• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEA F LET DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEA F LET DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN

PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Cinde Futriyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN

PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

CINDE FUTRIYAH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Ekosistem. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIA dan VIIC yang dipilih secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data

(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan penguasaan materi oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 21,61 %; kontrol = 17,50 %). Rata-rata persentase peningkatan aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 84,52 %; kontrol = 75,62%). Sebanyak 94,75% dari 31 siswa pada kelas eksperimen memberikan ketertarikan yang tinggi terhadap penggunaan bahan ajar leaflet. Dengan demikian, penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi kelompok berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.

Kata kunci : Bahan Ajar Leaflet, Metode Diskusi, Aktivitas Belajar, Penguasaan Materi, dan Ekosistem.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiv

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 29

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 39

1. Jenis Data ... 39

2. Teknik Pengambilan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 42

1. Uji Normalitas Data ... 42

2. Pengujian Hipotesis ... 42

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 44

H. Pengolahan Data Angket Siswa ... 44

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

(8)

xiv

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 1. Silabus ... 64

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 70

3. Lembar Leaflet ... 93

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 96

5. Kisi-Kisi Soal Pretest-Postest... 126

6. Soal Pretest-Postest... 130

7. Rubrik Soal PrePost ... 135

8. Kisi-Kisi Angket Siswa... 137

9. Lembar Angket Tanggapan Siswa ... 139

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003:1).

Saat ini, usaha-usaha peningkatan mutu atau kualitas pendidikan tersebut terus menerus dilakukan. Sejalan dengan hal itu, maka sekolah sebagai lembaga formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan dan tujuan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pemikiran serta perencanaan dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Banyak usaha yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar proses

(10)

dalam proses belajar mengajar, dengan begitu diharapkan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal.

Hasil wawancara dengan guru biologi di SMP Negeri 2 Trimurjo, dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi, dan penugasan. Metode-metode seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menerima materi secara luas dan kreatif. Metode ceramah menyebabkan siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru, pada metode diskusi tidak efektif karena hanya bersifat informatif saja, penugasan tidak optimal karena siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku IPA Terpadu dan merangkum materi yang tersedia di perpustakaan sekolah.

(11)

3

bertanya dan tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan guru kecuali bila disebutkan namanya.

Kurang efektifnya pembelajaran tersebut diduga berdampak juga terhadap penguasaan beberapa materi pokok Biologi, salah satunya yaitu materi pokok Ekosistem. Dari hasil observasi, diketahui bahwa penguasaan materi oleh siswa kelas VII pada materi pokok ekosistem tahun pelajaran 20011/2012 menunjukan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya mencapai 65. Nilai tersebut, belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 70 untuk semua Standar Kompetensi yang ada. Siswa yang telah mencapai KKM hanya sekitar 47% dari jumlah siswa kelas VII.

Dalam proses pembelajaran, belum ada pengembangan dengan menggunakan bahan ajar sebagai sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan selama ini berasal dari buku teks yang tersedia di perpustakaan sekolah, dengan jumlah yang sangat terbatas dan biasanya hanya dipinjam pada saat jam pelajaran berlangsung. Dari hasil observasi tersebut, dirasa sangat perlu adanya penggunaan bahan ajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga mempermudah dalam penguasaan materi, khususnya terhadap pembelajaran Biologi pada materi pokok Ekosistem. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah bahan ajar leaflet.

(12)

disisipkan ilustrasi yang mendukung materi pelajaran, sehingga mampu untuk menarik minat baca siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan siswa akan termotivasi untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena, siswa telah mempunyai gambaran yang jelas mengenai penjelasan guru, sehingga materi yang akan disampaikan diharapkan dapat dikuasai dengan baik. Penggunaan bahan ajar leaflet ini, dirasa sangat tepat apabila dikombinasikan dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan metode diskusi. Dengan demikian, didalam proses pembelajaran diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Hasil penelitian oleh Merta (2012:1)dengan pembelajaran STAD, menyimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dapat berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi ekosistem yaitu, pada aspek pemahaman (C2) pada kelas eksperimen I sebesar 96,25

sedangkan kelas eksperimen II sebesar 68,54. Selain itu, pada hasil penelitian Aini (2011:54) menyimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Ekosistem, yaitu sebesar 18,44 dari prestasi belajar siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar leaflet.

