TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memeperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Gustia Angraini 1201309
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA
SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK
PADA KONTEN BIOLOGI
Oleh Gustia Angraini
S. Pd. Unversitas Negeri Padang, 2012
Sebuah Tesis diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi
© Gustia Angraini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS – HIGHER ORDER THINKING
SKILL) SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK
PADA KONTEN BIOLOGI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Dr. Hj. Siti Sriyati, M. Si. NIP. 196409281989012001
Pembimbing II
Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M. Si. NIP. 196209211991012001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………. i
ABSTRAK ……….. ii
KATA PENGANTAR ……… iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. v
DAFTAR ISI ……….. vii
DAFTAR TABEL ……….. ix
DAFTAR GAMBAR ………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ………. 5
C. Batasan Masalah Penelitian ……….. 6
D. Tujuan Penelitian ……….. 7
E. Manfaat Penelitian ………. 7
F. Organisasi Penulisan ………. 8
BAB II LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS–HIGHER ORDER THINKING SKILL) …………. 10
A. Literasi Sains ………. 10
B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS-Higher Order Thinking Skills) ……….. 29
C. PISA (Programme of International Student Assessment) ……… 37
D. Hubungan antara Literasi Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi ….. 41
E. Penelitian yang Relevan ……… 44
A. Metode dan Desain Penelitian ………... 46
B. Subjek Penelitian ………... 46
C. Defenisi Operasional ………. 47
D. Instrumen Penelitian ……….. 47
E. Prosedur Penelitian ……… 52
F. Analisis dan Pengolahan Data ………... 55
G. Alur Penelitian ………... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 59
A. HASIL PENELITIAN ………... 59
1. Capaian Penguasaan Literasi Sains Siswa SMAN kelas X … 59 2. Capaian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS-Higher Order Thinking Skills) Siswa SMAN Kelas X di Kota Solok ……….. 70
3. Sikap Siswa SMAN kelas X terhadap Sains ……….. 71
B. PEMBAHASAN ………... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 124
A. KESIMPULAN ………. 124
B. SARAN ………. 124
DAFTAR PUSTAKA ………. 126
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS – HIGHER ORDER THINKING
SKILLS) SISWA SMAN KELAS X DI KOTA SOLOK
PADA KONTEN BIOLOGI
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS – Higher Order Thinking Skills) siswa SMAN kelas X di kota Solok pada konten biologi. Deskriptif kuantitatif merupakan metodologi yang digunakan dan jenis penelitian ini adalah survei. Sampel berjumlah 53 orang yang tersebar di dua sekolah (akreditasi A dan B). Data diperoleh dengan menggunakan soal literasi sains PISA 2006 khusus pada materi biologi, angket siswa dan lembar observasi kelas. Selain menganalisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi, penelitian ini juga melihat bagaimana sikap siswa terhadap sains dan aktivitas pembelajaran di kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X di kota Solok tergolong “kurang sekali”, yaitu masing-masing hanya mencapai persentase sebesar 29.81% dan 32.08%. Persentase sikap siswa sekolah akreditasi A terhadap sains sebesar 95%. Sedangkan persentase sikap siswa-siswa sekolah akreditasi B terhadap sains sebesar 27.27%. Hasil penelitian ini dapat diharapkan dijadikan masukan dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran Biologi di SMA.
THE ANALYSIS OF SCIENTIFIC LITERACY SKILLS AND HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) BY SENIOR HIGH SCHOOL
STUDENTS IN SOLOK CITY ON BIOLOGY CONTENT
ABSTRACT
This study aims to analyze the ability of scientific literacy and higher order thinking skills high school students in Solok city on biology content. The methodology used is descriptive quantitative and the type of research is survey. The sample amounted to 53 people spread across the two schools (accreditation A and B). Data obtained using PISA 2006 scientific literacy questions specific to biological content, student questionnaires and classroom observation sheet. In addition to analyzing the ability of scientific literacy and the higher order thinking skills, this study also looked at how students' attitudes toward science and learning activities in the classroom. The results showed that the achievement of scientific literacy and higher level thinking of high school students in the city of Solok classified as "less so", which respectively reached only a percentage of 29.81% and 32.08%. Students' attitudes from accreditation A toward science amounting to 95%. Whereas students' attitudes from accreditation B toward science amounting to 27.27%. The results of this study can be expected to be used as input in order to improve the quality of learning biology in high school.
Keywords: scientific literacy, higher order thinking skills, PISA’s questions, Biology
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan
pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang yang dapat
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan yang nyata (Marzano,
1988). Kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis dan kreatif merupakan
hakekat tujuan pendidikan dan menjadi kebutuhan bagi peserta didik untuk
menghadapi kehidupan nyata.
Tujuan pembelajaran idealnya adalah memandu siswa untuk dapat beradaptasi
di dunia nyata, menjadi pemikir kritis dan kreatif, pemecah masalah, dan pengambil
keputusan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Casner-Lotto & Barrington
(2006) tentang kebutuhan dunia kerja di Amerika Serikat, keterampilan berpikir kritis
(critical thinking) berada di posisi pertama. Keterampilan lainnya yang menonjol dan
penting menurut survei adalah penguasaan teknologi informasi, kemampuan berpikir
kolaboratif, dan inovatif. Arti hasil survei tersebut terhadap dunia pendidikan kita
adalah menjadi gambaran peta kebutuhan anak didik di masa depan, yaitu pentingnya
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Siswa harus mampu
menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills.
