KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai satu syarat mencapai gelar sarjana pada Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P., selaku Pembimbing Utama, yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini;
2. Bapak Ir. Liman, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan petunjuk kepada penulis;
3. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc., selaku Penguji Utama, yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan petunjuk kepada penulis;
4. Ibu Ir. Khaira Nova M.P., selaku Pembimbing Akademik, atas bimbinganya selama ini;
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
7. Bapak serta Ibu Dosen Jurusan Peternakan yang membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan;
8. Bapak Rahmat Rifa’i, Ibu Lawinem, seluruh keluarga besarku dan Mira Eryatama, atas segala kesabaran, do’a, dukungan, semangat, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama ini;
9. Seluruh teman-teman PTK 2008 (Oka, Yudi, Zaki kiting, Adit, Komeng, Dwi, Arief, Adi, Bayu, Dedi, Anam, Jarwo, Jul, dll.), serta seluruh mahasiswa Peternakan Unila, atas segala bantuan, kebersamaan, kritik, saran selami ini; 10. Saudaraku di Villa Palem Permai III ( Nanang, Adi, Adit, Dani, Moy, Tulang, Nyunyun, Ria, Ajeng, Mameh, Nance, Fahmi, Adul, Ayam, dll) atas canda tawa serta semangat dan dukungan selama ini;
11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga bantuan dan kerjasama yang diberikan memperoleh balasan dari Allah SWT dan penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin...
Bandar Lampung, Oktober 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rukti Sedyo, Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur pada 24 Oktober 1989, sebagai anak tunggal dari pasangan bapak Rahmat Rifa’i dan Ibu Lawinem. Pendidikan yang telah penulis tempuh yaitu Sekolah
Dasar (SD) Negeri 3 Rukti Sedyo pada 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Raman Utara pada 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiyah 1 Metro pada 2008. Pada 2008 penulis terdaftar sebagai
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karyaku ini kepada :
1. Orang tuaku tercinta (Rahmat Rifa’i dan Lawinem) yang selalu memberikan do’a, motivasi, semangat, nasihat dan kasih sayangnya; 2. sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan semangat dan dukungan;
MOTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.
( Arra’du : 11)
“Besarnya masalah yang kita hadapi menunjukan betapa besarnya rencana Tuhan untuk kita”.
( Mario Teguh )
“ Kesungguhan dari diri kita sendiri merupakan hal utama untuk menjadi sukses”.
Judul Penelitian : POTENSI PAKAN HIJAUAN DI BAWAH NAUNGAN POHON KARET PRAPRODUKSI DAN PRODUKSI DI PERKEBUNAN
MASYARAKAT DESA RUKTI SEDYO KECAMATAN RAMAN UTARA LAMPUNG TIMUR
Nama Mahasiswa : Purwa Pramana
Nomor Pokok Mahasiswa : 0814061053
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Yusuf Widodo, M.P. Ir. Liman, M.Si. NIP 19560109 198503 1 003 19670422 199402 1 001
Ketua Jurusan Peternakan
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Yusuf Widodo, M.P. _________________
Sekretaris : Ir. Liman, M.Si. _________________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc._________________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 2
C. Manfaat Penelitian ... 2
D. Kerangka Pemikiran ... 3
E. Hipotesis ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman Lain yang Tumbuh di Bawahnya... 5
B. Topografi ... 7
C. Deskripsi Tanaman Karet ... 8
D. Hijauan Makanan Ternak ... 10
E. Daya Tampung dan Komposisi Botani ... 13
B. Bahan dan Alat Penelitian ... 17
C. Metode Penelitian... 18
D. Peubah Penelitian ... 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Botani ... 24
B. Produksi Hijauan dan Daya Tampung Ternak ... 36
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
DAFTAR PUSTAKA.. ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paspalum notatum .. ... 28
2. Panicum muticum ... ... 29
3. Centrosema pubescens... 29
4. Psidium guajava ... ... 30
