PENGARUH METODE MENGAJAR, KERJASAMA KELOMPOK DAN
KEMAMPUAN KOORDINASI TERHADAP KETERAMPILAN
DRIBEL DAN MENEMBAK BOLA BASKET SISWA PUTRA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DISERTASI
Untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Soekardi NIM 6301602004
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Disertasi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Disertasi Program
Studi Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang
pada
Hari : Rabu
Tanggal : 5 Maret 2008
Panitia Ujian
Ketua
Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si. NIP 131125646
Sekretaris
Prof. Dr. Ari Tri Soegito, S.H., M.M. NIP 130345757
Penguji I,
Prof. Dr. Sudjarwo NIP . 130205394
Penguji III,
Prof. Dr. Dumadi
Penguji II,
Prof. Dr. Husein Arga Sasmita, M.A. NIP 130189315
Penguji IV,
Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. NIP 131404316
Penguji V,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 131658563
Penguji VI,
iii
PERSETUJUAN PROMOTOR/KOPROMOTOR
Desertasi dengan Judul “Pengaruh Metode Mengajar, Kerjasama Kelompok dan
Kemampuan Koordinasi Terhadap Keterampilan Dribel dan Menembak Bola
Basket Siswa Putra Sekolah Menengah Pertama” telah disetujui oleh Promotor/
Kopromotor untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Disertasi.
Semarang, ……… Promotor,
Prof.Dr.Sugiyanto NIP. 130543965
Semarang, ………… Ko Promotor,
Prof.Dr.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd NIP. 131658563
Semarang, ………. Anggota Ko Promotortor,
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penelitian desertasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar doktor disuatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, Januari 2008
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Bersyukur kepada Allah SWT Berjalan sampai ke batas dan Berlayar sampai ke pulau.
Persembahan :
Kenangan
Salikin Sukandar (alm) ayahku
Ibu Sadinem Sukandar
Bingkisan
Isteri Istiqomah Sumiati
Herry, Meyra dan Gita anakku
Ririn, Basuki dan Dedy anakku jua
Iqbal, Aqmal, Balkis, Azzara serta Assadel
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan kekuatan kepada saya sehingga dapat saya susun desertasi
dengan judul: “Pengaruh metode mengajar, kerjasama kelompok dan kemampuan
koordinasi terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket siswa putra
Sekolah Menegah Pertama“.
Penyusunan disertasi ini sebagai salah satu syarat penyelesaian perkuliahan
Strata 3 di Universitas Negeri Semarang.
Pada kesempatan ini pula saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor UNNES, atas segala
bantuan dan kesempatan dalam mengikuti perkuliahan sampai selesai.
2. Bapak Prof.Dr.Ari Tri Sugito,Sh.MM Direktur PPS UNNES, atas bantuan dan
dorongan untuk menyelesaikan perkuliahan.
3. Bapak Prof.(Emeritus) Dr.Dumadi, Ketua Program Studi Strata 3 Pendidikan
Olahraga UNNES atas segala bantuan, bimbingan dan dorongan yang diberikan
4. Bapak. Drs. Sutardji, MS., Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, atas
bantuan, kesempatan dan dorongan untuk dapat menyelesaikan studi.
5.Bapak Prof. Dr. Sugiyanto, Promotor, atas segala bimbingan, yang tidak
mengenal lelah sehingga memacu, agar saya tidak berputus asa.
6.Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Ko. Promotor, atas
bimbingan dan motivasi yang diberikan terus menerus.
vii
yang telah diberikan serta dorongan semangat untuk terus belajar.
8 Bapak Drs. H. Sri Santosa, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, atas ijin
penelitian yang diberikan.
9.Bapak H. Sunaryo Prodjo, M.Pd, Kepala SMP N 21 Semarang serta seluruh
jajarannya yang telah memberikan ijin, batuan fasilitas dan dukungan dari guru
dan siswanya sehingga dapat dilakukannya penelitian ini.
Demikian pula kepada Hj.Sumiati, semua Anak-anakku, yang memberikan
semangat, dorongan, bantuan secara sungguh-sungguh dan tidak mengenal
lelah, sehingga dapat terselesaikannya disertasi ini.
Semoga disertasi ini ada manfaatnya terhadap lembaga dan perkembangan
ilmu keolahragaan.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
PENGESAHAN KELULUSAN ...
PERSETUJUAN PROMOTOR ...
PERNYATAAN KEASLIAN ...
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
ABSTRAK ...
ABSTRACT ...
i ii iii iv v vi viii xii xv xviii xx xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Identifikasi Masalah ...
1.3 Pembatasan Masalah ...
1.4 Perumusan Masalah ...
1.5 Tujuan Penelitian ...
1.6 Manfaat Penelitian ...
1 10 15 19 21 23
BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ... 26
ix
2.1.1 Metode Mengajar ...
2.1.1.1 Metode dan Pendekatan Pembelajaran
2.1.1.2 Metode Bagian, Keseluruhan dan Campuran ...
2.1.2 Kerjasama Kelompok dalam Proses Belajar
Mengajar ...
2.1.2.1 Kerjasama Kelompok ...
2.1.2.2 Proses Belajar Pendidikan Jasmani ...
2.1.2.3 Gaya Mengajar ...
2.1.3 Kemampuan Gerak Koordinasi ...
2.1.3.1 Ranah Psikomotor ...
2.1.3.2 Keterampilan Motorik ...
2.1.3.3 Tahapan Belajar Motorik ...
2.1.3.4 Proses Fisiologis Motorik ...
2.1.3.5 Kemampuan Koordinasi ...
2.1.4 Permainan Bola Basket ...
2.1.4.1 Gambaran Umum ...
2.1.4.2 Program Pembelajaran Bola Basket ..
2.1.4.3 Teknik Menembak Bola ...
2.1.4.4 Teknik Dasar Bertumpu Satu Kaki ....
2.1.4.5 Teknik Permainan Bola Basket ...
26 26 29 41 41 44 46 55 55 63 65 66 73 78 78 83 90 94 96
2.2 Kerangka Berpikir ... 100
2.2.1 Pengaruh Variabel Bebas dan Variabel Terikat
2.2.2 Interaksi Antar Faktor ...
2.2.3 Pengarauh Kombinasi Taraf – taraf Faktor Penelitian ...
100
105
x
2.3 Pengajuan Hipotesis ... 114
BAB III METODE PENELITIAN ... 116
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...
3.1.1. Tempat Penelitian ...
3.1.2 Waktu Penelitian ...
3.2 Pola Penelitian ...
3.2.1 Jenis Penelitian ...
3.2.2 Design Penelitian ...
3.3 Subyek Penelitian ...
3.3.1 Populasi ...
3.3.2 Sampel ...
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ...
3.4 Variabel Penelitian ...
3.4.1 Variabel Bebas ...
3.4.2 Variabel Terikat ...
3.4.3 Variabel Penyela ...
3.5 Instrumen Penelitian ...
3.5.1 Tes Skipping Rope Satu Menit ...
3.5.2 Tes Keterampilan Bola Basket KOSKI ...
3.5.3 Treatment/Perlakuan untuk Kelas A ...
3.5.4 Treatment/Perlakuan untuk Kelas B ...
3.5.5 Treatment/Perlakuan untuk Kelas C ...
3.5.6 Treatment/Perlakuan untuk Kelas D ...
3.6 Teknik Pengambilan Data ...
xi
3.6.1 Jenis Teknik Pengambilan Data ...
3.6.2 Data- data yang Harus Dihindari ...
3.7 Teknik Analisis Data ...
3.7.1 Uji Persyaratan ANAVA ...
3.7.1.1 Uji Normalitas ...
3.7.1.2 Uji Homogenitas ...
3.7.2 Analisis Varian Tiga Jalan ...
3.7.3 Analisis Kombinasi Taraf ...
3.7.4 Uji Komparasi Ganda ...
128 130 134 134 134 136 137 142 147
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 150
4.1 Deskripsi Data ...
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ...
4.2.1 Uji Normalitas ...
4.2.2 Uji Homogenitas ...
4.3 Pengujian Hipotesis ...
4.4 Pembahasan ...
4.5 Keterbatasan Penelitian ... 150 163 163 164 166 181 184
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 186
5.1 Kesimpulan Penelitian ...
5.2 Implikasi Hasil Penelitian ...
5.3 Saran Penelitian ...
186
188
192
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 195
xii DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 -- 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Klasifikasi Ranah Psikomotor Menurut Simpson ...
