SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh :
DINA KRISYANTI RUPANG NIM: 090200436
Departemen: Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
TANGGUNG JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA PENGGUNA JASA BANDAR UDARA DALAM
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
(Studi pada PT Angkasa Pura II (Persero) Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh :
DINA KRISYANTI RUPANG NIM: 090200436
Departemen: Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang
Disetujui oleh :
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum Aflah SH, M.Hum NIP. 196603031985081001 NIP. 197005192002122002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Telah menjadi Kewajiban bagi setiap mahasiswa yang hendak menyelesaikan
studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan
menyelesaikan suatu skripsi, dan untuk itu penulis melakukan kewajiban
sebagaimana mestinya untuk menyusun suatu skripsi dengan judul “TANGGUNG
JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA DALAM MEMBERIKAN
PELAYANAN KEPADA PENGGUNA JASA BANDAR UDARA DALAM
PERSPEKTIF UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulusnya kepada para pihak yang telah memberikan dukungan,
pengetahuan serta doanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Serta secara
khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum, selaku ketua Departemen Hukum
Keperdataan sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan pengetahuan beliau untuk membimbing, mengarahkan dan
6. Ibu Aflah, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta masukan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Dan seluruh para staf pengajar, staf pegawai, staf pendidikan serta staf
kepustakaan yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Almarhum AKP Simon Rupang
Kendek dan Ibunda Lija Simamora yang tercinta, yang telah mendidik dan
membesarkan penulis serta memberikan dorongan moril, spiritual dan
materil kepada penulis. Terima kasih buat Ayah dan Ibu yang telah
memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis untuk menjalankan hidup
menjadi lebih baik dan sukses dari apa yang telah Ayah dan Ibu berikan
kepada penulis. Terima kasih untuk dukungan yang telah diberikan oleh
Ayah dan Ibu selama ini.
9. Kepada Tante Yenni Anne, Kakanda Ayunda Rupang, SE dan Adinda
Stefani Emelia Rupang, Sringe Nana Utami Ketaren yang telah memberikan
dorongan semangat dan inspirasi bagi penulis agar bias memberikan yang
terbaik dan selalu menjadi motivator untuk tetap maju kedepan. Selalu
memberikan bantuan moril dan materil dalam proses pembuatan penulisan
skripsi ini. Sukses buat tante, kakak dan adik-adikku.
10. Kepada Ipda Dimitri Mahendra, S.IK, terima kasih karena telah meluangkan
waktu untuk berbagi Ide atau gagasan dalam penulisan judul skripsi
penulis. Terima kasih untuk dorongan semangat, motivasi dan doanya agar
skripsi ini terselesaikan dengan baik. Sukses dalam pekerjaan dan studinya
kedepan.
11. Kepada Saudari Elly Caroline, SH, terima kasih buat bantuannya dalam
memberikan ide dan dorongan semangat kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sukses selalu
12. Untuk Saudara, Teman seperjuangan penulis mulai sejak awal
menginjakkan kaki di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Sahabat
seumur hidup penulis yakni: GLC_Projections (Wisman Goklas Siagian,
SH, Jonathan Gerry Boy, SH, Rahmat Ari Septiawan, SH, Maulana
Zulfadli, SH, Jigoro Lumbanraja, SH, Alvonso Manihuruk, SH, Rivai
Sihaloho,SH, Leonardy Siringo-ringo, SH, Ruth Theresia, Ipda Yudhi
Anugrah Putra) terima kasih buat persahabatan yang sudah terjalin sejak
lama, terima kasih karena telah mau berbagi suka duka bersama, terima
kasih karena selalu ada dimanapun dan kapanpun penulis membutuhkan dan
terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sukses selalu buat kita Sobat dan
Tuhan serta kita semua.
13. Terima kasih kepada Sahabat-Sahabat terbaikku Azalea Azura, Nisaul Arif
Siregar, Rizky Ridwan Matondang, Windy Widya Utami dan Gianina
Agrivanni Purba, Vransiska Barus atas doa, dorongan semangat dan doa
serta dukungan moril dan materil sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sukses dan Tuhan selalu menyertai kalian semua.
14. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan penulis Surya Lingga, SH,
Viola Sibuea, SH, Bondan Joandre, SH, Syahkinara, SH atas dorongan
semangat yang tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Sukses selalu
sobat.
15. Terima kasih juga buat teman-teman Departemen Hukum Perdata buat
informasi yang diberikan kepada penulis, Terima kasih kepada seluruh
teman-teman stambuk 2009 khususnya anak-anak grup G di semester I-III
dan anak-anak grup B di semester IV-VI.
16. Terima kasih kepada adik junior penulis Siti Fariza Ndute atas dorongan
semangat dan doanya kepada penulis.
17. Terima kasih kepada narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan pengetahuan kepada penulis.
18. Terima kasih buat semua dukungan dan bantuan yang diberikan kepada
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diterima dengan
tangan terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tuhan memberkati, melindungi
dan menyertai kita semua.
Medan, Juli 2013
Penulis
DINA KRISYANTI RUPANG 090200436
TANGGUNG JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA PENGGUNA JASA BANDAR UDARA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dina Krisyanti Rupang 1
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum
Aflah, SH, M.Hum ***
ABSTRAK
Keberadaan Bandar Udara selain sebagai pintu gerbang masuk ke suatu daerah atau Negara juga merupakan simbol prestise suatu daerah atau Negara yang akan dikenang oleh pengguna jasa Bandara. Dalam perkembangannya, Pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola Bandar Udara harus seiring dengan konsep pelayanan publik yang dilandaskan pada tuntutan pengguna jasa yang semakin meluas, sehingga diperlukan tanggung jawab dari pihak pengelola Bandar Udara.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas penulis mendapat gagasan atau ide untuk melakukan penulisan skripsi yang mengangkat judul “Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, metode pendekatannya adalah yuridis normatif yang didukung dengan yuridis empiris. Tahap penelitian berupa studi kepustakaan dan wawancara, data analisis secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pemberian pelayanan jasa harus sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola Bandara. Oleh karena itu pihak pengelola Bandar Udara harus bertanggung jawab atas pemberian pelayanan yang telah disediakan sesuai dengan asas maupun koridor hukum yang berwenang untuk itu.
Kata Kunci : Bandar Udara, Tanggung Jawab Terhadap Pelayanan
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
DAFTAR ISI
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN DAN PENGATURAN HUKUM TENTANG BANDAR UDARA A. Pengertian dan Pengaturan Bandar Udara ... 12
B. Pelayanan Jasa Bandar Udara ... 19
C. Otoritas dan Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara ... 29
D. PT Angkasa Pura II (Persero) Medan sebagai Pengelola Bandar Udara ... 42
BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA BANDAR UDARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa Bandar Udara ... 48
B. Perlindungan Hukum Pengguna Jasa Bandar Udara menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ... 50
C. Asas-asas dan Sistem Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Bandar Udara ... 53
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA PENGGUNA JASA BANDAR UDARA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Standar Pelayanan Bandar Udara PT Angkasa Pura II
(Persero) ... 58
B. Bentuk-bentuk Kerugian yang Dialami Pengguna Jasa
Bandar Udara ... 70
C. Tanggung Jawab PT Angkasa Pura II (Persero) Terhadap
Kerugian yang Dialami oleh Pengguna Jasa Bandar Udara . 72
D. Penyelesaian Tuntutan Kerugian Pengguna Jasa Bandar
Udara ... 74
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN
A. Surat Keterangan Telah Melakukan Riset
B. Wawancara
C. Struktur Organisasi Staf Pelayanan PT Angkasa Pura (II)
TANGGUNG JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA PENGGUNA JASA BANDAR UDARA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dina Krisyanti Rupang 1
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum
Aflah, SH, M.Hum ***
ABSTRAK
Keberadaan Bandar Udara selain sebagai pintu gerbang masuk ke suatu daerah atau Negara juga merupakan simbol prestise suatu daerah atau Negara yang akan dikenang oleh pengguna jasa Bandara. Dalam perkembangannya, Pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola Bandar Udara harus seiring dengan konsep pelayanan publik yang dilandaskan pada tuntutan pengguna jasa yang semakin meluas, sehingga diperlukan tanggung jawab dari pihak pengelola Bandar Udara.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas penulis mendapat gagasan atau ide untuk melakukan penulisan skripsi yang mengangkat judul “Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, metode pendekatannya adalah yuridis normatif yang didukung dengan yuridis empiris. Tahap penelitian berupa studi kepustakaan dan wawancara, data analisis secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pemberian pelayanan jasa harus sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pihak pengelola Bandara. Oleh karena itu pihak pengelola Bandar Udara harus bertanggung jawab atas pemberian pelayanan yang telah disediakan sesuai dengan asas maupun koridor hukum yang berwenang untuk itu.