5. Portuloca quadrifolia... 30
6. Agrenatum conyzoides... 31
7. Mimosa pudica ... ... 31
8. Themeda arguens ... ... 32
9. Macroptilum antropurpureum... 32
10. Imperata cylindrica... 33
11. Manihot esculenta . ... 33
12. Lygodium scandens... 34
13. Pennisetum purpureum... ... 34
14. Cissus repens ... ... 35
15. Turnera salicifolia . ... 35
16. Oxalis barrelieri .... ... 36
17. Lokasi tanaman karet praproduksi... 40
18. Lokasi tanaman karet produksi... 41
19. Cara pengambilan sampel hijauan... 41
POTENSI PAKAN HIJAUAN DI BAWAH NAUNGAN POHON
KARET PRAPRODUKSI DAN PRODUKSI DI PERKEBUNAN
MASYARAKAT DESA RUKTI SEDYO KECAMATAN
RAMAN UTARA LAMPUNG TIMUR
(skripsi)
Oleh
Purwa Pramana
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
POTENSI PAKAN HIJAUAN DI BAWAH NAUNGAN POHON
KARET PRAPRODUKSI DAN PRODUKSI DI PERKEBUNAN
MASYARAKAT DESA RUKTI SEDYO KECAMATAN
RAMAN UTARA LAMPUNG TIMUR
Oleh
Purwa Pramana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
POTENSI PAKAN HIJAUAN DI BAWAH NAUNGAN
POHON KARET PRAPRODUKSI DAN PRODUKSI DI PERKEBUNAN MASYARAKAT DESA RUKTI SEDYO KECAMATAN RAMAN UTARA
LAMPUNG TIMUR
Oleh Purwa Pramana
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi hijauan pakan ternak dan memberi gambaran potensi kapasitas tampung ternak, serta komposisi botani, di bawah naungan pohon karet praproduksi dan produksi di perkebunan masyarakat desa Rukti Sedyo kecamatan Raman Utara lampung Timur.
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret—April 2012, bertempat di areal perkebunan karet masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara
Lampung Timur, dan analisis kadar air dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi hijauan, kapasitas tampung ternak, dan komposisi botani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan dua perlakuan dengan ulangan sebanyak 10 kali pada tanaman karet produksi dan 25 kali pada karet praproduksi,
selanjutnya dilakukan uji T pada produksi hijauan segar pada tanaman karet praproduksi dan produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi hijauan di bawah naungan tanaman karet praproduksi berbeda sangat nyata yaitu 3,2:1 dengan produksi hijauan dibawah naungan karet produksi. Komposisi botani yang terdapat pada tanaman karet yaitu 16 spesies pada tanaman karet praproduksi dan 7 spesies pada karet produksi. Areal tanaman karet produksi seluas 13 hektar mampu memproduksi bahan kering sebanyak 4.131,81 kg dengan daya tampung 0,83 UT/13ha/th atau 317,8315 kg/ha/th dengan daya tampung 0,06 UT/ha/th. Sedangkan produksi bahan kering di areal tanaman karet praproduksi dengan luas lahan 34 hektar sebanyak 24.918,7084 kg dan mampu menampung ternak sebanyak 5,01
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1) Pada tanaman karet praproduksi terdapat 16 spesies hijauan, sedangkan pada karet produksi terdapat 7 spesies hijauan.
2) Produksi hijauan makanan ternak pada tanaman karet praproduksi lebih banyak dari pada tanaman karet produksi.
3) Kapasitas tampung ternak berdasarkan bahan kering pada tanaman karet praproduksi sebanyak 5,01 ST/34ha/th atau 0,14 ST/ha/th, sedangkan pada tanaman karet produksi sebesar 0,83 ST/13ha/th atau 0,06 ST/ha/th
B. Saran
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2012, bertempat di areal perkebunan karet masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hijauan yang tumbuh di areal perkebunan karet masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur. Hijauan tersebut terbagi dalam dua klasifikasi umur yaitu tanaman karet pra-produksi dan karet produksi.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Metode penelitian dilaksanakan dengan cara pengumpulan data dari desa tempat penelitian. Data yang dikoleksi antara lain data luas lahan perkebunan, luas areal perkebunan pra-produksi, luas area perkebunan produksi, dan produksi hijauan yang tumbuh. Selain itu
dilakukan kuisioner dan wawancara secara langsung dengan petani dan pengelola pertanian desa. Pada peubah produksi hijuan segar dilakukan uji T.