(13)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem? 2. Adakah pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leaflet dengan

metode diskusi terhadap penguasaan materi pokok ekosistem?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi kelompok terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

2. Pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi kelompok terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Peneliti: memberikan masukan dan pengalaman yang sangat berharga sebagai calon guru.

(14)

3. Guru: dapat menjadikan bahan ajar leaflet sebagai salah satu alternatif untuk mengajar di kelas.

4. Sekolah: memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya dan pendidikan pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan ajar leaflet. 2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

diskusi kelompok.

3. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok Ekosistem. 4. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama

pembelajaran berlangsung yaitu (1) kemampuan mengemukakan pendapat; (2) bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok; (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (4) kemampuan bertanya; dan (5) kemampuan menjawab pertanyaan.

5. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok Ekosistem.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar Leaflet

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada siswa (Djamarah dan Zain,

2006:43). Dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar anak didiknya dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 2006:159). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Amri dan Ahmadi (2010:159) bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

(16)

siswa diajarkan fakta dan konsep, tentu tidak hanya berhenti sampai prinsip, tetapi harus diadakan pula penerapan prinsip tersebut.

Bahan pelajaran merupakan bahan minimal yang harus dikuasai oleh siswa untuk dapat mencapai kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Oleh sebab itu, bahan pelajaran terlebih dahulu harus dapat menarik perhatian siswa untuk membacanya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam Djamarah dan Zain, 2006:44) bahwa minat siswa akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Maslow berkeyakinan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan memotivasi siswa dalam jangka waktu tertentu.

(17)

9

1. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifitasnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.

2. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat tidak terlalu panjang. 3. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya,

cheklist untuk pemahaman.

4. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.

5. Kemudahan membaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks

terstruktur, mudah dibaca.

6. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai :

1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasai.

3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

(18)

seperti yang ditulis oleh Murni (2010:1), yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio)seperti kaset, radio, pirigan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain: Judul, Petunjuk belajar (Petunjuk siswa atau guru), Kompetensi yang akan dicapai, Informasi pendukung, Latihan-latiahan, Petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK), dan Evaluasi. Tetapi, dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan pada strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lainnya. Guna mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dilihat pada matriks berikut ini:

Tabel 1. Struktur bahan ajar

NO. Komponen Ht Bu MI LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/

(19)

11

Jika bahan ajar cetak tersusun dengan baik, maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam Setyono, 2005:16) yaitu :

1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi sehingga memudahkan seorang guru untuk menunjukan kepada siswa bagian mana yang sedang dipelajari.

2. Biaya untuk pengadannya relatif sedikit.

3. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah. 4. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi

individu.

5. Bahan tertulis relaif ringan dan dapat dibaca dimana saja.

6. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.

7. Bahan tetulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar. 8. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

Leaflet merupakan bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi

tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang

sederhana,singkat, dan mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa untuk menguasai satu atau lebih KD (Murni, 2010:1).

Banyak orang yang belum memahami apa itu leaflet dan apa bedanya dengan pamflet. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh Hermiko (2010:1): “Pamphlet

(20)

hanya terdiri dari satu lembar yang dicetk di kedua permukaannya. Tapi bisa juga dilipat dibagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau bisa juga dilipat tiga atau empat kali hingga menjadi beberapa halaman. Jika dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu leaflet. Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk pemasaran aneka produk dan juga untk penyebaran informasi politik”.

Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, bahasa yang mudah dimengerti dan menarik. Semua itu bertujuan untuk menarik minat baca dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga, dalam

penyususnannya leaflet sebagai bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal antara lain sebagai berikut:

1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa.

2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang penting sebagai informasi.

3. Padat pengetahuan.

4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan. 5. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.

6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya. 7. Dapat diambil dari berbagai museum,obyek wisata, instansi swasta, atau

hasil download dari internet.

(21)

13

1. Judul, diturunkan dari kompetensi dasar atau ateri pokok sesuai dengan besar kecilnya materi

2. Kompetensi dasar atau materi pokok yang aka dicapai, diturunkan dari kurikulum 2004

3. Informasi pendukung dijelaskan secara elas, padat, menarik,

memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak telalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan dalam satu paragraf 3-7 kalimat.

