65

Tabel 4.8 Kromosom baru ... 67

Tabel 4.9 Induk terpilih ... 69

Tabel 4.10 Populasi baru ... 71

Tabel 4.11 Pemilihan kromosom terpilih ... 72

Tabel 4.12 Hasil mutasi ... 73

Tabel 4.13 Konversi bilangan biner menjadi bilangan desimal ... 74

Tabel 4.14 Konversi bilangan decimal menjadi bilangan riil ... 75

Tabel 4.15 Nilaifitness masing–masing kromosom ... 76

Tabel 4.16 Hasil akhir setelah mutasi (populasi akhir generasi pertama) ... 77

Tabel 4.17 Populasi awal generasi kedua ... 78

Tabel 4.18 Hasil akhir populasi kedua ... 79

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mesin sekrap datar atau horizontal (Shaper) ... 8

Gambar 2.2 Mesin sekrap vertikal (slotter) ... 8

Gambar 2.3 Mesin sekrap planner ... 9

Gambar 2.4 Mekanisme mesin sekrap ... 9

Gambar2.5 bagian utama mesin sekrap ... 10

Gambar2.6 Bentuk pahat sekrap ... 12

Gambar2.7 Sudut asah pahat ... 12

Gambar 2.8 Jenis bahan pahat ... 13

Gambar 2.9 Penyekrapan alur terus luar ... 16

Gambar2.10 Representasi string bit dan pohon ... 20

Gambar 2.11 Ilustrasi seleksi dengan mesin roulette ... 24

Gambar 2.12 Lingkungan linear ... 25

Gambar 2.13 Lingkungan linear (full and half cross) ... 26

Gambar 2.14 Lingkungan dimensi (full and half star) ... 26

Gambar 2.15 Diagram alir proses crossover ... 28

Gambar 2.16 Ilustrasi crossover satu titik ... 28

Gambar 2.17 Ilustrasi crossover dua titik ... 29

Gambar 2.18 Ilustrasi crossover banyak titik ... 29

Gambar 2.19 Diagram alir proses mutasi ... 31

Gambar 2.20 Proses dan hasil mutasi ... 32

(19)

Gambar 2.22 Siklus Algoritma genetika oleh Zbigniew ... 33

Gambar 2.23 Diagram alir algoritma genetika sederhana ... 36

Gambar 2.24 Visualisai gen, allele, kromosom, individu, dan populasi ... 40

Gambar 2.25 pindah silang satu titik ... 43

Gambar 2.26 pindah silang dua titik ... 43

Gambar 2.27 Command windowMatlab ... 45

Gambar 2.28 Toolbox Optimasi pada Matlab ... 46

Gambar 2.29 Cara membuka Toolbox Optimasi secara manual ... 46

Gambar 2.30 Tampilan Toolbox Optimasi ... 47

Gambar 2.31 Penjelasan Toolbox Optimasi ... 47

Gambar 2.32 Window hasil fitness ... 49

Gambar 3.1 Notebook Asus A43S ... 50

Gambar 3.2 Mesin Sekrap Horizontal ... 51

Gambar 3.3 Stopwacth ... 51

Gambar 3.4 Jangka sorong ... 51

Gambar 3.5 Busur ... 52

Gambar 3.6 Baja Lunak ... 52

Gambar 3.7 Diagram alir proses pengerjaan ... 54

Gambar 4.1 Converter binary ... 58

(20)

DAFTAR NOTASI

Simbol Arti Satuan

Kedalaman pemotongan

Gerak makan ⁄

F Fitness total -

K Kromosom -

L Panjang pemesinan

mk Panjang kromosom

n Jumlah langkag/menit Langkah/min

Probabilitas crossover -

Probabilitas seleksi -

Probabilitas mutasi -

Batas atas -

Batas bawah -

ST-60 Baja karbon rendah -

Waktu pemesinan

Kecepatan potong ⁄

Kecepatan makan ⁄

xk Nilai riil -

Variabel pertama -

Variabel kedua -

Huruf Yunani

Simbol Arti Satuan

α sudut bebas -

β sudut mata potong (baji)

-γ sudut buang

-ᵟ

sudut potong

-Konstanta

(21)

ABSTRAK

Algoritma genetika merupakan suatu metode pencarian yang sangat efektif untuk menyelesaikan permasalahan optimasi pada dunia industri atau manufaktur yang memiliki permasalahan–permasalahan kompleks secara lebih mudah dan lebih akurat. Metode pencarian ini didasarkan oleh mekanisme evolusi. Evolusi akan mengakibatkan perubahan yang terus–menerus untuk menuju suatu kesempurnaan atau keseimbangan. Fungsi optimasi pada pengujian ini dibuat dari persamaan waktu permesinan dimana parameter yang digunakan adalah kecepatan potong dengan ambang batas antara 24 m/min sampai dengan 30 m/menit dan gerak makan berkisar antara 0,1 mm sampai dengan 0,5 mm. Proses optimasi dimulai dari membangkitkan populasi awal secara acak kemudian dilakukan seleksi dengan metode roda roulette lalu proses genetika yaitu rekombinasi (crossover) dan mutasi, selanjutnya dievaluasi nilai fitness dari individu baru. Parameter terbaik ditentukan oleh nilai fitness terkecil karena fungsi optimasinya diturunkan dari waktu permesinan sehingga akan diperoleh nilai yang paling optimal dengan kecepatan potong 29,1026 m/menit, gerak makan 0,4556 mm dan waktu pemotongan 0,1885 min.

(22)

ABSTRACT

Genetic algorithm is a method of search that very efective to solve the problems of optimation in the world of industries or manufactures are possess any complex of problems be more easily and accurate. This method of search based on the mechanism of evolution. Evolution will effected the change continiously to aim a perfect or balance. The function of optimation at these trials are made from equality of time of machinery where the parameters be used are velocity of slice with range between 24 m/min up to 30 m/menit and eat moving with range between 0,1 mm up to 0,5 mm. The Process of optimation began from awaken of first population randomly then do selection with method of wheel of roulette then the process of genetic that is recombination (crossover) and mutation, furthermore evaluated the value of fitness from new individual. The best of parameter a given by the value of least fitness because the function of that optimation generate from time of machinery so that will obtainable the best optimal of values with velocity of slice 29,1026 m/menit, eat moving 0,4556 mm and time of slicing 0,1885 min.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui mesin sekrap (shaping machine) banyak

digunakan di pabrik-pabrik industri, mesin sekrap adalah suatu mesin perkakas

yg digunakan untuk mengubah permukaan benda kerja menjadi permukaan rata

baik bertingkat, menyudut, dan alur. Mesin sekrap memiliki gerakan utama lurus

bolak-balik secara vertikal maupun horizontal, proses permesinan ini hanya dapat

memotong menurut garis lurus dengan jenis/tipe pemotongan yang sama dan

selalu memotong hanya dalam satu arah, sehingga langkah balik merupakan

langkah terbuang/waktu terbuang.[13]

Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan

atas mekanisme dari seleksi alam yang lebih dikenal dengan proses evolusi

biologis. Keuntungan dari algoritma genetika adalah sifat metode pencariannya

yang optimal. Selain itu teknik ini juga mampu mencari sebuah solusi yang baik

dari banyak solusi yang mungkin terjadi, lebih dari pada membatasi pencarian

pada domain yang sempit di mana hasil yang diperoleh kurang memuaskan.