Kata Kunci : Bandar Udara, Tanggung Jawab Terhadap Pelayanan
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehubungan dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari
masyarakat baik nasional maupun internasional dewasa ini telah membawa
pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia pada umumnya. Salah
satu hasil dari ilmu pengetahuan itu adalah adanya pengangkutan
transportasi udara.
Pada masa sekarang ini transportasi udara telah menjadi primadona
dalam bidang pengangkutan. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dalam kegiatan
pengangkutan transportasi udara diperlukan pelaku usaha kegiatan
penunjang yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam kegiatan penunjang
pengangkutan udara yaitu Bandar Udara.2
Keberadaan suatu Bandar Udara selain sebagai pintu gerbang masuk
ke suatu daerah atau Negara juga merupakan simbol suatu daerah atau
Negara yang akan dikenal atau dikenang oleh penumpang pesawat udara
baik domestik maupun internasional yang datang dan pergi menggunakan
pesawat udara.
2
Bandar Udara sebagai sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat
lepas landas dan mendarat memiliki kelengkapan minimal untuk menjamin
tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk mengangkut.
Saat ini di Indonesia, Bandara milik Indonesia dikelola oleh BUMN
dalam hal ini PT Angkasa Pura I (untuk wilayah timur Indonesia) dan PT
Angkasa Pura II (untuk wilayah barat Indonesia). Bandara Polonia dengan
luas 144 hektar merupakan Bandara enclave sipil artinya Bandar Udara
milik TNI AU yang dipergunakan selain untuk mendukung operasi militer
juga untuk melayani penerbangan sipil (penerbangan umum).
Pada saat ini masyarakat sangat menuntut pelayanan yang baik yang
bisa diberikan oleh Negara atau dalam hal ini pemerintah. Demikian pula
dengan masyarakat pengguna jasa Bandar Udara selalu mengharapkan
ketersediaan dan keandalan pelayanan jasa Bandar Udara baik dari segi
keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Dalam praktik kegiatan transportasi udara sering kali pengelola tidak
memenuhi kewajibannya secara baik dan benar atau dapat dikatakan telah
melakukan “Wanprestasi” (wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana
debitur tidak melaksanakan prestasi sebagaimana mestinya terhadap kreditur
sesuai dengan yang telah diperjanjkan).
Dalam hukum pengangkutan terdapat prinsip-prinsip tanggung jawab
pengangkut. Ada tiga prinsip atau ajaran dalam menentukan tanggung jawab
pengangkut,3 yaitu sebagai berikut: prinsip tanggung jawab atas dasar
3
kesalahan (the based on fault atau liability based on fault principle), prinsip
tanggung jawab atas dasar praduga (rebuttable presumption of liability
principle), prinsip tanggung jawab mutlak (no fault, atau strict liability,
absolute liability principle).
Beberapa contoh yang dapat dikategorikan sebagai bentuk
wanprestasi atas tanggung jawab pengelola Bandar Udara adalah pelayanan
yang kurang memuaskan dari pihak pengelola Bandar Udara dan ada
kalanya sering terjadi peristiwa yang tidak menguntungkan dalam pelayanan
Bandar Udara yang mengakibatkan timbulnya kerugian dan resiko pada
pengguna jasa Bandar Udara tersebut.4 Setiap peristiwa kejadian tersebut
selalu menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa yang tentu saja
melahirkan persoalan hukum sebagai akibat terjadinya peristiwa tersebut
terhadap pengguna jasa pengangkutan transportasi udara, maka pihak
pengelola Bandar Udara diwajibkan mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
Dalam hal ini, penulis akan membahas masalah yang berhubungan
dengan: “TANGGUNG JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA
DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA PENGGUNA
JASA BANDAR UDARA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN” (Studi pada PT Angkasa Pura II (Persero) Medan), sehingga dari pembahasan ini dapat diketahui masalah-masalah yang
4
berkaitan dengan tanggung jawab pihak pengelola Bandar Udara dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna jasa Bandar Udara. Hal ini yang
merupakan alasan penulis untuk memilih judul tersebut diatas.
B. Perumusan Permasalahan
Dalam Perumusan permasalahan ini, penulis mencoba mengangkat
beberapa masalah yang nantinya akan menjadi tujuan penulis untuk
membahasnya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelayanan yang diselenggarakan oleh PT Angkasa Pura II
(Persero) sebagai pengelola Bandar Udara Polonia Medan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kerugian yang dialami oleh pengguna jasa
Bandar Udara Polonia Medan?
3. Bagaimana pertanggungjawaban PT Angkasa Pura II (Persero)
terhadap kerugian yang dialami pengguna jasa Bandar Udara?
C. Tujuan Penulisan
Dimaksudkan untuk menerangkan sejelas mungkin mengenai
persoalan-persoalan yang timbul secara detail untuk menghindari timbulnya
keraguan terhadap permasalahan yang diterangkan dalam skripsi ini.
Adapun yang menjadi tujuan penulisan daripada skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk merealisasikan kewajiban penulis dalam melengkapi
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Untuk mengetahui kerugian apa saja yang dialami pengguna
jasa Bandar Udara atas pelayanan Bandar Udara PT Angkasa
Pura II (Persero).
3. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab PT Angkasa Pura
II (Persero) terhadap kerugian yang dialami oleh pengguna jasa
Bandar Udara atas pelayanan Bandar Udara selama pengguna
jasa berada di Bandar Udara PT Angkasa Pura II (Persero).
D. Manfaat Penulisan
Tulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua
manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam
bidang ilmu hukum bagi kalangan akademis guna mengetahui
dan memberi pemahaman lebih lanjut tentang perkembangan
hukum pengangkutan udara terutama mengenai perlindungan
hukum terhadap kerugian pengguna jasa Bandar Udara atas
2. Secara Praktis
Tulisan ini menerapkan secara praktis agar penulis pribadi,
masyarakat, pemerintah serta para pihak yang berkaitan
langsung dengan aktivitas suatu pengangkutan udara (pengguna
jasa dan pengangkut) dapat memahami tata cara
penyelenggaraan pemberian pelayanan dan pertanggung
jawaban PT Angkasa Pura II (Persero). Sehingga menjadi
bahan masukan kepada pihak yang bersangkutan dalam
memberikan pelayanan angkutan udara yang baik dan nyaman
terhadap pengguna jasa Bandar Udara.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penulisan hukum yaitu dengan
pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan yang kemudian
menggunakan analisa terhadap masalah yang dihadapi tersebut.
