PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE PADA PASIEN
ANAK RAWAT JALAN DIRUMAH SAKIT HAJI MEDAN
PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012
PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE PADA PASIEN
ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
PERIODE JANUARI - JUNI 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
LEMBAR PENGESAHAN
PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE PADA PASIEN ANAK RAWAT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012
OLEH: RAFIKA NUR NIM 111524062
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 19 Desember 2014
Disetujui Oleh :
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dr. Wiryanto, M.S., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195110251980021001 NIP 195111021977102001
Pembimbing II, Dr. Wiryanto, M.S., Apt.
NIP 195110251980021001
Aminah Dalimuthe, S.Si., M.Si., Apt. Drs. Ismail, M.Si., Apt. NIP 197806032005012004 NIP 195006141980031001
Drs. David Sinurat, M.Si., Apt. NIP 194912281978031002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan ridhonya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Profil Penggunaan Obat Anti
Diare Pada Pasien Anak Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari
– Juni 2012”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Kepada Bapak
Dr. Wiryanto, M.S., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama
penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ibu Khairunnisa, S.Si.,
M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis selama masa pendidikan. Ibu Dra. Juanita
Tanuwijaya, M.Si., Apt., Drs. Ismail, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. David Sinurat,
M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan dan
kritikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. dr. Diah Retno
Wilakskusuma Ningtyas selaku Direktur Utama Rumah Sakit Haji Medan dan dr.
Yulinda Elvi Nasution selaku Ka.Bid. Pendidikan dan Penelitian serta ketua
Komite Medik dan Sub Komite Medik Rumah Sakit Haji Medan serta staf dan
pegawainya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
Kakak-kakak, Abang-abang dan teman-teman yang telah membantu selama
penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Niwansyah Tanjung dan Ibunda Hj. Sri Wati
Murni dan juga kepada abangda dan Kakanda Muhammad suhail, SE, Indhana
Zulfa, S.psi, Muhammad Taufik Mirza, SE, Atika Rahma, SP yang telah
memberikan cinta kasih yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta
pengorbanan baik materi maupun non-materi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
Medan, Januari 2015 Penulis,
Rafika Nur
PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE
PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012
ABSTRAK
Diare adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya feses secara abnormal dalam interval waktu yang sangat singkat, kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat anti diare berdasarkan waktu, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik dan bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, data diperoleh dari kartu rekam medis pasien anak rawat jalan yang menerima resep Obat Anti Diare di RS Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata – rata dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama bulan Januari – Juni 2012 terdapat 44 pasien anak rawat jalan yang terdiagnosa diare. Sebanyak 100% resep mengandung obat anti diare, tidak ada perbedaan signifikan mengenai penggunaan Obat Anti Diare pada setiap bulannya (ρ≥0,05) . Resep yang mengandung obat anti diare paling banyak digunakan pada anak laki-laki (52,3%) yang tidak berbeda jauh resep antidiare antara pasien laki-laki dengan perempuan (ρ≥0,05) dan anak usia 2 - 12 tahun (45,5%) Penggunaan obat anti diare pada masing-masing variabel ini menunjukan perbedaan signifikan (ρ≤0,05). Anti diare yang paling banyak diresepkan adalah Zincid (40,7%) dan antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah Kotrimoxazol (75%) dengan bentuk sediaan serbuk (53,1%).
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan obat anti diare pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan bulan Januari – Juni 2012 adalah tidak sesuai dengan pedoman tata laksana obat anti diare yaitu langkah pertama tuntaskan diare dengan pemberian oralit dan kedua dengan pemberian zincid.
PATTERNS OF ANTI-DIARRHEA DRUG BY PEDIATRIC OUT PATTIENTS PULMONARY DIARRHEA AT HOSPITAL HAJI MEDAN
IN JANUARY 2012 - JUNE 2012
ABSTRACT
Diarrhea is a condition characterized by abnormal discharge of feces in a short interval of time, there are many cases in develoving countris with a low standard of living, where dehydration from diarrhea is one of the causes of death in children. This study aims to determine the anti-diarheea drug antilization by period, gender, age, anti diarrhea drug, antibiotic and dosage from at Haji Medan Hospital from January to june 2012.
This study was conducted by a descriptive retrospective method, using the prescription from the medical records of outpatient-pediatric patients who received a prescription of anti-diarrhea drug. The data obtained were presented in percentage, average value and tables form.
The result revealed that during the period of January to June 2012 as many as 44 pediatric patients diagnosed with diarrhea. A total of 100% prescription containing anti diarrhea drug, There was no significant difference the regarding the use of anti diarrhea drug on a monthly basis (ρ≥0.05). Anti diarrhea drug most frequently used in boys (52.3%) which is not much different from prescription antidiarrhea betweeb male and female patients (ρ≥0.05) and in pediatric pa tients with age of 2-12 years (45.5%) There was significant difference regarding the use of anti diarrhea drug on gender and age variable (ρ≤0.05). The most frequently prescribed anti diarrhea drug was zincid (407%) and the most frequently prescribed antibiotic was cotrimoxazol (75%) was the most frequently use as well as serbuk dosage form (53.1%).
