TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS V SD NEGERI 3 GEDUNG AIR KOTA
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
LINA WIDIA SARI
Masalah penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini merupakan penelitian experimen berupa control group pretest posttest. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD yang sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitian yang berjumlah 33 siswa. Hasil analisis data regresi linier sederhana ada pengaruh antara penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial sebesar 0,680 dan harga koefisien determinasi (r2) sebesar 0,462. Dan menghasilkan thitung sebesar 5,167 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,040. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung=5,167> ttabel = 2,040. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh Lina Widia Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Peneliti bernama Lina Widia Sari, lahir di Lampung Selatan pada tanggal 30 Oktober 1993. Peneliti adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Legito dan Ibu Paitun.
Rasa syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikanya skripsi ini. Kupersembahkan karya ini untuk:
Ayahandaku Bpk. Legito (Alm) dan Ibundaku Ibu Paitun tercinta yang senantiasa melafadzkan doa kebaikan untukku, serta melakukan pengorbanan materil dan spiritual demi tersematkannya gelar Sarjana
Pendidikan untukku.
Kakak-kakakku tercinta (Sri Purwanti dan Supriadi) yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual serta semangat untukku.
Yudi Okta Irawan seorang sahabat, kakak, motivator, rekan bisnis, dan lelaki berharga dalam hidupku.
Sahabat-sahabatku yang selalu memotivasiku- Aji Rhamadan, Ira Desiyantina, Renanti Widya Dara, Ayu Valentina, Remilda Trinora, Arfiana Sari, Anggar Kasih Hati, serta teman-teman seperjuanganku PGSD
Universitas Lampung tahun 2011 atas semua do a dan dukungan yang telah kalian berikan kepadaku selama masa perjuangan yang
sangat indah ini.
Orang-orang yang ku sayangi, staf pengajar Universitas Lampung
Guru dan Dosen atas ilmu dan semua yang telah kalian berikan padaku
janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman
(Qs. Al-Imran:139)
Berpikir lah positif karena apa yang kita pikirkan maka itu yang akan terjadi, terus semangat dan terus tersenyum
xii
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... ...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ...9
A. Belajar dan Pembelajaran... ...9
a. Pengertian Hasil Belajar ... ...12
B. Ilmu Pengetahuan Sosial......15
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... ...15
2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial... ...16
3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial... ...17
4. Metode Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD.... ...18
C. Metode Inkuiri... ...21
1. Pengertian Metode Inkuiri ... ...21
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Inkuiri ... ...22
3. Prinsip Penggunaan Metode Inkuiri... ...23
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri ... ...26
5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri ... ...31
D. Kerangka Pikir ... ...33
xiii
C. Populasi Penelitian... ...38
D. Variabel Penelitian ... ...38
1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... ...39
2. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran ... ...40
E. Metode Pengumpulan Data ... ...40
1. Metode Tes ... ...40
2. Metode Dokumentasi... ...41
F. Langkah-Langkah Penelitian... ...41
G. Teknik Analisis Data ... ...42
1. Menentukan Kriteria Soal... ...42
2. Uji Hipotesis ... ...43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... ...45
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... ...45
B. Pelaksanaan Penelitian ... ...47
C. Hasil Penelitian... ...48
D. Analisisn Data ... ...51
E.Pembahasan Hasil Penelitian ... ...53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ...55
A. Kesimpulan ... ...55
B. Saran... ...55
DAFTAR PUSTAKA... ...57
Tabel Halaman 1.1 Hasil ulangan Ilmu Pengetahuan Sosial semester ganjil kelas V ...5 3.1 Jumlah seluruh siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air...37 3.2 Indeks Kategori N-Gain ...43 4.1 Jumlah Siswa SD Negeri 3 Gedong Air Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2014/2015 ...47 4.2 Jadwal dan Pokok Bahasan Pelaksanaan Penelitian...47 4.3 Distribusi frekuensihasil rata-rata hasilposttest posttestsiswa kelas
Lampira Halaman A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Pemetaan/analisis SK-KD ...59
A.2 Silabus ...62
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...66
A.4 Lembar Kerja Siswa...72
A.5 RPP Metode Pembelajaran Konvensioal ...76
B. Instrumen Penelitian B.1 Kisi-kisi Soal...82
B.2 SoalPretest and Posttest ...84
C. Analisis Data C.1 Daftar Tabel Nilai HasilPretestKelas Kontrol Pertemuan Pertama ...89
C.2 Daftar Tabel Nilai HasilPretestKelas Kontrol Pertemuan Kedua...91
C.3 Daftar Tabel Nilai HasilPosttestKelas Eksperimen Pertemuan Pertama ...93
C.4 Daftar Tabel Nilai HasilPosttestKelas Eksperimen Pertemuan Kedua ...95
C.5 Rekapitulasi Nilai HasilPretest Posttest...97
C.6 Kriteria Soal MenggunakanN-Gain...99
C.7 Uji Hipotesis...100
D. Lain-lain D.1 Surat Penelitian Pendahuluan ...103
D.2 Izin Penelitian ...104
D.3 Surat Keterangan Penelitian...105
D.4 Balasan Surat Izin Penelitian ...106
D.5 Balasan Surat Keterangan Penelitian ...107
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak dari setiap warga negara Indonesia, dimana telah dijelaskan dalam UUD pasal 31 ayat 1 dan 2 yaitu bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, negara juga memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD.