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih penulis untuk menyelesaikan skripsi
yakni PT Angkasa Pura II (Persero) Medan.
2. Jenis Penelitian
Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan
empiris. Penelitian hukum normatif, dilakukan melalui kajian terhadap
peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang berkaitan
dengan skripsi sedangkan penelitian hukum empiris, dilakukan
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan,
yang bersifat mengikat dan disahkan oleh pihak yang
berwenang, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
b. Bahan hukum sekunder, berupa tulisan-tulisan dari para pakar
hukum dengan permasalahan yang diteliti ataupun yang
berkaitan dengan bahan hukum primer meliputi literatur-literatur
yang berupa buku, makalah, jurnal, dan hasil penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Library research (studi kepustakaan) yaitu mempelajari dan
menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan
perundang-undangan, catatan kuliah dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
b. Field research (studi lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan
secara langsung ke lapangan, perolehan data ini dilakukan
dengan cara wawancara langsung kepada General Manager
5. Analisis Data
Seluruh data, informasi, sumber pustaka yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data
kualitatif, yaitu suatu analisis data yang secara jelas diuraikan dalam
bentuk kalimat sehingga diperoleh data yang jelas yang berhubungan
dengan skripsi penulis. Dalam hal ini data diperoleh dari hasil
wawancara terhadap pihak PT Angkasa Pura II (Persero) Medan.
F. Keaslian Penulisan
Sebelumnya sudah pernah ada penulis yang memakai judul skripsi
yang berkaitan dengan perlindungan hukum pada transportasi udara, yaitu:
1. RHD Bradjaya (990221043) : Aspek hukum perdata dalam
pengangkutan barang dan tanggung jawab pengangkut pada
pengangkutan udara (studi kasus di PT Gapura Angkasa cabang
Bandar Udara Polonia Medan).
2. Ismi B. Lestari Harahap (060200117) : Tanggung jawab maskapai
penerbangan terhadap penumpang ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan (studi pada PT Garuda
Indonesia).
3. Faradina Wardhani Susilo (080200337) : Perlindungan Hukum bagi
penumpang yang mengalami kerugian pada Transportasi Udara (studi
tentang: Tanggung Jawab PT Garuda Indonesia dalam Pengangkutan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh penulis di
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diketahui
bahwa judul skripsi tentang tanggung jawab pengelola Bandar Udara
dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa Bandar Udara
dalam perspektif Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen belum ada dilakukan dengan pendekatan dan
perumusan masalah yang sama. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa isi dari tulisan ini asli, sehingga skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam lima bab. Setiap bab
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat
sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan secara terperinci
adapun bagiannya yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang: Latar Belakang,
Perumusan Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penulisan,
Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Keaslian
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN BANDAR
UDARA
Setelah penguraian bab satu yang mempunyai fungsi sebagai
pengantar dari pembahasan ini, maka dalam bab ini diuraikan
tentang ruang lingkup Bandar Udara, terdiri dari Pengertian
Bandar Udara, Pelayanan Bandar Udara, Otoritas dan
Tanggung Jawab Bandar Udara, dan Gambaran Singkat
Tentang PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Polonia
Medan.
BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA
JASA BANDAR UDARA MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dalam bab ini penulis memuat tentang Perlindungan
Hukum Terhadap Pengguna Jasa Bandar Udara Menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen meliputi: Hak dan Kewajiban
Pengguna Jasa Bandar Udara, Perlindungan Hukum
Pengguna Jasa Bandara menurut Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999, Asas-asas dan Sistem Perlindungan
Konsumen bagi Pengguna Jasa Bandar Udara dan
Unsur-Unsur Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Bandar
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PENGELOLA BANDAR UDARA
DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA
PENGGUNA JASA BANDAR UDARA DALAM
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan Tanggung Jawab
Pengelola Bandar Udara dalam Memberikan Pelayanan
Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara dalam Perspektif
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang isinya antara lain memuat:
Standar Pelayanan Bandar Udara PT Angkasa Pura II
(Persero), Kerugian yang Dialami Pengguna jasa Bandar
Udara, Tanggung Jawab PT Angkasa Pura II (Persero)
terhadap Kerugian yang Dialami oleh Pengguna Jasa
Bandar Udara dan Penyelesaian Tuntutan Kerugian
Pengguna Jasa Bandar Udara.
BAB V : PENUTUP
BANDAR UDARA
A. Pengertian dan Pengaturan Bandar Udara
1. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia.5
Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat
lepas landas dan mendarat. Bandar Udara yang paling sederhana
minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar
biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator
pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
2. Menurut Anex 14 dari ICAO ( International Civil Aviation
Organization ).6
Bandar Udara adalah Area tertentu di daratan atau perairan (termasuk
bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara
keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat.
3. Menurut PT Angkasa Pura II (Persero).
Bandar Udara adalah Lapangan udara, termasuk segala bangunan dan
peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin
tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.
5
Hasan Sadily, Kamus Bahasa Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1986, Hlm 124. 6
4. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 tahun
2001 tentang Kebandarudaraan.
Bandar Udara adalah Lapangan terbang yang dipergunakan
untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, dan naik turunnya
penumpang atau bongkar muatan kargo atau pos, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan penerbangan.
5. Menurut Pasal 1 angka 33 UURI No. 1 Tahun 1999 tentang
Penerbangan.
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat
udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar
muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
Rumusan usul Pasal 1 angka 11 RUU Penerbangan berasal dari
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992. Pengertian
Bandar Udara disini mempunyai pengertian umum yang dapat berarti
pula dalam bahasa Inggrisnya airport atau aerdrome atau landing
area atau airfield atau air strip. Pengertian Bandar Udara dalam pasal
1 angka 11 UURI No. 15 Tahun 1992, ini mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan pengertian Bandar Udara menurut bahasa
mengandung unsusr sistem transportasi nasioanl dengan menggunakan
kata-kata “sebagai tempat pemindahan antar moda”. Kalimat tersebut
dimaksudkan sebagai keterkaitannya dengan moda darat atau moda
perairan.7
Bandar Udara Umum adalah Bandar Udara yang dipergunakan
untuk melayani kepentingan umum sedangkan Bandar Udara khusus
adalah Bandar Udara yang penggunaannya hanya untuk menunjang
kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan untuk umum,
penyelenggaranya adalah unit pelaksana teknis/satuan kerja Bandar
Udara atau badan usaha kebandarudaraan.8
Bandar Udara domestik (Pasal 1 angka 36 UURI No. 1 Tahun
2009) adalah Bandar udara yang ditetapkan sebagai Bandar Udara
yang melayani rute penerbangan dalam negeri. Didalam konsep RUU
Penerbangan tidak terdapat usulan mengenai pengertian Bandar Udara
Domestik, di dalam UURI No. 15 Tahun 1992 juga tidak ditemui
pengaturan mengenai Bandar Udara Domestik. Ketentuan baru yang
sebelumnya tidak dapat diusulkan dalam RUU Penerbangan, namun
demikian dipandang perlu ditambahkan dalam UURI No.1 Tahun
2009, mengingat di dalam pasal-pasalnya akan menemui pengaturan
berkenaan dengan penyelenggaraan Bandara.
7
H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan UURI No. 1 Tahun 2009 Bagian Pertama, Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm 65.