Algoritma genetika mencoba untuk memberikan pencarian solusi dari

pemecahan-pemecahan yang mungkin dan berjumlah hampir tak terbatas. [2]

Kebanyakan permasalahan optimasi pada industri manufaktur memiliki

kekompleksitasan yang sangat tinggi dan sangat sulit untuk di selesaikan dengan

teknik-teknik konvensional. Sejak tahun 1960-an, peningkatan minat para

ilmuwan yang memfokuskan kepada bidang pengimitasian kehidupan telah

menghasilkan berbagai teknik atau pendekatan optimasi yang dapat disebut juga

sebagai algoritma evolusioner, sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan optimasi yang kompleks secara lebih mudah dan

akurat. Ada tiga wilayah utama yang tercakup di dalam algoritma evolusioner :

algoritma genetik (GA), pemrograman evolusioner (EP), dan strategi evolusi (ES).

Di antara ketiga pendekatan ini, algoritma genetik yang lebih populer

(24)

Untuk memaksimal kinerja mesin sekrap agar dapat beroperasi dengan

lebih baik, maka digunakan algoritma genetika untuk mengoptimalkan setiap

parameter – parameter yang ada pada mesin sekrap.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah

1. Memahami tentang pemesinan pada mesin sekrap (shaping) dan

menentukan nilai optimum dari parameter mesin sekrap yang terbaik.

2. Membandingkan nilai optimum antara hasil perhitungan algoritma

genetika secara manual dengan perhitungan algoritma genetika

menggunakan software MATLAB 2011.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah

1. Penelitian ini menggunaan Algoritma Genetika untuk optimasi pemesinan

pada mesin Sekrap Model L - 450.

2. Parameter pemesinan yang dioptimasi adalah kecepatan potong (V),

kecepatan makan (Vf), gerak makan (f) dan waktu pemotongan (tc).

3. Pengujian pemesinan dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik

Universitas Sumatera Utara dan pengujian tersebut hanya melakukan

pengujian pembuatan alur V dengan kedalaman 2mm.

4. Perancangan dan analisis sistem yang dibuat menggunakan program bantu

MATLAB 2011.

5. Metode algoritma genetik yang digunakan adalah model SGA (Simple

Genetic Algorithm).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut

1. Bagi peneliti, dapat menerapkan apa yang dipelajari di buku dengan

melakukan langsung proses optimasi parameter pemesinan dengan

menggunakan algoritma genetika.

2. Bagi universitas, dapat menambah pengetahuan tentang hasil penelitian

(25)

3. Bagi industri manufaktur, dapat meningkatkan keoptimalan proses

produksi khususnya dibagian pemesinan produk, sehingga menghasilkan

produk yang lebih berkualitas.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan masalah

yang berisi antara lain : latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitan, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan tinjauan pustaka, diantaranya mengenai teori yang berhubungan

dengan penelitian, yaitu teori dasar algoritma genetik, prosedur pelaksanaan

algoritma genetik, teori dasar pemesinan pada mesin sekrap, dan parameter proses

pemesinan mesin sekrap.

Bab III Metodologi

Bab ini berisi tata cara penelitian yang akan dilakukan, dimulai dari peralatan,

bahan, dan optimasi pemesinan mesin sekrap (shaping) dengan menggunakan

algoritma genetik.

Bab IV Analisa Data

Bab ini berisi hasil analisis penggunaan algoritma genetik untuk optimasi

pemesinan pada mesin sekrap (shaping).

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari analisa berdasarkan tujuan skripsi dan saran untuk

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemotongan Logam

Proses pemotongan logam merupakan suatu proses yang

digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam (komponen

mesin) dengan cara memotong. Proses pemesinan dengan menggunakan

prinsip pemotongan logam dibagi dalam tiga kelompok dasar, yaitu :

proses pemotongan dengan mesin pres, proses pemotongan konvensional

dengan mesin perkakas, dan proses pemotongan non konvensional.

Proses pemotongan dengan menggunakan mesin pres meliputi

pengguntingan (shearing), pengepresan (pressing) dan penarikan

(drawing, elongating). Proses pemotongan konvensional dengan mesin

perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling), dan

sekrap (shaping). Proses pemotongan non konvensional contohnya

dengan mesin EDM (Electrical Discharge Machining) dan wire cutting.

Proses pemotongan logam ini biasanya disebut proses pemesinan,

yang dilakukan dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak

digunakan menjadi beram (chips), sehingga terbentuk benda kerja. Dari

semua prinsip pemotongan di atas pada buku ini akan dibahas tentang

proses pemesinan dengan menggunakan mesin perkakas [11].

Proses permesinan (Machining process) merupakan proses

pembentukan suatu produk dengan pemotongan dan menggunakan mesin

perkakas. Umumnya, benda kerja yang di gunakan berasal dari proses

sebelumnya, seperti proses penuangan (Casting) dan proses

pembentukan (Metal Forging). Proses permesinan ini berdasarkan bentuk

alat potong dapat di bagi menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Bermata potong tunggal (single point cutting tools)

2. Bermata potong jamak (multiple points cuttings tools)

Secara umum, gerakan pahat pada proses permesinan terdapat 2

tipe yaitu : gerak makan (feeding movement) dan gerak potong (cutting

(27)

makannya, pr

, proses pemesinan dapat di bagi menjadi bebe

es Bubut (Turning)

es Gergaji atau parut (Sawing, Broaching)

2.1 klasifikasi proses pemesinan menurut jenis

pahat/perkakas potong terhadap benda kerja,

oses pemesinan adalah proses yang paling bany

nghasilkan suatu produk jadi yang berbahan baku l

kan sekitar 60% sampai 80% dari seluruh proses

n mesin yang komplit dilakukan dengan proses pe

(28)

2.2 Pengertian Optimasi

Optimasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil ideal atau

optimal (nilai efektif yang dapat dicapai), optimasi merujuk pada studi

permasalahan yang mencoba untuk mencari nilai minimum dan

maksimum yang akan memberikan solusi optimal. (Wikipedia : Optimasi

2007)

2.2.1 Metode Optimasi

Metode mencari nilai optimum dikenal sebagai teknik

mathematical programming dan bisa di pelajari sebagai riset operasi.

Riset operasi adalah cabang matematika yang berkaitan dengan

penerapan metode ilmiah pengambilan keputusan dan penerapan metode

ilmiah dan teknik pengambilan keputusan dan penetapan penyelesaian

terbaik atau optimal. Perkembangan metode optimasi semakin

mengalami kemajuan hingga masa modern sekarang, hal ini dilihat

dengan semakin banyak metode optimasi yang popular dan banyak

dipakai antara lain seperti dynamic programming, integer programming,

game theory, dan metode optimasi modern. [2]

2.2.2 Metode Optimasi Modern

Metode optimasi modern juga disebut metode optimasi yang

ampuh dan populer untuk menyelesaikan masalah teknik optimasi yang

komplek. Metode yang tergolong dalam metode optimasi modern adalah:

• Algoritma genetika (Genetic Algorithm)

• Optimasi partikel swarm (Particle Swarm Optimization)

• Optimasi koloni semut (Ant Colony Optimization)

• Optimasi berbasis jaringan syaraf tiruan

• Optimasi fuzzy (Fuzzy Optimization), dan

• Simulasi Penguatan (Simulated annealing)

2.3 Mesin sekrap (shaping)

Mesin sekrap (Shaping) adalah mesin perkakas yang mempunyai

gerak utama bolak-balik horizontal dan berfungsi untuk merubah bentuk

(29)

pada saat gerakan maju, dengan gerakan ini dihasilkan pekerjaan

meratakan bidang, membuat alur, membuat bidang bersudut atau

bertingkat dan membentuk bidang-bidang yang tidak beraturan.Prinsip

kerja mesin sekrap adalah gerakan berputar dari motor diubah menjadi

gerak lurus/gerak bolak-balik melalui blok geser dan lengan penggerak.