Anggaran yang telah disiapkan oleh pemerintah untuk pendidikan sangatlah besar karena pendidikan merupakan tiang panyangga kebudayaan dan pondasi utama untuk membangun peradaban bangsa. Target yang hendak dicapai melalui pendidikan adalah menyiapkan generasi yang unggul dan mampu menghadapi segala persoalan yang dihadapinya serta memiliki mental yang kuat dan rasa percaya diri dengan tujuan dapat membentuk sumber daya manusia yang kreatif dan berkualitas. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam UU nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003: 5).
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, KTSP mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan pendidikan nasional dengan tujuan KTSP Ilmu Pendidikan Sosial memiliki kesamaan yaitu bertujuan untuk mengembangkan peseta didik yang dapat cakap kreatif, berpikir logi dan kritis, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial serta menjadi warga Negara yang demokratis, berakhlak mulia serta bertanggung jawab. Penanaman nilai karekter tersebut sangat baik diterapkan sedini mungkin kepada siswa untuk mencapai tujuan tersebut, pemilihan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.
inkuri merupakan salah satu metode pembelajaran dengan menerapakan situasi yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Gilstrap (dalam Supriatna dkk., 2007: 138) mengungkapkan bahwa:
Metode inkuiri merupakan komponen dari suatu bagian praktek pendidikan yang sering kali diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan yang lebih besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.
Melalui metode inkuiri guru hanya berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan pengarah dalam membantu siswa untuk memecahkan masalah, sehingga dalam proses pembelajaran siswa aktif dan dapat mengembangkan pengetahuannya.
Sesuai dengan pendapat Gilstrap, Wahab (2009: 93) adalah yang mengemukakan penerapan metode inkuiri dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memberi dorongan yang kuat terhadap siswa oleh karena siswa secara pribadi terlibat (baik fisik dan mental) dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan Metode inkuiri dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, siswa lebih aktif, siswa dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.
belum menggunakan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kurang kecakapan guru dalam pemilihan strategi, media, metode, dan alat sumber belajar dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga siswa menganggap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial membosankan dan hanya bersifat hafalan. Selain itu guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran dan siswa merasa bosan dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang monoton dan lebih memilih untuk mengobrol dengan kawannya masing-masing.
Guru belum menggunakan metode belajar yang bersifat student oriented dan guru belum menerapkan metode inkuiri yang diyakini baik untuk meningkatkan hasil belajar anak karena dengan menggunakan metode inkuiri anak akan menjadi aktif dalam pembelajaran dan membuat pembelajaran menjadi berkesan sehingga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa menjadi pasif. Akibatnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa rendah dilihat masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini di tunjukan dengan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air pada ulangan semester ganjil mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial tahun pelajaran 2014/2015. Dari 33 siswa hanya ada 11 siswa atau 33% yang mendapat nilai ≥ 65, yang berarti sudah mencapai nilai KKM (Kriteria
Tabel 1.1 Hasil Ulangan Ilmu Pengetahuan Sosial Semester Ganjil Siswa Kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lampung.
No. Siswa Nilai < 65 Presentase Nilai >65 Presentase
1. Laki-laki 11 33,3 5 15,2
2. Perempuan 11 33,3 6 18,2
Jumlah 22 66.6 11 33,4
Sumber: Dokumentasi nilai semester ganjil kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan mengkaji tentang
“Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih bersifat teacher oriented (dominasi guru).
2. Guru tidak menggunakan metode belajar yang bersifat student oriented dalam pembelajaran Ilmun Pengetahuan Sosial sehingga siswa menjadi pasif.