8
Bandar Udara Internasional (Pasal 1 angka 37 UURI No. 1
Tahun 2009) adalah Bandar Udara yang ditetapkan sebagai Bandar
Udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute
penerbangan dari dan ke luar negeri. Di dalam konsep RUU
Penerbangan juga tidak terdapat usulan mengenai pengertian Bandar
Udara Internasional, ketentuan tersebut merupakan ketentuan baru
yang sebelumnya tidak diusulkan dalam RUU Penerbangan, namun
demikian dipandang perlu ditambahkan dalam UURI No.1 Tahun
2009, mengingat di dalam pasal-pasalnya akan menemui pengaturan
berkenaan dengan penyelenggaraan Bandar Udara.9
Disamping pengertian dan sejarah Bandar Udara, maka fungsi
Bandar Udara adalah sebagai tempat pemindahan moda transportasi
dari darat ke udara, sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah dan
pusat, memberi fasilitas bagi pesawat terbang mendarat dan landas.
Pengaturan Bandar Udara meliputi memberi pelayanan kepada
pengguna jasa, merawat fasilitas yang ada, sehingga tetap terjaga,
pengembangan Bandar Udara sangat diperlukan dalam menigkatkan
pelayanan kepada para pengguna jasa Bandar Udara, 10 jika
pengembangan tidak segera dilakukan akan berpotensi:
9
H.K. Martono, Op.Cit, hlm 67.
10
a. Menyulitkan pengaturan operasional penerbangan baik darat
maupun di udara;
b. Akan terjadinya penambahan biaya operasional bagi airlines;
c. Mengakibatkan berkurangnya tingkat pelayanan jasa pengguna
jasa Bandar Udara.
Penerbangan dan Kebandarudaraan diselenggarakan
berdasarkan beberapa asas sebagai berikut, yaitu:11
a. Manfaat;
b. Usaha Bersama dan Kekeluargaan;
c. Adil dan Merata;
d. Keseimbangan, Keserasian, dan Keseimbangan;
e. Kepentingan Umum;
f. Keterpaduan;
g. Tegaknya Hukum;
h. Kemandirian;
i. Keterbukaan dan Anti Monopoli;
j. Berwawasan Lingkungan Hidup;
k. Kedaulatan Negara;
l. Kebangsaan;
m. Kenusantaraan.
Penerbangan dan Kebandarudaraan juga diselenggarakan
dengan tujuan:
11
a. Mewujudkan penyelenggaraan yang tertib, teratur, selamat,
aman, nyaman, dengan harga yang wajar dan menghindari
praktek persaingan usaha yang tidak sehat;
b. Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui
udara dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara
dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional;
c. Membina jiwa kedirgantaraan;
d. Menjunjung kedaulatan Negara;
e. Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan
industri angkutan udara nasional;
f. Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan nasional;
g. Memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka
perwujudan Wawasan Nusantara;
h. Meningkatkan ketahanan nasional;
i. Mempererat hubungan antar bangsa.
Penetapan lokasi Bandar Udara dalam UURI No. 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan, ditetapkan oleh Menteri. Penetapan lokasi
Bandar Udara ini memuat titik koordinat Bandar Udara dan rencana
induk Bandar Udara.12
Penetapan lokasi Bandar Udara dilakukan dengan
memperhatikan:
12
a. Rencana induk nasional Bandar Udara;
b. Keselamatan dan keamanan penerbangan;
c. Keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan
kegiatan lain terkait di lokasi Bandar Udara;
d. Kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah,
teknis pembangunan, dan pengoperasian serta;
e. Kelayakan lingkungan.
Pembangunan Bandar Udara sebagai bangunan gedung dengan
fungsi khusus, pembangunannya wajib memperhatikan ketentuan
keselamatan dan keamanan penerbangan, mutu pelayanan jasa
kebandarudaraan, kelestarian lingkungan, serta keterpaduan intermoda
dan multimoda.
Izin mendirikan bangunan Bandar Udara ditetapkan oleh
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Izin
mendirikan bangunan Bandar Udara diterbitkan setelah memenuhi
syarat bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan, rekomendasi
yang diberikan oleh instansi terkait terhadap utilitas dan aksesibilitas
dalam penyelenggaraan Bandar Udara, bukti penetapan lokasi Bandar
Udara, rancangan teknik terinci fasilitas pokok Bandar Udara, dan
kelestarian lingkungan.
Setiap Bandar Udara yang dioperasikan wajib memenuhi
ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan, serta ketentuan
Udara untuk Bandara yang melayani pesawat udara dengan kapasitas
lebih dari 30 (tiga puluh) tempat duduk atau dengan berat maksimum
tinggal landas lebih dari 5.700 (lima ribu tujuh ratus) kilogram atau
register Bandara untuk Bandar Udara yang melayani pesawat udara
dengan kapasitas maksimum 30 (tiga puluh) tempat duduk atau
dengan berat maksimum tinggal landas lebih dari 5.700 (lima ribu
tujuh ratus) kilogram kepada Bandara yang telah memenuhi ketentuan
keselamatan penerbangan.13
Sertifikat dan register Bandara diberikan setelah Bandara
memiliki buku pedoman pengoperasian Bandar Udara (aerodrome
manual) yang memenuhi persyaratan teknis tentang personel, fasilitas,
prosedur operasi Bandara dan system manajemen keselamatan operasi
Bandara.
Setiap orang yang mengoperasikan Bandar Udara tidak
memenuhi ketentuan pelayanan jasa Bandar Udara maka akan
dikenakan sanksi administratif berupa peringatan, penurunan tariff
jasa Bandar Udara dan/atau pencabutan sertifikat.
B. Pelayanan Jasa Bandar Udara
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992
pelayanan jasa penunjang angkutan udara dan Bandar Udara belum diatur,
namun demikian telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40
13
Tahun 1995 yang kemudian diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2000 tentang Angkutan Udara, Menurut usul tersebut untuk
menunjang kegiatan Bandar Udara dapat diusahakan kegiatan usaha
penunjang Bandar Udara yang berupa kegiatan yang secara langsung
berhubungan dengan kegiatan angkutan udara.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009,
kegiatan usaha penunjang angkutan udara diatur dalam Bab XI Pasal 232
sampai dengan pasal 239. Menurut pasal 232 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, untuk menunjang kegiatan pengusahaan
Bandar Udara dapat dilaksanakan kegiatan usaha penunjang Bandar
Udara.14 Kegiatan pengusahaan Bandar Udara tersebut dapat berupa
pelayanan jasa kebandarudaraan meliputi: pelayanan jasa pesawat udara,
penumpang, barang dan pos yang kegunaannya untuk penyediaan atau
pengembangan terhadap fasilitas pada kegiatan pelayanan pendaratan, lepas
landas, manuver, parkir, dan penyimpanan pesawat udara, fasilitas terminal
untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan pos, fasilitas elektronika,
listrik, air, dan instalasi limbah buangan dan lahan untuk bangunan,
lapangan, dan industri serta gedung atau bangunan yang berhubungan
dengan kelancaran angkutan udara.15 Yang terakhir dapat berupa pelayanan
jasa terkait Bandar Udara meliputi kegiatan: jasa terkait untuk menunjang
kegiatan pelayanan operasi pesawat udara di Bandar Udara di Bandar Udara
yang terdiri atas penyediaan hanggar pesawat udara, perbengkelan pesawat
14
H.K. Martono, Hukum Angkutan Udara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 179.
15
udara, pergudangan, katering pesawat udara, pelayanan teknis penanganan
pesawat udara di darat ( ground handling ), pelayanan penumpang dan
bagasi, serta penanganan kargo dan pos. Jasa terkait untuk menunjang
kegiatan pelayanan penumpang dan barang yang terdiri atas penyediaan
penginapan atau hotel dan transit hotel, penyediaan toko dan restoran,
penyimpanan kendaraan bermotor, pelayanan kesehatan, perbankan dan atau
penukaran uang, transportasi darat. Jasa terkait untuk memberikan nilai
tambah bagi pengusahaan Bandar Udara terdiri atas penyediaan tempat
bermain dan rekreasi, penyediaan fasilitas perkantoran, penyediaan fasilitas
olahraga, penyediaan fasilitas pendidikan dan pelatihan, penyediaan bahan
bakar kendaraan bermotor dan periklanan.