Possisi langkah dapat diatur dengan spindle posisi dan untuk mengatur

panjang langkah dengan bantuan blok geser. [13]

2.3.1 Jenis – Jenis Pemesinan Mesin Sekrap

Mesin Sekrap adalah mesin yang relatif sederhana. Biasanya

digunakan dalam ruang alat atau untuk mengerjakan benda kerja yang

jumlahnya satu atau dua buah untuk prototype (benda contoh). Pahat

yang digunakan sama dengan pahat bubut. Proses sekrap tidak terlalu

memerlukan perhatian/konsentrasi bagi operatornya ketika melakukan

penyayatan. Mesin Sekrap yang sering digunakan adalah Mesin Sekrap

horizontal. Selain itu, ada Mesin Sekrap vertical yang biasanya

dinamakan mesin slotting/slotter. Proses sekrap ada dua macam yaitu

proses sekrap (shaper) dan planner. Proses sekrap dilakukan untuk

benda kerja yang relatif kecil, sedang proses planner untuk benda kerja

yang besar. [11]

Jenis mesin sekrap yang umum digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Mesin Sekrap Datar atau Horizontal (Shaper)

Mesin jenis ini umum dipakai untuk produksi dan pekerjaan

serbaguna terdiri atas rangka dasar dan rangka yang mendukung

lengan horizontal. Benda kerja didukung pada rel silang sehingga

memungkinkan benda kerja untuk digerakkan ke arah menyilang atau

vertikal dengan tangan atau penggerak daya.Pada mesin ini pahat

melakukan gerakan bolak-balik, sedangkan benda kerja melakukan

gerakan ingsutan. Panjang langkah maksimum sampai 1.000 mm,

(30)

Gambar 2.1 Mesin Sekrap Datar atau Horizontal (Shaper)

(Sumber:Laboratorium Teknologi Mekanik dan Laboratorium Ilmu Logam Fisik Universitas

Sumatera Utara, 2013)

2. Mesin Sekrap Vertikal (Slotter)

Mesin sekrap jenis ini digunakan untuk pemotongan dalam,

menyerut dan bersudut serta untuk pengerjaan permukaan-permukaan

yang sukar dijangkau. Selain itu mesin ini juga bisa digunakan untuk

operasi yang memerlukan pemotongan vertikal. Gerakan pahat dari

mesin ini naik turun secara vertikal, sedangkan benda kerja bisa

bergeser kearah memanjang dan melintang. Mesin jenis ini juga

dilengkapi dengan meja putar, sehingga dengan mesin ini bisa dilakukan

pengerjaan pembagian bidang yang sama besar.

Gambar 2.2 Mesin Sekrap Vertikal (Slotter)

(Sumber: http://google/indoteknik.com, 2013)

3. Mesin Sekrap Planner

Digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang panjang dan

besar (berat). Benda kerja dipasang pada eretan yang melakukan gerak

(31)

penyetelan. Lebar benda ditentukan oleh jarak antartiang mesin.

Panjang langkah mesin jenis ini ada yang mencapai 200 sampai 1.000

mm.

Gambar 2.3 Mesin Sekrap Planner

(Sumber: http://google/indoteknik.com, 2013)

2.3.2 Mekanisme Kerja Mesin Sekrap

Mekanisme yang mengendalikan Mesin Sekrap ada dua macam

yaitu mekanik dan hidrolik. Pada mekanisme mekanik digunakan crank

mechanism (Gambar 2.25). Pada mekanisme ini roda gigi utama (bull

gear) digerakkan oleh sebuah pinion yang disambung pada poros motor

listrik melalui gear box dengan empat, delapan, atau lebih variasi

kecepatan. RPM dari roda gigi utama tersebut menjadi langkah per menit

(strokes per minute, SPM). Gambar s kematik mekanisme dengan sistem

hidrolik dapat dilihat pada Gambar 2.25. Mesin dengan mekanisme

system hidrolik kecepatan sayatnya dapat diukur tanpa bertingkat, tetap

sama sepanjang langkahnya. Pada tiap saat dari langkah kerja,

langkahnya dapat dibalikkan sehingga jika mesin macet lengannya dapat

ditarik kembali. Kerugiannya yaitu penyetelen panjang langkah tidak

teliti.

(32)

2.3.3 Bagian

krap terdiri atas beberapa bagian seperti di bawa

Gambar 2.5 Bagian Utama Mesin Sekrap [11]

n:

esin

erupakan keseluruhan mesin tempat mekanik

ngatur.

esin

ungsinya merupakan tempat kedudukan ben

benda kerja. Meja mesin didukung dan digerakka

n eretan tegak. Eretan lintang dapat diatur otom

ungsinya untuk menggerakan pahat maju mundu

gkol menggunakan pengikat lengan. Keduduka

n dijepit pelindung lengan agar gerakannya lurus

n pahat

ungsinya untuk mengatur ketebalan pemakana

roda pemutar maka pahat akan turun atau na

n dapat dibaca pada dial. Eretan pahat terpa

gan dengan ditumpu oleh dua buah mur baut pe

iringkan untuk penyekrapan bidang bersudut

ngan eretan dapat dibaca pada pengukur sudut eret

ur kecepatan

ungsinya untuk mengatur atau memilih jumlah

(33)

6) Tuas panjang langkah

Berfungsi mengatur panjang pendeknya langkah pahat atau

lengan sesuai panjang benda yang disekrap.Pengaturan dengan memutar

tap ke arah kanan atau kiri.

7) Tuas posisi pahat

Tuas ini terletak pada lengan mesin dan berfungsi untuk

mengatur kedudukan pahat terhadap benda kerja. Pengaturan dapat

dilakukan setelah mengendorkan pengikat lengan.

8) Tuas pengatur gerakan otomatis meja melintang

Untuk menyekrap secara otomatis diperlukan

pengaturan-pengaturan panjang engkol yang mengubah gerakan putar mesin pada

roda gigi menjadi gerakanlurus meja. Dengan demikian meja melakukan

gerak ingsutan (feeding).

2.3.4 Bentuk Pahat Sekrap

Pahat sekrap terdiri dari beberapa macam sesuai dengan

(34)

(h)

(i) (j)

Gambar 2.6 Bentuk Pahat Sekrap [11]

Keterangan:

a) pahat sekrap kasar lurus

b) pahat sekrap kasar lengkung

c) pahat sekrap

d) pahat sekrap runcing

e) pahat sekrap sisi

f) pahat sekrap sisi kasar

g) pahat sekrap sisi datar

h) pahat sekrap profil

i) pahat sekrap masuk ke dalam atau pahat sekrap masuk ke luar lurus.

j) pahat sekrap masuk dalam atau pahat sekrap masuk ke luar diteruskan.

