KUALITAS HIDUP WANITA YANG MENDERITA PENYAKIT
KANKER di RSUD DR.PIRNGADI MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Nuzul Purnama Sari 111121040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul :Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit
Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Penelitian : Nuzul Purnama Sari
Program : S1 Ekstensi
Tahun : 2013
ABSTRAK
Kualitas hidup merupakan aspek penting yang menentukan kesejahteraan seseorang dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi presepsi kualitas hidup, dan menguji ada atau tidak adanya perbedaan antara kualitas hidup berdasarkan karakteristik demografi dan riwayat kesehatan saat ini penderita kanker di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian ini deskriptif analitik, dengan jumlah sample 63 orang, menggunakan teknik sampling convinience. Kuisoner WHOQOL-BREEF yang berisi 26 pertanyaan,dan dibedakan menjadi 4 dimensi yaitu: dimensi kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup dari rentang 26 – 130 memiliki nilai mean 81,59 dengan SD 6,601, nilai mean ini diatas nilai tengah pada skor kualitas hidup yang berarti kualitas hidup penderita penyakit kanker tinggi. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada skor total kualitas hidup berdasarkan karateristik demografi, maupun riwayat kesehatan saat ini karena nilai p value > 0,05. Disarankan kepada perawat memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif sesuai dengan kebutuhan klien, dan agar tidak berfokus pada aspek fisik saja, tetapi secara holistic baik aspek psikologis, sosial, maupun lingkungan juga harus diperhatikan agar dapat meningkatkan kualitas hidup klien.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker di
RSUD Dr. Pirngadi Medan ”.
Shalawat beriring salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan
ke alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat
sekarang ini.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam
mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan
dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari
berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda serta anggota keluarga lainnya yang
telah banyak memberikan do’a, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga
2. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini .
4. Ibu Dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp. THT, selaku Direktur RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
5. Ibu Siti Saidah, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Departemen Keperawatan
Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Teman-teman Sejawat angkatan 2011 yang selalu memberikan bantuan, motivasi,
partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam
lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap
mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis khususnya.
Medan, Februari
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan……….….i
Abstrak………..ii
Ucapan Terima Kasih………...iii
Daftar Isi………...v
Daftar Tabel………..………...……vii
Daftar Lampiran……….viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang……….1
2. Perumusan Masalah……….………4
3. Tujuan Penelitian……….4
4. Manfaat Penelitian………...5
BAB 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kualitas hidup……….7
1.1. Pengertian Kualitas Hidup………7
1.2. Pengukuran Kualitas Hidup………..9
1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup……….12
2. Konsep Kanker………..…16
2.1. Pengertian Kanker………..16
2.2. Faktor Penyebab Kanker………17
2.3. Proses Terjadinya Kanker………..20
2.4. Penatalaksanaan Medik………..21
2.5. Komplikasi……….23
2.6. Perubahan Pada Penderita Kanker……….24
3. Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit kanker………28
BAB 3 Kerangka Konseptual 1. Kerangka Konsep………...30
2. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian……….31
BAB 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian……….34
3. Lokasi dan Waktu Penelitian………...35
4. Pertimbangan Etik………...36
5. Instrumen Penelitian.……….……….36
6. Uji Validitas dan Reliabilitas……….………..38
7. Pengumpulan Data………...39
8. Analisa Data……….40
BAB 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian………..42
1.1.Karateristik Responen………..42
1.2. Pengukuran Kualitas Hidup………44
2. Pembahasan………...48
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan………52
2. Saran………..52
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karateristik Responden………43
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Riwayat Penyakit Saat Ini………44
Tabel 3. Distribusi Mean dan SD Kualitas Hidup pada penderita kanker…………...45
Tabel 4. Distribusi Mean dan SD Kualitas Hidup Berdasarkan Dimensi…………....45
Tabel 5. Distribusi Mean, SD, P value Berdasarkan Karakteristik Responden……...46
Daftar Lampiran
1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian
2. Instrumen Penelitian
3. Surat Ijin Penelitian Dari PSIK USU
4. Surat Ijin Penelitian Dari RSUD Dr. Pirngadi Medan
5. Transaksi Dana
Judul :Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit
Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Penelitian : Nuzul Purnama Sari
Program : S1 Ekstensi
Tahun : 2013
ABSTRAK
Kualitas hidup merupakan aspek penting yang menentukan kesejahteraan seseorang dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi presepsi kualitas hidup, dan menguji ada atau tidak adanya perbedaan antara kualitas hidup berdasarkan karakteristik demografi dan riwayat kesehatan saat ini penderita kanker di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian ini deskriptif analitik, dengan jumlah sample 63 orang, menggunakan teknik sampling convinience. Kuisoner WHOQOL-BREEF yang berisi 26 pertanyaan,dan dibedakan menjadi 4 dimensi yaitu: dimensi kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup dari rentang 26 – 130 memiliki nilai mean 81,59 dengan SD 6,601, nilai mean ini diatas nilai tengah pada skor kualitas hidup yang berarti kualitas hidup penderita penyakit kanker tinggi. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada skor total kualitas hidup berdasarkan karateristik demografi, maupun riwayat kesehatan saat ini karena nilai p value > 0,05. Disarankan kepada perawat memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif sesuai dengan kebutuhan klien, dan agar tidak berfokus pada aspek fisik saja, tetapi secara holistic baik aspek psikologis, sosial, maupun lingkungan juga harus diperhatikan agar dapat meningkatkan kualitas hidup klien.
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti menjelaskan tentang latar belakang mengapa penelitian ini
dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian ini.
1. Latar Belakang
Kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal yang
penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya (Universitas Toronto 2002). Secara
awam, kualitas hidup berkaitan dengan pencapaian manusia yang ideal sesuai dengan
yang diinginkan (Diener dan Suh, dalam kahneman, diener & Schwarz, 1999).
Kualitas hidup menekankan tentang pentingnya persepsi subjektif seseorang dalam
memfungsikan kemampuan mereka sendiri dan membandingkannya dengan standar
kemampuan internal yang mereka miliki agar dapat mewujudkan sesuatu menjadi
lebih ideal dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan (Cella & Tulsky, dalam
Dimsdale, 1995).
Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup
dijadikan sebagai aspek untuk menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson dkk
dalam Dimsdale,1995). Menurut WHOQOL (dalam Power, 2003) kualitas hidup
didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam
konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan
mempertimbangkan konteks sosial dan konteks lingkungan dalam mengukur kualitas
hidup selain kesehatan fisik dan psikologis. Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas
hidup dapat disimpulkan 2 bagian yaitu kesehatan fisik dan kesehatan mental.
Peningkatan kualitas kehidupan dan peran wanita sangat diperlukan karena
kualitas kehidupan wanita masih jauh lebih rendah daripada laki-laki. Wanita
mengalami ketertinggalan atau ketidakberuntungan lebih banyak dibandingkan
dengan pria di antaranya di bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Arjani, dan Agung
Aryani 2002, dalam Sudarta,___).