Sejalan dengan hasil survei, maka anak harus ditantang untuk berpikir, menemukan
Salah satu keterampilan berpikir adalah berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir
yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan
kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan analisis, evaluasi, dan
mencipta. Menurut Lazear (2004), level kemampuan berpikir tingkat tinggi ini
merupakan asesemen paling tinggi dalam mengukur pengetahuan dalam
pembelajaran. Dengan kata lain, siswa mengetahui apa yang harus dilakukan dengan
pengetahuan yang didapatkannya selama ini, mampu untuk mengaplikasikannya,
mampu melihat hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dengan pengetahuan
awalnya, mampu untuk menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh baik
menurut pemahaman pribadi maupun secara bemakna, sehingga hal tersebut menjadi
bagian dari kehidupannya, dan mampu menggunakan pengetahuan atau informasi
untuk menciptakan pengetahuan atau informasi yang baru. Siswa diharapkan nantinya
tidak hanya mampu memahami informasi-informasi atau pelajaran di sekolah, tetapi
juga mampu untuk menggunakan pengetahuan yang didapatkannya itu ke dalam
kehidupan sehari-hari, baik itu dari sikap maupun cara berpikir. Mereka mampu
mengembangkan infomasi yang mereka dapatkan sehingga mampu membangun
sebuah pengetahuan atau pemahaman yang baru. Artinya bahwa jika siswa telah
mengetahui apa yang harus dilakukan dengan pengetahuan yang didapatkannya
selama ini, maka mereka mampu untuk mengaplikasikannya serta memahami
hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dengan dan pengetahuan awalnya,
siswa tersebut dapat dikatakan telah literate atau melek terhadap sains. Seseorang
dikatakan telah memiliki kemampuan literasi sains apabila dia mampu menerapkan
konsep-konsep atau fakta-fakta yang didapatkan di sekolah dengan
fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan
bahwa kaitan antara kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan literasi sains
Lazear (2004) menyatakan bahwa pada tahapan sintesis dan evalusi (Bloom
revisi) yang merupakan jantung dari kemampuan berpikir tingkat tinggi secara umum
melibatkan: (a) mengeksplor dampak personal dari informasi yang telah dipelajari:
bagaimana hal tersebut menjadi suatu perubahan dalam hidup, (b) menanamkan
perubahan dalam pemikiran: bagaimana hal tersebut mengubah pemahaman diri
sendiri dan dunia, (c) membuat penilaian pribadi tentang pentingnya hubungan suatu
informasi itu satu sama lain, (d) membuat rencana bagaimana menggunakan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, (e) mengintegrasikan informasi
tersebut dengan pengetahuan atau informasi yang lain.
Dari hal di atas dapat dilihat bahwa siswa yang telah literate atau melek
terhadap sains apabila siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi,
karena dalam literasi sains, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga
mampu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains
penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat
memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang
dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan
kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan (Yusuf, 2003). Literasi sains
dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua
siswa yang menentukan untuk meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu.
Literasi sains siswa Indonesia dapat dilihat melalui hasil literasi IPA anak-anak
Indonesia, yaitu melalui PISA (Programme for International Student Assessment).
PISA mengukur kemampuan siswa pada akhir usia belajar untuk mengetahui
kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat-pengetahuan (knowledge society)
dewasa ini. Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi ke masa depan, yaitu
menguji kemampuan siswa untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan
mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur
didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa
sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta
keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia yang reflektif.
Thomson & De Bortoli (2008) menyatakan bahwa PISA bertujuan untuk
memonitor hasil sistem pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan siswa usia 15
tahun dalam literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical
literacy), dan literasi sains (literacy science). Disamping itu, PISA juga didisain
untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meningkatkan
efektifitas sistem pendidikan. PISA mengumpulkan informasi yang reliabel setiap
tiga tahun. Temuan-temuan PISA digunakan antara lain untuk: (a) membandingkan
literasi membaca matematika dan sains siswa-siswa suatu negara dengan negara
peserta lain; dan (b) memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan
masing-masing negara, sehingga dengan mengetahui kemampuan literasi sains siswa di
daerah masing-masing, akan dapat dilakukan berbagai upaya yang sesuai untuk
meningkatkan efektifitas dan hasil sistem pendidikan yang telah diterapkan dan dapat
digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu
pendidikan (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei- internasional-pisa).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan teknik wawancara terhadap
siswa dan guru Biologi di kota Solok, diketahui bahwa pengetahuan baik mengenai
literasi sains maupun tentang PISA dapat dikatakan minim, karena meskipun kota
Solok telah sering meraih prestasi baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional
seperti Olimpade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI), Lomba Keterampilan Siswa
(LKS) maupun Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) (Elfian, 2013), dari
wawancara yang dilakukan mengungkap bahwa informasi mengenai adanya lomba
tingkat internasional seperti PISA yang diadakan oleh OECD tidak diketahui sama
sekali. Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk pengenalan mengenai PISA dan
diterapkan dalam evaluasi pembelajaran serta disesuaikan dengan tuntutan
perbandingan internasional.