2.3.5 Sudut asah Pahat

(35)

Keterangan:

α = sudut bebas

β = sudut mata potong (baji)

γ = sudut buang

ᵟ = sudut potong (α + β)

2.3.6 Jenis bahan Pahat

Terdapat dua jenis bahan pahat seperti terlihat di bawah

Gambar 2.8 jenis bahan pahat

a) H.S.S (High Speed Steel) digunakan untuk memotong material

yang mempunyai tegangan tarik tinggi.

b) Carbide digunakan untuk benda – benda tuangan.

2.3.7 Elemen Dasar dan Perencanaan Proses Sekrap

Elemen pemesinan dapat dihitung dengan rumus-rumus yang

identik dengan elemen pemesinan proses pemesinan yang lain.

2.3.7.1Kecepatan potong (Cutting Speed):

Kecepatan potong biasanya dinyatakan dalam isitilah m/menit,

yaitu kecepatan dimana pahat melintasi benda kerja untuk mendapatkan

hasil yang paling baik pada kecepatan yang sesuai. Kecepatan potong

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: kekerasan dari bahan yang akan

dipotong dan jenis alat potong yang digunakan. Untuk keperluan ini

digunakan persamaan sebagai berikut:

=

(m/menit) atau np

=

………...(2.1)

Dimana: = Kecepatan Potong (m/menit)

(36)

Berikut ini adalah tabel mengenai kecepatan potong beberapa

bahan logam.

Tabel 2.2 Kecepatan potong beberapa logam

No. Nama Bahan Kecepatan Potong (m/menit)

1. Baja Lunak 24-30

2. Baja perkakas 12-18

3. Besi Tuang abu-abu 18-24

4. Kuningan keras 20-45

5. Kuningan lunak 60

6. Tembaga 60

7. Alumunium 300

(Sumber: George Love dan Harus A.R. 1986:190)

2.3.7.2 Kecepatan Pemakanan

Kecepatan pemakanan adalah pergerakan titik sayat alat potong

per satu putaran benda kerja. Dalam proses sekrap, kecepatan

pemakanan dinyatakan dalam mm/min dan dapat di hitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

f= f x np ……… (2.2)

Dimana : f = kecepatan makan (m/menit)

f = gerak makan (mm/langkah)

np = Jumlah langkah per menit (langkah/menit)

2.3.7.3Waktu Pemotongan (Cutting Time):

Cutting time adalah waktu pemotongan dalam pemesinan mesin

sekrap, yang dapat diukur dengan persamaan :

(37)

Dimana : tc = Kecepatan makan(menit)

w = lebar pemotongan benda kerja (mm)

2.3.8 Proses Sekrap

1) Menjalankan mesin

- Lengan digerakkan dengan cara memutar roda pemeriksa untuk melihat kemungkinan tertabraknya lengan

- Menentukan banyak langkah per menit - Motor mesin dihidupkan

- Dengan cara memasukkan tuas kopling mesin mulai bekerja - Mencoba langkah pemakanan (feeding) dari meja, mulai dari - langkah halus sampai langkah kasar

- Perhatikan seluruh gerak mesin

- Menghentikan kerja mesin dilakukan dengan cara melepas - tuas kopling kemudian matikan motor.

2. Proses penyekrapan - Penyekrapan datar

Penyekrapan bidang rata adalah penyekrapan benda kerja

agar menghasilkan permukaan yang rata. Penyekrapan bidang

rata dapat dilakukan dengan cara mendatar (horizontal) dan cara

tegak (Vertical). Pada penyekrapan arah mendatar yang bergerak

adalah benda kerja atau meja ke arah kiri kanan. Pahat

melakukan langkah penyayatan dan ketebalan diatur dengan

menggeser eretan pahat.

- Penyekrapan tegak

Pada penyekrapan tegak, yang bergerak adalah eretan

pahat naik turun. Pengaturan ketebalan dilakukan dengan

menggeser meja. Pahat harus diatur sedemikian rupa (menyudut)

sehingga hanya bagian ujung saja yang menyayat dan bagian sisi

dalam keadaan bebas. Tebal pemakanan di atur tipis ± 50 mm.

(38)

Langkah kerja penyekrapan tegak sesuai dengan

penyekrapan yang datar.

(1) Kedalaman pemotongan dilakukan oleh gerakan meja

(2) Feeding dilakukan oleh gerakan eretan alat potong.

- Penyekrapan menyudut

Penyekrapan bidang menyudut adalah penyekrapan benda

kerja agar menghasilkan permukaan yang miring/sudut. Pada

penyekrapan ini yang bergerak adalah eretan pahat maju mundur.

Pengaturan ketebalan dilakukan dengan memutar

eretenpahat sesuai dengan kebutuhan sudut pemakanan :

(1) Kedalaman pemotongan dilakukan oleh gerakan meja

(2) Feeding dilakukan oleh eretan alat pemotong.

- Penyekrapan alur

Menurut alur penyekrapan, Mesin Sekrap dapat digunakan

untuk membuat alur :

(1) Alur terus luar

(2) Alur terus dalam

(3) Alur buntu

(4) Alur tembus.

Alur terus luar di antaranya adalah alur “U”, alur “V”, dan

alur ekor burung.

(39)

2.4 Algoritma Genetika

2.4.1 Pengenalan Algoritma Genetika

Algoritma genetik pertama kali diperkenalkan oleh John Holland

dari Universitas Michigan pada tahun 1975. John Holland bersama

murid-murid serta rekan kerjanya lalu mempublikasikan tulisannya

berjudul “Adapted in Natural and Artificial System. Dalam tulisan

tersebut dijelaskan bahwa algoritma genetik sangat cocok digunakan

untuk memecahkan masalah optimasi kompleks dan juga untuk aplikasi

yang membutuhkan pemecahan masalah adaptif. Sehingga dengan

beberapa keunggulan tersebut, algoritma genetik diterima pada berbagai

kalangan dan telah diaplikasikan pada berbagai bidang

Algoritma genetik merupakan metode pencarian stokastik yang

diilhami oleh proses biologi yang dapat diterapkan pada sebagian besar

permasalahan. Algoritma genetik memodelkan mekanisme seleksi alam

dan proses genetik untuk menuntun suatu pencarian seperti cara-cara

alam dalam menyelesaikan permasalahan adaptasi organisme untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Algoritma genetika banyak diaplikasikan untuk berbagai macam

permasalahan, seperti: permasalah optimasi, pemrograman otomatis,

machine learning, model ekonomi, model sistem imunisasi, dan model

ekologis. Algoritma genetika juga sangat berguna dan efisien untuk

mengatasi masalah dengan karakteristik sebagai berikut : Ruang

masalah sangat besar, kompleks, dan sulit dipahami, tidak tersedianya

analisis matematika yang memadai, ketika metode-metode konvensional

sudah tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, solusi yang

diharapkan tidak harus paling optimal, tetapi cukup “bagus” atau bisa

diterima, terdapat batasan waktu, misalnya dalam real time system atau

sistem waktu nyata.