Padahal wanita mempunyai peran yang sangat penting dalam keluarga yaitu
sebagai istri dan ibu. Sebagai istri wanita berperan sebagai penanggung jawab rumah
tangga yang bertugas mengurus segala sesuatunya di rumah, sebagai ibu wanita
berperan mengandung anak, melahirkan anak, membesarkan dan mendidik anak.
Kondisi seperti saat ini sering mengatakan wanita mempunyai peran ganda dalam
kehidupannya, selain menjadi ibu dan istri dalam kehidupannya wanita juga
mempunyai peran yang sama seperti pria, sama – sama berkewajiban untuk mencari
nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga
(Arjani, dan Agung Aryani 2002, dalam Sudarta,___)
Wanita lebih banyak mengalami tekanan mengenai citra tubuh mereka
dikarenakan wanita mempunyai peran ganda dalam kehidupannya. Wanita
kebutuhan sendiri sering terpinggirkan. Wanita kerap mengabaikan kesehatannya dan
menganut gaya hidup yang tidak baik.
Gaya hidup tidak sehat, mengonsumsi makanan berlemak tidak menyusui,
infertilitas, melahirkan anak pertama di atas 35 tahun, radiasi, konsumsi alkohol
berlebih, kegemukan,mendapat terapi hormon jangka panjang, merupakan faktor
paling banyak pencetus kanker pada wanita. Dewasa ini para perempuan cenderung
melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan tersebut.Tidak heran, jumlah penderita
kanker dari kaum hawa menanjak cepat.
Kanker adalah pertumbuhan sel tidak normal (yaitu: tumbuh sangat cepat
tidak terkontrol dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal
dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda,
2007). Dari tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian di
banyak negara semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan kematian akibat kanker
mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara
berkembang. Penderita baru diperkirakan 5,9 juta per tahun dan 3,0 juta ditemukan di
negara berkembang. Menurut data WHO, setiap tahun ada 6,25 juta penderita kanker
dan dalam dekade terakhir ada 9 juta manusia mati karena kanker dan pada Tahun
2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di Indonesia sampai tujuh kali lipat.
Jumlah penderita kanker yang meninggal juga kian memperhatinkan.
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) kematian
akibat kanker dari tahun 1992 ada 4,8%, tahun 1995 meningkat menjadi 5.0% dan
sebagai penyebab kematian di Indonesia (Marice dan Anna,2007).Dari hasil survei
awal yang dilakukan, diketahui jumlah pasien penderita kanker pada wanita yang
dirawat inap di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2011 sebanyak 297 orang.
Adapun jenis kanker yang diderita wanita yang dirawat inap di RSUD DR. Pirngadi
yaitu: kanker mammae, ovarium, servix, colon, kulit, paru, nasofaring, tiroid, vulva,
rekti, gaster, leukemia, lidah.
Menurut Hays (1992) wanita yang menderita penyakit kanker akan terganggu
kesehatan fisik dan mentalnya. Gangguan kesehatan fisik yang dialami wanita
meliputi fungsi tubuh secara fisik dan fisiologis, nyeri dan presepsi kesehatan umum.
Dari kesehatan mental, kanker menimbulkan gangguan dalam hal vitalitas hidup,
fungsi sosial, keadaan emosinal dan kesehatan mental secara umum. Selain itu Hays
(1992) juga mengatakan bahwa wanita yang menderita Penyakit kanker akan
kehilangan kemampuan secara mandiri. Wanita dengan penyakit kanker sangat
bergantung pada orang lain dan membutuhkan perhatian.
Berdasarkan keterangan diatas tidak dapat dipungkiri kanker akan memberi
pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup wanita. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang kualitas hidup wanita yang menderita penyakit
kanker.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana kualitas hidup wanita yang menderita penyakit kanker di RSUD DR.
3. Tujuan penelitian 3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup wanita yang menderita penyakit
kanker.
3.2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui perbedaan gambaran kualitas hidup wanita penderita penyakit
kanker berdasarkan karakteristik demografi responden (usia, status pernikahan,
agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaaan, penghasilan).
- Untuk mengetahui perbedaan gambaran kualitas hidup wanita yang menderita
penyakit kanker berdasarkan riwayat kesehatan saat ini (jenis kanker, stadium kanker,
terapi yang dijalani, lama menderita kanker).
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa tentang kualitas hidup
wanita yang menderita penyakit kanker. Serta dapat dijadikan bahan masukan bagi
mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya dalam
4.2Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan
perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang
sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.
4.3. Bagi Wanita Yang menderita penyakit kanker
Memberikan informasi tentang kualitas hidup wanita yang menderita penyakit
kanker sehingga dapat diupayakan tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori dan tinjauan pustaka yang
mendasari penelitian ini. Pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah
pembahasan mengenai kualitas hidup dan kanker. Dalam pembahasan mengenai
kualitas hidup akan dibicarakan mengenai pendekatan dalam menjelaskan kualitas
hidup termasuk definisi kualitas hidup, dimensi kualitas hidup, pengukuran kualitas
hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Pembahasan mengenai
kanker menjelaskan mengenai definisi kanker, faktor penyebab kanker, proses terjadi
kenker,penatalaksanaan medik, komplikasi, perubahan pada penderita kanker.
1. Konsep Kualitas hidup 1.1. Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup sulit didefenisikan karena mencakup banyak keadaan mulai
dari kehidupan fisik dan kemampuan kognitif untuk menentukan kepuasan suatu
hubungan, pendidikan yang diminati dan kecukupan pendapatan yang dibutuhkan
sebagai dasar biologis (Trbojevic,1998).
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati
kemungkinan dalam hidupnya. Kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu
pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karateristik dan
keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal
dan lingkungan (Chang dan Weissman, 2004).
Menurut Coons dan Kaplan dalam Sarafino (1994) menyatakan bahwa setiap
individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing
individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi
dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika
menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Fayers &
Machin dalam Kreitler & Ben (2004) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi
individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan.
Menurut WHOQOL (dalam Power, 2003) kualitas hidup didefinisikan sebagai
persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam konteks budaya dan system
nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang
ditetapkan dan perhatian seseorang. Dalam defenisi ini WHO juga
mempertimbangkan adanya konteks sosial dan konteks lingkungan dalam mengukur
kualitas hidup selain kesehatan fisik dan psikologis. Dalam hal ini peneliti
menyimpulkan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai kondisi
kehidupannya saat ini yang mencakup aspek kesehatan fisik, kesejahteraan
1.2. Pengukuran Kualitas Hidup
Skevington, Lotfy, dan O’Connell (2004) dalam Sekarwiri (2008) mengatakan
bahwa pengukuran mengenai kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh (kualitas hidup dipandang sebagai
evaluasi individu terhadap dirinya secara menyeluruh) atau hanya mengukur domain
tertentu saja (kualitas hidup diukur hanya melalui bagian tertentu saja dari diri
seorang individu) (Skevington, Lotfy, dan O’Connell, 2004).