D. Peubah Penelitian
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah : 1) Produksi hijauan;
2) Komposisi botani; 3) Daya tampung ternak.
Cara kerja pada penelitian ini adalah dengan menentukan area tanaman sebagai perlakuan yaitu tanaman pra-produksi dan produksi dengan luas area 47 hektar. Pada luas area karet produksi 13 hektar diambil 10 cuplikan, sedangkan pada area praproduksi dengan luas 34 hektar diambil sampel sebanyak 25 cuplikan,
Hijauan yang terdapat di dalam petak cuplikan tersebut dipotong dan kemudian diamati komposisi botaninya, selanjutnya hijauan dikumpulkan dan ditimbang bobot segarnya. Menghitung produksi hijauan dan daya tampung ternak dengan cara:
Produksi Hijauan per hektar = produksi hijauan per m2 X Luas lahan yang memproduksi Hijauan
Luas lahan yang tidak memproduksi hijauan = jumlah baris X luas kolong yang tidak memproduksi Hijauan
Luas lahan yang memproduksi hijauan = 10.000 m2/ha –luas lahan yang tidak memproduksi hijauan
Produksi Hijauan per hektar = produksi hijauan per m2 X 10.000 m2
Susetyo (1980) mengasumsikan bahwa produksi hijauan pada musim kemarau adalah 0,5 x produksi musim hujan, sehingga produksi/th/ha dapat dihitung dengan rumus :
Menghitung kapasitas daya tampung ternak dengan rumus :
Jumlah produksi hijauan pakan(kg/th) Kapasitas tampung = ---
Soedomo (1993), untuk menentukan komposisi botani dapat menggunakan metode Dry Weight Rank, cara untuk menentukan komposisi botani suatu lokasi dalam bentuk Dry Weight seperti pada tabel berikut;
Tabel 2. Bobot spesies hijauan
Dst... (35) b c e
Tabel 3. Ranking
Dst ...(35) - - -
Namun, jika rank tidak terisi seluruhnya sehingga jumlah total masing-masing
rank tidak sama maka dengan ratio konstante yang dipakai yaitu 8,04; 2,41.
Jumlah hasil perkalian tadi untuk stiap spesies disebut dengan skor.
Tabel 4. Contoh ranking yang tidak terisi penuh. Rank
Komponen 1 2 3 dst....
a 34 7 -
b 16 14 4
c - 12 8
50 33 12
Cara untuk menghitungnya sebagai berikut : Spesies :
a = (34x8,04) + (7x2,41) = 284,73 b = (16x8,04) + (14x2,41) + (4x1) = 166,38 c = (12x2,41) + (8x1) = 36,92
488,03
Sedangkan cara untuk menentukan persentase Dry Weight sebagai berikut : a = 284,73/488,03 x 100% = 58%
b = 166,38/488,03 x 100% = 34% c = 36,92/488,03 x 100% = 8%
Menurut Fathul (2007), untuk menentukan kadar air hijaun maka dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. memanaskan cawan porselin beserta tutupnya yang telah dibersihkan ke dalam oven 1050 C selama ± 1 jam;
b. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;
c. menimbang cawan porselin beserta tutupnya dan mencatat bobotnya (A); d. memasukkan sampel analisa ke dalam cawan porselin sekitar satu gram
kemudian mencatat bobotnya (B);
e. memanaskan cawan porselin yang berisi sampel di dalam oven1050 C selama ≤ 6 jam (penutup jangan dipasang);
f. mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit;
g. timbang cawan porselin tanpa tutup berisi sampel analisis tersebut (C); h. menghitung kadar air dengan rumus sebagai berikut :
(B –A) — (C –A)
B = bobot cawan porselin berisi sampel sebelum dipanaskan (g) C = bobot cawan porselin berisi sampel sesudah dipanaskan (g) i. melakukan analisis sebanyak dua kali (duplo), kemudian menghitung
j. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut :
BK = 100% KA
Keterangan :
BK = kadar bahan kering (%)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya.