4. Tugas-tugas dapat dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait denan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.

5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas ang diberikan 6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya

buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Setyono, 2005:38-39).

B. Metode Diskusi Kelompok

(22)

Menurut Wesley dan Wronski (dalam Wahab, 2009:83), metode mengajar adalah kata yang digunakan untuk menandai serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru yang hasilnya adalah belajar pada siswa. Dengan demikian, meode dapat pula diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar, atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif. Wesley dan Wronski (dalam Wahab 2009: 85-86)

mengemukakan beberapa pertimbangan yang mencoba mengemukakan ciri-ciri sebuah metode yang baik. Di antara ciri-ciri metode yang baik itu adalah: 1. Teliti, cermat, tepat, dan tulus hati (sungguh-sungguh), dengan melibatkan

kejujuran guru dan siswa.

2. Harus artistik, dalam arti guru benar-benar dapat merasakan hal mana yang relevan dan yang tidak, juga tidak sama dengan kebenaran. Melalui

metode ini guru menfsirkan dan mensisntesa.

3. Harus bersifat pribadi, yaitu sesuatu yang telah mempribadi pada diri guru, tidak bersifat formalisme atau sesuatu yang rutin belaka, sebab yang penting adalah aktualita melalui pengalaman. Menghubungkan dirinya dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa.

Diskusi merupakan salah satu metode di dalam mengajar. Pada jaman modern diskusi telah dianggap sebagai salah satu ciri penting sebuah kelas yang demokratis, yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana orang-orang berbicara bersama untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah

(23)

15

Adapun kegunaaan dari metode diskusi diantaranya adalah: a) Untuk pemecahan masalah

b) Untuk mengembangkan dan mengubah sikap

c) Untuk menyampaikan dan membantu siswa menyadari adanya pandangan yang berbeda

d) Untuk mengembangkan keteramplan berkomunikasi e) Untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan

f) Untuk membantu siswa merumuskan masalah dan prinsip-prinsip dan membantunya dalam menggunakan prinsip tersebut

g) Mendorong berfikir logis dan konstruktif

h) Melibatkan siswa dalam belajar menurut kemampuannya dengan menumbuhkan tanggungjawabnya untuk belajar dengan memberi kesempatan untuk menetukan pendiriannya, mengembangkan argumentasinya, mempertahankan pandangan-pandanganya dengan kemungkinan dikritik oleh anggota kelompoknya

i) Untuk mengembangkan kepercayaan diri, kesadaran, dan sikap yang tenang (poise)

(24)

mengubah sikap dan prilaku yang oleh teknik atau metode lain sulit untuk mempengaruhinya. Oleh karena diskusi melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam proses belajar maka akan membantu menghangatkan suasana kelas. Namun disamping keuntungan-keuntungan tersebut, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya, metode diskusi walaupun diorganisasikan secara baik belum menjamin dilaksanakan kesepakan kelompok, juga diskusi sulit diduga karena mungkin saja berubah menjadi tanpa tujuan atau „

free-for-all‟ terutama jika ketua diskusi tidak produktif, akibatnya diskusi dengan mudah menjadi pembicaraan yang tidak berujung pangkal atau tidak terarah. Guna mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah:

a) Persiapan

1. Topik harus yang benar-benar dapat didiskusikan, merupakan maslah-masalah kontroversial dan dapat dipecahkan melaui diskusi

2. Siswa harus siap. Semua bahan dan alat yang diperlukan benar-benar telah disiapkan dengan baik

3. Perencanaan harus dilakuakan atau agenda. Perlu adanya pernyataan pembukaan tentang tujuan dan tatacara diskusi yang lebih bersifat saran (suggestive) darpada merupakan resep yang harus diikuti

(prescriptive). Dan jika kelompok memerlukannya, penyesuaian dapat dilakukan.

b) Gunakan batu loncatan untuk memulai diskusi

(25)

