EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES)
PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN
DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk
Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
OLEH :
NIKMAD ARSAD SIREGAR
070404012
BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Kebutuhan air bersih masyarakat semakin hari semakin meningkat dan kapasitas produksi sumber air bersih yang relatif menurun maka hal yang paling relefan untuk dilakukan yaitu dengan mengurangi atau meminimalkan tingkat kehilangan air. Untuk meminimalkan tingkat kehilangan air dapat dilakukan dengan program pengendalian Non Revenued Water (NRW). NRW dapat didefinisikan sebagai air yang hilang dapat diukur dan diketahui besarnya namun tidak dapat direkeningkan atau tidak dapat menjadi penghasilan, tetapi dapat dipertanggung jawabkan (Yayasan Pendidikan Tirta Dharma. Salah satu metodologi yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya Non Revenued Water (NRW) adalah metode Infrastructure Leakage Index (ILI) yaitu penilaian dengan mempertimbangkan panjang pipa induk, jumlah sambungan/tapping, panjang pipa dinas dan tekanan rata-rata.
Dalam melakukan studi ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekuder. Data primer merupakan data yang diambil langsung sewaktu penulis melakukan penelitian di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan, mencakup tekanan, panjang pipa, input air yang masuk (debit), akurasi meter dan jumlah air yang didistribusikan. Data sekunder meliputi gambar kerja, diameter pipa, jumlah pelanggan, umur pipa, konsumsi resmi tak berekening, konsumsi resmi berekening, dan air yang terjual.
Perhitungan persen tingkat kehilangan air dan pembuatan neraca air dilakukan dengan menghitung tekanan pipa, debit pada pembacaan meter induk, akurasi meter, jumlah air yang terjual, dan jumlah pelanggan. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat diketahui besarnya nilai dari Infrastructure Leakage Index (ILI) dengan menggunakan Tabel Matriks Target.
Dari hasil penelitian, tingkat kehilangan air di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan sebesar 13.608 m3/tahun atau sebesar 6,6 % per tahun dengan kerugian dalam rupiah sebesar Rp 14.480.991,- m3/tahun dan nilai ILI didapat 5,41 dengan tekanan rata-rata 1,97 atm termasuk dalam golongan B dan nilai tersebut berada pada range 8-16 maka didapat nilai kebocoran 200-400 l/sambungan/hari.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi karunia
kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan
salam kepada Rasullah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan
kerja keras sehinggga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas sehari-hari, karena
sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak pantang
menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Studi Stara Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul skripsi yang diambil adalah:
Evaluasi kehilangan air (WATER LOSSES) PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan di
Kecamatan Padangsidimpuan Selatan
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan
penting yaitu :
1. Bapak Dr. Ir Ahmad Perwira Mulia, M.Sc selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak
memberikan bimbingan yang sangat bernilai, masukan, dukungan serta meluangkan waktu,
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir.Alferido Malik, Bapak Ivan Indrawan, ST, MT, selaku Dosen Pembanding, atas
saran dan masukan yang diberikan kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.
6. Bapak Ir. Asran Siregar selaku Kepala Cabang PDAM Padangsidimpuan, Bapak Malintang
Siahaan sebagai Kasubbag Produksi, bapak Muhammad Abbas selaku Kaur Sumber PDAM
Tirtanadi Padangsidimpuan yang telah memberikan izin riset untuk pengambilan data yang
diperlukan dalam Tugas Akhir ini.
7. Bapak Dedy Jf Siagian ST, yang telah membantu dalam melakukan survei lokasi studi di Jln
Melati Padangsidimpuan Selatan..
8. Ayahanda Bahari Siregar SH dan Ibunda Chaerani Daulay, S.Pd tercinta yang telah banyak
berkorban, memberikan motivasi hidup, semangat dan nasehat, beserta saudara-saudari
tersayang: Hasrul Effendi Siregar, Agus Wijaya Siregar dan Henni Putri Siregar yang selalu
mendoakan dan mendukung penulis.
9. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
10. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
11. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2007, Muna, agung, hafiz, ihsan, dedy siagian, bajora,
zul, ghufran, diva, fahrol, irsyad, didi, kahfi serta teman-teman angkatan 2007 yang tidak
dapat disebutkan seluruhnya terimakasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
12. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam mendukung dan
membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis
menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca diharapkan untuk penyempurnaan
laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Mei 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...i
Abstrak...iv
Daftar Isi...v
Daftar Gambar...viii
Daftar Tabel...ix
Daftar Lampiran...x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Umum ... 1
1.2. Latar Belakang ... 2
1.3. Perumusan Masalah………..3
1.4. Tujuan Penelitian... 3
1.5. Manfaat Penelitian... 4
1.6. Pembatasan Masalah ... 4
1.7. Sistematika Penulisan………...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pendahuluan ... 6
2.3. Definisi Kehilangan Air ... 11
2.4. Sumber-Sumber Kehilangan Air ... 18
2.5. Kerugian Akibat Kehilangan Air ... 25
2.6. Metode Pengendalian Air Bersih ... 26
2.7. Populasi dan Sampel ... 29
2.7.1. Populasi ... 29
2.7.2. Sampel ... 29
2.7.3. Metoda Pengambilan Sampel ... 29
2.7.3.1. Probability Sampling ... 30
2.7.3.2. Nonprobability Sampling ... 31
2.8. PEMBUATAN NERACA AIR ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
3.1. TEKNIK DAN SUMBER DATA ... 40
3.1.1. Pengumpulan Data ... 40
3.1.2. Sumber Data ... 41
3.2. LANGKAH KERJA ... 42
3.3. LOKASI PENELITIAN ... 44
3.3.1. Sejarah Perusahaan ... 44
3.3.3. Sistem Transmisi ... 46
3.3.4. Reservoir ... 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1. Penyajian Data... 47
4.1.1. Data Primer... 47
4.1.1.1. Tekanan ... 49
4.1.1.2. Debit ... 50
4.1.1.3. Akurasi Meter ... 51
4.1.2. Data Sekunder ... 57
4.2. PEMBAHASAN DATA ... 58
4.2.1. Studi Kasus di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan ... 58
4.2.2. Perhitungan Kehilangan Air dalam Rupiah ... 60
4.2.3. Pembuatan Neraca Air ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1. Kesimpulan... 68
5.2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Alir ... 4
Gambar 3.1 Diagram Alir ... 44
Gambar 3.2 Peta Kota Padangsidimpuan... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2 1 Neraca Air………...12
Tabel 4 1 Data Pola Pemakaian Air di Padangsidimpuan Selatan ……… 47
Tabel 4 2 Data Tekanan di Padangsidimpuan Selatan (Hasil Survey) …………... 49
Tabel 4 3 Data Debit di Padangsidimpuan Selatan………. 50
Tabel 4 4 Data Akurasi Meter di Padangsidimpuan Selatan (Hasil Survey)……… 51
Tabel 4 5 Jumlah Air Yang Didistribusikan dan Dikonsumsi……….. 58
Tabel 4 6 Perhitungan Neraca Air……… 62
Tabel 4 7 Matriks Target………64
Lampiran 1 Peta Lokasi
Lampiran 2 Daftar Rekening Ditagih (DRD)
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Kriteria Penggolongan Tarif
ABSTRAK
Kebutuhan air bersih masyarakat semakin hari semakin meningkat dan kapasitas produksi sumber air bersih yang relatif menurun maka hal yang paling relefan untuk dilakukan yaitu dengan mengurangi atau meminimalkan tingkat kehilangan air. Untuk meminimalkan tingkat kehilangan air dapat dilakukan dengan program pengendalian Non Revenued Water (NRW). NRW dapat didefinisikan sebagai air yang hilang dapat diukur dan diketahui besarnya namun tidak dapat direkeningkan atau tidak dapat menjadi penghasilan, tetapi dapat dipertanggung jawabkan (Yayasan Pendidikan Tirta Dharma. Salah satu metodologi yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya Non Revenued Water (NRW) adalah metode Infrastructure Leakage Index (ILI) yaitu penilaian dengan mempertimbangkan panjang pipa induk, jumlah sambungan/tapping, panjang pipa dinas dan tekanan rata-rata.