The conclusion of the study showed that the utilization of antidiarrhea drug by pediatric outpatients at the Haji Medan hospital period January to June 2012 was not good by using drug diarrhea
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 2
1.3 Perumusan Masalah ... 3
1.4 Hipotesis ... 3
1.5 Tujuan Penelitian ... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Pengertian Obat ... 5
2.2 Pengertian Resep ... 5
2.3 Uraian Diare ... 6
2.3.1 Gejala dan Tanda Diare ... 6
2.3.2 Klasifikasi Diare ... 7
2.3.3 Penyebab Diare ... 7
2.3.5 Obat Anti Diare Pada Anak ………. ... 8
2.5 Penggunaan Antibiotik Pada Anak-Anak ... 12
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 17
3.6 Analisis Data ... 18
3.7 Variabel Penelitian ... 18
3.8 Langkah Penelitian ... 18
3.9 Definisi Operasional ……… ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat diare Berdasarkan Periode Januari - Juni 2012 ... 20
4.2 Persentase Penderita diare Berdasarkan Jenis Kelamin ... 21
4.3 Persentase Penderita diare Berdasarkan Usia ... 22
4.4 Persentase Resep yang Mengandung Obat Anti Diare ... 23
4.1 Persentase Resep yang Mengandung Antibiotik Berdasarkan Generik dan Non Generik ... 24
4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat diare Berdasarkan Bentuk Sediaan ... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
5.1 Kesimpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Obat diare Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ………… 20
Tabel 4.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 21
Tabel 4.3 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Usia Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 22
Tabel 4.4 Distribusi Resep yang Mengandung Obat Diare Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 23
Tabel 4.5 Distribusi Resep yang Mengandung Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 24
Tabel 4.6 Distribusi Obat Diare Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Mentah Peresepan Obat Diare ... 31
Lampiran 2 Hasil analisis statistik deskriptif peresepan obat Diare ... 36
Lampiran 3 Surat permohonan izin pengambilan data penelitian ... 37
Lampiran 4 Surat izin penelitian di ruang rekam medik Rumah Sakit Haji Medan ... 38
PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE
PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012
ABSTRAK
Diare adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya feses secara abnormal dalam interval waktu yang sangat singkat, kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat anti diare berdasarkan waktu, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik dan bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, data diperoleh dari kartu rekam medis pasien anak rawat jalan yang menerima resep Obat Anti Diare di RS Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata – rata dan tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama bulan Januari – Juni 2012 terdapat 44 pasien anak rawat jalan yang terdiagnosa diare. Sebanyak 100% resep mengandung obat anti diare, tidak ada perbedaan signifikan mengenai penggunaan Obat Anti Diare pada setiap bulannya (ρ≥0,05) . Resep yang mengandung obat anti diare paling banyak digunakan pada anak laki-laki (52,3%) yang tidak berbeda jauh resep antidiare antara pasien laki-laki dengan perempuan (ρ≥0,05) dan anak usia 2 - 12 tahun (45,5%) Penggunaan obat anti diare pada masing-masing variabel ini menunjukan perbedaan signifikan (ρ≤0,05). Anti diare yang paling banyak diresepkan adalah Zincid (40,7%) dan antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah Kotrimoxazol (75%) dengan bentuk sediaan serbuk (53,1%).
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan obat anti diare pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan bulan Januari – Juni 2012 adalah tidak sesuai dengan pedoman tata laksana obat anti diare yaitu langkah pertama tuntaskan diare dengan pemberian oralit dan kedua dengan pemberian zincid.
PATTERNS OF ANTI-DIARRHEA DRUG BY PEDIATRIC OUT PATTIENTS PULMONARY DIARRHEA AT HOSPITAL HAJI MEDAN
IN JANUARY 2012 - JUNE 2012
ABSTRACT
Diarrhea is a condition characterized by abnormal discharge of feces in a short interval of time, there are many cases in develoving countris with a low standard of living, where dehydration from diarrhea is one of the causes of death in children. This study aims to determine the anti-diarheea drug antilization by period, gender, age, anti diarrhea drug, antibiotic and dosage from at Haji Medan Hospital from January to june 2012.
This study was conducted by a descriptive retrospective method, using the prescription from the medical records of outpatient-pediatric patients who received a prescription of anti-diarrhea drug. The data obtained were presented in percentage, average value and tables form.
The result revealed that during the period of January to June 2012 as many as 44 pediatric patients diagnosed with diarrhea. A total of 100% prescription containing anti diarrhea drug, There was no significant difference the regarding the use of anti diarrhea drug on a monthly basis (ρ≥0.05). Anti diarrhea drug most frequently used in boys (52.3%) which is not much different from prescription antidiarrhea betweeb male and female patients (ρ≥0.05) and in pediatric pa tients with age of 2-12 years (45.5%) There was significant difference regarding the use of anti diarrhea drug on gender and age variable (ρ≤0.05). The most frequently prescribed anti diarrhea drug was zincid (407%) and the most frequently prescribed antibiotic was cotrimoxazol (75%) was the most frequently use as well as serbuk dosage form (53.1%).
The conclusion of the study showed that the utilization of antidiarrhea drug by pediatric outpatients at the Haji Medan hospital period January to June 2012 was not good by using drug diarrhea
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah keadaan buang-buang air besar dengan banyak
cairan(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau
gangguan lain, seperti diuraikan di bawah ini (Yun diarrea = mengalir melalui).
Kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup
yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab
kematian penting pada anak-anak (Tan dan Rahardja, 2007)
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian. Menurut survei kementrian kesehatan RI tahun 2010
diare pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) di ciamis dengan jumlah
penderita 460 orang dengan 2 kematian dan pada tahun 2011 mencapai 411 kasus
diare per 1000 penduduk. Diare merupakan penyakit yang salah satunya
disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, sehingga pelintasan kimus sangat
dipercepat dan banyak mengandung air. Diare yang berkepanjangan sangat
melemahkan penderitanya karena tubuhnya kehilangan banyak energi, cairan dan
elektrolit tubuh, sehingga memerlukan therapi pengganti dengan cairan elektrolit,
antibakteri, tergantung penyebab diare juga obat-obat yang bekerja memperlambat
peristaltic usus (Tan dan Rahardja, 2002; KKIPM, 1993; Depkes,2010).
Diare berasal dari kata dia: melewati; rheein: mengalir, secara umum
didefinisi sebagai peningkatan frekuensi dari buang air besar dan bentuk tinja
Pada keadaan normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna
menjadi bubur kimus kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih
lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat-zat gizi diresorpsi oleh vili
kedalam darah, sisa kimus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar
dicerna diteruskan ke usus besar (colon). Selanjutnya bakteri flora normal akan
mencerna lagi sisa (serat) tersebut, sehingga sebagian dari padanya dapat diserap
selama perjalanan melalui usus besar. Air juga diresorpsi kembali sehingga
lambat laun isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh menjadi tinja.
Namun pada diare terjadi peningkatan peristaltik usus sehingga pelintasan kimus
sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan
tinja. Selain itu terjadinya penumpukan cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi (Tan dan Rahardja, 2007).
Penyebab tersering diare adalah motilitas usus yang berlebihan, baik akibat
iritasi lokal pada dinding usus karena infeksi bakteri atau virus atau karena stress
emosi (Sherwood, 2001).