17

1. Mengemukakan masalah yang bisa dialakukan dengan bermain peran, hasil studi kasus secara tertulis

2. Dapat pula dikemukakan pertanyan-pertanyaan terbuka yang menantang

3. Menantang kelompok dengan menyajikan kutipan atau pernyataan atau pertanyaan yang menantang

4. Dapat pula dengan kuis atau tes awal.

c) Menciptakan lingkungan agar dapat saling berhadapan

1. Menyususn ruang diskusi setengah lingkaran atau lingkaran penuh, merupakan bentuk pengaturan yang baik

2. Mengusahakan diskusi berlangsung informal namun diupayakan agar tidak meluncur menjadi wadah ketidaktahuan

3. Menekankan penghargaan setiap saat terhadap setiap orang.

4. Mendorong peserta yang malu agar berpartisipasi melalui pertanyaan-pertanyaan langsung kepada mereka. Pertanyaan seperti, “apakah Anda sependapat” atau „apakah Anda akan memberi komentar /

pendapat”

d) Mengupayakan agar diskusi terus berjalan

1. Mengusakan agar pembahasan tetap berada pada jalurnya. Untuk perlu pernyataan kembali tentang masalah yang dibahas, atau reorientasi dibantu dengan ringkasan atau sebagai kesimpulan

(26)

3. Harus diyakini bahwa pandangan siswa adalah penting. Saat itu kadang-kadang guru harus mengangkat permasalahan atau topik yang berbeda dan jika perlu bahkan yang bertentangan, namun pandangan guru harus tepat jika diungkapkan. Misalnya mengemukakan

pertanyaan dengan mengatakan “Sebagian orang tidak sependapat

bahwa melakukan hal itu akan memberi manfaat”

4. Membiarkan diskusi bersifat impersonal, pada tingkat rasional. Itu berarti emosi harus dikendalikan

5. Menghentikan diskusi yang tidak efektif, emosional, tidak penting (immaterial) sebelum menimbulkan kekacauan di dalam kelas. e) Mengupayakan berfikir tingkat tinggi

1. Mengatasi ketidakruntunan (inconsistencies, logika yang keliru, dan kedangkalan). Mengupayakan agar fakta yang salah dikoreksi dan jika perlu fakta-fakta yang benar disampaikan.

2. Mengupayakan agar siswa mengklarifikasikan pemikirannya. Menanyakan mengapa mengatakan hal seperti itu dan mengapa meyakini hal itu. Memaksa mereka untuk menguji pendapatnya sendiri atau pendapat temannya secara kritis.

3. Mengupayakan mengatasi ketidakjelasan. Meminta siswa memberi ilustrasi tentang apa yang dikatakannya. Meminta mereka untuk menjelaskan pendapatnya.

(27)

19

membiarkan agar kesimpulan, kesepakatan, dan posisi akhir menjadi milik mereka bukan apa yang guru simpulkan.

Menurut Gulo (2002:127-129), kelompok yang dimaksud dalam strategi belajar mengajar adalah dynamic group (kelompok dinamik). Kelompok ini mempunyai lima ciri pokok sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1. Interaksi

Diskusi dalam kelompok berjalan lancar dan makin bermutu jika ditunjang dengan sumber-sumber informasi seperti buku, surat kabar, rekaman, atau narasumber. Tanpa adanya interaksi, maka kumpulan ini tidak dapat disebut sebagai kelompok.

2. Tujuan

Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersama yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas, maka kelompok itu mengalami desintegrasi. Tujuan yang samar-samar menyebabkan kurangnya motivasi di antara anggota kelompok, ikatan kelompok kurang kokoh, kohesivitasnya menjadi lemah. Oleh karena itu, sebelum kelompok membahas permasalahan, setiap anggota harus memahami secara jelas tujuan yang akan dicapai dalam diskusi.

3. Kepemimpinan

(28)

pembicaraan berjalan secara disiplin dan terarah pada tujuan. Fungsi kepemimpinan dibagi-bagi di antara anggota kelompok guna

memanfaatkan secara optimal kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anggota.

4. Norma

Setiap anggota kelompok terikat pada norma-norma tertentu. Umumnya norma-norma tersebut bersifat implisit tetapi sering dinyatakan secara eksplisit. Norma-norma yang harus ditaati anggota kelompok seperti tidak berbicara keras-keras, tidak boleh melarang anggota lain berbicara,

berbicara tidak lebih dari 3 menit, berbicara melalui pimpinan kelompok, dan sebagainya. Ketaatan terhadap norma-norma tersebut akan membuat kelompok lebih kohesif dan efisien.