Selain itu, terkait dengan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi, Nuh (2013)
menyatakan bahwa dalam Kurikulum 2013, kompetensi siswa harus diperkuat dalam
tiga hal, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, Dyers, et al. (Nuh,
2013) menyebutkan bahwa 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh
melalui pendidikan, sedangkan 1/3 sisanya berasal dari warisan genetik. Sementara
kebalikannya berlaku untuk kemampuan intelejensia, yaitu 1/3 pendidikan, dan 2/3
sisanya dari warisan genetik. Jadi, dalam Kurikulum 2013, siswa akan didorong
untuk memiliki kemampuan kreativitas, yang merupakan salah satu aspek berpikir
tingkat tinggi. Kreativitas ini dikembangkan melalui observing (mengamati),
questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan
networking (membentuk jejaring). Jadi, dengan mengetahui kemampuan literasi sains
dan berpikir tingkat tinggi siswa, akan dapat melaksanakan tuntutan Kurikulum 2013.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan
penelitian untuk melihat kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa di kota Solok. Berdasarkan hasil PISA 2012, nilai yang diperoleh siswa
Indonesia sangat rendah yaitu peringkat 64 dari 65 negara peserta, perlu dilakukan
penelitian di daerah untuk melihat bagaimana kemampuan literasi sains dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN kelas X di kota Solok, terkait
dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya
penelitian tentang mengukur kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi
siswa khususnya di kota Solok, serta untuk memberikan gambaran bagi berbagai
elemen pendidikan seperti orang tua, guru, lingkungan maupun pemerintah, sehingga
diharapkan di masa yang akan datang hasil penelitian ini dapat menjadi referensi
tentang kemajuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah "bagaimanakah kemampuan literasi sains dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills) siswa
SMAN kelas X di kota Solok pada konten Biologi." Agar penelitian ini lebih terarah,
secara rinci permasalahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah capaian penguasaan literasi sains siswa SMAN kelas X di kota
Solok yang diukur dengan soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus konten
Biologi?
2. Bagaimanakah kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa SMAN kelas
X di kota Solok yang diukur dengan soal-soal literasi sains PISA 2006 khusus
konten Biologi?
3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap sains serta permasalahan yang terkait
dengan sains?
C. Batasan Masalah Penelitian
Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka
dibuat batasan masalah.
1. Literasi sains yang dimaksud dalam penelitan ini diukur menggunakan soal
PISA released items-science 2006, khusus pada konten Biologi. Penilaian
didasarkan pada kerangka literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi yang
bertujuan untuk mengevaluasi aspek:
a. Konteks berupa kesehatan, sumber daya alam, mutu lingkungan, bahaya,
kemajuan sains dan teknologi.
menjelaskan fenomena secara ilmiah serta menggunakan bukti-bukti ilmiah.
2. HOTS (Higher Oder Thinking Skills) yang akan diukur adalah kemampuan
berpikir yang berada pada tingkatan kognitif C4-C6, yaitu analisis, evaluasi,
dan mencipta. Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa adalah soal literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi
yang termasuk pada tingkat kognitif C4-C6 (Bloom revisi).
3. Sikap siswa yang dinilai dalam angket difokuskan terhadap: a) pandangan
siswa terhadap isu-isu yang berhubungan dengan sains; b) lingkungan; c) karir;
d) waktu yang digunakan untuk belajar; e) pembelajaran dan mempelajari sains,
serta f) kegiatan di kelas.
4. Lembar penilaian observasi kelas
Pada lembar penilaian observasi kelas, lebih difokuskan kepada bagaimana
guru mengajar di kelas. Digunakan untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi siswa,
khususnya yang berhubungan dengan cara guru mengajar di kelas.
5. Subjek penelitan adalah siswa SMAN kelas X jurusan IPA di kota Solok pada
tahun ajaran 2013/2014.
6. Analisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dilakukan terhadap sekolah menengah atas Negeri (SMAN) dengan akreditasi
A dan B.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah diungkapkan di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan literasi
sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills)
siswa SMAN kelas X di kota Solok pada konten Biologi melalui soal-soal literasi
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
1. Sekolah
Capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai masukan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah yang lebih mengarah
pada pembelajaran yang menjadikan siswa lebih melek sains dan mampu
berpikir tingkat tinggi serta digunakan sebagai masukan dalam perumusan
kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.
2. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal pengenalan mengenai PISA
dan bentuk-bentuk soal yang digunakan sehingga dapat diadaptasi oleh guru
dalam mengevaluasi siswa.
F. Organisasi Penulisan
Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu bagian pendahuluan,
tinjauan pustaka, meotodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta
bagian kesimpulan. Masing-masing bagian ini memiliki penjelasan yang menyeluruh
dan terdapat penekanan tertentu.
Bagian pendahuluan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu latar belakang,
identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian dan organisasi penelitian. Bagian latar belakang menjelaskan
mengenai alasan pentingnya melakukan penelitian ini. Bagian identifikasi masalah
penelitian ini menjelaskan mengenai masalah-masalah yang diungkap dalam
penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih terarah. Dalam bagian identifikasi
masalah ini juga terdapat rumusan masalah. Bagian batasan masalah penelitian
tidak keluar dari hal-hal yang diteliti. Bagian tujuan penelitian ini berisi tentang
tujuan dilakukannya penelitian, serta bagian manfaat penelitian yang menjelaskan
mengenai manfaat setelah dilakukannya penelitian bagi berbagai pihak.
Bagian tinjauan pustaka terdiri dari landasan-landasan teoritis yang terkait dan
digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini kajian teori berisi tentang literasi
sains, kemampuan berpikir tingkat tinggi - HOTS (Higher Order Thinking Skills),
PISA (Programme for International Student Assessment), dan hubungan antara
literasi sains dan berpikir tingkat tinggi dan beberapa penelitian yang relevan.