Dalam melakukan studi ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekuder. Data primer merupakan data yang diambil langsung sewaktu penulis melakukan penelitian di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan, mencakup tekanan, panjang pipa, input air yang masuk (debit), akurasi meter dan jumlah air yang didistribusikan. Data sekunder meliputi gambar kerja, diameter pipa, jumlah pelanggan, umur pipa, konsumsi resmi tak berekening, konsumsi resmi berekening, dan air yang terjual.
Perhitungan persen tingkat kehilangan air dan pembuatan neraca air dilakukan dengan menghitung tekanan pipa, debit pada pembacaan meter induk, akurasi meter, jumlah air yang terjual, dan jumlah pelanggan. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat diketahui besarnya nilai dari Infrastructure Leakage Index (ILI) dengan menggunakan Tabel Matriks Target.
Dari hasil penelitian, tingkat kehilangan air di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan sebesar 13.608 m3/tahun atau sebesar 6,6 % per tahun dengan kerugian dalam rupiah sebesar Rp 14.480.991,- m3/tahun dan nilai ILI didapat 5,41 dengan tekanan rata-rata 1,97 atm termasuk dalam golongan B dan nilai tersebut berada pada range 8-16 maka didapat nilai kebocoran 200-400 l/sambungan/hari.
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Umum
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan alam.
Salah satu sumber daya alam yang sering dimanfaatkan manusia adalah air. Air adalah senyawa
yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi.
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi (mrsupel.blogspot.com). Pengelolaan sumber
daya air yang kurang baik dapat menyebabkan kekurangan air. Maka dari itu dikatakan air
sebagai sumber kehidupan. Karena tanpa air manusia, hewan, dan tumbuhan serta penghuni
kehidupan di bumi ini tidak akan berlangsung.
Air bersih sebagai infrastuktur kota sangat berperan dalam menunjang perkembangan
kota. Antara lain membutuhkan sistem perencanaan air bersih yang baik sehingga mampu
memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Pengelolaan sistem penyediaan air bersih yang
layak, serta memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktivitas perkotaan secara keseluruhan akan
meningkatkan produktivitas kota.
Dan keberadaan air bersih di daerah Perkotaan menjadi sangat penting karena aktifitas
kehidupan masyarakat kota yang dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi di kota Padangsidimpuan memanfaatkan air bersih yang
berasal dari mata air. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka manusia
membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas yang meningkat pula dalam menopang
Hanya sekitar 121.071 pelanggan. Aktivitas PDAM mulai dari mengumpulkan, sampai
mendistribusikan air ke setiap pelanggan secara berkesinambungan.
1.2 Latar Belakang
Kehilangan air dapat dilihat dari dua sisi : dari sisi kehilangan itu sendiri dan dari sisi jika tidak kehilangan. Pemahaman dua dimensi ini memberikan kita gambaran bahwa kehilangan air merupakan wanprestasi dari suatu proses pelayanan air secara keseluruhan. Ini penilaian dari sisi kehilangan air. Sementara dari sisi jika tidak kehilangan memberikan nilai bahwa ada hak publik yang diambil yang seharusnya ada.
Agar pelayanan air PDAM ke masyarakat tidak terganggu dan dapat mencapai standart pelayanan maka harus memperhatikan aspek-aspek yang sangat berpengaruh yaitu kualitas, kontinuitas, dan
kuantitas (K3). Untuk itu pengelola air minum di Indonesia mulai mencari suatu metodologi yang tepat digunakan untuk indikasi kehilangan air.
Dalam penerapannya sesuai sistem dan prosedur yang ada, penulis berharap selama penulisan tugas akhir ini dapat menyerap ilmu pengetahuan baik itu dari PDAM maupun dari seluruh Dosen yang akhirnya pada saatnya dapat untuk diterapkan di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan sehingga beberapa permasalahan yang kerap timbul tentang kehilangan air dapat teratasi dengan baik sesuai yang diharapkan untuk lebih meningkatkan pendapatan Perusahaan.
1.3 Perumusan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengevaluasi tingkat kehilangan air. Penulis mengambil lokasi di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan. Secara umum, terjadinya peningkatan
kehilangan air di sebabkan oleh masa pakai pipa yang telah habis dimana umur pemakaian pipa sudah melebihi 10 tahun, yang menyebabkan kebocoran pada pipa tersebut..
1. Mengetahui besarnya tingkat kehilangan air di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan
2. Mengamati kondisi eksisting sistem penyediaan air bersih di kota Padangsidimpuan
dengan jaringan distribusi air minum yang di tinjau dan di batasi pada wilayah
pelayanan PDAM kota Padangsidimpuan meliputi wilayah Padangsidimpuan Selatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya tingkat kehilangan air di Kecamatan Padangsidimpuan
Selatan.
2. Memberikan rekomendasi kepada PDAM kota Padangsidimpuan untuk
mengendalikan kehilangan air bersih yang terjadi pada PDAM kota
Padangsidimpuan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir di PDAM Padangsidimpuan adalah :
1. Mampu mengaplikasikan ilmu baik berupa teori maupun praktik yang diperoleh
selama masa perkuliahan dengan cara mempraktikkannya langsung di lapangan.
2. Bagi PDAM, dapat dijadikan perbandingan ataupun masukan lebih banyak berkaitan
1.6 Pembatasan Masalah
1. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis penulis hanya memfokuskan pada: Daerah
jln.Melati kecamatan Padangsidimpuan Selatan
2. Penulisan tugas akhir ini hanya di fokuskan pada kehilangan air saja yaitu dengan
menghitung NRW menggunakan ILI
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam tugas akhir ini, penulisan tugas akhir
ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I, PENDAHULUAN, merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan
dilakukan meliputi tinjauan umum, latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup
pembahasan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II, TINJAUAN PUSTAKA, terdiri PDAM Padangsidimpuan sebagai lokasi. Faktor
– faktor yang mempengaruhi kehilangan air di PDAM Padangsidimpuan.
BAB III, METODOLOGI PENELITIAN, Menguraikan hal – hal yang menyebabkan
kehilangan air pada PDAM Padangsidimpuan.
BAB IV, ANALISA DAN PEMBAHASAN, menganalisis kehilangan air yang terjadi
pada PDAM Padangsidimpuan.
BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan kumpulan dari butir-butir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Kehilangan air bersih atau air PDAM sering di sebut sebagai Non-Revenue-Water
(NRW).sederhananya adalah air bersih yang menjadi olahan yang tidak menjadi pendapatan
(revenue) pengolahan karena kesalahan pengelola dan sebab-sebab lain di sebut secara umum
sebagai ‘kebocoran’.
NRW sering menjadi perdebatan, tetapi pada akhirnya kurang menjadi perhatian untuk di
selesaikan. Pertanyaan awal adalah mengapa menjadi penting? Kehilangan air perpipaan menjadi
penting bukan saja hanya karena berkenaan dengan ancaman terhadap tingkat cakupan dan
kualitas pelayanan, tetapi juga pada tingkat pendapatan (revenue) pengelolahan yang jumlahnya
relative sangat besar jumlah serta nilainya yang pada akhirnya akan di bebankan pada
masyarakat pelanggan air minum perpipaan tersebut.
Untuk memperkuat mengenai kehilangan air, kita mengutip argumentasi Tornton dkk
(2008) sebagai berikut:
Bukan saja menjadi perioritas kedua, tetapi sering kali kehilangan air tidak di buka secara
luas kepada publik untuk menutupi ketidak mampuan pengelola air bersih. Dalam pembahasan
yang lebih ekstrim, jika membandingkan peristlahan yang akan di pergunakan oleh dua LSM
internasional, yaitu Water Integrity Network dan Transparancy Internasional (IT). Pengabaian
dari penurunan NRW dapat di katagorikan sebagai bagian dari krisis tata kelola air yang menuju
2.2 Standar Kebutuhan Air pada Masyarakat
Secara garis besar, penggunaan dan pemakaian air bersih dalam aktivitas sehari-hari
manusia adalah sebagai berikut :
1. Untuk keperluan rumah tangga (domestic use) Mandi, cuci, kakus, memasak, dan
keperluan-keperluan lain dalam rumah tangga.