Pelayanan jasa kebandarudaraan meliputi pelayanan jasa pesawat
udara, penumpang, barang, dan pos dapat diselenggarakan oleh badan usaha
Bandar Udara untuk Bandar Udara yang diusahakan secara komersial
setelah memperoleh izin dari Menteri (izin ini diberikan setelah memenuhi
persyaratan administrasi, keuangan dan manajemen, izin Menteri tersebut
tidak dapat dipindahtangankan, jika diketahui maka akan dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan izin) atau dapat juga diselenggarakan oleh
unit penyelenggara Bandar Udara untuk Bandar Udara yang belum
diusahakan secara komersial yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Pelayanan jasa terkait dengan Bandar Udara untuk menunjang
diselenggarakan oleh orang perseorangan warga negara Indonesia dan/atau
badan hukum Indonesia.16
Persyaratan sebagai pelaku penyelenggaraan pelayanan jasa Bandar
Udara diawali dengan badan hukum Indonesia atau perorangan untuk dapat
melaksanakan jasa kegiatan penunjang Bandar Udara didasarkan atas
persetujuan dari penyelenggara Bandar Udara umum. Persetujuan dari
penyelenggara dari bandara udara umum diberikan oleh Badan Usaha
Kebandarudaraan.
Persetujuan dapat berupa surat persetujuan tertulis dan/atau suatu
perjanjian atau kesepakatan bersama tentang pelaksanaan jasa kegiatan
penunjang Bandar Udara yang saling menguntungkan dan merupakan
perjanjian dan/atau sewa menyewa dengan penyelenggara Bandar Udara
umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Setiap penyelenggara Bandar Udara harus membuat prosedur dan
persyaratan persetujuan yang memuat sekurang-kurangnya, jenis bidang
usaha, waktu proses, persyaratan untuk mendapat persetujuan, hak dan
kewajiban, masa berlaku persetujuan dan penyelesaian perselisihan.
Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja Bandar Udara pada Bandar
Udara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan Unit Pelaksana dari Badan
Usaha Kebandarudaraan pada Bandar Udara yang diselenggarakan oleh
Badan Usaha Kebandarudaraan dapat melaksanakan usaha kegiatan
16
penunjang Bandar Udara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Badan Hukum Indonesia atau perorangan untuk mendapat persetujuan
jasa kegiatan penunjang Bandar Udara harus mengajukan permohonan
sesuai contoh surat permohonan dengan melampirkan, akta pendirian
perusahaan oleh notaris bagi badan hukum indonesia atau tanda kenal diri
bagi perorangan, nomor pokok wajib pajak (NPWP), surat keterangan
domisili, surat izin usaha dari instansi yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan, standar prosedur operasi, standar prosedur perawatan,
sertifikat operasi untuk pelayanan jasa penunjang kegiatan penerbangan.
Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/47/III/2007, Kepala Unit Pelaksana / Satuan Kerja Bandar Udara
pada Bandar Udara yang diselenggarakan pemerintah dan/atau Kepala Unit
Pelaksana dari Badan Usaha Kebandarudaraan pada Bandar Udara yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Kebandarudaraan, melakukan evaluasi
terhadap permohonan persetujuan yang disampaikan oleh badan hukum
Indonesia atau perseorangan terhadap keabsahan persyaratan, ketersediaan
fasilitas/ peralatan dan personel sesuai ketentuan yang berlaku, peluang dan
prospek usaha kegiatan penunjang Bandar Udara.
Pemberian persetujuan permohonan dilakukan selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kerja sejak dokumen permohonan diterima secara
lengkap, dalam hal permohonan ditolak, selambat-lambatnya 14 (empat
dan/atau penolakan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara.
Dalam melaksanakan pelayanan jasa kebandarudaraan meliputi
pelayanan terhadap jasa pesawat udara, penumpang, barang, dan pos, badan
usaha Bandar Udara dan unit penyelenggara Bandar Udara wajib memiliki
sertifikat Bandar Udara atau register Bandar Udara, menyediakan fasilitas
Bandar Udara yang laik operasi serta memelihara kelaikan fasilitas Bandar
Udara, menyediakan personel yang mempunyai kompetensi untuk
perawatan dan pengoperasian fasilitas Bandar Udara, mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi personel yang merawat dan mengoperasikan
fasilitas Bandar Udara, menyediakan dan memperbaharui setiap prosedur
pengoperasian dan perawatan fasilitas Bandar Udara, memberikan
pelayanan kepada pengguna jasa Bandar Udara sesuai dengan standar
pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri, menyediakan fasilitas kelancaran
lalu lintas personel pesawat udara dan petugas operasional, menjaga dan
meningkatkan keselamatan, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan di
Bandar Udara, menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban Bandar
Udara, memelihara kelesetarian lingkungan, mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan, melakukan pengawasan dan pengendalian secara
internal atas kelaikan fasilitas Bandar Udara, pelaksanaan prosedur
perawatan dan pengoperasian fasilitas Bandar Udara, serta kompetensi
personel Bandar Udara dan memberikan laporan secara berkala kepada
tersebut akan dikenakan sanksi administratif berupa: peringatan, pembekuan
izin, dan/atau pencabutan izin.
Pelayanan jasa kebandarudaraan yang dilaksanakan oleh badan usaha
Bandar Udara diselenggarakan berdasarkan konsesi dan/atau bentuk lainnya
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan diberikan oleh Menteri dan
dituangkan dalam perjanjian. Hasil konsesi dan/atau bentuk lainnya tersebut
merupakan pendapatan negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Badan usaha Bandar Udara dapat menyelenggarakan 1(satu) atau
lebih Bandar Udara yang diusahakan secara komersial.
Pengusahaan Bandar Udara baik terhadap pelayanan jasa
kebandarudaraan ataupun terhadap pelayanan jasa terkait Bandar Udara
yang dilakukan oleh badan usaha Bandar Udara, seluruh atau sebagian besar
modalnya harus dimiliki oleh badan hukum Indonesia atau warga negara
Indonesia. Dalam hal modal badan usaha Bandar Udara yang dimiliki oleh
badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia tersebut terbagi atas
beberapa pemilik modal, salah satu pemilik modal nasional harus tetap lebih
besar dari keseluruhan pemegang modal asing.
