AKTIVITAS FISIK, ASUPAN LEMAK DAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA REMAJA DI KABUPATEN
DAN KOTAMADYA BOGOR
SYARIFAH HAYATUN NUFUS
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Fisik, Asupan Lemak dan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di Kabupaten dan Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftat Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
ABSTRAK
SYARIFAH HAYATUN NUFUS. Aktivitas Fisik, Asupan Lemak dan Persen Lemak Tubuh Remaja di Kabupaten dan Kotamadya Bogor. Dibimbing oleh Leily Amalia Furkon.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan asupan lemak dengan persen lemak tubuh pada remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah subjek 90 orang, terdiri atas 45 siswa SMPN 3 Cibinong Kabupaten Bogor dan 45 siswa SMPN 8 Kotamadya Bogor. Data asupan energi dan lemak dikumpulkan dengan metode food records selama 4 hari sekolah dan 1 hari libur. Aktivitas fisik diukur dengan metode records 2x24 jam pada satu hari libur dan satu hari sekolah. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan (p<0.05) antara tingkat kecukupan energi ataupun tingkat kecukupan lemak dengan persen lemak tubuh. Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan lemak ataupun persen lemak tubuh dengan status gizi.
Kata kunci: aktivitas fisik, tingkat kecukupan, persen lemak tubuh.
ABSTRACT
SYARIFAH HAYATUN NUFUS. Physical Activity, Fat Intake and Body Fat Percentage of Adolescent in the District and the City of Bogor. Supervised by Leily Amalia Furkon.
This research was aimed to analyze relationship between both physical activity and fat intake with body fat percentage among junior high school-adolescents. The study design used in this study was cross-sectional with 90 subjects;consisted of 45 students in SMPN 3 Cibinong and 45 SMPN 8 in Bogor city. Energy and fat intakes were derived from food consumption which was collected by food record method for four days of weekday and 1 day of weekend. The physical activity was measured by record method of 2x24 hours on weekday and weekend. Spearman correlation test resuls showed that there was significant correlation (p<0.05) between level adequacy of energy and level adequacy of fat with percent body fat. Besides, the significant correlation (p<0.05) was also appeared between energy adequacy level and fat adequacy level with nutritional status, and between body fat percentage and nutritional status.
AKTIVITAS FISIK, ASUPAN LEMAK DAN PERSEN LEMAK
TUBUH PADA REMAJA DI KABUPATEN
DAN KOTAMADYA BOGOR
SYARIFAH HAYATUN NUFUS
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul skiripsi : Aktivitas Fisik, Asupan Lemak dan Persen Lemak Tubuh Remaja di Kabupaten dan Kotamadya Bogor
Nama : Syarifah Hayatun Nufus NIM : I14124033
Disetujui oleh
Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Aktivitas Fisik, Asupan Lemak dan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di Kabupaten dan Kotamadya Bogor dapat diselesaikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Leily Amalia, STP, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikirannya memberikan arahan, saran dan kritikan yang membangun kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.
3. Keluarga tercinta : Said Insya Mustafa (Ayah), Syarifah Yusna (Ibu), Said Tarmizi, Said M Ichsan, dan Syarifah Seicha Fatma.
4. Bapak/Ibu guru dan siswa-siswi sekolah SMPN 3 Cibinong dan SMPN 8 Kota Bogor yang telah bersedia berpartisipasi.
5. Sahabat seperjuangan: Kak Winda, Pina, Tita, Dila, Dina, Kiki, Jijah, Reni, Cicit, Irma, Liris, Titis, Fajar, Nida, Kak Agung, Awan, Pak Agung, Pak Satibi dan seluruh keluarga besar Nutrigenomic (Alih Jenis Gizi Masyarakat Angkatan 06).
6. Teman-teman penghuni kos Pondok Nayyara : Dila, Tita, Kak Eva, Widia, Ade Ningsih, Kak Ipit, Bunda dan Nenek.
7. Seluruh dosen, staff Gizi Masyarakat, dan pihak-pihak lain yang telah membantu penulis yang tidak dapat ditulis satu persatu.
Demikian yang penulis sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Desember 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 2
METODE PENELITIAN 4
Desain, Tempat dan Waktu 4
Cara Pengambilan Subjek 4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4
Pengolahan dan Analisis Data 5
Definisi Operasional 8
HASIL & PEMBAHASAN 9
Karakteristik Subjek 9
Jenis Kelamin 9
Uang Saku 9
Karakteristik Keluarga 10
Pekerjaan Orangtua 10
Pendapatan Orangtua 10
Status Gizi 11
Persen Lemak Tubuh 12
Aktivitas Fisik 13
Konsumsi Pangan 14
Tingkat Kecukupan Zat Gizi 16
Tingkat Kecukupan Energi 16
Tingkat Kecukupan Lemak 17
Asupan Kolesterol 17
Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi, Tingkat
Hubungan Antara Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi, Tingkat Kecukupan
Lemak dengan Persen Lemak Tubuh 19
SIMPULAN & SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
DAFTAR TABEL
1 Pengkategorian variabel penelitian 5
2 Sebaran subjek berdasarkan Jenis Kelamin 9
3 Sebaran subjek berdasarkan Uang saku 9
4 Sebaran subjek berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu 10
5 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan 11
6 ebaran subjek berdasarkan status gizi 11
7 Sebaran subjek berdasarkan persen lemak tubuh 12
8 Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik 13
9 Rata-rata Total Energy Expenditure (TEE) 14
10 Sebaran subjek berdasarkan konsumsi rata-rata pangan subjek 15
11 Sebaran subjek berdasarkan asupan kolesterol 18
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Hubungan antara aktivitas fisik, Asupan Lemak Dengan Persen Lemak Tubuh Pada Remaja
2 Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi 16 3 Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak 17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi
2 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan lemak dengan persestatus gizi
3 Hasil uji korelasi spearman antara aktivitas fisik dengan status gizi 4 Hasil uji korelasi spearman antara asupan kolesterol dengan persen
lemak tubuh
5 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan persen lemak tubuh
6 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan lemak dengan persen lemak tubuh
7 Hasil uji korelasi spearman antara aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh
8 Hasil uji korelasi spearman antara persen lemak tubuh dengan status gizi
9 Hasil uji beda Mann Whitne
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Era modernisasi saat ini yang diikuti dengan kemajuan teknologi memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk melakukan suatu pekerjaan sehingga berakibat menurunnya aktivitas fisik. Gizi merupakan faktor penting dalam kesehatan (Blaney et al. 2008). Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang yang masih belum sepenuhnya teratasi, serta masalah gizi lebih yang sudah banyak ditemukan. Kelebihan gizi diantaranya ditandai dengan kelebihan berat badan dan obesitas, dapat terjadi baik pada anak-anak, remaja maupun pada usia dewasa (Sartika 2011).