3. Guru belum menggunakan metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa merasa bosan.
5. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang monoton dan lebih memilih untuk mengobrol dengan kawannya masing-masing.
6. Guru belum menggunakan metode belajar yang bersifat student oriented dan guru belum menerapkan metode inkuiri yang diyakini baik untuk meningkatkan hasil belajar anak sehingga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa menjadi pasif.
7. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air masih rendah dilihat ada 22 siswa (67%) yang mendapat nilai di bawah KKM.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah dibatasi hanya pada pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Rumusan masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dari permasalahan yang di angkat adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis
1) Sebagai karya ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
b. Secara Praktis
1) Bagi sekolah memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran 1. Teori Belajar
Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya proses belajar. Beberapa teori-teori belajar yang melandasi model pembelajaran yaitu teori belajar konstruktivisme, teori belajar perkembangan kognitif Piaget, teori penemuan Jerome Bruner, dan teori pembelajaran perilaku (Trianto, 2009: 28-39). Salah satu teori yang melandasi pembelajaran inkuiri adalah teori konstruktivisme. Menurut Hanafiah (2010: 62) teori konstruktivisme diprakarsai oleh Piaget dan Vigotsky. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Trianto (2011: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Menurut Winataputra, dkk (2007: 6.7) perspektif konstruktivisme
terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini.
Sejalan dengan pendapat Winataputra, Piaget (dalam Rusman, 2011: 202) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun didalam pikiran siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa didalam pikirannya, ini sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa teori belajar adalah bahwa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran inkuiri yaitu teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran, dalam belajar siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri, mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan. 2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar sering diartikan sebagai proses perubahan prilaku, penambahan, dan pendalaman ilmu pengetahuan. Skinner (dalam Dimyati, 2010: 9) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.
Menurut pandangan konstruktivisme belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengalaman yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Howard L. Kingskey (dalam Djamarah, 2008: 13) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense)is originated or changed through pracite or training.Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah proses aktif melalui praktek atau latihan dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya yang telah dimilikinya.
3. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masayarakat.
Gagne (dalam Winataputra, 2008: 1.19) mengemukakan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa.
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hamalik (2005: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut sebagai kognitif tingkat rendah yaitu pengetahuan atau ingatan, dan pemahaman sedangkan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi yaitu aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut.
a) Reciving/ attending(penerimaan) b) Responding(jawaban)
c) Valuing(penilaian) d) Organisasi
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai 3) Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris berkenaan dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan;
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks;
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar pada penelitian ini penulis membatasi pada bidang kognitif.
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar siswa. Muhibbin Syah (dalam Djamarah, 2008: 235-236) mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang intern anak didik dan ekstern anak didik. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni sebagai berikut:
2. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera pengelihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Sedangkan faktor-faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:
1. Lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan redahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani siswa sesuai dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda.
B. Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).
Keller (dalam Sapriya, 2006: 6) mengartikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai satuan daripada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan-kemasyarakatan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah Ilmu sosial yang tidak terikat oleh ketentuan disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan-kemasyarakatan yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Karakteristik mata pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Menurut Martorella (dalam Trianto, 2010: 172) mengemukakan bahwa karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosiallebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya.
Sedangkan menurut Kosasih (dalam Trianto, 2010: 173) karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membantu siswa memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya serta membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.
3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial aialah mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif. Gross (dalam Trianto, 2010: 173) mengemukakan bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.
kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Sedangkan menurut Solihatin (2007: 14) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri, mengembangan kemampuan intelektual siswa, mengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat.
4. Metode Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD a. Pengertian Metode Pembelajaran
Gagne (dalam Winataputra, 2008: 1.19) mengemukakan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada siswa dalam proses belajar.
b. Macam-macam metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diSD
Diantara metode pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Mengingat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial berisi data, informasi, serta konsep dan generalisasi maka hampir darpat dipastikan bahwa penggunaan metode ceramah sebagai salah satu metode mengajar penting dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Metode ceramah yang dalam istilah asing disebut ‘lecture’berasal dari kata latin ‘lego’ yang berarti
membaca. Gilstrap dan Martin (dalam Wahab, 2009: 88) kemudian mengemukakan lego diartikan secara umum dengan ‘mengajar’ sebagai akibat guru menyampaikan pelajaran
dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku kemudian menjadi ‘lecture method’ atau
keahliannya untuk memperluas pengetahuan siswa melampaui sarana yang tersedia.
