• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kehilangan air (WATER LOSSES) PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi kehilangan air (WATER LOSSES) PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES)

PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN

DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk

Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

OLEH :

NIKMAD ARSAD SIREGAR

070404012

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Kebutuhan air bersih masyarakat semakin hari semakin meningkat dan kapasitas produksi sumber air bersih yang relatif menurun maka hal yang paling relefan untuk dilakukan yaitu dengan mengurangi atau meminimalkan tingkat kehilangan air. Untuk meminimalkan tingkat kehilangan air dapat dilakukan dengan program pengendalian Non Revenued Water (NRW). NRW dapat didefinisikan sebagai air yang hilang dapat diukur dan diketahui besarnya namun tidak dapat direkeningkan atau tidak dapat menjadi penghasilan, tetapi dapat dipertanggung jawabkan (Yayasan Pendidikan Tirta Dharma. Salah satu metodologi yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya Non Revenued Water (NRW) adalah metode Infrastructure Leakage Index (ILI) yaitu penilaian dengan mempertimbangkan panjang pipa induk, jumlah sambungan/tapping, panjang pipa dinas dan tekanan rata-rata.

Dalam melakukan studi ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekuder. Data primer merupakan data yang diambil langsung sewaktu penulis melakukan penelitian di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan, mencakup tekanan, panjang pipa, input air yang masuk (debit), akurasi meter dan jumlah air yang didistribusikan. Data sekunder meliputi gambar kerja, diameter pipa, jumlah pelanggan, umur pipa, konsumsi resmi tak berekening, konsumsi resmi berekening, dan air yang terjual.

Perhitungan persen tingkat kehilangan air dan pembuatan neraca air dilakukan dengan menghitung tekanan pipa, debit pada pembacaan meter induk, akurasi meter, jumlah air yang terjual, dan jumlah pelanggan. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat diketahui besarnya nilai dari Infrastructure Leakage Index (ILI) dengan menggunakan Tabel Matriks Target.

Dari hasil penelitian, tingkat kehilangan air di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan sebesar 13.608 m3/tahun atau sebesar 6,6 % per tahun dengan kerugian dalam rupiah sebesar Rp 14.480.991,- m3/tahun dan nilai ILI didapat 5,41 dengan tekanan rata-rata 1,97 atm termasuk dalam golongan B dan nilai tersebut berada pada range 8-16 maka didapat nilai kebocoran 200-400 l/sambungan/hari.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi karunia

kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan

salam kepada Rasullah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan

kerja keras sehinggga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas sehari-hari, karena

sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak pantang

menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

Program Studi Stara Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi yang diambil adalah:

Evaluasi kehilangan air (WATER LOSSES) PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan di

Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari

dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan

penting yaitu :

1. Bapak Dr. Ir Ahmad Perwira Mulia, M.Sc selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak

memberikan bimbingan yang sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu,

(4)

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir.Alferido Malik, Bapak Ivan Indrawan, ST, MT, selaku Dosen Pembanding, atas

saran dan masukan yang diberikan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.

6. Bapak Ir. Asran Siregar selaku Kepala Cabang PDAM Padangsidimpuan, Bapak Malintang

Siahaan sebagai Kasubbag Produksi, bapak Muhammad Abbas selaku Kaur Sumber PDAM

Tirtanadi Padangsidimpuan yang telah memberikan izin riset untuk pengambilan data yang

diperlukan dalam Tugas Akhir ini.

7. Bapak Dedy Jf Siagian ST, yang telah membantu dalam melakukan survei lokasi studi di Jln

Melati Padangsidimpuan Selatan..

8. Ayahanda Bahari Siregar SH dan Ibunda Chaerani Daulay, S.Pd tercinta yang telah banyak

berkorban, memberikan motivasi hidup, semangat dan nasehat, beserta saudara-saudari

tersayang: Hasrul Effendi Siregar, Agus Wijaya Siregar dan Henni Putri Siregar yang selalu

mendoakan dan mendukung penulis.

9. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

(5)

11. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2007, Muna, agung, hafiz, ihsan, dedy siagian, bajora,

zul, ghufran, diva, fahrol, irsyad, didi, kahfi serta teman-teman angkatan 2007 yang tidak

dapat disebutkan seluruhnya terimakasih atas semangat dan bantuannya selama ini.

12. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam mendukung dan

membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan

baik.

Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis

menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala

saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan

laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2013

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Abstrak...iv

Daftar Isi...v

Daftar Gambar...viii

Daftar Tabel...ix

Daftar Lampiran...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Umum ... 1

1.2. Latar Belakang ... 2

1.3. Perumusan Masalah………..3

1.4. Tujuan Penelitian... 3

1.5. Manfaat Penelitian... 4

1.6. Pembatasan Masalah ... 4

1.7. Sistematika Penulisan………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pendahuluan ... 6

(7)

2.3. Definisi Kehilangan Air ... 11

2.4. Sumber-Sumber Kehilangan Air ... 18

2.5. Kerugian Akibat Kehilangan Air ... 25

2.6. Metode Pengendalian Air Bersih ... 26

2.7. Populasi dan Sampel ... 29

2.7.1. Populasi ... 29

2.7.2. Sampel ... 29

2.7.3. Metoda Pengambilan Sampel ... 29

2.7.3.1. Probability Sampling ... 30

2.7.3.2. Nonprobability Sampling ... 31

2.8. PEMBUATAN NERACA AIR ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

3.1. TEKNIK DAN SUMBER DATA ... 40

3.1.1. Pengumpulan Data ... 40

3.1.2. Sumber Data ... 41

3.2. LANGKAH KERJA ... 42

3.3. LOKASI PENELITIAN ... 44

3.3.1. Sejarah Perusahaan ... 44

(8)

3.3.3. Sistem Transmisi ... 46

3.3.4. Reservoir ... 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Penyajian Data... 47

4.1.1. Data Primer... 47

4.1.1.1. Tekanan ... 49

4.1.1.2. Debit ... 50

4.1.1.3. Akurasi Meter ... 51

4.1.2. Data Sekunder ... 57

4.2. PEMBAHASAN DATA ... 58

4.2.1. Studi Kasus di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan ... 58

4.2.2. Perhitungan Kehilangan Air dalam Rupiah ... 60

4.2.3. Pembuatan Neraca Air ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan... 68

5.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Alir ... 4

Gambar 3.1 Diagram Alir ... 44

Gambar 3.2 Peta Kota Padangsidimpuan... 45

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Neraca Air………...12

Tabel 4 1 Data Pola Pemakaian Air di Padangsidimpuan Selatan ……… 47

Tabel 4 2 Data Tekanan di Padangsidimpuan Selatan (Hasil Survey) …………... 49

Tabel 4 3 Data Debit di Padangsidimpuan Selatan………. 50

Tabel 4 4 Data Akurasi Meter di Padangsidimpuan Selatan (Hasil Survey)……… 51

Tabel 4 5 Jumlah Air Yang Didistribusikan dan Dikonsumsi……….. 58

Tabel 4 6 Perhitungan Neraca Air……… 62

Tabel 4 7 Matriks Target………64

(11)

Lampiran 1 Peta Lokasi

Lampiran 2 Daftar Rekening Ditagih (DRD)

Lampiran 3 Dokumentasi

Lampiran 4 Kriteria Penggolongan Tarif

(12)

ABSTRAK

Kebutuhan air bersih masyarakat semakin hari semakin meningkat dan kapasitas produksi sumber air bersih yang relatif menurun maka hal yang paling relefan untuk dilakukan yaitu dengan mengurangi atau meminimalkan tingkat kehilangan air. Untuk meminimalkan tingkat kehilangan air dapat dilakukan dengan program pengendalian Non Revenued Water (NRW). NRW dapat didefinisikan sebagai air yang hilang dapat diukur dan diketahui besarnya namun tidak dapat direkeningkan atau tidak dapat menjadi penghasilan, tetapi dapat dipertanggung jawabkan (Yayasan Pendidikan Tirta Dharma. Salah satu metodologi yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya Non Revenued Water (NRW) adalah metode Infrastructure Leakage Index (ILI) yaitu penilaian dengan mempertimbangkan panjang pipa induk, jumlah sambungan/tapping, panjang pipa dinas dan tekanan rata-rata.