Pada bagian metodologi penelitian menjelaskan tentang metode yang
digunakan dalam penelitian, subjek yang diteliti dalam penelitian, defenisi
operasional yang berguna agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Selain
itu, dalam metodologi penelitian ini juga dijelaskan mengenai instrumen yang
digunakan dalam penelitian tata cara atau prosedur penelitian, cara menganalisis dan
mengolah data yang telah didapatkan, serta alur penelitian memperlihatkan tahap
yang dilakukan dari awal penelitian sampai memperoleh data.
Pada bagian hasil penelitian memaparkan data-data yang telah didapatkan baik
dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik serta temuan-temuan yang didapatkan dari
proses penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang telah dijabarkan dalam rumusan masalah pada BAB I. Data-data serta
temuan-temuan yang didapatkan selanjutnya dibahas secara menyeluruh untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Pembahasan ini dikaitkan dengan temuan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti lain sehingga didapatkan pembahasan yang mendalam.
Penelitian ini tidak hanya menyajikan informasi mengenai capaian literasi sains dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN di kota Solok, tetapi juga
mengungkap pengaruh sikap siswa terhadap kedua capain tersebut dan penyebab
rendahnya capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMAN
Pada bagian BAB V terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang dijelaskan
secara ringkas. Hasil penelitian ini kemudian dijadikan landasan untuk memberikan
saran kepada peneliti lain yang ingin meneliti terkait dengan penelitian ini namun
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan khusus terhadap
sampel yang digunakan sehingga tidak memerlukan kelas kontrol maupun kelas
eksperimen. Penelitian deskriptif ini bertujuan menganalisis kemampuan literasi sains
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills) siswa
SMA kelas X di kota Solok pada konten Biologi melalui soal-soal literasi sains PISA
2006.
Jenis penelitian ini adalah survei serta pengambilan data dilakukan dengan
cara tes, angket, dan observasi proses pembelajaran. Menurut Fraenkel, et al. (2012),
penelitian survei memiliki beberapa karakteristik antara lain adalah informasi yang
dikumpulkan berasal dari sampel yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang beberapa aspek atau karakteristik tertentu dari populasi tempat sampel
tersebut berasal.
B. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN kelas X jurusan IPA di kota
Solok pada tahun ajaran 2013/2014 yang berada pada akreditasi A dan B. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode cluster random
sampling. Metode cluster random sampling digunakan untuk mengambil kelas yang
akan dijadikan sampel penelitian dan seluruh siswa anggota kelas yang dijadikan
sampel penelitian adalah subjek penelitian.
Agar data dapat mewakili seluruh karakeristik siswa SMAN kelas X, maka
akreditasi A dan B. Sampel pada penelitian ini berjumlah 53 orang siswa. Pada Tabel
3.1 di bawah ini dapat dilihat rincian jumlah siswa dari masing-masing sekolah di
kota Solok.
Tabel3.1 Sebaran dan Jumlah Sampel Penelitan
No Sekolah Kelas Jumlah Siswa
1 Akreditasi A X6 24 orang
2 Akreditasi B X2 29 orang
Jumlah 53 orang
C. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Capaian literasi sains siswa adalah capaian 53 orang siswa SMAN kelas X di
kota Solok yang diukur dengan menggunakan soal literasi sains PISA 2006
yang fokus pada konten Biologi.
2. Capaian kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimaksud adalah capaian 53
orang siswa SMAN kelas X di kota Solok yang diukur dengan menggunakan
soal PISA 2006 konten Biologi yang berada pada tingkatan C4-C6 menurut
Bloom (revisi).
3. Konten Biologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah soal-soal materi
Biologi.
D. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa instrumen yang terdiri dari soal literasi sains PISA 2006 released items
konten Biologi baik berupa pilihan ganda maupun essay dan pokok-pokok
pertanyaan, angket serta lembar observasi kelas.
1. Soal Literasi Sains
konten Biologi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Soal ini terdiri
dari 30 butir soal yang terdiri dari soal pilihan sederhana (simple multiple-choice)
yang memuat empat pilihan jawaban (a, b, c, dan d), pilihan kompleks (complex
multiple-choice) yang berisi pilihan respon ya atau tidak, uraian tertutup (closes
constructed response) yang mengharuskan siswa menuliskan jawaban berupa kata
atau kalimat, dan uraian terbuka (open constructed response) yang mengharuskan
siswa untuk membuat penjelasan dengan menggunakan kata-kata sendiri (Rifqiyati,
2013).
Soal literasi yang digunakan menggunakan soal PISA 2006, menggunakan 15
tema (30 butir soal) dari 34 total tema soal yang ada. Soal ini disesuaikan dengan
materi yang telah dipelajari oleh siswa selama SMP dan SMA kelas X dan telah
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini adalah tabel pemetaan soal
PISA 2006 khusus konten Biologi berdasarkan kurikulum 2013.
Tabel 3.2 Pemetaan Soal Literasi Sains PISA 2006 pada konten Biologi berdasarkan Kurikulum 2013
Berikut adalah tabel pemetaan soal PISA 2006 khusus konten Biologi
berdasarkan dimensi literasi sains, yaitu dari aspek konteks dan aspek proses. Untuk
aspek konteks, khususnya cakupan Sumber Daya Alam, tidak terdapat dalam soal
yang diujikan, karena berada pada tema soal yang lain.