2. Metode Inkuiri
Metode inkuri menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman itu kelak akan berguna dalam hidupnya di masyarakat yaitu masyarakat yang mengalami perubahan cepat dan dalam jumlah besar. Wahab (2009 :93) penerapan metode inkuiri dalam pengajaran IPS memberi dorongan yang kuat terhadap siswa oleh karena siswa secara pribadi terlibat (baik fisik dan mental) dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu bahan pengajaran IPS dapat saja dimunculkan dalam bentuk konsep dan generalisasi atau tema dan topik serta masalah.
3. Metode Diskusi
untuk berbagi dan saling tukar informasi tentang sebuah topik atau masalah atau mencari pemecahan terhadap suatu masalah berdasarkan bukti-bukti yang ada.
4. Metode Tanya Jawab
Teknik ini amat sering digunakan dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk melengkapi metode ceramah.
Menurut Wahab (2009: 106-107) metode tanya jawab dilakukan setelah kegiatan mengajar dengan bertutur maka seringkali diikuti dengan tanya jawab atau sering digunakan diantara pelaksanaan metode ceramah atau digunakan pula untuk berbagai tujuan.
Bertanya dapat pula digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep, generalisasi, atau mata pelajaran. Kadang pertanyaan seperti itu mengharuskan siswa untuk mengingat kembali informasi yang pernah dibaca atau didengar dalam diskusi kelas.
C. Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran yang membuat siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Gilstrap (dalam Supriatna dkk., 2007: 138) mengungkapkan metode inkuiri merupakan komponen dari suatu bagian praktek pendidikan yang sering kali diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan yang lebih besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Menurut Hernawan dkk. (2007: 08) metode pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proes berpikir secara kritis dan analitis. Untuk mencari dan menemukan sendiri dari jawaban suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa, dalam hal ini kemampuan guru untuk memberikan stimulus (rangsangan) terhadap pemecahan suatu masalah sangat dibutuhkan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang untuk meningkatkan rentangan keaktifan yang lebih besar, berorientasi pada proses berpikir secara kritis dan analitis, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri
Menurut Hernawan dkk. (2007: 108) bahwa pembelajaran inkuiri memiliki ciri-ciri diantaranya:
Pertama, inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
kritis, atau mengembangkan kemampuan sebagai bagian dari proses mental.
Sedangkan menurut Majid (2014: 173-174) bahwa pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya:
Pertama, metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri(self belief).
Ketiga, tujuan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampunan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Menggunakan metode inkuiri dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk berfikir kritis dan analisis dalam proses pembelajaran, serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan guru berperan fasilitator. Metode pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian sebab dalam metode ini siswa memegang peran yang sangan dominan dalam proses pembelajaran. 3. Prinsip Penggunaan Metode Inkuiri
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual.
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir intelektual siswa dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar siswa.
b. Prinsip interaksi.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses interaksi, baik interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar satu-satunya, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengaturan interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya.
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Pada pembelajaran ini perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajai siswa.
d. Prinsip belajar untuk berpikir.
e. Prinsip keterbukaan.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka dan membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Sejalan dengan Hernawan dkk., Majid (2014: 174-175) mengemukakan prinsip penggunaan metode inkuiri adalah berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir dan prinsip keterbukaan.
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir siswa, metode pembelajran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar siswa.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan, pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya
adalah guru sebagai penanya karena, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah menurpakan sebagian dari proses berfikir. Oleh karena itu, kemampuan dasar bertanya guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta atau teori saja, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learing how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak dan kemampuan siswa. e. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyedian berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebanarnya. Tugas guru adalah menyedian ruang untuk memberikan kesempatan kedapa siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Dengan demikian inkuiri dapat dikatakan memberi manfaat yang cukup tinngi yaitu memberikan siswa kebebasan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, dan proses mengembangkan potensi seluruh otak.
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung permasalahan atau teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah atau teka-teki tersebut. Proses mencari jawaban itu lah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, karena melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir dan proses menemukan pengetahuan baru. Misalnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Kemerdekaan Indonesia, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan teka-teki “Apakah kemerdekaan Indonesia adalah berian dari Jepang?” dengan demikian siswa akan mulai terfokus pikiannya
untuk memecahkan masalah tersebut. c. Merumuskan hipotesis
perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh,dan terdapat bukti sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses ini membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar serta membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Sejalan dengan Hernawan dkk., Majid (2014: 175-177) berpendapat proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, langkah-langkah pembelajarannya adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif dan kondusif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan metode ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan Masalah
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dan sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarnya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harusan memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data
semacam ini, guru sebaiknya secaterus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data atau informasi. pengujian hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan siswa berpikir rasional.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakangong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan dan yang baik untuk digunakan.
5. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri
a. Mengembangkan sikap keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
c. Kemampuan siswa diproses dalam situasi dan keadaan yang benar dihayati dan diamati sendiri.
d. Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan cara berpikir objektif, kritis analitis baik secara individual maupun secara kelompok.
e. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan atau konsep yang telah dipahami.
f. Dalam belajar tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial, dll.
Sejalan dengan Sapriya dkk., Majid (2014: 178-179) keunggulan metode inkuiri diantaranya:
a. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna.
b. Metode ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Metode ini merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Majid (2014: 178) kelemahan metode inkuiri diantaranya:
a. Jika metode ini digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b. Metode ini sulit dalam merenanakan pembelajaran karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru kesulitan menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, metode ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Setelah mengetahui keunggulan dan kelemahan metode inkuiri sebaiknya rencana proses pembelajaran dapat disiapkan dengan baik agar keunggulan metode inkuiri dapat tercapai dan meminimalisir kelemahan metode inkuiri.
D. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir menurut Sugiyono (2014: 91) adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Maka kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut:
besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Terdapat enam langkah pembelajaran dalam metode inkuiri yaitu pertama, orientasi dimana langkah ini untuk membina siswa kedalam iklim pembelajaran yang responsif dan kondusif untuk meningkatkan kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, kedua merumuskan masalah yaitu membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah, ketiga merumuskan hipotesis yaitu jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dan sebagai jawaban sementara, dalam penulisan hipotesis sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir logis dan rasional siswa, keempat mengumpulkan data yaitu aktivitas siswa menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, dalam tahap ini merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual siswa, kelima menguji hipotesis yaitu proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data atau informasi, pengujian hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan, keenam menarik kesimpulan siswa dan guru bersama siswa menarik kesimpulan dengan menunjukan pada siswa data mana yang relevan dan yang baik untuk digunakan.
memberikan kesan pembelajaran tersendiri bagi siswa di mana siswa membangun (mengonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga akan tersimpan lebih lama diingatan jangka panjang siswa. Sehingga hasil belajar siswa dalam ranah kognitif akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, maka diduga ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa. Artinya semakin baik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan metode inkuiri, maka semakin baik pula hasil belajar Ilmu Pengetahuan Siswa.
E. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 110) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 2) Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitin ini adalah metode experimen dengan control group pretest posttest.
Menurut Arikunto (2010: 124) control group pretest posttest design yaitu desain yang merupakan gabungan dari pretest and posttest group dan static group comparison yaitu observasi yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dan terdapat kelompok pembanding atau kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan.
Gambar 3.1control group pretest posttest dengan kelompok sama (kelompok eksperimen dan sebagai kelompok kontrol). (Nasution, 2012: 33)
Keterangan:
X1= Kelas kontrol (nilaipre-test) X2=Kelas eksperimen (nilaipos-ttest)
Y = Diberi perlakuan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri W1= Waktu pertama
W2= Waktu kedua
Waktu pertama (W1) yaitu untuk kelompok kontrol (W1), pembelajaran menggunakan metode pembelajaran konvensional, kemudian sampel diberikan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) sebelum diberikan perlakuan metode pembelajaran inkuiri. Waktu kedua (W2) yaitu untuk kelompok eksperimen (X2), pembelajaran menggunkan metode pembelajaran inkuiri, kemudian sampel diberikan tes untuk mengetahui kemampuan akhir siswa (posttest). Perbedaan tes awal (pretest) dan tes akhir (prettest) (X1 dan X2) yakni X2 – X1 diasumsikan sebagai adanya pengaruh dari treatment (Y).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 di SD Negeri 3 Gedung Air Bandar Lampung.
X
1.
Y
X
2C. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 80) populasi adalah wilayah generalisasi: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian.
Tabel 3.1 Jumlah seluruh siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lamapung Tahun Pelajaran 2014/2015
No. Siswa Jumlah
1. Laki-laki 16
2. Perempuan 17
Jumlah 33
Sumber: Tata Usaha SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lamapung Tahun Pelajaran 2014/2015
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Bandar Lampung tahun 2014/2015 yang berjumlah 33 siswa. Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian populasi karena seluruh populasi dijadikan obyek penelitian.