Menurut Wicaksono et al. (2012), permasalahan kelebihan berat badan diawali dari konsumsi makanan yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai sehingga kelebihan konsumsi tersebut diubah menjadi timbunan lemak dalam tubuh. Selain itu, kemajuan teknologi yang memudahkan pekerjaan dan menurunkan aktivitas fisik, dapat menyebabkan tingkat kebugaran seseorang semakin menurun, sehingga akan menimbulakan permasalahan lain.
Remaja merupakan salah satu periode dalam kehidupan dalam rentang antara 10 dan 21 tahun, merupakan masa pubertas dan masa proses pematangan fisik dan perkembangan dari masa kanak-kanak menuju periode dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Indrawagita 2009). Hasil penelitian Zaman et al. (2013) menunjukkan bahwa asupan makanan selama remaja memiliki pengaruh kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Salah satu zat gizi sumber energi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan bentuk fisik adalah lemak, baik berasal dari pangan nabati maupun pangan hewani. Asupan lemak yang meningkat dan tidak sesuai dengan aktivitas fisik menyebabkan penimbunan jumlah lemak pada beberapa bagian tubuh. Penimbunan lemak tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa abnormalitas metabolisme lemak dan obesitas. Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan (Effendi 2009). Beberapa faktor utama penyebab obesitas adalah genetik, aktivitas fisik, diet, sosial, lingkungan dan kesehatan (Zalilah et al. 2006).
2
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Mengetahui hubungan aktivitas fisik, asupan lemak dengan persen lemak tubuh pada remaja SMPN 3 Cibinong dan SMPN 8 Bogor.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Menganalisis karakteristik subjek (jenis kelamin, uang saku, pekerjaan orang tua, pendapatan orangtua)
2. Menganalisis status gizi, persen lemak tubuh dan aktivitas fisik subjek 3. Menganalisis konsumsi pangan dan tingkat kecukupan energi dan lemak 4. Menganalisis hubungan aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi, tingkat
Kecukupan lemak, dan persen lemak tubuh dengan status gizi, serta
5. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan lemak dan asupan kolesterol dengan persen lemak tubuh.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak terkait mengenai konsumsi pangan pada subjek, serta memberikan informasi mengenai aktifitas fisik, persen lemak tubuh, dan status gizi, serta informasi mengenai hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan persen lemak tubuh pada remaja.
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu untuk hidup sehat dan produktif (Kementan 2012). Konsumsi makanan saat ini telah mengalami perubahan, tidak lagi mengkonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari beraneka ragam jenis makanan dengan kandungan zat gizi yang lengkap dan seimbang, tetapi cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak terutama lemak jenuh dan kolestelor.
Menurut Almatsier (2003), aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik berupa aerobik juga dapat membantu menurunkan tekanan darah, menurunkan berat badan, ketika aktifitas fisik dikombinasikan dengan nutrisi yang tepat, maka hal tersebut dapat membantu mengendalikan berat badan dan mencegah obesitas yang merupakan faktor resiko utama bagi banyak penyakit.
3
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan aktivitas fisik, asupan lemak dengan persen lemak tubuh
Karakteristik subjek - Jenis Kelamin - Usia
- Uang Saku
- Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua
Konsumsi pangan - Jenis pangan - Jumlah Pangan
Gaya hidup Aktivitas fisik
Tingkat kecukupan zat gizi - Energi
- Lemak
Status Gizi - IMT/U
- Persen Lemak Tubuh
4
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional Study, dikarenakan data dan variabel yang dianalisis dilakukan dalam satu periode yang bersamaan. Penelitan dilakukan di SMPN 8 di Kota Bogor dan SMPN 3 Cibinong Kabupaten Bogor. Sekolah yang dipilih berdasarkan kemudahan proses perizinan, kemudahan dalam akses menuju lokasi, serta kesesuaian waktu yang tersedia antara pihak sekolah dengan peneliti. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan September 2014.
Cara Pengambilan Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah. Menengah Pertama SMPN 3 Cibinong Kabupaten Bogor dan SMPN 8 di Kota Bogor. Subjek penelitian adalah siswa kelas 2 berjumlah 90 subjek, terdiri atas 45 subjek SMPN 3 Cibinong dan 45 subjek SMPN 8 Kota Bogor. Penarikan subjek dilakukan dengan perhitungan jumlah subjek minimal menggunakan rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut :
� = [�2�p − p N] �2 N − + �2�� − � � = . 2[ .99 −2� .+ .9− .2 . 9 ]− .
� = 79 orang Dimana :
n = Jumlah subjek minimal yang diperlukan N = Populasi
Z2α = Derajat kepercayaan (0.05 pada tabel z = 1.96) P = Proporsi (Jika belum ada ditetapkan maksimal 0.5) d = Presisi (limit error 10% atau 0,1)
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah subjek minimal adalah sebanyak 79 orang. Untuk mengantisipasi subjek yang drop out dan kemungkinan data bias maka ditambah 10% dari ukuran minimal subjek sehingga menjadi 90 orang yang terdiri dari 45 siswa SMPN 3 cibinong dan 45 siswa SMPN 8 bogor.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5 timbangan merk camry dengan ketelitian 0.1 kg, tinggi badan diukur menggunakan microtoise, serta persen lemak tubuh diukur secara langsung menggunakan alat khusus merk camry.
Data aktivitas fisik 1x24 jam yang diambil sebanyak 2 kali yaitu pada hari sekolah dan hari libur, diperoleh dengan cara diisi sendiri oleh subjek. Data konsumsi pangan dikumpulkan dengan metode Food record selama 5x24 jam yaitu empat hari sekolah dan satu hari libur. Konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Menurut Supariasa (2001), metode food records dapat memberikan informasi mengenai konsumsi yang mendekati sebenarnya, Menurut Arisman (2002) metode food records paling sedikit dilakukan selama 3 hari dalam seminggu, yaitu 2 hari biasa dan satu hari libur.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan korelasi menggunakan Microsoft Excel 2010 for windows, Nutrisurvey 2007 dan menggunakan Statistical Program for Sosial Science (SPSS) version 16.0 for Windows. Analisis statistik uji hubungan digunakan uji korelasi Spearman, untuk melihat perbedaan digunakan uji beda Mann Whitney dan Independent-test.
Data karakteristik pendapatan diolah secara deskriptif dan dikategorikan menurut BPS (2010), sementara data uang saku dikategorikan berdasarkan sebaran data. Data antropometri berat badan dan tinggi badan diolah untuk mendapatkan data status gizi berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Data status gizi tersebut kemudian dikategorikan menurut standar WHO (2007).