Menurut keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, terdapat
berbagai jenis usaha penunjang kegiatan Bandar Udara.17 Usaha-usaha
kegiatan penunjang Bandar Udara tersebut antara lain hotel reservation
services, shops, restaurants, car parking, services cleaning, automatic
check-in system services, refueling, general maintenance, porter, postal
17
services, telecommunication services, playground and recreation center,
greeting services, travel agents, money exchange, ground transportation
services, left baggage services, advertisement services, first class lounge,
businness class lounge, VIP class lounge, hair dresser and beauty salon,
agrobusiness services, nursery services, insurance agents, business center,
vending machine dan lain-lain sebagai berikut:18
a. Usaha jasa penyediaan penginapan/hotel merupakan kegiatan
untuk melayani jasa perhotelan bagi penumpang dan
pengunjung Bandar Udara yang meliputi pemesanan hotel
(Hotel Reservation Services) dan penyelenggaraan hotel,
sedangkan usaha jasa penyediaan toko merupakan kegiatan
usaha penjualan barang-barang untuk melayani keperluan
penumpang dan pengunjung Bandar Udara. Usaha jasa
penyediaan restoran dan bar merupakan kegiatan usaha untuk
penjualan makanan dan minuman untuk melayani keperluan
penumpang dan pengunjung Bandar Udara;
b. Usaha jasa penempatan kendaraan bermotor/parkir merupakan
kegiatan penyelenggaraan perparkiran kendaraan bermotor di
Bandar Udara, sedangkan usaha jasa perawatan pada umumnya
merupakan kegiatan jasa yang melayani pembersihan dan
pemeliharaan gedung dan kantor di Bandar Udara. Usaha jasa
18
penyediaan otomatisasi pelaporan keberangkatan penerbangan
(Automatic Check-in System Services);
c. Usaha jasa pelayanan penunjang Bandar Udara lainnya antara
lain penjualan bahan bakar dan pelumas kendaraan bermotor di
Bandar Udara dan melayani kebutuhan bahan bakar dan
pelumas kendaraan bermotor di Bandar Udara, jasa pelayanan
pengangkutan barang penumpang di terminal kedatangan dan
pemberangkatan, jasa pelayanan pos (postal services) untuk
melayani kebutuhan jasa pos bagi penumpang dan pengunjung
Bandar Udara, jasa pelayanan komunikasi (telecommunication
services) untuk melayani jasa telekomunikasi bagi penumpang
dan pengunjung Bandar Udara, jasa tempat bermain dan rekreasi
(play ground and recreation centre) yang menyelenggarakan
tempat bermain dan rekreasi bagi penumpang dan pengunjung
Bandar Udara, jasa haluan wisata (greeting service) untuk
penjemputan dan/atau pengantaran penumpang pesawat udara di
gedung terminal, agen perjalanan (Travel Agent) yang mengatur
dan menyelenggarakan perjalanan penumpang dan pengunjung
Bandar Udara, bank untuk pelayanan jasa perbankan di udara,
penukaran uang (Money Changer) untuk melayani penukaran
mata uang asing di Bandar Udara, jasa pelayanan angkutan darat
(Ground Transportation Services) yang menyelenggarakan jasa
pengunjung Bandar Udara, seperti taksi dan bus, penitipan
barang (Left Baggage Services) merupakan penitipan
barang-barang milik penumpang dan pengunjung Bandar Udara, jasa
advertensi (Advertising Services) merupakan usaha periklanan
Bandar Udara, First Class Lounge, Businness Class Longue dan
VIP Room untuk memberikan pelayanan ruangan secara khusus
kepada penumpang pesawat udara meliputi antara lain
penyediaan makanan kecil dan minuman, penyediaan bahan
bacaan serta pelayanan khusus lainnya, Hairdresser and Beauty
Salon yang melayani pangkas, penataan rambut dan perawatan
kecantikan pada umumnya, Agrobusinnes Services di bidang
pertanian dengan memanfaatkan lahan di daerah Bandar Udara
untuk jenis tanaman tertentu berumur pendek, Nursery yang
melayani penitipan bayi di Bandar Udara, asuransi (Insurance
Agent) menyediakan pelayanan di bidang asuransi, jasa
penyediaan ruangan (Businness Center) yang menyediakan
pelayanan ruangan dan penyediaan peralatan maupun tenaga
untuk keperluan pertemuan dan/atau usaha, Vending Machine
merupakan kegiatan penjualan barang atau jasa dengan
menggunakan mesin otomatis, jasa pengolaan limbah buangan,
lainnya yang secara langsung atau tidak langsung menunjang
kegiatan Bandar Udara.19
1. Pelayanan dan Fasilitas Khusus
Penyandang cacat, orang sakit, lanjut usia, dan anak-anak berhak
memperoleh pelayanan berupa pemberlakuan dan fasilitas khusus dari
badan usaha Bandar Udara atau unit penyelenggara Bandar Udara
yaitu meliputi: pemberian prioritas pelayanan di terminal,
menyediakan fasilitas untuk penyandang cacat selama di terminal,
sarana bantu bagi orang sakit, menyediakan fasilitas untuk ibu
merawat bayi (nursery), tersedianya personel yang khusus bertugas
untuk melayani atau berkomunikasi dengan penyandang cacat, orang
sakit, dan lanjut usia serta tersedianya informasi atau petunjuk tentang
keselamatan bangunan bagi penumpang di terminal dan sarana lain
yang dapat dimengerti oleh penyandang cacat, orang sakit, dan lanjut
usia.20
C. Otoritas dan Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara 1. Otoritas Bandar Udara
Otoritas Bandar Udara sendiri ditetapkan oleh dan bertanggung jawab
kepada Menteri dan dapat dibentuk untuk satu atau beberapa Bandar
19
Ibid, hlm 187.
20
Udara terdekat serta dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi
dengan pemerintah daerah setempat.
Otoritas Bandar Udara mempunyai tugas dan tanggung jawab:21
a. Menjamin keselamatan, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan
di Bandar Udara;
b. Memastikan terlaksana dan terpenuhinya ketentuan keselamatan
dan keamanan penerbangan, kelancaran dan kenyamanan di
Bandar Udara;
c. Menjamin terpeliharanya pelestarian lingkungan Bandar Udara;
d. Menyelesaikan masalah-masalah yang dapat mengganggu
kelancaran kegiatan operasional Bandar Udara yang dianggap
tidak dapat diselesaikan oleh instansi lainnya;
e. Melaporkan kepada pimpinan tertingginya dalam hal pejabat
instansi di Bandar Udara, melalaikan tugas dan tanggung
jawabnya serta mengabaikan dan/atau tidak menjalankan
kebijakan dan peraturan yang ada di Bandar Udara;
f. Melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada
Menteri.
Wewenang dari otoritas Bandar Udara yaitu:22
a. Mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan di Bandar Udara;
21
Pasal 228 UURI No. 1 Tahun 2009.
22
b. Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan
ketentuan keselamatan, keamanan, kelancaran, serta
kenyamanan penerbangan di Bandar Udara;
c. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
ketentuan pelestarian lingkungan;
d. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi penggunaan lahan
daratan dan/atau perairan Bandar Udara sesuai dengan rencana
induk Bandar Udara;
e. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi penggunaan kawasan
keselamatan operasional penerbangan dan daerah lingkungan
kerja Bandar Udara serta daerah lingkungan kepentingan Bandar
Udara;
f. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan standar
kinerja operasional pelayanan jasa di Bandar Udara;
g. Memberikan sanksi administratif kepada badan usaha Bandar
Udara, unit penyelenggara Bandar Udara, dan atau badan usaha
lainnya yang tidak memenuhi ketentuan keselamatan,
keamanan, kelancaran serta kenyamanan penerbangan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan aparat otoritas Bandar Udara merupakan pegawai
negeri sipil yang memiliki kompetensi di bidang penerbangan sesuai
dengan standar dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri.23
23
2. Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara
Pengertian tanggung jawab sangat luas, namun demikian
menurut Peter Salim24 dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar masing-masing tanggung jawab dalam arti accountability,
responsibility, dan liability.25 Demikian pula menurut Henry Campbell
Black.26 Tanggung jawab dalam arti accountability biasanya berkaitan
dengan keuangan,27 pembayaran atau pembukuan, misalnya dalam
kalimat: Dimintakan “pertanggungan jawab” atas hasil
pembukuannya.
Tanggung jawab dalam arti responsibility dapat diartikan ikut
memikul beban akibat suatu perbuatan atau dapat berarti kewajiban
memperbaiki kembali kesalahan yang pernah terjadi.