Radiasi matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai sumber energi tetapi karena pengaruhnya terhadap keadaan faktor-faktor yang lain seperti suhu, kelembaban dan angin. Respon tanaman terhadap radiasi matahari pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu intensitas, kualitas dan fotoperiodisitas. Ketiga aspek ini mempunyai pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya, demikian juga keadaannya di alam. Radiasi matahari sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk proses metabolisme.
Pada daerah perkebunan, biasanya terdapat namanan lain yang ditanam secara
tumpang sari diantara tanaman perkebunanya. Hal ini ditanam oleh petani untuk
meningkatkan hasil pendapatan tambahan selain dari tanaman utama perkebunan.
Namun dalam perkembanganya, tanaman yang tumbuh diantara tanaman lain
tidak dapat berkembang secara maksimal. Hal ini berhubungan dengan intensitas
cahaya yang diterima oleh tanaman yang berada dibawah naungan tanaman lain.
Naungan adalah sesuatu yang menghalangi tumbuhan untuk mendapatkan sinar
matahari secara langssung. Produksi dan komposisi botani dari pasture di bawah
naungan pohon dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari (Whitman dan Litcher,
1982). Pada lahan yang memiliki naungan yang besar akan berakibat pada
berkurangnya tanaman lain yang tumbuh di bawah naungan tersebut.
Tanaman yang tumbuh di bawah tanaman perkebunan biasanya bermacam-macam. Pada perkebunan karet yang berumur muda, biasanya terdapat beberapa tanaman lain yang ditanam diantara barisan tanaman karet. Tanaman palawija seperti jagung dan singkong yang biasanya sering ditanam oleh pemilik kebun diantara tanaman karet. Namun, tanaman yang berada dibawah perkebunan karet tidak dapat berkembang dengan baik, hal ini terjadi karena tanaman itu
terpengaruh oleh kanopi tanaman karet yang menghalangi sinar matahari untuk secara langsung mengenai tumbuhan yang berada di bawah tanaman karet.
Pohon karet yang memiliki kanopi yang tinggi akan memiliki naungan yang lebih besar, sehingga radiasi matahari sulit untuk menembus ke bawah naungan.
Terhalangnya radiasi matahari langsung ke tanah akan menyebabkan produksi hijauan menurun. Faktor yang penting dalam tatalaksana pasture di bawah
naungan adalah pengaturan tekanan penggembalaan, pemupukan yang dilakukan, jarak tanam, pengontrolan gulma, spesies yang ditanam, dan seleksi rumput serta kacang-kacangan yang cocok terhadap intensitas sinar matahari yang rendah.
B. Topografi
Daerah Desa Rukti Sedyo pada umumnya dataran dengan kemiringan rata-rata 4-6 meter terletak pada ketinggian 53—63 meter diatas permukaan laut denengan curah hujan berkisar 2.000—2.500 mm/th, sedangkan jumlah hari hujan pada daerah ini berkisar antara 100—150 HH (data Kecamatan Raman Utara 2009). Jenis tanah di desa ini adalah tanah Padsolik Merah Kuning. Desa Rukti Sedyo memiliki luas total 1.013 hektar, luas tersebut dibagi dengan 702 hektar sebagai persawahan dan ladang serta 311 hektar merupakan daerah pemukiman penduduk. Pada tahun 2004 terjadi alih fungsi lahan pertanian yang berupa ladang singkong dan lahan padi menjadi lahan perkebunan karet yang ditanam mandiri oleh masyarakat secara bertahap, hingga sekarang luas daerah perkebunan karet mencapai 47 hektar.
Tabel 1. Jumlah luas lahan perkebunan karet Desa Rukti Sedyo. No Tanaman karet Luas lahan (hektar)
1 Praproduksi 34
2 Produksi 13
47
Pertanian merupakan mata pencarian utama penduduk desa ini. Pengelolaan sektor pertanian masih dengan cara tradisional namun berpotensi untuk
dikembangkan melihat dari banyaknya pekerja dan lahan yang subur. Pengelolaan lahan pertanian ini pada umumnya berupa penanaman padi dengan pengairan dari irigasi yang memiliki jadwal pengairan secara bergilir, sehingga ketersediaan air selalu terjaga meskipun hujan tidak turun. Selain itu sektor perkebunan yang ada juga sangat berpotensi untuk dikembangkan meskipun luas area perkebunan yang ada masi sedikit dibanding dengan luas lahan persawahan.
