1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata yang menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia khayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dongeng sendiri banyak ragamnya, salah satunya adalah fabel. Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi-lll tahun 2008 bahwa fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisikan pendidikan moral dan budi pekerti). Fabel termasuk cerita rakyat yang penyebaran dan pewarisnya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut.
Salah satu fabel yang berada di Indonesia berjudul Monyet dan Kura-kura, yang dikarang oleh Dinisila Putri. Dalam buku tersebut hanya berupa teks, tanpa adanya gambar. Menceritakan seekor Monyet dan Kura-kura yang berlomba menanam pisang, dimana monyet memiliki sifat licik namun monyet jarang menggunakan akal pikirannya sedangkan kura-kura yang memiliki sifat baik hati, sabar dan mempunyai banyak akal. Pada akhir cerita, kura-kura yang memenangkan perlombaan tersebut karena kesabaran dan kecerdikannya. Dalam cerita tersebut terdapat pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi anak-anak dalam memperkenalkan perbuatan baik dan buruk kepada anak.
2 bahwa dongeng adalah suatu pengalaman, yang akan membawa imajinasi dalam petualangan yang menyenangkan dan dapat berpengaruh positif bagi moral anak. Menurut Padmonodewo (seperti dikutip Tadkiroatun, 2008) pengertian anak usia dini (early childhood) dibatasi pada anak usia satu hingga lima (1-5) tahun. Pada masa ini rasa keingintahuan sangat besar terhadap segala sesuatu disekitarnya. Hal ini disebabkan selama rentang waktu usia dini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan otak yang sangat cepat. Salah satu cara anak belajar yaitu dengan meniru tingkah laku orang tuanya atau ingin melakukan kegiatan yang sama dengan orang- orang terdekatnya. Disisi lain, terjadi suatu fenomena, bahwa anak-anak ketika hendak pergi tidur ingin mendengarkan dongeng yang dikisahkan oleh orang tua atau orang terdekatnya. Maka dari itu dongeng diketahui sebagai aktifitas rileks, dongeng memang memiliki potensi untuk mendukung pendidikan moral anak. Namun sayang sekali kini jarang sekali orang tua yang melakukan kegiatan mendongeng kepada anaknya. Karena sibuk bekerja dan lelah setelah sampai di rumah, karena anak sudah menonton televisi yang bahkan acara yang didapat bukan tontonan yang pas untuk anak.
Sudah dapat diketahui kegunaan dongeng bagi pendidikan moral dan budi pekerti anak walaupun tidak banyak masyarakat yang mengetahui manfaat dongeng dapat berdampak positif bagi pendidikan moral dan budi pekerti anak. Maka dari itu seharusnya dongeng fabel dikemas lebih menarik baik cara penyampaiannya maupun media yang diterapkan dalam penceritaan fabel Monyet dan Kura-kura. Selain mempunyai manfaat positif bagi anak, apabila dibuat dalam sebuah media yang lebih menarik, maka anak pun mau membaca ataupun menyimak isi cerita dalam fabel tersebut. Sehingga anak tidak bosan untuk membaca maupun menyimak cerita yang disajikan.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
3 2. Jasmin (2011) menjelaskan "Kurangnya peran serta orang tua untuk memperkenalkan sifat baik dan buruk yang terdapat dalam fabel kepada anak. 3. Pada masa usia dini anak memerlukan peran orang tua untuk mengembangkan
kreativitas dan moral anak
4. Perlunya media yang lebih menarik agar dongeng fabel Monyet dan Kura-kura diminati anak-anak untuk membacanya.
I.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng fabel Monyet dan Kura-kura mempunyai manfaat bagi kepribadian anak, maka rumusan masalah dalam perancangan ini yaitu "bagaimana merancang media informasi yang menarik agar fabel Monyet dan Kura-kura dapat terlestarikan dan pengenalan sikap baik dan buruk kepada anak dapat tersampaikan".
I.4 Batasan Masalah
Perancangan yang dibuat diperuntukan sebagai pelestarian dongeng fabel Monyet dan Kura-kura versi Jawa Barat.
I.5 Tujuan Perancangan
Dengan adanya media informasi yang menarik dalam fabel Monyet dan Kura-kura, bertujuan untuk sebagai berikut:
Pengenalan dan pembelajaran tentang nilai kebaikan sejak dini. Melestarikan dongeng fabel Monyet dan Kura-kura.
Membantu menumbuhkan kedekatan emosional antara orang tua & anak
dengan menceritakan serta mewariskan nilai-nilai luhur/ moral dengan kegiatan mendongengkan.
4
BAB II
FABEL MONYET DAN KURA-KURA
II.1 Definisi Fabel
Menurut buku Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi-lll tahun 2008 bahwa fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisikan pendidikan moral dan budi pekerti). Fabel adalah dongeng binatang yang mengandung ajaran moral yakni ajaran baik buruk perbuatan dan kelakuan (Danajaya, 1986). Teks fabel merupakan teks persuasif, melalui tokoh binatang pengarang ingin mempengaruhi pembaca agar mencontoh yang baik dan tidak mencontoh yang tidak baik.