Algoritma genetik memiliki perbedaan yang mendasar dengan

metode pencarian solusi optimal berbasis model matematika kalkulus,

(40)

1. Mekanisme optimasi algoritma genetik bekerja berdasarkan kromosom,

dimana setiap kromosom menyimpan informasi parameter-parameter

tersebut.

2. Proses pencarian solusi optimal pada mekanisme algoritma genetik tidak

dilakukan pada satu titik pencarian, tetapi pada sekumpulan titik

pencarian.

3. Algoritma genetik tidak membutuhkan prosedurprosedur matematis

dalam mencari solusi optimal tetapi algoritma genetik menggunakan

informasi langsung dari hasil transfer tiap-tiap parameternya ke suatu

fungsi yang dapat mewakili tujuan dari proses optimasi yang sedang

dilakukan.

4. Mekanisme genetik digunakan dalam pemrosesan kode parameter suatu

permasalahan, melalui proses seleksi, rekombinasi dan mutasi untuk

memperoleh solusi optimal.

5. Proses pencarian solusi optimal menggunakan metode algoritma genetik

menggunakan titik acuan sembarang, untuk menghindari solusi optimal

lokal.

6. pencarian terbimbing diberikan melalui penilaian terhadap kualitas kode

atau kromosom yang dimiliki oleh setiap individu dalam suatu generasi.

2.4.2 Aplikasi Algoritma Genetika

Algoritma genetika telah digunakan untuk memecahkan masalah

dibidang teknik, bisnis, dan hiburan, termasuk:

1. Optimasi: algoritma genetika banyak digunakan dalam berbagai tugas

optimasi, termasuk optimasi numerik dan masalah-masalah optimasi

kombinatorial seperti TPS (traveling salesman problem), job shop

scheduling, dan desain sirkuit.

2. Pemrograman otomatis: algoritma genetika telah digunakan untuk

berevolusi terhadap program komputer untuk melakukan tugas-tugas

yang spesifik dan merancang struktur komputasi lain.

3. Machine Learning: algoritma genetika banyak digunakan untuk aplikasi

mesin-learning, termasuk klasifikasi dan prediksi struktur protein.

Algoritma genetika juga telah digunakan untuk merancang jaringan

(41)

4. Model Ekonomi: algoritma genetikatelah digunakan untuk memodelkan

proses inovasi, pengembangan strategi penawaran, dan munculnya pasar

ekonomi.

5. Model sistem imunisasi: algoritma genetika telah digunakan untuk

memodelkan beberapa aspeksistem kekebalan tubuh alami, termasuk

mutasi somatik selama masa hidup individu dan menemukan keluarga

dengan gen ganda selama evolusi.

6. Model ekologi: algoritma genetikatelah digunakan untuk memodelkan

fenomena ekologi seperti hosp-parasite co-evolution, dan arus sumber

daya dalam ekologi.

7. Interaksi antara evolusi dan pembelajaran: algoritma genetika telah

banyak digunakan untuk mempelajari bagaimana individu belajar dan

memengaruhi proses evolusi suatu spesies satu sama lain.

2.4.3 Struktur Umum Algoritma Genetika

Pada algortima genetika ini, teknik pencarian dilakukan sekaligus

atas sejumlah solusi yang mungkin dikenal dengan istilah populasi.

Individu yang terdapat dalam suatu populasi disebut dengan istilah

kromosom. Kromosom ini merupakan suatu solusi yang masih berbentuk

simbol. Populasi awal dibangun secara acak, sedangkan populasi

berikutnya merupakan hasil evolusi kromosom-kromosom melalui iterasi

yang disebut istilah generasi. Pada setiap generasi, kromosom akan

melalui proses evaluasi denganmenggunakan alat ukur yg di sebut

dengan fungsi fitness.

Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas

kromosom dalam populasi tersebut. Generasi berikutnya dikenal dengan

istilah anak (off-spring) terbentuk dari gabungan 2 kromosom generasi

sekarang bertindak sebagai induk (parent) dengan menggunakan

operator penyilangan (crossover). Selain operator penyilangan, suatu

kromosom dapat juga dimodifikasi dengan menggunakan operator

mutasi. Populasi generasi yang baru dibentuk dengan cara menyeleksi

nilai fitness dari kromosom induk (parent) dan nilai fitness dari

(42)

lainnya sehi

hingga ukuran populasi (jumlah kromosom

konstan. Setelah melalui beberapa generasi,

ni akan konvergen ke kromosom terbaik.

Komponen Utama Algoritma Genetika

da 6 komponen utama dalam algoritma geneti

n, prosedur inisialisasi, fungsi evaluasi, se

dan penentuan parameter.

knik penyandian

knik penyandian atau biasa disebut juga tekni

liputi penyandian gen dan kromosom. Gen me

osom, satu gen biasanya akan mewakili satu var

n dapat di presentasikan dalam bentu: sting bi

real, daftar aturan, elemen permutasi, elemen

si lainnya dapat diimplementasikan untuk ope

menunjukkan representasi string bit dan pohon.

0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1

gen – 1 gen – 2 gen – 3

gen – 1 gen – 2 gen – 3

Gambar 2.10 Representasi string bit dan pohon

mikian juga, kromosom dapat direpresent

(43)

3. Elemen Permutasi : E2, E10, E5, dst

4. Daftar Aturan : R1, R2, R3, dst

5. Elemen Program : pemrograman genetika, dst

6. Struktur lainnya

2.5.2 Proses inisialisasi (Membangkitkan populasi awal)

Ukuran populasi tergantung pada masalah yang akan dipecahkan

dan jenis operator gen etika yang akan diimplementasikan. Setelah

ukuran populasi ditentukan, kemudian harus dilakukan inisialisasi

terhadap kromosom yang terdapat pada populasi tersebut. Inisialisasi

kromosom dilakukan secara acak, namun demikian harus tetap

memperhatikan domain solusi dan kendala permasalahanyang ada.

2.5.3 Fungsi evaluasi

Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi

kromosom, yaitu: evaluasi fungsi objektif (fungsi tujuan) dan konveksi

fungsi objektif ke dalam fungsi fitness. Secara umum, fungsi fitness

diturunkan dari fungsi objektif dengan nilai yang tidak negatif. Apabila

ternyata fungsi objektif memiliki nilai negatif, maka perlu ditambahkan

suatu konstanta C agar nilai fitness yang terbentuk menjadi tidak negatif.

2.5.4 Seleksi

Seleksi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan reproduksi

yang lebih besar bagi anggota populasi yang paling fit.

Ada beberapa metode seleksi dari induk, antara lain:

Rank-based fitness assignment.

Roulette wheel selection.

Stochastic universal sampling.

Local selesction.

Truncation selsction.

Tournamen selection.