Tahap-Tahap Berperilaku Psikomotor Menurut De Blok ...
Tahapan Penelitian ...
Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 x 2 ...
Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan ...
Hasil Tes Keterampilan Dribel ...
Hasil Tes Keterampilan Menembak ...
Hasil Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket ...
Rekapitulasi Uji Normalitas dari Kelompok Taraf Penelitian Hasil Komparasi Ganda ...
Rangkuman Hasil Uji homogenitas ...
Rangkuman Hasil Analisis Varians ...
Hasil Komparasi Ganda Hipotesis 5 ...
b. Hasil Komparasi Ganda Hipotesis 6 ...
Kombinasi Hipotesis 8 ...
Uji Scheffe Hipotesis 8 ...
Kombinasi Hipotesis 9 ...
Uji Scheffe Hipotesis 9 ...
Kombinasi Hipotesis 10 ...
Kombinasi Hipotesis 11 ...
Uji Normalitas data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
Menembak Bola Basket pada Kemampuan Koordinasi Tinggi ...
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
Menembak Bola Basket pada Kemampuan Koordinasi Rendah ...
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
xiii 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Menembak Bola Basket pada Metode Mengajar Bagian ...
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
Menembak Bola Basket pada Metode Mengajar Keseluruhan ...
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
Menembak Bola Basket pada Kerjasama Kelompok 2 Orang ...
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
Menembak Bola Basket pada Kerjasama Kelompok 3 Orang ...
Perhitungan Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Hasil Belajar Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap Faktor Metode Bagian ...
Perhitungan Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Hasil Belajar Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap
Metode Mengajar Keseluruhan ...
Perhitungan Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Hasil Belajar Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap
Kerjasama Kelompok, Kelompok 2 Orang ...
Perhitungan Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Hasil Belajar Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap
Kerjasama Kelompok 3 Orang ...
Perhitungan Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Hasil Belajar Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap
Kemampuan Koordinasi Tinggi...
Perhitungan Uji Kesamaan Variansi (Homogenitas) Hasil Belajar Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap
Kemampuan Koordinasi Rendah ...
Rangkuman Uji Homogenitas Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan Menembak Bola Basket ...
Pengelompokan Data Hasil Belajar Ketrampilan Dribel dan
Menembak Bola Basket ...
Rangkuman Data Sel ...
Jumlah Metode Mengajar dan Kerjasama Kelompok (AB) ...
xiv 36
37
38
39
40
41
42
43
Jumlah Kerjasama Kelompok dan Kemampuan Koordinasi (BC) ...
Jumlah Metode Mengajar, Kerjasama Kelompok dan Kemampuan Koordinasi (ABC) ...
Perhitungan Komponen Jumlah Kuadrat ...
Perhitungan Jumlah Kuadrat ...
Perhitungan Derajat Kebebasan ...
Perhitungan Rata-Rata Kuadrat ...
Perhitungan Statistik Uji Nilai F ...
Rangkuman Hasil Anava ... 282
282
283
283
284
284
284
xv DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tingkat Kerumitan Metode Belajar ...
Diagram Hubungan antara Motor Educability dengan Out Come Belajar ...
Kiri: Refleks Regang Otot. Kanan: Refleks Penarikan Diri ...
Formasi Restikularis dan Nukleus-Nukleus yang Berhubungan. ...
Tingkat Representatif Berbagai Otot Tubuh di Dalam Kortek Motorik
a. Lokasi Daerah Kortek Lain yang Bertanggung Jawab untuk Jenis
Motorik Tertentu ...
b. Prerequisites to efficient movement...
Lapangan Permainan Bola Basket ...
Tiang, Papan Pantul dan Ring Bola Basket ...
Cara mengoper Bola Basket ...
Lemparan Bola Basket di atas Kepala ...
Lemparan Bola Pantul ...
Lemparan Bola Samping Satu Tangan ...
Lemparan Samping Lengkung ...
Lemparan Bawah 2 Tangan ...
Dribbling ...
Menembakkan Bola ...
Tembakan Lay –up ...
Tangkap Bola Lanjut Lay-up ...
Jump Shoot ...
xvi 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Gerakan Pivot ...
Pola Permainan 1. Bola asal Base Line ...
Pola Permainan 2. Pelempar Dihadang ...
Pola Permainan 3. Bola Lemparan Samping ...
Pola Permainan 4 Man To Man ...
Pola Permainan 5 Bola Over Head ...
Pola Permainan 6 Penyerangan Under Basket 1 ...
Pola Permainan 7 Penyerangan Under Basket 2 ...
Pola Permainan 8 Pertahanan Daerah Serang ...
Pola Permainan 9 Pertahanan Daerah Satu-Satu ...
Kerangka berpikir Interaksi Metode Mengajar Campuran dengan Kerjasama Kelompok...
Kerangka berpikir Interaksi Metode Mengajar Campuran dengan Kemampuan Koordinasi ...
Kerangka berpikir Interaksi Kerjasama Kelompok dengan
Kemampuan Koordinasi ...
Kerangka berpikir Interaksi Metode Mengajar Campuran.
Kerjasama Kelompok dan Kemampuan Koordinasi ...
Diagram Hasil Tes Keterampilan Dribel ...
Diagram Hasil Tes Keterampilan Menembak ...
Diagram Hasil Tes Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Dengan T Score ...
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Bagian, Kerjasama Kelompok 2 Orang, Kemampuan Koordinasi Tinggi ...
xvii 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Bagian, Kerjasama Kelompok 3 orang, Kemampuan Koordinasi Tinggi. ...
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Bagian, Kerjasama Kelompok 3 orang, Kemampuan Koordinasi Rendah ...
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Keseluruhan, Kerjasama Kelompok 2 orang, Kemampuan
Koordinasi Tinggi. ...
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Keseluruhan, Kerjasama Kelompok 2 Orang, Kemampuan
Koordinasi Rendah ...
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Keseluruhan, Kerjasama Kelompok 3 Orang, Kemampuan
Koordinasi Tinggi. ...
Diagram Hasil Keterampilan Basket, Metode Mengajar Campuran Keseluruhan, Kerjasama Kelompok 3 Orang, Kemampuan
Koordinasi Rendah ...
Diagram Rangkuman rata-rata hasil tes Keterampilan Bola Basket sel ke 1 s/d sel ke 8 ...
Diagram interaksi antara Metode Mengajar Campuran dengan Kerjasama Kelompok ...
Diagram interaksi antara Metode Mengajar Campuran dengan Kemampuan Koordinasi ...
Diagram interaksi antara Kerjasama Kelompok dan Kemampuan Koordinasi ...
Diagram interaksi antara Metode Mengajar Campuran , Kerjasama Kelompok dan Kemampuan Koordinasi ...
Test Dribbling ...
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18Penyusunan Tes Kemampuan Koordinasi Skipping Rope Satu menit
Jadwal Penelitian ...
Hasil Tes Skipping Rope Satu Menit Populasi ...
Pemilihan Sampel Eksperimen Kelas A ...
Pemilihan Sampel Eksperimen Kelas B ...
Pemilihan Sampel Eksperimen Kelas C ...
Pemilihan Sampel Eksperimen Kelas D ...
Program Pembelajaran, Metode Mengajar Campuran Bagian, Kerjasama Kelompok 2 orang ...
Program Pembelajaran, Metode Mengajar Campuran Bagian, Kerjasama Kelompok 3 orang ...
Program Pembelajaran Metode Mengajar Campuran Keseluruhan, Kerjasama Kelompok 2 orang ...
Program Pembelajaran Metode Mengajar Campuran Keseluruhan, Kerjasama Kelompok 3 orang ...
Tes Basket KOSKI ...
Daftar Hasil Test Keterampilan Bola Basket (Raw Score) ...
Perhitungan T Score( Z score), Dribel dan Menembak ...
Uji Normalitas Hasil Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Terhadap Faktor Kemampuan Koordinasi (Tinggi, Rendah) Metode Mengajar Campuran ( Bagian dan M M Keseluruhan) dan Kerjasama Kelompok (Kelompok 2 Orang, Kelompok 3 Orang) ...
Uji Kesamaan Variansi ( Homogenitas ) ...
Uji Pengaruh Faktor ...
xix 19
20
21
22
Surat Ijin Penelitian dari Direktur Pasca Sarjana UNNES ...
Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota
Semarang ...
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala SMP Negeri 21 Semarang ...