2. Untuk keperluan industri
- sebagai bahan pokok, misal : untuk industri makanan dan minuman
- sebagai bahan pembantu, misalnya: untuk proses pendinginan, pencucian.
3. Untuk keperluan perkotaan
- membersihkan jalan, menyiram taman-taman, air mancur.
- penggelontoran saluran-saluran kota
- persediaan air untuk hidran pemadam kebakaran
- untuk keperluan sekolah, perkantoran, gedung pertemuan umum.
- untuk keperluan sosial, seperti mesjid, langgar, rumah sakit.
- untuk keperluan komersial, seperti rumah makan, hotel, pasar.
- untuk keperluan pelabuhan
- untuk keperluan fasilitas rekreasi, seperti kolam renang, daerah wisata, daerah
Kebutuhan air suatu komunitas tergantung pada faktor-faktor di bawah ini:
1. Populasi
2. Kondisi iklim
3. Kebiasaan dan gaya hidup
4. Fasilitas plambing
5. Sistem penyaluran pembuangan
6. Industri
7. Biaya air
Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka dalam suatu penyediaan air minum perlu
diperhatikan faktor-faktor :
1. Segi Kualitas
Terpenuhinya syarat-syarat kualitas, aman, higienis, baik dapat diminum tanpa
kemungkinan menginfektir pemakainya.
Persyaratan kualitas air minum terdiri atas :
- Persyaratan Fisis
Kualitas fisis yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata- mata dengan
pertimbangan segi kesehatan, akan tetapi juga menyangkut soal kenyamanan dan dapat
Yang termasuk dalam persyaratan fisik air minum adalah bau, rasa, temperatur, warna,
dan kekeruhan.
Adapun standard kualitas pelayanan PDAM dari indikatot NRW dapat di lihat pada tabel 2.1
berikut :
Tabel 2.1Analisis Kualitas Kesehatan Pelayanan PAM dari Indikator NRW
Tingkat kehilangan air (NRW) Kondisi kesehatan Tindakan medis diperlukan
0% - 10% Sehat Hidup seperti biasa
10% - 15% Kurang sehat Hati-hati. Pola makan harus
Diatur
15% - 20% Tidak sehat Berobat ke dokter
20% - 25% Sakit Rawat inap
Diatas 25% Stroke ICCU
Sumber : Firdaus Ali, 2009
- Persyaratan Kimiawi
Kadar dan tingkat konsentrasi unsur kimia yang terdapat dalam air harus aman, tidak
membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, pertumbuhan
tanaman, tidak membahayakan kesehatan bila digunakan dalam industri serta tidak
menimbulkan kerusakan pada sistem penyediaan air minumnya sendiri. Sebaliknya,
kondisi air minum yang dapat mencegah suatu penyakit atau kondisi kualitas yang
menguntungkan.
Pada dasarnya unsur-unsur kimiawi dapat dibedakan atas 4 macam golongan :
1. Unsur-unsur yang bersifat racun (Hg,Pb)
2. Unsur-unsur tertentu yang dapat mengganggu kesehatan
3. Unsur-unsur yang dapat mengganggu sistem atau aktivitas manusia
4. Unsur-uns ur yang merupakan indikator pencemaran
- Persyaratan Bakteriologis
Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri secara umum, kuman
dan bakteri coli secara khusus.
Pada dasarnya ada dua golongan bakteri :
Mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit
Non pathogen, yaitu mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit
2. Segi Kuantitas
Tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dipergunakan setiap waktu, baik untuk
keperluan domestik maupun keperluan lainnya. Penyediaan air dalam jumlah yang
cukup, baik untuk keperluan domestic maupun kegiatan lainnya, tidak hanya
mempunyai arti terpenuhinya permintaan dan kebutuhan itu sendiri akan tetapi lebih
3. Pemakaian Air
Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dari system yang ada
bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air
yang tersedia pada sistem yang dipunyai, yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.
Pemakaian air perkapita dapat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya
disebabkan berbagai faktor, antara lain tingkat hidup, pendidikan, dan tingkat ekonomi
masyarakat.
4. Kebutuhan Air
Kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok
manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan
air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman
dari pemakaian air.
5. Fluktuasi Pemakaian Air
Pemakaian air tidak sama antara satu jam dengan jam lainnya, begitu pula antara satu
hari dengan hari lainnya dalam satu bulan dengan bulan lainnya dalam satu tahun.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan aktifitas penggunaan air yang terjadi.
Perbedaan ini lebih disebabkab oleh kebiasaan masyarakt pemakai dan keadaan iklim.
Terpenuhinya kedua segi di atas adalah sangat penting untuk mendukung pengelolaan
2.3 Definisi Kehilangan Air
Yang dimaksud dengan kehilangan air disini adalah pemakain air yang tidak di bayar.
Pemakaian air yang tidak terbayar ini dapat merupakan :
a. Kehilangan air yang dapat dipertanggung jawabkan (pemakaian air yang tercatat)
contohnya:
• Pemakaian air untuk proses pengolahan/ pengoperasian sistem penyediaan air
bersih, misalnya membersihkan filter atau back wash dan lain-lain.
• Pemakaian air yang tercatat tetapi pada penggunaannya tidak berdasarkan
kebutuhan yaitu sebagai contoh adalah pembukaan kran air pada pelanggan
tetapi lupa untuk menutup kembali.
• Pendistribusian air untuk kebutuhan sosial yang tidak ditagih atau tidak ada
pembebanan biaya.
b. Kehilangan air yang tidak dapat dipertanggung jawabkan (pemakaian air yang tidak
tercatat) contohnya :
• Kebocoran atau kehilangan air pada jaringan pipa distribusi.
• Pemakaian air oleh konsumen/ pelanggan yang pemakaiannya tidak tercatat
baik itu karena kesengajaan,misalnya pencurian air maupun karena
ketidaksengajaan, misalnya meter pelanggan tidak akurat.
ATBD = Input sistem – Konsumsi Berekening
meteran
Kehilangan air akan ATBD didefinisikan sebagai perbedaan antara banyaknya air yang
dialirkan ke jaringan distribusi dan pemakaian air yang tercatat pada pemakaian tersebut.
Kehilangan air akan ATBD menyebabkan kerugian keuangan yang besar (Cipta Karya, 1988).
NRW ( Non Revenue Water ) atau dapat disebut juga ATBD dapat dikategorikan sebagai
berikut :
disebabkan oleh kebocoran pipa, adanya sambungan pipa, overflowing reservoir dan
sebagainya.
b.Apparent Losses
- Commercial Losses
disebabkan oleh konsumen yang tak terdaftar, adanya sambungan ilegal, adanya
manipulasi atau penipuan dan sebagainya.
- Metering Losses
disebabkan oleh pembacaan meteran yang salah, tertimbunnya meteran, kesalahan
pengujian meteran dan lain – lain.
Kehilangan air merupakan :
a.. Selisih antara volume input sistem dengan konsumsi resmi.
b. Selisih jumlah air yang didistribusikan dan jumlah air yang diterima pelanggan.
c. Perbedaan jumlah air yang dibaca pada meter induk dan jumlah air yang
dibaca pada meter pelanggan.
Konsumsi resmi adalah volume air bermeter dan atau tak bermeter tahunan yang
dikonsumsi oleh para pelanggan terdaftar, pensuplai air dan orang-orang yang secara implisit
atau eksplisit diberi kewenangan oleh pensuplai air untuk melakukannya.
Konsumsi resmi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu :
Yang dimaksud konsumsi resmi berekening adalah suplai air kepada pelanggan,
dengan dasar perhitungan meteran dari air yang dikonsumsi maupun dengan dasar
penaksiran.
b. Konsumsi resmi tak berekening
Bisa meliputi elemen-elemen seperti pemadam kebakaran, penyemprotan pipa saluran
air dan gorong-gorong, pembersihan jalan, pengairan taman- taman kota dan air
mancur umum.
Kehilangan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kerugian Komersial
Merupakan nilai bagi semua jenis ketidakakuratan yang berhubungan dengan
pemeteran pelanggan dan kesalahan penanganan data ditambah konsumsi ilegal.
b. Kebocoran Fisik
Merupakan kebocoran tahunan dari sistem yang ditekan hingga ke titik pelanggan.