Dalam melakukan studi ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekuder. Data primer merupakan data yang diambil langsung sewaktu penulis melakukan penelitian di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan, mencakup tekanan, panjang pipa, input air yang masuk (debit), akurasi meter dan jumlah air yang didistribusikan. Data sekunder meliputi gambar kerja, diameter pipa, jumlah pelanggan, umur pipa, konsumsi resmi tak berekening, konsumsi resmi berekening, dan air yang terjual.

Perhitungan persen tingkat kehilangan air dan pembuatan neraca air dilakukan dengan menghitung tekanan pipa, debit pada pembacaan meter induk, akurasi meter, jumlah air yang terjual, dan jumlah pelanggan. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat diketahui besarnya nilai dari Infrastructure Leakage Index (ILI) dengan menggunakan Tabel Matriks Target.

Dari hasil penelitian, tingkat kehilangan air di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan sebesar 13.608 m3/tahun atau sebesar 6,6 % per tahun dengan kerugian dalam rupiah sebesar Rp 14.480.991,- m3/tahun dan nilai ILI didapat 5,41 dengan tekanan rata-rata 1,97 atm termasuk dalam golongan B dan nilai tersebut berada pada range 8-16 maka didapat nilai kebocoran 200-400 l/sambungan/hari.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan alam.

Salah satu sumber daya alam yang sering dimanfaatkan manusia adalah air. Air adalah senyawa

yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi.

Air menutupi hampir 71% permukaan bumi (mrsupel.blogspot.com). Pengelolaan sumber

daya air yang kurang baik dapat menyebabkan kekurangan air. Maka dari itu dikatakan air

sebagai sumber kehidupan. Karena tanpa air manusia, hewan, dan tumbuhan serta penghuni

kehidupan di bumi ini tidak akan berlangsung.

Air bersih sebagai infrastuktur kota sangat berperan dalam menunjang perkembangan

kota. Antara lain membutuhkan sistem perencanaan air bersih yang baik sehingga mampu

memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Pengelolaan sistem penyediaan air bersih yang

layak, serta memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktivitas perkotaan secara keseluruhan akan

meningkatkan produktivitas kota.

Dan keberadaan air bersih di daerah Perkotaan menjadi sangat penting karena aktifitas

kehidupan masyarakat kota yang dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi di kota Padangsidimpuan memanfaatkan air bersih yang

berasal dari mata air. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka manusia

membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas yang meningkat pula dalam menopang

(14)

Hanya sekitar 121.071 pelanggan. Aktivitas PDAM mulai dari mengumpulkan, sampai

mendistribusikan air ke setiap pelanggan secara berkesinambungan.

1.2 Latar Belakang

Kehilangan air dapat dilihat dari dua sisi : dari sisi kehilangan itu sendiri dan dari sisi jika tidak kehilangan. Pemahaman dua dimensi ini memberikan kita gambaran bahwa kehilangan air merupakan wanprestasi dari suatu proses pelayanan air secara keseluruhan. Ini penilaian dari sisi kehilangan air. Sementara dari sisi jika tidak kehilangan memberikan nilai bahwa ada hak publik yang diambil yang seharusnya ada.

Agar pelayanan air PDAM ke masyarakat tidak terganggu dan dapat mencapai standart pelayanan maka harus memperhatikan aspek-aspek yang sangat berpengaruh yaitu kualitas, kontinuitas, dan

kuantitas (K3). Untuk itu pengelola air minum di Indonesia mulai mencari suatu metodologi yang tepat digunakan untuk indikasi kehilangan air.

Dalam penerapannya sesuai sistem dan prosedur yang ada, penulis berharap selama penulisan tugas akhir ini dapat menyerap ilmu pengetahuan baik itu dari PDAM maupun dari seluruh Dosen yang akhirnya pada saatnya dapat untuk diterapkan di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan sehingga beberapa permasalahan yang kerap timbul tentang kehilangan air dapat teratasi dengan baik sesuai yang diharapkan untuk lebih meningkatkan pendapatan Perusahaan.

1.3 Perumusan Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengevaluasi tingkat kehilangan air. Penulis mengambil lokasi di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan. Secara umum, terjadinya peningkatan

kehilangan air di sebabkan oleh masa pakai pipa yang telah habis dimana umur pemakaian pipa sudah melebihi 10 tahun, yang menyebabkan kebocoran pada pipa tersebut..

(15)

1. Mengetahui besarnya tingkat kehilangan air di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

2. Mengamati kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di kota Padangsidimpuan

dengan jaringan distribusi air minum yang di tinjau dan di batasi pada wilayah

pelayanan PDAM kota Padangsidimpuan meliputi wilayah Padangsidimpuan Selatan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya tingkat kehilangan air di Kecamatan Padangsidimpuan

Selatan.

2. Memberikan rekomendasi kepada PDAM kota Padangsidimpuan untuk

mengendalikan kehilangan air bersih yang terjadi pada PDAM kota

Padangsidimpuan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir di PDAM Padangsidimpuan adalah :

1. Mampu mengaplikasikan ilmu baik berupa teori maupun praktik yang diperoleh

selama masa perkuliahan dengan cara mempraktikkannya langsung di lapangan.

2. Bagi PDAM, dapat dijadikan perbandingan ataupun masukan lebih banyak berkaitan

(16)

1.6 Pembatasan Masalah

1. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis penulis hanya memfokuskan pada: Daerah

jln.Melati kecamatan Padangsidimpuan Selatan

2. Penulisan tugas akhir ini hanya di fokuskan pada kehilangan air saja yaitu dengan

menghitung NRW menggunakan ILI

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam tugas akhir ini, penulisan tugas akhir

ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I, PENDAHULUAN, merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan

dilakukan meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup

pembahasan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II, TINJAUAN PUSTAKA, terdiri PDAM Padangsidimpuan sebagai lokasi. Faktor

– faktor yang mempengaruhi kehilangan air di PDAM Padangsidimpuan.

BAB III, METODOLOGI PENELITIAN, Menguraikan hal – hal yang menyebabkan

kehilangan air pada PDAM Padangsidimpuan.

BAB IV, ANALISA DAN PEMBAHASAN, menganalisis kehilangan air yang terjadi

pada PDAM Padangsidimpuan.

BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan kumpulan dari butir-butir

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Kehilangan air bersih atau air PDAM sering di sebut sebagai Non-Revenue-Water

(NRW).sederhananya adalah air bersih yang menjadi olahan yang tidak menjadi pendapatan

(revenue) pengolahan karena kesalahan pengelola dan sebab-sebab lain di sebut secara umum

sebagai ‘kebocoran’.

NRW sering menjadi perdebatan, tetapi pada akhirnya kurang menjadi perhatian untuk di

selesaikan. Pertanyaan awal adalah mengapa menjadi penting? Kehilangan air perpipaan menjadi

penting bukan saja hanya karena berkenaan dengan ancaman terhadap tingkat cakupan dan

kualitas pelayanan, tetapi juga pada tingkat pendapatan (revenue) pengelolahan yang jumlahnya

relative sangat besar jumlah serta nilainya yang pada akhirnya akan di bebankan pada

masyarakat pelanggan air minum perpipaan tersebut.

Untuk memperkuat mengenai kehilangan air, kita mengutip argumentasi Tornton dkk

(2008) sebagai berikut:

Bukan saja menjadi perioritas kedua, tetapi sering kali kehilangan air tidak di buka secara

luas kepada publik untuk menutupi ketidak mampuan pengelola air bersih. Dalam pembahasan

yang lebih ekstrim, jika membandingkan peristlahan yang akan di pergunakan oleh dua LSM

internasional, yaitu Water Integrity Network dan Transparancy Internasional (IT). Pengabaian

dari penurunan NRW dapat di katagorikan sebagai bagian dari krisis tata kelola air yang menuju

(18)

2.2 Standar Kebutuhan Air pada Masyarakat

Secara garis besar, penggunaan dan pemakaian air bersih dalam aktivitas sehari-hari

manusia adalah sebagai berikut :

1. Untuk keperluan rumah tangga (domestic use) Mandi, cuci, kakus, memasak, dan

keperluan-keperluan lain dalam rumah tangga.

2. Untuk keperluan industri

- sebagai bahan pokok, misal : untuk industri makanan dan minuman

- sebagai bahan pembantu, misalnya: untuk proses pendinginan, pencucian.

3. Untuk keperluan perkotaan

- membersihkan jalan, menyiram taman-taman, air mancur.

- penggelontoran saluran-saluran kota

- persediaan air untuk hidran pemadam kebakaran

- untuk keperluan sekolah, perkantoran, gedung pertemuan umum.