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian di SMP Negeri 21 Semarang 297
298
299
xx
ABSTRAK
Soekardi, 2008. Pengaruh Metode Mengajar, Kerjasama Kelompok dan Kemampuan Koordinasi Terhadap Keterampilan Dribel dan Menembak Bola Basket Siswa Putra Sekolah Menengah Pertama.
Suatu Ekperimens di Sekolah Menengah Pertama Negeri 21 Semarang..
Penelitian dilakukan dalam proses pembelajaran bermain bola basket. Tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pencapaian keterampilan dribel dan menembak bola basket yang diakibatkan karena pengaruh metode mengajar, kerjasama kelompok dan kemampuan koordinasi.
Penelitian ini mengunakan desain ekperimen, dengan faxtorial 2 x 2 x 2, serta sampel sebanyak 48 orang siswa putra kelas VIII, di SMP Negeri 21 Semarang.
Penelitian menggunakan enam buah intrumen, dua buah berupa tes dan empat buah berupa program pembelajaran. Tes yang digunakan ; pertama,
skipping rope satu menit dengan sasaran untuk mengetahui kemampuan koordinasi siswa; ke dua adalah tes bola basket KOSKI, untuk mengetahui keterampilan dribel dan menembak bola basket. Program pembelajaran mencakup program pembelajaran metode mengajar campuran bagian kerjasama kelompok 2 orang; metode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang; metode mengajar campuran keseluruhan kerjasama kelompok 2 orang dan metode mengajar campuran keseluruhan kerjasama kelompok 3 orang.
Teknis analisis yang digunakan adalah Analisis Variansi (ANAVA) dan tes Scheffe pada taraf siqnifikansi 0,95 dengan terlebih dahulu menggunakan uji normalitas dan uji homogienitas.
xxi
kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi tinggi dan ternyata kombinasi metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi tinggi, lebih baik dari pada kelompok kombinasi ketode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi tinggi ; 9) Terdapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi tinggi dengan kelompok kombinasi metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi tinggi sdan ternyata metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi tinggi lebih baik dari pada metode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi tinggi; 10) Tidak tedapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode mengajar campuran bagian , kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi rendah dengan kelompok kombinasi metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi rendah sehingga kombinasi metode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi rendah tidak lebih baik atau sama dengan kombinasi metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok2orang dan kemampuan koordinasi rendah ; 11) Tidak terdapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi rendah dengan kelompok kombinasi metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi rendah dan ternyata kombinasi metode mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi rendah tidak lebih baik atau sama dengan metode mengajar campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi rendah .
Kesemuannya tersebut diukur dari variabel terikat ialah keterampilan dribel dan menembak bola basket dalam kesatuan tes basket KOSKI.
.
xxii
ABSTRACT
Soekardi, 2008 : The Effect of Teaching Methods, Group Work, and Coordinative Ability on the Skill of Dribbling and Shooting of Ball of Male Students of Junior High Schools.
An Experimental Study in State Junior High School 21 of Semarang.
This study are conducted in the basket ball teaching and learning process. The objective is to find out whether or not there is a difference in achievement of skills of dribbling and shooting of basket balls as a result of teaching methods, group work, and coordinative abilities.
This is an experimental study with a 2 x 2 x 2 factorial design and the sample consists of 48 grade VIII male students of State Junior High School 21 of Semarang .
Six instruments are used in this study, two tests and four learning programs. The tests include, first, one-minute rope skipping to identify the ability of movement of the students, second, KOSKI basket ball tests to identify dribbling and shooting skills. The learning programs include a partially mixed teaching method with two-people group work, a partially mixed teaching method with three-people group work, a wholly mixed teaching method with two-people group work, and a wholly mixed teaching method with three-people group work.
The data are analyzed by the used of, Analysis of Variance (ANAVA) and Sheffe tests at the significance level of 0,95. Normality and homogeneity tests are used before the analysis is done.
xxiii
group work (KK2), high coordinating ability (KKT), is better than the combination of partially mixed teaching method (MMCB), two-people group work (KK2), high coordinating ability (KKT).; (9)There is an interaction between the combination of partially mixed teaching method (MMCB), three-people group work (KK3), high coordinating ability (KKT), wholly mixed teaching method (MMCK), three-people group work (KK3) and high coordinating ability (KKT), so the wholly mixed teaching method (MMCK), three-people group work (KK3), high coordinating ability (KKT), is better than the combination of partially mixed teaching method (MMCB), three-people group work (KK3), high coordinating ability (KKT);(10)There is an interaction between the combination of partially mixed teaching method (MMCB), two-people group work (KK2), low coordinative ability (KKR), wholly mixed teaching method (MMCK), three-people group work (KK3), and low coordinative ability (KKR), so the partially mixed teaching method (MMCB), two-people group work (KK2), and low coordinative ability (KKR), is the same the combination of wholly mixed teaching method (MMCK), two-people group work (KK2), and low coordinative ability (KKR);(11)There is an interaction between the combination of partially mixed teaching method (MMCB), three-people group work (KK3), and low coordinative ability (KKR), and wholly mixed teaching method (MMCK), three-people group work (KK3), and low coordinative ability (KKR), so the partially mixed teaching method (MMCB), three-people group work (KK3), and low coordinative ability (KKR) is not better than or the same as the combination of the wholly mixed teaching method (MMCK), three-people group work (KK3), and low coordinative ability (KKR).
1
“Pendidikan jasmani sekarang ini mengalami krisis dan dipinggirkan,
karena tidak mampu membangkitkan kejadian proses”(Lutan,2003:103).
Yang dimaksud proses dalam pendidikan jasmani tersebut adalah proses
penguasaan keterampilan, proses pengembangan gerak kreatif, proses
pengembangan variasi, improvisasi serta komposisi, yang merupakan bagian
integral dari pengembangan ranah psikomotor. Apabila proses tersebut dapat
dilakukan dan dikembangkan, maka akan dapat dicapai aspek psikologis berupa
pengembangan aspek emosional, aspek sosial dan juga pengembangan kognitif.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani dilakukan secara menyeluruh
dengan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan gerak yang diperlukan.
Menurut Winkel (1995:244) keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan jasmani
ditentukan oleh kemampuan guru dalam memberikan bimbingan dan pencermatan
gerakan melalui tahapan-tahapan: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Berdasarkan atas pengamatan secara seksama di SMP Negeri 21 Semarang,
sering terjadi bahwa siswa berada dilapangan olahraga lebih awal dari jam
pelajaran yang diikuti. Para siswa itu langsung membagi diri menjadi dua
kelompok, menempatkan diri dilapangan bola basket dan kemudian bermain.
Ketika guru pendidikan jasmani datang, mereka masih melanjutkan bermain.Hal
Guru Pendidikan Jasmani, selama ini selalu memulai kegiatan belajar –
mengajar dengan pemanasan, senam penguluran, pelajaran teknik bagian, taktik
bermain, bermain dan penenangan. Sedangkan yang dilakukan para siswa adalah
bermain,baru guru memberikan arahan tentang taktik bermain serta teknik bagian.
Mencermati peristiwa yang terjadi di SMP 21 itu, maka di dapatkan dua
urutan cara pembelajaran, yaitu urutan mengajar campuran yang dimulai dengan
bagian, teknik, taktik dan bermain dan urutan mengajar campuran yang dimulai
dengan bermain, taktik dan teknik bagian. Dari perbedaan urutan pembelajaran
antara teknik bagian, taktik dan bermain dengan bermain, taktik dan teknik ,
maka perlu diketahui mana sebenarnya yang lebih efektif dan sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran.
Menurut Winkel (1995:340) belajar keterampilan motorik yang biasanya
terdiri atas sejumlah sub komponen atau merupakan bagian dari keterampilan
yang harus dikuasai, karena merupakan inti dari keseluruhan keterampilan. Pada
kenyataannya, kadang sub keterampilan tersebut dapat diberikan dalam bentuk
belajar secara keseluruhan rangkaian gerak-gerik dan koordinasi.