5. Emosi

Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan emosional tertentu. Rasa bosan, kecewa, senang, kesal, tertarik, merasa ditolak, merasa bangga, dan sebagainya, semua dapat terjadi jika setiap orang aktif di dalam kelompok. Di dalam kelompok timbul dua bentuk perasaan, yaitu perasaan individu dan perasaan kelompok.

Menurut Joyce cs (dalam Gulo, 2002:132), tujuan-tujuan pengajaran yang dapat dicapai melalui diskusi, dapat berupa tujuan instruksional

(instructional) meliputi, pandangan yang konstruktif terhadap pengetahuan, kedisiplinan berinkuiri, dan keefektifan memproses dan memimpin

(29)

21

kebebasan sebagai siswa, dan penghargaan terhadap martabat manusia dan komitmen terhadap kemajemukan. Di dalam diskusi kelompok guru perlu melakukan pemantauan untuk mengetahui kesulitan masing-masing

kelompok dalam berdiskusi dan memberi pengarahan kepada mereka (Gulo, 2002:132).

C. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002:172). Sardiman (2007:100) mengungkapkan bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proes belajar mengajar merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang

beraktivitas akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

(30)

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, charta, poster.

6. Motor activities, yang masuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh, misalnya: mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tegang, gugup.

D. Penguasaan Materi Pembelajaran Biologi

Pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran diharapkan bagi siswa mampu menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari.

(31)

23

dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2008:115). Selanjutnya Awaluddin (2008:1) menyatakan bahwa materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Penguasaan materi merupakan hasil belajar kognitif siswa. Seorang siswa dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru jika dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang diberikan dan mencapai target penguasaan materi yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru mengukur tingkat penguasaan materi dengan cara memberikan tes pada akhir pembelajaran.

Sudijono (2008:50) menyatakan bahwa ranah kognitif terdiri dari 6 jenis sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk

(32)

3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.

4. Analisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. 6. Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

(33)

25

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 2007:195).

Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik, bila nilai siswa < 66 atau ≥ 55 maka dikategorikan cukup baik dan bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2008:245).

E. Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran adalah proses bertujuan, salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh seorang guru harus mengarah pada pencapaian tujuan dan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran, dapat didukung oleh beberapa faktor antara lain yaitu media, bahan ajar, ataupun metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru dalam

(34)

satu pemberi fasilitas bagi siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran. Salah satu yang dapat dilakukan oleh seorang guru, yaitu dengam memvariasikan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa.

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan yaitu dengan leaflet. Penggunaan leaflet, diharapkan dapat menarik perhatian siswa untuk membacanya, dan

diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Leaflet ini disusun dari berbagai sumber belajar, didesain secara cermat, dilengkapi dengan ilustrasi serta menggunakan bahasa yang sederhana,singkat, dan mudah dipahami, sehingga diharapkan mampu menarik minat baca, dan memberikan motivasi belajar pada siswa. Selain itu, penggunaan leaflet ini dirasa lebih tepat jika dikombinasikan dengan salah satu metode

pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu dengan metode diskusi. Kombinasi antara keduanya, tercermin pada fase yaitu penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan melalui bahan ajar leaflet. Saling berdiskusi antar teman dalam kelompok dapat menambah pengetahuan mereka karena, dalam diskusi tersebut dapat terjadi saling tukar pendapat dan gagasan dari setiap siswa. Pengalaman belajar ini, diharapkan dapat membuat siswa lebih termotivasi belajar untuk membangun pengetahuan mereka.

(35)

27

materi pokok ekosistem oleh siswa. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan: X = Bahan Ajar Leaflet, Y1 = Aktivitas belajar siswa, Y2 = Penguasaan materi oleh siswa

Gambar 1. Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan bahan ajar leaflet untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol pada materi pokok ekosistem.

2. H0 = Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi pokok ekosistem.

H1 = Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode diskusi kelompok berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi pokok ekosistem.

