• Tidak ada hasil yang ditemukan

270110130006 erika silviani kelas b tmk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "270110130006 erika silviani kelas b tmk"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan

Dampak Lingkungan Dalam Industri Mineral Di Indonesia

Oleh :

Erika Silviani 270110130006

Kelas B

Fakultas Teknik Geologi

Universitas Padjajaran

Tahun 2014/2015

(2)

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah, yang tidak pernah berhenti memberikan nikmat dan karunia Nya kepada umat manusia. Segala puji hanya bagi-Nya, yang dengan segala taufik dan pertolongan-Nya semata, apa pun wujud kepentingan, pasti dapat dilaksanakan dengan baik. Shalawat dan Salam semoga tercurah limpahkan kepada panutan alam yang senantiasa menjadi suri tauladan yang baik bagi semua umat manusia yaitu Nabi Muhammad S.A.W Dengan kehendak-Nya, Alhamdulilah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Manusia tempat nya lupa dan salah, makalah ini sangat jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran untuk mebuat suatu karya yang lebih baik lagi sangat di perlukan.

Jatinangor, 18 November 2014

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii BAB 1

1.1Latar Belakang...1 1.2RumusanMasalah...1 1.3Maksud dan Tujuan...1 BAB 2

2.1 Analisis Dampak Lingkungan...2-5 2.2 Dampak Lingkungan Dalam Industri Mineral...5-10 2.3 Dampak Lingkungan Dalam Industri Mineral di Indonesia...10-11 2.4 Menanggulangi Dampak Lingkungan Industri Mineral di Indonesia...11-12 BAB 3

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Industri mineral adalah industri yang berkaitan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi lingkungan. Lingkungan alam sekitar dapat dibedakan menjadi lingkungan eksterior dan lingkungan interior. Lingkungan eksterior adalah lingkungan di luar hidup manusia tetapi merupakan bagian yang fital bagi keberlanjutan hidup manusia. Lingkungan eksterior ini sebagai media bagi aktivitas seluruh kehidupan manusia. Lingkungan eksterior meliputi udara, air, daratan yang berfungsi menyediakan segala kebutuhan untuk hidup dan kehidupan manusia. Perubahan lingkungan eksterior akibat berkurangnya salah satu SDA karena dieksploitasi secara berlebihan dapat berakibat terjadinya polusi. Lingkungan interior adalah lingkungan dalam diri manusia sebagai jasad hidup. Lingkungan interior ini selalu berinteraksi dengan lingkungan eksterior, sehingga makhluk hidup dapat berkembang secara baik. Kedua lingkungan tersebut disebut lingkungan alam sekitar atau lingkungan hidup yang selalu memberikan segala kebutuhan bagi makhluk hidup sehingga tercapai keseimbangan

Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dalam industri mineral ini, akan memberikan dampak terhadap lingkungan hidup daerah sekitar nya , sehingga selaku seorang geologist yang nanti nya akan berhubungan dengan hal seperti ini, perlu mengetahui bagaimana dampak lingkungan dalam industri mineral dan bagaimana menanggulanginya, terutama di Indonesia.

1.2Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana analisis dampak lingkungan

2. Mengetahui bagaimana dampak lingkungan industri mineral

3. Mengetahui bagaimana dampak lingkungan industri mineral di Indonesia

4. Mengetahui bagaimana menanggulangi dampak lingkungan kegiatan industri minerla

1.3Rumusan Masalah

Adapun batasan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Apa itu analisi dampak lingkungan ?

2. Bagaimana dampak lingkungan dalam kegiatan industri mineral ?

(5)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1Analisis Dampak Lingkungan

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan suatu usaha dan/atau kegiatan. Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan kegiatan pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara sinambung tanpa merusak lingkungan hidup. Kegiatan AMDAL ini dibuat saat mulai perencanaan proyek, yakni sebelum pembangunan fisik (bangunan gedung, bendungan, saluran irigasi dan sebagainya) dilaksanakan. Kegiatan yang akan dilaksanakan ini diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Kegiatan AMDAL merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam mengembangkan usaha yang berdampak luas pada masyarakat. Dengan demikian AMDAL bagi pemerintah daerah dimanfaatkan untuk bahan perencanaan pembangunan wilayah. Lewat kegiatan AMDAL maka pemerintah daerah memiliki bahan yang cukup dalam membantu masyarakat dalam rangka memutuskan rencana usaha dan menjamin keberlanjutan usaha yang akan dikembangkan.