Kehilangan air berarti perbedaan jumlah air yang masuk ke dalam sistem
penyediaan air bersih ( water supply system) dengan jumlah air yang tercatat.
Jenis kehilangan air dapat diklasifikasikan menjadi :
Kehilangan jenis ini misalnya pemakaian air untuk pengurasan pipa, pemakaian fire
hydrant, pemakaian air untuk fasilitas keindahan kota, pemakaian air untuk
penggunaan sosial yang tidak terbayar dan lain-lain.
b. Kehilangan air yang tak tercatat
Contoh kehilangan air jenis ini adalah kebocoran air pada jaringan pipa distribusi,
pemakaian air konsumen yang tidak tercatat oleh meter karena meter rusak atau tidak
teliti, pembuatan rekening yang salah dan sebagainya.
Nilai kehilangan air di Indonesia dianggap masih normal jika bernilai sekitar 20% sesuai
angka kehilangan air yang disarankan Departemen PU, yaitu sekitar 18%-20%, dengan perincian
sebagai berikut :
Kebocoran pada sistem distribusi : 5%
Ketelitian pengukuran meter air : 3-5%
Kebocoran pipa konsumen : 5%
Pemakaaian untuk O & M : 3%
Kehilangan air non fisik dan lainnya : 2%
Total : 18-20%
Untuk perbandingan, maka akan ditampilkan kehilangan air di beberapa kota di
Kehilangan air ini juga dapat dibagi menjadi :
Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara fisik/nyata terbuang keluar dari
sistem distribusi sehingga tidak dapat dimanfaatkan, misalnya kebocoran air pada pipa
distribusi, kebocoran air pada pipa dinas atau kebocoran air pada katup. Kehilangan air
ini pada umumnya tergolong kehilangan air tidak tercatat. Penyebab kehilangan air
fisik merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan air bersih,
terutama pada jaringan-jaringan pipa yang sudah berumur tua, tetapi juga sering terjadi
pada jaringan-jaringan pipa yang masih baru, dimana karena kelalaian pemasangan
dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa.
b. Kehilangan air non fisik (tidak nyata)
Kehilangan air non fisik tidak dapat terlihat atau tidak dapat diperhitungkan dalam
proses penagihan. Sebagian besar kehilangan air non fisik disebabkan oleh
faktor-faktor non teknis yang sulit dilacak maupun ditanggulangi karena menyangkut
masalah kompleks baik di dalam maupun di luar PDAM itu sendiri.
Beberapa contoh kehilangan air non fisik adalah :
- Kesalahan membaca meteran
- Pencatatan angka meteran pelanggan yang tidak sesuai dengan semestinya, misalnya
karena aliran air terlalu kecil atau karena ketidaktelitian meter air.
- Kesalahan-kesalahan pembuatan rekening air.
- Adanya sambungan liar.
Kehilangan air dapat terjadi baik pada unit pengolahan, pipa transmisi maupun pipa
karena pada pipa distribusi banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran
air. Oleh karena itu pengendalian kebocoran air pada penelitian ini adalah pada sistem distribusi
air minum. Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang tercatat
masuk ke dalam sistem dan jumlah air yang tercatat keluar dari sistem. Secara sederhana, hal ini
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Kehilangan Air = Input yang Tercatat – Output yang Tercatat
Definisi ini biasanya tidak termasuk jumlah air yang telah dibuatkan rekening, yang
berarti telah tercatat tetapi belum dibayarkan. Karena itu jumlah tagihan dan tunggakan biasanya
tidak dimasukkan dalam perhitungan kehilangan air.
2.4 Sumber-Sumber Kehilangan Air
Kehilangan air terdiri dari bermacam-macam komponen dan pada umumnya dapat
digolongkan sebagai kehilangan air secra fisik dan non fisik. Kehilangan air secara non fisik
adalah setiap komponen yang tidak termasuk sebagai kehilangan langsung secara fisik .
Kehilangan air secara fisik diakibatkan oleh faktor - faktor teknis pada system perpipaan
seperti pencatatan meter induk tidak akurat (kurang baik), kebocoran pada reservoir, kebocoran
pada sambungan pipa distribusi dan transmisi, jaringan pipa keropos (sudah tua, material kurang
bagus, pemasangan pipa tidak memenuhi syarat), sambungan pelanggan gelap (tidak terdeteksi),
meter pelanggan tidak akurat (perggantian meter tidak terprogram), kebocoran pada pipa dinas
pelanggan (pipa servis sebelum meter air), penggunaan air untuk pencucian dan penggelontoran
pipa, kualitas pipa yang digunakan, tekanan yang dihasilkan, perlengkapan perpipaan,
sambungan-sambungan pipa dan lain sebagainya Sedangkan kehilangan air non fisik diakibatkan
pencatatan meter pelanggan tidak baik, perlakuan pencatat meter (pencatatan ditaksir),
administrasi pencatat meter tidak baik, sistem penagihan tidak sempurna, kesalahan administrasi,
kesalahan pembacaan meter air, akurasi meter air, sambungan- sambungun liar, penggunaan
tanpa pemakaian meter air, dan lain sebagainya.
Tingkat kehilangan air sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah produksi air,
yang ditentukan dari data produksi dan pemakaian air. Kemudian hasilnya digunakan secara luas
untuk menunjukkan keadaan umum system distribusi, khususnya jumlah kebocoran yang ada.
Alasannya yaitu kebocoran secara fisik biasanya merupakan komponen utama pada perhitungan
kehilangan air. Namun hal ini bisa salah apabila kehilangan air secara non fisik juga
menunjukkan angka yang cukup besar. Karena itu lebih baik menghitung komponen-komponen
kehilangan air tersebut dengan pengukuran langsung dan kemudian menyesuaikan jumlahnya
dengan tingkat kehilangan air yang ditentukan secara tidak langsung dari perkiraan data produksi
dan pemakaian air.
Pada dasarnya sumber – sumber kehilangan air sama pada setiap sistem, potensinya
untuk menghasilkan kehilangan air, juga tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Beberapa sumber kehilangan air :
1. Meter Air
a. Fungsi Meter Air
Meter air digunakan pada sistem penyediaan air bersih dengan tujuan :
- untuk mengetahui jumlah produksi air
- untuk mengetahui besar pemakaian air konsumen, termasuk kepentingan sosial
- untuk dapat memperhitungkan tarif air
- untuk dapat memperhitungkan rekening pelanggan
- untuk memperkirakan besar kehilangan air dari sistem instalasi keseluruhan
- untuk keperluan penelitian/pengendalian
b. Ketelitian Meter Air
Hasil pengujian Lembaga Pendidikan menunjukkan bahwa meter air tidak selalu dapat
diandalkan kebenaran penunjukkannya. ternyata untuk beberapa kondisi sistem
pengaliran air, meter air memperlihatkan kekurangtelitian saat beroperasi.
Disamping kecepatan aliran, yang dapat mempengaruhi ketelitian meter air adalah udara.
Sebuah instalasi penyaluran air minum yang bekerja secara periodik, pada saat operasi
berhenti, maka sejumlah udara akan masuk ke dalam pipa distribusi dari celah
sambungan pipa, katup yang tidak tertutup sempurna atau dari pipa yang bocor.
Aliran udara dalam meter air akan memutar dial meter dengan cepat. Peristiwa ini sering
ditemui di lapangan pada meter air konsumen. Tiap keluhan konsumen dapat diartikan
sebagai suatu gejala ketidakpuasan terhadap tingkat pelayanan PDAM dan keadaan
seperti ini harus dihindari sedini mungkin dengan cara :
- Menganjurkan kepada konsumen agar menutup keran dengan sempurna dan jika ada
- Memperbaiki sambungan pipa distribusi yang menimbulkan kebocoran kecil, sedang
dan besar.
- Menggiatkan inspeksi keliling untuk memantau kemungkinan adanya kebocoran pipa
distribusi.
