• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerimaan Pengusaha Ukm Muslim Terhadap Institusi Perbankan Dikota Pematang Siantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerimaan Pengusaha Ukm Muslim Terhadap Institusi Perbankan Dikota Pematang Siantar"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 Quessioner Penelitian

D No... K L / P

Q u e s s i n e r P e n e l i t i a n Hanya 10 Menit

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. Prof. T.M Hanafiah No. 2 Padang Bulan Medan 20155 Telp.

ANALISIS PENERIMAAN PENGUSAHA UKM MUSLIM

TERHADAP INSTITUSI PERBANKAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR O l e h:

Jaka Fadillah NIM : 120501001 F E B U S U - M E D A N

Medan,--- Kepada Yth

Bapak / Ibu Pengusaha UKM Muslim Di

Kota Pematang Siantar

(2)

Oleh sebab itu, saya memohon, kiranya Bapak / Ibu dapat membantu menjawab quessioner saya .

Atas bantuan Bapak / Ibu saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT membalas jasa Bapak /Ibu.

Jaka Fadillah

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang benar atau yang sesuai dengan Bapak/Ibu dengan menyilang atau melingkari angka 1, 2 , 3 , 4 , 5 dst.

Profil Pengusaha

1 Berapa tahun umur Bapak/Ibu ? 1. < 30 Tahun

6. Tamat Pascasarjana 3 Sudah berapa lama Bapak /Ibu

sebagai - Pengusaha? 1. < 3 Tahun

Apa suku Bapak /Ibu?

1. Batak (Toba, Mandailing dll)

puas dengan prestasi perusahaan ini?

7 Kategori Perusahaan Bapak / Ibu ? 1. Milik Perorangan

2. Milik keluarga (kongsi) 3. CV

2. Produksi makanan dan

10 Sudah berapa lama perusahaan Bapak / Ibu didirikan?

(3)

minuman

3. Olahan kayu / rotan / bambu / bata

4. Pertukangan besi, tembaga, 5. Usaha dagang / restoran

6. Jasa transport, pendidikan, hotel

7. Lain-lain sebutkan---

3. 7 – 9 Tahun 4. 10 – 12 Tahun 5. > 12 Tahun

11 Omset / Penjualan pertahun 1. Rp < 100 Juta

12 Luas daerah pemasaran ? 1. Kecamatan 2. Kabupaten/kota 3. Propinsi

4. Nasional 5. Luar negara

13. Berapa persen kira-kira peningkatan omzet / penjualan Bapak / Ibu tahun lalu ?...%

P r e s t a s i

14. Berapa orang tenaga kerja tambah 2 tahun terakhir ini ?... orang. 15. Apakah tahun lalu Zakat perniagaan Bapak / Ibu tahun lalu naik ?

1.Ya,naik…..% 2. Tidak.

16. Apakah bapak / Ibu ada membuka cabang baru dalam 3 tahun terakhir ? 1. Ya, ada.

2. Tidak.

17. Bagaimana kondisi usaha Bapak / Ibu, tahun ini ? 1. Biasa / normal saja

2. Nampaknya terjadi kenaikan kira-kira….. % 3. Terjadi Penurunan kira-kira….. %

18. Apakah Bapak / Ibu setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut:

PERNYATAAN - PERNYATAAN SETUJU TIDAK

SETUJU Agar dlebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka

pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah

(4)

Promoi Perbankan Syariah kepada penguaha UKM muslim sangat minim / kurang.

Pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah

Ongkos Naik Haji seharunya eluruh disetor keperbankan syariah dan bank konvensional dilarang menerimanya

Modal dan Pembiayaan

19 Apakah Bapak / Ibu pernah mendapat kredit atau pembiayaan dari bank?

Jika tidak pernah, dari mana dana perusahan Bapak / Ibu?

1. Dana sendiri selalu cukup 2. Pinjaman dari keluarga

3. Pinjaman sesama rekan bisnis

4. Patungan / kongsi

5. Lain-lain :---

Jika kapan-kapan Bapak / Ibu mencoba, ke bank mana kira-kira?