Fabel adalah cerita fiksi, dengan kata lain yaitu khayalan belaka. Teks fabel merupakan teks persuasif. Terkadang fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia (Hakim N.E, 2012). Sugihastuti (seperti dikutip Tadkiroatun, 2008) "melalui tokoh binatang, pengarang ingin mempengaruhi pembaca agar mencontoh yang baik dan tidak mencontoh yang tidak baik". Dalam fabel, tokoh hewan itu digambarkan dapat bicara dan berpikir layaknya manusia. Biasanya ada seekor binatang yang memegang peranan penting yang pada umumnya binatang yang kecil dan lemah, tetapi dengan kecerdasannya ia mampu memperdaya binatang-binatang lain yang lebih besar dan lebih kuat darinya.
II.1.1 Ruang Lingkup Fabel
Fabel termasuk dalam ruang lingkup foklor. Pengertiam foklor sendiri adalah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun- temurun, baik dalam bentuk lisan ataupun gerak isyarat (Listiyani, 2009). Foklor dibedakan dalam tiga tipe, yaitu etiological tale, fabel, dan beast epic. Yang dimaksud dengan etiological tale adalah cerita tentang asal usul binatang. Fabel adalah cerita binatang yang mengandung pesan moral. Sedangkan beast epic adalah siklus cerita binatang.
5
daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan foklornya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam foklor. Foklor ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat (Listiyani, 2009).
Menurut Listiyani (2009) adapun ciri – ciri foklor adalah sebagai berikut :
Foklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.Hal ini disebabkan
penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni dengan tutur kata atau gerak isyarat atau alat pembantu pengikat lainnya.
Foklor bersifat anonim, artinya penciptanya tidak diketahui.
Foklor hadir dalam versi-versi yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara
penyebarannya secara lisan sehingga mudah mengalami perubahan. Foklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif atau
standar.
II.1.2 Cerita Fabel Monyet dan Kura-Kura (Versi Jawa Barat Yang Ditulis Dinisila Putri)
Kabar burung elang cepat tersiar. Bahwa kancil kalah balapan lari sama kura-kura! Kabar ini terdengar juga oleh monyet. Masa, kancil kalah balap lari sama kura-kura? Aku lebih pintar dari kancil! Apalagi kura-kura! Monyet pun bertekad untuk mencoba mengadu kepandaian dengan kura-kura. Aku akan menantang kura-kura berlomba menanam pisang. Pohon pisang siapa yang lebih cepat berbuah. Aku sudah tahu caranya!
Di pagi yang cerah, seekor kura-kura sedang asyik menikmati udara segar di pagi hari. Datanglah seekor monyet yang ingin menjajal kepandaian kura-kura.
“Hai kura-kura, mari kita berlomba menanam pisang. Pohon pisang siapa nanti yang duluan berbuah!”
“Untuk apa kita berlomba menanam pisang? Aku belum bisa dan belum
6
“Katanya kamu menang balapan lari sama kancil? Sekarang mari kita berlomba menanam pisang! Pokoknya kalau kamu kalah, kamu tidak boleh lagi muncul ke darat! Kamu hanya boleh hidup di dalam sungai. Aku tidak akan kalah seperti kancil! Aku lebih pandai dari Kancil.Bagaimana
kura-kura, berani?” Monyet menantang kura-kura dengan sombongnya.
“Baiklah kalau begitu, besok kita mulai.Tuh disitu ada lahan kosong punya pak tani,” jawab kura-kura.
Maka keesokan harinya seekor kura-kura dan seekor monyet kelihatan sedang sibuk membuat lubang untuk ditanami pisang.Kura-kura menanam pohon pisang yang masih kecil, meniru pak tani yang dilihatnya waktu menanam pisang. Anehnya yang ditanam monyet bukan pohonnya, tetapi jantung pisangnya!
“Sudah selesai kura-kura?Kok lama sekali?Hahahahaha… menanamnya
saja lama, kapan berbuahnya?” Monyet mentertawakan kura-kura,
mengejek.
“Lihat saja nanti!” jawab kura-kura sambil terus menimbun lubang yang sudah ada pohon pisangnya.
Setelah selesai menanam jantung pisangnya, monyet pergi meninggalkan kura-kura yang masih belum selesai merapihkan tanaman pohon pisangnya. Monyet merasa bahwa dia pasti akan menang.
Sehari, dua hari, hampir tiap hari monyet dan kura-kura melhat tanaman pisang mereka. Monyet merasa yakin sekali bahwa tanaman pisangnya yang akan cepat berbuah. Monyet berpikir bahwa buah pisang keluar dari jantung pisang, kenapa harus pohonnya yang ditanam? Kalau langsung jantungnya yang ditanam, berarti akan lebih cepat keluar buahnya. Monyet lupa bahwa jantung pisang keluar dari pohon pisang!
Hampir tiap hari monyet mengejek kura-kura yang rajin menyirami pohon pisangnya, menyiangi rumput-rumput yang tumbuh di sekitarnya, menggemburkan tanahnya. Disekelilingnya dipagari bambu. Sedangkan monyet hanya duduk bermalas-malasan saja sambil melihat kura-kura yang sedang rajin bekerja.
7
“Kura-kura?” tanya monyet “Kuk!” jawab kura-kura
“Bagaimana tanaman pisangmu?” tanya monyet lagi.
“Sudah tumbuh daun baru empat lembar, tingginya tambah satu meter.
Bagaimana punya kamu?” jawab kura-kura.