Berdasarkan tingginya prevalensi penderita diare di Indonesia terutama
pada pasien anak-anak, maka perlu dilakukan penelitian mengenai profil
penggunaan obat anti diare pada anak di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Haji
Medan dimana peran pemerintah sangat diharapkan dalam penanganan kasus
diare di Indonesia ini mulai dari perencanaan program penanggulangan,
pengobatan dan pencegahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, hingga saat ini masih terus diperlukan
data-data dan informasi yang detail membahas secara komperhensif faktor-faktor
adanya penelitian lebih lanjut yang membahas tentang faktor-faktor ini ditinjau
dari berbagai karakteristiknya.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang penyakit diare di Rumah Sakit Haji
Medan. Dalam hal ini yang merupakan variable bebas (independent variable)
adalah berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk
sediaan dan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah profil
penggunaan obat anti diare.
Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat
1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiman profil
penggunaan obat anti diare pada periode Januari-Juni 2012 meliputi periode,
jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan untuk pasien diare
rawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan?
Variabel Terikat
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah Profil penggunaan obat anti diare pada periode Januari-Juni 2012 di
Rumah Sakit Haji Medan setiap bulannya berdasarkan periode, jenis kelamin,
usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan proporsinya adalah sama dan sesuai
dengan pedaman tata laksana penanganan diare.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pola penggunaan obat anti diare pada periode Januari-Juni 2012
berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan di
Rumah Sakit Haji Medan setiap bulannya.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian bagi pemberi
jasa kesehatan terutama dokter agar memberi pola pengobatan yang tepat
sehingga dapat mendukung keberhasilan penghentian diare.
Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan bahan kajian bagi apoteker
untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi apakah pola peresepan dan pengobatan
terhadap pasien diare sudah tepat, sehingga diperoleh efek therapi yang dapat
membantu dan mempercepat penghentian diare.
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membentuk suatu hubungan
yang sinergis antara peran dokter sebagai penyedia asuhan medis, apoteker
sebagai penyedia asuhan kefarmasian dan pasien sebagai pengguna obat sehingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obat
Obat ialah bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok
badan atau bagian badan manusia (Anief, 1997).
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai
pilihan obat saat ini telah tersedia, sehingga diperlukan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat selalu
harus digunakan selalu benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal
(IONI, 2002).
Dalam penggunaannya, obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat
digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat.
Dan obat akan bersifat racun apabila digunakan salah dalam pengobatan atau
dengan dosis yang berlebih. Akan tetapi bila dosisnya kurang juga tidak
memperoleh penyembuhan (Anief, 2004).
2.2 Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk membuat atau menyerahkan obat kepada pasien. Resep
harus ditulis secara jelas dan lengkap, apabila resep tidak bisa dibaca dengan jelas
atau tidak lengkap, apoteker atau asisten harus menanyakan kepada kepada dokter
Resep harus ditulis secara jelas dan mudah dimengerti, agar tidak
menimbulkan ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai nama
obat serta takaran yang harus diberikan. Adalah kebiasaan yang tidak benar untuk
menulis resep secara tidak jelas seperti yang sering terjadi saat ini (IONI, 2002).
2.3 Uraian Diare
Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan atau mencret dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya (Tan dan Rhardja, 2007).
Menurut Navaneethan dan Ralph (2011), diare secara umum didefinisikan
sebagai peningkatan frekuensi dari buang air besar dan bentuk tinja yang tidak
normal atau cair. Pada keadaan normal makanan yang terdapat didalam lambung
dicerna menjadi bubur kimus kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan
lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat gizi diresorpsi oleh villi
kedalam darah, sisa kimus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar
dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasa selalu
berada disini (flora) mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga
sebagian daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar.
Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat
dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja (Tan dan Rahardja, 2007).
Namun pada diare terjadinya peningkatan peristaltik usus sehingga pelintasan
kimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Selain itu terjadinya penumpukan cairan di
usus akibat terjadinya resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan
2.3.1 Gejala dan Tanda Diare
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain :
Gejala umumnya yaitu berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
Muntah , biasanya disertai pada diare pada gastroenteritis akut. Demam dapat
mendahului atau tidak mendahului gejala diare. Gejala dehidrasi yaitu mata
cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah. Sedangkan gejala
spesifiknya yaitu Vibrio Cholera yaitu diare hebat, warna tinja seperti cucian
beras dan berbau amis. Disenteriform yaitu tinja berlendir dan berdarah
(Widoyono, 2005).
2.3.2 Klasifikasi Diare
Berdasarkan lamanya diare menurut Anwar (2000) dibagi atas:
1.Diare akut
Diare yang disebabkan oleh infeksi usus yang bersifat mendadak. Diare
karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur. Pada diare ini ditandai dengan
tinja berbentuk cair, sering diiringin dengan demam, sakit perut, muntah dan
badan lemas. Bahaya utama dari diare akut adalah dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit tubuh, terutama pada anak dan bayi.
2.Diare Kronik
Diare kronik berlangsung lebih dari 2 minggu, dan umumnya bersifat
menahun. Diare kronik banyak penyebabnya, seperti keadaan sekunder dari
penyakit lain (iritasi kolon, hipertirodisme, karsinoma lambung), setelah operasi
2.3.3 Penyebab Diare
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare
disebabkan adanya bakteri, virus, infeksi cacing, melasorbsi (karbohidrat, lemak,
protein, penyebab lain adalah faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan dan faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas, tetapi jarang
terjadi (Ngastiyah, 1997).
Pada diare terdapat gangguan dari resoprsi, sedangkan sekresi getah
lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik diare
disebabkan oleh meningkatnya peristaltic usus tersebut, sehingga pelintasan
chimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Pene;itian dalam tahun-tahun terakhir
menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus
akibat terjadinya resorpsi air atau terjadinya hipersekresi.
2.3.4 Pengobatan
Tindakan yang pertama sekali diambil guna mencegah atau mengatasi
keadaan dehidrasi dan kehilangan garam dengan memberikan ORS (oral
rehydration solution).
a. Garam rehidrasi oral
Oral Rehidrasi Solution adalah suatu larutan dari campuran Nacl 3,5 g, kcl
1,5 g, Na trisitrat 2,5g dan glukosa 20 g dalam 1 liter air matang (oralit)
glukosa menstimulasi secara aktif transfor Na dan air melalui dinding usus.