1. Bank Konvensional 2. Bank Syariah

Apakah Bapak / ibu pernah mencoba tetapi tidak berhasil.?

1. Ya, dari bank... 2. Tidak

23. Jika Bapak / Ibu pernah mendapat kredit dari bank, perbankan yang mana?

1. Bank konvesional saja (Gol B)

2. Bank syariah saja (Gol C)

3. Campuran antara bank konvensional dan syariah (Gol D) KONVENSIONAL SAJA (GOL B) SYARIAH SAJA (GOL C)

24 Mengapa Bapak /Ibu memilih bank konvensional

1. Bank Konvensional lebih profesional

27 Mengapa Bapak / Ibu memilih bank syariah?

(5)

3. Bank konvensional dan bank syariah

4. Bank syariah lebih mudah, lebih dekat.

5. Lain-Lain---

25 Jika meminjam kredit lagi, apakah tetap dengan bank konvensional?

1. Ya 2. Tidak

28 Jika meminjam kredit lagi apakah tetap dengan bank syariah?

1. Ya 2. Tidak 26 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling

bapak setuju?

1. Bank syariah belum profesional 2. Bank syariah tidak beda dengan

konvensional

3. Bank syariah kurang terbuka 4. Bank syariah belum betul betul

Islami

29 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling Bapak /ibu setuju?

1. Bank konvensional belum profesional

2. Bank Syraiah beda jauh dengan bank konvensional

3. Bank konvensional kurang terbuka

4. Bank konvensional betul-betul bertentangan dengan syariah

CAMPURAN (GOL D)

30 Mengapa Bapak /Ibu mencampur sumber kredit/pembiayaan?

1. Ingin tahu mana yang lebih untung 2. Ingin pindah secara bertahap kepada

banksyariah 3. Agar banyak teman bisnis 4. Agar sumber dana lebih luas

31 Dari mana lebih dahulu Bapak/Ibu menerima kredit?

1. Bank syariah 2. Bank konvensional

32 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling Bapak/Ibusetuju?

1. Bank konvensional dan bank syariah sama-sama baik

2. Pengusaha UKM Muslim bleh saja menggunakan kedua duanya

3. Bank syariah bisa lebih sukses dari bank konvensional

(6)

33. Sejak sekian lama jadi nasabah, apakah Bapak / Ibu maih tetap lebih menyukai bank dimana Bapak / Ibu jadi Nasabah sekarang?

1. Ya, sebab:……… 2. Tidak lagi: ebab:………

34. Menurut Perkiraan Bapak / Ibu, apakah Bapak / Ibu akan tetap menyukai bank ini sampai seterusnya?

1. Ya, sebab ………. 2. Tidak, sebab………..

35. Faktor Utama apa yang menyebabkan Bapak / Ibu lebih menyukai Bank dimana Bapak / Ibu menjadi nasabah saat ini ?

1. Banknya sangat bonafid dan dipercaya 2. Fasilitas Banknya lengkap dan modern 3. Lokasi Banknya dekat dan mudah dijangkau 4. Pelayanannya sangat baik dan memuaskan 5. Jenis produknya banyak dan sesuai kebutuhan

36. Sekiranya semua fasilitas yanag ada di bank konvensional ada juga di bank syariah apakah Bapak / Ibu akan pindah kebank syariah?

