LAPORAN TUGAS AKHIR
PROSEDUR DAN TATACARA MENGENAI SISTEM BARU PENOMORAN FAKTUR PAJAK YANG HARUS DIKETAHUI PENGUSAHA KENA PAJAK
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
O L E H
NAMA : FITRI APRILIA NIM : 102600087
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :
Nama : Fitri Aprilia
Nim : 102600087
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Prosedur Dan Tatacara Mengenai Sistem Baru
Penomoran Faktur Pajak Yang Harus Diketahui
Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan.
Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan
Administrasi Perpajakan
Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Indra Effendi Rangkuti Irwansyah, S.E., M.Si
S.Sos
NIP. 195608311986011001 NIP.196802181198031001
Dekan
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
KATA PENGANTAR
Segala Puji serta Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan serta
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan senantiasa memberikan petunjuk kepada
Penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Prosedur Dan Tatacara Mengenai Sistem Baru Penomoran Faktur Pajak Yang Harus Diketahui Pengusaha Kena Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan” ini dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk melesaikan Program Studi Diploma III Adminstrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini Penulis telah banyak menerima bantuan
moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak
yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya tugas akhir ini
untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Indra Effendi Rangkuti S.Sos selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Irwansyah Lubis selaku Supervisor dan Kepala Seksi Pengolahan Data
dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
6. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Sukiwan dan Ibunda Berita Ningsih,
yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, dan mendoakan
anak-anaknya. Semoga Allah SWT mengasihi dan mengampuni keduanya. Amin.
7. Teristimewa kepada Adikku yang tercinta serta Keluarga Besarku, terima
kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.
8. Buat teman-teman Della,Wina,Eki,Erie dan Abang Angga tersayang.
9. Buat seluruh Pegawai KPP Pratama Medan Belawan terima kasih atas
dukungan dan ilmu pengetahuan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
10.Buat teman-teman IMPROSAJA FISIP USU periode 2012-2013 terutama
Divisi Administrasi Kesekretariatan (Fitri, Aleksander, Rezky, Winda, Egy)
terima kasih atas pengalaman, pelajaran berorganisasi dan pertemanan yang
luar biasa.
11.Buat teman-teman sekelasku Tax B 2010 terima kasih telah menjadi keluarga,
sahabat dan kakak/abangku selama di DIII Administrasi Perpajakan FISIP
12.Buat teman-teman, Dosen, Pelaksana Brevet Batch IV Tax Centre FISIP
USU, terima kasih atas kebersamaan dan ilmunya. Semoga kami dapat
menjadi konsultan pajak yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini Penulis menyadari kekurangan dan
kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala
kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
deni kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata Penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan
magfirah-Nya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .. 6
C. Uraian Teoritis ... 8
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 16
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 17
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ... 19
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) ... 20
BAB II.GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
A. Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia ... 22
B. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan ... 23
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 28
E. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 30
F. Gambar Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 37
G. Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 38
BAB III. GAMBARAN DATA FAKTUR PAJAK A. Ketentuan – Ketentuan Umum Dan Tinjauan Praktik Faktur Pajak 40 B. Dasar Hukum Membuat Faktur Pajak ... 44
C. Saat Pembuatan Faktur Pajak ... 45
D. Penyerahan Terutang Pajak Pertambahan Nilai ... 46
E. Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 47
F. Ketentuan Pembuatan Faktur Pajak ... 48
G. Macam – Macam Faktur Pajak ... 50
H. Tatacara Pengisian Keterangan Pada Faktur Pajak ... 55
I. Kode Dan Nomor Seri Faktur Pajak ... 60
J. Tatacara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak Yang Rusak,Salah Dalam Pengisian, atau Salah Dalam Penulisan ... 63
K. Tatacara Penggantian Faktur Pajak Yang Hilang ... 65
BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Fungsi Dan Kewajiban Membuat Faktur Pajak Oleh Pengusaha Kena
Pajak ... 70
B. Prosedur Dan Tatacara Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak
Berdasarkan Peraturan Perundang – Undangan Terbaru ... 71
C. Hambatan – Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemberian Nomor Seri
Faktur Pajak Menurut Peraturan Perundang – Undangan Terbaru
Kepada Pengusaha Kena Pajak ... 80
D. Upaya – Upaya Yang dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan –
Hambatan Dalam Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak Kepada
Pengusaha Kena Pajak ... 81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 86
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus
dilewati dan wajib dilaksanakan bagi mahasiswa/i dalam memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Di dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri wajib bagi mahasiswa/i untuk
melakukan riset dan pengumpulan data yang nantinya akan diperlukan dalam
pembuatan Tugas Akhir.