X

Y1

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2013 di SMP Negeri 2 Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2

(37)

29

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Pada desain penelitian kelas VIIA (kelas eksperimen) diberi perlakuan menggunakan bahan ajar Leaflet dengan metode diskusi kelompok dan kelas VIIC (kelas control) diberi perlakuan hanya dengan metode diskusi kelompok. Pembelajaran pada kelas kontrol disesuaikan dengan rencana KBM guru mata pelajaran biologi kelas VII SMPN 2 Trimurjo pada materi pokok ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem yaitu dengan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelas diberi tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) sehingga struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan: K1 = Kelas eksperimen; K2 = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes; X = Perlakuan eksperimen; dan C = Kontrol (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).

Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

K1 O1 X O2

(38)

1. Membuat surat izin penelitian ke FKIP Unila untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

2. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

3. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Bahan Ajar Leaflet untuk kelas eksperimen dan metode diskusi kelompok untuk kelas kontrol.

5. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.

6. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas

eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar Leaflet dengan Metode Diskusi Kelompok)

Pertemuan I

a. Pendahuluan

(39)

31

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari guru, “ Mahluk hidup memerlukan lingkungan untuk menunjang aktivitas dan kehidupannya, berikan contoh mahluk hidup dan lingkungan tempatnya beraktivitas (berinteraksi)?”

4. Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”pada pertemuan kali ini, kita akan memahami apa itu ekosistem. Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem, dalam sebuah sawah terdapat komponen-komponen makhluk hidup maupun tak hidup seperti tumbuhan padi, ular, belalang, tanah, air, cahaya matahari dan lainnya yang semua itu tentu saling berhubungan. Jika salah satu komponen tersebut terganggu, misalnya tanah yang mengalami kekeringan maka, komponen yang lain akan mengalami dampaknya sehingga akan berujung pada terganggunya aktivitas manusia, oleh karena itu dengan mempelajari materi ini, kita dapat menjaga kelestarian ekosistem di lingkungan kita agar tetap terjaga dengan baik”.

b. Kegiatan inti

1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok masing-masing 5-6 orang.

2. Siswa diberi leaflet yang berisi materi yang akan dipelajari dan siswa diminta untuk membacanya.

(40)

4. Setelah itu, setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS). 5. Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan LKS yang telah

diberikan.

6. Siswa mengkaji sumber belajar yang relevan untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

7. Guru membimbing dan menjadi fasilitator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.

8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas,

dimulai dengan kelompok satu dan kemudian kelompok seterusnya.

9. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi.

10.Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dipresentasikan di depan kelas.

11.Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipresentasikan, selain itu guru juga membenahi konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.

c. Penutup

1. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

(41)

33

Pertemuan II

a. Pendahuluan

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan pertanyaan yang diberikan oleh guru, ” berikan contoh saling ketergantungan

antara komponen biotik dan abiotik? Antar komponen biotik? “

3. Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”dengan mempelajari materi saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik kita dapat lebih dapat memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar, seperti sebuah tanaman tidak akan dapat tumbuh tanpa air sebagai komponen abiotiknya, atau kita sering melihat seekor lebah yang hinggap di bunga. Hal itu menunjukan bahwa adanya hubungan saling ketergantungan antara komponen di dalam ekosistem yang harus kita jaga keseimbangan dan kelestariannya demi kelangsungan hidup.

b. Kegiatan inti

1. Guru meminta siswa duduk di dalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok yang telah dilakukan pada minggu lalu.

2. Siswa diminta membaca leaflet pada bagian materi saling ketergantungan antara komponen ekosistem

(42)

4. Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

5. Siswa mengkaji sumber belajar yang relevan untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

6. Guru membimbing dan menjadi fasilitator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.

7. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas, dimulai dengan kelompok satu dan kemudian kelompok seterusnya.

8. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi.

9. Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dipresentasikan di depan kelas.

10. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipresentasikan, selain itu guru juga membenahi konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.

11. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses pembelajaran.

c. Penutup

1. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

(43)

35

Kelas Kontrol (Pembelajaran Tanpa Menggunakan Bahan Ajar Leaflet dengan Metode Diskusi Kelompok)

Pertemuan I

a. Pendahuluan

1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pertemuan pertama) yang telah disipkan guru

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, ” Mahluk hidup memerlukan lingkungan untuk menunjang aktivitas dan kehidupannya, berikan contoh mahluk hidup dan lingkungan tempatnya berkativitas (berinteraksi) ?”