Menurut Magill (1980:278) belajar gerak dapat dilakukan dengan metode
part dan whole. Yang dimaksud dengan part atau metode bagian, yaitu: proses
belajar sub bagian demi sub bagian gerakan, sehingga dapat menguasai teknik
demi teknik bagian dari cabang olahraga yang dipelajari. Metode ini ada juga
yang menyebut metode elementer, karena proses pembelajarannya dilakukan
elemen demi elemen. Metode elementer dilakukan sejalan dengan hukum belajar
kompleks. Alur metode bagian melalui tahapan kognitif, ialah pemahaman apa
yang harus dikerjakan, bagaimana kemampuan dinilai dan seberapa cepat
mencapai tujuan. Pelajaran ini menandai untuk keterampilan baru yang lambat
dan tidak tetap. Tahapan berikutnya adalah asosiatif adalah ketika dilakukan
pengulangan, sehingga telah menentukan cara yang paling efektif untuk dapat
melakukan tugas gerak. Tahapan assosiatif ditandai dengan meningkatnya
keterampilan penguasaan gerak. Sedangkan tahapan ketiga adalah otonom,
latihan yang terus menerus dilakukan sehingga menjadikan keterampilan gerak
berlanjut menjadi tingkat otomatis (Fitts dalam Russel, 1993:205).
Yang dimaksud dengan metode mengajar whole atau keseluruhan adalah
mempelajari gerakan secara utuh, atau belajar gerak-gerik secara keseluruhan dan
terkoordinasi. Menurut Grifin (1997:15) tahapan pembelajaran keseluruhan
adalah: (1) Game form (representation, exaggeration); (2) Tactical awarenes;
dan (3) Skill execution.
Sistematika tahapan pelajaran pendidikan jasmani setiap pembelajaran,
selalu dilakukan tahapan bagian dan tahapan keseluruhan (Depdikbud, 1987:35).
Pada tahapan bagian, pelajaran teknik yang memakan waktu cukup lama sering
menjadikan kebosanan dan mengurangi minat anak mengikuti pelajaran. Pada
tahapan, metode keseluruhan, untuk cabang olahraga permainan, metode
keseluruhan itu dilakukan dalam bentuk bermain. Proses sajian metode
keseluruhan, setelah bermaian dapat diteruskan dengan latihan taktik, yang
Sebagaimana diutarakan Lutan (2003:103) bahwa proses yang benar dalam
pelajaran pendidikan jasmani selain belajar gerak untuk menguasai keterampilan,
juga diperlukan pengembangan gerak kreatif yang meliputi: pengembangan
variasi, improvisasi dan komposisi. Menurut Munandar (1995:30) pengembangan
tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan 4 (empat) P yaitu: pribadi,
pendorong, proses dan produk
Pribadi, bermakna bahwa kreativitas merupakan keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif yang mencerminkan
orisinilitas dari individu tersebut. Pendorong, bermakna bahwa kreativitas siswa
akan terjadi apabila ada dorongan dan dukungan secara intrinsik maupun dari
lingkungannya, serta apabila ada pendukung yang menunjangnya. Proses,
bermakna bahwa siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi
kreativitas dalam dirinya, di mana guru perlu memberikan kebebasan
kreativitas bahkan mendorong terwujudnya kreativitas tersebut. Produk,
bermakna bahwa anak dapat memproduk kreativitas dalam kondisi pribadi
ataupun dengan lingkungan, sehingga kreativitas dapat bersifat individu maupun
dapat bersifat berkelompok.
Keberhasilan program kerjasama kelompok disebabkan karena
memberikan peluang berkreasi bagi peserta didik. Ide dan gagasan anggota
kelompok dapat ditampung dan dilakukan secara bersama-sama, sehingga dalam
kelompok tersebut memungkinkan adanya perpaduan antara kreativitas dan
ide-ide dari setiap anggota kelompok, kemudian dapat berkembang dan dikuasai
Di dalam proses belajar mengajar peluang perilaku kreativitas terjadi dalam
koridor gaya mengajar guru (Munandar,1995:28). Dalam proses inilah akan
muncul peran guru yang dominan atau guru memberikan peran kepada siswa
untuk menjadi dominan. Menurut Gabbard (1987:101) dikenal adanya gaya
mengajar, yang meliputi: gaya komando, gaya timbal balik, petunjuk penemuan,
pemecahan masalah, dan gaya penjelajahan
Yang dimaksud dengan gaya penjelajahan adalah suatu gaya di mana guru
secara sadar memberikaan keleluasaan kepada siswa untuk melakukan latihan
dengan inisiatif dan kreatifnya (Gabbard,1987:102). Peran guru, memberikan
bimbingan dan koreksi apabila terjadi kekeliruan dengan menunjukan cara yang
benar dalam penguasaan teknik. Langkah pertama, siswa meniru dan selanjutnya
berangsur-angsur untuk menguasai dan berkreativitas. Dengan gaya ini, siswa
berkembang melalui proses berfikir dan menemukan. Untuk mata pelajaran
keterampilan, proses belajar gerak akan menjadi hal yang sangat penting, karena
dapat menghilangkan terjadinya pendangkalan dan kemandulan.
Sebagaimana diutarakan di atas, kreativitas dapat dilakukan secara
individual maupun secara berkelompok,maka proses belajarpun dapat dilakukan
dengan gaya mengajar penjelajahan secara individu maupun secara kelompok.
Pengelompokan dalam pelajaran pendidikan jasmani, perlu mempertimbangkan
jenis olahraga yang diajarkan. Untuk mata pelajaran bola basket, di mana jumlah
pemainnya 5 orang, kerjasama kelompok dapat dilakukan dengan kelompok yang
Kerjasama kelompok secara efektif dapat dilakukan dengan indikator:
Struktur, yaitu ukuran besarnya kelompok; Tugas, yaitu faktor kesulitan tugas
anggota kelompok; Lingkungan, yaitu keadaan fisik kelompok serta pemenuhan
kebutuhan dari kelompok yang bersangkutan (Sudarwan, 2001:122). Atas dasar
indikator, struktur, tugas dan lingkungan itu, perlu dikaji apakah kerjasama
kelompok 2 orang dan kerjasama kelompok 3 orang, hasilnya berbeda?
Kelompok mana yang lebih efektif, yang hasilnya lebih baik.
Di dalam belajar pendidikan jasmani, ranah yang sangat dominan adalah
ranah psikomotor. Menurut Anita J.Harrow (1976:1), terdapat 6 level kemampuan
psikomotor. Salah satu diantaranya adalah perceptual abilities, ialah interprestasi
dari stimulus yang diterima, sehingga memberikan data untuk dapat melakukan
gerakan sesuai dengan lingkungan. Pelaksanaan perceptual abilities dapat diamati
dari seluruh gerakan yang dilakukan, yang tercakup dalam gerak diskriminasi
kinestetis, diskriminasi visual, diskriminasi auditory discriminition, diskriminasi
taktil, coordinated abilities.Yang disebut coordinated abilities adalah kerjasama
dari satu atau lebih dari sub bagian perceptual abilities dan memiliki pola
gerakan. Utamanya adalah koordinasi antara mata dengan tangan dan mata
dengan kaki ( Harrow, 1976: 66). Koordinasi adalah salah satu bagian utama dari
sistem syaraf, sedangkan sestem syaraf yang lain adalah gerak ability. Dengan
demikian maka sesungguhnya koordinasi merupakan gerakan yang penting
dalam psikomotor.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran di tentukan atas dasar tiga
ditandai dengan kemampuan psikomotor, yang tertata melalui sistem syaraf.
Sistem syaraf mencakup dua hal, satu diantaranya berupa koordinasi. Secara
umum pasti terdapat siswa yang memilki kemampuan koordinasi yang tinggi dan
siswa yang mempunyai kemampuan koordinasi yang rendah.
Secara teoritis siswa yang memiliki kemampuan koordinasi tinggi akan
lebih cepat dan lebih terampil dalam melakukan aktivitas olahraga, dibandingkan
dengan siswa yang memiliki koordinasi rendah. Sedangkan tujuan pendidikan
jasmani dilakukan agar seluruh siswa baik yang mempunyai kemampuan
koordinasi tinggi maupun yang mempunyai kemampuan rendah harus mencapai
tujuan instruksional pendidikan jasmani. Sehingga perlu dilakukan suatu cara atau
langkah oleh guru Pendidikan Jasmani, agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Menurut buku kurikulum pendidikan jasmani, Depdiknas, pelajaran bola
basket mulai diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) . Proses
pembelajaran gerak untuk pertama dilakukan siswa seharusnya berjalan secara
seksama, baik dan benar. Proses di mulai dari gerakan yang sederhana menuju
geraakan yang komplek ,dari yang gerakan mudah menuju gerakan yang sukar.