Dengan demikian resorpsi air dalam usus halus meningkat 25 kali. Begitu
pula bahan gizi lainnya (asam amino, peptida) memperlancar penyerapan air.
Beberapa tahun telah ditemukan bahwa tepung beras atau tepung jagung,
sorghum dan kentang sebagai pengganti glukosa dalam campuran ORS
memberikan beberapa keuntungan penting. Dalam usus, tepung beras yang
berisi pati dicernakan dan dihasilkan dua kali lebih banyak glukosa daripada
dalam ORS biasa (Tan dan Rahardja, 2007).
2.3.5 Obat Anti Diare Pada Anak
Beberapa jenis obat anti diare pada anak yaitu
a. Zincid
b. Lacto-B
c. Oralit
d. Probiotik
2.3.5.1 Zinkid
Zinkid yaitu mikronutrien yang dapat mempercepat regenerasi sel-sel yang
rusak sehingga dapat mempercepat penyakit diare.
Mekanisme kerja zink pada diare akut yaitu zink mempunyai efek
terhadap eritrosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada
diare. Zink terutama bekerja pada kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran
cerna dan sistem imun dimana zink dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein.
Zink bekerja pada tight junction level untuk mencegah meningkatnya
permeabilitas usus, mencegah pelepasan histamine oleh sel mast dan respon
kontraksi serta sekretori terhadap histamine dan serotonin pada usus dan
mencegah meningkatnya permeabilitas endotel yang diprakarsai TNF
α
yang juga2.3.5.2 Lacto-B
Komposisi per sachet mengandung energy 3,4 kalori, karbohidat 0,6 gram,
protein 0,02 gram, lemak total 0,1 gram, vitamin c 10
Indikasi : - Lactic acid bacterial menghasilkan as. organic yang menghambat
bakteri merugikan sehingga dapat membantu memperbaiki
ketidakseimbangan flora usus pada diare.
- Lactobacilli menghasilkan enzim beta-galaktose untuk
menghidrolisa laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
- Lacto-B dapat mengurangi lactose intolerance (diare akibat
mengkonsumsi susu formula mengandung laktosa) .
- Vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus.
2.3.5.3 Oralit
Kalium klorida 0,3 g (1,5g), natrium klorida 0,7 g(3,5g), natrium
bikarbonat 0,5g (2,5g), glukosa anhidrat 4g(20g). Tiap kantong serbuk 200 ml
(1000 ml).
Indikasi : mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu muntaber, diare dan
kolera
Kontra indikasi : Obstruksi atau perforasi usus
Perhatian : pakailah seperlunya sampai dehidrasi teratasi
Dosis : sesuai keadaan untuk anak dibawah 1 tahun 2 jam pertama 2 gelas larutan
selanjutnya setengah gelas setiap buang air besar. Anak 1-5 tahun 2 jam
pertama 4 gelas larutan selanjutnya 1 gelas setiap buang air besar. Anak
diatas 5 tahun dan dewasa: 2 jam pertama 6 gelas selanjutnya 2 gelas
2.3.5.4 Probiotik
Pangan probiotik merupakan makanan atau minuman yang mengandung
sejumlah bakteri hidup yang menguntungkan kesehatan. Pangan probiotik antara
lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacilli dan
bifidobacterium). Contoh pangan probiotik yaitu yogurt, yakult, kafir dan dadih (
Endrikawidyastuti, 2011).
Mekanisme probitotik hingga dapat meningkatkan kesehatan
a. Produksi senyawa mikroba
(khususnya pathogen) seperti asam laktat, asam asetat, karbondioksida,
H202, bakteriosin, reuterin dan senyawa penghambat bakteri pathogen
lainnya.
b. Unggul dalam kompetisi penyerapan nutrient dan sisi penempelan pada
sel epitel usus.
c. Menstimulasi sistem imunitas dan mampu mengubah aktivitas
metabolisme dalam saluran pencernaan, maka bakteri asam laktat sering
digunakan sebagai probiotik komersial (Endrikawidyastuti, 2011).
2.4 Antibiotik
2.4.1 Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah zat–zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat petumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tan dan Rahardja, 2010).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes (Setiabudy, 2007).
2.4.2 Amoksisilin
Bekerja agak lambat setelah 5-6 hari demam hilang dibandingkan rata-rata
3 hari dengan kloramfenikol juga menghasilkan pembawa basil.
Amoksisilin merupakan antibiotika dari penisilin semisintetik yang stabil
dalam suasana asam, kerja bakterisida, atau pembunuh bakterinya seperti
ampisilin. Amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran pencernaan,
tidak tergantung adanya makanan dalam lambung dan setelah 1 jam
konsentrasinya dalam darah sangat tinggi sehingga efektivitasnya tinggi.
Amoksisilin diekskresikan atau dibuang terutama melalui ginjal, dalam air kemih
terdapat dalm bentuk aktif. Amoksisilin sangat efektif terhadap organisme gram
positif dan gram negatif. Penggunaan amoksisilin seringkali dikombinasikan
dengan asam klavulanat untuk meningkatkan potensi dalam membunuh bakteri
(Fitriani S, 2010).
2.4.3 Kotrimoxazol
Kotrimoxazol merupakan antibiotik yang mengandung kombinasi
sulfametoksazol dan trimetoprim. Kotrimoksazol mempunyai spectrum luas dan
efektif terhadap gram positif dan negatif serta salah satu utama penyebab diare
akut ( Rosen dan Quinn,2000).
Mampu menghilangkan demam dalam 4 hari, setelah terapi tinja tidak
mengandung basil tifus, sehingga efektif juga untuk mengobati pembawa basil.
Berhubung bahaya gangguan darah sebaiknya jangan dugunakan lebih dari 2
Mekanisme kerjanya yaitu Aktivitas antibakteri kombinasi antara
sulfametoksazol dan trimetoprim ( kotrimoksazol) berdasarkan kerjanya pada dua
tahap yang berurutan pada reaksi enzimatik untuk pembentukan asam
tetrahidrofolat. Sulfonamida manghambat masuknya para-aminobenzoic acid
(PABA) ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya
reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat
pentinguntuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan basa
purin (adenine, guanine dan timidin) dan beberapa asam amino (metinin, glisin).