B. Dampak Aktifitas Manusia Terhadap Lingkungan

Kegiatan manusia di alam semesta ini selalu terkait dengan lingkungan, sehingga kegiatan manusia baik yang bersifat informatif atau melakukan aktivitas pikir dan fisik selalu berakibat terhadap lingkungan. Kegiatan yang sifatnya informatif adalah upaya merencanakan, memikirkan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) secara efektif dan efisien. Artinya dalam hal pemanfaatan SDA perlu dipikirkan lewat perencanaan agar SDA dapat lestari, baik dari segi eksplorasi, eksploitasi dan saat dimanfaatan serta pasca dimanfaatkan.

(6)

Pencemaran lingkungan adalah merupakan suatu proses masuknya bahan atau energi ke dalam lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki baik dari segi fisik, kimiawi maupun biologis sehingga berdampak negatif bagi kesehatan, keberadaan makhluk hidup khususnya manusia dan organisme lainnya. Bahan yang mencemari lingkungan disebut polutan. Polutan dapat berupa materi/partikel dan atau energi. Polutan ini masuk ke dalam lingkungan alam sekitar dapat terjadi dari berbagai sebab, misalnya perilaku tidak sehat pada sekelompok manusia, pertambahan penduduk yang tak diimbangi dengan fasilitas dan sarana lingkungan yang memadai, penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan kelestariannya, jumlah polutan yang tak seimbang dengan daya dukung lingkungan dan penerapan teknologi yang tak diimbangi dengan penerapan ilmu pengetahuan tentang ekologi.

Pengertian analisis mengenai dampak lingkungan berkaitan erat dengan pemahaman manusia terhadap perubahan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal kegiatan ini tentu melibatkan aspek aktivitas, baik berkaitan dengan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Setiap aktivitas seharusnya didasarkan pada perencanaan yang benar, dan diteruskan dengan implementasi sesuai peraturan yang berlaku dan diikuti dengan monitoring dan evaluasi. Aspek perencanaan terkait dengan pemikiran manusia dalam membuat kerangka berpikir, cetak biru atau blue print tentang apa yang layak dan apa yang tidak layak untuk dikembangkan. Dalam hal ini manusia dapat merancang kegiatan yang akan dilakukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup. Kegiatan analisis mengenai dampak lingkungan dilakukan sebelum pelaksanaan proyek pembangunan atau kegiatan usaha dilakukan.

Dampak penting suatu kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya:

a. jumlah populasi manusia yang terkena dampak langsung, b. luasan wilayah yang terkena dampak,

c. lamanya dampak tersebut berlangsung,

d. intensitas atau periode berulangnya dampak yang terjadi, e. banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, f. sifat dampak terhadap kehidupan yang lebih luas.

C. Sifat Dampak Lingkungan

(7)

a. dampak lingkungan yang dapat dikuantitatifkan atau diukur dinyatakan dalam angka, yakni dampak yang terkait dengan kerusakan lingkungan akibat pengaruh fisik, misalnya pencemaran udara diukur dengan standar ppm, keasaman limbah diukur dengan pH, kebisingan diukur dengan satuan dB dan sebagainya.

b. dampak lingkungan yang bersifat kualitatif, yakni dampak yang sulit dinyatakan dengan angka. Dampak ini berkaitan dengan aspek sosial budaya, misalnya sikap masyarakat terhadap pembangunan yang akan direncanakan, keresahan atau ketidaknyamanan masyarakat di sekitar lokasi pembangunan.

D. Permasalahan pokok dalam kegiatan analisis dampak lingkungan

1.) Aspek Biotik-Fisik-Kimia dan Ekologi

Melalui studi tentang AMDAL diharapkan usaha dan kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Cara eksplorasi bahan galian tanpa memperhitungkan resiko negatif bagi masyarakat sekitar dianggap belum bijaksana, kurang memperhatikan dampak negatif yang muncul akibat penggalian bahan galian. Salah satu indikatornya antara lain pengambilan lokasi yang dekat dengan pemukiman, sehingga beresiko dapat mengganggu bahkan merusak lingkungan tersebut. Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan belum berfungsi secara optimal. Akibat lebih jauh bila usaha tersebut dibiarkan akan beresiko merugikan terhadap kesehatan, ekosistem, gangguan cuaca/iklim dan sebagainya.