Selain pertanian dan perkebunan, bidang peternakan juga sangat berpotensi di desa ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ternak yang dipelihara oleh masyarakat. Dengan pekerjaan utama sebagai petani maka penduduk sangat identik dengan pemeliharaan ternak meskipun jumlah ternak yang dimiliki berjumlah sedikit. Ternak yang dipelihara rata-rata digunakan sebagai ternak pekerja untuk mengolah lahan pertanian. Ternak ruminansia di desa Rukti Sedyo mayoritas berupa sapi. Selain dimanfaatkan sebagai sumber tenaga pengolah tanah, ada juga beberapa orang yang melakukan usaha penggemukan sapi namun dalam skala kecil. Potensi peternakan ini sangat besar untuk dikembangkan berdasarkan banyaknya lahan hijauan yang ada.
C. Deskripsi Tanaman Karet
Sampai sekarang, Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia, dan Singapura tanaman karet mulai dibudidayakan pada tahun1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor tahun 1876. (Tim Karya Mandiri, 2010).
Karet merupakan tanaman perkebunan dengan klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Euphorbiacere
Family : Euphorbiales
Genus : Hevea
Species : Hevea brasiliensis
Tanaman karet berakar tunggang dan akar lateral yang menyebar ke segala arah dengan perakaran hara vertikal sebagian besar berada pada kedalaman sampai dengan 75 cm. Pada tanaman karet berumur lebih dari 5 tahun, akar primer meningkat pada jarak antara 60 cm-300 cm dan setelah itu mulai berkurang. Produktivitas pohon tidak terlepas dari sifat anatomi dan sifat-sifat yang diturunkan pohon karet itu sendiri (genetis) (Hermaini, 2006).
Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan penanaman karet adalah penyediaan bibit yang baik. Bibit prima dapat dihasilkan bila dikelola secara kultur teknis yang baik. Cara yang digunakan untuk mencapai hal tersebut diatas, maka diperlukan perencanaan yang matang meliputi :
Luas area bibit dan lokasi
Kapan kegiatan akan dimulai
Bulan berapa bibit telah siap tanam di lapangan.
Dengan persiapan diatas maka keberhasilan tanaman karet lebih terjamin. (Hatta, 2006).
Laelasari (2010) mengatakan bahwa, bagian tanaman karet yang dimanfaatkan adalah getahnya sehingga cara pemanenanya dilakukan dengan penyadapan. Penyadapan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Tinggi bukaan sadapan pertama 130 cm dan bukaan sadapan kedua 280 cm diatas pertautan okulasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyadapan antara lain :
a. Pembukaan bidang sadap dimulai dari kiri atas ke kanan bawah, membentuk sudut 3000.
b. Tebal irisan sadap yang dianjurkan adalah 1,5-2,0 mm.
c. Dalamnya irisan sadap adalah 1,0-1,5 mm dan dilakukan diantara pukul 05.30 – 07.00 pagi.
D. Hijauan Makanan Ternak
Hijauan segar berasal dari hiajaun yang diberikan dalam bentuk masih segar atau baru diambil dari lahan hijauan, yang termasuk kedalam hijauan segar antara lain adalah rumput dan leguminose. Selain itu ada juga hijauan kering berupa silage, hay, dan haylage. Hijauan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan zat
makanan ternak, karena dalam hijauan mengandung banyak zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak untuk tumbuh dan berproduksi.