1. Ya, saya akan pindah

(7)

LAMPIRAN 2 Analisis Frekuensi Tabel

Profil Pengusaha

1. Jenis kelamin

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 38 76.0 76.0 76.0

Perempuan 12 24.0 24.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 30 Tahun 5 10.0 10.0 10.0

30-40 Tahun 30 60.0 60.0 70.0

41-50 Tahun 11 22.0 22.0 92.0

> 50 Tahun 4 8.0 8.0 100.0

(8)

3. Suku

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 13 26.0 26.0 26.0

Jawa 34 68.0 68.0 94.0

Melayu 1 2.0 2.0 96.0

Aceh 1 2.0 2.0 98.0

Lain-Lain 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

4. Sekolah Agama

SekolahAgama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 4 8.0 8.0 8.0

Tidak 46 92.0 92.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

26%

68%

2% 2% 2%

Batak

(Toba, Mandailing, dll)

Jawa

Melayu

Aceh

(9)

Lampiran 3 Hasil Crosstabulation

Profil Pengusaha

1. Pendidikan*umur Crosstabulation

Pendidikan * Umur Crosstabulation

Umur

Total < 30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun > 50 Tahun

Pendidikan SD Count 1 0 1 0 2

% of Total 2.0% .0% 2.0% .0% 4.0%

SMP Count 1 2 1 0 4

% of Total 2.0% 4.0% 2.0% .0% 8.0%

SMA Count 2 9 8 1 20

% of Total 4.0% 18.0% 16.0% 2.0% 40.0%

D3 Count 0 2 0 1 3

% of Total .0% 4.0% .0% 2.0% 6.0%

S1 Count 1 17 0 2 20

% of Total 2.0% 34.0% .0% 4.0% 40.0%

Pascasa rjana

Count 0 0 1 0 1

% of Total .0% .0% 2.0% .0% 2.0%

Total Count 5 30 11 4 50

(10)

2. Sekolah agama*jenis kelamin Crosstabulation

3. Lama_berusaha*kepuasan_berusaha Crosstabulation

(11)

Profil Perusahaan

1. Kategori_Perusahaan*karyawan Crosstabulation

2. kategori_perusahaan*bidang_usaha Crosstabulation

(12)

3. Omset*lama_berusaha*karyawan Crosstabulation

Omset * LamaBerusaha * Karyawan Crosstabulation

(13)
(14)

5. perusahaan*lama_berusaha*pernah_meminta_kredit Crosstabulation

Perusahaan * LamaBerusaha * PernahMemintaKredit Crosstabulation

(15)

6. Perusahaan*golongan_responden Crosstabulation

10%

52% 36%

2%

Gol. A

Gol. B

Gol. C

Gol. D

KategoriPerusahaan * GolonganResponden Crosstabulation

GolonganResponden

Total

A B C D

Perusahaan Milik Perorangan Count 3 14 9 1 27

% of Total 6.0% 28.0% 18.0% 2.0% 54.0%

Milik Keluarga Count 2 11 8 0 21

% of Total 4.0% 22.0% 16.0% .0% 42.0%

CV Count 0 1 1 0 2

% of Total .0% 2.0% 2.0% .0% 4.0%

Total Count 5 26 18 1 50

(16)

7. Memilih_bank_konvensional*tidak_memilih_bank_syariah Crosstabulation

8. Memilih_bank_syariah*tidak_memilih_bank_konven Crosstabulation

Count memilih_bank_syariah Bank syariah lebih

mudah, lebih dekat 2 0 2

agar terhindar dari riba 6 3 9 Membantu bisnis

sesama muslim 2 3 5

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, (2004). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ascarya, (2007). Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Adiwarman Karim, (2008). Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Barna, Putri Fanna. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah Bank Syariah. Skripsi pada UIN Syarif HidayatullahI, Jakarta : tidak diterbitkan.

Ifham, Ahmad. (2015). Ini Lho Bank Syariah, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Irsan Azhari Saleh, (1986). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, Jakarta : LP3ES.

Irsyad Lubis, (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Medan : USU Press

Kasmir, (2003). Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Mountjoy, A.B. (1978). The Third Wold. Problems and Prespectives, Hong Kong: MacMilland Press.

Muflih, Muhammad, (2006). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Muhammad Syafii Antonio, (2001). Perbankan Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press.