Tanggung jawab dalam arti liability dapat diartikan kewajiban
membayar ganti kerugian yang diderita. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, tanggung jawab dalam arti liability berarti
menanggung segala sesuatu kerugian yang terjadi akibat perbuatannya
atau perbuatan orang lain yang bertindak untuk dan atas namanya.
24
Peter Salim, Contemporary English-Indonesian Dictionary, Modern English Press, Jakarta, 1985, hlm 28.
25
Ida Bagus Rahmadi Supancana, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Kedirgantaraan Kumpulan Makalah dan Paparan Ilmiah, CV. Mitra Karya, Jakarta, 2003, hlm 102-125.
26
E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan, CV. Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm 131.
27
Menurut Pasal 240 ayat 1 UU No. 1/2009 tentang
Penerbangan, badan usaha Bandar Udara bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna jasa Bandar Udara
dan/atau pihak ketiga yang diakibatkan oleh pengoperasian Bandar
Udara.
Berdasarkan ketentuan ini, penumpang sebenarnya dapat
meminta tanggung jawab terhadap operator Bandar Udara apabila
terjadi kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian yang
disebabkan oleh operator Bandar Udara.
Berdasarkan hukum angkutan udara internasional, ketentuan
tanggung jawab tidak dimaksudkan sebagai penghambat dunia
penerbangan melainkan untuk menjamin keselamatan dan
kenyamanan penumpang. Pembebanan tanggung jawab kepada
pengelola bandara tidak berarti mengurangi tanggung jawab dari
maskapai udara. Tiap-tiap pihak tentu wajib tanggung jawab sesuai
porsinya, termasuk juga dengan penumpang.
Pada akhirnya, ketentuan hukum tidak dimaksudkan untuk
mencari siapa yang salah dan benar saat terjadi kecelakaan dan insiden
penerbangan. Hal ini diperlukan untuk menyempurnakan sistem agar
transportasi udara dapat lebih aman dan nyaman.
Dalam bidang penerbangan dan kegiatan Bandar Udara dapat
prinsip-prinsip tanggung jawab. Sistem mana yang terbaik, terutama bagi
Indonesia, tergantung kepada siapa yang ingin dilindungi dan sampai
dimana tingkat perlindungan itu, yang terdiri atas:28
1. Sistem Warsawa 1929
Dalam Sistem Warsawa ini dipergunakan prinsip Presumption
of Liability , prinsip Presumption of Non Liability, dan prinsip
Limitation of Liability. Prinsip Presumption of Liability
dipergunakan untuk tanggung jawab terhadap penumpang,
bagasi tercatat (register baggage atau checked baggage yaitu
bagasi penumpang yang sebelum keberangkatan diserahkan
kepada pengangkut untuk diangkut dengan kargo).
Prinsip Presumption of Non Liability dipergunakan untuk
tanggung jawab terhadap bagasi tangan atau handbaggage yaitu
barang-barang yang dibawa oleh dan berada dibawah
pengawasan sendiri. Kedua prinsip ini dikombinasikan dengan
prinsip Limitation of Liability.
Prinsip Presumption of Liability mempunyai arti bahwa
pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab terhadap
kerugian yang dialami penumpang karena ia mengalami
kecelakaan atau bagasi tercatatnya hilang atau untuk kerugian
28
yang dialami oleh pengirim atau penerima kargo, karena
kerusakan atau kehilangan.29
Dengan prinsip ini maka pihak yang mengalami kerugian tidak
mempunyai beban untuk membuktikan bahwa ia punya hak atas
ganti rugi. Dengan perkataan lain, prinsip ini mengakibatkan
adanya suatu pengalihan beban pembuktian, oleh karena sistem
Warsawa pengangkut dapat meniadakan praduga bahwa ia
bertanggung jawab, apabila ia dapat membuktikan bahwa ia
telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk
mencegah timbulnya kerugian. Dalam hukum Anglosakson,
prinsip ini juga disebut “res ipsa loquitur” atau the thing speaks
for itself yang artinya pengangkut sudah dengan sendirinya
bertanggung jawab dan tidak perlu dibuktikan lagi dalam prinsip
ini ada atau tidak adanya kesalahan tidak relevan.30
Prinsip ini dengan sendirinya lebih berat bagi pengangkut
karena dia dianggap selalu bertanggung jawab, dan sebagai
imbangannya prinsip ini disertai prinsip pembatasan tanggung
jawab, artinya tanggung jawab pengangkut dibatasi sampai
jumlah tertentu.
Sebaliknya untuk bagasi tangan berlaku prinsip Presumption of
Non Liability yaitu bahwa pengangkut dianggap selalu tidak
bertanggung jawab untuk kerugian yang ditimbulkan pada
29
John. M. Echols & Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1986, Hlm 130.
30
bagasi tangan. Memang wajar apabila prinsip tanggung jawab
untuk bagasi tangan merupakan kebalikan dari prinsip tanggung
jawab untuk bagasi tercatat, oleh karena bagasi tangan tetap
berada dibawah pengawasan penumpang sendiri (things of
which the passanger takes charge himself). Dalam hal ini
penumpanglah yang harus membuktikan bahwa pengangkut
bertanggung jawab, misalnya bahwa kerugian pada bagasi
tangan disebabkan karena kelalaian pengangkut atau perbuatan
sengaja.31
2. Sistem Roma
Dalam Konvensi Roma tahun 1933 yang kemudian digantikan
dengan Konvensi Roma tahun 1952 yang mengatur tanggung
jawab oeprator pesawat udara asing untuk kerugian yang
diderita pihak ketiga di permukaan bumi dipergunakan prinsip
tanggung jawab mutlak (absolut liability atau strict liability) dan
prinsip pembatasan tanggung jawab. Dengan prinsip ini operator
pesawat udara tidak dapat membebaskan diri dari tanggung
jawab.
Dengan sendirinya prinsip tanggung jawab mutlak lebih berat
bagi pihak yang bertanggung jawab, oleh karena ia tidak dapat
membebaskan diri.
31
3. Sitem Montreal
Dalam bulan Oktober tahun 1965 Amerika Serikat menyatakan
akan mengundurkan diri sebagai peserta Konvensi Warsawa
tahun 1929, karena menganggap bahwa limit tanggung jawab
yang ditetapkan dalam Konvensi Warsawa, meskipun telah
dinaikkan dua kali lipat oleh Protokol The Hague tahun 1955
yang mengamendir Konvensi Warsawa, masih terlalu rendah.
Pengunduran diri akan mulai berlaku bulan Mei tahun 1966,
yaitu 6 (enam) bulan kemudian sesuai dengan ketentuan dalam
Konvensi Warsawa.