- Berusaha agar instalasi sistem distribusi bekerja secara kontinu. Tekanan yang bekerja
pada pipa akan menentukan kecepatan aliran dalam pipa dan akan mempengaruhi
besarnya starting flow. Starting flow adalah debit aliran terkecil yang diperlukan untuk
dapat menggerakkan alat penghitung meter air. Kecepatan aliran di bawah starting flow
akan mengakibatkan air tidak tercatat pada meter air.
2. Pipa Transmisi dan Distribusi
Kehilangan air pada pipa transmisi sering terjadi karena adanya kebocoran yang
dipengaruhi oleh tekanan di dalam dan di luar pipa yang tidak seimbang. Beberapa hal
yang mempengaruhi adalah konstruksi pemasangan, penyambungan serta kualitas
material yang digunakan dan usia dari pipa. Pada pipa distribusi yang mengalirkan air
kepada pelanggan, kehilangan air sangat besar karena banyaknya pipa-pipa kecil yang
potensial sebagai sumber kebocoran.
- Tekanan
Tekanan dalam pipa diakibatkan oleh gaya yang bekerja dalam pipa tersebut. Gaya
yang bekerja adalah gaya hidrostatis dan gaya hidrodinamis. Gaya hidrostatis adalah
gaya yang diakibatkan tekanan yang bekerja pada air dalam keadaan diam di dalam
air yang bergerak dalam pipa. Jika dibandingkan, besar gaya hidrodinamis yang
diakibatkan oleh kecepatan air dalam pipa lebih kecil dari gaya hidrostatis yang
diakibatkan oleh tekanan air yang diam .
Dalam kehilangan air, tekanan dalam pipa merupakan indikator terjadinya suatu
kebocoran fisik pada jaringan distribusi. Tekanan yang besar dalam pipa akan
mengakibatkan udara di dalam pipa, udara yang terakumulasi dalam pipa akan
mempengaruhi peputaran propeller dari meter air.
- Konstruksi
Sambungan antar pipa ataupun dengan fitting harus kokoh. Pada lokasi penyeberangan
perlu adanya jembatan pipa atau penyangga serta angker blok pada lokasi-lokasi rawan
untuk meredam gaya-gaya dari luar. Penimbunan lapisan paling bawah dengan pasir,
kerikil dan dipadatkan dengan tanah. sebelum penimbunan secara permanen, terlebih
dahulu dilakukan pengetesan tekanan pada pipa. Untuk penyambungan pipa tergantung
jenis pipa yang akan disambung. Untuk sambungan pipa persil menggunakan clamp
saddle untuk mencegah terjadinya kebocoran pada sambungan ini.
- Beban
Adanya getaran lalu lintas dan beban dari luar seperti kendaraan akan mengakibatkan
beban yang dipikul pipa semakin besar. beban ini dapat direduksi dengan cara
penimbunan pipa yang mengikuti peraturan. Beban yang dipikul pipa akan semakin
kecil pengaruhnya jika pemasangan pipa dilakukan dengan baik.
Pemilihan kualitas material harus baik dan dilakukan dengan cermat. Hal ini akan
mempengaruhi kecepatan terjadinya kerusakan pada sistem jika kualitasnya buruk.
Kualitas yang bagus akan berusia lebih lama dan lebih tahan terhadap gangguan.
- Korosi
Korosi internal merupakan proses korosi di dalam pipa akibat proses kimia antara air
dengan pipa logam, sehingga pipa akan mudah retak/pecah jika beban bertambah atau
tekanannya yang bertambah. Pengaruh kualitas air dapat menyebabkan korosi.
3. Perlengkapan Pipa (Fitting)
Perlengkapan pipa ini meliputi joint, bend, tee, cross dan valve. Kondisi system
penyambungan antar fitting yang kurang baik dan tidak sesuai dengan tekanan kerja yang
diijinkan akan menyebabkan pipa mudah pecah.
Daerah tempat penyambungan fitting dengan pipa merupakan daerah yang rawan akan
kebocoran terlebih – lebih jika konstruksi pemasangannya tidak bail sehingga sangat
dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada tempat tersebut.
4. Pemakaian Air tanpa Meter Air
Pemakaian air oleh pelanggan tetapi tidak dilengkapi oleh meter air. Sehingga untuk
beban rekening tidak berdasarkan pemakaian air sebenarnya dan angka menjadi tidak
5. Sambungan Liar (Illegal Connection)
Sambungan yang terjadi dengan menapping pipa pelayanan tanpa diketahui pihak
PDAM. Tujuannya agar pemakaian air tidak tercatat sehingga tidak perlu membayar
beban rekening.
6. Pencucian Pipa (Flushing)
Air yang digunakan untuk mencuci pipa merupakan jumlah tidak tercatat. Umumnya
jumlah dipakai sebesar 2% dari jumlah produksi, tetapi seharusnya melalui meter air agar
jelas berapa jumlah pemakaiannya.
7. Kesalahan Administrasi
Administrasi kurang tertib, seperti penagihan yang kurang tertib dan tidak menurut sistem
yang telah ditetapkan, proses pembacaan meter air, pencatatan meter, kesalahan pada
pembukuan lainnya, proses pembuatan rekening ataupun karena petugas pembaca meter
tidak membacanya. Pemakaian untuk infrastruktur, hidrant, taman-taman kota seringkali
tidak diketahui secara pasti karena tidak ada meter air. Kesalahan administrasi akan
mengacaukan dan sulit untuk dikendalikan. Jumlah pemakaian air menjadi tidak sesuai
dengan kenyataan di lapangan, sehingga air yang terdistribusi dengan yang terpakai
menjadi tidak jelas
8. Sosial Budaya
Sambungan liar, tanpa meter air, meter air dimodifikasi, sambungan ganda sebelum meter
air, melepas meter air saat pengaliran kemudian dipasang lagi, merusak cara kerja meter
merupakan bentuk-bentuk kecurangan yang pernah ditemui dan dilakukan oleh
konsumen. Tujuan dari itu semua adalah agar angka tercatat lebih kecil sehingga
membayarnya menjadi murah. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang
dan begitu juga kesadaran untuk melapor. Kondisi sosial para pegawai PDAM pun
kurang bertanggungjawab, petugas pembaca meter air yang merupakan ujung tombak
perusahaan jika kurang bertanggungjawab akan mempengaruhi pendapatan yang
sebenarnya.
2.5 Kerugian Akibat Kehilangan Air
Adanya kehilangan air dapat mengakibatkan kerugian baik bagi PDAM maupun
bagi konsumen. Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan
menjadi :
1) Kerugian dari segi kuantitas (Debit)
Dengan adanya kehilangan air, maka jumlah air yang dapat digunakan oleh
konsumen menjadi berkurang.
2) Kerugian dari segi tekanan
Adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa distribusi dan
adanya sambungan yang tidak tercatat/illegalconnection) dapat
mengakibatkan berkurangnya tekanan air yang dialirkan ke konsumen.
3) Kerugian dari segi kualitas air
Jika ada kebocoran air, maka pada saat pipa tidak terisi air atau terjadi
dalam pipa, sehingga air yang ada di dalam pipa terkontaminasi oleh kotoran
dari luar pipa tersebut.
4) Kerugian dari segi keuangan (Ekonomi)
Akibat dari adanya kehilangan air ini maka akan mengakibatkan kerugian dari
segi keuangan bagi Perusahaan Air Minum. Dengan adanya kehilangan air ini
maka biaya produksi per meter kubik air akan meningkat dan pendapatan
hasil penjualan air akan berkurang, sehingga secara keseluruhan keuntungan
yang didapat Perusahan Air Minum akan mengecil.
2.6 Metode Pengendalian Air Bersih
Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan, dibutuhkan penanggulangan kehilangan air
dimana dengan penaggulangan kehilangan air ini, kapasitas pelayanan akan ditingkatkan tanpa
adanya peningkatan kapasitas sumber, mengingat sumber air baku yang makin lama makin
berkurang sementara kebutuhun penduduk akan air bersih semakin lama semakin meningkat.
Pengendalian kehilangan air tidak mudah untuk dilaksanakan karena menyangkut banyak
segi yang harus diperhitungkan baik dalam PAM sendiri maupun kondisi masyarakat pemakai air
yaitu pemerintah maupun non pemerintah. Karenanya perlu suatu metoda pendekatan untuk
kondisi setempat dalam usaha mengendalikan besarnya kehilangan air agar tidak melebihi batas
kewajaran yang ditetapkan.