Solehah Abdul Hamid, (1997). Pembangunan Ekonomi ASEAN, Sintok: Universiti Utara Malaysia.

pematangsiantarkota.go.id.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji hal-hal yang menyangkut dengan pengusaha

Muslim dalam kaitannya dengan penerimaan lembaga keuangan syari’ah di Kota

Pematang Siantar. Penelitian ini pula bersifat eksploratif sehingga tidak

bermaksud untuk menguji hipotesis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Sebagaimana judul penelitian ini yakni “Analisis Penerimaan Pengusaha

UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Pematang Siantar”, maka

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penerimaan pengusaha UKM Muslim

ini akan dilakukan di Kota Pematang Siantar. Penelitian ini dilakukan di 4

kecamatan, 50% dari jumlah total 8 kecamatan yang ada di Kota Pematang

Siantar. Tempo waktu penelitian direncanakan 6 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

A. Populasi dimaksudkan sebagai sekumpulan orang atau objek yang

mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk

masalah pokok dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini,

populasinya adalah seluruh pengusaha UKM Muslim di Kota

Pematang Siantar. Jumlah usaha UKM Muslim di Kota Pematang

Siantar tidak diketahui secara pasti karena tidak ada data dan lembaga

(20)

Kota Pematang Siantar misalnya, tidak mendata pengusaha yang ada

di Kota Pematang Siantar berdasarkan agama.

B. Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai keterbatasan yang

dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian diambil

sebanyak 50 orang pengusaha UKM Muslim (Tabel 3.1) dengan cara

“eksidental” (Accidental sampling). Syarat-syarat untuk menjadi

sampel pada penelitian ini adalah:

1. Pengusaha beragama Islam

2. Memiliki usaha yang berdomisili di Kota Pematang Siantar

3. Memiliki jumlah tenaga kerja minimal 3 orang

4. Memiliki kekayaan bersih dan aset Rp. 50.000.000 paling banyak

atau lebih.

Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka

50 ini, sebab jumlah pengusaha muslim juga tidak di ketahui. Angka ini

merupakan “judgement” peneliti saja dengan alasan antara lain :

1) Menurut Roscoe dan Sugiyono (2004) ukuran sampel yang layak

dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang. Dengan

demikian jumlah sampel penelitian ini telah mencukupi dari jumlah

tersebut.

2) Sampel sebanyak 50 orang dinilai cukup representatif untuk mewakili

keseluruhan pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar.

Dengan jumlah sampel sebanyak 50 ini diyakini akan diperoleh data

(21)

gambaran yang sebenarnya tentang masalah atau fenomena yang

diteliti.

3) Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan

menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti keterbatasan

waktu.

Distribusi pengambilan sampel dari 4 kecamatan adalah sebagaimana

disimulasikan dalam tebel 3.1. Adapun alasan mengapa wilayah kecamatan ini

menjadi simulasi distirbusi pengambilan sampel karena letaknya yang berada

ditengah-tengah Kota Pematang Siantar sehingga akan ada banyak UKM yang

beroperasi dikecamatan ini, dan jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan

lain pada tabel tersebut berdekatan. Karena wilayah pengambilan sampel

berdekatan ini memudahkan peneliti dalam mengambil sampel, maka target

jumlah hari di lapangan adalah 20 hari.

Tabel 3.1

Simulasi Distribusi Pengambilan Sampel

No Kecamatan Jumlah

Sumber : Tabel ini di olah sendiri oleh penulis

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifat dan kategori penelitian ini yang bersifat

(22)

pengusaha UKM Muslim yang berdomisili di 4 Kecamatan yang tertera pada tabel

3.1. Keseluruhan responden diminta mengisi angket yang bersifat campuran

antara angket langsung dan angket tidak langsung. Bentuk-bentuk pernyataan

yang diajukan pula merupakan kombinasi pernyataan pilihan berganda (multiple

choice), pernyataan dua pilihan (forced choice) dan beberapa pernyataan yang

bersifat terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan

hati-hati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu, diketengahkan juga

pernyataan yang bersifat counter checking terhadap jawaban responden sehingga

kebenaran informasi yang diperoleh lebih akurat.

Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang diperoleh

dari 50 responden akan dipadukan dengan data-data sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi resmi seperti buku-buku, majalah, artikel, laporan dan lain-lain.

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini lebih bersifat eksploratif sehingga tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis. Data-data penelitian yang dihimpun selama 20 hari, diproses

menggunakan perangkat SPSS dan hasilnya diketengahkan dalam berbagai bentuk

antara lain:

3.5.1 Tabel Distribusi Frekuensi

Tabel distribusi frekuensi adalah salah satu bentuk penyajian data yang

dibuat untuk menyederhanakan bentuk dan jumlah data sehingga dapat mudah

dipahami. Data yang dikerjakan dan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa

(23)

data dapat dideskripsikan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan

menilai data yang telah dikumpullkan dengan cara membuat distribusi frekuensi.

Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu

atau dalam sebuah daftar (Sanusi, 2013 : 116). Distribusi frekuensi dibuat dengan

mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian menyusunnya

dalam kelas-kelas tertentu.

3.5.2 Tabulasi Silang / Cross Tabulation

Tabulasi silang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa

variabel yang berbeda kedalam suatu matriks. Analisis tabulasi ini meliputi dua

jalur tabulasi frekuensi. Analisis dan hasil dari tabulasi saling mudah di

interpretasikan dan mudah dipahami, biasanya variabel terikat (variabel dependen)

disusun pada garis row dan variabel bebas (variabel idenpenden) disusun pada

garis kolom. Penafsiran yang jelas memberikan ikatan yang lebih erat antara hasil

riset dengan tindakan yang harus diambil.

3.5.3 Gambar / Grafik

Grafik adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk

lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Dalam penyajiannya,

semua data yang berbentuk angka disajikan melalui visualisasi lukisan garis,

(24)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Kota Pematang Siantar

Pematang Siantar atau yang biasa disingkat Siantar merupakan salah satu

kota di Provinsi Sumatera Utara terbesar kedua setelah Kota Medan. Kota

Pematang Siantar yang berjarak 128 km dari Kota Medan dan 50 km dari Parapat

sering menjadi tempat peristirahatan bagi para wisatawan yang ingin menuju ke

Danau Toba.

Secara geografis wilayah kota Pematang Siantar berada 3°01ʹ09ʹʹ-2°54ʹ40ʹʹ

Lintang Utara dan 99°6ʹ23ʹʹ -99°1ʹ10ʹʹ dengan luas wilayah 79,97 Km2 dengan

batas-batas sebagai berikut:

 Batas Utara : Kabupaten Simalungun

 Batas Selatan : Kabupaten Simalungun

 Batas Timur : Kabupaten Simalungun

4.2 Profil dan Dekripsi Responden 4.2.1 Profil Pengusaha

Jumlah pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar belum

diketahui secara pasti. Berdasarkan data terkhir BPS Kota Pematang Siantar tahun

2002, jumlah penduduk kota Pematang Siantar berjumlah 242.124 jiwa yang

terdiri dari 119.986 laki-laki dan 122,138 perempuan. Dari jumlah penduduk ini

sebagian besar beragama islam. Pada penelitian ini, 50 orang profil pengusaha

UKM muslim yang menjadi responden dapat dilihat melalui data-data yang

(25)

1. Data Responden Berdasarkan jenis Kelamin

Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat pada

tabel 4.1 :

Tabel 4.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 38 76

Perempuan 12 24

Total 50 100

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan data hasil ouput SPSS21 (Tabel 4.1) di atas, diketahui bahwa

responden laki-laki berjumlah 38 orang atau 76% dari total responden. Jumlah ini

lebih banyak dari responden perempuan yang hanya berjumlah 12 orang atau 24%

dari total responden.