Kegiatan usaha bahan galian dikatakan berdampak positif manakala kondisi lingkungan setelah usaha eksplorasi dilaksanakan menjadi lebih baik. Gangguan keseimbangan akibat reaksi kimia dapat dihindari. Kondisi fisik lokasi eksplorasi dapat dijaga kelestariannya. Upaya penghijauan juga dilaksanakan dengan baik. 2.) Aspek Sosial-Budaya

(8)

dapat berbeda dari waktu ke waktu,atau dari tempat yang satu ke tempat yang lain juga dapat berbeda.

Oleh sebab itu dalam upaya analisis mengenai dampak lingkungan ini diperlukan kesamaan pandangan dan titik temu antara keadaan real dengan standard yang sudah dikenal serta disepakati. Maksudnya adalah bahwa dalam implementasinya nanti diperlukan kesamaan pandangan dalam melakukan analisis dan kajian antara pihak investor, petugas dari instansi pemerintah dengan masyarakat di sekitar lokasi.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian antara lain kebisaan hidup, cara bergaul, cara beradaptasi, model komunikasi, konflik kepentingan, mobilitas masyarakat dan sebagainya. Hal ini disebabkan dari segi sosial budaya, masyarakat ikut menikmati hasil pembangunan dan sekaligus menerima dampak lingkungan yang negatif akibat proses pembangunan tersebut. Harapan masyarakat, lewat pembangunan yang dilaksanakan dapat diprediksi diperolehnya lingkungan yang seimbang, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih meningkat bila dibandingkan kondisi sebelumnya. Apabila antara harapan dan kenyataan terdapat kesesuaian maka analisis mengenai dampak lingkungan telah sesuai dan benar.

2.2Dampak Lingkungan Dalam Kegiatan Industri Mineral

Eksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kabut asap, pemanasan global hingga bencana lumpur panas Sidoarjo yang sangat merugikan masyarakat.

Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak terhadap kehidupan. Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan yang dilakukan harus berwawasan lingkungan mengenalisis mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi.

(9)

merupakan industri alternatif yang paling efektif untuk meningkakan kesejahteraan masyarakat di daerah yang penduduknya berada dalam kemiskinan struktural. Di sisi lain industri mineral juga merupakan industri yang menimbulkan berbagai perubahan drastis terhadap lingkungan sehingga merupakan ancaman terhadap kelestarian fungsi-fungsi lingkungan dan fungsi-fungsi kehidupan sosial budaya masyarakat. Potensi-potensi positif sektor pertambangan sering tidak mampu mengkompensasikan potensi-potensi negatif ini, sehingga industri pertambangan mempunyai potensi konflik dengan kepentingan masyarakat (Agenda 21, 2001).

Kegiatan industri mineral dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan industri mineral dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan industri mineral antara lain pada teknik industri mineral, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain.

Dampak kegiatan industri mineral terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang berubah atau meniadakan fungsi-fungsi lingkungan. Semakin besar skala kegiatan industri mineral, makin besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan industri mineral dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit selama masa kegiatan industri mineral, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula. Kegiatan industri mineral juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain. Pengelolaan dampak industri mineral terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan lingkungan itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia.

(10)

Ada berbagai macam resiko di bidang industri mineral yaitu resiko geologi (eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), resiko teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan dengan perubahan harga, dan resiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan harga domestik. Resiko-resiko tersebut berhubungan dengan besaran-besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan (rate of return) yang lebih tinggi (Poerwanto, 2007).

Kegiatan industri mineral memiliki sejumlah dampak penting bagi lingkungan. Rencana kegiatan penambangan dan pengolahan hasil yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkannya. Kegiatan ini terdiri dari tahap pra-konstruksi, operasi, produksi dan pasca kegiatan

green_mining_engL

Sebagai negara penganut “paham” sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat, Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengolah kekayaan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari dan bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari, pembangunan akan tetap berlangsung dari generasi ke generasi, dan lingkungan yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang memiliki rasa bijak lingkungan yang besar (Naiola, 1996). Usaha pertambangan mineral tidak hanya sekedar pemenuhan keuntungan (aspek ekonomi) dari pengelolaan sumber daya mineral, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan sosial dan lingkungan.

a.) Kebutuhan Sosial

(11)

Untuk dapat mengelola sumberdaya secara berkelanjutan, kebijaksanaan lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan perlindungan sumberdaya, perlu memperhitungkan mereka yang masih bergantung kepada sumberdaya tersebut, untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Bila hal ini tidak diperhatikan, akan memberikan dampak yang buruk terhadap kemiskinan dan mempengaruhi keberhasilan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya dan lingkungan.