Cabang olahraga yang diajarkan pada pelajaran pendidikan jasmani dapat
berupa pelajaran: atletik, senam, permainan maupun berenang. Salah satu cabang
olahraga permainan yang baru pertama kali dikenalkan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) adalah permainan bolabasket. Permainan ini disenangi oleh para
remaja termasuk pelajar karena beberapa alasan antara lain; 1) permainan bola
basket mempunyai gerakan-gerakan yang sangat kompleks . 2) permainan bola
basket tidak sangat membutuhkan lapangan yang sangat luas seperti sepakbola
.dan 4). Jumlah pemainya yang lima orang sangatlah memudahkan untuk
melakukan pengawasan dan bimmbingan .
Sesuai dengan kurikulum pendidikan jasmani di SMP (Depdiknas,
2004:17) dalam belajar bola basket untuk kelas 2 (VIII) indikatornya adalah:
(1) Mengkombinasikan gerak dasar dalam permainan beregu, (2) Memperkirakan
efek lemparan, giringan dan tembakan, (3) Melakukan lemparan, tangkapan,
menggiring dan menembak sesuai ketentuan waktu dan jarak; (4) Mengubah
kecepatan penyerangan dan mengetahui cara mencetak angka; (5)
Mengkoordinasikan gerakan dengan satu tim; (6) Memecahkan konflik dan
menerima keputusan; (7) Membuat tempo permainan untuk menyulitkan lawan;
(8) Mengidentifikasi jenis permainan untuk permainan bola basket,
(9) Bekerjasama dengan orang lain yang keterampilannya berbeda; dan
(10) Mematuhi peraturan.
Gerakan yang kompleks dalam bermain bola basket mencakup
gerakan-gerakan: menggiring bola (dribbling), lempar tangkap bola (passing),
menembakan bola ke ring (shooting), merebut bola (intercept), memantulkan bola
dari papan ring (rebound). Gerakan-gerakan tersebut perlu secara sistematis
diajarkan oleh guru, dan dilakukan pemahaman secara baik, agar siswa dapat
melakukan gerakan gerakan tersebut dengan cermat.
Dalam pada itu, terdapat faktor teknik yang menyulitkan pada pelajaran
bola basket untuk SMP ialah: (1) Jump ball, (2) Rebound, dan (3) Pivot
teknik pembelajaran. Untuk pokok bahasan ini diperlukan pengulangan, agar
kematangan gerak dapat dicapai dengan baik.
Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa, untuk dapat melaksanakan
pelajaran pendidikan jasmani, agar hasilnya dapat mencapai tujuan, diperlukan
kecermatan guru dalam menggunakan metode mengajar. Dalam pelajaran
olahraga permaianan , perlu kemampuan untuk melakukan metode mengajar
campuran. Untuk dapat mengembangkan kreativitas siswa, agar proses belajar
gerak dapat berlangsung secara baik dan tidak mengalami krisis berupa
mandegnya proses penguasaan gerak, proses pengembangan variasi, improvisasi
dan komposisi, dilakukan kerjasama kelompok. Pelaksanaan kerjasama kelompok
dalam pelajaran perlu mempertimbangkan jumlah pemain dalam cabang olahraga
yang dipelajari . Untuk dapat mewujudkan keterampilan gerak bagi setiap siswa,
perlu diketahui keadaan awal kemampuan koordinasi siswa dan kemudian
diperlukan perhatian kepada setiap individu, atas dasar kemampuan koordinasi
yang dimiliki . Pengertian tentang keadaan awal setiap siswa akan memberikan
bekal kepada guru Pendidikan Jasmani , untuk dapat menyusun program secara
baik. Selanjutnya dengan program yang baik itu guru dapat mengembangkan
potensi siswa mencapai derajat keterampilan minimal dan kesegaran jasmani.
Atas dasar landasan pemikiran tersebut maka dilakukan penelitian tentang
“pengaruh metode mengajar, kerjasama kelompok dan kemampuan koordinasi
terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket siswa putra Sekolah
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat di identifikasi
permasalahan penelitian sebagai berikut:
(1) Di dalam pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani, dapat dilakukan
dengan metode bagian atau part, yaitu belajar dari satu sub teknik ke sub
teknik lainnya. Cara lain dengan metode keseluruhan atau whole, artinya
siswa mempelajari secara keseluruhan atau dengan bentuk seluruh bagian.
Di dalam pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani, belajar dengan metode
part dan metode whole selalu dilakukan. Oleh karenannya dinamai metode
mengajar kombinasi atau metode mengajar campuran. Metode mengajar
campuran bagian adalah metode mengajar campuran yang dimulai dengan
mengajarkan bagian, baru secara keseluruhan. Metode mengajar campuran
keseluruhan adalah metode mengajar campuran yang dimulai dengan
mengajarkan secara keseluruhan, selanjutnya baru mempelajari bagian.
Untuk mata pelajaran pendidikan jasmani yang berwujud permainan, maka
metode mengajar campuran keseluruhan berarti melakukan permainan
cabang olahraga yang dipelajari. Dari kedua metode mengajar campuran
tersebut, ialah metode mengajar campuran bagian dan metode mengajar
campuran keseluruhan, perlu diteliti mana sebenarnya yang lebih baik.
(2) Untuk dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan kurikuler, maka
dalam pelaksanaan pelajaran haruslah membangkitkan kejadian proses yang
dapat menumbuhkan kreatif siswa. Di dalam hal ini guru perlu menata siswa
suasana mengajar dengan gaya mengajar yang mampu memberdayakan
siswa. Gaya mengajar yang berorientasi pada siswa sebagai subjek, guna
terwujudnya kerjasama kelompok yang dinamis dalam situasi kondusif,
ialah gaya mengajar penjelajahan. Kerjasama dalam permainan bola basket,
yang pemainnya terdiri atas 5 orang, dapat dilakukan dengan kerjasama
kelompok 2 orang dan kelompok yang terdiri atas 3 orang. Apabila
kerjasama kelompok dapat dilaksanakan dengan baik, akan dapat
mengembangkan kreativitas dan nilai kegotong-royongan. Atas dasar
perilaku yang berbeda dalam proses pembelajaran yaitu dengan kerjasama
kelompok 2 orang dan kerjasama kelompok 3 orang, dimungkinkan terjadi
perbedaan hasil keterampilan yang dicapai dalam belajar keterampilan
dribel dan menembak bola basket. Perbedaan pencapaian hasil tersebut,
ditengarai dengan adanya 3 indikator, yaitu: struktur, tugas; dan lingkungan
dari kelompok-kelompok itu.
(3) Keberhasilan dalam pendidikan jasmani juga ditentukan karena adanya
kemampuan motorik. Kemampuan motorik ternyata sangat komplek, karena
menyangkut factor-faktor kekuatan, kecepatan, daya tahan, serta kelentukan
yang menyatu dalam sistem syaraf. (Broer, 1979:40). Sistem syaraf
mencakup dua hal ialah gerak coordination atau koordinasi dan agility
atau kelincahan . Koordinasi adalah bagian dari perceptual abilities ,
yang ditandai dengan kemampuan koordinasi mata dengan tangan dan
mata dengan kaki. Menurut Bompa (1990:327), coordination adalah
dapat diketahui adanya siswa yang mempunyai kemampuan koordinasi
tinggi dan kemampuan koordinasi rendah. Kemampuan koordinasi tinggi
berada di atas rata-rata orang lain, sedangkan kemampuan koordinasi rendah
di bawah rata rata kemampuan koordinasi orang lain. Dalam penelitian ini,
dalam menetapkan kemampuan koordinasi digunakan alat ukur yang
disusun secara seksama ialah Skipping rope Didalam proses pembelajaran
kemampuan seseorang tergambar tentang penanpilan secara menyeluruh
atau performance. Apabila kemampuan itu berupa olahraga, indikatornya
adalah performance saat bermain olahraga itu. Performance dalam olahraga
berupa keterampilan atau skill. Untuk menguji skill dalam olahraga
digunakan sport skill test. Dalam penelitian ini akan di teliti, apakah terjadi
perbedaan hasil pencapaian keterampilan (skill) antara siswa yang memiliki
kemampuan koordinasi tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan
koordinasi rendah.
(4) Dalam pelaksanaan Pendidikan jasmani perlu kelangsungan proses belajar
mengajar secara baik. Hal ini berarti guru perlu melakukan metode
mengajar yang tepat, melibatkan siswa sebagai subyek, mendorong
terjadinya kerjasama kelompok secara dinamis serta pemahaman secara
seksama kemampuan gerak koordinasi yang dimiliki siswa. Seberapa jauh
terjadi interaksi antara metode mengajar dengan kerjasama kelompok
merupakan sesuatu yang perlu diketahui, sehingga memungkinkan setiap
(5) Pelajaran bermain bola basket dapat dimainkan oleh siswa laki-laki maupun
siswa perempuan. Olahraga bola basket memiliki unsur-unsur gerak yang
kompleks. Hal itu menjadikan olahraga bola basket menjadi favorit para
pelajar , termasuk pelajar Sekolah Menengah Pertama. Di SMP, di mana
pelajaran ini pertama kali diajarkan, diperlukan usaha yang sungguh-
sungguh oleh guru agar proses pembelajarannya berjalan secara benar.