Data konsumsi pangan kemudian dikelompokkan berdasarkan kelompok pangan yang terdapat pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), yaitu serealia dan olahannya, kacang-kacangan dan olahannya, daging dan olahannya, unggas dan olahannya, telur dan olahannya, ikan hasil perikanan, sayuran dan olahannya, buah-buahan, minyak, gula, susu dan olahannya, makanan jajanan.
Data konsumsi pangan kemudian dikonversikan menjadi data asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat menggunakan data kandungan gizi dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut :
Keterangan :
KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Data asupan gizi kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi untuk mendapatkan data tingkat kecukupan gizi. Rumus untuk menentukan AKG contoh adalah sebagai berikut :
6
Keterangan :
AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg)
AKG = Angka kecukupan gizi yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2013).
Perhitugan rata-rata kebutuhan energi sehari ditentukan dengan rumus Total Energy Expenditure (TEE) yaitu didapatkan dari angka metabolisme basal dengan aktivitas fisik. Metabolisme basal atau sering disebut Basal Energy Expenditure (BEE) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan atau energi yang mendukung proses dasar kehidupan. Dalam menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) untuk wanita, digunakan rumus perhitungan yang dikembangkan oleh Harris Benedict.
Proses Estimasi AKE Remaja Pria
Proses Estimasi Remaja Perempuan
Keterangan :
BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (cm)
U = Umur
Angka Kecukupan Lemak (AKL) ditetapkan berdasarkan Hardinsyah et al (2013) untuk remaja pria usia 13-15 tahun sebesar 83 gram dan untuk remaja putri usia 13-15 tahun sebesar 71 gram.
Data aktivitas fisik diolah berdasarkan metode self-record kegiatan sehari. Data tersebut kemudian diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas dalam 24 jam yang dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). PAL dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:Keterangan:
PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
AKGI = (Ba/Bs) x AKG
BEE=65.5+(13.7xBB)+(5.0xTB)-(6.8xU)
BEE=655+(9.6xBB)+(1.8xTB)-(4.7xU)
7 Setelah didapat metabolisme basal dan aktivitas fisik, maka akan didapat kebutuhan energi sehari dengan rumus :
Keterangan:
TEE = Total Energy Expenditure BEE = Basal Energy Expenditure PA = Physical Activity
Secara keseluruhan data yang diperolah dan diolah kemudian dikategorikan sebagai berikut :
Tabel 1 Pengkatagorian variabel penelitian
Variabel Kelompok Sumber Acuan
Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pekerjaan orang tua 0. Tidak bekerja 1. PNS
Pendapatan 1. <Rp 1.000.000 (Rendah) 2. Rp. 1.000.000 – Rp.2.500.000
Persen Lemak Tubuh Laki-laki
8
Tabel 1 Pengkatagorian variabel penelitian (Lanjutan)
Variabel Kelompok Sumber Acuan
Tingkat
Subjek adalah siswa kelas dua SMPN 3 cibinong dan SMPN 8 bogor
Jenis kelamin adalah jenis kelamin contoh yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempua
Uang saku adalah besarnya uang yang diterima contoh setiap hari yang dialokasikan untuk jajan, transportasi, membeli peralatan sekolah dan menabung.
Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang dimiliki orang tua sebagai tumpuan untuk mendapatkan uang dikategorikan menjadi tidak bekerja, PNS, ABRI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh, dan Lain-lain. Pendapatan Keluarga adalah besarnya penghasilan keluarga yang diperoleh baik
dari ayah dan ibu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dikatagorikan menjadi rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi
Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan dan berat badan.
Status Gizi adalah keadaan fisik siswa yang diukur dengan antropometri dengan indeks IMT/U
Persen lemak tubuh adalah komposisi lemak dalam tubuh yang tersimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diukur dengan berbaga cara.
Aktifitas fisik adalah seluruh kegiatan subjek yang melibatkan fisik (tubuh) dan diperoleh melalui metode recall dan dilakukan sebanyak dua kali yaitu hari sekolah dan hari libur.
Konsumsi Pangan adalah total konsumsi makanan subjek yang mencakup energi, karbohidrat, lemak dan protein yang diukur dengan pengisian kuesioner denga metode food record 5 x 24 jam.
Tingkat Kecukupan Gizi adalah perbandingan konsumsi rata-rata zat gizi makro maupun zat gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut usia.
Energi adalah zat gizi yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dan dibutuhkan untuk membantu metabolisme tubuh serta aktivitas fisik yang dinyatakan dalam satuan kilo kalori.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah. Penelitian ini dilakukan di dua sekolah yang berada di kabupaten dan Kota Bogor, yaitu SMPN 3 Cibinong, dan SMPN 8 Bogor, jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai September 2014.
Jenis Kelamin
Umumnya subjek dalam penelitian berjenis kelamin perempuan, baik di kabupaten (53.3%) maupun kota (64.4%). Sebaran subjek dalam penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Kabupaten Kota Total
n % N % n %
Laki-laki 21 46.7 16 35.6 37 41.1
Perempuan 24 53.3 29 64.4 53 58.9
Total 45 100 45 100 90 100
Uang Saku
Andarwulan et al. (2008) menyatakan bahwa semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makan jajanan baik dikantin maupun di luar sekolah. Sebaran subjek berdasarkan uang saku dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan uang saku
Uang Saku Kabupaten Kota Uji beda
n % n %
<Rp 10.000,- 3 6.7 5 11.1
Rp 10.000,--Rp 20.000,- 38 84.4 37 82.2 p=0.67 >Rp 20.000,- 4 8.9 3 6.7
Total 45 100 45 100
Rata-rata (Rp) 15644±5373 15644±5077
10
Karakteristik Keluarga
Pekerjaan Orangtua
Jenis pekerjaan secara tidak langsung akan memiliki pengaruh terhadap penentuan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, karena jenis pekerjaan berhubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1989). Sebaran subjek berdasarkan pekerjaan orangtua disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu
Jenis Pekerjaan Kabupaten Kota
n % n % maupun kota umumnya bekerja sebagai pegawai swasta. Jumlah terbanyak terdapat di kota dengan persentase sebesar (37.8%) dan kabupaten sebesar (31.1%). Ibu subjek di kabupaten maupun di kota umumnya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 60% dan 73.3%. Menurut Rosidi et al. (2012) ibu yang tidak bekerja dan bekerja sebagai wiraswasta memiliki lebih banyak waktu untuk memberikan perhatian kepada anaknya
Pendapatan Orangtua
Pendapatan yang tinggi akan memberikan kemudahan dalam membeli dan mengonsumsi makanan yang mengandung energi dan zat gizi yang tinggi (Hadi 2005). Berikut sebaran subjek berdasarkan pendapatan orang tua
Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan orangtua
Pendapatan Orangtua Kabupaten Kota Uji beda
11 Berdasarkan Tabel 5 diketahui pendapatan orangtua subjek di kabupaten (53.3%) dan kota (57.8%) umumnya adalah lebih dari 4 juta per bulan. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pendapatan orangtua subjek di kabupaten Rp 4 748 889 ± 2 314 737 dan di kota Rp 4 788 444 ± 2 890 878. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan orang tua subjek di kabupaten dan kota. Hal ini diduga pekerjaan orangtua subjek baik di kabupaten dan di kota tidak memiliki perbedaan, sehingga pendapatan yang dimiliki oleh orang tua subjek baik di kabupaten dan kota tidak jauh berbeda. Menurut Little et al. (2002), keadaan sosial ekonomi keluarga khususnya pendapatan akan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi.