Schipper, Clinch dan Olweny (dalam Post, Witte, dan Scrijvers, 1999)
menyatakan bahwa kualitas hidup dapat diukur dari aspek fungsi fisik dan okupasi,
keadaan psikologi, interaksi sosial dan sensasi somatic. (Post, Witte dan Scrijvers,
1999) juga membuat empat aspek untuk mengukur kualitas hidup yaitu keadaan fisik
dan kemampuan fungsional, keadaan psikologis, dan kesejahteraan, interaksi sosial,
dan keadaan ekonomi. Walaupun pembagian mengenai aspek-aspek yang
mempengaruhi kualitas hidup individu tertulis dalam persamaan yang berbeda-beda,
dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut saling berinteraksi untuk memberikan
gambaran kualitas hidup individu.
Berdasarkan konsep WHOQOL – BREF kualitas hidup dapat diukur dari
aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan
Power dalam Lopez dan Snyder, 2004, dalam (Noftri, 2009). Dimensi kesehatan fisik
energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, dan
kapasitas kerja. Aktivitas sehari-hari yaitu menggambarkan kesulitan dan kemudahan
yang dirasakan individu pada saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan
pada obat-obatan dan bantuan medis yaitu menggambarkan seberapa besar
kecenderungan individu dalam menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dan kelelahan yaitu menggambarkan
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas
sehari-harinya. Mobilitas yaitu menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan
oleh individu dengan mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu menggambarkan
kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu, dan kapasitas kerja yaitu
menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh individu (Power dalam Lopez dan
Snyder, 2004).
Dimensi kesejahteraan psikologi terdiri dari body image dan apprearance,
perasaan negatif, perasaan positif, self- estem dan berpikir, belajar, memori,
konsentrasi. body image dan apprearance yaitu menggambarkan bagaimana individu
memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negatif yaitu
menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh
individu. Perasaan positif yaitu menggambarkan perasaan menyenangkan yang
dimiliki oleh individu. Self- estem yaitu menggambarkan bagaimana individu menilai
atau menggambarkan dirinya sendiri. Berpikir, belajar, memori dan motivasi yaitu
berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya (Power dalam Lopez
dan Snyder, 2004).
Dimensi hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan
aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu dengan
orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanaya bantuan yang didapatkan
oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktivitas seksual yaitu
menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu (Power dalam Lopez dan
Snyder, 2004).
Dimensi lingkungan terdiri dari sumber finansial, freedom, physical safety
dan security, perawatan kesehatan dan perawatan sosial, lingkungan rumah,
kesempatan untuk mendapatkan barbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi
dan kesempatan untuk melakukan rekreasi, lingkungan fisik, dan transportasi.
Sumber finansial yaitu menggambarkan keadaan keuangan individu. freedom,
physical safety dan security yaitu menggambarkan tingkat keamanan individu yang
dapat mempengaruhi kebebasan dirinya. Perawatan kesehatan dan perawatan sosial
yaitu menggambarkan ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang
dapat diperoleh individu. Lingkungan rumah yaitu menggambarkan keadaan tempat
tinggal individu. Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan
yaitu menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh
hal-hal baru yang berguna bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk
dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik
yaitu menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal individu seperti
keadaan air, saluran udara, iklim, polusi. Transportasi yaitu menggambarkan sarana
kendaraan yang dapat dijangkau oleh individu (Sekarwiri, 2008).
1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power,
2003), persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks
budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai dengan apa yang
dikatakan Fadda dan Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu
yang tinggal di kota/ wilayah satu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya,
sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Menurut para
peneliti, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:
1.3.1. Gender atau Jenis Kelamin
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa gender adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Fadda dan Jiron (1999) dalam
(Noftri, 2009) mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam
peran serta akses dan kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau
hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Bain, dkk (2003)
dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara
kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk (2004) dalam
(Noftri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi
daripada laki-laki. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspek kehidupan
dalam hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan. Ryff dan
Singer (1998) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan
laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait
dengan aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada
pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
1.3.2. Usia
Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) mengatakan
bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam Papalia, dkk (2007)
individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa
madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001) menemukan adanya
kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif. Penelitian yang
dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan yang
terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu.
1.3.3. Pendidikan
Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) mengatakan bahwa tingkat pendidikan
yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa
kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan
yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007)
dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap
kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
1.3.4. Pekerjaan
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk
yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan
penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl, dkk
(2004) dalam (Noftri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan
dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.
1.3.5. Status pernikahan
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai
ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Zapf et al (1987) dalam
Lee (1998) menemukan bahwa status pernikahan merupakan prediktor terbaik dari
kualitas hidup secara keseluruhan. Penelitian empiris di Amerika secara umum
menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih
tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam
(Noftri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan
status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.
1.3.6. Penghasilan
Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Noftri, 2009) menemukan
adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup
yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour,
Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari
faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
1.3.7. Hubungan dengan orang lain
Baxter, dkk (1998) dalam (Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari
faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati
secara subjektif. Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Noftri, 2009)
mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain
terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun
melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik
secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour,
Safa, dan Kermani (2007) juga menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang
lain memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup
1.3.8. Standard referensi
O’Connor (1993) dalam (Noftri, 2009) mengatakan bahwa kualitas hidup
dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan,
aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini
sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQOL (Power,
2003) dalam (Noftri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan,
tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam
(Noftri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang
digunakan oleh individu, komparasi sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan
kondisinya dengan kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya.
2. Konsep Kanker 2.1. Pengertian Kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel tidak normal (yaitu: tumbuh sangat cepat
tidak terkontrol dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal
dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Diananda,
2007).
Kanker adalah mutasi gen – gen sel yang berakibat tumbuhnya sel – sel
abnormal secara tidak beraturan. Sel –sel kanker tumbuh dengan pola yang tidak
Jong (2005) menguraikan kanker sebagai penyakit keganasan yaitu
perkembangan dan pertumbuhan sel abnormal yang berlangsung lama, otonom, tidak
dapat diramalkan dan tersembunyi. Kanker dicirikan dengan periode tanpa keluhan
atau tanda – tanda lain dari penyakit yang cukup lama.
Menurut penyebarannya kanker dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Stadium dini yaitu kanker mulai tumbuh dan belum menyusup jauh kedalam
jaringan sekitarnya dan belum mengadakan anak sebar.
b. Stadium lanjut yaitu kanker sudah besar dan sudah menyusup jauh kedalam
jaringan sekitarnya, masuk kedalam pembuluh darah dan getah bening (Koosnadi,
dkk, 2005).