Praktik Kerja Lapangan Mandiri akan saya laksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Belawan, dalam hal ini saya sangat tertarik untuk membahas
dan melakukan riset mengenai Prosedur dan Tatacara Mengenai Sistem Baru
Penomoran Faktur Pajak Yang Harus Diketahui Pengusaha Kenak Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
Faktur pajak merupakan dokumen admnistrasi Pajak Pertambahan Nilai yaitu
sebagai bukti pemungutan. Faktur Pajak sangat berperan penting dalam hal
pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai dimana pajak tersebut dapat dikreditkan oleh
pembeli Barang Kena Pajak (BKP)/ penerima Jasa Kena Pajak (JKP). Sebelum kita
Membahas lebih lanjut mengenai faktur pajak sebaiknya terlebih dahuu kita harus
memahami pengertian Pajak,Pajak Pertambahan Nilai dan Faktur Pajak.
Pengertian pajak menurut Undang - Undang Perpajakan yang terdapat pada
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Pertambahan nilai adalah Pajak atas komsumsi atas Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean.
Berdasarkan Undang - Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun
2009 : Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena
pajak.
Pajak adalah primadona sumber penerimaan negara yang masih unggul
diposisi teratas sebagai sumber penerimaan negara meskipun penerimaan pajak untuk
tahun 2012 sedikit meleset dari target. Penerimaan perpajakan pada tahun 2012
mencapai Rp 980 triliun, lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1.016
triliun walaupun sedikit menurun namun sudah dapat dikatakan baik karena ditengah
pertumbuhan penerimaan pajak sebagai perlambatan ekonomi global dari sejumlah
bagi kas Negara adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk penerimaan pajak
tahun 2012.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang sudah mulai diberlakukan secara efektif
sejak 1 April 1985 telah menunjukkan perannya di bidang perpajakan dengan
memberikan kontribusi yang baik terhadap penerimaan negara melalui pajak bahkan
sampai saat ini. Jika bicara Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maka tidak terlepas dari
Pengusaha Kena Pajak,pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa
Kena Pajak (JKP) atau pihak penerima Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak
(JKP).
Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42
Tahun 2009 ditetapkan bahwa setiap Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur
Pajak pada saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP). Faktur
Pajak adalah dokumen dalam administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
perannya sebagai bukti pemungutan pajak yang wajib dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP) dan Ekspor Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa kena Pajak (JKP). Ada
terdapat tiga ( 3 ) jenis Faktur Pajak yaitu Faktu Pajak, Faktur Pajak Gabungan dan
Dokumen tertentu dipersamakan dengan Faktur Pajak. Wajib Pajak yang diwajibkan
untuk membuat Faktur pajak adalah Orang pribadi/Badan yang telah dikukuhkan
Sebagai Pengusaha Kena Pajak seperti yang tercantum di Undang - Undang
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 5
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 1983 dan perubahannya, tidak termasuk
Pengusaha Kecil yang batasnya di tetapkan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
Pengusaha kecil yang memlilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. jadi
jika belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak diperbolehkan
memungut Pajak Partambahan Nilai (PPN) dan membuat faktur pajak. Dalam hal
faktur pajak yang telah dibuat, maka Pengusaha Kena Pajak tersebut harus
menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah dipungut ke kas Negara dan jumlah
pajak terhutang yang disetorkan harus sesuai dengan yang tercantum di faktur pajak.
Bagi penerima Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) yang telah dipotong
Pajak Pertambahan Nilai-nya dapat mengkreditkan Pajak masukannya sepanjang
faktur pajak tersebut memenuhi seluruh persyaratan sebagai faktur pajak yang sah/
bukan faktur pajak cacat.
Namun masih banyak wajib pajak yang kurang sadar untuk taat melaksanakan
kewajiban mereka dibidang perpajakan bahkan berusaha untuk dapat menghindar dari
pajak. Banyak sekali wajib pajak yang berusaha untuk mengecilkan jumlah pajak
terutang mereka, baik dengan cara legal ataupun ilegal berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan, salah satunya memanfaatkan fungsi faktur pajak itu
sendiri dengan cara membuat faktur pajak fiktif dimana faktur pajak itu dikeluarkan
tetapi pada kenyataannya tidak ada transaksi penyerahan barang kena pajak.Kasus
seperti inilah yang semakin marak terjadi dan sedikit mengancam panerimaan negara
kasus-kasus faktur pajak fiktif, Direktorat Jenderal Pajak membuat suatu kebijakan yaitu
menerbitkan sistem baru dengan cara mengubah otorisasi penomoran faktur pajak
dimana pemberian nomor seri faktur pajak dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 dan
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-52/PJ/2012 yang terbit tanggal 22 November.
Jika dulunya penomoran faktur pajak dapat diterbitkan dengan leluasa oleh
Pengusaha Kena Pajak mulai 1 April 2013 sistem tersebut telah diubah. Direktorat
Jenderal Pajak melakukan registrasi ulang terhadap pengusaha kena pajak (PKP)
sehingga mereka yang mengeluarkan faktur pajak benar - benar yang menyetorkan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) begitu juga sebaliknya bagi pihak penerima Barang
Kena Pajak/Jasa Kena pajak dapat mengkreditkan pajak masukannya sesuai dengan
faktur pajak yang nyata dan bagi mereka yang tidak menyetor pajak dicabut status
Pengusaha Kena Pajak-nya.