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan makanan (Suhardjo 1989). Pendapatan keluarga akan menentukan alokasi pengeluaran pangan dan non pangan sehingga apabila pendapatan keluarga rendah maka akan mengakibatkan penurunan daya beli.
Status Gizi
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh akibat asupan, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et al. 2001). Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan dan kesehatan tubuh hingga diharapkan tubuh akan terhindar dari segala penyakit. Status gizi dikategorikan menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Berdasarkan status gizi dapat dilihat sebaran subjek pada tabel 6.
Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan status gizi
Kategori Status Gizi Kabupaten Kota Uji beda
12
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata status gizi remaja di Kabupaten dan di Kota Bogor.
Hasil Riskesdas 2013 untuk prevalensi obesitas remaja umur 13-14 tahun sebesar 2.5%. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan status gizi subjek dengan kategori obesitas dalam penelitian ini, baik di kabupaten (4.4%) maupun kota (6.7%). Hal ini terjadi karena subjek yang obesitas cenderung mengonsumsi pangan dalam jumlah banyak dan memiliki aktivitas fisik ringan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryaalamsyah (2009) menyatakan bahwa anak obesitas memiliki asupan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang lain. Asupan energi yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan lemak di tubuh yang mengakibatkan kegemukan. Menurut Bray (1991), untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan panganyang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan seseorang.
Persen Lemak Tubuh
Menurut Fahey et al. (2010), persentase lemak tubuh pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki untuk kebutuhan dalam melahirkan dan fungsi hormon lain. Menurut Owen (1988), persentase lemak tubuh umumnya akan selalu meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terutama disebabkan karena berkurangnya aktivitas fisik dengan semakin bertambahnya usia. Persentase lemak tubuh pada laki-laki dan perempuan memiliki kategori yang berbeda. Menurut Jebb (2004), persen lemak tubuh Healthy pada laki-laki yaitu 11%-20%. Sementara itu, persen lemak tubuh Healthy pada perempuan yaitu 16%-29%. Sebaran subjek berdasarkan persen lemak tubuh dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran remaja berdasarkan persen lemak tubuh Kategori Persen Lemak
Rata-rata perempuan (%) 20.4±5.5 20.6±5.6
Rata-rata total (%) 17.7±6.2 18±7
13 di kabupaten berada dalam kategori healthy dengan persentase 68.9% dan kota umumnya berada dalam kategori underfat dengan persentase 50%. Selanjutnya sebaran subjek dengan jenis kelamin perempuan, umumnya persen lemak tubuh di kabupaten maupun kota berada dalam kategori healthy dengan persentase 75% untuk di kabupaten dan kota dengan persentase 82.8 %.
Umumnya rata-rata persen lemak tubuh pada perempuan baik yang di kabupaten (20.4±5.5) maupun kota (20.6±5.6) lebih tinggi dari pada rata-rata persen lemak tubuh pada laki-laki baik yang di kabupaten (14.5±5.4) maupun kota (13.1±6.8). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahey et al. (2010), yang menyatakan persen lemak tubuh pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Perbedaan persen lemak tubuh ini digunakan perempuan untuk kebutuhan dalam melahirkan dan fungsi hormon lain (Fahey et al. 2010). Perbedaan lemak tubuh pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan terjadi dari tahap janin, tetapi perbedaan tersebut menjadi jelas selama masa pubertas (Derby et al. 2006).
Aktivitas Fisik
Menurut Mahardika (2008), aktivitas fisik ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik sehari-hari dilakukan antara lain menggunakan kendaraan atau transportasi, tidak berolahraga, dan cenderung meluangkan waktu hanya untuk kegiatan yang dilakukan dengan duduk dan berdiri, dengan sedikit gerakan tubuh hal ini akan menyebabkan terjadi kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik, sehingga lama kelamaan akan meningkatkan resiko kegemukan atau obesitas. Metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik yaitu metode record 2x24 jam pada satu hari libur dan satu hari sekolah. Berikut tabel sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik (Tabel 8).
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik
Aktifitas fisik Kabupaten Kota Uji beda
n % n %
rata-14
rata memiliki aktivitas sedang, sedangkan subjek di perkotaan rata-rata memiliki aktivitas fisik ringan.
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi (Almatsier 2001). Kebutuhan energi dan zat-zat gizi dipengaruhi oleh faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas fisik. Berikut merupakan kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE).
Tabel 9. Rata-rata Total Energy Expenditure (TEE) subjek.
Kabupaten Kota Uji beda
Laki-laki 2 506±361 2 392±349 p=0.18 Perempuan 2 522±206 2 221±263 p=0.00
Total 2 514±286 2 282±304
Berdasarkan Tabel 9 total energi yang dikeluarkan (TEE) selama aktivitas fisik tersebut, rata-rata kebutuhan energi subjek di kabupaten lebih tinggi dibandingkan kebutuhan energi subjek di kota, yaitu masing-masing sebesar 2514 kkal dan 2282 kkal. Hasil uji beda dengan menggunakan Independent Sample t-test menunjukan terdapat perbedaan yang nyata TEE perempuan di kabupaten dan di kota, namun tidak terdapat perbedaan TEE laki-laki di kabupaten dan kota.
Angka Kecukupan Energi (AKE) berdasarkan WNPG 2013 untuk laki-laki usia 13-15 tahun sebesar 2475 kkal dan untuk perempuan sebesar 2125 kkal. Jumlah ini berbeda degan Total Energy Expenditure (TEE). Laki-laki dan perempuan yang berada di kabupaten memiliki Total Energy Expenditure (TEE) lebih besar di bandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE), sedangkan untuk
Total Energy Expenditure (TEE) di kota lebih rendah di bandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE). Terjadi perbedaan antara AKE dan TEE karena AKE menggunakan berat badan masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, aktivitas fisik yang sudah di tetapkan secara berkala. Sedangkan untuk TEE menggunakan berat badan masing-masing individu, tinggi badan, jenis kelamin, dan aktivitas fisik.