2.2. Faktor Penyebab Kanker
Kanker disebabkan adanya gen abnormal, yang terjadi karena ada kerusakan
gen yang mengatur pertumbuhan dan difrensiasi sel. Adanya gen abnormal ini
menimbulkan salah atur, lebih atau kurang aturan. Gen yang mengatur pertumbuhan
dan difrensiasi sel itu disebut protoonkogen dan suppressor gen. terdapat pada semua
cromosom dan banyak jumlahnya. Protoonkogen yang telah mengalami perrubahan
sehingga dapat menimbulkan kanker disebut onkogen (Sukardja,2000)
Beberapa hal penyebab kanker antara lain:
2.2.1. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling penting mengingat
kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Beberapa keluarga bisa jadi memiliki
keluarga lainnya. Misalnya resiko wanita untuk menderita kanker payudara
meningkat 1,5 – 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita kanker
payudara.
2.2.2. Kelainan Kromosom
Misalnya seseorang dengan sindroma down, yang memiliki 3 buah kromosom
21, memiliki resiko 12 – 20 kali lebih tinggi untuk menderita leukimia akut.
2.2.3. Faktor lingkungan
Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker,
salah satunya yang paling penting adalah merokok. Merokok dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker paru – paru, mulut, laring ( pita suara), dan kandung kemih.
faktor lingkungan lain, misalnya pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet,
terutama dari sinar matahari, menyebabkan kanker kulit.
Selain itu, radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) yang digunakan
dalam sinar x, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom
atlain, misalnya pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar
matahari, menyebabkan kanker kulit.
Selain itu, radiasi ionisasi ( yang merupakan karsinogenik) yang digunakan
dalam sinar x, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom
dan bisa menjangkau jarak yang sangat jauh, juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker. Misalnya pemaparan uranium pada pekerja tambang juga
meningkatkan resiko terjadinya kanker paru – paru 10 – 20 tahun kemudian, dan
2.2.4. Makanan
Makanan adalah faktor resiko penting lainnya untuk kanker, terutama kanker
pada saluran pencernaan. Misalnya makan makanan yang banyak mengandung
makanan yang diasap dan diasamkan ( dalam bentuk acar) dapat meningkatkan
terjadinya kanker lambung. Peminum alkohol juga memiliki resiko yang lebih tinggi
tehadap terjadinya kanker kerongkongan.
2.2.5. Bahan kimia
Banyak bahan kimia yang diketahui menyebabkan kanker dan banyak pula
yang dicurigai sebagai faktor penyebab kanker. Pemaparan terhadap bahan kimia
tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker setelah beberapa tahun
kemudian, misalnya pemaparan asbes bisa menyebabkan kanker paru – paru dan
kanker pleura. Dan kanker kulit banyak ditemukan pada pekerja cat dan pekerja yang
membersihkan cerobong asap karena adanyakandungan senyawa hidrokarbon.
2.2.6. Tempat tinggal
Resiko terjadinya kanker juga bervariasi berdasarkan tempat tinggal
seseorang. Variasi geografik dalam resiko kanker ini agaknya melibatkan banyak
faktor, yaitu gabungan dari genetik, makanan dan lingkungan.
2.2.7. Virus
Beberapa virus diketahui menyebabkan kanker pada manusia dan virus
lainnya dicurigai sebagai penyebab kanker. Virus penyebab kanker ini disebut juga
virus onkogenik. Misalnya virus papilloma yang menyebabkan kutil genetalis
sitomegalo menyebabkan sarkoma kaposi, virus hepatitis B dan hepatitis C bisa
menyebakan kanker hati meskipun karsinogen ataupun promotornya tidak diketahui.
2.2.8. Infeksi
Infeksi oleh parasit schistosoma (bilharzia) bisa menyebakan kanker kandung
kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Tetapi penyebab iritasi
menahun lainnya tidak menyebabkan kanker. Infeksi oleh clonorchis, yang terutama
banyak ditemukan di timur jauh, bisa menyebabkan kanker pankreas dan saluran
empedu.
2.2.9. Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh yang berfungsi
mengatur kegiatan alat – alat tubuh. Diethyl stilbestrol, suatu hormon seks buatan
yang umumnya digunakan untuk menggemukkan hewan ternak, terbukti sebagai
penyebab timbulnya kanker rahim, payudara, dan alat reproduksi lainnya.
Pada beberapa penelitian, diketahui bahan pemberian hormon tertentu secara
berlebihan dapat menimbulkan kanker pada organ tubuh yang dipengaruhinya, seperti
payudara, rahim, indung telur, dan prostat. Pengaruh hormon sehingga dapat
menyebabkan kanker belum dapat diketahui dengan pasti.
2.3. Proses terjadinya kanker
Salah satu faktor terbentuknya kanker karena adanya sel epitel yang terus
berkembang (berpoliferasi). Saat berpoloferasi, genetik sel bisa berubah akibat
terhadap proses poliferasi sel. Perubahan sel menjadi ganas juga melibatkan gen –
gen yang mengatur pertumbuhan sel. Akibatnya, sel berkembang tidak terkendali.
Menurut Junaidi (2007) perkembangan sel normal menjadi sel kanker melalui
tiga tahap seperti berikut:
Tahap 1 ( tahap insisi)
Pada tahap ini terjadi perubahan genetik yang menetap akibat ransangan
bahan atau agen inisiator yang menimbulkan proses insisi. Perubahan yang terjadi
irreversibel.
Tahap 2 ( tahap promosi)
Pada tahap ini terjadi perubahan kearah pra – kanker akibat bahan – bahan
promotor. Perubahan terjadi akibat pengaruh promotor yang berulang ulang dan
dalam jangka waktu lama. Tahap ini reversibel, artinya resiko timbulnya kanker akan
hilang bila promotornya dihilangkan.
Tahap 3 ( tahap progresif)
Telah terjadi pertumbuhan kanker, sudah meluas ( invasif), dan beranak sebar
ketempat yang jauh (metastasis).
2.4. Penatalaksanaan Medik
Otto (2005) menjelaskan empat metode primer untuk terapi kanker adalah
pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi dan lain – lain.
2.4.1. Pembedahan
Penangana primer melibatkan pengangkatan kanker ganas dan batas jaringan normal.
batas jaringan normal. Eksisi luas atau diseksi en bloc melibatkan pengangkatan
kanker primer, kelenjar getah bening regional, jalur limfatik yang brhubungan dan
struktur berdekatan yang terkena. Eksisi luas diperlebar, yang mengangkat infiltrasi
tumor yang luas pada daereah tertentu. Terapi pembedahan kanker in situ di capai
dengan beberapa teknik pembedahan khusus.
Terapi adjuvan melibatkan pengangkatan jaringan untuk mengurangi resiko insidensi
kanker, progresivitas, atau kekambuhan. Terapi penyelamatan melibatkan
penggunaan pendekatan primer lebih sempit. Terapi paliatif digunakan untuk
mengurangi penyakit atau sebagian terapi gejala yang berhubungan tanpa mencoba
untuk mengobati kanker secara pembedahan. Terapi kombinasi melibatkan
penggunaan pembedahan dengan terapi lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan reseksi tumor, mengurangi perluasan tumor yang diangkat, membatasi
perubahan penampakan fisik dan kemampuan fisik, dan meningkatkan hasil terapi.
Teknik pembedahan khusus meliputi elektrosurgery, cryosurgery, chemosurgery,dan
laser.