- untuk keperluan sosial, seperti mesjid, langgar, rumah sakit.

- untuk keperluan komersial, seperti rumah makan, hotel, pasar.

- untuk keperluan pelabuhan

- untuk keperluan fasilitas rekreasi, seperti kolam renang, daerah wisata, daerah

(19)

Kebutuhan air suatu komunitas tergantung pada faktor-faktor di bawah ini:

1. Populasi

2. Kondisi iklim

3. Kebiasaan dan gaya hidup

4. Fasilitas plambing

5. Sistem penyaluran pembuangan

6. Industri

7. Biaya air

Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka dalam suatu penyediaan air minum perlu

diperhatikan faktor-faktor :

1. Segi Kualitas

Terpenuhinya syarat-syarat kualitas, aman, higienis, baik dapat diminum tanpa

kemungkinan menginfektir pemakainya.

Persyaratan kualitas air minum terdiri atas :

- Persyaratan Fisis

Kualitas fisis yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata- mata dengan

pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat

(20)

Yang termasuk dalam persyaratan fisik air minum adalah bau, rasa, temperatur, warna,

dan kekeruhan.

Adapun standard kualitas pelayanan PDAM dari indikatot NRW dapat di lihat pada tabel 2.1

berikut :

Tabel 2.1Analisis Kualitas Kesehatan Pelayanan PAM dari Indikator NRW

Tingkat kehilangan air (NRW) Kondisi kesehatan Tindakan medis diperlukan

0% - 10% Sehat Hidup seperti biasa

10% - 15% Kurang sehat Hati-hati. Pola makan harus

Diatur

15% - 20% Tidak sehat Berobat ke dokter

20% - 25% Sakit Rawat inap

Diatas 25% Stroke ICCU

Sumber : Firdaus Ali, 2009

- Persyaratan Kimiawi

Kadar dan tingkat konsentrasi unsur kimia yang terdapat dalam air harus aman, tidak

membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, pertumbuhan

tanaman, tidak membahayakan kesehatan bila digunakan dalam industri serta tidak

menimbulkan kerusakan pada sistem penyediaan air minumnya sendiri. Sebaliknya,

(21)

kondisi air minum yang dapat mencegah suatu penyakit atau kondisi kualitas yang

menguntungkan.

Pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dapat dibedakan atas 4 macam golongan :

1. Unsur-unsur yang bersifat racun (Hg,Pb)

2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan

3. Unsur-unsur yang dapat mengganggu sistem atau aktivitas manusia

4. Unsur-uns ur yang merupakan indikator pencemaran

- Persyaratan Bakteriologis

Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri secara umum, kuman

dan bakteri coli secara khusus.

Pada dasarnya ada dua golongan bakteri :

 Mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit

 Non pathogen, yaitu mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit

2. Segi Kuantitas

Tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dipergunakan setiap waktu, baik untuk

keperluan domestik maupun keperluan lainnya. Penyediaan air dalam jumlah yang

cukup, baik untuk keperluan domestic maupun kegiatan lainnya, tidak hanya

mempunyai arti terpenuhinya permintaan dan kebutuhan itu sendiri akan tetapi lebih

(22)

3. Pemakaian Air

Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dari system yang ada

bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air

yang tersedia pada sistem yang dipunyai, yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.

Pemakaian air perkapita dapat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya

disebabkan berbagai faktor, antara lain tingkat hidup, pendidikan, dan tingkat ekonomi

masyarakat.

4. Kebutuhan Air

Kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok

manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan

air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman

dari pemakaian air.

5. Fluktuasi Pemakaian Air

Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu

hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dengan bulan lainnya dalam satu tahun.

Perbedaan ini terjadi karena perbedaan aktifitas penggunaan air yang terjadi.

Perbedaan ini lebih disebabkab oleh kebiasaan masyarakt pemakai dan keadaan iklim.

Terpenuhinya kedua segi di atas adalah sangat penting untuk mendukung pengelolaan

(23)

2.3 Definisi Kehilangan Air

Yang dimaksud dengan kehilangan air disini adalah pemakain air yang tidak di bayar.

Pemakaian air yang tidak terbayar ini dapat merupakan :

a. Kehilangan air yang dapat dipertanggung jawabkan (pemakaian air yang tercatat)

contohnya:

• Pemakaian air untuk proses pengolahan/ pengoperasian sistem penyediaan air

bersih, misalnya membersihkan filter atau back wash dan lain-lain.

• Pemakaian air yang tercatat tetapi pada penggunaannya tidak berdasarkan

kebutuhan yaitu sebagai contoh adalah pembukaan kran air pada pelanggan

tetapi lupa untuk menutup kembali.

• Pendistribusian air untuk kebutuhan sosial yang tidak ditagih atau tidak ada

pembebanan biaya.

b. Kehilangan air yang tidak dapat dipertanggung jawabkan (pemakaian air yang tidak

tercatat) contohnya :

• Kebocoran atau kehilangan air pada jaringan pipa distribusi.

• Pemakaian air oleh konsumen/ pelanggan yang pemakaiannya tidak tercatat

baik itu karena kesengajaan,misalnya pencurian air maupun karena

ketidaksengajaan, misalnya meter pelanggan tidak akurat.

ATBD = Input sistem – Konsumsi Berekening

(24)
(25)

meteran

Kehilangan air akan ATBD didefinisikan sebagai perbedaan antara banyaknya air yang

dialirkan ke jaringan distribusi dan pemakaian air yang tercatat pada pemakaian tersebut.

Kehilangan air akan ATBD menyebabkan kerugian keuangan yang besar (Cipta Karya, 1988).

NRW ( Non Revenue Water ) atau dapat disebut juga ATBD dapat dikategorikan sebagai

berikut :

(26)

disebabkan oleh kebocoran pipa, adanya sambungan pipa, overflowing reservoir dan

sebagainya.

b.Apparent Losses

- Commercial Losses

disebabkan oleh konsumen yang tak terdaftar, adanya sambungan ilegal, adanya

manipulasi atau penipuan dan sebagainya.

- Metering Losses

disebabkan oleh pembacaan meteran yang salah, tertimbunnya meteran, kesalahan

pengujian meteran dan lain – lain.

Kehilangan air merupakan :

a.. Selisih antara volume input sistem dengan konsumsi resmi.

b. Selisih jumlah air yang didistribusikan dan jumlah air yang diterima pelanggan.

c. Perbedaan jumlah air yang dibaca pada meter induk dan jumlah air yang

dibaca pada meter pelanggan.

Konsumsi resmi adalah volume air bermeter dan atau tak bermeter tahunan yang

dikonsumsi oleh para pelanggan terdaftar, pensuplai air dan orang-orang yang secara implisit

atau eksplisit diberi kewenangan oleh pensuplai air untuk melakukannya.

Konsumsi resmi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu :

(27)

Yang dimaksud konsumsi resmi berekening adalah suplai air kepada pelanggan,

dengan dasar perhitungan meteran dari air yang dikonsumsi maupun dengan dasar

penaksiran.

b. Konsumsi resmi tak berekening

Bisa meliputi elemen-elemen seperti pemadam kebakaran, penyemprotan pipa saluran

air dan gorong-gorong, pembersihan jalan, pengairan taman- taman kota dan air

mancur umum.

Kehilangan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Kerugian Komersial

Merupakan nilai bagi semua jenis ketidakakuratan yang berhubungan dengan

pemeteran pelanggan dan kesalahan penanganan data ditambah konsumsi ilegal.

b. Kebocoran Fisik

Merupakan kebocoran tahunan dari sistem yang ditekan hingga ke titik pelanggan.

Kehilangan air berarti perbedaan jumlah air yang masuk ke dalam sistem

penyediaan air bersih ( water supply system) dengan jumlah air yang tercatat.

Jenis kehilangan air dapat diklasifikasikan menjadi :

(28)

Kehilangan jenis ini misalnya pemakaian air untuk pengurasan pipa, pemakaian fire

hydrant, pemakaian air untuk fasilitas keindahan kota, pemakaian air untuk

penggunaan sosial yang tidak terbayar dan lain-lain.

b. Kehilangan air yang tak tercatat

Contoh kehilangan air jenis ini adalah kebocoran air pada jaringan pipa distribusi,

pemakaian air konsumen yang tidak tercatat oleh meter karena meter rusak atau tidak

teliti, pembuatan rekening yang salah dan sebagainya.