Sel-sel mamalia menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak
mensintesis senyawa tersebut. Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat
reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut
juga terdapat pada sel mamalia. Efek sinergis dapat dicapai dengan perbandingan
kadar yang optimal dari kedua obat. Untuk kebanyakan kuman, rasio kadar
Sulfametoksazol : Trimetoprim yang optimal ialah 20:1, sifat farmakokinetik
sulfonamid untuk kombinasi dengan Trimetoprim sangat penting untuk kadar
yang relatif tetap dari kedua obat tersebut dalam tubuh. Trimetoprim pada
umumnya 20 – 100 kali lebih poten daripada sulfametoksazol, sehingga sediaan
kombinasi diformulasikan untuk mendapatkan kadar Sulfametoksazol 20 kali
lebih besar daripada Trimetoprim (Putra, 2011).
2.5 Penggunaan Antibiotik Pada Anak–Anak
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat baik dalam hal indikasi, maupun cara
pemberian akan merugikan penderita serta akan memudahkan terjadinya resistensi
terhadap antibiotik dan dapat menimbulkan efek samping. Hal – hal yang perlu
indikasi, kepatuhan, jangka waktu yang tepat dan dengan memperhatikan keadaan
patofisiologi pasien secara tepat, diharapkan dapat memperkecil efek samping
yang akan terjadi (Prest, 2003).
2.5.1 Pasien anak
Masa kanak-kanak menggambarkan suatu periode pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat. Penggunaan obat pada anak- anak tidaklah sama
dengan orang dewasa, sehingga hanya terdapat sejumlah kecil obat yang telah
diberi ijin untuk digunakan pada anak- anak, yang memiliki bentuk sediaan yang
sesuai (Prest, 2003).
Agar dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan untuk
membagi masa anak – anak. The British Paediatric Association (BPA)
mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan pada saat terjadinya
perubahan-perubahan biologis (Prest, 2003):
- Neonatus : Awal kelahiran sampai usia 1 bulan
- Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun
- Anak : 2 sampai 12 tahun
- Remaja : 12 sampai 18 tahun.
2.5.2 Jenis Obat
Menurut Permenkes No. 02.02/Menkes/068/I/2010, obat generik adalah obat
dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya dan obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten
2.5.3 Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat adalah bentuk sediaan farmasi yang mengandung
zat/bahan berkhasiat, bahan tambahan, dengan dosis serta volume dan bentuk
sediaan tertentu, langsung dapat digunakan untuk terapi (Joenoes, 2001).
2.5.4 Obat bentuk sediaan cair
Obat bentuk sediaan cair dapat diberikan untuk obat luar, obat suntik, obat
minum dan obat tetes seperti larutan, suspensi, emulsi, sirup dan injeksi (Joenoes,
2001).
2.5.5 Obat bentuk sediaan setengah padat
Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan
sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi
sebagai pelindung kulit seperti salep, krim dan pasta (Joenoes, 2001).
2.5.6 Obat bentuk sediaan padat
Obat bentuk sediaan padat merupakan sediaan dengan system unit/dose
mengandung dosis tertentu dari satu atau beberapa komponen obat seperti tablet,
kapsul, pulvis pulveres atau puyer dan pil (Joenoes, 2001).
2.6 Rumah Sakit Haji Medan
Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara-suara dari kalangan
Umat di Sumatera utara, khusunya di Kotamadya Medan yang mendambakan
sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan islam (Chotimah,2008).
Pada tanggal 28 februari 1991 di Jakarta, President Republik Indonesia
menandatangani prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni Jakarta,
Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur
Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu pertama
pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Bapak Menteri Agama Republik
Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan Bapak Gubernur Provinsi Sumatera
Utara pada tanggal 11 Maret 1991 (Chotimah, 2008). Kemudian pada tanggal 4
juli 1992 Rumah Sakit Haji Medan diresmikan oleh Bapak Presisent Soeharto dan
pada tanggal 15 Juli 1992 telah melaksanakan pelayanan kesehatan pada
masyarakat umum dan jemaah Haji Embarkasi Polonia Medan (Chotimah,2008).
Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk pasien yang
imgin rawat jalan, antara lain: poliklinik syaraf, poliklinik jiwa, poliklinik paru,
poliklinik gigi, poliklinik THT, poloklinik jantung, poliklinik fisioteraphi,
poliklinik orthopedic, klinik VCT (Voluntary Conseling and Testing), Instalasi
Gawat Darurat (IGD) (Chotimah, 2008).
Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk pasien yang
ingin rawat inap, antara lain : kelas umum utama A, kelas utama B, kelas I-A,
kelas I-B, kelas II, kelas III, ruang ICU, ranjang bayi (Chotimah, 2008).
Pelayanan penunjang yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk
para pasien, antara lain: rehabilitasi nedis, farmasi, ambulance, laundry, dapur
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Rumah sakit tersebut
dipilih karena belum ada dilakukan penelitian tentang profil penggunaan Obat
Anti Diare pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan dan rumah sakit ini
merupakan salah satu rumah sakit pemerintah di kota medan yang umumnya
sistem pengobatan telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah tentang diare.
Jangka waktu penelitian ini selama 3 bulan , yaitu : September 2013 hingga
November 2013.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif retrospektif, deskriptrif yaitu analisis yang
bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subyek penelitian, yang di
arahkan pada penyajian informasi mengenai data yang diperoleh melalui proses
penelitian dan retrospektif yaitu meneliti kebelakang dengan menggunakan data
sekunder.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien anak
rawat jalan yang didiagnosis penyakit diare dan menjalani pengobatan di Rumah
Sakit Haji Medan pada periode waktu Januari 2012 hingga Juni 2012. Seluruh
populasi terjangkau sebagai objek dalam penelitian. Didapat populasi target
berupa rekam medis pasien diare yang berobat di Rumah Sakit Haji Medan pada
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh resep yang
mengandung obat diare yang diberikan kepada pasien anak rawat jalan penderita
diare di Rumah Sakit Haji Medan Januari-Juni 2012.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Data rekam medis yang diberikan kepada pasien anak rawat jalan yang
tidak mengadung obat diare di Rumah Sakit Haji Medan
b. Data rekam medis pasien diare di Rumah Sakit Haji Medan yang tidak
lengkap (tidak memuat informasi dasar yang dibutuhkan dalam
penelitian).