Begitu pentingnya peran faktur pajak untuk memproteksi penerimaan negara
sehingga di buat aturan baru mengenai penomoran faktur pajak untuk menutup celah
akan terjadinya kecurangan dibidang perpajakan karena betapa pentingnya pajak
untuk penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat
menuju kesejahteraan dan pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi
masyarakat, maka dari itu penulis tertarik mengambil judul untuk Tugas Akhir
dengan judul “ Prosedur dan Tata Cara Mengenai Sistem Baru Penomoran Faktur
Pajak Yang Harus Diketahui Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Untuk mengetahui fungsi dan kewajiban membuat faktur pajak oleh
pengusaha kena pajak
b. Untuk mengetahui prosedur pemberian nomor seri faktur pajak
berdasarkan peraturan perundang - undangan terbaru
c. Untuk mengetahui hambatan - hambatan dalam pelaksanaan pemberian
Nomor Seri Faktur Pajak menurut peraturan perundang - undangan
terbaru kepada Pengusaha Kena Pajak
d. Untuk mengetahui upaya - upaya yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan-hambatan dalam pemberian Nomor Seri Faktur Pajak kepada
Pengusaha Kena Pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1Bagi Mahasiswa/i.
a. Mahasiswa/i dapat mengetahui proses pelaksanaan Prosedur dan Tata
Cara Penomoran Faktur Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan
b. Meningkatkan profesionalitas, memperluas wawasan dan memantapkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu
di bidang perpajakan khususnya dalam Prosedur dan Tatacara Penomoran
c. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah diperoleh kedalam
permasalahan perpajakan khususnya tentang Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
d. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan
kedisiplinan dalam bekerja.
e. Meningkatkan kerjasama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
a. Memperoleh ide – ide dan upaya untuk mendisiplinkan administrasi Pajak
Pertambahan Nilai dalam hal penomoran Faktur Pajak guna
meningkatkan kepatuhan Pengusaha Kena Pajak.
b. Membantu Direktorat Jenderal Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan untuk mensosialisasikan mengenai sistem baru
penomoran faktur pajak kepada masyarakat.
c. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
2.3Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan hubungan Kerjasama dengan instansi-instansi Pemerintah,
khususnya dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama
perkuliahan.
c. Membuka Interaksi antara dosen dan instansi Pemerintah khususnya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
d. Meningkatkan ide - ide dan masukan untuk penyempurnaan kurikulum
sehingga mammpu mencapai standar mutu pendidikan yang baik.
e. Promosi Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Dalam membahas pengertian pajak,banyak para ahli memberikan batasan
mengenai pengertian pajak.:
a. Prof.Dr.P.J.A. Adriani yang sudah diterjemahkan oleh R.santoso
Brotodiharjo,SH.
“Pajak adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan ) yang terutang
mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk,dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.(Waluyo,2010:2)
b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang_undang
(dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi),
yang langsung dapat ditunjukan dan dapat digunakan untuk membiayai
penggunaan umum (Bohari, 1984:31).
c. Prof. Dr. M.J.H. Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang
dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah ( Suandy,2008:9 ).
d. Pengertian pajak menurut Undang - Undang Perpajakan yang terdapat pada
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang,dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak ada dua, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara),
artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan dan fungsi
regularend (pengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta
mencari tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan (Resmi,2008:3)
3. Pembagian Pajak
3.1. Berdasarkan Gologan
a. Pajak Langsung
Adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak, dimana tidak dapat
dibebankan/dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Tidak Langsung
Adalah pajak yang pelimpahannya dilimpahkan oleh yang membayar
pajak kepada orang lain ( konsumen ).Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.
3.2. Berdasarkan Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Adalah pajak yang patokannya pada subjeknya, yaitu kepada wajib pajak
b. Pajak Objektif
Adalah pajak yang patokannya kepada objek yang dikenai pajaknya, yaitu
ditemukan dulu objeknya apa.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.( Waluyo,2010:12)
3.3. Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya
a. Pajak yang dipungut oleh pusat
Adalah pajak yang kewenangannya dipungut oleh pemerintah pusat, yang
digunakan untuk pembangunan dan pengeluaran Negara (baik di pusat
maupun daerah).Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan sektor kehutanan,perkebunan dan
pertambangan, dan Bea Materai
b. Pajak yang dipungut oleh daerah
Adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan dearah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .
Pajak Daerah Dibagi atas 2 bagian yaitu
1. Pajak Provinsi yang terdiri Atas:
a) Pajak Kendaraan Bermotor;
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
d) Pajak Air Permukaan;
e) Pajak Rokok ;
2. Pajak Kabupaten/Kota
a) Pajak Hotel;
b) Pajak Restoran;
c) Pajak Hiburan;
d) Pajak Reklame;
e) Pajak Penerangan Jalan;
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g) Pajak Parkir;
h) Pajak Air Tanah;
i) Pajak Sarang Burung Walet;
j) Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan;
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;
4. Pengertian Pengusaha
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terdapat pada pasal
1 angka 14.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,mengimpor
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean melakukan usaha jasa termasuk
mengekspor jasa,atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
5. Pengertian Pengusaha Kena Pajak
Berdasarkan Undang – undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terdapat pada pasal
1 angka 15.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai dan perubahannya.
6. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
di dalam negeri (di dalam Daerah Pabean),baik konsumsi barang maupun
jasa.
b. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan
atas konsumsi di dalam negeri (di dalam Darah Pabean) yaitu berupa barang
mewah.(Agung,2011:4)
7. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang
b. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha
d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean, atau
e. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
f. Impor Barang Kena Pajak
g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha/pekerjaan oleh orang pribadi/badan.
h. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada
saat perolehannya dapat dikreditkan. (Sukardji,2010:23)
8. Pengertian Faktur Pajak
Berdasarkan Undang – undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terdapat pada pasal
1 angka 23.
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan
9. Jenis – jenis faktur pajak
1. Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
Penyerahan Jasa Kena Pajak. Termasuk faktur penjualan yang memuat
keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan yang dapat
dipersamakan sebagai faktur pajak.
2. Faktur Pajak Gabungan
Faktur pajak gabungan adalah faktur pajak yang meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender.
3. Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak
adalah :
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB)
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP)
d. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi
e. Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa
kepelabuhan
f. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik
h. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP
tidak berwujud atau JKP dari luar daerah Pabean. (Booklet Pajak
Pertambahan Nilai,2010: 13)
10. Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK)
Pajak Masukan merupakan pajak yang dapat dikreditkan melalui Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak, yang berdasarkan Pasal 1 angka
24 dan Pasal 1 angka 25 Undang - Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor
42 Tahun 2009.
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena
Pajak dan/ atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar daerah pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.
Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak
berwujud, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau ekspor Jasa
Kena Pajak.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis
Penulis membahas mengenai :
1. Fungsi dan Kewajiban membuat Faktur Pajak
2. Prosedur dan Tatacara Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak menurut
Peraturan Perundang – undangan yang terbaru kepada Pengusaha Kena
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
3. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian Nomor
Seri Faktur Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak.
4. Upaya - upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan pemberian Nomor Seri Faktur Pajak kepada
Pengusaha Kena Pajak.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan penentuan judul sebanyak 3 (tiga) judul
dan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan
kemudian mengajukan judul dan tempat PKLM yang telah ditentukan
kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.Kemudian judul yang kita ajukan akan disetujui salah satunya
oleh Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. Setelah
adalah mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal.Setelah proposal
selesai maka setiap mahasiswa akan melaksanakan seminar,di seminar
itulah kita tahu dimana letak kesalahan proposal kita dan harus diperbaiki.
Setelah diperbaiki lalu proposal tersebut diajukan kepada dosen
pembimbing sementara untuk disetujui proposal tersebut,setelah disetujui
kita akan mendapatkan dosen pembimbing tetap jika proposal kita juga
sudah disetujui oleh dosen pembimbing tetap kemudian membuat surat
permohonan PKLM untuk tugas akhir.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
pustaka seperti undang - undang,buku - buku pajak, dan literatur lain yang
berhubungan dengan Faktur Pajak.
3. Obervasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, mengenai Prosedur dan
Tatacara Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak , dalam hal ini penulis
memberikan suatu pengantar untuk melaksanakan data yang akan diminta
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai Faktur Pajak khususnya
pemberian nomor seri faktur pajak melalui data Primer yaitu data yang
kajian dan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi Ilmiah
dan Dokumentasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis
melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan keterangan mengenai
pajak yang berhubungan dengan sistem baru penomoran faktur pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
F.Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Wawancara (Interview)
Kegiatan mengumpulkan,mencari data dan informasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan objek kajian secara
langsung atas lisan maupun tulisan kepada pihak-pihak yang memahami objek
kajian, khususnya kepada pihak Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan
dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
Faktur Pajak dan data lain yang diperlukan melalui Kantor Pelayanan Pajak
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir Ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara sigkat alasan penulis
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Tujuan
dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), uraian
teoritis Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik
Kerja lapangan Mandiri (PKLM), metode pengumpulan data
dan sistematika Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Perpajakan
Indonesia,sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan, Visi dan Misi,Stuktur Organisasi, Uraian
Tugas dan Fungsi serta gambaran data pegawai di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
BAB III : GAMBARAN DATA FAKTUR PAJAK
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan faktur pajak, antara lain penjelasan
pengisian faktur pajak dan prosedur pemberian nomor seri
faktur pajak kepada Pengusaha Kena Pajak oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori
yang ada dengan data yang diperoleh dilapangan melalui
PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
untuk menjawab perumusan masalah yang telah diajukan, yaitu
mengenai Prosedur dan Tatacara Mengenai Sistem Baru
Penomoran Faktur Pajak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang
berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat memberikan
informasi kepada Wajib Pajak mengenai sistem baru
penomoran faktur pajak yang diberlakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak untuk meminimalisir kecurangan yang
dilakukan Pengusaha Kena Pajak.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
A.Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia
Negara Indonesia yang merupakan bekas jajahan pemerintah Hindia Belanda,
undang-undang perpajakan merupakan warisan dari penjajahan tersebut. Sejarah
Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu :
1. Periode Sebelum Kemerdekaan
Periode sebelum kemerdekaan ini diawali sejak Indonesia dikuasai
oleh pemerintah Hindia Belanda, peraturan perundang-undangan perpajakan
dibuat semata-mata hanya menghimpun dana sebesar-besarnya bagi
pemerintah dalam rangka mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya
ditanah air Indonesia.