Nilai kehilangan air di Indonesia dianggap masih normal jika bernilai sekitar 20% sesuai

angka kehilangan air yang disarankan Departemen PU, yaitu sekitar 18%-20%, dengan perincian

sebagai berikut :

Kebocoran pada sistem distribusi : 5%

Ketelitian pengukuran meter air : 3-5%

Kebocoran pipa konsumen : 5%

Pemakaaian untuk O & M : 3%

Kehilangan air non fisik dan lainnya : 2%

Total : 18-20%

Untuk perbandingan, maka akan ditampilkan kehilangan air di beberapa kota di

Kehilangan air ini juga dapat dibagi menjadi :

(29)

Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara fisik/nyata terbuang keluar dari

sistem distribusi sehingga tidak dapat dimanfaatkan, misalnya kebocoran air pada pipa

distribusi, kebocoran air pada pipa dinas atau kebocoran air pada katup. Kehilangan air

ini pada umumnya tergolong kehilangan air tidak tercatat. Penyebab kehilangan air

fisik merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan air bersih,

terutama pada jaringan-jaringan pipa yang sudah berumur tua, tetapi juga sering terjadi

pada jaringan-jaringan pipa yang masih baru, dimana karena kelalaian pemasangan

dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa.

b. Kehilangan air non fisik (tidak nyata)

Kehilangan air non fisik tidak dapat terlihat atau tidak dapat diperhitungkan dalam

proses penagihan. Sebagian besar kehilangan air non fisik disebabkan oleh

faktor-faktor non teknis yang sulit dilacak maupun ditanggulangi karena menyangkut

masalah kompleks baik di dalam maupun di luar PDAM itu sendiri.

Beberapa contoh kehilangan air non fisik adalah :

- Kesalahan membaca meteran

- Pencatatan angka meteran pelanggan yang tidak sesuai dengan semestinya, misalnya

karena aliran air terlalu kecil atau karena ketidaktelitian meter air.

- Kesalahan-kesalahan pembuatan rekening air.

- Adanya sambungan liar.

Kehilangan air dapat terjadi baik pada unit pengolahan, pipa transmisi maupun pipa

(30)

karena pada pipa distribusi banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran

air. Oleh karena itu pengendalian kebocoran air pada penelitian ini adalah pada sistem distribusi

air minum. Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang tercatat

masuk ke dalam sistem dan jumlah air yang tercatat keluar dari sistem. Secara sederhana, hal ini

dapat dinyatakan sebagai berikut :

Kehilangan Air = Input yang Tercatat – Output yang Tercatat

Definisi ini biasanya tidak termasuk jumlah air yang telah dibuatkan rekening, yang

berarti telah tercatat tetapi belum dibayarkan. Karena itu jumlah tagihan dan tunggakan biasanya

tidak dimasukkan dalam perhitungan kehilangan air.

2.4 Sumber-Sumber Kehilangan Air

Kehilangan air terdiri dari bermacam-macam komponen dan pada umumnya dapat

digolongkan sebagai kehilangan air secra fisik dan non fisik. Kehilangan air secara non fisik

adalah setiap komponen yang tidak termasuk sebagai kehilangan langsung secara fisik .

Kehilangan air secara fisik diakibatkan oleh faktor - faktor teknis pada system perpipaan

seperti pencatatan meter induk tidak akurat (kurang baik), kebocoran pada reservoir, kebocoran

pada sambungan pipa distribusi dan transmisi, jaringan pipa keropos (sudah tua, material kurang

bagus, pemasangan pipa tidak memenuhi syarat), sambungan pelanggan gelap (tidak terdeteksi),

meter pelanggan tidak akurat (perggantian meter tidak terprogram), kebocoran pada pipa dinas

pelanggan (pipa servis sebelum meter air), penggunaan air untuk pencucian dan penggelontoran

pipa, kualitas pipa yang digunakan, tekanan yang dihasilkan, perlengkapan perpipaan,

sambungan-sambungan pipa dan lain sebagainya Sedangkan kehilangan air non fisik diakibatkan

(31)

pencatatan meter pelanggan tidak baik, perlakuan pencatat meter (pencatatan ditaksir),

administrasi pencatat meter tidak baik, sistem penagihan tidak sempurna, kesalahan administrasi,

kesalahan pembacaan meter air, akurasi meter air, sambungan- sambungun liar, penggunaan

tanpa pemakaian meter air, dan lain sebagainya.

Tingkat kehilangan air sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah produksi air,

yang ditentukan dari data produksi dan pemakaian air. Kemudian hasilnya digunakan secara luas

untuk menunjukkan keadaan umum system distribusi, khususnya jumlah kebocoran yang ada.

Alasannya yaitu kebocoran secara fisik biasanya merupakan komponen utama pada perhitungan

kehilangan air. Namun hal ini bisa salah apabila kehilangan air secara non fisik juga

menunjukkan angka yang cukup besar. Karena itu lebih baik menghitung komponen-komponen

kehilangan air tersebut dengan pengukuran langsung dan kemudian menyesuaikan jumlahnya

dengan tingkat kehilangan air yang ditentukan secara tidak langsung dari perkiraan data produksi

dan pemakaian air.

Pada dasarnya sumber – sumber kehilangan air sama pada setiap sistem, potensinya

untuk menghasilkan kehilangan air, juga tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Beberapa sumber kehilangan air :

1. Meter Air

a. Fungsi Meter Air

Meter air digunakan pada sistem penyediaan air bersih dengan tujuan :

- untuk mengetahui jumlah produksi air

(32)

- untuk mengetahui besar pemakaian air konsumen, termasuk kepentingan sosial

- untuk dapat memperhitungkan tarif air

- untuk dapat memperhitungkan rekening pelanggan

- untuk memperkirakan besar kehilangan air dari sistem instalasi keseluruhan

- untuk keperluan penelitian/pengendalian

b. Ketelitian Meter Air

Hasil pengujian Lembaga Pendidikan menunjukkan bahwa meter air tidak selalu dapat

diandalkan kebenaran penunjukkannya. ternyata untuk beberapa kondisi sistem

pengaliran air, meter air memperlihatkan kekurangtelitian saat beroperasi.

Disamping kecepatan aliran, yang dapat mempengaruhi ketelitian meter air adalah udara.

Sebuah instalasi penyaluran air minum yang bekerja secara periodik, pada saat operasi

berhenti, maka sejumlah udara akan masuk ke dalam pipa distribusi dari celah

sambungan pipa, katup yang tidak tertutup sempurna atau dari pipa yang bocor.

Aliran udara dalam meter air akan memutar dial meter dengan cepat. Peristiwa ini sering

ditemui di lapangan pada meter air konsumen. Tiap keluhan konsumen dapat diartikan

sebagai suatu gejala ketidakpuasan terhadap tingkat pelayanan PDAM dan keadaan

seperti ini harus dihindari sedini mungkin dengan cara :

- Menganjurkan kepada konsumen agar menutup keran dengan sempurna dan jika ada

(33)

- Memperbaiki sambungan pipa distribusi yang menimbulkan kebocoran kecil, sedang

dan besar.

- Menggiatkan inspeksi keliling untuk memantau kemungkinan adanya kebocoran pipa

distribusi.

- Berusaha agar instalasi sistem distribusi bekerja secara kontinu. Tekanan yang bekerja

pada pipa akan menentukan kecepatan aliran dalam pipa dan akan mempengaruhi

besarnya starting flow. Starting flow adalah debit aliran terkecil yang diperlukan untuk

dapat menggerakkan alat penghitung meter air. Kecepatan aliran di bawah starting flow

akan mengakibatkan air tidak tercatat pada meter air.

2. Pipa Transmisi dan Distribusi

Kehilangan air pada pipa transmisi sering terjadi karena adanya kebocoran yang

dipengaruhi oleh tekanan di dalam dan di luar pipa yang tidak seimbang. Beberapa hal

yang mempengaruhi adalah konstruksi pemasangan, penyambungan serta kualitas

material yang digunakan dan usia dari pipa. Pada pipa distribusi yang mengalirkan air

kepada pelanggan, kehilangan air sangat besar karena banyaknya pipa-pipa kecil yang

potensial sebagai sumber kebocoran.