(44)

b. Kegiatan inti

1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok masing-masing 5-6 orang siswa.

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pelajaran secara garis besar tentang pengertian ekosistem, komponen, dan macam-macam ekosistem

3. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

5. Siswa mengkaji sumber belajar yang relevan untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

6. Guru membimbing dan menjadi fasilitator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.

7. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas, dimulai dengan kelompok satu dan kemudian kelompok seterusnya.

8. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi.

9. Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dipresentasikan di depan kelas.

(45)

37

c. Penutup

1. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

2. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan II

a. Pendahuluan

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan pertanyaan yang diberikan oleh guru, ” berikan contoh saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik? Antar komponen biotik? “

3. Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”dengan mempelajari materi saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik, kita dapat lebih memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar, seperti sebuah tanaman tidak akan dapat tumbuh tanpa air sebagai komponen abiotiknya, atau kita sering melihat seekor lebah yang hinggap di bunga. Hal itu menunjukan bahwa adanya hubungan saling ketergantungan antara komponen di dalam ekosistem yang harus kita jaga keseimbangan dan kelestariannya demi

(46)

b. Kegiatan inti

1. Guru meminta siswa duduk didalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok yang telah dilakukan pada minggu lalu.

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pelajaran secara garis besar tentang saling ketergantungan antara komponen ekosistem

3. Setiap kelompok diberi Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

5. Siswa mengkaji sumber belajar yang relevan untuk mendiskusikan LKS yang telah diberikan.

6. Guru membimbing dan menjadi fasilitator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.

7. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas, dimulai dengan kelompok satu dan kemudian kelompok seterusnya.

8. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi.

9. Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dipresentasikan di depan kelas.

(47)

39

telah dipresentasikan, selain itu guru juga membenahi konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.

11. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap proses pembelajaran.

c. Penutup

1. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

2. Siswa menegerjakan soal tes akhir (pertemuan kedua) yang telah disiapkan guru

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Jenis data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif sebagai data utama penelitian yaitu penguasaan materi pada siswa yang yang diperoleh dari nilai pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok ekosistem. Sedangkan data kualitatif sebagai data penunjang adalah kemenarikan bahan ajar dan aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari angket kemenarikan bahan ajar dan lembar observasi aktivitas siswa.

(48)

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Tes awal dan tes akhir

Data penguasaan materi berupa nilai pretes (tes awal) dan postes (tes akhir). Tes awal diberikan kepada siswa pada awal pertemuan. Sedangkan tes akhir diberikan kepada siswa diakhir pertemuan dengan soal yang sama dengan soal tes sebelumnya baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kemudian dihitung selisih antara nilai tes awal dengan tes akhir. Selisih tersebut disebut sebagai N gain, selanjutnya dianalisis secara statistik. Menghitung N-Gain menggunakan rumus sebagai berikut:

g = 100%

Keterangan: g = normalisasi nilai gain (N-Gain); Sf = nilai rata-rata postes; Si = nilai rata-rata pretes; Smax = nilai maksimal (Hake, 1999:1).

Perolehan N-Gain terdapat tiga kategori yaitu: Gain tinggi g > 0,7; gain sedang 0,7 ≥ g ≥ 0,3; dan gain rendah g < 0,3 (Hake, 1999:1).

b. Lembar observasi aktivitas siswa

(49)

41

digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan :

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide 1. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja) 2. Mengemukakan pendapat/ide

B. Bekerjasama dengan teman anggota kelompok 1. Tidak mau bekerjasama dengan teman (diam saja) 2. Bekerjasama dengan teman anggota kelompok sehingga

semua anggota kelompok itu menguasai materi pembelajaran C.Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok

2. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok

D. Kemampuan bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan (diam saja) 2. Mengajukan pertanyaan

E. Kemampuan menjawab pertanyaan 1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan

(dimodifikasi dari Hake dalam Belina, 2008:36).

c. Angket kemenarikan bahan ajar

Angket (questionaire) yang diberikan kepada subyek penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu dalam hal ini tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Hal ini

(50)

bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu seperti preferensi, keyakinan, minat dan perilaku siswa.