Tabel 3.3 Pemetaan Soal Literasi Sains PISA 2006 pada konten Biologi berdasarkan Dimensi Literasi Sains
No Kode
1 : Kesehatan a : Mengidentifikasi permasalahan ilmiah 2 : Sumber daya alam b : Menjelaskan fenomena ilmiah 3 : Mutu lingkungan c : Menggunakan bukti-bukti ilmiah 4 : Bahaya
5 : Kemajuan sains dan teknologi
√ : Masuk ke dalam aspek proses ilmiah a dan b
2. Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills)
Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS – Higher Order Thinking Skills) adalah soal PISA 2006 khusus konten
Biologi yang termasuk pada soal-soal yang berada tingkatan kognitif Bloom revisi
dari C4-C5 yang terdiri dari 12 butir soal. Pengelompokan soal ini berdasarkan hasil
pertimbangan instrumen penelitian dengan dosen ahli dari jurusan Pendidikan Biologi
UPI. Berikut merupakan pemetaan soal PISA 2006 khusus konten Biologi
berdasarkan tingkatan kognitif Bloom (revisi), yaitu dari tingkatan C4-C6 yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.4 Pemetaan Soal PISA 2006 pada konten Biologi berdasarkan Tingkatan Kognitif Bloom (revisi).
No Kode
Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket yang
dikeluarkan PISA 2006 yang berjumlah 36 poin pernyataan. Selain menggunakan
angket yang dikeluarkan pada PISA 2006, penelitian ini juga menggunakan angket
untuk melihat kembali apakah pembelajaran di kelas antara siswa dengan guru telah
terjadi kesinambungan yang dapat mendukung peningkatan literasi sains dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Jadi, pada angket yang digunakan ini
ditambahkan 24 poin pernyataan pada kategori ke 7 berupa kegiatan siswa di kelas
a. Data pribadi siswa
b. Siswa dengan keluarga
c. Pandangan siswa terhadap isu-isu yang berhubungan dengan sains
d. Lingkungan
e. Karir dan sains
f. Waktu yang digunakan untuk belajar
g. Kegiatan di kelas
Angket ini merupakan angket tertutup dan terbuka, yang dalam angket tersebut
siswa mengisi angket berdasarkan pilihan yang telah diberikan dan siswa mengisi
angket sesuai dengan jawaban masing-masing. Pernyataan pada angket akan
disesuaikan dengan kondisi di lapangan seperti dari pekerjaan orang tua ataupun
dihilangkan seperti bahasa yang digunakan. Data hasil angket ini digunakan untuk
melengkapi data penelitian. Semua poin-poin dalam angket ini diharapkan akan
menggali informasi dari sudut pandang siswa tentang sains dan terhadap proses
belajar mengajar.
Berikut merupakan pemetaan penyebaran pernyataan pada angket PISA 2006
untuk kategori satu sampai enam ditambah pengamatan siswa mengenai aktivitas di
dalam kelas yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Lembar Observasi Kelas
Observasi kelas dilakukan untuk melihat proses pembelajaran. Apakah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa telah mendukung untuk
mengembangkan kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa atau tidak? Obervasi dilakukan oleh peneliti sendiri beserta salah satu orang
guru Biologi dari sekolah.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap
pengolahan dan tahap kesimpulan.
1. Tahap persiapan
a. Menentukan dan merumuskan masalah.
b. Studi literatur dan kepustakaan mengenai masalah yang diteliti.
c. Membuat proposal penelitian dengan bimbingan dosen pembimbing. Proposal
penelitian yang telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing akademik yang bertanggung jawab sampai dengan proposal
penelitian selesai. Kemudian proposal penelitian akan diseminarkan untuk
mendapatkan perizinan dan bimbingan dari Dewan Bimbingan Tesis (DBT).
d. Melaksanakan seminar proposal.
e. Perbaikan proposal penelitian dengan bimbingan dosen.
f. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan, yaitu soal literasi sains
PISA 2006 khususnya konten Biologi serta angket.
g. Melakukan pertimbangan instrumen pada dosen ahli jurusan pendidikan
Biologi.
h. Melakukan uji coba soal literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Soal ini diujicobakan pada siswa SMA kelas X di kota Bandung yang diambil
di kota Bandung.
i. Menghitung validitas dan realibilitas soal literasi sains kemampuan berpikir
tingkat tinggi dan analisis fungsi distraktor soal-soal literasi sains PISA 2006
khusus konten Biologi dan pengujian keterbacaan soal-soal literasi sains PISA
2006 khusus konten Biologi yang akan digunakan.
j. Memperbanyak soal untuk mengukur literasi sains, berpikir tingkat tinggi,
angket untuk melihat sikap siswa terhadap sains dan pembelajaran di kelas serta
lembar observasi kelas.
k. Mempersiapkan beberapa perizinan yang perlu dilakukan di Sekolah
Pascasarjana, Dinas Pendidikan Kota Solok untuk menentukan subjek yang
akan diteliti dan mengatur pelaksanaan penelitian.
l. Melakukan survei pada sekolah-sekolah yang akan dijadikan sampel penelitian
dengan membawa surat rujukan dari Dinas Pendidikan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Membagikan soal yang di dalamnya terdapat soal penguasaan literasi sains dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada siswa kelas X pada dua SMAN di
kota Solok. Soal dikerjakan dalam waktu 2 jam pelajaran (2x45 menit) secara
perorangan pada jam pelajaran Biologi.
b. Membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui bagaimana sikap siswa
SMA kelas X di kota Solok terhadap sains. Angket diisi oleh siswa di sekolah
setelah jam sekolah berakhir, mengingat keterbatasan waktu pelajaran yang
tersedia.
c. Melakukan observasi proses pembelajaran yang dilaksanakan pada dua SMAN
di kota Solok (akreditasi A dan B). Observasi proses pembelajaran di sekolah
dilaksanakan minimal satu kali pertemuan dan. Observasi ini diharapkan
nantinya akan menjadi tolak ukur hasil capaian literasi sains serta kemampuan
juga diiringi dengan pengisian lembar obervasi oleh observer.