- Tekanan

Tekanan dalam pipa diakibatkan oleh gaya yang bekerja dalam pipa tersebut. Gaya

yang bekerja adalah gaya hidrostatis dan gaya hidrodinamis. Gaya hidrostatis adalah

gaya yang diakibatkan tekanan yang bekerja pada air dalam keadaan diam di dalam

(34)

air yang bergerak dalam pipa. Jika dibandingkan, besar gaya hidrodinamis yang

diakibatkan oleh kecepatan air dalam pipa lebih kecil dari gaya hidrostatis yang

diakibatkan oleh tekanan air yang diam .

Dalam kehilangan air, tekanan dalam pipa merupakan indikator terjadinya suatu

kebocoran fisik pada jaringan distribusi. Tekanan yang besar dalam pipa akan

mengakibatkan udara di dalam pipa, udara yang terakumulasi dalam pipa akan

mempengaruhi peputaran propeller dari meter air.

- Konstruksi

Sambungan antar pipa ataupun dengan fitting harus kokoh. Pada lokasi penyeberangan

perlu adanya jembatan pipa atau penyangga serta angker blok pada lokasi-lokasi rawan

untuk meredam gaya-gaya dari luar. Penimbunan lapisan paling bawah dengan pasir,

kerikil dan dipadatkan dengan tanah. sebelum penimbunan secara permanen, terlebih

dahulu dilakukan pengetesan tekanan pada pipa. Untuk penyambungan pipa tergantung

jenis pipa yang akan disambung. Untuk sambungan pipa persil menggunakan clamp

saddle untuk mencegah terjadinya kebocoran pada sambungan ini.

- Beban

Adanya getaran lalu lintas dan beban dari luar seperti kendaraan akan mengakibatkan

beban yang dipikul pipa semakin besar. beban ini dapat direduksi dengan cara

penimbunan pipa yang mengikuti peraturan. Beban yang dipikul pipa akan semakin

kecil pengaruhnya jika pemasangan pipa dilakukan dengan baik.

(35)

Pemilihan kualitas material harus baik dan dilakukan dengan cermat. Hal ini akan

mempengaruhi kecepatan terjadinya kerusakan pada sistem jika kualitasnya buruk.

Kualitas yang bagus akan berusia lebih lama dan lebih tahan terhadap gangguan.

- Korosi

Korosi internal merupakan proses korosi di dalam pipa akibat proses kimia antara air

dengan pipa logam, sehingga pipa akan mudah retak/pecah jika beban bertambah atau

tekanannya yang bertambah. Pengaruh kualitas air dapat menyebabkan korosi.

3. Perlengkapan Pipa (Fitting)

Perlengkapan pipa ini meliputi joint, bend, tee, cross dan valve. Kondisi system

penyambungan antar fitting yang kurang baik dan tidak sesuai dengan tekanan kerja yang

diijinkan akan menyebabkan pipa mudah pecah.

Daerah tempat penyambungan fitting dengan pipa merupakan daerah yang rawan akan

kebocoran terlebih – lebih jika konstruksi pemasangannya tidak bail sehingga sangat

dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada tempat tersebut.

4. Pemakaian Air tanpa Meter Air

Pemakaian air oleh pelanggan tetapi tidak dilengkapi oleh meter air. Sehingga untuk

beban rekening tidak berdasarkan pemakaian air sebenarnya dan angka menjadi tidak

(36)

5. Sambungan Liar (Illegal Connection)

Sambungan yang terjadi dengan menapping pipa pelayanan tanpa diketahui pihak

PDAM. Tujuannya agar pemakaian air tidak tercatat sehingga tidak perlu membayar

beban rekening.

6. Pencucian Pipa (Flushing)

Air yang digunakan untuk mencuci pipa merupakan jumlah tidak tercatat. Umumnya

jumlah dipakai sebesar 2% dari jumlah produksi, tetapi seharusnya melalui meter air agar

jelas berapa jumlah pemakaiannya.

7. Kesalahan Administrasi

Administrasi kurang tertib, seperti penagihan yang kurang tertib dan tidak menurut sistem

yang telah ditetapkan, proses pembacaan meter air, pencatatan meter, kesalahan pada

pembukuan lainnya, proses pembuatan rekening ataupun karena petugas pembaca meter

tidak membacanya. Pemakaian untuk infrastruktur, hidrant, taman-taman kota seringkali

tidak diketahui secara pasti karena tidak ada meter air. Kesalahan administrasi akan

mengacaukan dan sulit untuk dikendalikan. Jumlah pemakaian air menjadi tidak sesuai

dengan kenyataan di lapangan, sehingga air yang terdistribusi dengan yang terpakai

menjadi tidak jelas

8. Sosial Budaya

Sambungan liar, tanpa meter air, meter air dimodifikasi, sambungan ganda sebelum meter

air, melepas meter air saat pengaliran kemudian dipasang lagi, merusak cara kerja meter

(37)

merupakan bentuk-bentuk kecurangan yang pernah ditemui dan dilakukan oleh

konsumen. Tujuan dari itu semua adalah agar angka tercatat lebih kecil sehingga

membayarnya menjadi murah. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang

dan begitu juga kesadaran untuk melapor. Kondisi sosial para pegawai PDAM pun

kurang bertanggungjawab, petugas pembaca meter air yang merupakan ujung tombak

perusahaan jika kurang bertanggungjawab akan mempengaruhi pendapatan yang

sebenarnya.

2.5 Kerugian Akibat Kehilangan Air

Adanya kehilangan air dapat mengakibatkan kerugian baik bagi PDAM maupun

bagi konsumen. Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan

menjadi :

1) Kerugian dari segi kuantitas (Debit)

Dengan adanya kehilangan air, maka jumlah air yang dapat digunakan oleh

konsumen menjadi berkurang.

2) Kerugian dari segi tekanan

Adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa distribusi dan

adanya sambungan yang tidak tercatat/illegalconnection) dapat

mengakibatkan berkurangnya tekanan air yang dialirkan ke konsumen.

3) Kerugian dari segi kualitas air

Jika ada kebocoran air, maka pada saat pipa tidak terisi air atau terjadi

(38)

dalam pipa, sehingga air yang ada di dalam pipa terkontaminasi oleh kotoran

dari luar pipa tersebut.

4) Kerugian dari segi keuangan (Ekonomi)

Akibat dari adanya kehilangan air ini maka akan mengakibatkan kerugian dari

segi keuangan bagi Perusahaan Air Minum. Dengan adanya kehilangan air ini

maka biaya produksi per meter kubik air akan meningkat dan pendapatan

hasil penjualan air akan berkurang, sehingga secara keseluruhan keuntungan

yang didapat Perusahan Air Minum akan mengecil.

2.6 Metode Pengendalian Air Bersih

Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan, dibutuhkan penanggulangan kehilangan air

dimana dengan penaggulangan kehilangan air ini, kapasitas pelayanan akan ditingkatkan tanpa

adanya peningkatan kapasitas sumber, mengingat sumber air baku yang makin lama makin

berkurang sementara kebutuhun penduduk akan air bersih semakin lama semakin meningkat.

Pengendalian kehilangan air tidak mudah untuk dilaksanakan karena menyangkut banyak

segi yang harus diperhitungkan baik dalam PAM sendiri maupun kondisi masyarakat pemakai air

yaitu pemerintah maupun non pemerintah. Karenanya perlu suatu metoda pendekatan untuk

kondisi setempat dalam usaha mengendalikan besarnya kehilangan air agar tidak melebihi batas

kewajaran yang ditetapkan.

Di dalam menanggulangi kebocoran air ada 2 jenis kebocoran yang harus ditangani, yaitu

kebocoran air secara fisik dan kebocoran air secara administratif. Dalam penanggulangan

kebocoran air sendiri ada 3 metoda penurunan kebocoran air yang dapat dilaksanakan yaitu :

(39)

Pengaturan tekanan air di dalam pipa. Merupakan cara yang paling sederhana dan

cepat, karena tidak menyangkut deteksi kebocoran, penurunan tekanan ini dapat

dicapai dengan mengurangi tekanan pompa atau pemasangan katup penurunan tekanan

pada jaringan pipa distribusi.

b. Penurunan kebocoran air secara pasif

Dengan metoda pasif kontrol, yaitu memperbaiki kebocoran hanya bila ada laporan

dari masyarakat tentang adanya kebocoran atau bila kebocoran itu kebetulan saja

diketahui (dapat terlihat secara fisik). Pada metoda ini tidak dilaksanakan pengukuran

atau pendeteksian kebocoran. Metoda ini dapat dilaksanakan apabila harga produksi

air relatif murah jika dibandingkan biaya operasionalnya, nilai kebocoran relatif masih

rendah dan sumber air masih dapat mencukupi kebutuhan konsumen.

c. Penurunan kebocoran air secara aktif, melalui cara-cara:

• Regular Sounding

Dengan menginspeksi jaringan pipa distribusi yang dilakukan secara berkala

dengan menggunakan alat pendengar kebocoran pada hidran kebakaran atau pun

katup yang terdapat pada jaringan distribusi.