Selain itu, masalah hak kepemilikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumberdaya yang efisien, merata dan berkelanjutan. Sumberdaya yang dimiliki oleh umum (tidak jelas hak kepemilikannya) telah mengarah pada sumberdaya akses terbuka (open access), dimana dalam keadaan ini, siapapun dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa sedikitpun mempunyai insentif untuk memelihara kelestariannya. Pengukuhan hak-hak kepemilikan akan memperjelas posisi kepemilikan suatu pihak sehingga pihak tersebut dapat mencapai kelestarian (upaya konservasi) dan mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya dari intervensi maupun ancaman dari pihak luar.

b.) Kebutuhan Lingkungan

Pengelolaan limbah pertambangan mineral yang telah dilakukan oleh industri mineral masih belum mampu mengatasi terjadinya degradasi kualitas lingkungan bio-fisik dan masalah social kemasyarakatan, meskipun beberapa kegiatan pertambangan telah berorientasi pada industri bersih yang berwawasan lingkungan. Perubahan lingkungan di sekitar pertambangan dapat terjadi setiap saat, sehingga manajemen pengelolaan limbah yang efektif menjadi indikator keberlanjutan usaha pertambangan mineral.

Sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan diharapkan dapat mencegah dampak pencemaran terhadap daya dukung lingkungan, perubahan perilaku sosial kemasyarakatan serta pertumbuhan sektor ekonomi informal yang tidak terkendali. Untuk itu seyogyanya pengelolaan lingkungan pertambangan mineral dituangkan dalam suatu kebijakan yang sistematis dan terarah secara berkelanjutan (Weimar & Vining 1989).

(12)

Kasus Teluk Buyat (Sulawesi Utara) dan Minamata (Jepang) adalah contoh kasus keracunan logam berat. Logam berat yang berasal dari limbah tailing perusahaan tambang serta limbah penambang tradisional merupakan sebagian besar sumber limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang mencemari lingkungan.

Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan dan pemurnian emas.

Sedangkan industri mineral skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

Limbah tailing merupakan produk samping, reagen sisa, serta hasil pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa, kalsit dan berbagai jenis aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Sianida (CN) dan lainnya. Sebagian logam-logam yang berada dalam tailing adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

(13)

jika terhisap oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.

2.3Dampak Lingkungan Industri Mineral di Indonesia

Kegiatan industri mineral bersifat non-renewable (tidak dapat diperbarui), mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi ekonomi lain pada umumnya. Karena salah satu cirinya tidak dapat diperbaharui maka pengusaha pertambangan selalu mencari proven reserves (cadangan terbukti) baru. Cadangan terbukti berkurang dengan produksi dan bertambah dengan adanya penemuan (Poerwanto, 2007).

Wilayah Indonesia dikenal memiliki potensi mineral yang besar di dunia. Data pada akhir 2008 menunjukkan bahwa sumber daya batubara mencapai 104.760 juta ton, emas sebesar 4.250 ton, tembaga sebesar 68.960 ribu ton, timah sebesar 650.135 ton dan nikel sebesar 1.878 juta ton (ESDM, 2009). Penerimaan negara langsung dari subsektor pertambangan umum pada tahun 2009 sekitar Rp51 triliun, yang terdiri atas penerimaan Negara bukan pajak lebih kurang Rp15 triliun, dan sisanya merupakan penerimaan negara pajak. Investasi pertambangan tahun 2009 mencapai US$1,8 miliar atau naik sebesar 9,5% dari angka tahun sebelumnya sebesar US$1,6 miliar (ESDM, 2009).