“Masih …atung…tambah eot….ae!” jawab monyet (masih jantung tambah peot bae, bahasa sunda), artinya masih berupa jantung tambah kurus saja. Begitulah tanya jawab monyet dan kura-kura tiap hari. Biasanya monyet yang bertanya duluan, dijawab oleh kura-kura “Kuk”. Dan kalau kura-kura bertanya, dijawab oleh monyet “Masih atung, tambah eot ae!”
Satu bulan, dua bulan…
Dan keluarlah jantung pisang di antara daun-daun pisang, pohon pisang punya kura-kura. Sedangkan jantung pisang yang di tanam monyet malah tambah kurus, layu dan membusuk!
“Kura-kura?” tanya monyet. “Kuk!” jawab kura-kura.
“Bagaimana tanaman pisangmu?”
“Sudah keluar jantungnya, sebentar lagi berbuah.Bagaimana punya kamu?” jawab kura-kura balik bertanya kepada monyet.
Monyet tidak langsung menjawab pertanyaan kura-kura. Mungkin malu atau apa, dia pergi meninggalkan kura-kura.
“Kura-kura kamu memang pandai.Aku terima kalah, dan kamu boleh hidup di darat.”
Kura-kura tidak berkata apa-apa, matanya berkaca-kaca mau menangis. “Terima kasih Tuhan. Engkau telah menolong aku!” ucap kura-kura sambil menangis. (Dinisila, 2005)
II.1.3 Fungsi Fabel
8
sebagai aktifitas rileks, dongeng memang memiliki potensi yang membangun untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak.Berdongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya. (Jasmin, 2011).
Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Pentingnya berdongeng sebagai kebutuhan pembelajaran tentu membutuhkan dongeng yang benar- benar dapat diterima oleh anak secara maksimal agar terjadinya dampak yang baik bagi anak. Untuk menjelaskan tentang fungsi fabel dapat dikemukakan oleh para tokoh, (jasmin, 2011) menyatakan lima segi positif dari sebuah dongeng (fabel), yaitu:
1. Merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak
2. Metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan keterampilan lain, yakni berbicara, membaca, dan menulis.
3. Memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti yang memiliki efek lebih kuat daripada pelajaran budi pekerti yang diberikan melalui penuturan atau perintah langsung .
4. Memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati.
5. Memberikan contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik sekaligus memberi pelajaran tentang cara mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif.
9
II.1.4 Unsur-unsur dalam Fabel
Dalam sebuah dongeng terdapat unsur-unsur penting yang meliputi alur, tokoh, latar, dan tema.Dongeng yang bermutu memiliki perkembangan yang memadai pada keempat unsur tersebut. Mungkin unsur yang satu lebih ditekankan daripada unsur yang lain, tetapi semua dikembangkan dengan baik. Menurut Listiyani (2009) penyebab ketertarikan audience pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng yaitu :
1. Alur
Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis salingberkaitan yang dialami oleh pelaku. Alur ada dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkandengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya.Alur apat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan. Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau sad ending (sedih). 2. Tokoh
Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari satu. Tokoh tokohnya binatang. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998.Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif danmerupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakterister yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya). Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh sifat,ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng.
3. Latar / Setting
10
periode waktu yang sebenarnyadari suatu cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan.
4. Tema
Tema cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang tema.
a. Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam suatu cerita.
b. Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh pengarang oleh pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang diwujudkan lewat tema.
c. Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau dipengaruhi
d. pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan.
II.2 Pengertin Anak Usia Dini
Menurut Padmonodewo (seperti dikutip Tadkiroatun, 2008) pengertian anak usia dini dibatasi pada anak usia satu hingga lima (1-5) tahun. Pengertian ini didasarkan pada pembatasan psikologi perkembangan yang meliputi bayi (infancy atau babyhood) yakni usia nol sampai satu tahun, usia dini (early childhood) yakni usia satu sampai lima tahun, masa kanak-kanak akhir (late childhood) yakni usia enam sampai dua belas tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
II.2.1 Karakteristik Anak Usia Dini
11
memegang teguh pemahaman barunya (Bredekamp, 1994). Dari sinilah anak dapat diberikan pengalaman, menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai luhur, menanamkan moral, serta melatih berfikir rasional dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. Santrock (2002) berpendapat bahwa:
1- Anak itu bersifat egosentrisme, merupakan suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan persfektif orang lain.
2- Anak itu bersifat animisme, merupakan bentuk lain pemikiran atau keyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki kualitas semacam kehidupan dan dapat bertindak.
Karakteristik anak lainnya adalah mereka menanyakan serentetan pertanyaan (Santrock, 2002). Pertanyaan ini menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran dan gambaran mengapa sesuatu seperti itu.
II.3 Gaya Visual (Illustrasi)
Secara Etimologi kata Ilustrasi (illustration) berasal dari bahasa Latin, Illustrare yang artinya menjelaskan atau menerangkan sesuatu, yakni cerita atau artikel dengan gambar. Ilustrasi penggambaran atau pencitraan ulang suatu objek dengan visual dengan berbagai macam gaya pengilustrasian. Menurut Tabrani (seperti dikutip Damayanti, 2006)
Ilustrasi merupakan media penyampaian pesan yang mempunyai misi tertentu. Dalam penciptaannya, objek pilihan mengalami pengolahan bentuk sedemikian rupa sehingga memiliki makna sosial, pada akhirnya keindahan tampak bukan karena sempurna bentuknya akan tetapi disebabkan oleh konsep perupaan yang tercipta menjadi baik dan komunikatif.