Dari beberapa metode seleksi tersebut, metode seleksi roda

roulette (Roulette wheel selection) adalah metode yang paling sederhana

(44)

2.5.5 Operator genetika

Ada 2 operator genetika, yakni sebagai berikut:

1. Operator untuk melakukan rekombinasi, yang terdiri dari:

• Rekombinasi bernilai real - Rekombinasi diskret

- Rekombinasi intermediate (menengah)

- Rekombinasi garis

- Rekombinasi garis yang diperluas

• Rekombinasi bernilai biner (crossover) - Crossover satu titik

- Crossover banyak titik

- Crossover seregam

Crossover dengan permutasi 2. Mutasi

• Mutasi bernilai real

• Mutasi bernilai biner

• Mutasi kromosom permutasi 2.5.6 Penentuan parameter

Yang disebut dengan perameter disini adalah parameter control

algoritma genetika, yaitu: ukuran populasi (popsize), peluang crossover

(Pc), dan peluang mutasi (pm). Nilai parameter ini ditentukan berdasarkan permasalahan yang akan dipecahkan. Ada beberapa rekomendasi yang

bisa digunakan, antara lain:

• Untuk permasalahan yang memiliki kawasan solusi cukup besar, De Jong merekomendasikan untuk nilai parameter kontrol:

(popsize; Pc; pm) = (50; 0,6; 0,001).

• Bila rata-rata fitness setiap generasi digunakan sebagai indicator, maka Grefenstette merekomendasikan:

(popsize; Pc; pm) = (30; 0,95; 0,01).

• Bila fitness dari individu terbaik dipantau pada satiap generasi, maka usulannya adalah:

(popsize; Pc; pm) = (80; 0,45; 0,01).

(45)

2.6 Seleksi

Seleksi digunakan untuk memilih individu-individu mana saja

yang akan dipilih untuk proses pindah silang dan mutasi. Seleksi

digunakan untuk mendapatkan calon induk yang baik. Semakin tinggi

nilai fitness suatu individu, semakin besar kemungkinannnya untuk

terpilih. Langkah pertama yang dilakukan dalam seleksi ini adalah

pencarian nilai fitness. Nilai fitness ini yang nantinya akan digunakan

pada tahap-tahap seleksi berikutnya.

Masing-masing individu dalam wadah seleksi akan menerima

probabilitas reproduksi yang tergantung pada nilai objektif dirinya

sendiri terhadap nilai objektif dari semua individu dalam wadah seleksi

tersebut. Proses seleksi akan menentukan individu-individu mana saja

yang akan dipilih untuk dilakukan rekombinasi dan bagaimana offspring

terbentuk dari individu - individu terpilih tersebut.

2.6.1 Rank-Based Fitness Assignment

Pada rank-based fitness assignment, populasi diurutkan menurut

nilai objektifnya. Nilai fitness dari tiap-tiap individu hanya tergantung

pada posisi individu tersebut dalam urutan, dan tidak dipengaruhi oleh

nilai objektifnya.

Misalkan N adalah jumlah individu dalam suatu populasi. Pos

adalah posisi individu dalam populasi tersebut (posisi terendah suatu

individu adalah pos = 1, dan posisi tertingginya adalah pos = N).

sedangkan SP adalah selective pressure. Nilai fitness dari suatu individu

dapat di hitung sebagai:

Linear rangking:

Fitness(Pos) = 2 – SP + 2(SP – 1)(Pos – 1) / (N – 1)

Nilai SPϵ [1,2].

Non-linear rangking:

Fitness(Pos) = Nind * X ^ (Pos – 1) / Sum(X^(i-1); I = 1... N

Nilai SPϵ [1,2].

(46)

(SP – 1) * X ^(N – 1) + SP* X ^(N – 2) + … + SP* X + SP = 0

Nilai SPϵ [1, N – 2].

2.6.2 Seleksi Roda Roulette (Roulette wheel selection)

Metode seleksi dengan mesin roulette ini merupakan metode

yang paling sederhana dan sering dikenal dengan nama Stochastic

Sampling With Replacement. Cara kerja metode ini adalah sebagai

berikut:

1. Dihitung nilai fitness dari masing-masing individu (fi, dimana i adalah individu ke-1 sampai ke-n).

2. Dihitung total fitness se

3. mua individu.

4. Dihitung pobabilitas masing-masing individu.

5. Dari probabilitas tersebut, dihitung jatah masing-masing individu

pada angka 1 sampai 200.

6. Dibangkitkan bilangan random antara 1 sampai 200.

Dari bilangan random yang dihasilkan, ditentukan individu mana

yang terpilih dalam proses seleksi.

(47)

2.6.3 Stochastic universal sampling

Stochastic universal sampling memiliki nilai bias nol dan dan

penyebaran yang minimum. Pada metode ini, individu - individu

dipetakan dalam suatu segmen garis secara berutan sedemikian hingga

tiap-tiap segmen individu memiliki ukuran yang sama denganukuran

fitnessnya seperti halnya pada seleksi

2.6.4 Seleksi Lokal (Local selesction)

Pada seleksi lokal, Setiap individu yang berada didalam

konstrain tertentu disebut dengan nama lingkungan lokal. Interaksi antar

individu hanya dilakukan didalam wilayah tersebut. Lingkungan tersebut

ditetapkan sebagai struktur dimana populasi tersebut terdistribusi.

Lingkungan tersebut juga dapat dipandang sebagai kelompok

pasangan-pasangan yang potensial.

Gambar 2.12 menunjukkan seleksi lokal, dalam lingkungan

linear (full and half ring)

Gambar 2.12 Lingkungan Linear (full and half ring); jarak = 2

Langkah pertama adalah menyeleksi separuh pertama dari

populasi yang berpasangan secara random. Kemudian lingkungan baru

tersebut diberikan pada setiap individu yang terseleksi. Pada lingkungan

yang baru tersebut, kita bisa menyeleksi pasangan-pasangan yang cocok

atau pasangan yang terbaik, pasangan yang memiliki fitness

proporsional, atau pasangan yang seragam. Struktur lingkungan pada

(48)

• Linear : full ring dan half ring

• Dimensi-2:

-full cross dan half cross

-full star dan half star

• Dimensi-3 dan struktur yang lebih kompleks yang merupakan kombinasi dari kedua struktur diatas.

Gambar 2.13 Lingkungan Dimensi – 2 (full and half cross); jarak = 1

Full star Half star

Gambar 2.14 Lingkungan Dimensi – 2 (full and half star); jarak = 1

2.6.5 Seleksi dengan Pemotongan (Truncation selesction)

Pada metode – metode seleksi yang telah di jelaskan terdahulu, ,

seleksi dilakukan secara alami. Pada seleksi dengan pemotongan ini,

lebih berkesan sebagai seleksi buatan. Seleksi ini biasanya digunakan

oleh populasi yang jumlahnya sangat besar. Pada metode ini, seleksi

Individu-individu diurutkan berdasarkan nilai fitnessnya. Hanya individu

yang terbaik saja yang akan diseleksi sebagai induk Parameter yang

(49)

ukuran populasi yang akan diseleksi sebagai indukyang berkis arantara

50% -10%.Individu-individu yang ada di bawah nilai ambang ini tidak

akan menghasilkan keturunan.

2.6.6 Seleksi dengan Turnamen ( Tournamen Selection)

Pada metode seleksi dengan turnamen, ditetapkan suatu nilai tour

untuk individu-individu yang dipilih secara random dari suatu populasi.

Individu-individu yang terbaik dalam kelompok ini akan diseleksi

sebagai induk. Parameter yang digunakan pada metode ini adalah ukuran

tour yang bernilai antara 2 sampai N (jumlah individu dalam suatu

populasi).