3.5 Instruman Penelitian 3.5.1 Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Status rekam medik (Medical Record) dari penderita diare yang berobat ke
Poli Anak Rumah Sakit Haji Medan.
b. Hasil pemeriksaan laboratorium penderita diare yang mendukung
diagnosis.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yaitu meneliti kebelakang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data yang
mengandung obat diare dari data rekam medis pasien anak rawat jalan penderita
berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan
dan jenis obat.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Microsoft
Excel, Program SPSS untuk Windows versi 17,0 kemudian disajikan dalam
persentase, nilai rata – rata dan tabel, analisa data berdasarkan periode, jenis
kelamin dan usia menggunakan SPSS chi square.
3.7 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas
i. Periode
ii. Jenis kelamin
iii.Usia
iv.Obat Diare
v. Antibitik
vi.Bentuk Sediaan
b. Variabel Terikat
i. Profil penggunaan obat Diare
3.8 Langkah Penelitian
Langkah cara pengambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data
rekam medis pasien adalah:
a. Meminta rekomendasi dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan
b. Menghubungi kepala bidang pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Haji
Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian, dengan membawa surat
rekomendasi dari fakultas.
c. Mengumpulkan semua data rekam medis yang masuk dari bulan Januari-Juli
2012 di Rumah Sakit Haji Medan.
d. Memilih data rekam medis yang menuliskan obat diare untuk pasien anak
rawat jalan penderita diare.
e. Melakukan analisis deskriptif
3.9 Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Profil penggunaan obat Diare adalah gambaran tentang pola penggunaan obat
diare yang dinilai berdasarkan usia, berat badan, jenis obat dan bentuk sediaan
yang diberikan.
b. Usia adalah total lama waktu hidup objek sejak tanggal kelahiran hingga saat
dilakukan pengobatan diare di rumah sakit.
c. Jenis kelamin adalah gender dari objek penelitian.
d. Status penyakit adalah tingkat keparahan penyakit diare.
e. Bentuk sediaan obat adalah bentuk sediaan yang mengandung bahan
berkhasiat, bahan tambahan yang diperlukan untuk formulasi obat, dengan
dosis serta volume dan bentuk sediaan tertentu, langsung dapat digunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan yang dimulai
dari bulan September 2013 hingga November 2013. Data diambil dari rekam
medis penderita Diare dalam rentang waktu Januari 2012 hingga Juni 2012. Dari
data rekam medis pasien tersebut didapatkan 39 jumlah pasien anak rawat jalan
yang memenuhi kriteria inklusi sebagai objek penelitian yang meliputi persentase
penggunaan obat diare, usia, jenis kelamin, antibiotik dan bentuk sediaan obat
diare yang diresepkan.
4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat Diare Berdasarkan Periode Januari-Juni 2012
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap profil penggunaan obat diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan
periode Januari hingga Juni 2012 diketahui bahwa pasien diare yang terjadi dari
bulan Januari 2012 sebanyak 39 pasien dan total resep yang masuk 44 lembar
resep, dari 44 lembar resep tersebut terdapat 64 jumlah resep yang mengandung
obat diare, yang berarti peresepan obat diare selama periode penelitian sebesar
Tabel 4.1 Distribusi resep yang mengandung obat Diare pada pasien anak rawat jalan penderita Diare di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012.
Bulan Obat Anti Diare % ρ
Januari 6 13,6
0,54
Februari 7 15,9
Maret 7 15,9
April 4 9,1
Mei 9 20,5
Juni 11 25,0
Total 44 100,0
Dari data diatas diperoleh nilai ρ lebih besar dari 0.05 yaitu nilai ρ 0,54
yang menunjukkan persentase penggunaan obat anti diare dari bulan januari-juni
2012 tidak mengalami perubahan yang berarti, dikarenakan faktor pengunjung
penderita diare yang tetap pada pasien anak rawat jalan penderita diare yang datang
berobat ke RS Haji Medan setiap bulannya.
4.2 Persentase Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat diare
pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa proporsi obat diare antara pasien
laki-laki dan perempuan dengan ρ lebih besar dari 0,05 yaitu 0,76 artinya adalah sama
Tabel 4.2 Distribusi Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Jenis Kelamin pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan Obat Anti Diare pada
pasien anak rawat jalan penderita diare terjadi pada pasien laki – laki yaitu 23
resep (52,3%) dan pasien perempuan 21 resep (47,7%). Hal ini tidak berbeda
dengan penelitian Fras korompis di Instalasi Rawat Inap BLU
RSUP.DR.R.D.KANDOU MANADO tahun 2013 tentang penggunaan Obat Anti
Diare pada pasien anak penderita diare yang menyebutkan bahwa penderita diare
lebih sering terjadi pada pasien anak laki – laki 63,09% dari pada perempuan
36,90% . Aktifitas fisik yang banyak pada anak laki – laki dapat membuat kondisi
fisik tubuh cepat mengalami penurunan termasuk penurunan sistem kekebalan
tubuh, sehingga lebih berisiko terkena penyakit termasuk diare akut (Pudjiaji S,
2010).
4.3 Persentase Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Usia
Penggolongan umur pada penelitian ini berdasarkan penggolongan masa anak-anak menurut The British Pediatric Association (BPA) pada tahun 2003
yang terdiri dari Neonatus (awal kel ahiran – 1 bulan), Bayi (1 bulan – 2 tahun),
Anak (2 tahun – 12 tahun), Remaja (12 tahun – 18 tahun) (Asiam, dkk., 2003).
Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare paling banyak
adalah usia anak 2-12 tahun yaitu 20 resep (45,5%) sedangkan bayi 1 bulan – 2
tahun sebanyak 18 resep (40,9%) dan neonatus awal kelahihan – 1 bulan hanya 6
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Ρ
Perempuan 21 resep 47,7
0,76
Laki – Laki 23 resep 52,3
resep (13,6%) dan proporsi obat diare antara pasien neonates , bayi dan anak
adalah berbeda yang dilihat dari jumlah resep dengan ρ 0,02 yang artinya lebih
kecil dari 0,05 hal ini dikarenakan faktor pengunjung penderita diare berdasarkan
usia yang berbeda pada pasien anak rawat jalan penderita diare yang datang
berobat ke RS Haji Medan setiap bulannya seperti pada table 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Usia pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012
Usia Jumlah Persentase (%) Ρ
Neonatus(Awal
kelahiran-1 bulan) 6 resep 13.6
0,02
Pada pasien anak berdasarkan usia 2-12 tahun umumnya mempunyai
keluhan lebih banyak yang dilihat dari jumlah resep daripada bayi dan neonates.