• District Metering (pengukuran zone/wilayah)

Yaitu dengan memantau aliran / fluktuasi pemakaian air pada distrik tertentu secara

berkala. Caranya dengan memasang meter pada suatu distrik pada lokasi yang tepat,

(40)

dievaluasi. Bila terjadi peningkatan fluktuasi yang tiba- tiba, maka hal ini

mengindikasikan adanya kebocoran pada distrik tersebut.

• Waste Metering (pengukuran kebocoran)

Yaitu memantau kebocoran pada setiap jalur pipa. Cara ini dilakukan dengan

memantau aliran air pada malam hari dengan membuka / menutup katup / valve

secara bertahap. Jika terjadi peningkatan aliran air yang mencolok secara tiba-tiba,

maka hal ini mengindikasikan adanya kebocoran. Untuk mencari kebocoran

tersebut, digunakan alat pendeteksi kebocoran.

• Combined Metering (pengukuran kombinasi)

Merupakan gabungan antara district dan waste metering.

Dalam penanggulangan kebocoran air secara administratif, usaha yang harus kita lakukan

akan lebih sedikit, tetapi hasil yang didapat akan sangat signifikan. Berbeda dengan

penanggulangan kebocoran air secara fisik, usaha dan biaya yang dibutuhkan akan sangat banyak

dan besar, belum lagi waktu yang dibutuhkan sangat lama. Tetapi, hasil yang didapat tidak

sebanding dengan usaha yang sudah dilakukan. Selama ini pengendalian kehilangan air

dilakukan secara pasif. Dengan metoda ini memang tidak memerlukan banyak peralatan dan

biaya tetapi kehilangan air yang terjadi tidak dapat ditanggulangi dengan baik bahkan cenderung

bertambah tiap tahunnya. Hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, harus ditanggulangi secara

(41)

2.7 Populasi dan Sample

2.7.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya.

Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi

seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subyek/obyek tersebut.

2.7.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya

akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus

reprensentatif.

2.7.3 Metoda Pengambilan Sampel

Metoda sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang

(42)

2.7.3.1 Probability Sampling

Probability sampling adalah metoda pengambilan sampel yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metoda ini

terbagi lagi menjadi :

a. Simple Random Sampling

Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara demikian dilakukan bila

anggota populasi dianggap homogen.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Metoda ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan

berstrata secara proporsional. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata

populasi.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Metoda ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi

kurang proporsional.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)

Metoda ini digunakan untuk menentukan ukuran sampel bila obyek yang akan diteliti

(43)

2.7.3.2 Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah metoda pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Metoda ini terbagi lagi menjadi :

a. Sampling Sistematis

Metoda pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah

diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Metoda untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu

sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c. Sampling Insidental

Metoda penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang

orang tersebut cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposif

Metoda penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok

digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan

generalisasi.

(44)

Metoda penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

2.8 Pembuatan Neraca Air

Neraca air adalah sebuah cara atau metode perhitungan kehilangan air yang

diluncurkan oleh International WaterAssociation (IWA), yang memudahkan dalam

menganalisis kehilangan air . Semua istilah yang digunakan pada neraca air disusun

secara berurutan karena biasanya membaca neraca air dari kiri ke kanan.

Data-data yang dipergunakan untuk pembuatan Neraca Air adalah :

• Debit yang masuk ke sistem

• Konsumsi bermeter berekening

• Ketidak akuratan meter pelanggan

• Kehilangan air

• Kehilangan fisik

• Kehilangan non fisik/komersial

1) Volume input sistem

Volume input air yang sudah diolah yang dimasukkan ke dalam bagian jaringan

air minum yang diperhitungkan dalam neraca air.

2) Konsumsi resmi

Volume air bermeter / atau tak bermeter yang diambil oleh pelanggan terdaftar /

resmi, supplier air dan pihak-pihak lain secara implisit maupun eksplisit memang

(45)

maupun keperluan industri, konsumsi ini bisa berekening bisa tidak, bisa bermeter

bisa tidak.

3) Kehilangan Air

Selisih antara input sisitem dan konsumsi resmi. Kehilangan air dapat dianggap

volume total untuk seluruh jaringan, atau sebagian jaringan seperti transmisi atau

distribusi, atau zona-zona terbatas. Kehilangan air terdiri atas kehilangan fisik

dan kehilangan komersial.

4) Konsumsi Resmi Berekening

Komponen-komponen konsumsi resmi yang dikenai pembayaran dan menjadi

pendapatan juga dikenal sebagai air berekening atau air berpendapatan, setara

dengan konsumsi berekening bermeter ditambah konsumsi berekening tak

bermeter.

5) Konsumsi Resmi Tak Berekening

Komponen-komponen konsumsi resmi yang sah pemakaiannya tetapi tidak

dikenai pembayaran karenanya tidak menjadi pendapatan. Setara dengan

konsumsi tak berekening bermeter ditambah konsumsi tak berekening tak

bermeter.

6) Kehilangan Komersial

Mencakup semua jenis ketidak akuratan terkait dengan meter pelanggan,

kesalahan penanganan data (baik pembacaan meter maupun perekeningan), dan

konsumsi tak resmi (pencurian air atau penggunaan air secara illegal).

(46)

Association dan dibeberapa Negara di gunakan istilah “Kehilangan Non Teknis.”

yang sebenarnya kurang tepat karena kesalahan pada meter pelanggan misalnya

sebenarnya merupakan persoalan teknis.

7) Kehilangan Fisik

Kehilangan air secara fisik dari sistem bertekanan dan tanki-tanki/tandon-tandon

penyimpanan air, sampai ke titik penggunaan oleh pelanggan. Pada jaringan yang

pelanggan-pelanggannya dipasangi meter, titik penggunaan pelanggan tersebut

adalah meter pelanggan, Bila tidak bermeter, titik tersebut adalah titik pertama

(stop kran atau kran) pertama di dalam persil pelanggan. Kehilangan Fisik disebut

juga Real Losses oleh International Water Association dandi beberapa negara di

sebut “Kehilangan Teknis.”

8) Konsumsi Berekening Bermeter

Semua konsumsi bermeter yang juga dikenal pembayaran (direkeningkan). Ini

mencakup semua kelompok pelanggan baik domestik, perdagangan, industri atau

perkantoran dan juga termasuk air curah yang disalurkan keluar jaringan

pelayanan PDAM yang bermeter dan direkeningkan.

9) Konsumsi Berekening Tak Bermeter

Semua konsumsi resmi yang dihitung berdasarkan estimasi atau cara-cara

perhitungan tertentu tetapi tidak bermeter. Bisa jadi merupakan komponen yang

sangat kecil bila semua konsumsi bermeter (misalnya rekening yang didasarkan

pada estimasi ketika meter pelanggan rusak) tetapi akan menjadi komponen

(47)

Komponen ini mencakup juga air curah yang disalurkan ke luar batas jaringan

pelayanan PDAM tanpa meter pelanggan tetapi dikenai rekening.

10) Konsumsi Tak Berekening Bermeter

Konsumsi bermeter yang karena alasan tertentu tidak dikenai pembayaran,

contohnya termasuk konsumsi bermeter yang digunakan sendiri oleh PDAM atau

air yang disalurkan secara cuma-cuma kepada instansi tertentu, termasuk air yang

ditransper dari jaringan yang diberi meter tetapi tidak direkeningkan.

11) Konsumsi Tak Berekening Tak Bermeter

Setiap jenis konsumsi resmi yang tidak dimeteri dan tak dikenai pembayaran .

Komponen ini biasanya berupa pemakaian untuk pemadam kebakaran, pencucian

pipa dan saluran pembuangan , pembersihan jalan dan lain-lain. Pada PDAM yang

dikelola dengan baik komponen ini biasanya kecil sekali tetapi sering

dibesar-besarkan. Secara teoritis seharusnya termasuk air yang disalurkan keluar jaringan

yang tidak bermeter dan tidak berekening, meskipun kasusnya jarang.