2.4.2. Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi pancaran atau partikel – partikel terionisaso tinggi
umtuk mengobati kanker. Terapi ini merupakan terapi lokal yang digunakan sendiri
maupun secara kombinasi dengan terapi lainnya, seperti pembedahan, kemoterapi,
atau terapi keduanya. Hampir 60 % kanker akan mendapat terapi radiasi pada suatu
2.4.3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat – obatan sitotoksi dalam terapi kanker.
Kemoterapi dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas: pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang dapat memberikan penyembuhan,
pengontrolan, dan peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan
terpisah atau bersama – sama dengan modalitas lain. (Otto,2005).
2.5. Komplikasi
Komplikasi akibat penyakit kanker bisa terjadi karena:
2.5.1. Akibat pertumbuhan tumor ganas yang invasif.
Pertumbuhan sel kanker dapat menekan (kompresi) organ – organ tubuh disekitarnya
sehingga menyebabkan luka (erosi). Bahkan luka tembus (perforasi).
2.5.2. Akibat tidak langsung kanker
Secara tidak langsung kanker menyebabkan banyak gangguan seperti demam, berat
badan menurun, tidak nafsu makan, kurang darah( anaemia), terasa lemas, maupun
daya tahan tubuh menurun.
2.5.3. Akibat pengobatan
Pengobatan dengan sitostatika bisa menimbulkan demam hingga menggigil, pada
beberapa obat tertentu efek tersebut dimulai 6 jam setelah pamberian obat. Selain itu
pengobatan dengan sitostatika dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada sum –
sum tulang hingga jumlah sel darah putih menurun (leukopenia). Keadaan ini
2.6. Perubahan Pada Penderita Kanker
Keliat (1998) Pada wanita yang menderita kanker akan mengalami berbagai
pergeseran dan perubahan dalam hidupnya, baik mengalami perubahan citra tubuh,
ataupun lainnya dan jika perubahan ini tidak dapat diterima maka kualitas hidup akan
menurun secara drastis. Adapun pergeseran dan perubahan tersebut adalah sebagai
berikut:
2.6.1. Perubahan Fisik
Proses perubahan yang terjadi pada klien kanker dapat dibagi menjadi dua
tahap yaitu tahap awal perubahan yang terjadi setelah diagnosa, operasi dan terapi
sedangkan tahap kedua terjadi pada saat proses integrasi dari perubahan pada struktur
konsep diri. Perubahan yang terjadi secara fisik pada klien seperti nyeri, sengsara,
kematian, biaya perubahan struktur tubuh karena pembedahan ataupun efek dari
kemoterapi serta perubahan yang diakibatkan karena proses penyakit itu sendiri, yang
akan membawa klien ke konsep diri negatif seperti malu, menarik diri, rendah diri,
kontrol diri kurang, takut, pasif, asing terhadap diri dan frustasi (Keliat, 1998).
Nyeri merupakan suatu masalah subjektif yang sangat mengganggu penderita
disamping badan lemas, tidak ada nafsu makan, dsb. Sedangkan masalah objektif
yang mengganggu ialah ulkus yang berbau,sesak nafas, dsb. Rasa nyeri itu sangat
menurunkan kualita hidup penderita. (Sukardja, 2000).
Sukardja(2000) Wanita yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat
menjadi stres dan merasa dirinya akan cepat mati, dalam keadaan yang menyedihkan
dengan meninggalkan suami, anak, keluarga, atau teman tercinta, yang belum rela ia
tinggalkan. Gejala-gejala psikologis tersebut adalah penolakan terhadap penyakitnya,
perubahan emosi, perubahan kognitif, kecemasan, mudah tersinggung, motivasi,
perilaku gelisah, cemas, stres dan depresi.
Penderita kanker sering kali mengingkari (menolak) bahwa penyakitnya
adalah penyakit yang serius, ia mengharapkan dokter salah mendiagnosa. Terkadang
respon ini menimbulkan respon buruk terhadap penderita kanker seperti:
ketidakmampuan membedakan gejala yang serius, terlambat mencari informasi, tidak
mengikuti program terapi, tidak menggunakan sumber daya yang tersedia,
menyalahkan orang lain, penyesuaian diri yang panjang dan buruk.
Selain itu setelah ia mengetahui penyakitnya tidak ada harapan lagi untuk
disembuhkan penderita sering marah – marah terhadap kenyataan yang dihadapi dan
bertanya kenapa ia menderita kanker, kenapa ia mesti mati, kenapa ia mesti begini,
apa salahnya, dsb. Penderita kanker mudah tersinggung. Apa saja yang dilakukan
orang padanya semua serba salah, ia menjadi benci dan memusuhi dokter yang tidak
mampu menolongnya dan menganggap dokter tidak mampu mengobatinya dengan
sungguh – sungguh, dan respon ini dapat menimbulkan frustasi pada penderita
Setelah menyadari bahwa penyakitnya semakin parah, penderita kanker sering
sekali melakukan tawar – menawar dalam hidupnya supaya ia dapat hidup dan sehat.
Ia berjanji hal - hal yang tidak masuk akal bila sembuh nanti. misalnya ia akan
menjadi orang yang baik, akan menyumbang ini itu, akan berziarah ke tempat
tertentu, dsb.
Menghadapi penyakitnya yang semakin memburuk penderita kanker sering
menjadi depresif, menjadi murung, pendiam, tidak mau makan, mudah menangis,
merasa dirinya tidak berguna lagi untuk hidup yang hanya memberikan beban bagi
keluarganya. Banyak hal – hal yang tidak logis mengganggu pikirannya. Yang dapat
menimbulkan penderita merasa takut. Perasaan takut yaitu takut akan menghadapi
kenyataan yang ada, takut akan operasi, takut akan biaya pengobatan yang mahal,
takut akan penyakitnya diketahui orang lain, takut meninggalkan keluarga, takut
dicerai suaminya,dsb.
Depresi mental yang dihadapi penderita kanker umumnya terjadi karena
kurang pengetahuannya terhadap kanker atau salah presepsi akan penyakit kanker ini.
2.6.3. Perubahan Hubungan Sosial
Keliat (1998) menyebutkan keadaan sosial yang dirasakan penderita kanker
yaitu takut akan kehilangan peran dan fungsi seksual,yang dapat mempengaruhi
gangguan citra diri,harga diri rendah, perubahan peran, sikap, keyakinan, dan konsep
yang salah, kecemasan, atau depresi.
Citra diri merupakan komponen yang mempengaruhi harga diri. Kanker akan
mengakibatkan perasaan tidak adekuat dalam fungsi seksual. Kecemasan dan depresi
sering menguasai klien kanker, cemas akan masa yang akan datang terutama terjadi
pada saat diagnosa, kambuh, dan timbul efek dari terapi. Kecemasan dan depresi
mempengaruhi fungsi seksual yaitu menurunnya perhatian pada seksual, libido,
perubahan keinginan untuk berhubungan seksual dapat berubah pada saat ini karena
merasa tidak pantas untuk melakukan hubungan seksual karena masih sakit. Sebagian
pasangan takut akan efek terapi karena perasaan wanita terhadap perubahan bentuk
tubuh.