Menurut Soetrisno (1991), hijauan yang tumbuh di bawah naungan kelapa sawit biasanya didominasi oleh tanaman pakis, rumput teki, kacang-kacangan, tanaman semak dan alang-alang. Usaha perkebunan menghasilkan banyak produk
sampingan. Misalnya Industri kelapa sawit yang menghasilkan banyak produk samping yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Salah satu hasil samping industri kelapa sawit yang potensial untuk dikembangkan sebagai pakan ternak yaitu pelepah sawit. Pelepah sawit memiliki kandungan protein kasar 15% dan berfungsi sebagai pengganti sumber serat pakan sapi. Pakan pelepah sawit masih sedikit dimanfaatkan meskipun 1 pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 22 buah pelepah sawit dan 1 buah pelepah setelah dikupas untuk pakan ternak beratnya mencapai 7 kg. Pada luas perkebunan kelapa sawit 487.146 ha berarti terdapat (7 kg x 138 x 22 x 487.146) = 10.352.826.792 kg pelepah/tahun. Jika satu ternak membutuhkan pakan 25 kg ekor-1 hari-1 berarti pelepah kebun sawit
Menurut Widodo et al. (2006), ciri-ciri tanaman makanan ternak yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan; 2) mudah dicerna;
3) produksi per satuan luas tinggi;
4) mudah ditanam dan mudah berkembang biak; 5) berdaun lebat;
6) cepat dapat dipanen dan berumur panjang;
7) dapat ditanam bersama tanaman lain (compatable); 8) mudah tumbuh kembali (regrowth);
9) tahan terhadap penyakit.
Menurut Lubis (1989), kualitas hijauan makanan ternak yang ada di Indonesia sangat rendah. Kadar protein yang dapat dicerna oleh ternak hanya 1,5 % dalam keadaan segar, sedangkan di Negara Belanda kadar protein hijauan yang dapat dicerna oleh ternak mencapai 3 %, sehingga sapi-sapi perah dapat menghasilkan susu 20 liter / hari dengan hanya menerima hijauan tanpa diberikan makanan penguat. Susetyo (1980) menyatakan, rendahnya kualitas hijauan di Indonesia disebabkan antara lain oleh sifat pertumbuhan hiajuan yang cepat sehingga cepat berbunga dan berbiji yang mengakibatkan kandungan serat kasar tinggi.
pertumbuhan yang pendek sebelum kualitasnya menurun, selain kapasitas pertumbuhannya yang rendah dibandingkan dengan spesies-spesies unggul yang dikembangkan seperti rumput gajah, rumput setaria, dan rumput benggala. (Suwandi et al.1980).
Mcllroy (1977), mengatakan bahwa diantara spesies rumput unggul yang dikenal dan digunakan sebagai makanan ternak, rumput yang ada di Lampung merupakan salah satu jenis rumput unggul sebagai makanan ternak, tanamanya berbentuk rumpun dan tahan kering, berproduksi tinggi, dan sangat disukai ternak. Selain itu ada juga hijauan berupa leguminose yang kaya akan protein dan banyak mengandung fosfor, kalsium, dan vitamin. Leguminose juga mempunyai
kandungan serat kasar yang rendah sehingga mudah dicerna oleh ternak. Widodo et al.(2003) menyatakan, tanaman leguminose yang paling ekonomis bagi
makanan ternak adalah yang termasuk sub famili Faboidae, berbunga kupu-kupu dan Mimoceae. Keunggulan dari leguminosa ini adalah kualitas yang baik dengan pencerminan kandungan protein yang tinggi dan kandungan Ca, P, Vitamin A, dan Vitamin D yang tinggi.
E. Daya Tampung dan Komposisi Botani
Mcllroy (1977), mengatakan bahwa daya tampung ternak adalah jumlah hijauan yang tersedia dari perkebunan hijauan makanan ternak atau padang
penggembalaan untuk kebutuhan makan ternak selama satu tahun yang
penggembalaan, dan luas lahan. Daya tampung ternak yang ada pada suatu perkebunan karet dihitung dengan menjumlah hasil hijauan yang dihasilkan pada areal satu hektar dalam satu tahun kemudian dibagi dengan kebutuhan ternak selama satu tahun.
Taksiran daya tampung didasarkan pada jumlah hijauan yang tersedia. Oleh karena tidaklah mungkin untuk mengamati setiap bagian dari padang rumput/areal perkebunan tersebut maka cara pengembilan cuplikan memegang peranan penting dalam analisis botani dan pengukuran produksi hijauan. Ada beberapa metode untuk menentukan letak petak-petak cuplikan. Metode-metode yang mungkin dipilih adalah biasanya: (1) dengan pengacakan (2) dengan stratifikasi dan (3) secara sistematik (dimulai dari titik yang telah ditentukan dan kemudian cuplikan-cuplikan dikali dengan jarak-jarak tertentu sepanjang garis yang memotong padang rumput atau areal perkebunan). Setiap metode pengambilan cuplikan mempunyai kebaikan dan keburukan tetapi bisa dilakukan sebaik-baiknya dapat memberikan gambaran yang cukup objektif ( Muhtarudin et al., 2003).