Di dalam menanggulangi kebocoran air ada 2 jenis kebocoran yang harus ditangani, yaitu
kebocoran air secara fisik dan kebocoran air secara administratif. Dalam penanggulangan
kebocoran air sendiri ada 3 metoda penurunan kebocoran air yang dapat dilaksanakan yaitu :
Pengaturan tekanan air di dalam pipa. Merupakan cara yang paling sederhana dan
cepat, karena tidak menyangkut deteksi kebocoran, penurunan tekanan ini dapat
dicapai dengan mengurangi tekanan pompa atau pemasangan katup penurunan tekanan
pada jaringan pipa distribusi.
b. Penurunan kebocoran air secara pasif
Dengan metoda pasif kontrol, yaitu memperbaiki kebocoran hanya bila ada laporan
dari masyarakat tentang adanya kebocoran atau bila kebocoran itu kebetulan saja
diketahui (dapat terlihat secara fisik). Pada metoda ini tidak dilaksanakan pengukuran
atau pendeteksian kebocoran. Metoda ini dapat dilaksanakan apabila harga produksi
air relatif murah jika dibandingkan biaya operasionalnya, nilai kebocoran relatif masih
rendah dan sumber air masih dapat mencukupi kebutuhan konsumen.
c. Penurunan kebocoran air secara aktif, melalui cara-cara:
• Regular Sounding
Dengan menginspeksi jaringan pipa distribusi yang dilakukan secara berkala
dengan menggunakan alat pendengar kebocoran pada hidran kebakaran atau pun
katup yang terdapat pada jaringan distribusi.
• District Metering (pengukuran zone/wilayah)
Yaitu dengan memantau aliran / fluktuasi pemakaian air pada distrik tertentu secara
berkala. Caranya dengan memasang meter pada suatu distrik pada lokasi yang tepat,
dievaluasi. Bila terjadi peningkatan fluktuasi yang tiba- tiba, maka hal ini
mengindikasikan adanya kebocoran pada distrik tersebut.
• Waste Metering (pengukuran kebocoran)
Yaitu memantau kebocoran pada setiap jalur pipa. Cara ini dilakukan dengan
memantau aliran air pada malam hari dengan membuka / menutup katup / valve
secara bertahap. Jika terjadi peningkatan aliran air yang mencolok secara tiba-tiba,
maka hal ini mengindikasikan adanya kebocoran. Untuk mencari kebocoran
tersebut, digunakan alat pendeteksi kebocoran.
• Combined Metering (pengukuran kombinasi)
Merupakan gabungan antara district dan waste metering.
Dalam penanggulangan kebocoran air secara administratif, usaha yang harus kita lakukan
akan lebih sedikit, tetapi hasil yang didapat akan sangat signifikan. Berbeda dengan
penanggulangan kebocoran air secara fisik, usaha dan biaya yang dibutuhkan akan sangat banyak
dan besar, belum lagi waktu yang dibutuhkan sangat lama. Tetapi, hasil yang didapat tidak
sebanding dengan usaha yang sudah dilakukan. Selama ini pengendalian kehilangan air
dilakukan secara pasif. Dengan metoda ini memang tidak memerlukan banyak peralatan dan
biaya tetapi kehilangan air yang terjadi tidak dapat ditanggulangi dengan baik bahkan cenderung
bertambah tiap tahunnya. Hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, harus ditanggulangi secara
2.7 Populasi dan Sample
2.7.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya.
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subyek/obyek tersebut.
2.7.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus
reprensentatif.
2.7.3 Metoda Pengambilan Sampel
Metoda sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang
2.7.3.1 Probability Sampling
Probability sampling adalah metoda pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metoda ini
terbagi lagi menjadi :
a. Simple Random Sampling
Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Metoda ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan
berstrata secara proporsional. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata
populasi.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Metoda ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi
kurang proporsional.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Metoda ini digunakan untuk menentukan ukuran sampel bila obyek yang akan diteliti
2.7.3.2 Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah metoda pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Metoda ini terbagi lagi menjadi :
a. Sampling Sistematis
Metoda pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut.
b. Sampling Kuota
Metoda untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling Insidental
Metoda penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
orang tersebut cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposif
Metoda penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.
Metoda penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
2.8 Pembuatan Neraca Air
Neraca air adalah sebuah cara atau metode perhitungan kehilangan air yang
diluncurkan oleh International WaterAssociation (IWA), yang memudahkan dalam
menganalisis kehilangan air . Semua istilah yang digunakan pada neraca air disusun
secara berurutan karena biasanya membaca neraca air dari kiri ke kanan.
Data-data yang dipergunakan untuk pembuatan Neraca Air adalah :
• Debit yang masuk ke sistem
• Konsumsi bermeter berekening
• Ketidak akuratan meter pelanggan
• Kehilangan air
• Kehilangan fisik
• Kehilangan non fisik/komersial
1) Volume input sistem
Volume input air yang sudah diolah yang dimasukkan ke dalam bagian jaringan
air minum yang diperhitungkan dalam neraca air.
2) Konsumsi resmi
Volume air bermeter / atau tak bermeter yang diambil oleh pelanggan terdaftar /
resmi, supplier air dan pihak-pihak lain secara implisit maupun eksplisit memang
maupun keperluan industri, konsumsi ini bisa berekening bisa tidak, bisa bermeter
bisa tidak.
3) Kehilangan Air
Selisih antara input sisitem dan konsumsi resmi. Kehilangan air dapat dianggap
volume total untuk seluruh jaringan, atau sebagian jaringan seperti transmisi atau
distribusi, atau zona-zona terbatas. Kehilangan air terdiri atas kehilangan fisik
dan kehilangan komersial.
4) Konsumsi Resmi Berekening
Komponen-komponen konsumsi resmi yang dikenai pembayaran dan menjadi
pendapatan juga dikenal sebagai air berekening atau air berpendapatan, setara
dengan konsumsi berekening bermeter ditambah konsumsi berekening tak
bermeter.
5) Konsumsi Resmi Tak Berekening
Komponen-komponen konsumsi resmi yang sah pemakaiannya tetapi tidak
dikenai pembayaran karenanya tidak menjadi pendapatan. Setara dengan
konsumsi tak berekening bermeter ditambah konsumsi tak berekening tak
bermeter.
6) Kehilangan Komersial
Mencakup semua jenis ketidak akuratan terkait dengan meter pelanggan,
kesalahan penanganan data (baik pembacaan meter maupun perekeningan), dan
konsumsi tak resmi (pencurian air atau penggunaan air secara illegal).
Association dan dibeberapa Negara di gunakan istilah “Kehilangan Non Teknis.”
yang sebenarnya kurang tepat karena kesalahan pada meter pelanggan misalnya
sebenarnya merupakan persoalan teknis.
7) Kehilangan Fisik
Kehilangan air secara fisik dari sistem bertekanan dan tanki-tanki/tandon-tandon
penyimpanan air, sampai ke titik penggunaan oleh pelanggan. Pada jaringan yang
pelanggan-pelanggannya dipasangi meter, titik penggunaan pelanggan tersebut
adalah meter pelanggan, Bila tidak bermeter, titik tersebut adalah titik pertama
(stop kran atau kran) pertama di dalam persil pelanggan. Kehilangan Fisik disebut
juga Real Losses oleh International Water Association dandi beberapa negara di
sebut “Kehilangan Teknis.”
8) Konsumsi Berekening Bermeter
Semua konsumsi bermeter yang juga dikenal pembayaran (direkeningkan). Ini
mencakup semua kelompok pelanggan baik domestik, perdagangan, industri atau
perkantoran dan juga termasuk air curah yang disalurkan keluar jaringan
pelayanan PDAM yang bermeter dan direkeningkan.