Proses tersebut haruslah berjalan sebagaimana ketentuan belajar motorik,
serta berangkat dari kemampuan dasar motorik yang dimiliki siswa. Apabila
proses belajar ini dapat berjalan dengan baik, akan dapat diketahui seberapa
besar interaksi antara metode mengajar dengan kemampuan gerak
koordinasi yang dimiliki siswa, terhadap hasil pembelajaran. Proses
pembelajaran yang didukung dengan kreatifitas siswa dengan cara 4
(empat) P yang meliputi: pribadi, pendorong, proses dan produk. Akan
mengembangkan keterampilan proses yang dilakukan oleh siswa.
Berlangsungnya keterampilan proses ini, akan akan dapat mengembangkan
pertumbuhan nilai kreativitas siswa.
(6) Kerjasama kelompok, yang dilakukan dengan satu kelompok terdiri dua
orang, ataupun kelompok yang terdiri atas 3 orang, akan lebih menonjolkan
bentuk kreativitas itu. Kemampuan gerak koordinasi, akan dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan inovasi dan komposisi, dari
pertumbuhan gerak siswa. Seberapa besar hasil yang dicapai dari interaksi
antara kerjasama kelompok 2 orang dan kelompok 3 orang dengan
rendah, sangat perlu diketahui. Dalam hal ini adalah interaksi dari kerjasama
kelompok dengan kemampuan koordinasi terhadap hasil keterampilan bola
basket yang dicerminkan dari keterampilan dribel dan menembak
(7) Keberadaan metode mengajar campuran, kerjasama kelompok serta status
keadaan awal kemampuan psikomotor siswa, yang dilakukan secara
serempak dalam peoses belajar mengajar, menimbulkan dugaan adanya
keterpengaruhan antara ketiga faktor tersebut, yaitu metode mengajar
campuran, kerjasama kelompok dan kemampuan koordinasi terhadap
keterampilan bola basket yang dicerminkan memalui keterampuilan dribel
dan menembak
(8) Berdasarkan atas uraian di atas, dapat diketahui adanya faktor metode
mengajar campuran yang memiliki 2 taraf; metode mengajar campuran
bagian dan metode mengajar campuran keseluruhan. Diketahui adanya
faktor kerjasama kelompok yang memiliki 2 taraf, kerjasama kelompok 2
orang dan kerjasama kelompok 3 orang. Juga diketahui adanya faktor
kemampuan koordinasi, yang memiliki 2 taraf, kemampuan koordinasi
tinggi dan koordinasi rendah. Dengan pemahaman adanya tiga faktor dan 6
taraf, maka dimungkinkan terjadinya pengaruh kombinasi taraf dari faktor
satu dengan faktor yang lain, ialah kombinasi taraf-taraf yaitu; Sel ke1
dengan sel ke 2 , . Sel ke 3 dan Sel ke 4, Sel ke 5 dengan Sel ke 6 dan . Sel
ke 7 dengan Sel ke 8 , yang dapat meyakinkan adanya perbedaan hasil
1.3. Pembatasan Masalah
Di dalam penelitian ini permasalahan difokuskan pada:
(1) Metode mengajar.
Metode, secara harfiah berarti “cara“. Dalam pengertian umum metode
adalah cara melakukan kegiatan atau cara melakukan pekerjaan, dengan
menggunakan fakta dan konsep secara sistematis (Syah, 2000:201).
Belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif atau a process of progressive behavior
adaptation (Skinner dalam Syah, 2000:90). Metode mengajar adalah cara
melakukan pekerjaan berupa bimbingan berdasarkan fakta dan konsep
secara sistematis agar siswa dapat mencapai perubahan secara positif bagi
seluruh ranah kejiwaan yang dimilikinya. Metode mengajar pendidikan
jasmani menurut Magill, terdiri atas metode bagian (part methode), metode
keseluruhan (whole methode) serta metode kombinasi atau campuran
(combinatie methode). Metode bagian yaitu proses transfer gerak dengan
jalan belajar secara sub bagian demi sub bagian atau teknik demi teknik.
Metode keseluruhan, yaitu pelaksanaan seluruh bagian-bagian itu sehingga
merupakan kegiatan gerak yang utuh atau lengkap. Metode mengajar
campuran adalah metode mengajar yang menggabungkan pelaksanaan
metode mengajar bagian dan metode mengajar keseluruhan, sehingga
terwujud metode mengajar campuran bagian keseluruhan dan metode
mengajar campuran keseluruhan bagian. Untuk memudahkan, maka di
dengan belajar bagian baru secara keseluruhan disebut metode campuran
bagian, sedangkan metode campuran yang dimulai dengan belajar secara
keseluruhan baru belajar bagian disebut metode mengajar campuran
keseluruhan.
(2) Kerjasama kelompok.
Kelompok adalah himpunan orang-orang yang mempunyai kesadaran
terhadap anggotanya akan adanya ikatan yang sama yang menyatukan
mereka (Djalaludin, 2001:141). Kerjasama kelompok yaitu bekerja saling
bahu-membahu dengan tugas masing-masing sehingga menjadikan suatu
aktivitas yang efektif. Efektivitas kerja kelompok ditandai dengan
pencapaian hasil kerja. Pada kerjasama kelompok ini menimbulkan
kreativitas dan dinamika, yang ditandai dengan empat hal ialah: struktur,
tugas, lingkungan dan kelengkapan kelompok. Gaya mengajar adalah sikap
perilaku guru pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Gaya
mengajar penjelajahanadalah suatu gaya di mana guru memberikan peluang
yang sangat cukup agar siswa berkreasi baik secara individual maupun
berkreasi secara kelompok. Untuk kreativitas individual maka siswa
memanfaatkan ingatan dan contoh dari gerakan gurunya, sedangkan untuk
kreativitas kelompok mereka akan bekerjasama secara intensif
dikoordinasikan oleh salah seorang diantara mereka. Dan kreativitas antar
anggota kelompok ini sebagai fokus, terutama pada tahap pembelajaran
asosiatif. Dalam pelajaran bola basket kreativitas kelompok dipilah menjadi
terdiri atas 3 orang. Hal ini dilakukan karena permainan bola basket jumlah
pemainnya ada lima orang, sehingga dapat dapat dikelompokan menjadi 2
orang dan 3 orang, agar perbedaan pencapaiannya tidak sangat panjang.
Kerjasama kelompok adalah cerminan dari minimal 2 orang. Karena jumlah
pemainnya 5 orang, maka jumlah kelompok berikutnya adalah 3 orang .
Dengan demikian kelompok kelompok tersebut akan tetap dalam konteks
seluruh pemain yang berjumlah 5 orang sebagaimana dalam permainan bola
basket
(3) Kemampuan Koordinasi
Ranah psikomotor adalah salah satu dari ranah atau ruang lingkup
kemampuan manusia dalam proses pembelajaran. Ranah yang lain adalah
kognitif dan afektif. Aspek psikomotor meliputi pengamatan dan
gerakan-gerakan motorik (Winke,l 1996:61). Dalam belajar motorik, aktivitas
mengamati melalui alat indera (sensorik) maupun bergerak dan gerakan
(motorik) memegang peranan penting. Keterampilan motorik juga
mencakup rangkaian-rangkaian gerakan yang terotomatisasi karena proses
belajar. Rangkaian gerakan-gerakan tersebut terjadi karena proses kognitif,
asosiatif yang merupakan tahapan awal dari tahap otonom. Di dalam fisik
siswa, terdapat perbedaan kemampuan koordinasi ialah terdapat siswa yang
memiliki kemampuan koordinasi tinggi dan yang lain terdapat siswa yang
kemampuan koordinasi rendah. Kemampuan koordinasi berawal dari sitem
syaraf. Coordination adalah ”the well time and well balance functioning to
Seseorang yang memiliki kemampuan koordinasi tinggi berarti memiliki
kemampuan koordinasi di atas rata-rata kemampuan orang lain.,sedangkan
seorang yang mempunyai kemampuan koordinasi rendah dibawah rata rata
orang lain. Kemampuan koordinasi memiliki 3 (tiga ) dukungan dari
bagian system syaraf l ialah: (1) timing control with outside obyects, (2)
timing control of body parts-rhythm (3) muscular control. “Evaluasi
kemampuan koordinasi dilakukan dengan observasi berupa tes tindakan ”
(Syah, 2000:156).Berdasarkan atas landasan teoretis tersebut, disusunlah tes
tindakan untuk mengukur kemampuan koordinasi dengan menggunakan
skipping rope.Penyusunan dilakukan melalui tahapan observasi, penyusunan
petunjuk pelaksanaan, uji coba , perhitungan statistik tentang obyektivitas,
reliabilitas serta pada akhir penelitian dihitung pula validitas tes. Dengan
tersusunnya tes yang digunakan sebagai instrumen itu, digunakan untuk
melakukan tes kemampuan koordinasi.Dari hasil tes kemampuan koordinasi
itu, Selanjutnya sebagai instrumen untuk melakukan penetapan sampel
eksperimen. Sampel di kelompokan menjadi dua kelompok ialah kelompok
siswa yang memiliki kemampuan koordinasi tinggi dan kelompok siswa
yang mempunyai kemampuan koordinasi rendah.