3. Tahap pengolahan data
a. Melakukan analisis terhadap literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa. Skor ditabulasikan ke dalam Microsoft Excel 2007,
b. Penilaian jawaban siswa dicocokkan berdasarkan penskoran PISA 2006.
Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan rumus NP = R/SM x 100%.
Skor yang didapat siswa akan diolah menggunakan rumus di atas, sehingga
hasil capaian literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat
dikategorikan ke dalam kelompok tertentu.
c. Skor yang telah diurutkan kemudian diolah dan didapatkan data berupa tabulasi
banyak kelas dan interval. Penentuan banyak kelas diperoleh dengan
menggunakan rumus. Daftar distribusi frekuensi dibuat sehingga didapatkan
skor untuk membuat grafik sebaran nilai (Sudjana, 2005).
n = banyak sampel
R = rentang
Panjang kelas (p) ditentukan dengan rumus:
P =
d. Angket yang diberikan kepada siswa nantinya dianalisis secara deskriptif.
e. Hasil observasi proses pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru
dianalisis secara deskriptif.
f. Melakukan interpretasi terhadap hasil yang telah dianalisis. Data yang telah
didapat kemudian dikategorikan ke dalam kelompok tertentu.
g. Membahas hasil penelitian
4. Tahap pengambilan kesimpulan
Banyak kelas = 1 + (3,3) log n
a. Menarik kesimpulan.
b. Menyusun laporan.
c. Bimbingan dan perbaikan
F. Analisis dan Pengolahan Data
Setelah penelitian selesai dilaksanakan, diperoleh data kuantitatif. Analisis dan
pengolahan berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan penelitian. Data
kuantitatif berupa skor penguasaan literasi sains, kemampuan berpikir tingkat tinggi,
serta sikap siswa. Data kualitatif dan kuantitatif akan dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui kecenderungan data atau temuan yang akan digunakan dalam
menarik kesimpulan.Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu nama sekolah
dan nama siswa diganti. Untuk siswa yang belajar di sekolah berakreditasi A akan diberi kode “A” dan siswa yang belajar di sekolah berakreditasi B akan diberi kode “B” Nama siswa diganti menjadi urutan angka 1, 2, 3 dan seterusnya. Contoh, siswa yang bersekolah di sekolah berakreditasi A pada urutan 17 akan diganti dengan kode
A17.
1. Penguasaan Literasi Sains.
a. Untuk menghitung penguasaan literasi sains siswa dapat dilakukan sesuai
dengan framework penskoran PISA dan diperiksa secara manual. Untuk
penilaian soal atau pemberian skor dilaksanakan sesuai dengan Framework
PISA 2006 dan Take The Test: Sample Questions from OECD's PISA
Assessment.
b. Setiap soal memiliki jawaban benar dan salah. Namun, beberapa pertanyaan
memungkinkan jawaban yang benar namun tidak lengkap. Pemberian skor
penuh adalah 2, skor salah adalah 0, dan pertanyaan yang memungkinkan
jawaban benar diberikan skor 1. Skor maskimal jika siswa berhasil menjawab
dipresentasekan dengan menggunakan rumus Purwanto (2009):
berdasarkan perhitungan di atas. Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori
menurut Purwanto (2009) sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kategori Persentase Penguasaan Literasi Sains Siswa SMAN kelas X
d. Tabulasi jawaban dilakukan berdasarkan aspek kompetensi ilmiah dan
akreditasi sekolah.
e. Menganalisis dan menginterpretasikan data dengan menggunakan tabel, grafik
maupun diagram.
2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)
Untuk mengukur kemampuan berpirkir tingkat tinggi siswa, dihitung
berdasarkan penskoran kemampuan literasi sains siswa, karena pada soal
literasi sains PISA 2006 khusus konten Biologi yang digunakan tersebut ada
soal-soal yang berada tingkatan kognitif Bloom revisi dari C4-C5 yang terdiri
dari 12 butir soal. Jika siswa berhasil menjawab dengan benar pada butir-butir
soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka siswa siswa
Gustia Angraini, 2014
analisis kemampuan literasi sains dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (hots – higher order thinking skills)
siswa dilakukan berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4-C5).
3. Analisis Angket
a. Angket PISA 2006
Dilakukan penskoran jawaban siswa sesuai dengan aturan penskoran PISA. Jawaban yang menunjukkan ketertarikan yaitu: “sangat tertarik”, “tertarik”, “sangat setuju”, dan “setuju” diberikan skor satu. Sedangkan siswa yang memilih respon “kurang tertarik”, “tidak tertarik”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” diberi nol (OECD, 2007). Kemudian melakukan tabulasi skor kuisioner seluruh siswa dengan kode yang telah ditentukan. Setelah melakukan
penskoran, skor siswa dari masing-masing sekolah dikelompokkan berdasarkan
acuan skor sikap siswa oleh Purwanto (2009), dipersentasekan. Skor siswa yang masuk kategori “tinggi” akan dipersentasekan.