Adha (1997) menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan produksi hijauan yang tersedia dari suatu lahan per tahun dapat dihitung jumlah satuan ternak yang dapat ditampung oleh suatu lahan sumber hijauan. Perhitungan tersebut dengan
menghitung jumlah hijauan yang tersedia pada suatu lahan selama satu tahun (kg/ha/th) dibagi dengan jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk satu satuan ternak (kg) selama setahun berdasarkan bahan kering. Perhitungan tersebut akan
Menurut Munjiah (1999), besarnya produksi hijauan pada suatu areal dapat diperhitungkan berdasarkan sebagai berikut:
1. produksi kumulatif, yaitu merupakan produksi padang penggembalaan atau areal penghasil hijauan yang ditentukan secara bertahap selama setahun. Setiap pemotongan, produksi hijauan diukur dan dicatat, setelah satu tahun hasilnya merupakan produksi kumulatif;
2. produksi realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap pemotongan hijauan seluruh areal padang penggembalaan;
3. produksi potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar perkiraan produksi hijauan suatu areal padang penggembalaan.
Berdasarkan Society for Range Management, satu unit ternak (UT) setara dengan ternak seberat 455 kg (Santosa, 1995). Sebaliknya, menurut Munjiah (1999), kriteria yang digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan makanan ternak bagi tiap-tiap jenis ternak berdasarkan satuan unit ternak (ST) atau unit ternak (UT).
Desa Rukti Sedyo memiliki luas perkebunan karet seluas 47 hektar yang dibawahnya banyak ditumbuhi hijauan berupa rumput, leguminose, dan pakis. Rumput dan leguminose yang tumbuh di bawah tanaman karet sangat berotensi untuk dikembangkan sebagai hijauan makanan ternak yang berkualitas dengan merawat dan memupuk hijauan tersebut. Hijauan yang berkualitas sangat membantu dalam pertumbuhan ternak yang mengkonsumsinya.
keadaan dimana rumput dan leguminose seimbang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Reksohadiprodjo (1994), dalam suatu padang penggembalaan, leguminose mempunyai fungsi untuk menyediakan atau memberikan nilai
makanan yang lebih baik terutama berupa protein, fosfor, dan kalsium. Rumput memiliki fungsi memberikan bahan kering dan energi yang lebih banyak bagi ternak dibandingkan leguminose.
DAFTAR PUSTAKA
Adha, F. 1997. ”Kapasitas Tampung Sapi Perah Berdasarkan Ketersediaan Pakan Hijauan di Desa Gisting Atas Kecamatan Talangpadang Kabupaten
Tanggamus”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Hud, H. 2006. Pedoman peningkatan kompetensi unsur pimpinan
terdepan/mandor perusahaan perkebunan. PTP. Nusantara VII. Lampung.
Hasan, H. 2006. Budidaya Tanaman Karet. PTP. Nusantara VII. Lampung. Hutari, R.D. 2006. ”Potensi Hijauan di Bawah Naungan Kelapa Sawit di PTPN
VII Unit Usaha Rejosari Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Laelasari, 2010. Budidaya Tanaman. CV. Yrama Widya. Bandung.
Mangiring, W. 2003. ”Mutu dan Produksi Rumput Gajah pada Kondisi Intensitas Cahaya dan Pemupukan Nitrogen berbeda”. Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
McIlroy, R.J. 1977. Pengantar Budi Daya Padang Rumput Tropika. PT. Paramita. Jakarta.
Muhtarudin, Liman dan Widodo. 2003. ”Tatalaksana Padang Penggembalaan”. Buku Ajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Munjiah, E. 1999. ”Potensi Lahan Desa dalam Menyediakan Pakan Hijauan di
Desa Cadasari Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglan”. Skipsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak. BPFE. Yogyakarta
Reksohadiprodjo, S. 1993. Evaluasi Produksi Pasture. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.