Konsumsi Pangan
15 Tabel 10 Sebaran Konsumsi rata-rata pangan subjek di kabupaten dan kota (g/h)
Kelompok panagan Kabupaten Kota
Serealia dan olahannya 378.5 379.6
Kacang-kacangan dan olahannya 33.4 31.2
Daging dan olahannya 23.6 32
Unggas dan olahannya 45.5 42.7
Telur dan olahannya 39.2 40.9
Berdasarkan Tabel 10 diketahui kelompok pangan yang paling banyak dikonsumsi subjek baik di kabupaten maupun kota adalah serealia dan olahannya, yaitu sebesar 378.5g/h dan 379.6g/h, disusul dengan unggas dan olahannya yaitu 45.5g/h dan 42.7g/h. Konsumsi sayur dan olahannya di kabupaten dan kota sebesar (36.5 dan 33). Makanan serealia dan olahannya yang paling sering dikonsumsi adalah nasi, mie instan dan mie goreng. Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ayam, telur, bakso. Hal ini sejalan dengan penelitian Deni dan Dwiriani (2009) pada siswa sekolah dasar yang berstatus gizi normal dan overweight yang menunjukan bahwa sebagian besar subjek memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie instan, kebutuhan protein dari daging dan telur.
Konsumsi rata-rata telur dan olahannya baik di kabupaten maupun kota yaitu masing-masing sebesar 39.2g/h dan 40.9g/h, lebih tinggi dibandingkan dengan angka konsumsi telur nasional menurut Susenas (2011), yaitu 28.4 g/hari. Demikian juga dengan konsumsi rata-rata daging dan olahannya (23.6 g/h dan 42.7g/h), lebih tinggi daripada data konsumsi daging nasional menurut Susenas (2011) yaitu sebesar 11.8 g/kap/hari. Data konsumsi ikan baik di kabupaten dan kota sebesar (31 g/hari dan 26.2 g/hari) lebih rendah dibandingkan dengan data Susenas (2011) yaitu sebesar 40.2 g/kap/hari. Menurut Soekirman et al. (2010), anjuran mengkonsumsi sayur yaitu 3 porsi (300 g), sedangkan konsumsi sayur dan olahannya baik di kabupaten dan kota sebesar (36.5 g/hari dan 33 g/hari).
Tingkat Kecukupan Energi dan Lemak
Tingkat Kecukupan Energi
16
Gambar 2 Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi Dari Gambar 2 terlihat bahwa umumnya subjek di kabupaten maupun kota memiliki tingkat kecukupan energi dengan kategori normal yaitu masing-masing sebesar 37.8% dan 40%. Hasil uji beda menggunakan Independent Sample T-test menunjukan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan energi subjek baik dikabupaten dan kota. Rata-rata asupan energi kabupaten 2163±553 dan kota 2 069±550, sementara rata-rata Total Energy Expenditure (TEE) subjek baik di kabupaten 2 514±304 dan kota 2 282±286. maka tingkat kecukupan energi subjek rata-rata, baik di kabupaten maupun di kota, berada dalam kategori normal, yaitu dalam rentang 90%-119%. Menurut Krieget et al. (2006) menyatakan bahwa kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologi, kegiatan efek termik, iklim dan adaptasi
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat, dan terjadi penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier 2009)
Tingkat Kecukupan Lemak
Lemak memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh, diantaranya adalah sebagai sumber energi dan alat angkut vitamin larut lemak. Namun demikian, konsumsi lemak harus dalam jumlah yang cukup, karena jika berlebihan akan menyebabkan status gizi lebih. Lemak merupakan cadangan energi yang paling besar yaitu 9 kkal. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat energi (karbohidrat, lemak, dan protein). Lemak tubuh pada umumnya disimpan 50% di jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di kelilingi organ dalam rongga perut, dan 5% di jaringan intra muskuler. Fungsi lemak yang lain yaitu sebagai pelindung organ tubuh seperti jantung, hati dan ginjal, melindungi organ-organ tersebut terhadap benturan dan bahaya lain (Almatsier 2001). Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat kecukupan lemak (Gambar 3).
17
Gambar 3 Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan lemak Gambar 3 menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat kecukupan lemak remaja di kabupaten dan kota berada pada kisaran normal yaitu berturut-turut 62.2% dan 57.8%. Hasil uji beda dengan menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan lemak remaja di kabupaten dan kota. Menurut Devi (2010) Apabila konsumsi lemak kurang, persediaan lemak dalam tubuh akan berkurang dan tubuh menjadi kurus, sedangkan apabila terjadi kelebihan konsumsi lemak dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Makanan yang mengandung lemak mampu memberikan rasa kenyang lebih lama dibandingkan makanan yang kurang atau tidak mengandung lemak. Hal ini terjadi didalam lambung. Proses penyerapan lemak juga lebih lambat dibandingkan unsur-unsur lainnya. Lemak terdapat didalam daging, susu, margarin, mentega dan minyak sayur (Fraser 2009).
Asupan Kolesterol
Kolesterol adalah zat yang umumnya terdapat bersama-sama dengan lemak. Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan dan di lain sisi dapat membahayakan bagi kesehatan, tergantung berapa banyak didalam tubuh dan di bagian mana. Kolesterol dapat berasal dari sintesis dalam tubuh dan juga diperoleh dari bahan makanan. Konsumsi kolesterol yang
dianjurkan adalah ≤ 300 mg sehari (Almatsier 2001)
Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan kategori asupan Kolesterol
Asupan kolesterol Kabupaten Kota Uji beda
n % n %
< 200 mg 4 8.9 4 8.9
200-300 mg 13 28.9 12 26.7 p=0.80 >300 mg 28 62.2 29 64.4
Total 45 100 45 100
Rata-rata 399±192 398±170
Tabel 10 menunjukan bahwa asupan kolesterol pada umumnya berada pada kisaran >300 mg baik di kabupaten maupun kota yaitu berturut-turut 62.2% dan
Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Lebih
18
64.4%. Hasil uji beda dengan menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara asupan kolesterol remaja di kabupaten dan kota. Kolesterol sangatlah penting bagi tubuh. apabila kadar kolesterol tinggi didalam tubuh, makan akan menyebabkan penyakit stroke, jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler lainnya (Arora 2007). Makanan yang banyak mengandung kolesterol di antaranya adalah telur, kulit, jeroan, daging, unggas dan makanan laut (seafood) (Saidin 2000). Makanan sumber kolesterol yang paling banyak dikonsumsi subjek adalah telur, ayam dan cumi.