12) Konsumsi Tak Resmi

Setiap penggunaan air secara tak resmi atau tak sah ini termasuk penggunaan

secara illegal dari hidran misalnya air hidran diambil secara tidak sah untuk

proyek konstruksi sambungan liar pada meter pelanggan.

13) Meter Pelanggan Tidak Akurat dan Kesalahan Penanganan Data

Kehilangan air secara komersial yang disebabkan oleh ketidak- akuratan meter

pelanggan dan kesalahan penanganan data ketika membaca meter atau

(48)

14) Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Distribusi

Air yang hilang melalui kebocoran atau pecahnya pipa transmisi dan distribusi

bisa berupa kebocoran yang kecil dan belum terlapor (misalnya kebocoran pada

joint). Kebocoran besar yang terlapor dan diperbaiki tetapi tentu saja sudah bocor

untuk jangka waktu tertentu sebelum di perbaiki.

15) Kebocoran dan Luapan Reservoir

Air yang hilang akibat kebocoran struktur tanki atau luapan pada tanki baik yang

disebabkan masalah operasional maupun teknis.

16) Kebocoran pada Pipa Dinas sampai Titik Meter Pelanggan

Air yang hilang dari kebocoran dan kerusakan pada pipa dinas mulai dan

termasuk titik tapping sampai titik penggunaan pelanggan. Bila sambungan

pelanggan di pasangi meter, titik ini adalah meter pelanggan , dan bila tidak

dipasangi meter titik ini adalah titik pertama pelanggan mengambil air (stop

kran/kran pertama) di dalam persil pelanggan. Kebocoran pada pipa dinas bisa

berupa kerusakan yang terlapor tetapi sebagian besar berupa kebocoran kecil-kecil

yang tidak muncul ke permukaan dan air merembes atau mengalir dalam jangka

waktu lama.

17) Air Berekening

Komponen-komponen konsumsi resmi yang dikenai pembayaran dan menjadi

pendapatan (disebut juga konsumsi resmi berekening). Setara dengan konsumsi

berekening bermeter plus konsumsi berekening tak bermeter.

(49)

Komponen-komponen input sistem yang tidak dikenai pembayaran dan tidak

menjadi pendapatan . Setara dengan konsumsi resmi tak berekening plus

kehilangan fisik dan kehilangan komersial.

Dengan menggunakan rumus ini kita bisa langsung mengetahui mana kebocoran

yang tinggi atau rendah dibanding dengan panjang pipa, hal ini menjadi penting karena

besar persen kehilangan air belum bisa di katakan tinggi, dan kecil persen kehilangan air

dikatakan rendah apabila di lihat dari panjang pipa.

Rumus :

Perhitungan pemakaian air dalam 1 jam dengan perbandingan pembacaan. ……….………..(2.1)

 Perhitungan Q rata-rata :

 ………...………..(2.2)

Dimensi volume air cadangan:

- Volume air cadangan

(50)

Dimensi volume air konsumsi:

- Volume air konsumsi

Tinggi muka air = Vkn : ( P x L ) ... (2.4)

Keterangan:

Vc = volume air cadangan

Tm = tinggi air minimum

Vkn = volume air konsumsi

ILI = CAPL/MAAPL...(2.5)

Dimana :

ILI : Infrastructure Leakage Index

CAPL : (Current Annual Physical Losses)

Kehilangan Fisik / teknis tahunan saat ini

MAAPL : (Minimum Achhievable Annual Physical Losses)

Kehilangan Fisik / teknis tahunan minimal yang dapat dicapai,

Merupakan tingkat kebocoran yang dapat diperkirakan dalam

situasi dimana infrastruktur dalam kondisi baik dan kontrol

(51)

Menghitung MAAPL dengan menggunakan rumus empiris standar :

MAAPL (L/hari) = (18 x LM + 0.8 x NC + 25 x LP) x P ...(2.6)

Dimana:

MAAPL = (Minimum Achhievable Annual Physical Losses)

Kehilangan Fisik / teknis tahunan minimal yang dapat dicapai

LM = Panjang pipa induk (km)

NC = Jumlah sambungan rumah atau tapping

LP = Panjang pipa dinas dari batas persil ke meter pelanggan dikalikan dengan

jumlah SR (km)

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Teknik dan Sumber Data

Pada metode ini akan membahas langkah-langkah kegiatan yang pada prinsipnya

adalah menjabarkan kegiatan yang akan dilaksanakan di lokasi dan memuat teknik-tenik

yang dilakukan dalam pengambilan data baik data primer maupun data sekunder, adapun

langakah kerja yang di lakukan dapat di lihat pada diagram alir metodelogi penelitian

pada Tabel 3.1.

3.1.1 Pengumpulan Data

Bagian ini memuat tentang teknik-teknik yang dilakukan dalam pengambilan

data tersebut yaitu:

1. Observasi (pengamatan)

Kegiatan ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung di

PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan yaitu di Jln Melati Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan.

2. Wawancara (diskusi)

3. Dalam kegiatan ini pengumpulan data di lakukan dengan

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau diskusi dengan pihak PDAM Tirtanadi

(53)

4. Studi Literatur (membaca)

Kegiatan ini adalah pengumpulan data dengan mempelajari literatur atau referensi

yang berhubungan dengan kebocoran untuk memperoleh gambaran tentang

kehilangan air yang berasal dari buku, modul dan petunjuk operasional yang ada

di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan serta literatur di Akademi yang

berhubungan dengan pembahasan.

3.1.2 Sumber Data

Sumber Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah

1) Data Primer

Merupakan data yang diambil langsung sewaktu penulis melakukan penelitian di

PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan.

Data Primer yang dimaksud adalah:

a. Tekanan

b. Panjang pipa

c. Input air yang masuk (Debit)

d. Akurasi meter

2) Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari lokasi penelitian yang

berfungsi sebagai data pendukung dalam kegiatan penyusunan skripsi. Pengumpulan

data ini dilakukan di bagian perencanaan PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan, dan

(54)

Data sekunder yang dimaksud adalah:

a. Gambar kerja

b. Diameter pipa

c. Jumlah sambungan/pelanggan

d. Umur pipa

e. Konsumsi resmi berekening

f. Air yang terjual

3.2 Langkah Kerja

1) Data Primer

Untuk mendapatkan data primer yang dilakukan adalah:

a. Data Pola Pemakaian Air

Pola pemakain air dicari dengan mengukur debit yang masuk kedaerah pelayanan

untuk setiap jam selama 24 jam dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan

meter induk yang dipasang pada pipa distribusi yang ditempatkan sebelum masuk

daerah pelayanan

b. Tekanan rata-rata

Untuk mendapatkan tekanan dengan cara pengukuran langsung di lapangan

dengan menggunakan manometer

Melakukan pencatatan langsung angka meter induk di lapangan yang dipasang

(55)

c. Debit

Jumlah air yang didistribusikan sesuai dengan pembacaan pada Meter Induk yang

dilakukan setiap bulannya

d. Akurasi meter pelanggan

Akurasi dilakukan dengan menggunakan gelas ukur. Adapun caranya yaitu

dengan membandingkan 1 Liter air yang keluar lewat meter air apakah sesuai

dengan 1 Liter air yang tertampung di gelas ukur. kemudian kelebihan dan

kekurangannya dicatat

2) Data Sekunder

a. Jumlah sambungan pelanggan

Diperoleh dari bertanya pada bagian perencanaan.

b. Umur pipa

Diperoleh dari bertanya pada bagian perencanaan.

c. Air yang terjual

Diperoleh dari hubungan langganan.

d. Diameter pipa

Diperoleh dari melihat gambar kerja.

Adapun langakah kerja yang di lakukan dalam penulisan tugas akhir ini dapat di lihat

(56)

Selesai

• Data pola pemakaian air

Penyusunan Program Pengendalian NRW

• Konsumsi Resmi Berekening • Konsumsi Resmi Tak Berekening • Kehilangan Non Fisik (Komersil) • Kehilangan Fisik (Teknis)

Perhitungan Infrastructure Leakage Index (ILI)

• ILI = CAPL/MAAPL

ILI = Infrastructure Leakage Index

CAPL = Current Annual Physical Losses

Pembahasan Data

Simpulan dan Saran Mulai

(57)

Gambar 3.1Metodelogi Penelitian

3.3 Lokasi Penelitian

3.3.1 Sejarah Perusahaan

Gambar 3.2 Peta Kota Padang Sidempuan

Pada Gambar 3.2 dapat dilihat peta Kota Padangsidimpuan. Kota Padangsidimpuan

mempunyai luas ± 146.85 km 2. Terdiri dari 6 kecamatan dan 3 7 kelurahan. Secara geografis

Padangsidimpuan terletak diantara 18°′00′′LU dan garis bujur 99°1300′′ - 99°2000′′ BT dan

(58)

Dan batas-batas wilayah Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut:

฀ Sebelah utara : Kabupaten Tapanuli Selatan ( Kecamatan Angkola Timur )

฀Sebelah timur: Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur).