2. Periode Sesudah Kemerdekaan
Periode ini dibagi atas dua tahap, yaitu :
a. Dimulai tanggal 17 Agustus 1945 s.d 31 Desember 1983
b. Dimulai tanggal 01 Januari 1984 s.d sekarang
Peraturan perundang - undangan yang berlaku pada masa periode
sebelum kemerdekaan masih tetap berlaku setelah kemerdekaan. Namun
dilakukan beberapa perubahan disesuaikan dengan tuntutan rakyat
perubahan dan tambahan tetapi pada dasarnya masih berlandaskan pada
falsafah warisan.
Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dulunya bernama
Kantor Inpeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung mulai bulan juni 1976 sampai
dengan sekarang Kantor Inpeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak.
B.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor
Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di
lingkungan Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara dan
berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.
KPP Medan Belawan meliputi kecamatan :
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Marelan
3. Kecamatan Medan Labuhan
4. Kecamatan Medan Deli
Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan :
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja KPP
Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat)
kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.
Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak
Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor
17 A
2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30
Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi
Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:
1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan
2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran
Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah
namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor
Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A
Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
Kemudian dengan SK No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung
tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan
Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi
menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia
Nomor 17 A Medan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A Medan
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor
7 A Medan
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 17 A Medan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A Medan.
Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan
Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sesuai dengan surat edaran No.SE –
19/PJ/2007 tentang persiapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama ,pada tahun 2007-2008 Kantor Pelayanan Pajak diubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama untuk seluruh Indonesia. KPP Pratama adalah jenis KPP
yang sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan No.132/PMK/2006.
Berdasarkan surat – surat tersebut maka KPP Medan Belawan berubah menjadi KPP
Pratama Medan Belawan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada
dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi
Direktorat Jenderal Pajak.
Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi
kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and
Time-Based). DJP membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur
daripada visi-visi sebelumnya.
Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:
VISI
“Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”
Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan
tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan
eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga
transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar
semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal
Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di
MISI
“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai
penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat”
D.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara
jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan. Dengan
adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan wewenang
setiap anggota. Tujuannya adala untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang
berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan
adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari
jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP
Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada
lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri
dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:
2. Kecamatan Medan Labuhan
3. Kecamatan Medan Marelan
4. Kecamatan Medan Deli
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi
seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh
seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala
sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.
Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut sebagai
berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
E.Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai
dengan 61. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan menyelenggarakan fungsi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan
dan perhutanan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan ekstensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan
12.Pembetulan ketetapan pajak
13.Pelaksanaan administrasi kantor
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
a. Kepala Kantor
KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Karipka. Maka kepala
KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak
Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.
Tugas Kepala Sub Bagian Umum
1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat
serta pelaksanaan tugas bendaharawan
2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan
pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait
3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin
4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan
2. Penyajian informasi perpajakan
3. Perekaman dokumen perpajakan
4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan
5. Pelayanan dukungan teknis komputer
6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
7. Pelaksanaan SI DJP serta penyiapan laporan kinerja
d. Seksi Pelayanan
1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan
2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan
3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat
lainnya
4. Memberikan penyuluhan perpajakan
5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak
6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan
e. Seksi Penagihan
1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan
pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.
2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan
Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah
mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.