Santosa. U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susetyo.S., I. Kismono, dan B. Soewandi. 1980. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Suwandi, B., Kismono.,dan Susetyo. 1980. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Karet. CV. Nuansa Aulia. Bandung.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Desa Rukti Sedyo merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai petani. Lahan pertanian lebih luas dibanding dengan area pemukimannya,
pertanian tersebut berupa sawah dan perkebunan karet. Di area perkebunan karet
banyak ditumbuhi rumput liar yang kurang dimanfaatkan oleh petani.
Masyarakat di desa Rukti Sedyo pada umumnya memiliki ternak sebagai
peliharaan. Pemanfaatan hijauan liar yang tumbuh dilahan pertanian dengan baik,
khususnya hijauan yang tumbuh di bawah tanaman karet dapat membantu
peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan yang berkesinambungan. Hal ini
sangat bermanfaat karena disaat musim hujan tiba, lahan rumput yang ada
semakin sedikit disebabkan banyaknya lahan yang digarap oleh petani untuk
ditanami padi.
Hijauan makanan ternak merupakan makanan pokok bagi hewan memamah biak
diantaranya adalah ternak sapi, kambing, dan kerbau. Hal ini karena hijauan
digunakan sebagai makanan pokok ternak ruminansia dan sudah tentu
2
Saat musim tanam padi tiba peternak akan mengalami kesusahan untuk mencari hijauan pakan ternak yang ada di lahan persawahan karena lahan tersebut ditanami padi. Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan hijauan liar yang tumbuh di areal perkebunan karet. Untuk meningkatkan kualitas hijauan dapat dilakukan dengan pemupukan dan perawatan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1) Mengetahui produksi pakan hijauan di bawah naungan tanaman karet di Desa
Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur.
2) Mengetahui komposisi botani hijauan di bawah naungan tanaman karet di
Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur.
3) Mengetahui daya tampung ternak di bawah naungan tanaman karet di Desa
Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan dan informasi
kepada peternak dan pihak-pihak yang terkait tentang ketersediaan sumberdaya
pakan hijauan yang ada di areal perkebunan karet masyarakat di desa Rukti Sedyo
Kecamatan Raman Utara Lampung Timur untuk membantu pembangunan
3
D. Kerangka Pemikiran
Desa Rukti Sedyo memiliki area pertanian yang luas dengan sebagaian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Lahan pertanian yang ada di kelola sebagai sawah dan perkebunan. Sawah-sawah yang ada dikelola untuk tanaman pangan. Selain persawahan, juga terdapat lahan perkebunan berupa tanaman karet yang pada umumnya sebagai sumber pendapatan tambahan penduduk.
Sebagian petani, rata-rata memiliki ternak yang dipelihara dengan pakan utama berupa hijauan yang tumbuh dilahan pertanian. Sektor peternakan di desa ini sangat berpotensi untuk dikembangkan dilihat dari banyaknya ketersediaan hijauan, sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. Pengembangan sektor peternakan ini sangat didukung oleh banyaknya ketersediaan hijauan yang tumbuh di area pertanian, khususnya hijauan yang tumbuh dibawah tanaman karet yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.
Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalam kelompok makanan hijauan ini adalah rumput (Gramineae), Leguminose dan hijauan dari tumbuhan-tumbuhan lainnya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar, hijauan sebagai bahan makanan ternak biasanya diberikan dalam dua bentuk yaitu hijauan segar dan hijauan kering (Reksohadiprodjo, 1994).
4
bawah tanaman karet ditumbuhi hijauan makanan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak ruminansia, terutama pada areal tanaman karet praproduksi yang banyak tumbuh hijauan dibawahnya. Sedangkan pada areal tanaman karet produksi, dibawahnya juga ditumbuhi hijauan makanan ternak walaupun jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan hijauan makanan ternak yang tumbuh dibawah naungan karet praproduksi. Pemanfaatan hijauan makanan ternak yang tumbuh di bawah naungan tanaman karet sangat membantu peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang potensi pakan hijauan di bawah naungan tanaman karet pra-produksi dan produksi diperkebunan masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah, pada perkebunan karet masyarakat Desa Rukti Sedyo produksi hijauan makanan ternak pada karet pra-produksi lebih tinggi dari pada karet pra-produksi.