Menurut Rakhmat (2010) illustrasi yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
12
5. Jika berupa foto atau gambar harus punya kualitas memadai baik dari aspek seni maupun teknik pengerjaan.
Selain itu menurut Ayu (2011) tujuan adanya illustrasi yaitu: 1. Menangkap perhatian pembaca.
2. Memperjelas isi yang terkandung dalam teks. 3. Menunjukkan identitas.
4. Menunjukkan produk yang ditawarkan.
5. Meyakinkkan pembaca untuk tertarik membaca. 6. Menunjukkan keunikan produk.
7. Menciptakkan kesan yang mendalam terhadap produk atau pengiklanan.
Penggayaan ilustrasi untuk perancangan buku cerita bergambar ini adalah dengan illustrasi kartun berupa vektor 2D. Menurut Ayu (2011) "Illustrasi kartun adalah sebuah gambar yang lebih menekankan pada suatu momen yang memuat cerita atau pesan dalam wujud humor". Pemilihan gaya ilustrasi kartun ini diharapkan dapat menarik perhatian anak-anak karena gaya ilustrasi kartun merupakan gaya ilustrasi yang sering dijumpai anak-anak dalam media cetak maupun elektronik.
13
Seni illustrasi dapat diklasifikasikan ke dalam lima bagian, yakni ilustrasi cerita, ilustrasi artikel, ilustrasi sampul, karikatur dan vignet. Menurut Ayu (2011) pembagian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ilusrtasi cerita bergambar yang terdiri dari sekuen yang saling berhubungan dalam bentuk narasi yang panjang dan divisualisasikan dalam bentuk frame yang lebih dari satu namun merupakan satu kesatuan cerita.
2. Ilustrasi cerpen/ novel / roman . Ilustrasi jenis ini biasanya digabungkan dengan judul dan penulis cerita, tujuan pembuatan gambar ilustrasi ini adalah selain untuk mempercantik perwajahan cerpen/novel/roman, penggunaan ilustrasi juga dapat menggambarkan cerita pada
cerpen/ novel/roman.
3. Ilustrasi kartun sebuah gambar yang lebih menekankan pada suatu momen yang memuat cerita atau pesan dalam wujud humor.
4. Ilustrasi artikel gambar yang digunakan dalam untuk memperjelas suatu tulisan, memberikanketerangan yang dapat membantu pembaca agar lebih mengerti maksud dari sebuahtulisan. Ilustrasi artikel tidak hanya gambar dengan setting tempat tertentu saja, tetapidapat berupa keterangan-keterangan tambahan suatu data yakni bagan, diagram, tabel dangambar berangkai untuk menerangkan sesuatu yang sistematis.
14
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN
III.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan yang akan dibuat untuk memecahkan masalah tentang pengembangan media untuk mengemas dongeng fabel Monyet dan Kura-kura agar lebih menarik, yang bertujuan untuk pembelajaran nilai kehidupan bagi anak sekaligus melestarikan dongeng fabel Monyet dan Kura-kura. Seperti yang telah dikatakan sebelumya perancangan yang dilakukan bertujuan untuk pengenalan sikap baik dan buruk bagi anak usia dini, yaitu anak pada tahapan (early childhood) maka dari itu anaklah disini yang akan dijadikan target audience, sedangkan untuk target pemasarannya yaitu orang tua sebagai penyedia atau penanggung jawab kebutuhan anaknya.
III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan Geografis Khalayak Sasaran
Wilayah : Di seluruh kota di Jawa Barat, untuk target penyebaran pertama dilakukan di kota Bandung dikarenakan salah satu kota besar di Jawa Barat.
Demografis Kelompok Sasaran
Kelompok Sasaran : Laki-laki dan perempuan Tahapan Perkembangan : Usia dini (early childhood) Pendidikan anak : Pra-sekolah, taman kanak-kanak Bahasa : Indonesia
Status Sosial Ekonomi : Kalangan menengah Demografis Target Pasar
15
Bahasa : Indonesia
Status Sosial Ekonomi : Kalangan menengah Psikografis Khalayak Sasaran
Target audience untuk buku cerita bergambar ini adalah anak-anak yang memiliki rasa keingintahuan sangat besar terhadap segala sesuatu disekitarnya. Buku cerita bergambar ini juga dibuat untuk menumbuhkan ketertarikan dan melestarikan tentang dongeng fabel Monyet dan Kura-kura. Serta memberikan pengenalan nilai kebaikan dan keburukan terhadap anak dengan cara yang menyenangkan.
III.1.2 Pendekatan Komunikasi
Komunikasi yang digunakan yaitu bersifat informasi persuasi tentang muatan pesan yang terkandung dalam cerita fabel Monyet dan Kura-kura. Selain memberikan informasi tentang muatan pesan yang terkandung dalam cerita, tapi juga mengajak pembaca untuk mengikuti contoh kebaikan yang terkandung dalam cerita.