(14)

Kebijakan umum Pengelolaan sumber daya mineral memiliki beberapa landasan hukum antara lain: UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat 3, UU. No. 4 / 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok lingkungan hidup, UU. No. 23 / 1997 tentang lingkungan hidup, UU No. 22 / 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25 / 1999 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. PP No. 20 / 1990 tentang pengendalian pencemaran air, Keputusan Menteri No.1261/K/25/MPE/ 1999 tentang pengawasan produksi pertambangan umum, Keputusan Menteri No.1453/K/29/ MEM/2000 tentang pedoman pengawasan konservasi bahan galian pertambangan umum, Keputusan Menteri No. 51/1995 tentang AMDAL, PP No. 25 / 2000, tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom. .

Fenomena yang terjadi pada industri mineral di Indonesia, justru perusahaan tambang tersebut memiliki kekebalan untuk tidak mentaati aturan-aturan lingkungan hidup dan dapat dengan bebas melakukan pencemaran tanpa takut mendapatkan sanksi. Perilaku lainnya adalah praktik pembuangan limbah pertambangan dengan cara-cara primitif, membuang langsung limbah tailing ke sungai, danau, dan laut.

Sehingga dampak lingkungan dalam kegiatan industri mineral di indonesia ini sangat terasa, dan sangat banyak menimbulkan masalah. Contoh nya lumpur sidoarjo di jawa timur.

2.4Menanggualangi Dampak Lingkungan Kegiatan Industri Mineral

Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam bentuk :

1. Remediasi

Remediasi yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

(15)

pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi

Bioremediasi yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

3. Penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.

4. Perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terus-menerus implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.

(16)

BAB 3 PENUTUP 3.1Kesimpulan

AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan suatu usaha dan/atau kegiatan. Kegiatan industri mineral dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan industri mineral dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan industri mineral antara lain pada teknik industri mineral, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara lain faktor geografis dan morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain. Fenomena yang terjadi pada industri mineral di Indonesia, industri mineral seperti memiliki kekebalan untuk tidak mentaati aturan-aturan lingkungan hidup dan dapat dengan bebas melakukan pencemaran tanpa takut mendapatkan sanksi, sehingga dampak lingkungan itu semakin terasa. Adapun langkah-langkah dalam menanggulangi dampak lingkungan tersebuat salah satunya adalah : a.) Remediasi ; b.) Bioremediasi; c.) Penggunaan alat (retort-amalgam); c.) Kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); d.) Penyuluhan kepada masyarakat.

3.2Saran

(17)

Daftar Pustaka

http://novianachmadrizki.blogspot.com/2012/11/dampak-lingkungan-industri-pertambangan.html

http://www.kabarsaham.com/2011/pengeboran-migas-sulbar-mulai-temukan-gelembung.html Sukandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press http://dewagumay.wordpress.com/2008/06/08/dampak-lingkungan-industri-pertambangan/

http://marluganababan-electrical.blogspot.com/2012/11/dampak-negatif-kegiatan-pertambangan.html

Referensi

Dokumen terkait

Jepang berupaya untuk mengatasi masalah ini misalnya dengan, mengadakan “Premium Friday”, memberikan tunjangan untuk pulang kepada karyawan, pemutusan listrik diluar

Para informan orang tua siswa berprestasi SMP Muhammadiyah 1 Sentolo telah dapat dikatakan mampu memberikan contoh dalam hal emosional karena mereka telah mampu

Sampai awal Agustus 2016, kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia masih lebih hangat dari klimatologisnya, dengan anomali suhu berkisar antara

TRIAC merupakaN kompoNen yang sangat cocok uNtuk digunakan sebagai AC Swirching ( saklar AC ) karena dapat mengendalikan aliran arus listrik pada dua arah siklus

Varietas tanaman yang dibudidayakan petani sangat beraneka ragam dalam waktu yang lama varietas-varietas tersebut dapat berkem- bang menjadi spesies yang lain. Faktor yang

Sondang Manik: Pengkajian Semantik Pada Bahasa gaul, 2004... Sondang Manik: Pengkajian Semantik Pada Bahasa

Bagi Jemaat yang terpanggil menjadi orangtua asuh, dapat menghubungi Majelis Jemaat di sektor masing-masing atau Kantor Majelis Jemaat GPIB Jemaat ”Bukit

Restoran memiliki banyak bukaan yang di dominasi dengan jendela- jendela besar sehingga suasana perbukitannya akan lebih terasa sedangkan kamar memiliki material kaca