Hubungan antara Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi, Tingkat Kecukupan Lemak dan Persen Lemak Tubuh dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (p>0.05). Hal ini diduga karena status gizi subjek dalam penelitian ini kurang menyebar, dan yang
tergolong normal sangat tinggi (≥80%), selain daripada itu aktivitas fisik yang dilakukan oleh subjek sudah menjadi suatu kebiasaan, sehingga tidak berpengaruh dengan status gizi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nainggolan (2014), yang juga menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi subjek, tetapi tidak sejalan dengan penelitian Sada (2012), yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Poltekkes Jayapura.
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p=0.00 ; r=0.44) antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecukupan energi subjek maka semakin baik status gizi subjek. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handono (2010), Solihin et al. (2013), dan Hanifah et al. (2013) yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi. Devi (2010) menyatakan bahwa Energi merupakan kebutuhan utama bagi tubuh, jika energi cukup tersedia atau lebih, maka lemak tidak digunakan untuk diubah menjadi energi tetapi disintesis dan disimpan dalam bentuk lemak sehingga jika berlebihan akan mengakibatkan obesitas.
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak dengan status gizi (p=0.00; r=0.37). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kecukupan lemak maka status gizi subjek semakin baik, dan semakin gemuk atau obesitas. Gibney et al. (2008) menyatakan bahwa tingginya asupan lemak dapat menaikkan berat badan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugrah et al. (2012), yang menyatakan terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi (overweight) pada remaja. Papadaki et al. (2010) menyatakan bahwa konsumsi lemak yang berlebihan akan lebih mudah disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan energi. Jika lemak tubuh yang disimpan akan semakin banyak maka akan terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan atau juga disebut dengan obesitas.
19 subjek maka semakin tinggi pula IMT subjek. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaenudin (2013), yang menyatakan adanya hubungan antara persen lemak tubuh dengan status gizi subjek. Acharya (2006) menyatakan bahwa, status gizi (IMT) merupakan metode pengukuran antropometri yang dapat memberikan gambaran penilaian lemak tubuh. Lemak sangat berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) karena tingginya IMT mengindikasikan lemak tubuh yang lebih tinggi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deurenberg et al. (1991), menunjukkan terdapat hubungan antara persen lemak tubuh dengan status gizi pada laki-laki dan perempuan di semua tingkatan umur.
Hubungan antara aktivitas fisik, tingkat kecukupan Energi, tingkat kecukupan lemak, asupan kolesterol dengan persen lemak tubuh
Berdasarkan uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh (p>0.05). Hal ini diduga karena persen lemak tubuh subjek yang kurang terdistribusi merata dan umumnya termasuk dalam kategori Healthy, yaitu 68.9% di kabupaten dan 64.4% di kota. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adityawarman (2007), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh dan menyimpulkan bahwa anak yang tidak aktif akan menyebabkan meningkatnya persen lemak tubuh.
Hasil uji korelasi Spearman antara tingkat kecukupan energi dengan persen lemak tubuh subjek menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p=0.02, r=0.24). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaenudin (2013), yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan persen lemak tubuh contoh. Penelitian yang dilakukan oleh Austin et al. (2011), di Amerika menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata asupan energi sebesar 341 kkal sehari berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada wanita dari 16.6% menjadi 36.5 %.
Hasil uji korelasi Spearman antara tingkat kecukupan lemak dengan persen lemak tubuh menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p=0.02, r=0.31). Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Habibaturochmah (2014), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan lemak dengan persen lemak tubuh. Menurut Sarnblad (2006), lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Jika asupan berlebih, tubuh lebih cepat menyimpan lemak di jaringan adiposa dibandingkan dengan karbohidrat dan protein sehingga asupan lemak berperan penting dalam peningkatan lemak tubuh seseorang.
20
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara uang saku subjek di kabupaten dan di kota. Status gizi subjek di kabupaten dan kota berada pada kisaran normal. Rata-rata persen lemak tubuh subjek di kabupaten dan kota termasuk dalam katagori Healthy. Aktifitas fisik subjek di kabupaten umumnya tergolong sedang, sedangkan subjek di kota umumnya tergolong ringan.
Tingkat kecukupan energi subjek di kabupaten dan di kota umumnya termaksud dalam kategori normal. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara tingkat kecukupan energi pada remaja di kabupaten dan kota. Secara rata-rata tingkat kecukupan lemak subjek di kabupaten dan kota berada pada kisaran normal, Terdapat hubungan antara aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan lemak dan persen lemak tubuh dengan status gizi subjek. Selanjutnya terdapat hubungan antara tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan lemak, dengan persen lemak tubuh. Tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi dan persen lemak tubuh.
SARAN
Perbaikan hasil penelitian ini, perlu dikaji pula kaitan asupan lemak dengan variabel antropometri lain seperti lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas, lingkar perut, dan lainnya sehingga dapat diketahui kelebihan asupan lemak akan lebih cepat berpengaruh terhadap bagian organ mana dari jaringan adiposa tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya AVP, Reddaiah N, & Baridalyne. 2006. Nutritional status and menarche in adolescent girls in an urban resettlement colony of South Delhi. Indian Journal of Community Medicine. 31:4.
Adityawarman .2007. Hubungan aktivitas fisik dengan komposisi tubuh pada remaja. [skripsi]. Semarang (ID) Universitas Diponegoro.
Andarwulan N, Madanijah S, Zulaikha. 2008. Laporan Penelitian: Monitoring dan Verifikasi profil keamanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Southeast Asian Food And Agricultural Science And Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI, Bogor
Anugrah A, Indriasari R, Yustini. 2012. Hubungan konsumsi Fast Food dengan kejadian Overweight pada remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Hasanudin
21 Austin GL, Ogden LG, Hill JO. 2011. Trends in carbohydrate, fat, and protein intakes and association with energy intake in normal-weight, overweight, and obese individuals: 1971-20061-3. American Society for Nutrition. 93: 836-43
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama
__________.2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
__________. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Bray GA. 1991. Obesitas. Handali S, penerjemah: Andiano P, editor. Jakarta : EGC. Terjemahan dari: prevention of coronary Hearth Disease Practice Management of The Risk Factors, hlm: 75-77
[BPS] Badan Pusat Statistik.2010. Data Sensus BPS. Jakarta(ID): Badan Pusat Statistik
Blaney S, Beaudry M, Latham M. 2009. Determinants of under nutrition in rural communities of a protected area in Gabon. Public Health Nutrition, 12 (10):1711–1725.