Komunikasi yang diberikan banyak dilakukan melalui media gambar, karena anak-anak lebih tertarik terhadap gambar dan membuat anak-anak berimajinasi lebih tinggi untuk menerima pesan yang ingin disampaikan dari gambar tersebut. Serta dimasukannya sedikit teks atau tulisan dengan gaya bahasa yang tepat bagi anak-anak, yaitu bahasa yang mudah diterima oleh mereka. Gaya bahasa yang dimaksud adalah gaya bahasa yang akrab dipikiran mereka, dengan tidak menggunakan kata-kata yang asing untuk anak. Strategi perancangan yang akan dibuat untuk memecahkan masalah tentang pembuatan media untuk mengemas dongeng fabel
16
pemasarannya yaitu orang tua sebagai penyedia atau penanggung jawab kebutuhan anaknya.
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada perancangan ini adalah bersifat informatif, memberi muatan pesan yang terkandung dalam dongeng fabel Monyet dan Kura-kura agar lebih menarik dan mudah dimengerti oleh target audience serta dibantu oleh penggunaan media pendukung agar target audience dapat mengetahui informasi yang terkandung.
Pesan yang disampaikan bersifat untuk memperkenalkan dan mengajak target audience untuk mengikuti maksud dari isi buku cerita bergambar ini atau bisa disebut persuasif, dan juga edukatif. Pesan yang disampaikan dapat menambah keilmuan dan memberi pembelajaran pada komunikan tentang muatan pesan yang terkandung dalam dongeng fabel Monyet dan Kura-kura.
Adapun pesan yang terkandung dalam cerita fabel Monyet dan Kura-kura tersebut, yaitu:
Tidak sombong
Tidak meremehkan kepada yang lemah Selalu bersabar
Berbuat adil
III.1.2.1 Pendekatan Visual
17
Untuk pemilihan jenis monyet yang digunakan adalah Monyet ekor panjang. Dimana jenis monyet tersebut merupakan salah satu monyet asli Indonesia, karena dongeng yang diceritakan adalah dongeng fabel asli Indonesia. Sedangkan pemilihan jenis Kura-kura yang digunakan adalah jenis kura-kura air tawar Ambon, karena jenis tersebut merupakan salah satu kura-kura dari Indonesia.
Gambar III.1 Referensi Visual Monyet
Sumber : http://www.merbabu.com/fauna/monyet_ekor_panjang.php (14 November 2014)
Gambar III.2 Referensi Visual Kura-kura
Sumber : http://achamad.staff.ipb.ac.id/spesies-kura-kura-asli-indonesia (14 November 2014)
18
III.1.2.2 Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal dalam buku cerita bergambar fabel Monyet dan Kura-kura ini akan menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan ejaan yang baik dan benar. Namun tidak menggunakan kata-kata yang asing untuk anak, agar setiap materi dan pesan yang disampaikan dapat dengan mudah di pahami oleh anak-anak usia dini. Bentuk materi yang akan disampaikan pada media informasi ini adalah muatan pesan yang terkandung dalam dongeng fabel Monyet dan Kura-kura, yaitu memperkenalkan sifat baik yang diperankan oleh Kura-kura dan menghindari sifat buruk yang diperankan oleh Monyet. Selain itu agar dapat dipahami maka media informasi dikemas secara menarik dan menyenangkan dengan ilustrasi yang dibuat semenarik mungkin.
III.1.3 Strategi Kreatif
19
Dalam perancangan media ini, untuk penyampaian materi pengenalan dilakukan dengan mengacu pada minat dan kemampuan target sasaran. Pendekatan kreatif pada perancangan ini adalah:
Media yang digunakan berupa buku paper tool
Menggunakan visualisasi yang bersifat kartun yang diadaptasi dari tokoh –
tokoh yang diceritakan, dan elemen-elemen lainnya yang terdapat dalam dongeng fabel Monyet dan Kura-kura.
Penggunaan huruf dengan tingkat keterbacaan yang baik. Gambar yang ditampilkan bersifat full color .
III.1.4 Strategi Media III.1.3.1 Media Utama
Strategi media yang dilakukan adalah melalui buku cerita bergambar yang berupa buku paper tool, dan dikemas dengan gaya penceritaan yang mengajak pembaca untuk merangsang daya imajinasi dan memahami setiap pesan dan informasi yang terkandung di dalamnya. Cerita bergambar ini dirancang dengan teknik digital imaging sebagai penyempurnaan dari sketsa illustrasi agar anak-anak tertarik dengan gaya illustrasi yang disajikan.
20
II.1.3.2 Media Pendukung
Media pendukung disini dimaksudkan untuk lebih mempromosikan dan mempertegas keberadaan, dan pengenalan kepada masyarakat tentang media informasi yang sedang disebarkan. Adapun media pendukungnya ialah sebagai berikut:
Stiker
Untuk memperkenalkan secara masal lewat pembagian secara gratis dari setiap pembelian buku cerita fabel Monyet dan Kura-kura.
Gantungan kunci
Untuk memperkenalkan secara masal lewat pembagian secara gratis dari setiap pembelian buku cerita fabel Monyet dan Kura-kura.
X-Banner
Digunakan untuk mempertegas keberadaan buku pada area komersil, yang diletakan di tempat menyebarluaskannya.
Poster
Digunakan untuk sarana komersil, yang akan menyediakan informasi telah diterbitkannya buku.
Buku mewarnai
Yang didalamnya berisikan ilustrasi yang tertera dalam buku, untuk memicu daya ingat dan kreativitas anak setelah mengikuti informasi yang disajikan dalam buku.