Pengunduran Amerika Serikat sebagai peserta Konvensi
Warsawa oleh International Air Transport Association (IATA)
yaitu asosiasi perusahaan penerbangan internasional dianggap
sebagai suatu hal yang sangat serius, oleh karena akan
mengakibatkan perusahaan penerbangan yang mengangkut
penumpang berbangsa Amerika Serikat ada kemungkinan bila
digugat di Amerika Serikat, akan diharuskan membayar ganti
rugi yang jauh lebih tinggi dari pada apa yang mungkin harus
dibayarkan berdasarkan Konvensi Warsawa atau Protokol The
Hague. Oleh karena itu IATA dan perusahaan penerbangan yang
tergabung didalamnya bersedia mengadakan suatu perjanjian
khusus dengan pemerintah Amerika Serikat, yang dikenal
Perjanjian ini dapat mencegah Amerika Serikat keluar dari
Konvensi Warsawa 1929. Dengan perjanjian ini, yang berlaku
khusus bagi penerbangan dari dan melalui Amerika Serikat,
perusahaan penerbangan menyepakati hal-hal sebagai berikut:
a. Prinsip tanggung jawab yang dipakai adalah prinsip
tanggung jawab mutlak.
b. Jumlah ganti rugi maksimal adalah US$ 75.000 (tujuh
puluh lima ribu US dolar), termasuk biaya perkara atau
US$ 58.000 (lima puluh delapan ribu US dolar) tidak
termasuk biaya perkara.
c. Dalam waktu 5 (lima) tahun harus diusahakan suatu
konvensi internasional baru untuk menggantikan konvensi
Warsawa.32
4. Sistem Guatemala
Lima tahun setelah Montreal Interim Agreement 1966, di
Guatemala oleh International Civil Aviation Organization
(ICAO), suatu badan khusus PBB, diselenggarakan suatu
Konferensi Diplomatik mengenai Hukum Udara Internasional,
yang kemudian menghasilkan Protokol Guatemala tahun 1971,
yang berisikan amandemen-amandemen yang mendasar pada
Konvensi Warsawa tahun 1929. Dalam protokol ini pada
dasarnya dipergunakan pirnsip-prinsip yang sama seperti dalam
32
Montreal Interim Agreement, khusus untuk penumpang dan
bagasinya, sedangkan untuk kargo dan keterlambatan masih
dipergunakan prinsip presumption of liability. Untuk
penumpang limit tanggung jawab ditetapkan sebesar US$ 100.
000 (Seratus ribu US dolar) dan dinyatakan sebagai suatu
unbreakable limit, suatu limit yang tidak dapat dilampaui dalam
hal apapun juga.
5. Sistem Ordonansi Pengangkutan Udara
Sistem Ordonansi Pengangkutan Udara sama dengan sistem
Warsawa, kecuali dalam satu hal, yaitu untuk tanggung jawab
terhadap kerugian yang disebabkan oleh karena keterlambatan.
Dalam Warsawa, tanggung jawab untuk keterlambatan tunduk
pada prinsip yang sama, sedangkan dalam Ordonansi
Pengangkutan Udara, pengangkut diberi kesempatan untuk
membebaskan diri dari tanggung jawab dengan suatu perjanjian
khusus dengan pemakai jasa angkutan udara.33
6. Sistem Flat Rate
Sistem ini bermula dari suatu kebijakan pemerintah setelah
peristiwa kecelakaan pesawat udara yang mengangkut jemaah
haji, tahun 1974 dan 1975 di Srilangka.
Dengan demikian maka dapat kita tafsirkan bahwa dengan
sistem ini prinsip yang digunakan adalah prinsip tanggung
33
jawab mutlak, meskipun tafsiran ini mungkin keliru karena
belum pernah ada kasus pengangkut dibebaskan dari tanggung
jawab karena alasan tertentu. Salah satu unsur dari adanya
tanggung jawab mutlak ialah bahwa pengangkut tidak dapat
membebaskan diri dari tanggung jawabnya karena alasan
apapun juga, kecuali kesalahan pihak yang dirugikan sendiri
atau inherent vice of the goods.
Dalam konsep RUU untuk menggantikan Ordonansi
Pengangkutan Udara, yang disusun oleh tim konsultan untuk
departemen perhubungan dalam hal ini Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara tahun 1986 telah diusulkan suatu sistem
yang memakai prinsip tanggung jawab mutlak, dikombinasikan
dengan sistem flat rate, yaitu berupa pembayaran suatu jumlah
tertentu secara otomatis, dengan membuka kemungkinan untuk
menuntut ganti rugi melebihi jumlah tersebut sampai suatu limit
tertentu, dengan syarat beban pembuktian mengenai alasan
untuk jumlah tambahan tersebut. Konsep diatas menjadi suatu
perbandingan antara berbagai sistem tanggung jawab tersebut.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan Pasal 138 ayat (2) bahwa badan usaha
Bandar Udara, unit penyelenggara Bandar Udara, badan usaha
pergudangan, atau badan usaha angkutan udara niaga yang melakukan
wajib menyediakan tempat penyimpanan atau penumpukan serta
bertanggung jawab terhadap penyusunan system dan prosedur
penanganan barang khusus dan/atau berbahaya selama barang tersebut
belum dimuat kedalam pesawat udara. Apabila melanggar ketentuan
pengangkutan barang berbahaya tersebut maka akan dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan dan/atau pencabutan izin.
Dan juga menyadari betapa pentingnya peran asuransi, dalam
pasal 62 Bab VIII UURI No. 1 Tahun 2009, mengatur asuransi dalam
pengoperasian pesawat udara. Setiap orang ( termasuk badan hukum)
yang mengoperasikan pesawat udara wajib mengasuransikan:
a. Pesawat udara yang dioperasikan;
b. Personel pesawat udara yang dioperasikan;
c. Tanggung jawab kerugian yang diderita oleh orang atau badan
hukum yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
pengoperasian pesawat udara dengan suatu ikatan hukum;
d. Tanggung jawab pihak ketiga atau orang atau badan hukum
yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
pengoperasian pesawat udara dengan suatu ikatan hukum, tetapi
mendapat kerugian akibat dari pengoperasian pesawat udara
tersebut;
e. Kegiatan investigasi insiden dan kecelakaan pesawat udara.
Dalam RUU Penerbangan tidak terdapat usul yang mewajibkan
yang dioperasikan, tanggung jawab kerugian orang atau badan
hukumyang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
pengoperasian pesawat udara dengan suatu ikatan hukum, tanggung
jawab kerugian pihak ketiga atau orang atau badan hukum yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan pengoperasian
pesawat udara dengan suatu ikatan hukum, tetapi mendapat akibat dari
pengoperasian pesawat udara tersebut, dan kegiatan investigasi
insiden dan kecelakaan pesawat udara.34
Dalam UURI No. 15 Tahun 1992 kewajiban asuransi awak
pesawat udara terdapat dalam pasal 48 (empat puluh delapan). Setiap
orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara wajib
mengasuransikan awak pesawat udara yang dipekerjakannya.
Asuransi penerbangan mempunyai peran yang sangat penting
dalam dunia penerbangan terutama asuransi tanggung jawab
pengangkut terhadap penumpang, pengirim barang, tanggung jawab
terhadap pihak ketiga, tanggung jawab penyelenggara Bandar Udara,
asuransi awak pesawat udara, dan asuransi pesawat udara.
D. PT Angkasa Pura II (Persero) Medan sebagai Pengelola Bandar Udara
PT Angkasa Pura II (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dibidang pengelolaan dan pengusahaan Bandar Udara di Indonesia,
34
bersama dengan PT Angkasa Pura I yang menitikberatkan pelayanan pada
Indonesia Bagian Timur.
Angkasa Pura II berkantor pusat di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Sejarah PT Angkasa Pura II (Persero) didirikan
pada 13 Agustus 1984. Pada saat pendiriannya, Angkasa Pura II secara
khusus diberi tugas mengelola Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Bandar
Udara Halim Perdana Kusuma.
Sedangkan pengoperasiannya, PT Angkasa Pura II (Persero)
menitikberatkan Bandar Udara di wilayah barat Indonesia, yaitu:35
1. Bandara Internasional Soekarno-Hatta;
2. Bandara Halim PerdanaKusuma;
3. Bandara Husein Sastranegara;
4. Bandara Polonia;
5. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II;
6. Bandara Sultan Syarif Kasim II;
7. Bandara Minangkabau;
8. Bandara Supadio;
9. Bandara Raja Haji Fisabilillah;
10.Bandara Sultan Thaha;
11.Bandara Depati Amir;
12.Bandara Sultan Iskandar Muda.
35