2.7 Rekombinasi

2.7.1 Rekombinasi bernilai real

- Rekombinasi diskret

- Rekombinasi menengah (intermediate)

- Rekombinasi garis

- Rekombinasi garis yang diperluas

2.7.2 Rekombinasi bernilai biner (crossover)

Pindah silang (Crossover) adalah operator dari Algoritma

genetika yang melibatkan dua induk untuk membentuk kromosom baru.

Pindah silang menghasilkan titik baru dalam ruang pencarian yang siap

untuk diuji. Operasi ini tidak selalu dilakukan pada semua individu yang

ada. Individu dipilih secara acak untuk dilakuakn crossing dengan Pc antara 0.6 sampai 0.95. Jika pindah silang tidak dilakukan,maka nilai

dari induk akan diturunkan kepada keturunan.

Prinsip dari pindah silang ini adalah melakukan operasi

(pertukaran, aritmatika) pada gen-gen yang bersesuaian dari dua induk

untuk menghasilkan individu baru. Proses crossover dilakukan pada

setiap individu dengan probabilitas crossover yang ditentukan. Pada

gambar 2.4 diilustrasikan diagram alir penggunaan probabilitas

crossover pada proses crossover. Operator crossover ini bergantung pada

(50)

Gambar 2.15 Diagram alir proses crossover

2.7.2.1 Crossover satu titik (Single-point Crossover)

Crossover satu titik dan banyak titik biasanya digunakan untuk

representasi kromosom dalam biner. Pada crossover satu titik, posisi

crossover k (k=1,2,…,N-1) dengan N sebagai panjang kromosom

diseleksi secara random. Variabel-variabel ditukar antara kromosom

pada titik tersebut untuk menghasilkan anak. Pada gambar 2.16

diilustrasikan crossover satu titik.

(51)

2.7.2.2 Crossover banyak titik (Multi-point Crossover)

Pada crossover banyak titik, m posisi penyilangan ki (k=1,2,…., N-1; i=1,2,…,m) dengan N = panjang kromosom diseleksi secara

randomdan tidak diperbolehkan ada posisi yang sama, serta diurutkan

naik. Variabel-variabel ditukar antara kromosom pada titik tersebut

untuk menghasilkan anak. Pada gambar 2.17 diilustrasikan crossover dua

titik dan pada gambar 2.18 diilustrasikan crossover lebih dari dua titik.

Gambar 2.17 Ilustrasi Crossover dua titik

Gambar 2.18 Ilustrasi crossover lebih banyak titik

2.7.2.3 Crossover Seragam (uniform Crossover)

Pada penyilangan seragam, Setiap lokasi memiliki potensi

sebagai tempat penyilangan.Sebuah mask penyilangan dibuat sepanjang

panjang kromosom secara random yang menunjukan bit-bit dalam mask

yang mana induk akan mensupply anak dengan bit-bit yang ada.

Induk yang mana yang akan menyumbangkan bit ke anak yang

(52)

2.7.2.4 Crossover dengan permutasi (Permutation Crossover)

Dengan permutasi, kromosom-kromosom anak diperoleh dengan

cara memilih sub-barisan suatu tour dari satu induk dengan tetap

menjaga urutan dan posisis ejumlah kota yang mungkin terhadap induk

yang lainnya.

2.8 Mutasi

Operator berikutnya pada algoritma genetika adalah mutasi gen.

Operator ini berperan untuk menggantikan gen yang hilang dari populasi

akibat proses seleksi yang memungkinkan munculnya kembali gen yang

tidak muncul pada inisialisasi populasi.

Kromosom anak dimutasi dengan menambahkan nilai random

yang sangat kecil (ukuran langkah mutasi), dengan probabilitas yang

rendah. Peluang mutasi (Pm) didefinisikan sebagai persentasi dari jumlah total gen pada populasi yang mengalami mutasi. Peluang mutasi

mengendalikan banyaknya gen baru yang akan dimunculkan untuk

dievaluasi. Jika peluang mutasi terlalu kecil, banyak gen yang mungkin

berguna tidak pernah dievalusi. Tetapi bila peluang mutasi ini terlalu

besar, maka akan terlalu banyak gangguan acak, sehingga anak akan

kehilangan kemiripan dari induknya, dan juga algoritma kehilangan

kemampuan untuk belajar dari history pencarian.

Ada beberapa pendapat mengenai laju mutasi ini. Ada yang

berpendapat bahwa laju mutasi sebesar 1/n akan memberikan hasil yang

cukup baik. Ada juga yang beranggapan bahwa laju mutasi tidak

tergantung pada ukuran populasinya. Kromosom hasil mutasi harus

diperiksa apakah masih berada pada domain solusi, dan bila perlu bias

(53)

Gambar 2.19 Diagram alir proses mutasi

Proses diatas menggambarkan cara mudah untuk melakukan

mutasi. Proses mutasi yang dilakukan tidak harus seperti pada proses

tersebut. Proses yang lain bias dengan melakukan mutasi pada gen

sebanyak probabilitas mutasi dikalikan jumlah gen, dimana posisi gen

yang akan dilakukan mutasi dipilih secara acak.

2.8.1 Mutasi Bilangan Real

Pada mutasi bilangan real, ukuran langkah mutasi biasanya

sangat sulit ditentukan. Ukuran yang paling kecil biasanya sering

mengalami kesuksesan, namun adakalanya ukuran yang lebih besar akan

berjalan lebih cepat.

Operator mutasi untuk bilangan real dapat ditetapkan sebagai:

- variabel yang dimutasi = variable ± range * delta; ( + atau –

memiliki probabilitas yang sama).

- range = 0,5 * domain variable (interval pencarian)

(54)

2.8.2 Mutasi Bilangan biner

Cara sederhana untuk mendapatkan mutasi biner adalah dengan

mengganti satu atau beberapa nilai gen dari kromosom.

Langkah-langkah mutasi adalah:

1. Hitung jumlah gen pada populasi (panjang kromosom dikalikan

dengan ukuran populasi).

2. Pilih secara acak gen yang akan dimutasi.

3. Tentukan kromosom dari gen yang terpilih untuk dimutasi.

4. Ganti nilai gen (0 ke 1, atau 1 ke 0) dari kromosom yang akan

dimutasi tersebut.

2.8.3 Mutasi kromosom permutasi

Gambar 2.20 Proses dan hasil mutasi

2.9 Siklus Algoritma Genetika

Siklus dari Algoritma genetika pertama kali diperkenalkan oleh

David Goldberg, dimana gambaran siklus tersebut dapat dilihat pada

gambar 2.21.

(55)

Siklus ini kemudian diperbaiki oleh beberapa ilmuwan yang

mengembangkan Algoritma genetika, yaitu Zbigniew Michalewicz

dengan menambahkan operator elitism dan membalik proses seleksi

setelah proses reproduksi.

Gambar 2.22 Siklus Algoritma genetika Zbigniew Michalewicz hasil perbaikan dari

siklus algoritma genetika yang dikenalkan oleh David Goldberg

2.10 Algoritma Genetika Sederhana

Misalkan P(generasi) adalah populasi dari satu generasi, maka

secara sederhana algoritma genetika terdiri dari beberapa

langkah-langkah berikut:

1. Generasi=0 (generasi awal).

2. Inisialisasi populasi awal, P(generasi), secara acak.

3. Evaluasi nilai fitness pada setiapindividu dalam P(generasi).

4. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah berikut hinggan mencapai

maksimum generasi:

a. generasi = generasi + 1 (tambah generasi).

b. seleksi populasi tersebut untuk mendapatkan kandidat induk.

c. Lakukan crossover pada P’(generasi).

d. Lakukan mutasi pada P’(generasi)

e. Lakukan evaluasi fitness setiap individu pada P’(generasi).