b. Angket Kegiatan di Kelas
Angket ini dianalisis dengan analisis deskriptif dan interpretasi data
berdasarkan persentase dari setiap jawaban siswa. Pada kuisioner ini jawaban
yang telah didapatkan akan dikelompokkan dan dihitung persentase
jawabannya sesuai pengelompokkan. Pernyataan sikap siswa dideskripsikan
dengan teknik analisis data dengan rumus:
SkorSkormaksimumrata rata
G. Alur Penelitian
Uji Keterbacaan Validasi Angket dan
Soal Literasi Sains PISA 2006 Konten
Biologi
Soal Berpikir Tingkat Tinggi Soal Literasi
Sains
Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Hasil Penelitian Pelaksanaan
Penelitian
Sikap Siswa terhadap
Sains Kemampuan
Literasi Sains
Angket Sikap siswa terhadap
Sains
Lembar Observasi
Kelas
Gustia Angraini, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan literasi
sains siswa kelas X di kota Solok berada pada kategori “kurang sekali” dengan rata
-rata sebesar 29.81%. Rata--rata capaian literasi sains yang diraih dari sekolah
akreditasi A adalah sebesar 37.29% dan capaian literasi sains diperoleh dari sekolah
akreditasi B yaitu sebesar 23.62%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
kelas X di kota Solok tergolong pada kategori “kurang sekali”. Rata-rata capaian
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di kota Solok hanya mencapai 32.08%.
Sekolah akreditasi A memperoleh nilai persentase sebesar 39.41% dan sekolah
akreditasi B memperoleh nilai persentase sebesar 26.01%.
Sikap siswa terhadap sains dari sekolah akreditasi A menunjukkan persentase
yang tinggi, yaitu sebesar 95%. Sekolah akreditasi B menunjukkan persentase yang
sangat rendah, yaitu sebesar 27.27%.
B. Saran
Hasil penelitian ini akan menjadi data yang berharga baik bagi peneliti sendiri,
sekolah, departemen pendidikan dan lain-lain. Berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam menindaklanjuti hasil penelitian:
1. Kendala utama dalam penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memahami
dan menerjemahkan maksud soal dengan baik. Jadi, saran untuk penelitian
selanjutnya yang menggunakan soal PISA hendaknya diterjemahkan dan
disederhanakan dengan baik. Jadi siswa dapat dengan mudah memahami
2. Selain siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menerjemahkan
maksud soal kendala yang dihadapi dalam penelitian adalah jumlah sampel tiap
sekolah yang tidak berimbang atau sebanding. Jadi, untuk peneliti yang ingin
melakukan peneltian yang terkait harus memperhatikan jumlah sampel yang
seimbang.
3. Perlunya memperbanyak populasi atau memperluas area penelitian, sehingga
dapat mencakup wilayah atau daerah yang lebih luas.
4. Berbagai aspek pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
literasi sains dan berpikir tingkat tinggi dengan baik, karena dilihat dari
penelitian bahwa kemampuan literasi sains dan berpikir tingkat tinggi di kota
Solok masih sangat rendah.
5. Perlunya bagi guru menciptakan suasana belajar mengajar yang tidak hanya
dapat membangun, tetapi juga meningkatkan kemampuan literasi sains dan
DAFTAR PUSTAKA
Akpinar, E. et al. (2009). Student’s Attitude toward Science and Technology: An Investigation of Gender, Grade Level and Academic Achievement. Procedia Social and Behavioral Science. 1(2009), 2804-2808. Tersedia di: http://blogimages.bloggen.be/zep/attach/38165.pdf. Diakses pada 7 September 2014.
Anonim A. (20l3). Hasil Studi Programme for International Student Assessment
(PISA) 2012 Indonesia. [Online]. Tersedia di :
http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PlSA-20 1 2-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf. Diakses 19 Januari 2014.
Anonim B. (2013). Survei Internasional PISA. [Online]. Tersedia di: http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-intemasional-pisa. Diakses 14 Januari 2014.
Aritonang, K.T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 10(7), hlm. 11-21. Tersedia di: belajar www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal 11-21/minat dan motivasi belajar.pdf. Diakses pada 1 Oktober 2014.
Azzahra, S.F. (2014). Pengingkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Termokimia Melalui Pembelajaran Group dan Individual Problem Solving. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Brookhart, S.M. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skill in Your Classroom. Alexandria, Virginia: ASCD.
De Boer, G.E. (1991). A History of ldeas in Science Education. New York: Teacher College Press.
Devi, P.K. (2011). Pengembangan Soal "Higher Order Thinking Skill" Dalam
Pembelajaran IPA SMP/MTs (makalah). Tersedia di
http://p4tkipa.net/data-jurnal/HOTs.Poppy.pdf. Diakses pada 13 Januari 2014.
Dewi, S.P. (2014). Analisis Pengambilan Keputusan Siswa Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan Soal-Soal Biologi TIMSS 2011 di Kota Palembang. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Elfian, Z. (2013). Wawako Lepas Siswa Ikuti Lomba Tingkat Nasional. Antara Sumbar, 21 September 2013. Tersedia di http://www.antarasumbar.com/berita/pendidikan/j/16/312159/wawako-lepas-siswa-ikuti- lomba-tingkat- nasional.html. Diakses pada 2 Desmber 2014.
Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Puspendik Depdiknas.
Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGraw-Hill.
Hadinugraha, S. (2012). Literasi Sains Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konten Pengetahuan Biologi. (Skripsi) FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Holbrook, J. (1998). A Resource Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO.
Holbrook, J. & Rannikmae, M. (2009). "The Meaning of Scientific Literacy". International Journal of Environmental & Science Educational. IJESE, 4(3), hlm. 275-288. Tersedia di http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Holbrook.pdf. Diakses 7 Januari 2014.