Penderita kanker menganggap dirinya tidak dapat lagi berperan seperti peran
biasanya sebagai istri, orang tua, pekerja, yang terganggu oleh kanker dan terapi.
Penderita merasa tidak berarti karena tidak dapat berperan seperti sediakala.
2.6.4. Perubahan Lingkungan
Peran diri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto & Wartonah, 2003). Hal ini
dipengaruhi oleh citra diri, identitas diri berupa jenis kelamin dan konsep diri.
Sebagai komponen dari konsep diri, peran seseorang berubah-ubah baik pada masa
sekolah, ataupun dalam berkarir. Peran yang umumnya bersifat menetap adalah
menjadi seorang wanita dan kemungkinan menjadi ibu atau istri, (Berger & Williams,
1992).
Setiap wanita mempunyai berbagai peran yang penting dalam kehidupannya
baik sebagai istri, orangtua, ataupun pekerja. Namun, apabila wanita tersebut
sediakala karena klien mengalami gejala yang sangat kompleks dan proses
penatalaksanaan penyakit dapat mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari ( Keliat,
1998).
Wanita yang menderita kanker setelah kembali dari rumah sakit biasanya
merasa kurang berfungsi, dan kurang di terima di masyarakat, dan sulit kembali
hidup normal di keluarga dan masyarakat. Wanita yang menderita kanker biasanya
merasa mendapatkan tekanan dari orang di sekelilingnya, menganggap penyakit
kanker penyakit yang menular, atau penyakit keturunan, atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan.(Sukardja,2000)
3. Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker
Wanita yang menderita penyakit kanker dapat dipengaruhi beberapa faktor:
riwayat keluarga,kelainan kromosom,faktor lingkungan, makanan,bahan kimia,
tempat tinggal,virus, infeksi, hormon. Wanita yang menderita penyakit kanker akan
mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan yang menimbulkan berbagai
keluhan baik fisik maupun psikis yang akan mempengaruhi kualitas hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup itu adalah jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan dengan orang lain, dan standar
referensi.
Berdasarkan konsep WHOQOL – BREF kualitas hidup terdiri dari empat
aspek yang dapat dijadikan untuk mengukur kualitas hidup, yaitu dimensi kesehatan
kualitas hidup ini akan dapat diketahui, apakah kualitas hidup seseorang tersebut
baik, atau buruk. Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah bagaimana kualitas
hidup wanita yang menderita penyakit kanker, apakah kualitas hidupnya baik,atau
buruk yang mencakup aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologi, hubungan
sosial dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu usia,
pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan penghasilan dijadikan untuk data
karakteristik responden. Data berdasarkan karakteristik responden tidak diteliti, tetapi
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan
kualitas hidup wanita yang menderita penyakit kanker di RSUD dr. Pringadi Medan
yang mencakup aspek kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan
lingkungan yang telah diuraikan sebelumnya berdasarkan konsep WHOQOL – BREF
menurut WHO. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjuan kepustakaan maka
kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar. 3.1 Kerangka Penelitian Kualitas Hidup Wanita yang menderita penyakit kanker
- Dimensi kesehatan fisik
- Dimensi psikologi
- Dimensi hubungan social
- Dimensi lingkungan
Karakteristik Responeden: Riwayat Penyakit saat ini:
2. Defenisi Operasional
Tabel. 3.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Defenisi
Operasional
antara saat lahir sampai
responden saat
pengambilan data
Kuisoner 1. Menikah
2. Janda
3. Tidak Menikah
Nominal
6. Pendidikan Jenjang
7. Pekerjaan Jenis pekerjaan
8. Penghasilan Imbalan balas jasa
yang diperoleh penyakit dari hasil
penilaian dokter
dengan
10. Stadium suatu keadaan dari
hasil penilaian saat pertama kali didiagnosa sampai saat pengumpulan data.
Kuisoner 1. Kemoterapi
2. Bedah pengambilan data.
Kuisoner 1. < 1 Tahun
2. >1 Tahun
Hipotesa :
Ha : Ada perbedaan kualitas hidup pada wanita yang menderita penyakit kanker
berdasarkan karateristik demografi dan riwayat penyakit saat ini.
Ho : Tidak ada perbedaan kualitas hidup pada wanita yang menderita penyakit
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
`1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif analitik
yang bertujuan untuk mengetahui / menganalisis gambaran kualitas hidup wanita
yang menderita penyakit kanker.
2.Populasi dan Sampel 2.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang menderita penyakit kanker
yang dirawat di RSUD dr. Pringadi Medan. Total populasi pasien kanker pada wanita
di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2011 adalah 297 orang. Jika diperkirakan jumlah
penderita kanker pada tahun 2012 sama dengan tahun 2011 sehingga dengan jangka
waktu pengumpulan data 3 bulan diperkirakan populasi wanita penderita kanker di
RSUD dr. Pringadi Medan pada waktu pengumpulan data dilakukan adalah 75 orang.
2.2. Sampel Penelitian
Dalam Notoatmodjo (2005) untuk populasi kecil atau lebih besar dari 10.000,
n = N
1+N (d2) keterangan :
N = besar populasi
n = Besar Sample
d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang
diinginkan (0,05)
Dengan menggunakan rumus tersebut maka besar sample dalam penelitian ini adalah
n = 75
1+75 (0.05²) = 63,15
= 63 Responden
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Non probability
sampling yaitu convinience sampling dengan penetapan subjek penelitian dilibatkan
atas dasar hal – hal yang mengenakan peneliti. Sampling ini dipilih apabila kurangnya
pendekatan dan tidak memungkinkan untuk mengontrol bias ( Nursalam,2008).
Kriteria yang ditentukan untuk subjek penelitian adalah wanita yang telah didiagnosa
menderita penyakit kanker, tidak dalam keadaan nyeri pada saat wawancara, dapat
berbahasa Indonesia, serta bersedia menjadi responden.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pringadi Medan di
ruang rawat inap Bedah dan Ruang kemoterapi lantai VI
3.2.Waktu Penelitian
4. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian,setelah mendapatkan surat
izin penelitian dari Fakulitas Keperawatan Universitas Sumatera Utara maka peneliti
menyerahkan surat izin penelitian kepada pihak RSUD dr. Pringadi Medan.