Burke, Louise 1992. The Complete Guide to Food for Sports Performance. Unwin Australia (AU) : NSW
Deni, Dwiriani CM. 2009. Pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi snack dan pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal dan gemuk. Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) : 91
Derby CA, Zilber S, Brambilla D. Bodymas index, waist circumference and waist to hip ratio and change in sex steroid hormones: the Massachusetts Male Ageing Study. Clinical Endocrinology 65(1):123-131
Deurenberg P, Jan A, Weststrate, Seidell JC. 1991. Body mass index as a measure of body fatness : age- and sex- specific prediction formulas. British Journal of Nutrition. 65: 105-114
Depatemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.
Devi N. 2010. Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta (ID): PT Kompas Media Nusantara
Ernawati F, Muhardiyantiningsih, Effendi R, et al. (2004). Profil distribusi lemak tubuh danlemak darah dewasa gemuk di pedesaan dan diperkotaan. PGM. 27(1) : 1-9
Enes CC, Slater B. 2010. Obesity in adolescence and its main determinants. Rev Bras Epidemiol. 13:163-71.
Effendi YH. 2000. Bahan Kuliah;Pengelolaan Obesitas.IPB: GMSK
Gibney MJ, Barrie MM, John MK, Lenore A, 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Hartono A, Penerjemah; Widyastuti P, Hardiyati EA,editor. Jakarta (ID) EGC xvi, 467 hlm.
Fahey T, Insel P, Roth W. 2010. Body Composition, Fit and Well: Core Concepts and Labs in Physical Fitness and Wellness. New York : McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-352379-8.
22
Fraser GE. 2009. Vegetarian Diets: What do we know of their effect on common chronic diseases. Am J Clin Nutr 89(5): 1613S-1619S
Habibaturochmah, Fitiranti DY. 2014. Hubungan konsumsi air, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh pada remaja putri. Journal of Nutrition College. 3(4):595-603.
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Handayani MS, Dwiriani CM, Riyadi H. 2013. Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan pedesaan. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(3): 181-186
Handono NP. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan pada nutrisi, pola makan, dan energi tingkat konsumsi dengan status gizi anak usia lima tahun di wilayah kerja puskesmas selogiri, wonogiri. Jurnal Keperawatan. 1(1):1-7
Hanifah N, Nindya TS. 2013. Hubungan kontribusi beban glikemik makanan dan aktivitas fisik terhadap kejadian gizi lebih pada remaja di SMP full day Surabaya. Media Gizi Indonesia. 9(1):66-71
Hardinsyah, Riadi H, Napitupulu V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB. Jebb S, McCarthy D, Fry T, Prentice AM. 2004. New body fat reference curves
for children. Obesity Reviews (NAASOO Suppl). A156.
[Kemenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (ID). 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta (ID) : Departemen Bina Gizi.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2012. Statistik Konsumsi Pangan 2012. Jakarta (ID): Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2012.
Krieger JW, Sitren HS, Daniels MJ, Henken BL. 2006. Effects of varia in protein and carbohydrate intake on body mass and composition during energy restriction: a meta-regression. Am J Clin Nutr 83(2):260-274.
Little, JC, Perry DR, Volpe SL, 2002, effect of nutrition supplement education on nutrition supplement knowledge among high school student from a low income community.J. Comm.Health. 27:p.433-50
Nainggolan WA. 2014. Hubungan Antara Kebiasaan Makanan Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Remaja Di Perkotaan Dab Di Pedesaan. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Mahardika A. Venny dan Roosita Katrin. 2008. Aktivitas fisik, asupan energi, dan
status wanita pemetik teh di PTPN VIII Bandung. Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(2):79-85.
Owen KJH. 1988. Nutrition and Metabolism in Patient Care. London: W. Saunders.
Papadaki A, Linardakis M, Larsen TM. Et al. 2010. The effect of protein and
glycemic index on children’s body composition: the diogenes randomized
study. Pediatrics. 126 (5) : 0031-4005.doi:10.1542/peds.2009-3633
23 Sada M, Hadju V, Dachlan DM. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Media Gizi Masyarakat Indonesia. 2(1): 44-48
Saidin M. 20002. Kandungan kolesterol dalam berbagai bahan makanan. Bul.Penelit.kesehat. 27 (2).
Sarnbland S, Ekelund U, Aman J. Dietary fat intake predicts 1-year change in body fat in adolescent girls with type 1 diabetes. Diabetes Care. 20(6): 1227–1230.Doi: 0.2337/dc05-2318
Sartika RAD. 2011. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makanan Kesehatan. 15(1) :37-43.
Soekirman, N Afriansyah, J Erikania. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Yayasan Institut Danone Indonesia
Solihin RDM, Anwar F, Sukandar D. 2013. Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Penelitian Gizi dan Pangan. 36(1):62-72
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID) : Kedokteran EGC.
Suryaputra K, Nadhiroh SR. 2012. Perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara remaja obesitas dengan non obesitas. Jurnal Makasar Kesehatan. 16(1):45-50.
[WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years [Internet]. [ diakses 2013 November 9]. Tersedia dari: http://www.who.int/growthref/who2007bmiforage/en/index.html.
Waloya T, Rimbawan, Andarwulan N, 2013. Hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah pria dan wanita desawa Bogor. Jurnal Gizi Pangan. 8(1): 9-16
Wicaksono S. Luthfi H. 2012. Distribusi Lemak pada Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga Antara Laki-laki dan Perempuan (Preliminary Study) Departemen Antropologi [Skripsi]. Surabaya (ID):Universitas Airlangga Zaenudin, Efendi YH, Dewi M 2012. Hubungan AntaraKonsumsi Lemak Trans
dengan Persen Lemak Tubuh dan Status Gizi pada Orang Dewasa di Kabupaten dan Kota Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan.7(3).
Zalillah M S, Khor G L, Mirnalini K. 2006. Dietary intake, physical activity and energy expenditure of Malaysian adolescents. Singapore Med. 47 (6) : 491 Zaman R, Iqbal Z, Ali U. 2013. Dietary Intakes of Urban Adolescents of Sialkot,
24
Lampiran 1 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi
Correlations
TKE IMT per Umur
Spearman's rho TKE Correlation Coefficient 1.000 .441**
Sig. (2-tailed) . .000
N 90 90
IMT per Umur Correlation Coefficient .441** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 90 90
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 2 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan lemak dengan status gizi
Correlations
TKL IMT per Umur
Spearman's rho TKL Correlation Coefficient 1.000 .377**
Sig. (2-tailed) . .000
N 90 90
IMT per Umur Correlation Coefficient .377** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 90 90
25 Lampiran 3 Hasil uji korelasi spearman antara Aktivitas fisik dengan status gizi
Correlations
Aktifitas Fisik IMT per Umur
Spearman's rho Aktifitas Fisik Correlation Coefficient 1.000 .032
Sig. (2-tailed) . .767
N 90 90
IMT per Umur Correlation Coefficient .032 1.000
Sig. (2-tailed) .767 .