9) Konsumsi Berekening Tak Bermeter
Semua konsumsi resmi yang dihitung berdasarkan estimasi atau cara-cara
perhitungan tertentu tetapi tidak bermeter. Bisa jadi merupakan komponen yang
sangat kecil bila semua konsumsi bermeter (misalnya rekening yang didasarkan
pada estimasi ketika meter pelanggan rusak) tetapi akan menjadi komponen
Komponen ini mencakup juga air curah yang disalurkan ke luar batas jaringan
pelayanan PDAM tanpa meter pelanggan tetapi dikenai rekening.
10) Konsumsi Tak Berekening Bermeter
Konsumsi bermeter yang karena alasan tertentu tidak dikenai pembayaran,
contohnya termasuk konsumsi bermeter yang digunakan sendiri oleh PDAM atau
air yang disalurkan secara cuma-cuma kepada instansi tertentu, termasuk air yang
ditransper dari jaringan yang diberi meter tetapi tidak direkeningkan.
11) Konsumsi Tak Berekening Tak Bermeter
Setiap jenis konsumsi resmi yang tidak dimeteri dan tak dikenai pembayaran .
Komponen ini biasanya berupa pemakaian untuk pemadam kebakaran, pencucian
pipa dan saluran pembuangan , pembersihan jalan dan lain-lain. Pada PDAM yang
dikelola dengan baik komponen ini biasanya kecil sekali tetapi sering
dibesar-besarkan. Secara teoritis seharusnya termasuk air yang disalurkan keluar jaringan
yang tidak bermeter dan tidak berekening, meskipun kasusnya jarang.
12) Konsumsi Tak Resmi
Setiap penggunaan air secara tak resmi atau tak sah ini termasuk penggunaan
secara illegal dari hidran misalnya air hidran diambil secara tidak sah untuk
proyek konstruksi sambungan liar pada meter pelanggan.
13) Meter Pelanggan Tidak Akurat dan Kesalahan Penanganan Data
Kehilangan air secara komersial yang disebabkan oleh ketidak- akuratan meter
pelanggan dan kesalahan penanganan data ketika membaca meter atau
14) Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Distribusi
Air yang hilang melalui kebocoran atau pecahnya pipa transmisi dan distribusi
bisa berupa kebocoran yang kecil dan belum terlapor (misalnya kebocoran pada
joint). Kebocoran besar yang terlapor dan diperbaiki tetapi tentu saja sudah bocor
untuk jangka waktu tertentu sebelum di perbaiki.
15) Kebocoran dan Luapan Reservoir
Air yang hilang akibat kebocoran struktur tanki atau luapan pada tanki baik yang
disebabkan masalah operasional maupun teknis.
16) Kebocoran pada Pipa Dinas sampai Titik Meter Pelanggan
Air yang hilang dari kebocoran dan kerusakan pada pipa dinas mulai dan
termasuk titik tapping sampai titik penggunaan pelanggan. Bila sambungan
pelanggan di pasangi meter, titik ini adalah meter pelanggan , dan bila tidak
dipasangi meter titik ini adalah titik pertama pelanggan mengambil air (stop
kran/kran pertama) di dalam persil pelanggan. Kebocoran pada pipa dinas bisa
berupa kerusakan yang terlapor tetapi sebagian besar berupa kebocoran kecil-kecil
yang tidak muncul ke permukaan dan air merembes atau mengalir dalam jangka
waktu lama.
17) Air Berekening
Komponen-komponen konsumsi resmi yang dikenai pembayaran dan menjadi
pendapatan (disebut juga konsumsi resmi berekening). Setara dengan konsumsi
berekening bermeter plus konsumsi berekening tak bermeter.
Komponen-komponen input sistem yang tidak dikenai pembayaran dan tidak
menjadi pendapatan . Setara dengan konsumsi resmi tak berekening plus
kehilangan fisik dan kehilangan komersial.
Dengan menggunakan rumus ini kita bisa langsung mengetahui mana kebocoran
yang tinggi atau rendah dibanding dengan panjang pipa, hal ini menjadi penting karena
besar persen kehilangan air belum bisa di katakan tinggi, dan kecil persen kehilangan air
dikatakan rendah apabila di lihat dari panjang pipa.
Rumus :
Perhitungan pemakaian air dalam 1 jam dengan perbandingan pembacaan. ……….………..(2.1)
Perhitungan Q rata-rata :
………...………..(2.2)
Dimensi volume air cadangan:
- Volume air cadangan
Dimensi volume air konsumsi:
- Volume air konsumsi
Tinggi muka air = Vkn : ( P x L ) ... (2.4)
Keterangan:
Vc = volume air cadangan
Tm = tinggi air minimum
Vkn = volume air konsumsi
ILI = CAPL/MAAPL...(2.5)
Dimana :
ILI : Infrastructure Leakage Index
CAPL : (Current Annual Physical Losses)
Kehilangan Fisik / teknis tahunan saat ini
MAAPL : (Minimum Achhievable Annual Physical Losses)
Kehilangan Fisik / teknis tahunan minimal yang dapat dicapai,
Merupakan tingkat kebocoran yang dapat diperkirakan dalam
situasi dimana infrastruktur dalam kondisi baik dan kontrol
Menghitung MAAPL dengan menggunakan rumus empiris standar :
MAAPL (L/hari) = (18 x LM + 0.8 x NC + 25 x LP) x P ...(2.6)
Dimana:
MAAPL = (Minimum Achhievable Annual Physical Losses)
Kehilangan Fisik / teknis tahunan minimal yang dapat dicapai
LM = Panjang pipa induk (km)
NC = Jumlah sambungan rumah atau tapping
LP = Panjang pipa dinas dari batas persil ke meter pelanggan dikalikan dengan
jumlah SR (km)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Teknik dan Sumber Data
Pada metode ini akan membahas langkah-langkah kegiatan yang pada prinsipnya
adalah menjabarkan kegiatan yang akan dilaksanakan di lokasi dan memuat teknik-tenik
yang dilakukan dalam pengambilan data baik data primer maupun data sekunder, adapun
langakah kerja yang di lakukan dapat di lihat pada diagram alir metodelogi penelitian
pada Tabel 3.1.
3.1.1 Pengumpulan Data
Bagian ini memuat tentang teknik-teknik yang dilakukan dalam pengambilan
data tersebut yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Kegiatan ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung di
PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan yaitu di Jln Melati Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan.
2. Wawancara (diskusi)
3. Dalam kegiatan ini pengumpulan data di lakukan dengan
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau diskusi dengan pihak PDAM Tirtanadi
4. Studi Literatur (membaca)
Kegiatan ini adalah pengumpulan data dengan mempelajari literatur atau referensi
yang berhubungan dengan kebocoran untuk memperoleh gambaran tentang
kehilangan air yang berasal dari buku, modul dan petunjuk operasional yang ada
di PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan serta literatur di Akademi yang
berhubungan dengan pembahasan.
3.1.2 Sumber Data
Sumber Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah
1) Data Primer
Merupakan data yang diambil langsung sewaktu penulis melakukan penelitian di
PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan.
Data Primer yang dimaksud adalah:
a. Tekanan
b. Panjang pipa
c. Input air yang masuk (Debit)
d. Akurasi meter
2) Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari lokasi penelitian yang
berfungsi sebagai data pendukung dalam kegiatan penyusunan skripsi. Pengumpulan
data ini dilakukan di bagian perencanaan PDAM Tirtanadi Padangsidimpuan, dan
Data sekunder yang dimaksud adalah:
a. Gambar kerja
b. Diameter pipa
c. Jumlah sambungan/pelanggan
d. Umur pipa
e. Konsumsi resmi berekening
f. Air yang terjual
3.2 Langkah Kerja
1) Data Primer
Untuk mendapatkan data primer yang dilakukan adalah:
a. Data Pola Pemakaian Air
Pola pemakain air dicari dengan mengukur debit yang masuk kedaerah pelayanan
untuk setiap jam selama 24 jam dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan
meter induk yang dipasang pada pipa distribusi yang ditempatkan sebelum masuk
daerah pelayanan
b. Tekanan rata-rata
Untuk mendapatkan tekanan dengan cara pengukuran langsung di lapangan
dengan menggunakan manometer
Melakukan pencatatan langsung angka meter induk di lapangan yang dipasang
c. Debit
Jumlah air yang didistribusikan sesuai dengan pembacaan pada Meter Induk yang
dilakukan setiap bulannya
d. Akurasi meter pelanggan
Akurasi dilakukan dengan menggunakan gelas ukur. Adapun caranya yaitu
dengan membandingkan 1 Liter air yang keluar lewat meter air apakah sesuai
dengan 1 Liter air yang tertampung di gelas ukur. kemudian kelebihan dan
kekurangannya dicatat
2) Data Sekunder
a. Jumlah sambungan pelanggan
Diperoleh dari bertanya pada bagian perencanaan.
b. Umur pipa
Diperoleh dari bertanya pada bagian perencanaan.
c. Air yang terjual
Diperoleh dari hubungan langganan.
d. Diameter pipa
Diperoleh dari melihat gambar kerja.