Hal ini kemungkinan disebabkan pasien anak usia 2- 12 tahun umumnya rentan
terkena infeksi penyakit terutama diare. Anak pada kelompok umur ini dapat
terkena infeksi bakteri penyebab diare pada saat pada saat bermain di lingkungan
yang kotor serta melalui hidup yang kurang bersih (Wulandari, 2012). Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Framita G di Rumah Sakit Swasta Jakarta yang menyatakan bahwa pasien bayi usia 2 bulan – 2 tahun lebih banyak yang
menderita Diare.
4.4 Persentase Resep yang Mengandung Obat Anti Diare
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat diare
(40,7%), Lacto-B sebanyak 22 resep (34,2%), Oralit sebanyak 1 resep (1,6%) dan
Probiotik sebanyak 15 resep (23,4%).
Tabel 4.4 Distribusi Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.
Obat Diare Jumlah Resep Persentase
Zincid 26 40,7
Lacto-B 22 34,3
Oralit 1 1,6
Probiotik 15 23,4
Jumlah 64 100
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
RSUP DR.R.D Kandou Manado dimana lebih banyak menggunakan Oralit
sebanyak 75 resep (89,28%), zincid 58 resep (49 penderita). Hal ini disebabkan
karena zincid merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zincid dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide synthase), dimana
ekskresi enzim meningkat selama diare dan meningkatkan hipersekresi epitel usu.
Zincid juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zincid selama diare
terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja serta menurunkan kekambuhan
4.5 Persentase Resep yang Mengandung Antibiotika Berdasarkan Generik dan Non Generik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat
Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan
berdasarkan jenis obat peresepan obat diare generik dan non generik yaitu 76%
generik dan 19% non generik seperti pada Tabel 4.5.
4.5. Distribusi Resep yang Mengandung Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari-Juni 2012
NO
Obat generik merupakan obat program pemerintah yang penggunaannya
diberlakukan melalui SK M, Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/per.1/1989
tanggal 28 Januari 1989, peraturan ini sangat bermanfaat sebab harga generik yang
murah dapat meringankan beban masyarakat dalam hal kebutuhan obat serta dapat
meningkatkan efisiensi, cakupan dan pemerataan palayanan kesehatan untuk
mereka yang membutuhkan. Pemerintah juga mewajibkan kepada semua fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah untuk menuliskan resep obat generic
(Sumantomo, 2006), Sehingga didapat hasil penelitian yang sesuai dengan
peraturan Menteri Kesehatan bahwa penggunaan OAT pada pasien anak di Rumah
Sakit Haji Medan periode Januari 2012 hingga Juni 2012 yaitu 76% generik dan
Berdasarkan hasil penelitian, antibiotik yang paling banyak diresepkan
adalah antibiotik Cotrimoxazol yaitu 12 resep (75%) , Sanprima 3 resep (19%)
dam Amoxicilin 1 (75%) selama periode Januari-Juni 2012. Hasil penelitian ini
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap di BLU RSUP Prof.
DR. R. D bahwa penggunaan antibiotik cotrimoxazol lebih banyak daripada
amoxicillin. Hal ini disebabkan cotrimoxazol merupakan antibiotik yang
mengandung kombinasi sulfametoxazol dan trimetoprin. Cotrimoxazol
mempunyai spectrum aktifitas luas dan efektif terhadap gram positif dan gram
negatif termasuk E-coli yang merupakan bakteri gram negative serta salah satu
utama penyebab diare akut (Rosen dan Quinn, 2000).
4.6 Persentase Resep yang Mengandung Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat
Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan
berdasarkan bentuk sediaan adalah bentuk sediaan tablet sebanyak 30 resep
(46,9%) sedangkan Obat Anti Diare dalam bentuk sediaan serbuk sebanyak 34
resep (53,1%) dan Obat Anti Diare dalam bentuk sirup sebanyak 0 resep (0%)
seperti pada table 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Obat Anti Diare Berdasarkan Bentuk Sediaan pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012
Bentuk Sediaan Jumlah resep Persentase (%)
Sirup 0 0
Tablet 30 46,9
Serbuk 34 53,1
Berdasarkan hasil penelitian, dalam bentuk sediaan Obat Anti Diare
khususnya bentuk sediaan sirup tidak banyak digunakan dikarenakan harga sirup
relatif mahal dan daya tahan relative pendek setelah segel dibuka maka paling
aman dipakai maksimal 1 bulan ( karena mudah tercemar jamur atau bakteri).
Rute pemberian obat Anti Diare yang digunakan pada penderita diare pada pasien
anak rawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan adalah secara oral. Hal ini
disebabkan pemberian obat melalui oral yang paling menyenangkan, mudah,
murah dan paling aman. Tujuan dari pemberian obat melalui oral untuk
mendapatkan efek sistemik, yaitu obat beredar melalui pembuluh darah ke seluruh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah resep
yang masuk periode Januari – Juni 2012 sebanyak 44 resep yang terdiri dari 100%
meresepkan obat anti diare. Penggunaan Obat Anti Diare paling banyak terdapat
pada laki-laki (52,3%). Berdasarkan usia paling banyak terjadi pada usia 2
tahun-12 tahun yaitu (45,5%). Obat Anti Diare paling banyak digunakan adalah zincid
(40,7%). Antibiotik yang paling banyak digunakan adalah cotrimoxazol (75%).
Berdasarkan sediaan yang paling banyak diresepkan adalah bentuk sediaan serbuk
(53,1%).
Penggunaan Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di
RS Haji Medan Periode Januari – Juni 2012 adalah sama setiap bulannya dan
sesuai dengan pedoman tata laksana penanganan diare di Indonesia yaitu :
1. Tuntaskan diare dengan pemberian oralit
2. Berikan zincid
3. Berikan Asi-Makan
4. Berikan antibiotik secara selektif
5. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga
5.2 Saran
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terhadap
pola penggunaan obat anti diare di berbagai rumah sakit lain dengan cara
membandingkan penggunaan obat anti diare apakah sudah sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Hal.13
Anief, M. (2004). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.56-64
Asiam, dkk. (2003). Farmasi Klinis. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 191-192.