Mug
Dibuat sebagai merchandise yang dapat digunakan sebagai tempat minum. Kaos
Kaos dibuat sebagai merchandise yang dapat digunakan anak laki- laki maupun perempuan, agar bisa dipakai sehari – hari, dengan visual sesuai dengan tokoh pada fabel.
Tempat Pensil
Dibuat sebagai tempat menyimpan alat-alat tulis bagi anak. Penggaris
21
Pensil
Alat tulis yang bisa digunakan anak untuk menulis. Serutan
Untuk menyerut pensil yang bisa digunakan oleh anak. Penghapus
Alat yang bisa digunakan anak untuk menghapus.
III.1.3.3 Storyline
1. Pertemuan antara monyet dan kura-kura di hutan.
2. Monyet mengajak berlomba menanam pisang kepada kura-kura.
3. Monyet dan kura-kura memulai perlombaan menanam pisang dimana monyet menanam pisang dimulai dari jantung pisang, sedangkan kura-kura mulai menanam pisang dari tunas pisang.
4. Hampir setiap hari monyet dan kura-kura menengok tanaman pisangnya namun monyet hanya sekedar melihat dan mengejek kura-kura yang sedang merawat tanamannya
5. Setelah tiga minggu tanaman pisang milik kura-kura mulai tumbuh empat lembar daun sedangkan jantung pisang milik monyet mulai layu.
6. Setelah dua bulan pohon pisang milik kura-kura mulai keluar jantung pisang. 7. Jantung pisang milik kura-kura mulai berbuah dan jantung pisang milik monyet
sudah layu dan membusuk.
8. Monyet menyerah kepada kura-kura dan kura-kura berhasil memenangi perlombaan tersebut.
III.1.5 Strategi Distribusi
22
Dar! Mizan yang dipilih, karena merupakan penerbit yang banyak menerbitkan buku-buku anak, selain itu penerbit ini berasal dari Bandung sehingga tepat dengan buku-buku fabel Monyet dan Kura-kura yang berasal dari Jawa Barat.
Pemasangan X-banner akan di tempatkan di dekat display penjualan buku, poster juga akan di tempatkan di mading sekolah taman kanak-kanak. Hal ini bertujuan agar buku ini dapat diketahui oleh target audience dimana buku ini tersedia. Buku ini didistribusikan bersama dengan media pendukung seperti, stiker, dan gantungan kunci sebagai hadiah diberikan secara gratis. Hal ini bermaksud untuk menarik perhatian target audiens untuk membeli buku ini. Buku ini akan diterbitkan mulai pada bulan juni 2015, karena bersamaan akan menjelang liburan anak-anak sekolah. Dimana anak-anaklah yang akan menjadi target audience.
III.2 Konsep Visual
Konsep visual yang dirancang dalam media ini adalah menggunakan gaya ilustrasi kartun, dengan warna – warna yang cerah karena sangat cocok untuk disampaikan kepada anak, sehingga menimbulkan ketertarikan yang berlanjut sebagai poin awal untuk penyampaian pesan yang terkandung dalam cerita fabel yang dimuat.
III.2.1 Format Desain
Gaya gambar yang akan digunakan dalam buku ini mengusung pada illustrasi yang menggunakan vektor, dengan gaya kartun yang banyak disukai oleh anak. Target memposisikan pada target usia pra sekolah yaitu tingkat sekolah taman kanak-kanak (TK), dengan mengangkat tokoh – tokoh yang berperan dalam dongeng fabel Monyet dan Kura-kura yang dikemas secara lucu, bertujuan untuk menambah daya tarik bagi anak-anak.
23
cerita bergambar fabel Monyet dan Kura-kura tersebut. Buku menggunakan material sampul hard cover, dan isi menggunakan Art paper 260gram. Penggunaan hard cover dan Art paper ini, untuk memberikan kesan mewah, serta kualitas yang tahan lama. Pada buku cerita bergambar ini elemen utama yang digunakan berupa gambar karena lebih dapat memancing imajinasi dan text sebagai pendungkung untuk menjelaskan cerita dan gambar.
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Konsep desain layout yang digunakan dalam buku ini, untuk ilustrasi diletakan disebelah kanan dan teks di sebelah kiri, tiap halaman buku memiliki layout yang sama agar lebih fokus dan mudah untuk di baca oleh anak-anak. Pada layout buku cerita ini elemen gambar lebih di perbanyak dari pada text bertujuan untuk memancing imajinasi anak-anak.
Gambar III.3 Layout Buku III.2.3 Tipografi
24
.