N 90 90
Lampiran 4 Hasil uji korelasi spearman antara persen lemak tubuh dengan status gizi
Correlations
IMT per Umur
persen lemak
tubuh
Spearman's rho IMT per Umur Correlation Coefficient 1.000 .726**
Sig. (2-tailed) . .000
N 90 90
persen lemak tubuh Correlation Coefficient .726** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 90 90
26
Lampiran 5 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan energi dengan persen lemak tubuh
Correlations
persen lemak
tubuh TKE
Spearman's rho persen lemak tubuh Correlation Coefficient 1.000 .244*
Sig. (2-tailed) . .020
N 90 90
TKE Correlation Coefficient .244* 1.000
Sig. (2-tailed) .020 .
N 90 90
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 6 Hasil uji korelasi spearman antara tingkat kecukupan lemak dengan persen lemak tubuh
Correlations
persen lemak
tubuh TKL
Spearman's rho persen lemak tubuh Correlation Coefficient 1.000 .316**
Sig. (2-tailed) . .002
N 90 90
TKL Correlation Coefficient .316** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 90 90
27 Lampiran 7 Hasil uji korelasi spearman antara asupan kolesterol dengan persen
lemak tubuh
Correlations
persen lemak
tubuh kolesterol
Spearman's rho persen lemak tubuh Correlation Coefficient 1.000 .208*
Sig. (2-tailed) . .050
N 90 90
kolesterol Correlation Coefficient .208* 1.000
Sig. (2-tailed) .050 .
N 90 90
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 8 Hasil uji beda Mann Whitney
Test Statisticsa
Uang Saku Pendapatan ortu IMT per Umur TKL kolesterol
persen Lemak
Tubuh
Mann-Whitney U 962.000 1006.000 790.500 882.500 990.000 1004.500
Wilcoxon W 1997.000 2041.000 1825.500 1.918E3 2025.000 2039.500
Z -.419 -.053 -1.792 -1.049 -.182 -.065
Asymp. Sig. (2-tailed) .675 .958 .073 .294 .856 .949
28
Lampiran 9 Hasil uji beda Independent Sample t-test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
TEE Equal variances
assumed .304 .583 1.111 88 .270 4,4105 3,9706 -3,4802 12,3013
Equal variances
not assumed 1.111 87.412 .270 4,4105 3,9706 -3,4810 12,3021
TKB Equal variances
assumed .305 .582 -1.050 88 .297 -3,0578 2,9117 -8,8442 2,7286
Equal variances
not assumed -1.050 87.887 .297 -3,0578 2,9117 -8,8443 2,7287
TKP Equal variances
assumed .003 .959 -1.460 88 .148 -6,7178 4,6019 -15,8632 2,4276
Equal variances
not assumed -1.460 87.808 .148 -6,7178 4,6019 -15,8635 2,4279
Aktifitas
Fisik
Equal variances
assumed 1.574 .213 -4.401 88 .000 -,174444 ,039634 -,253208 -,095681
Equal variances
29
Kuesioner Penelitian Kode:
KUESIONER PENELITIAN
AKTIVITAS FISIK, ASUPAN LEMAK DENGAN PERSEN
LEMAK TUBUH PADA REMAJA DI KABUPATEN DAN
KOTAMADYA BOGOR
Oleh:
Syarifah Hayatun Nufus I14124033
Nama Sheet : Halmuk
Nama : [H1] ... No.Tlp/HP : [H2] ... Tanggal Wawancara : [H3]... Sekolah : [H4]...
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Saya setuju untuk menjadi responden pada penelitian ini
30
AKTIVITAS FISIK, ASUPAN LEMAK DENGAN PERSEN
LEMAK TUBUH PADA REMAJA DI KABUPATEN DAN
KOTA BOGOR
Nama Sheet : Karakteristik A. Karakteristik Subjek
1. Nama lengkap : A1
2. Jenis Kelamin : A2 1. Laki-laki / 2. Perempuan 3. Pekerjaan Ortu : A3 1. Ayah________________________
2.Ibu__________________________ 4. Pendapatan/bulan : A4 1. Ayah
2. Ibu_________________________
5. Umur : A5
6. No.Telp/Hp : A6 7. Uang Saku/hari : A7 8. Berat Badan : A8 9. Tinggi Badan : A9 10.Persen Lemak Tubuh : A10
31 FORMULIR AKTIFITAS FISIK 24 JAM
B. Aktivitas fisik
Nama :
Tuliskan kegiatan apa saja yang Anda lakukan selama 24 jam? Hari Biasa
No Waktu Aktifitas Fisik
32
Hari Libur
No Waktu Aktifitas
33 FORMULIR FOOD RECORDS 24 JAM
Formulir Food Records
Petunjuk pengisian : (mohon ikuti langkah-langkah pengisian seperti dibawah ini).
1. Pertama-tama lihatlah kolom (1). Tulislah nama makanan yang telah adik-adik makan selama 1 hari.
2. Kedua, perhatikan kolom (2) setelah nama makanan, tulislah jenis dari makanan tersebut, misal : nasi, ikan, kacang, kerupuk
3. Ketigat, isilah kolom (3) dengan jumlah yang biasanya Adik-adik makan dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (satuan yang digunakan bisa :
piring/mangkuk/gelas/sendok/potongan/centong/ bungkus), misal : 1 bungkus 4. Keempat, Kosongkan kolom keempat
5. Kelima, tuliskan kolom (5) dengan harga dari makanan tersebut Bila Ada
Miisal :
Nasi uduk : kolom (1)
Nasi, Ikan, Kacang, kerupuk : kolom (2) 1 bungkus: kolom (3)
34
1) Hari Sekolah
Waktu Makan
Nama Makanan (1)
Bahan Harga
(5) Jenis
Bahan (2)
Banyaknya URT
(3)
Gram (4) Pagi
(06.00-09.00)
Selingan (09.00- 12.00)
Siang (12.00-14.00)
Selingan (14.00-18.00)
Malam (18.00-21.00)
35 2) Hari Libur
Waktu Makan
Nama Makanan (1)
Bahan Harga
(5) Jenis
Bahan (2)
Banyaknya URT
(3)
Gram (4) Pagi
(06.00-09.00)
Selingan (09.00- 12.00)
Siang (12.00-14.00)
Selingan (14.00-18.00)
36
RIWAYAT HIDUP