Black, M.M. (1998). Zinc Deficiency and Child Development. Am J Clin Nutr.; 68(Suppl): 464S-9S
Chotimah, S.L. (2008). Persepsi Pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Endrikawidiastuti. (2011). Probiotik dan Prebiotik. files.wordpress.com/2011 / 11 pangfus3- probiotik dan prebiotik.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2014).
Fitriani,S.(2012). Penetapan Kadar Amoksisilin Dalam Kaplet Omemox Secara Spektrofotometer Ultraviolet di PT. Mutifa Industri Farmasi Medan. Repository USU instituonal.Repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789 /18914/ 4/ chapterII.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2014).
Fras, K., dkk. (2012). Study Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU Rsup Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Juni 2012. Skripsi. Manado : Fakultas MIFA Unsrat.
Hatta, M. (2011). Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/chapterII.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2014).
Iso. (2008). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : Penerbit PT. ISFI.
Joenoes, N.Z. (2001). ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 20-25.
Mentri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Mentri Kesehatan RI Pedoman
Penanggulangan Diare. Jakarta: keMenterian Kesehatan Republik
Indonesia. Hal. 14.
Navaneethan, U., dan Ralph, A.G. (2001). Definition, Epidemiology, Pathophysiology, Clinical Classification, and differential Diagnosis of
Diarrhea. Editor: Stefano Guandalini., dan Haleh Vaziri. Diarrhea.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC. Cetakan 1. Jakarta.
Pramita, G., Dwi poerwantoro., Badriul, H., Puspita, A.w., Witjaksono. (2005). Pola Tata Laksana Diare Akut di Beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta ( Jurnal Sari Pediatri Vol.6 No 4).
Prest. (2003). Penggunaan Obat Pada Anak – Anak. Dalam: Farmasi Klinis. Editor: Aslam. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 191-192.
Pudjiaji, S. (2010). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Putra. (2011). Suspensi Cotrimoxazol. repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 22470/ 4/ chapterII.Pdf ( diakses pada 17 september 2014).
Rosen , EJ and Quinn. (2000). Microbiology, Infections and Antibiotic Theraphy. 2013).
Tim Penyusun IONI Indonesia. (2002). Informatorium Obat Nasional Indonesia.
Jakarta : Penerbit Sagung Seto.
Tan, H.T, dan Rahardja, K. (2002). Obat-obat penting: Khasiat, penggunaan dan
Efek-Efek sampingnya. Edisi kelima. Cetakan 2. Jakarta: Penerbit PT.
Elex Media Kompotindo Gramedia. Hal 270-271;274;278-279.
Tan, H.T, dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat penting: Khasiat, penggunaan dan
Efek-Efek sampingnya. Edisi keenam. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit PT.
Elex Media Kompotindo Gramedia. Hal 287.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2010). Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek – Efek Sampingnya. Edisi keenam. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Halaman 57-58, 81-82.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke sel sistem. Edisi 2. Penerjemah: Brahm. U.Pendit. Jakarta: Penerbit EGC.Hal.582.
Setiabudy, R. (2007). Pengantar Antimikroba. Dalam: Gunawan, S.G., editor.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 585-587, 674-675, 681-682, 723-724.
Widoyono. (2005). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Isomil Advance
Ceudofenicol 0,11% 3x9tt II Ods
26 187104 L 4 bulan 14-05-2012 6,8 Diare Nan Ha Inhealth
Sanprima Syrup 2xcth 1
31 187688 P 16 hari 29-05-2012 2,7 Diare Lacto B 2x1 sch Pribadi
Cotrimoxazol 3x cth I
34 188532 P 1 Thn 01-06-2012 13 Diare Lacto B 3x1 sch Astek
8 bulan Cotrimoxazol 3x1 cth I
Dompheridon 3x1 tab
35 189072 L 10 bulan 05-06-2012 8,2 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi
36 189156 L 2 Thn 08-06-2012 12 Diare Interlac drop 1x gtt V Astek
Disertai Sanmol Syrup 4xcth I
Pilek Tiris drop 1x0,5 ml
Iliadin 0,025% 3xgtt III
3xsehari saja
Lacto B 3x1 sch
37 189354 L 9 bulan 11-06-2012 7,5 Diare Susu SGM Soya Pribadi
Disertai Alcodrop 3x0,8 ml
Batuk Lacto B 2x1 sch
38 189446 P 9 bulan 11-05-2012 7,5 Diare Cotrimoxazol 2xcth I
Probi 1x1 tab
Zincid 1x1 tab
39 189817 L 11 Thn 25-06-2012 23,5 Diare Lacto B 3x1 sch Askes
+ 1 minggu Sanmol 3x250 mg
Zincid 2x1 tab
Sanprima Syrup 2xcth I
Lampiran 2. Hasil analisis statistik deskriptif peresepan obat diare
1. Resep yang masuk selama periode Januari-Juni 2012
Frequencies
[DataSet1] C:\Documents and Settings\Administrator\My Documents\data mentah te
rbaru fika.sav
Statistics
Periode
N Valid 44
Missing 0
periode
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid januari 6 13.6 13.6 13.6
februari 7 15.9 15.9 29.5
maret 7 15.9 15.9 45.5
april 4 9.1 9.1 54.5
mei 9 20.5 20.5 75.0
juni 11 25.0 25.0 100.0
2. Resep diare berdasarkan jenis kelamin
Frequencies
[DataSet1] C:\Documents and Settings\Administrator\My Documents\data mentah te
rbaru fika.sav
Statistics
jeniskelamin
N Valid 44
Missing 0
jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 23 52.3 52.3 52.3
perempuan 21 47.7 47.7 100.0
Total 44 100.0 100.0
3 Resep diare berdasarkan usia
Frequencies
[DataSet1] C:\Documents and Settings\Administrator\My Documents\data mentah te
rbaru fika.sav
Statistics
usia
Statistics
usia
N Valid 44
Missing 0
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid awal kelahiran-1 bulan 6 13.6 13.6 13.6
1 bulan-2 tahun 18 40.9 40.9 54.5
2 tahun-12 tahun 20 45.5 45.5 100.0
Lampiran 4 : Judul Penelitian Dan Pembimbing II