Gambar III.4 Font Judul
Sedangkan untuk bagian isi buku menggunakan huruf Comic Sans MS, alasan penggunaan huruf ini ialah karena tingkat keterbacaannya yang tinggi dan bentuknya sesuai dengan latar yang ditampilkan. Selain itu penggunaan huruf tersebut memberikan kesan santai serta tidak kaku.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
1234567890
.,'/?!@#$%^&*()-+=
III.2.4 Illustrasi
25
Gambar III.5 Referensi Karakter
Sumber : http://www.debrianruhut.blogspot.com (14 Desember 2014)
Gambar III.6 Referensi Karakter
Sumber : http://www.kartun6.rssing.com (14 Desember 2014)
26
Gambar III.7 Illustrasi Karakter Kura-kura
27
Gambar III.9 Referensi Latar Seting Sumber : http://andriwlife blogspot.com/
VqQyL3B7m_k/TwuroUO8jjI/AAAAAAAAAD4/1rX2lGMakzY/s160 (14 Desember 2014)
28
Gambar III.11 Referensi Pohon Pisang
Sumber : http://pakteo.worldpres 2011/11/dscn05111.jpg.com (14 Desember 2014)
29
Gambar III.13 Referensi Jantung Pisang
Sumber : http://scientiats.files.wordpress.com/2011/11/dscn24191.jpg (14 Desember 2014)
Gambar III.14 Illustrasi Jantung Pisang
III.2.5 Warna
30
31
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Media Utama
Media utama cerita fabel Monyet dan Kura-kura adalah buku cerita bergambar, dengan ukuran buku 18 cm x 20 cm, agar buku mudah dibawa kemana-mana tanpa memelurkan tempat yang luas atau besar untuk menyimpan atau meletakkannya. Material buku menggunakan hard cover laminasi glossy untuk sampul, dan isi buku menggunakan Art paper 260 gram dengan laminasi glossy.
Pemilihan material tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesan mewah, dan kualitas yang tahan lama, tidak mudah kotor dan rusak. Selain itu, buku cerita bergambar yang dibuat menggunakan warna full colour, untuk menarik perhatian anak, dan juga agar warna gambar lebih terlihat cerah dan ceria, sehingga anak tidak mudah bosan melihatnya. Dicetak dengan dengan teknik cetak offset. Pembuatan gambar dimulai menggunakan teknik gambar sketsa secara manual, dengan menggunakan kertas HVS.
IV.1.1. Teknik Produksi Media Utama
32
Gambar IV.1. Hasil Scan Sketsa.
Kemudian hasil digitalnya yang berupa file .jpeg diolah dengan proses tracing sehingga menghasilkan gambar vektor yang menggunakan software Adobe Illustrator cs5 setelah itu diberi warna dengan menggunakan software yang sama.
Gambar IV.2. Proses Pengolahan Gambar di Adobe Ilustrator.
33
Gambar IV.3. Hasil Layout
Langkah terakhir sebelum mencetak buku yaitu membuat layout buku, dikarenakan buku yang akan dibuat berupa buku paper tool, maka layout buku dibuat per lapisan.
Gambar IV.4. Layout Buku
34
Gambar IV.5. Hasil Akhir IV.2 Media pendukung
Dalam penyebaran buku, akan diberikan media pendukung yang berperan sebagai media informasi dan hadiah, untuk memberikan ketertarikan kepada target audience untuk mengetahui dan membeli buku cerita bergambar Monyet dan Kura-kura ini, sehingga memiliki fungsi komersil untuk sebuah produk. Serta setiap pembeli buku cerita bergambar Monyet dan Kura-kura ini akan diberikan hadiah, yang bertujuan untuk lebih menarik minat konsumen untuk membaca dan membeli buku ini.
IV.2.1 Poster
35
Gambar IV.6 Poster Ukuran : A3 (29,7 cm x 42cm)
Material : Art paper 150 gram Teknis : Cetak offset
IV.2.2 X-Banner
36
Gambar IV.7 X-banner Ukuran : 60 cm x 160 cm
Material : Flexi Korea Teknis : Digital Printing IV.2.3 Stiker
Penggunaan stiker dimaksudkan sebagai hadiah dari setiap pembelian buku cerita bergambar Monyet dan Kura-kura, dan sekaligus sebagai daya tarik untuk menarik perhatian anak-anak untuk membeli bukunya.
37
Ukuran : 10 cm x 4 cm Material : Stiker Plastik Teknis : Cetak offset
IV.2.4 Buku Mewarnai
Buku mewarnai akan dijual di tempat penjualan buku cerita bergambar Monyet dan Kura-kura. Dalam buku mewarnai ini terdapat tokoh-tokoh dalam cerita Monyet dan Kura-kura, dimana strateginya adalah konsumen yang membeli buku mewarnai ini, hanya dapat mengetahui warna sebenarnya dari masing-masing gambar dengan membeli buku cerita bergambar Monyet dan Kura-kura.
Gambar IV.9 Buku Mewarnai Ukuran : A5, 16 cm x 21 cm
Material : Art paper 160 gram untuk sampul, HVS 100 gram untuk isi Teknis : Cetak offset
IV.2.5. Kaos
38
Kaos dibuat sebagai merchandise yang dapat dibeli di tempat penjualan buku cerita bergambar fabel Monyet dan Kura-kura. Digunakan anak laki-laki maupun perempuan, agar bisa dipakai sehari-hari, dengan visual sesuai dengan tokoh pada buku.
Gambar IV.10 Kaos Ukuran : XS anak
Material : Cardet 20s Teknis : Digital printing
IV.2.6 Mug
39
Gambar IV.11 Mug Ukuran : Semua ukuran
Material : Keramik Teknis : Digital printing
IV.2.7 Gantungan Kunci
Selain stiker, gantungan kunci juga dimaksudkan sebagai pilihan hadiah dari setiap pembelian buku cerita bergambar Monyet dan Kura-kura, dan sekaligus sebagai daya tarik untuk menarik perhatian anak-anak untuk membeli bukunya.