D. Variabel Penelitian
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas dan dilambangkan dengan (Y). Berdasarkan judul penelitian, maka terdapat dua variabel yaitu : 1. Variabel bebas (X1) yakni: Penerapan metode inkuiri dalam
pembelajaran.
2. Variabel terikat (Y) yakni: Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
1. Variabel Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar pada penelitian ini penulis membatasi pada bidang kognitif.
b. Definisi Operasional
dan tidak lulus jika nilai kurang dari nilai KKM Ilmu Pengetahuan Sosial sebesar 65.
2. Variabel Metode Inkuiri dalam Pembelajaran a. Definisi Konseptual
Metode inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran yang membuat siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
b. Definisi Operasional
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berorientasi pada proses berpikir secara kritis dan analitis, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Penyampaian metode inkuri yaitu terdiri dari enam tahapan yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan menguji hipotesis. Langkah-langkah tersebut harus benar-benar dilakukan oleh guru dengan berurutan dan benar.
E. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Tes
Sedangkan menurut Muliawan (2014: 70) metode tes merupakan metode penilitian yang digunakan untuk tujuan evaluasi atau penelitian, dan paling tepat dan akurat digunakan pada penilitian pendidikan yang memusatkan perhatian pada aspek kognitif atau intelektual. Metode tes pada penilitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif, tes yang diberikan pada saat tes awal dan tes akhir. Tes awal diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang pengetahuan sosial sebelum melakukan pembelajaran. Sedangkan tes akhir diberikan untuk mengetahui tingkat kemajuan atau pengaruh metode pembelajaran dalam pembelajaran. Tes dilakukan menggunakan soal yang sama untuk di kelas kontrol dan eksperimen.
2. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010: 274) teknik dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prsasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan daftar nama dan jumlah siswa, dan daftar nilai UAS hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa.
F. Langkah–Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini adalah:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan penelitian pendahuluan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran di kelas kontrol
1. Melaksanakan pembelajaran menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Mengadakan tes (pretest)
b. Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen
1. Melaksanakan pembelajaran menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Mengadakan tes (posttest) 3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data penelitian
b. Mengolah dan menganalisisndata penelitian c. Menyusun laporan hasil penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan penganalisisan data lebih lanjut, data hasil belajar yang telah dikumpulkan ditentukan kriteria soalnya terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan ke uji hipotesis.
1. Menentukan Kriteria Soal
=
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosisla siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air tahun pelajaran 2014/2015, maka digunakan analisis regresi linier sederhana untuk menguji hipotesis dengan rumus:
H1:
α
1≠0
= Terdapat pengaruh metode pembelajaran inkuiri terhadaphasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air .
Kriteria uji:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil analisis data regresi linier sederhana ada pengaruh antara penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial sebesar 0,680 dan harga koefisien determinasi (r2) sebesar 0,462. Dan menghasilkan thitung sebesar 5,167 dan ttabelpada taraf signifikansi 5% sebesar 2,040. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung=5,167> ttabel = 2,040. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 3 Gedung Air.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini disampaikan saran-saran dalam menggunakan metode inkuiri, yaitu:
2. Bagi guru, dalam upaya meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa, disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran inkuiri di kelas secara maksimal.
3. Bagi siswa, diharapkan memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk belajar lebih aktif membangun pengetahuannya sendiri sehingga dapat tersimpan lebih lama dalam ingatan jangka panjang siswa.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.
Dimyati, Moedjiono. 2010.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta: Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri.2008. Prestasi Belajar dan Pembelajaran. PT Cipta Karya: Jakarta
Hamalik, Oemar. 2005.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.
Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. PT. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.
Meltzer, David. “The Relationship Beetween Mathematics Preparation And
Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Variable” In Diagnostics Pretest Scores”. American Journal of Physics, Vol.70,
No. 12, ISSN. 1259-1268
Muliawan, Jasa Ungguh. Metodelogi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus. Gava Medika: Yogyakarta.
Nasution. 2012.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Bumi Aksara. Jakarta. Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo.
Yogyakarta.
Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS: Bandung.
Solihatin, Etin & Raharjo. 2007.Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung.
Suharsaputra, U. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Tindakan. Refika Aditama: Bandung.
Supriatna, Nana, dkk. 2007.Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana:. Surabaya.
______, 2010.Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Depdiknas.
Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode dan Model-model Mengajar. Alfabeta. Bandung.