Setelah izin didapatkan dari RSUD dr. Pringadi Medan maka peneliti
melaksanakan penelitian dengan memberikan Lembar persetujuan kepada responden
yang diteliti. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud,
tujuan, dan prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden. Responden yang
bersedia diteliti maka lebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed
consent). Responden yang menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden pada
lembar pengumpulan data yang akan diajukan pada reponden, lembar tersebut hanya
diberi inisial nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, berisikan
pertanyaan-pertanyaan kualitas hidup yang dikembangkan oleh WHO yaitu
WHOQOL – BREF berjumlah 26 butir. Bagian pertama instrumen Penelitian tentang
pengumpulan data demografi pasien yang meliputi: nomor responden, usia. Status,
pendidikan, Pekerjaan, penghasilan perbulan, jenis kanker yang diderita, lama
Bagian kedua berisi tentang pertanyaan yang dikembangkan oleh WHO yaitu
WHOQOL – BREF terdiri dari dua pokok yang berasal dari kualitas hidup secara
menyeluruh dan kesehatan secara umum. Pertanyaan tentang kesehatan secara umum
terdiri dari pertanyaan urutan ke 1, dan 2. Ada empat dimensi yamg digunakan untuk
menilai kualitas hidup, yaitu dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial, dan
lingkungan. Dimensi fisik terdiri dari pertanyaan urutan ke 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan
18. Dimensi psikologis terdiri dari pertanyaan urutan ke 5, 6, 7, 11, 19, dan 26.
Dimensi hubungan sosial terdiri dari pertanyaan urutan ke 20, 21, dan 22. Sedangkan
dimensi lingkungan terdiri dari pertanyaan urutan ke 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25.
Untuk menentukan kualitas hidup wanita yang menderita penyakit kanker dari
26 pertanyaan, maka dilakukan penyekoran menggunakan skala likert berdasarkan
lima kategori dengan poin 1-5, dan pertanyaan berfokus pada intensitas, frekuensi,
kepuasan dan evaluasi. Yang mana, intensitas mengacu kepada tingkatan dimana
status atau situasi yang dialami oleh individu. Pertanyaan ini juga dapat mengarah
kepada seberapa kuat yang dirasakan oleh individu. Pilihan jawaban untuk mengkaji
intensitas adalah tidak sama sekali (1), sedikit (2), sedang (3), sangat sering (4) dan
sepenuhnya dialami (5).
Frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau
tingkah laku. Waktu merupakan hal yang paling penting untuk pertanyaan ini, seperti
dalam periode waktu yang spesifik. Pilihan jawaban untuk mengkaji frekuensi adalah
tidak pernah (1), jarang (2), cukup sering (3), sangat sering (4), dan selalu (5).
Kepuasan mengacu pada tingkat dimana situasi yang dirasakan individu.
Pertanyaan ini juga dapat mengarah kepada seberapa puas situasi yang dirasakan oleh
individu. Pilihan jawaban yang berfokus pada kepuasan adalah sangat tidak
memuaskan (1), tidak memuaskan (2), biasa saja (3), memuaskan (4), dan sangat
memuaskan (5). Sedangkan evaluasi mengacu kepada taksiran dari situasi, kapasitas,
atau tingkahlaku. Pilihan jawaban yang berfokus pada evaluasi adalah sangat buruk
(1), buruk (2), biasa saja (3), baik (4), dan sangat baik (5).
Untuk mengidentifikasi kualitas hidup wanita yang menderita penyakit kanker
maka jumlah nilai mentah dari tiap-tiap dimensi dilakukan perhitungan. Setelah
dilakukan perhitungan, kemudian nilai dari tiap-tiap dimensi ditransformasikan dalam
nilai rentang 26 – 130.
6. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan oleh Wardani (2006) (dalam Sekarwiri,
2008) menyatakan bahwa kuesioner WHOQOL - BREF merupakan instrumen yang
valid dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas hidup. Uji validitas yang dilakukan
oleh Wardani (2006) uji validitas isi item dengan cara menghitung korelasi skor
masing-masing item dengan skor dari masing-masing dimensi WHOQOL – BREF.
dimensi (r = 0,409 – 0,850), sehingga dapat dinyatakan bahwa alat ukur WHOQOL –
BREF adalah alat ukur yang valid dalam mengukur kualitas hidup. Sedangkan uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Coefficient Alpha Cronbach,
mengahasilkan nilai R = 0,8756 sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur WHOQOL
– BREF adalah alat ukur yang reliabilitas dalam mengukur kualitas hidup.
Pada penelitian ini instrumen hanya dilakukan uji reliabilitas, yaitu untuk
memastikan adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata
lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali
pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode
alpha dengan bantuan komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan dengan jumlah
responden sebanyak 30 responden. Dari data diperoleh Coefficient Alpha Cronbach
0,738. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen ini reliabel untuk
mengukur kualitas hidup.
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Instusi
Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, peneliti selanjutnya
membawa surat permohonan penelitian kepada RSUD dr. Pringadi Medan
selanjutnya peneliti mendatangi calon responden yang memenuhi kriteria.
Peneliti menerapkan pertimbangan etik kepada calon responden. Jika calon
mengisi surat persetujuan penelitian (informed consent). Selanjutnya peneliti
melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode angket kualitas hidup.
Peneliti terlebih dahulu menjelaskan petunjuk pengisiannya dan memberikan
kuesioner data demografi dan kuesioner kualitas hidup wanita yang menderita
penyakit kanker. Responden juga didampingi peneliti menjawab pertanyaan, apabila
terdapat pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden, diberikan kesempatan
untuk bertanya. Setelah responden selesai mengisi kuesioner penelitian, peneliti
mengumpulkan kembali kuesioner tersebut. Demikian selanjutnya sampai semua data
terkumpul dan dilakukan analisa data.
8. Analisa Data
Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data, yang dimulai dari beberapa
tahap pertama Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan, sehingga dapat dipastikan bahwa responden telah
mengisi semua kuesioner.Tahap kedua Coding merupakan kegiatan pemberian kode
numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehinggga
memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Tahap ketiga Entry
merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel
atau database komputer, yaitu dengan menggunakan bantuan sistem komputer. Tahap
keempat Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dientri apakah ada
kesalahan atau tidak. Tahap kelima Saving adalah penyimpanan data untuk siap
Analisa data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan
menggunakan uji analisa statistik model analisis Independent simples T-test dan
One-Way Annova dengan taraf signifikan 0,05 (5%) Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan kualitas hidup berdasarkan karateristik demografi dan riwayat kesehatan
saat ini. Apabila hasil pengujian mendapatkan nilai p value <0,05 berarti hipotesa
diterima (hipotesa nol ditolak) maka dapat dikatakan terdapat perbedaan. Sebaliknya
jika nilai p>0,05 berarti hipotesa ditolak ( hipotesa nol diterima), maka dikatakan
tidak terdapat perbedaan (Arikunto, 2010).
Adapun data yang ditampilkan adalah untuk karakteristik responden dan
riwayat kesehatan saat ini data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan presentasi (%), untuk tabel kualitas hidup data ditampilkan dalam bentuk rentang
nilai berdasarkan dimensi, nilai mean, SD, nilai minimum, dan maximum,dan Untuk
tabel perbedaan kualitas hidup berdasarkan karakteristik responden dan riwayat
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini di bahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan selama 2
bulan yaitu dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober dengan jumlah
reponden 63 orang. Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan
berdasarkan data demografi dan data kualitas hidup di RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Pada saat pengambilan data mayoritas responden didampingi
keluarganya (suami, anak, dan lain – lain).