Adapun tugas JSP adalah :
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS)
2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)
3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda
pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.
f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki
kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang - Undang
Ketentuan Umum Perpajakan. Ketentuan yang mengatur pemeriksaan pajak adalah :
1. Tatacara Pemeriksaan Pajak terdapat pada Pasal 31 UU KUP, KMK No.
545/KMK.04/2000, PMK No. 123/PMK.03/2006
2. Tatacara Penyegelan terdapat pada Pasal 30 UU KUP, Keputusan DJP No.
3. Tatacara Pemeriksaan Sederhana Kantor dan Lapangan terdapat pada
Keputusan DJP No. 741/PJ/2001
4. Tatacara Pemeriksaan Lapangan terdapat pada Keputusan DJP No.
722/PJ/2001, PER-123/PJ/2006
5. Tatacara Pemeriksaan Bukti Permulaan terdapat pada Keputusan DJP No.
02/PJ.7/1990, Kep-272/PJ/2002
g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan
2. Pendataan objek dan subjek pajak
3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak
terdaftar
2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
3. Penyusunan profil wajib pajak
4. Menganalisis kinerja wajib pajak
5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding
6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor
7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas
Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi
dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)
a. Kelurahan Kampung Besar
b. Kelurahan Martubung
c. Kelurahan Sei Mati
d. Kelurahan Pekan Labuhan
e. Kelurahan Tangkahan
f. Kelurahan Nelayan Indah
2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II)
a. Kelurahan Labuhan Deli
b. Kelurahan Rengas Pulau
c. Kelurahan Terjun
d. Kelurahan Tanah 600
e. Kelurahan Paya Pasir
3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III)
a. Kelurahan Tanjung Mulia
b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
c. Kelurahan Mabur
d. Kelurahan Kota Bangun
e. Kelurahan Titi Papan
4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV)
a. Kelurahan Sicanang
b. Kelurahan Belawan Bahari
c. Kelurahan Belawan Bahagia
d. Kelurahan Belawan I
e. Kelurahan Belawan II
f. Kelurahan Bagan Deli
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor.
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan
seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan
F. Gambar Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan,2013. KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
SUB BAGIAN UMUM
G.Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Adapun jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode
Desember 2012 berjumlah sebanyak 60.710 Wajib Pajak, yang terdiri dari :
Tabel 1
No Jenis Wajib Pajak Jumlah
1 Orang Pribadi 57.452
2 Badan 3.087
3 Bendaharawan 171
Jumlah 60.710
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan,2013.
Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak di KPP Pratama Medan
Belawan yang tercapai sampai Desember 2012 adalah :
Tabel 2
No Jenis Wajib Pajak Jumlah (%tercapai) Penerimaan YTD
1 PPh Non Migas 87,67 % 175.148.016.879
2 PPN dan PPnBM 196,53 % 140.694.009.319
3 PBB -1.549.705.800,00 % 15.497.059
4 Pajak Lainnya 767,74 % 102.108.875
5 PPh Migas 38.676.448
Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan
berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala
kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIPA) sebanyak 4
orang.
Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per
seksi/bagian/kelompokadalah sebagai berikut :
Tabel 3
No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai
1 Sub Bagian Umum 8
2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9
3 Pelayanan 11
4 Penagihan 3
5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
6 Ekstensifikasi Perpajakan 4
7 Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Pengawasan dan Konsultasi II 6
9 Pengawasan dan Konsultasi III 6
10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6
11 Fungsional 10
Jumlah 73
BAB III
GAMBARAN DATA FAKTUR PAJAK
A.Ketentuan - ketentuan Umum dan Tinjauan Praktik Faktur Pajak 1. Ketentuan - ketentuan Umum
Faktur Pajak tidak terlepas dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimana PPN
sudah mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah menunjukkan
perannya di bidang perpajakan dengan memberikan kontribusi yang baik terhadap
penerimaan negara melalui pajak bahkan sampai saat ini. Jika bicara Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) maka tidak terlepas dari Pengusaha Kena Pajak,pihak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) atau pihak penerima
Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP).
Faktur pajak merupakan dokumen administrasi dalam Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) yaitu sebagai bukti pemungutan. Faktur Pajak sangat berperan penting
dalam hal pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai dimana pajak tersebut dapat
dikreditkan oleh pembeli Barang Kena Pajak (BKP)/penerima Jasa Kena Pajak (JKP).
Kewajiban membuat faktur pajak adalah salah satu mata rantai kewajiban
pengusaha kena pajak (PKP) yang diawali dengan kewajiban melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP. Setelah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
maka setiap melakukan transaksi penyerahan barang, pengusaha tersebut wajib
memungut Pajak pertambahan nilai (PPN) dan membuat faktur pajak sebagaimana
yang telah diubah untuk ketiga kalinya yaitu Undang - Undang PPN Nomor 42 Tahun
2009.
Begitu pentingnya faktur pajak dalam transaksi penyerahan barang yang
dilakukan oleh PKP,sehingga Direktorat Jenderal Pajak membuat peraturan baru
mengenai sistem penomoran faktur pajak untuk penertiban administrasi PPN terutama
faktur pajak dalam rangka memproteksi yang seharusnya menjadi penerimaan negara.
Hal ini dikarenakan faktur pajak dapat dijadikan celah oleh PKP untuk melakukan
kecurangan dibidang perpajakan seperti banyaknya kasus faktur pajak fiktif.