฀Sebelah selatan: Kabupaten Tapanuli Selatan ( Kecamatan Batang Angkola/ AngkolaSelatan)

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi merupakan Perusahaan Air Minum yang berada

di bawah naungan Pemerintah Kota Padangsidimpuan Perusahaan ini berdiri pada tahun 1984.

Yang beralamat pada Jln. Cut nyak dien no.9 Padangsidimpuan.dan lokasi pengolahan air

minum/bersih beralamat pada Jln.Karya Sirampak kecamatan Padang Sidempuan Utara.PDAM

Tirtanadi Padangsidimpuan sampai dengan sekarang telah mengalami beberapa kali pergantian

nama perusahaan. Pada awalnya Perusahaan Air Minum ini bernama PDAM Tambusai menurut

perda (1984-1999). Dan dari tahun 1999 sampai dengan sekarang Perusahaan ini bernama

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Kota Padangsidimpuan.

3.3.2 Sumber Air

Sumber air yang digunakan oleh PDAM Tirtanadi yang melayani kota

Padangsidimpuan adalah Mata air dan Sumur Bor. .

3.3.3 Sistem Transmisi

Sistem pengaliran air pada sistem dilakukan secara gravitasi. Pipa Transmisi yang

dipakai dalam sistem penyediaan air minum PDAM kota Padangsidimpuan untuk

(59)

diameter 400 mm dengan panjang pipa sekitar 26,88 km. Jenis pipa yang digunakan

adalah ACP, Steel, PVC dan FGRP.

3.3.4 Reservoir

Sebagai bak penampung, PDAM Kota Padang Sidimpuan memanfaatkan reservoir antara

lain:

1. Reservoir induk yang berada pada Jln.Karya Sirampak ini memakai sistem gravitasi dengan

kapasitas reservoir 450 m3, dan air berasal dari mata air Sisundung, Huta tunggal dan Oppu

makkar dengan debit 40 l/dtk dan tahun pembangunan reservoir ini pada tahun 1968.

2. Reservoir Panyanggar dengan kapasitas sebesar 1000 m3 yang bersumber dari mata air

Sisundung memiliki debit 80 l/dtk dan tahun pembangunan reservoir ini pada tahun 1994.

Dengan sistem pengaliran sistem gravitasi.

3.3.5 Peta Jaringan Pipa

Adapun wilayah yang di tentukan dalam tugas akhir ini dapat di lihat pada Peta Wilayah

(60)

Gambar 3.3 Peta Tekanan Air

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyajian Data

4.1.1. Data Primer

Pengambilan data-data yang langsung dilakukan di lapangan.

a. Pola Pemakaian Air

Pola pemakain air dicari dengan mengukur debit yang masuk kedaerah

pelayanan untuk setiap jam selama 24 jam dengan menggunakan alat ukur yang

dinamakan meter induk yang dipasang pada pipa distribusi yang ditempatkan sebelum

masuk daerah pelayanan dapat di lihat Pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1Data Pola Pemakaian Air di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan

(Hasil Survey)

No Jam Stand

Meter

Pemakaian Debit Rata- Rata

(61)

No Jam Stand Meter

Pemakaian Debit Rata- Rata

(62)

Adapun contoh perhitungannya:

• Perhitungan pemakaian air dalam 1 jam dengan perbandingan pembacaan

water meter :

=

= 4143,9 m3/jam – 4132,2m3/jam

= 11,7 m3/jam

• Perhitungan Q rata-rata :

Q = 12,791 m3/jam

4.1.1.1. Tekanan

Pengukuran tekanan dengan menggunakan Manometer. Dimana, manometer

diletakkan pada awal, pertengahan dan ujung pipa distribusi untuk setiap jam selama

24 jam dapat dilihat di tabel 4.2. Kemudian dari hasil survei ini akan diambil tekanan

rata-rata agar dapat mengetahui tingkat kebocoran yang terjadi sesuai dengan Tabel

Matriks Target.

Dari hasil tersebut didapat bahwa tekanan rata-rata di jln melati Padangsidimpuan

(63)
(64)

04.00 – 05.00 2.9 2.3 0.80

Jumlah air yang didistribusikan sesuai dengan pembacaan pada Meter

Induk yang dilakukan setiap bulannya dapat dilihat di tabel 4.3. Kemudian, dari hasil

pembacaan tersebut didapatlah total pemakaian selama 6 bulan sebesar 60.951 m3/6

bulan yang kemudian di rata-ratakan dengan total pemakaian rata-rata 10.158

m3/bulan.

Tabel 4.3Data Debit air di kecamatan Padangsidimpuan Selatan

(65)

Juni – Juli 4.417 4.935 11.305

TOTAL 60.951

Rata – Rata 10.158

4.1.1.3. Akurasi Meter

Akurasi water meter dilakukan dengan mengakurasi seluruh water meter

pelanggan di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan yaitu sebanyak 168 sambungan

rumah tangga, penghitungan water meter dengan menggunakan gelas ukur yaitu

pertama yang harus kita sediakan yaitu gelas ukur 1000 ml, keran air pada rumah

tangga dan meteran pelanggan, selanjutnya kita mengisi air keran ke dalam gelas ukur

sampai penuh dan apabila angka yang ditunjukan pada meter pelanggan kurang dari

1000 ml sedangkan jumlah air yang dikeluarkan dalam gelas ukur 1000 ml, maka

PDAM mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila angka yang ditunjukan pada meter

pelangganlebih dari 1 liter sedangkan jumlah air yang dikeluarkan dalam gelas ukur

hanya 1000 ml, maka pelanggan yang mengalami kerugian. Dari hasil akurasi meter

didapat meter pelanggan yang tidak akurat sebanyak 57 water meter, dengan total

selisih 6,14 liter. Data akurasi meter yang di lakukan dapat di lihat pada tabel 4.4

berikut.

Tabel 4.4Data Akurasi Meter di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan (Hasil Survey)

No No sambungan

Meter

pelanggan (liter Gelas ukur Selisih

(liter) (liter)

1 1.4.0302.001 1 1 0

2 1.4.0302.002 1 1 0

(66)

No No sambungan

Meter

pelanggan (liter Gelas ukur Selisih

(67)

No No sambungan

Meter

pelanggan (liter Gelas ukur Selisih

Gambar

Tabel 2.1 Analisis Kualitas Kesehatan Pelayanan PAM dari Indikator NRW
Tabel 2.2 Keseimbangan
Gambar kerja
Gambar 3.2 Peta Kota Padang Sidempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memonitor pelaksanaan rapat tersebut Sekda Kota Bekasi ASDA II Inspektorat Kota Bappeda BPKAD Dinas PKPP Dinas PUPR Bagian Hukum Bagian Humas Asisten Administrasi Umum Mengerjakan

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Penyusun SPMI dan semua pihak yang telah membantu sehingga formulir SPMI Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Hal ini diduga disebabkan karena curah hujan terlalu tinggi juga akan berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan dari pada pertumbuhan generatif

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada cara dan pandangan yang Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada cara

Voltage Swell didefenisikan sebagai kenaikan tegangan rms atau arus pada frekuensi daya antara 1.1 dan 1.8 pu untuk durasi dari 0.5 cycle hingga 1 menit.. Bersama-sama dengan

Kompetensi Dasar Materi Pokok Hasil Belajar Indikator Pencapaian Hasil Belajar Pembelajaran Mendengark an hasil sastra prosa Pembacaan cerita pendek Mampu menunjukkan

Memimpin, melakukan koordinasi, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan di Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, monitoring dan evaluasi, serta

Pada menjalankan kuasa yang diberikan oleh Seksyen 168, Kanun Tanah Negara, Notis adalah dengan ini diberi bahawa adalah dicadangkan hendaklah mengeluarkan hakmilik