1.1.Karateristik Responden
Tabel 1 menunjukkan mayoritas usia wanita yang menderita penyakit
kanker adalah < 35 tahun yaitu sebanyak 46 orang (73%). Berdasarkan status
pernikahan mayoritas menikah sebanyak 55 orang (87,3%). Berdasarkan agama
mayoritas beragama Islam sebanyak 36 orang (57,1%), dan yang beragama
Kristen sebanyak 27 orang (42,9%). Berdasarkan suku, mayoritas bersuku
Batak sebanyak 30 orang (46%). Berdasarkan pendidikan mayoritas SMU
sebanyak 35 orang (55,6%).Berdasarkan pekerjaan mayoritas bekerja sebagai
IRT sebanyak 32 orang (50,8%). Berdasarkan penghasilan mayoritas
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karateristik Demografi Kualitas Hidup
Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Karateristik Demografi Frekuensi Presentasi % Usia < Rp. 1.650.000,00
Tabel 2 menunjukkan riwayat penyakit saat ini.mayoritas penyakit
yang diderita responden Ca mamae sebanyak 33 orang (52,4 %), dan
mayoritas reponden pada stadium 2 sebanyak 35 orang (55,6%), mayoritas
responden mendapatkan terapi pembedahan dan kemoterapi sebanyak 32
orang (50,8%). Dan pada umumnya responden menderita kanker selama > 1
tahun sebanyak 36 orang (57,1%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Riwayat Penyakit Saat Ini (N=63)
Riwayat Penyakit saat ini Frekuensi Presentasi Diagnosa Penyakit
Ca Mamae
Ca Organ Reproduksi Ca Organ Non Reproduksi
Stadium I
II III IV
Terapi yang di jalani Kemoterapi
Pembedahan
Kemoterapi dan Pembedahan Dan lain – lain
Lama menderita kanker <1 tahun 1.2. Pengukuran Kualitas Hidup
Tabel 3 menunjukkan nilai total kualitas hidup pada rentang skor 26 –
Tabel 3.
Distribusi Mean dan SD Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit
Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Variabel (N=63) Rentang Mean SD
Total kualitas hidup 26 – 130 81,59 6,601
Tabel 4 menunjukkan rentang skor, nilai mean dan standar deviasi, untuk
setiap dimensi kualitas hidup. Dimensi kesehatan secara umum didapatkan
nilai mean 6,67 (SD = 1,088), untuk dimensi fisik dengan nilai mean 21,62
(SD =2,296), dimensi psikologis dengan nilai mean 18,65 (SD =1,788),
dimensi sosial dengan nilai mean 9,73 ( SD 1,110), dimensi lingkungan 25,02
(SD 2,211).
Tabel 4.
Distribusi Mean, SD, Nilai Min, dan Max Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Berdasarkan Dimensi Kualitas Hidup.
Dimensi kualitas hidup Rentang Mean SD Min Max
Tabel 5 menunjukkan hasil uji beda dengan menggunakan tes Annova
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada skor total kualitas
hidup subjek berdasarkan usia, status pernikah, suku, agama, tingkat pendidikan,
Tabel 5.
Distribusi Mean, SD, P value Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Berdasarkan karakteristik Demografi Responden. < Rp. 1.650.000,00
Tabel 6 menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna
berdasarkan jenis kanker yang dialami, stadium yang dialami, terapi yang
dilakukan, dan lama menderita kanker.
Tabel 6.
Distribusi Mean, SD, P value Kualitas Hidup Wanita Yang Menderita Penyakit
Kanker Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Berdasarkan Riwayat Penyakit Saat ini.
Variabel Mean SD p value
Diagnosa Penyakit Ca Mamae
Ca Organ Reproduksi Ca Organ Non Reproduksi
Stadium I
II III IV
Terapi yang di jalani Kemoterapi
Pembedahan
Kemoterapi dan Pembedahan Dan lain – lain
2. Pembahasan
2.1. Karateristik Demografi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita yang menderita kanker
adalah pada kelompok usia > 35 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian
Tjokroprawiro (2006) menemukan penderita kanker lebih banyak pada usia > 40
tahun sebanyak (73,1%). Tjokroprawiro (2006) juga mengatakan usia tua bukan
suatu faktor resiko menderita kanker, tetapi dengan semakin meningkatnya usia
kemungkinan untuk terpapar bahan bahan karsinogen semakin besar. Selain itu
dengan menurunnya status imun seseorang sering dikaitkan dengan faktor usia.
Hal ini juga didukung oleh data Depkes RI yang menunjukkan penderita kanker
terbanyak pada golongan umur 40 – 49 tahun, kemudian golongan umur 50 – 59
tahun.
Dalam penelitian ini ditemukan suku Batak lebih banyak dari pada suku
lainnya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Amin (2008) yang
dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, RS Haji Medan, RS PTPN-II
Tembakau Deli Medan yang mendapatkan hasil penderita kanker payudara lebih
banyak pada suku Batak dari pada suku lainnya yaitu sebesar (50%). Hal ini terjadi
karena proporsi suku di Sumatera Utara lebih banyak pada suku Batak, dari pada
suku lainnya. Suhatno (2006) mengatakan bahwa aspek sosial budaya merupakan
faktor utama dalam mengkaji kausalitas penyakit maupun kebertahanan penyakit
dalam masyarakat. Karena tingkah laku dan pemahaman akan sakit dipengaruhi
berbeda karena nyeri adalah subjektif seorang penderita. Untuk memahami
keluhan nyeri yang biasanya diperbesar atau sebaliknya diperingan oleh masalah
sosial budaya.
2.2.Kualitas hidup wanita penderita kanker
Dari rentang skor 26 - 130 kualitas hidup wanita yang menderita penyakit
kanker yang diteliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan hasil perhitungan menunjukkan
nilai rata- rata total kualitas hidup adalah 81,59. Nilai rata – rata ini berada diatas
nilai tengah skor kualitas hidup yang berarti kualitas hidup wanita menderita
kanker tinggi karena nilai rata – ratanya diatas nilai tengah skor kualitas hidup.
Sementara Murtiwi (2005) dalam Manik (2008) menemukan bahwa kualitas hidup
penderita kanker dalam penelitiannya mempunyai kualitas hidup yang rendah.
Namun, dalam penelitian ini tidak dijelaskan sampelnya pria atau wanita, dan
Penilaian kualitas hidup tidak menggunakan kuisioner WHOQOL-BREEF tetapi
menggunakan versi Universitas Toronto yang berisi tentang fungsional responden
secara fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kualitas hidup wanita yang menderita
penyakit kanker berdasarkan karakteristik demografi (usia, status pernikahan,
suku, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan) dan riwayat penyakit saat ini
(jenis kanker, stadium, terapi yang dijalani, lama menderita kanker) tidak memiliki
nilai perbedaan yang bermakna. Padahal menurut Moons, dkk (2004) dalam
(Nofitri, 2009) usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.