(4) Keterampilan dribel dan menembak dalam bola basket.
Performance dalam bermain bola basket, tercermin secara lengkap pada
saat seseorang bermain bola basket. Bentuk keterampilan dari performance
tersebut berupa keterampilan. Keterampilan dribel dan menembak dalam
basket. Untuk dapat mengetahui seberapa jauh keterampilan yang dimiliki
siswa dilakukan tes keterampilan basket. Salah satu diantaranya adalah uji
keterampilan dengan menggunakan tes keterampilan basket KOSKI Pada
tes KOSKI dilakukan dua bentuk tes berupa tembakan bola ke ring
(keranjang ) selama tiga puluh detik dan dilakukan tes kemampuan dribel
bola selama 30 detik. Tes KOSKI memiliki landasan validitas, obyektivitas
dan reliabilitas yang baik, sehingga memenuhi syarat sebagai instrumen.
yang digunakan dalam penelitian.Pada penelitian tes tembakan dan dribel
merupakan satu kesatuan yang tidak dipilah-pilah sendiri-sendiri.Penyatuan
tersebut dengan menggunakan T score.
(5) Siswa SMP adalah siswa SMP 21 Negeri Semarang kelas 2 atau kelas VIII
Siswa kelas dua SMP ini, dikhususnya dipilih siswa putra. Guna memenuhi
ketentuan dan desain penelitian maka dari populasi siswa ditetapkan
sebanayk 48 orang siswa dengan menggunakan purposive sampling
1.4. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang dan identifikasi masalah maka dapatlah
diutarakan perumusan permasalahan sebagai berikut:
(1) Apakah terdapat perbedaan antara metode mengajar campuran bagian
dengan metode mengajar campuran keseluruhan terhadap hasil belajar
keterampilan dribel dan menembak bola basket ?.
(2) Apakah terdapat perbedaan antara kerjasama kelompok, kelompok 2 orang
dengan kerjasama kelompok, kelompok 3 orang terhadap hasil belajar
(3) Apakah terdapat perbedaan antara siswa yang berkemampuan koordinasi
tinggi dan yang berkemampuan koordinasi rendah terhadap hasil belajar
keterampilan dribel dan memembak bola basket?
(4) Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan kerjasama
kelompok terhadap hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola
basket?
(5) Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan kemampuan
koordinasi terhadap hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola
basket?
(6) Apakah terdapat interaksi antara kerjasama kelompok dengan kemampuan
koordinasi terhadap hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola
basket?
(7) Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar, kerjasama kelompok dan
kemampuan koordinasi terhadap hasil belajar keterampilan dribel dan
menembak bola basket?
(8) Apakah terdapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode bagian,
kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi tinggi dengan
kelompok metode keseluruhan, kerjasama kelompok 2 orang dan
kemampuan koordinasi tinggi, terhadap keterampilan dribel dan menembak
bola basket?
(9) Apakah terdapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode bagian,
kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan koordinasi tinggi dengan
koordinasi tinggi terhadap hasil keterampilan dribel dan menembak bola
basket?
(10) Apakah terdapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode bagian,
kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi rendah dengan
kelompok kombinasi, metode keseluruhan, kerjasama kelompok 2 orang dan
kemampuan koordinasi rendah terhadap keterampilan dribel dan menembak
bola basket?
(11) Apakah terdapat perbedaan antara kelompok kombinasi metode bagian,
kelompok kerjasama 3 orang dan kemampuan koordinasi rendah dengan
kelompok metode keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan
kemampuan koordinasi rendah terhadap keterampilan dribel dan menembak
bola basket?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan pencapaian keterampilan dribel dan menembak bola basket yang
diakibatkan karena perlakuan: metode mengajar, kerjasama kelompok serta
kemampuan koordinasi yang dimiliki oleh siswa.
Secara rinci yang harus diketahui adalah:
(1) Perbedaan pengaruh antara metode mengajar campuran bagian dan metode
mengajar campuran keseluruhan terhadap hasil belajar keterampilan dribel
(2) Perbedaan pengaruh antara kerjasama kelompok siswa, dengan kelompok 2
orang dan kerjasama kelompok dengan kelompok 3 orang terhadap hasil
belajar keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(3) Perbedaan pengaruh antara siswa yang berkemampuan koordinasi tinggi
dibandingkan dengan yang berkemampuan koordinasi rendah terhadap
hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(4) Interaksi antara metode mengajar dengan kerjasama kelompok terhadap
hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(5) Interaksi antara metode mengajar dengan kemampuan koordinasi terhadap
hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(6) Interaksi antara kerjasama kelompok dengan kemampuan koordinasi
terhadap hasil belajar keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(7) Interaksi antara metode mengajar, kerjasama kelompok dan kemampuan
koordinasi terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(8) Perbedaan pencapaian hasil kombinasi antara kelompok taraf metode
mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan
koordinasi tinggi dengan kelompok taraf, metode mengajar campuran
keseluruhan, kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan koordinasi
tinggi terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(9) Perbedaan pencapaian hasil antara kelompok kombinasi taraf, metode
mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan
campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan
koordinasi tinggi, terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(10) Perbedaan pencapaian hasil antara kelompok kombinasi taraf, metode
mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 2 orang dan kemampuan
koordinasi rendah dengan kelompok metode mengajar campuran
keseluruhan, kerjasama 2 orang dan kemampuan koordinasi rendah
terhadap hasil keterampilan dribel dan menembak bola basket.
(11) Perbedaan pencapaian hasil antara kelompok kombinasi taraf, metode
mengajar campuran bagian, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan
koordinasi rendah dengan kelompok kombinasi taraf, metode mengajar
campuran keseluruhan, kerjasama kelompok 3 orang dan kemampuan
koordinasi rendah terhadap keterampilan dribel dan menembak bola basket.
1.6.Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis, di
dalam lingkungan pendidikan, khususnya dalam pelajaran pendidikan jasmani.
Adapun manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut:
(1) Untuk Guru Pendidikan Jasmani:
Perlu dipahami bahwa terdapat siswa yang berkemampuan motorik tinggi
dan berkemampuan motorik rendah. Untuk itu maka perlu guru memiliki
program pembelajaran berbeda bagi kedua kelompok tersebut.
Agar guru memberikan perhatian lebih mendalam pada pelaksanaan
motorik rendah juga mencapai hasil yang baik, sehingga keduannya dapat
mencapai tujuan belajar;
Perlunya seorang guru pendidikan jasmani mengusai metode mengajar.