F. Teknis Analisis Data

1. Pengelolaan Data Penguasaan Materi 1) Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Service Solutions (SPSS) versi 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

2) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata–rata dilakukan dengan menggunakan Uji Independent Sampel t-test sedangkan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan Uji One Sampel t-test dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Service Solutions (SPSS) versi 17.

(51)

43

H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen meningkat. b) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12)

c. Uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney U Ho : μ1 = μ2

H1 : μ1 ≠ μ2 1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama

(52)

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166).

2. Pengelolaan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut: yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum

(Hake dalam Belina, 2008:37).

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 2.

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa Interval Kategori

Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37).

3. Pengolahan Data Kemenarikan bahan ajar leaflet

(53)

45

dan 4 pernyataan negatif. Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah :

Presentase kemenarikan leaflet (%) = N n

× 100%

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel % = Persentase kemenarikan leaflet

Tabel 4 . Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet

No. Rentang skor Interval Kriteria

1

16 - 23 76< % ≤ 100% Tinggi

2 8 – 15

51< % ≤ 75% Sedang

3 0 – 7

(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa dengan menggunakan bahan ajar leaflet pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. 2. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leafet dengan

metode diskusi terhadap penguasaan materi pokok ekosistem.

3. Sebanyak 94,75% dari 31 siswa memberikan ketertarikan yang tinggi terhadap penggunaan bahan ajar leaflet dalam proses pembelajaran.

B. Saran

1. Hendaknya bahan ajar leaflet dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar alternatif dalam pembelajaran biologi untuk memotivasi agar siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Q. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem. Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Amri, S. dan I. K. Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. PT Prestasi Pustakaraya : Jakarta.

Anonim. 2008. Pengaruh Bahan Ajar terhadap Hasil Belajar Siswa pdf.

http://pustaka.ut.ac.id/pulata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=3. 2008. (2 Mei 2013: 19.30 WIB).

Anonim. 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer : Semarang.

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara : Jakarta. Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar. Dalam http://andhysastera.blogspot.com/

(online) (10 Desember 2012: 10.15 WIB).

Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Dalam

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. (23 Desember 2012: 08.50 WIB).

Daryanto, H. 2007. Evaluasi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta. Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. Dalam

http://www.depdiknas.co.id. (26 November 2012: 11.44 WIB).

(56)

Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. PT.Grasindo : Jakarta. Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 (21 Desember 2012: 08.42 WIB).

Hamalik, O. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara : Bandung. Hermiko, A. K. 2010. Perbedaan Leaflet dan Pamflet. Dalam http//:

www.KharismaBintang. Net. (22 Desember 2012: 11.10 WIB). Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta.

Merta, T. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pernapasan. Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Murni. 2010. Bahan Ajar. Dalam http//: www. murni-uni.blogspot.Com. (22 Desember 2012: 11.05 WIB).

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia : Jakarta.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC : Surabaya.

Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers : Jakarta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press : Yogyakarta.

Setyono, B. 2005. Bahan Ajar Cetak. Dalam http//: www.smasewon.com. (22 Desember 2012: 10.15 WIB).

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Thoha, M.C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Struktur bahan ajar
Gambar 1.  Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
Gambar 2.  Desain pretes-postes tak ekuivalen
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh (devitalisasi) umbi bawang

The Embassy of the Federal Republic of Germany presents its compliments to the Department of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia and, referring to the

(3) Lebar garis terang pada layar berbanding terbalik dengan jarak antara dua celah yang digunakan.. (4) Orde garis terang berbanding terbalik dengan

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan –

Diskusikan dengan orang tuamu tentang materi yang telah dapat kamu pahami dan belum pahami.. Buatlah jadwal belajar agar kamu dapat mengulang materi untuk dapat memahami materi

Strategi promosi pariwisata yang digunakan PT Lembah Hijau Bandar Lampung adalah: strategi advertising (perikalanan), kegiatan periklanan ini dapat melalui

Salah satu solusi agar akuntan publik tidak terlalu dekat berinteraksi dengan klien yang pada akhirnya mengganggu independensi auditor adalah menentukan peraturan

memadai tentang sejarah pada masa ini, dari data tersebut penulis akan memilah. sumber dan riwayat yang ada tentang sejarah pada masa al- Khulafā ar