(56)

2.10.1 Metode Seleksi Dengan Roda Roulette

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa seleksi induk pada

algoritma genetika sederhana ini menggunakan metode seleksi roda

roulette karena metode seleksi inilah yang paling banyak digunakan.

Seleksi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan reproduksi yang

lebih besar bagi anggota populasi yang memiliki fitness tinggi untuk

melakukan reproduksi.

Algoritma genetika roda roulette:

- Hitng total fitness (F):

Total fitness = Ʃ Fk ; k = 1,2,… popsize - Hitung fitness relatif tiap individu:

Pk = Fk /total fitnees - Hitung fitness komulatif:

q1 = p1

qk= qk-1 + pk; k=2,3,….. (popsize)

- pilih induk yang akan menjadi kandidat untuk di crossover

dengan cara:

- Bangkitkan nilai random r.

Jika qk = r dan qk+1 > r, maka pilih kromosom ke (k+1) sebagai kandidat induk.

2.10.2 Crossover (penyilangan)

Crossover (penyilangan) dilakukan atas 2 kromosom untuk

menghasilkan kromosom anak. Kromosom anak yang terbentuk akan

mearisi sebagian besar sifat krimosom induknya.metode yg sering

digunakan pada algoritma genetika sederhana ini adalah crossover satu

titik dan crossover dua titik. Pada metode ini,kita pilih sembarang

bilangan secara acak untuk menentukan posisi persilangan, kemudian

kita tukarkan bagian kanan titik potong dari kedua induk kromosom

tersebut untuk menghasilkan kromosom anak.

(57)

Apabila posisi titik potong yang terpilih secara acak adalah 3, maka

kromosom anak yang terbentuk adalah:

Pada crossover ada satu parameter yang sangat penting yaitu

peluang crossover (Pc). Peluang crossover menunjukkan rasio anak yang dihasilkan dalam setiap generasi dengan ukuran populasi. Misalkam

ukuran populasi (popsize=100), sedangkan peluang crossover (Pc = 0,25),berarti bahwa diharapkan ada 25 kromosom dari 100 kromosom

yang semula pada populasi tersebut akan mengalami crossover.

2.10.3 Mutasi

Mutasi yang digunakan pada algoritma genetika sederhana

dengan kromosom biner seperti dijelaskan sebelumnya, pada dasarnya

akan mengubah secara acak nilai suatu bit pada posisi tertentu. Kemudian

kita mengganti bit 1 dengan bit 0, atau sebaliknya mengganti bit 0 dengan

bit 1. Pada mutasi ini sangat dimungkinkan munculnya kromosom baru

yang semula belum muncul dalam populasi awal.

Misalkan :

terkena mutasi pada gen ke 5, di peroleh:

Pada mutasi ada satu parameter yang sangat penting yaitu

peluang crossover (pm). peluang mutasi menunjukkan presentasi jumlah total gen pada populasi yang akan mengalami mutasi. Untuk melakukan

mutasi, terlebih dahulu kita harus menghitung jumlah total gen pada

populasi tersebut. Kemudian bangkitkan bilangan random yang

(58)

Secara umum, diagram alir algoritma genetika sederhana seperti

terlihat pada gambar 2.23.

Gambar 2.23 Diagram alir algoritma genetika sederhana

2.10 Prosedur Algoritma Genetika

Untuk menggunakan Algoritma genetika, perlu dilakukan

prosedur sebagai berikut:

1. Menetapkan parameter optimasi, jumlah parameter optimasi, dan

batas dari parameter optimasi

2. Menetapkan fungsi optimasi atau fungsi objektif

3. Menetapkan parameter algoritma genetika.

4. Membangkitkan populasi awal, mengkodekan, nilai real.

5. Mendefinisikan nilai fitness, yang merupakan ukuran baik tidaknya

sebuah individu atau baik tidaknya solusi yang didapatkan.

6. Menentukan proses pembangkitan populasi awal. Hal ini biasanya

dilakukandengan menggunakan pembangkitan acak seperti

random-walk.

7. Menentukan proses seleksi yang akan digunakan.

8. Menentukan proses pindah silang (crossover) dan mutasi gen yang

akan digunakan.

2.10.1 Menetapkan parameter optimasi

Menetapkan parameter optimasi, jumlah parameter optimasi, dan

(59)

Contoh:

2.10.2 Menetapkan fungsi optimasi atau fungsi objektif

Fungsi objektif boleh menggunakan fungsi yang sudah ada, boleh

juga dibuat sendiri. Sebaiknya pahami terlebih dahulu permasalahan kita,

barulah pilih fungsi objektif yang cocok. Ada dua bentuk fungsi objektif,

yaitu fungsi linear, dan fungsi nonlinear.

Fungsi linear biasanya digunakan pada masalah yang tidak

terkendala atau unconstraint. Karena tidak terkendala, solusi yang

dihasilkan ada banyak titik sehingga kurang akurat. Sedangkan fungsi

nonlinear, biasanya digunakan pada masalah yang terkendala atau

constraint. Karena memiliki kendala, solusi yang dihasilkan lebih sedikit

sehingga lebih akurat. Beberapa fungsi objektif linear yang sudah ada

dan sering digunakan untuk optimasi adalah:

Gambar

Tabel 2.1 kl2.1 klasifikasi proses pemesinan menurut jenis nis gerakan relatif
Gambar 2.1 Mesin Sekrap Datar atau Horizontal (Shaper)
Gambar 2.4  Mekanisme Mesin Sekrap
Gambar 2.6 Bentuk Pahat Sekrap [11]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat tiga pengujian yang dilakukan dalam pengujian ini yaitu pengujian yang akan dilihat dari hasil nilai fitness paling optimal, sehingga dapat ditemukan

Pada algoritma genetika mampu mendapatkan nilai parameter optimal secara otomatis pada klasifikasi FAMB dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi untuk set data

z Permasalahan dengan parameter yang jumlah dan range nilainya tertentu sebaiknya menggunakan bentuk kromosom biner, seperti mencari nilai. optimal

Sebab Seleksi dilakukan secara acak, sehingga tidak ada jaminan bahwa krosomom yang memiliki nilai fitness yang terbaik yang akan dipilih, bisa juga nilai fitness

fungsi optimasi yang digunakan adalah waktu pemesinan (t c ) maka dipilih.. pengerjaan dengan waktu paling singkat, sehingga didapat hasil

Berdasarkan ketiga uji coba yang telah dilakukan terhadap setiap parameter algoritma genetika, maka diperoleh titik optimal untuk memperoleh nilai fitness terbaik,

Berdasarkan ketiga uji coba yang telah dilakukan terhadap setiap parameter algoritma genetika, maka diperoleh titik optimal untuk memperoleh nilai fitness terbaik,

Terdapat tiga pengujian yang dilakukan dalam pengujian ini yaitu pengujian yang akan dilihat dari hasil nilai fitness paling optimal, sehingga dapat ditemukan