Hamdu, G. & Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), hlm. 81-86. Tersedia di http://jurnal.upi.edu/file/8-Ghullam_Hamdu1.pdf. Diakses pada 5 Oktober 2014.
Institute of Education Sciences. (2007). Highlights From PISA 2006: Performance of U.S. 15-Year-Old Students in Science and Mathematics Literacy in an
International Context. Tersedia di: http://nces.ed.gov/pubs2008/2008016.pdf.
Diakses 25 Februari 2014.
Khairunnisa, I.A. (2013). Kemamuan Interpretasi Gambar dan Grafik Siswa dalam Tes Literasi Sains PISA dan Tes Kemampuan Dasar. (Skripsi). FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
King, F.J., Goodson, L., & Rohani, F. (2012). Higher Order Thinking Skill:
Definition, Teaching Strategies, Assessment. Tersedia di:
http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf. Diakses 2 September 2014.
Lazear, D. (2004). Higher-Order Thinking the Multiple Intelligences Way. Chicago: Zephyr Press.
Lima, A. et al .(2010). Field Trip Activity In an Ancient Gold Mine: Scientific Literacy In Informal Education. SAGE Publication, 19 (3), hlm. 322-334. Tersedia di: http://pus.sagepub.com/content/19/3/322.full.pdf+html. Diakses 25 Juni 2014.
Liu, X. (2009). Beyond Scientific Literacy: Science and the Public. IJESE, 4 (3), hlm. 301-311. Tersedia di: http://www.ijese.com/IJESE_v4n3_Special_Issue_Liu.pdf. Diakses pada 25 Juni 2014.
Marzano, R. J., et al. (1988). Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.
Nuh, M. (2013). Kurikulum 2013 Disesuaikan dengan Tuntutan Perbandingan
Internasional. [Online]. Tersedia di:
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1334. Diakses 19 Agustus 2014. OECD. (2006). Assessing Scientific, Reading Mathematical Literacy: A Framework
for PISA 2006. [Online]. Tersedia di: http://www.oecd.org/bookshop. Diakses
15 Januari 2014.
OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. [Online]. Tersedia di: http://www.oei.es/evaluacioneducativa/InformePISA2006-FINALingles.pdf. Diakses 16 Januari 2014.
OECD. (2009). Take the Test. Sampel Questions from OECD’s PISA Assessments.
[Online]. Tersedia
http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Take%20the%20test%20e%20book.p df. Diakses 16 Januari 2014.
Prokop, P., Tuncer, G., & Chudá, J. (2007). Slovakian Student’s Attitudes toward Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(4), hlm. 287-295. Tersedia di: http://www.zoo.sav.sk/prokop/articles/Prokop_etal.Attitudes%20EJMSTE.pdf Diakses pada 7 September 2014.
Purwanto, M.N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: T. Remaja Rosdakarnya.
Pusat Penelitian Pendidikan Balitbang Kemendikbud. (2011). Analisis Trend Literasi Sains Siswa Indonsian dalam Studi PISA 2000-2009. (Makalah). Disampaikan pada Kegiatan Seminar PISA Analisis Trend Kemampuan Siswa Indonesia Hasil PISA 2000-2009,
Rifqiyati. (2013). Analisis Literasi Sains dan Kemampuan Mini Riset Mahasiswa Biologi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Mahasiswa Non-IPA. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Rustaman, N.Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah pada Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia. Jakarta: Puspendik Depdiknas.
Sariati, D. (2013). Analisis keterampilan Proses pada Penggunaan Hierarki Inkuiri dan Dampaknya Terhadap Literasi Sains Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Shwartz, Y., Ben-Zvi, R. & Hofstein, A. (2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy For Assessing The Development of Chemical Literacy Among High-School Students. Chemistry Education Research and Practice, 7(4), hlm. 203-225. Tersedia di: http://www.rsc.org/images/Shwartz%20paper_tcm18-66590.pdf. Diakses pada 2 September 2014.
Sophia, G. (2013). Profil Capaian Literasi Sains Siswa SMA Di Garut Berdasarkan Kerangka PISA Pada Konten Pengetahuan Biologi. (Skripsi). FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Sriwahyuni, I A.K., Dantes, N. & Marhaeni, AA.I.N. (2013). Pengaruh Implementasi Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Ditinjau dari Minat Belajar Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol 4, hlm. 1-13. Tersedia di:
http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ap/article/view/1014/762. Diakses pada 10 Oktober 2014.
Sudiatmika, A A.I.R. (2010). Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa SMP dala Konteks Budaya Bali. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak diterbitkan.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan
Pembelajaran. Tersedia di:
http://www.erlangga.co.id/index.phpp?option=comcontent&task=view&id=36 4&Itemid=336. Diakses 1 Februari 2014.
Thomson, S. & De Bortoli, L. (2008). Exploring Scientific Literacy: How Australia Measures Up The PISA 2006. Survey of Student's Scientific, Reading and Mathematical Literacy Skills. Camberwell, Vic.: ACER Press.
Wilson, L.O. (2013). Understanding the New Version of Bloom’s Taxonomy A Succinct Discussion of The Revisions of Bloom’s Classic Cognitive Taxonomy by Anderson and Krathwohl and How To Use Them Effectively. Tersedia di: http://thesecondprinciple.com/wp-content/uploads/2014/01/Understanding-revisions-to-blooms-taxonomy1.pdf. Diakses 20 Agustus 2014.
Yusuf, S. (2003). Literasi Siswa Indonesia Loporan PISA 2003. [Online]. Tersedia di: http://www.p4tkipa.org . Diakses 3 Januari 2014.