Adapun langakah kerja yang di lakukan dalam penulisan tugas akhir ini dapat di lihat
Selesai
• Data pola pemakaian air
Penyusunan Program Pengendalian NRW
• Konsumsi Resmi Berekening • Konsumsi Resmi Tak Berekening • Kehilangan Non Fisik (Komersil) • Kehilangan Fisik (Teknis)
Perhitungan Infrastructure Leakage Index (ILI)
• ILI = CAPL/MAAPL
ILI = Infrastructure Leakage Index
CAPL = Current Annual Physical Losses
Pembahasan Data
Simpulan dan Saran Mulai
Gambar 3.1Metodelogi Penelitian
3.3 Lokasi Penelitian
3.3.1 Sejarah Perusahaan
Gambar 3.2 Peta Kota Padang Sidempuan
Pada Gambar 3.2 dapat dilihat peta Kota Padangsidimpuan. Kota Padangsidimpuan
mempunyai luas ± 146.85 km 2. Terdiri dari 6 kecamatan dan 3 7 kelurahan. Secara geografis
Padangsidimpuan terletak diantara 18°′00′′LU dan garis bujur 99°13′00′′ - 99°20′00′′ BT dan
Dan batas-batas wilayah Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Tapanuli Selatan ( Kecamatan Angkola Timur )
Sebelah timur: Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur).
Sebelah selatan: Kabupaten Tapanuli Selatan ( Kecamatan Batang Angkola/ AngkolaSelatan)
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi merupakan Perusahaan Air Minum yang berada
di bawah naungan Pemerintah Kota Padangsidimpuan Perusahaan ini berdiri pada tahun 1984.
Yang beralamat pada Jln. Cut nyak dien no.9 Padangsidimpuan.dan lokasi pengolahan air
minum/bersih beralamat pada Jln.Karya Sirampak kecamatan Padang Sidempuan Utara.PDAM
Tirtanadi Padangsidimpuan sampai dengan sekarang telah mengalami beberapa kali pergantian
nama perusahaan. Pada awalnya Perusahaan Air Minum ini bernama PDAM Tambusai menurut
perda (1984-1999). Dan dari tahun 1999 sampai dengan sekarang Perusahaan ini bernama
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Kota Padangsidimpuan.
3.3.2 Sumber Air
Sumber air yang digunakan oleh PDAM Tirtanadi yang melayani kota
Padangsidimpuan adalah Mata air dan Sumur Bor. .
3.3.3 Sistem Transmisi
Sistem pengaliran air pada sistem dilakukan secara gravitasi. Pipa Transmisi yang
dipakai dalam sistem penyediaan air minum PDAM kota Padangsidimpuan untuk
diameter 400 mm dengan panjang pipa sekitar 26,88 km. Jenis pipa yang digunakan
adalah ACP, Steel, PVC dan FGRP.
3.3.4 Reservoir
Sebagai bak penampung, PDAM Kota Padang Sidimpuan memanfaatkan reservoir antara
lain:
1. Reservoir induk yang berada pada Jln.Karya Sirampak ini memakai sistem gravitasi dengan
kapasitas reservoir 450 m3, dan air berasal dari mata air Sisundung, Huta tunggal dan Oppu
makkar dengan debit 40 l/dtk dan tahun pembangunan reservoir ini pada tahun 1968.
2. Reservoir Panyanggar dengan kapasitas sebesar 1000 m3 yang bersumber dari mata air
Sisundung memiliki debit 80 l/dtk dan tahun pembangunan reservoir ini pada tahun 1994.
Dengan sistem pengaliran sistem gravitasi.
3.3.5 Peta Jaringan Pipa
Adapun wilayah yang di tentukan dalam tugas akhir ini dapat di lihat pada Peta Wilayah
Gambar 3.3 Peta Tekanan Air
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Data Primer
Pengambilan data-data yang langsung dilakukan di lapangan.
a. Pola Pemakaian Air
Pola pemakain air dicari dengan mengukur debit yang masuk kedaerah
pelayanan untuk setiap jam selama 24 jam dengan menggunakan alat ukur yang
dinamakan meter induk yang dipasang pada pipa distribusi yang ditempatkan sebelum
masuk daerah pelayanan dapat di lihat Pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1Data Pola Pemakaian Air di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan
(Hasil Survey)
No Jam Stand
Meter
Pemakaian Debit Rata- Rata
No Jam Stand Meter
Pemakaian Debit Rata- Rata
Adapun contoh perhitungannya:
• Perhitungan pemakaian air dalam 1 jam dengan perbandingan pembacaan
water meter :
=
= 4143,9 m3/jam – 4132,2m3/jam
= 11,7 m3/jam
• Perhitungan Q rata-rata :
Q = 12,791 m3/jam
4.1.1.1. Tekanan
Pengukuran tekanan dengan menggunakan Manometer. Dimana, manometer
diletakkan pada awal, pertengahan dan ujung pipa distribusi untuk setiap jam selama
24 jam dapat dilihat di tabel 4.2. Kemudian dari hasil survei ini akan diambil tekanan
rata-rata agar dapat mengetahui tingkat kebocoran yang terjadi sesuai dengan Tabel
Matriks Target.
Dari hasil tersebut didapat bahwa tekanan rata-rata di jln melati Padangsidimpuan
04.00 – 05.00 2.9 2.3 0.80
Jumlah air yang didistribusikan sesuai dengan pembacaan pada Meter
Induk yang dilakukan setiap bulannya dapat dilihat di tabel 4.3. Kemudian, dari hasil
pembacaan tersebut didapatlah total pemakaian selama 6 bulan sebesar 60.951 m3/6
bulan yang kemudian di rata-ratakan dengan total pemakaian rata-rata 10.158
m3/bulan.
Tabel 4.3Data Debit air di kecamatan Padangsidimpuan Selatan
Juni – Juli 4.417 4.935 11.305
TOTAL 60.951
Rata – Rata 10.158
4.1.1.3. Akurasi Meter
Akurasi water meter dilakukan dengan mengakurasi seluruh water meter
pelanggan di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan yaitu sebanyak 168 sambungan
rumah tangga, penghitungan water meter dengan menggunakan gelas ukur yaitu
pertama yang harus kita sediakan yaitu gelas ukur 1000 ml, keran air pada rumah
tangga dan meteran pelanggan, selanjutnya kita mengisi air keran ke dalam gelas ukur
sampai penuh dan apabila angka yang ditunjukan pada meter pelanggan kurang dari
1000 ml sedangkan jumlah air yang dikeluarkan dalam gelas ukur 1000 ml, maka
PDAM mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila angka yang ditunjukan pada meter
pelangganlebih dari 1 liter sedangkan jumlah air yang dikeluarkan dalam gelas ukur
hanya 1000 ml, maka pelanggan yang mengalami kerugian. Dari hasil akurasi meter
didapat meter pelanggan yang tidak akurat sebanyak 57 water meter, dengan total
selisih 6,14 liter. Data akurasi meter yang di lakukan dapat di lihat pada tabel 4.4
berikut.
Tabel 4.4Data Akurasi Meter di Jln Melati Padangsidimpuan Selatan (Hasil Survey)
No No sambungan
Meter
pelanggan (liter Gelas ukur Selisih
(liter) (liter)
1 1.4.0302.001 1 1 0
2 1.4.0302.002 1 1 0
No No sambungan
Meter
pelanggan (liter Gelas ukur Selisih
No No sambungan
Meter
pelanggan (liter Gelas ukur Selisih