40
Ukuran : 5 cm x 5 cm Material : Akrilik
Teknis : Cetak offset separasi
IV.2.8 Alat Tulis
Alat tulis dapat dibeli ditoko buku, media ini dijual secara terpisah dengan buku, selama promosi penjualan dan persediaan masih ada.
Gambar IV.13 Tempat Pensil Ukuran : Diameter 12cm
Material : Kaleng
41
Ukuran : 18 cm x 2,5 cm Material : Plastik
Gambar IV.15 Serutan Ukuran : 3cm x 2cm x 1,5cm
Material : Plastik
Gambar IV.16 Pensil Ukuran : 11 cm
42
Gambar IV.17 Penghapus Ukuran : 2,5cm x 1cm
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR PADA DONGENG FABEL MONYET DAN KURA-KURA
DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2014-2015
Oleh:
Ahmad Muhaimin R 51910246
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : AHMAD MUHAIMIN RAJAB
TempatTanggalLahir : Bandung, 19 Januari 1992 JenisKelamin : Laki-laki
Umur : 22 Tahun
Tinggi, BeratBadan : 170 cm, 65 kg
Agama : Islam
Alamat : Sukagalih RT. 01/06 KecUjungberung, Bandung
Status : BelumMenikah
Telepon : 089655234202
E-mail : ahmadmuhaiminrajab@ymail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1998-2004 : SD Muhammadiyah 08 Bandung 2004-2007 : Mts DarulArqamMuhammadiyahGarut 2007-2010 : MAN 2 Bandung
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITA ii
KATA PENGANTAR iii
I.1 Latar Belakang Masalah 1
I.2 Identifikasi Masalah 2
I.3 Rumusan Masalah 3
I.4 Batasan Masalah 3
I.5 Tujuan Perancangan 3
BAB II FABEL MONYET DAN KURA-KURA 4
II.1 Definisi Fabel 4
II.1.1 Ruang Lingkup Fabel 4
II.1.2 Cerita Fabel Monyet dan Kura-Kura (Versi Jawa Barat Yang Ditulis
Dinisila Putri) 5
II.1.3 FungsiFabel 7
II.1.4 Unsur-unsur dalam Fabel 9
II.2 Pengertin Anak Usia Dini 10
II.2.1 Karakteristik Anak Usia Dini 10
II.3 Gaya Visual (Illustrasi) 11
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 14
III.1 StrategiPerancangan 14
III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan 14
III.1.2 Pendekatan Komunikasi 15
III.1.2.1 Pendekatan Visual 16
III.1.2.2 Pendekatan Verbal 18
vii
III.1.4 Strategi Media 19
III.1.4.1 Media Utama 19
III.1.4.2 Media Pendukung 20
III.1.4.3 Storyline 21
III.1.5 Strategi Distribusi 21
III.2 Konsep Visual 22
III.2.1 Format Desain 22
III.2.2 Tata Letak(Layout) 23
III.2.3 Tipografi 23
III.2.4 Ilustrasi 24
III.2.5 Warna 29
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA 31
IV.1 Media Utama 31
IV.1.1. TeknikProduksi Media Utama 31
IV.2 Media pendukung 34
IV.2.1 Poster 34
IV.2.2 X-Banner 35
IV.2.3 Stiker 36
IV.2.4 Buku Mewarnai 37
IV.2.5. Kaos 37
IV.2.6 Mug 38
IV.2.7 Gantungan Kunci 39
IV.2.8 Alat Tulis 40
DAFTAR PUSTAKA 43
43 DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Bredekamp,Sue. 1994. Develovmentally Appropriate Prectice in Early Childhood Programs Serving Children From Birth Throught Age 8. Washington: National Association for the Education of Young Children.
Danandjaya, James. 1986. Foklor Indonesia Ilmu Gosip dan Dongeng. Jakarta: Graffiti Press
Djamaris, Dr., Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minang Kabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Gunadi, Tri. 2010. Optimalkan Otak Kanan Otak Kiri Otak Tengah Dan Otak Kecil. Jakarta: Penebar Plus+
Hana, Jasmin. 2011. Terapi Kecerdasan Anak Dengan Dongeng. Yogyakarta: Berlian Media.
Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008 Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Putri, Dinisila. 2005. 21 Cerita Moral dari Negeri Dongeng. Yogyakarta: Rumah Kata
Santrock, John. W. 2002. Life Span Develovment: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Wida, Nur. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung
Sumber dari internet/ media elektronik
Ahyani, Latifah Nur. 2012. Pengaruh Metode Dongeng Interaktif Untuk Mningkatkan Moral Judgement pada Anak. Tersedia di:http://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/in
dex.php/yinyang/article/download/109/108 ). [29 November 2013]
iii KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena hanya dengan kekuatan, rahmat, kehendak dan hidayah-Nya. Dengan penuh kesabaran disertai dengan upaya yang sungguh-sungguh, sehingga dapat diselesaikannya laporan tugas akhir ini sebaik-baiknya dengan judul " Perancangan Buku Cerita Bergambar pada Dongeng Fabel Monyet dan
Kura-kura".
Adapun penyusunan laporan karya tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia Bandung. Walaupun dengan segala keterbatasan wawasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka diharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnakan isi dari tugas akhir ini.
Akhir kata, mohon maaf sebesar-besarnya kepada semuanya dan berharap besar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, Amin Yaa Rabbal 'alamin.
Bandung, Februari 2015