Mengenai sistem baru penomoran faktur pajak sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 dimana nomor seri faktur pajak
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha tersebut terdaftar sebagai
PKP. Sebelum nomor seri faktur pajak diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak maka
terlebih dahulu PKP harus melaksanakan kewajibannya sesuai dengan prosedur yang
telah diberlakukan yaitu mengajukan surat permohonan kode aktivasi dan password.
Kantor Pelayanan Pajak akan menerbitkan kode aktivasi dan password apabila PKP
tersebut telah dilakukan registrasi ulang olek Kantor Palayanan Pajak (KPP) tempat
pengusaha terdaftar sebagai PKP sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-05/PJ/2012 dan PKP tersebut telah dilakukan verifikasi berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012.
Sistem baru penomoran faktur pajak ini telah diberlakukan sejak 1 April 2013
dimana seluruh PKP harus sudah menggunakan nomor seri faktur pajak yang
masih banyak PKP yang belum melaksanakan kewajibannya sesuai dengan prosedur
yang berlaku mengenai penomoran faktur pajak sehingga Direktorat Jenderal Pajak
membuat kebijakan baru dimana seluruh PKP sudah menggunakan nomor seri faktur
pajak mulai 1 Juni 2013 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-08/PJ/2013.
2. Pengertian Faktur Pajak
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terdapat pada pasal 1
angka 23.
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena
Pajak.
3. Pengertian Nomor Seri Faktur Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Pasal
1 angka 8.
Nomor seri faktur pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu untuk
penomoran faktur pajak yang berupa kumpulan angka,huruf atau kombinasi angka
dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pengertian Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 pasal 1
Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak adalah suatu program yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan,penertiban administrasi,pengawasan,dan
untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengertian Verifikasi
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 pasal 1
angka 11.
Verifikasi adalah serangkaian kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban
subjektif dan objektif atau penghitungan dan pembayaran pajak,berdasarkan
permohonan Wajib Pajak atau berdasarkan data dan informasi perpajakan yang
dimiliki atau diperoleh Direktur Jenderal Pajak,dalam rangka menerbitkan surat
ketetapan pajak,menerbitkan/menghapus Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan/mencabut pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
6. Pengertian Kode Aktivasi
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 pasal
1 angka 12.
Kode aktivasi adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari
angka,huruf,atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal
Pajak kepada PKP melalui surat pemberitahuan kode aktivasi
7. Pengertian Password
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 pasal
Password adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari
angka,huruf atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) kepada PKP melalui surat elektronik (email).
B.Dasar Hukum Membuat Faktur Pajak
Dasar hukum membuat faktur pajak :
a. Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 Tentang Jangka
Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tatacara
Pendaftaran,Pemberian, dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,Serta
Pengukuhan Wajib Pajak,Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
c. Pengusaha Kena Pajak.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2012 Tentang Tatacara
Pembuatan dan Tatacara Pemebetulan atau Penggantian Faktur Pajak.
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-65/PJ/2010 Tentang
Bentuk,Ukuran,Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,Tatacara
Pengisian Keterangan,Tatacara Pembetulan atau Penggantian,dan Tatacara
Pembetuan Faktur Pajak.
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 Tentang Bentuk
dan Ukuran Formulir Serta Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur
g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011 Tentang
Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur
Pajak.
h. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2012 Tentang
Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012.
i. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Tentang
Bentuk,Ukuran,Tatacara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan
Dalam Rangka Pembuatan,Tatacara Pembetulan atau Penggantian, dan
Tatacara Pembatalan Faktur Pajak.
j. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2013 perubahan atas
PER-24/PJ/2012.
k. Surat Edaran Nomor SE-15/PJ/2013 Tentang Penyampaian Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012.
C.Saat Pembuatan Faktur Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Pasal 2
ayat (1) dan (2), Faktur Pajak harus dibuat pada :
a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa kena pajak.
b. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
c. Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada bendahara pemerintah
sebagai pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
D.Penyerahan Terutang PPN
Berdasarkan UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 1A Ayat 1 yang termasuk
dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah:
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
b. Pengaihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma – cuma atas BKP
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan,yang msih tersisa pada saat pembubaran usaha
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan
BKP antar cabang
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiyaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah,yang penyerahannya dianggap langsung
dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.
E.Objek Pajak Pertambahan Nilai
Berdasarkan Undang - Undang PPN Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 4 ayat (1),
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oeh
pengusaha
b. Impor Barang Kena Pajak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah Daeran
Pabean di dalam Daerah Pabean
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
f. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oeh Pengusaha Kena Pajak
F. Ketentuan Pembuatan Faktur Pajak
Faktur pajak yang dibuat oeh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP
atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat :
1) Nama,alamat,NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP
2) Nama,alamat,NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
3) Jenis barang atau jasa, jumah harga jual atau penggantian, dan potongan
harga
4) PPN yang dipungut
5) PPnBM yang dipungut
6) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak,dan
7) Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak
b. Setiap faktur pajak harus menggunakan kode dan seri faktur pajak yang telah
ditentukan di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak,yaitu:
Format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 digit, yaitu :
a. 2 (dua) digit pertama adalah kode transaksi
b. 1 (satu) digit berikutnya adalah kode status
c. 13 (tiga belas) digit berikutnya adalah Nomor Seri Faktur Pajak
c. Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan
keterangan lain selain keterangan sebagaimana dimaksud daam buitr a di atas.
Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena
Pajak.
d. Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu:
i. Lembar ke-1 : Untuk pembeli BKP atau penerima JKP sebagai bukti Pajak
Masukan.
ii. Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai
bukti Pajak Keluaran.
Dalam hal faktur pajak dibuat lebih dari rangkap dua,maka harus dinyatakan
secara jelas penggunaannya dalam lembar faktur pajak yang bersangkutan.
e. Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap,jelas dan benar serta ditandatangani
oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oeh PKP untuk
menandatanganinya.
f. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap,jelas,benar dan/atau tidak
ditandatangani oleh PKP atau pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP untuk
menandatangani sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana diatur
dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini merupakan faktur pajak tidak
lengkap.
g. Dalam hal rincian BKP atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung
dalam satu Faktur Pajak,maka PKP dapat membuat Faktur Pajak dengan cara
a) Dibuat lebih dari satu faktur pajak yang masing-masing menggunakan kode
lembarnya,dan khusus untuk pengisian harga jual/penggantian/uang
muka/termijn,potongan harga,uang muka yang telah diterima.
b) Dibuat satu faktur pajak asalkan menunujuk nomor dan tanggal faktur
penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan
lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan
h. PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat (dapat
lebih dari satu orang termasuk yang diberikan kuasa) yang berhak
menandatangani Faktur Pajak disertai contoh tandatangannya kepada kepala
KPP di tempat PKP dikukuhkan paling lambat pada saat pejabat yang berhak
menandatangani mulai menandatangani Faktur Pajak Standar.
i. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan pengisiannya sesuai dengan
ketentuan pada huruf a di atas dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak.
j. Atas Faktur Pajak yang cacat, atau rusak,atau salah dalam pengisian,atau
penulisan,atau yang hilang,PKP yang menerbitkan faktur pajak tersebut dapat
membuat faktur pajak pengganti.
G.Macam – Macam Faktur Pajak 1. Faktur Pajak Standar
Faktur pajak standar paling sedikit memuat keterangan:
a. Nama,alamat,NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP
b. Nama,alamat,NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
d. PPN yang dipungut
e. PPnBM yang tidak dipungut
f. Kode,nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak
g. Nama,jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.
h. Kode faktur pajak terdiri dari 2 digit kode transaksi, 1 digit status faktur
pajak,3 digit kode cabang,diikuti dengan nomor seri.
i. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kepentingan PKP. (Untung
Sukardji,2010:91)
Dalam memori penjelasan Pasal 13 ayat (5) ditegaskan bahwa faktur pajak
tidak perlu dibuat secara khusus berbeda dengan faktur penjualan. Faktur pajak
standar dapat berupa faktur penjualan yang memuat keterangan dan cara pengisian
yang sama dengan faktur pajak standar.
Saat Pembuatan Faktur Pajak Standar:
a. Paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah bulan dilakukan
penyerahan BKP dan/atau penyerahan keseluruhan JKP,dalam hal
pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan.
b. Paling lambat pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran
terjadi sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan dilakukan penyerahan
BKP/JKP.
c. Paling lambat pada saat pembayaran,dalam hal pembayaran diterima sebelum
d. Paling lambat pada saat penerimaan termin pembayaran dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerja.
e. Paling lambat pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada
pemungut PPN. (Sukardji,2010:107)
2. Faktur Pajak Gabungan
Sebagaimana diketahui ,Faktur Pajak Gabungan yang diatur dalam Pasal 13
ayat (2) Undang – Undang Pajak Pertambahan Niai 1984 dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan kepada PKP penjual atau pengusaha Jasa yang dalam satu
Masa Pajak melakukan beberapa kali penyerahan BKP atau penyerahan JKP kepada
pembeli BKP atau penerima JKP yang sama.
Faktur Pajak Gabungan tidak diperlakukan sebagai satu jenis faktur pajak
tersendiri sebagai jenis keempat karena faktur pajak ini bentuknya sama dengan
bentuk faktur pajak standar. Hal yang membedakan hanya fungsinya yaitu satu faktur
pajak dipergunakan untuk seluruh penyerahan BKP atau JKP dalam satu Masa Pajak
untuk pembeli BKP atau penerima JKP yang sama.
3. Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya Dipersamakan Dengan Faktur Pajak
Dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak paling sedikit
harus memuat:
a. Nama,alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan
b. Nama pembeli BKP atau penerima JKP