Dengan pemahaman tersebut, guru akan dapat melakukan psoses
pembelajaran secara baik, mencakup pelajaran: atletik, permainan, senam
maupun renang;
Perlunya guru pendidikan jasmani memahami pengembangan kreativitas
pada siswa salah satunya ialah kerjasama kelompok. Melalui kerjasama
kelompok itu, dapat dicapai proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan emosi, kreasi serta inovasi siswa;
Perlunya guru lebih memahami tentang pengembangan cabang olahraga
bola basket yang mempunyai potensi pengembangan gerak yang komplek
serta dapat pengembangan emosional, sosial, kreasi dan inovasi; yang
sejalan dengan arah dan tujuan pendidikan jasmani dan saat ini cabang
olaharaga ini juga merupakan favorit para siswa;
Perlunya guru memiliki data yang lengkap tentang kemampuan dan
keterampilan siswanya yang memiliki kemampuan motorik tinggi. Data itu
akan sangat membantu dalam pemanduan bibit olahragawan para siswa,
yang perlu dikembangkan pada kegiatan ekstra kurikuler. Tahapan
(2) Untuk Pengelola Pendidikan ( Dinas P dan K)
Perlu dilakukan monitoring terhadap proses belajar mengajar bagi guru
Pendidikan Jasmani apakah mampu membangkitkan kejadian proses dengan
pendekatan metode belajar secara benar agar tidak terjadi krisis pelaksanaan
pendidikan jasmani;
Perlu dilakukan pengelompokan bagi siswa yang berkemampuan motorik
tinggi, untuk dibina oleh klub-klub olahraga. Sehingga dimiliki calon atlet
yang dapat diandalkan di masa depan.;
Perlu diadakan pelatihan bagi guru Pendidikan Jasmani, agar mampu
melakukan metode, menumbuhkan kerjasama kelompok maupun
26
2.1 Deskripsi Teoretis
Dalam bab ini dikaji beberapa teori yang relevan dengan pemecahan
masalah penelitian. Di samping itu juga penelitian lapangan yang relevan untuk
mendukung hipotesis dalam rangka pencapaian tujuan penelitian. Dari kajian teori
yang diajukan serta hasil penelitian yang sebelumnya dapat disusun deskripsi
teori dan kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis.
2.1.1 Metode Mengajar
2.1.1.1 Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Pada proses pembelajaran terkait guru, siswa dan materi (subject matter).
Usaha mentransfer materi itu untuk dapat sebesar-besarnya serta seluas-luasnya
dapat dikuasai siswa secara efektif dan efisien. Proses tranformasi itu
memerlukan “metode” mengajar yang tepat.
Metode mengajar atau kiat melakukan kegiatan serta cara-cara mengajar
termasuk faktor-faktor yang ikut menentukan keberhasilan siswa(Syah ,1995:125)
Hal ini dilakukan guna menajamkan prosedur dedaktik dengan memperhitungkan
materi pelajaran dan tujuan pengajaran. Metode mengajar berarti di dalam
melaksanakan proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa, penyajian
. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani, terimplementasikan 8 (delapan)
pendekatan pembelajaran (education approach), yaitu: movement education
approach, fitness approach, academic diciplin approach, social devolepment
model, adventure education approach, eclectic approach, sport education
model, dan developmental education (Suherman, 2000:41)
Movement education dilandasi oleh filsafat gerak manusia (human
movement) dengan tujuan untuk menguasai berbagai keterampilan gerak dan
mengembangkannya sehingga dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas
gerak sehingga dapat mencapai sasaran: dapat bergerak secara terampil efektif
dan efisien, memahami arti dan makna gerak serta kemanfaatannya, penerapan
gerakan dan peningkatan gerakan pada tubuh manusia.
Fitness approach atau pendekatan kesegaran jasmani, pada dasarnya
adalah model pendidikan jasmani yang menekankan pada peningkatan kualitas
kesegaran jasmani anak didiknya. Model ini lebih cenderung menekankan pada
aspek kesehatan. Tujuan pendekatan ini adalah agar anak didik, menjadi lebih
segar, mengetahui dasar-dasar fisiologis pendidikan jasmani, mengetahui dan
memelihara gaya hidup sehat. Dalam hal ini unsur-unsur kesegaran jasmani
seperti kekuatan, daya tahan, fleksibilitas dan unsur lainya dikembangkan secara
baik. Terkait dengan hal ini diperlukan juga adanya sports center untuk
melakukan latihan kesegaran jasmani. Pada tataran ini diperlukan adanya
dukungan infrastruktur berupa peralatan yang memadai. Untuk itu pada
sekolah-sekolah umum, pengadaan sarana semacam ini rasanya sangat sulit untuk dapat
Academic disiplin approach, pendekatan ini menekankan pada pencapaian
program akademis secara mendalam. Tujuan utama pada pendekatan ini adalah
penguasaan dan pemahaman tentang pendidikan jasmani, sehingga siswa mampu
menyusun aktivitas pembelajaran yang mendorong untuk dapat memiliki
keterampilan.
Social development approach, pendekatan ini sering disebut
pengembangan humanistik, dengan ciri utama menekankan anak sebagai makhluk
individu serta menekan pribadi sebagai seorang individu dan perkembangan
sosialnya. Pendekatan ini bertujuan agar siswa dapat mengatasi permasalahan
sosialnya serta memberikan kontribusi pada kehidupan lingkungan sosialnya.
Sport education model, model ini merupakan bagian dari sport for all.
Pendekatan ini memungkinkan siswa melakukan permainan-permainan pada usia
dini, selanjutnya diajarkan pendidikan jasmani dengan cara olahraga. Dengan
tujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang
berguna untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga serta membantu siswa untuk
menjadi olahragawan.
Adventure education approach, model ini mencakup dua klasifikasi
aktivitas, sesuai dengan lingkungannya dan mengatasi tantangan yang terjadi.
Tujuan pendekatan ini adalah agar siswa mendapatkan kepuasan dan kesenangan,
serta belajar mandiri dalam kehidupan. Dalam model dan pendekatan ini maka
peranan kelompok-kelompok sangat tinggi dalam bekerja bersama-sama.
Eclectic approach, pendekatan ini menggabungkan satu atau dua
melakukan dan kedua ditawarkan kepada siswa bagian mana saja yang akan dia
ikuti. Sehingga gabungan inilah yang menjadi tumpuannya.
Devolepment education, pada pendekatan ini siswa sebagai pusat
pertimbangannya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak haruslah
menjadikan tumpuan utama. Pendekatan ini memadukan antara keseimbangan
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Siedentop menyebut ini sebagai education
through the physical (Suherman, 2000:50).
2.1.1.2 Metode Bagian, Keseluruhan, dan Campuran
(1). Menurut Magill (1980:278), dalam belajar motorik (movement education)
dapat dilakukan dengan part methode, whole methode dan combination.
methode. Metode part sering juga disebut metode bagian, karena proses
pembelajarannya dilakukan sub bagian demi sub bagian sehingga terangkai
satu gerakan yang lengkap. Dapat juga disebut metode elementer, karena
dalam proses penyajian dilakukan elemen demi elemen. Metode ini ada yang
menamai metode deduktif dikarenakan sistematika penyajiannya dari gerakan
yang sederhana menuju kompleks dan dari yang ringan menuju ke arah yang
berat. Disebut metode tradisional, karena metode ini sejak lama digunakan
dalam pelajaran pendidikan jasmani yang dibuktikan dengan pencapaian
tujuan instruksional. Nama lainya adalah metode teknik karena metode
dengan sistematika pembelajaran teknik kesatu diteruskan dengan teknik yang
lain setelah yang satu selesai dipelajari. Misalnya, untuk cabang olahraga
bulu tangkis, dimulai dengan belajar service panjang bulu tangkis, setelah
Yang penting di sini adalah penguasaan teknik secara matang, baru dipindah
pada teknik yang lebih rumit atau berat.
Metode whole juga disebut metode keseluruhan. Dalam hal ini melakukan
seluruh aktivitas olahraga. Misalnya lempar lembing, dimulai dengan latihan
melempar secara utuh, gerak secara keseluruhan, baru kemudiaan dipelajari
bagian-bagiannya. Dalam pelajaran sepak bola dilakukan bermain sepak bola,
baru kemudian dipelajari teknik-teknik dalam permainan sepakbola seperti
dribbling, passing, heading . Metode ini adayang menyebutmetode bermain
apabila digunakan untuk cabang olahraga permainan. Sistematika
penyajiannya diawali dengan bermain atau memainkan cabang olahraga
tersebut. Metode ini ada sebagian yang mengatakan metode taktik karena
dalam pelaksanaannya sudah memperhitungkan faktor-faktor kesukaran yang
terjadi dalam bermain. Bahkan dikembangkan pola permainan, menyangkut
pola penyerangan dan pola pertahanan. Seseorang yang lain mengatakan
metode induktif karena dilakukan upaya pelatihan teknik, dari teknik
permainan yang sukar yang ditemui dalam proses bermain. Di lain pihak juga
dinamakan metode baru karena sudah memperhitungkan keadaan dan
kemajuan siswa untuk dapat menyenangi kegiatannya. Metode ini menurut
Magill (1980:281) disebut whol