Dalam penelitian ini, memang lebih banyak ditemui pengusaha UKM

Muslim laki-laki daripada perempuan, namun perbedaan jumlah tersebut tidak

memberi pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Hanya saja pola pikir

penduduk Kota Pematang Siantar yang menganggap menjadi pengusaha memiliki

resiko yang besar dan kecenderungan menganggap pekerjaan sebagai pegawai

negeri lebih aman, sehingga bagi laki-laki lebih berani mengambil resiko untuk

berbisnis daripada perempuan. Walaupun demikian, baik laki-laki maupun

perempuan memiliki peluang yang sama dalam kebebasan membuka usaha yang

(26)

2. Data Responden Berdasarkan Umur

Dalam penelitian ini umur responden terbagi menjadi 4 kategori yaitu < 30,

30-40, 41-50, >50. Kondisi umur para pengusaha UKM Muslim jika di

crosstabkan dengan jeniss kelamin, maka datanya dapat terlihat seperti dalam

tabel 4.2 :

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan hasil output SPSS21 (Tabel 4.2) diketahui bahwa responden

laki-laki yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 3 orang, sedangkan

responden perempuan yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 2 orang,

sehingga total jumlah responden pada kategori ini 10% dari total responden.

Responden laki-laki dengan umur berkisar 30-40 tahun berjumlah 27 orang,

sedang untuk responden perempuan dengan kategori umur yang sama berjumlah 3

orang sehingga total responden pada katagori usia ini 60% dari total responden.

Untuk kategori responden umur 41-50 tahun, responden laki-laki berjumlah 5

orang dan responden perempuan 6 orang dengan total responden pada kategori ini

22% dari total responden. Sedang responden yang paling sedikit, yaitu hanya

(27)

seorang saja atau 8 persen dari total responden adalah yang berumur lebih dari 50

tahun.

Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengusaha yang berusia 41-50

tahun dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memilih dan bertahan

untuk menjadi pengusaha daripada perempuan karena adanya minat pada usaha

yang sedang dijalaninya serta memiliki kemampuan dalam menghadapi resiko

sebagai pengusaha dan juga diyakini telah memiliki pengalaman yang cukup

dalam dunia usaha sehingga tetap bertahan sebagai pengusaha UKM. Begitupun

dengan responden dengan umur 30-40 tahun jumlah responden laki-laki juga lebih

banyak dari responden perempuan karena selain memiliki keberanian dalam

berusaha juga memiliki keyakinan yang optimis. Lain halnya dengan pengusaha

yang berusia kurang dari 30 tahun yang jumlahnya sedikit menunjukkan bahwa

penduduk di Kota Pematang Siantar dengan usia tersebut masih banyak yang

menjadi pekerja baik itu pegawai negeri sipil maupun bekerja di perusahaan orang

lain. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit penduduk berusia kurang dari 30

tahun yang berani untuk membuka usaha sendiri dan lebih dominan penduduk

umur 30- 40 tahun untuk membuka usaha sendiri.

3. Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Tiap-tiap responden pada penelitian ini memiliki jenjang pendidikan yang

berbeda-beda yang mempengaruhi kemajuan usaha mereka. Data responden

berdasarkan pendidikan yang pernah ditempuh dan tingkat umur pengusaha dapat

(28)

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Umur

Pendidikan

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, diketahui responden dengan tingkat

pendidikan tamat SMA/Sederajat dan S1 jumlahnya lebih besar dibanding

responden lainnya. Dengan jumlah tamatan SMA/Sederajat sebanyak 2 orang

yang berusia dibawah 30 tahun, 9 orang dengan usia berkisar 30 - 40 tahun, 8

orang berusia 41-50 tahun, dan 1 orang dengan usia di atas 50 tahun sehingga

total responden yang pendidikannya tamat SMA/Sederajat sebesar 40% dari total

responden keseluruhannya.

Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tamat S1 jumlahnya

sama besar dengan responden tamat SMA/Sederajat yang berjumlah 40%, dengan

jumlah responden 1 orang yang berusia dibawah 30 tahun, 17 orang dengan usia

(29)

Hal ini menunjukkan baik responden dari tamat SMA/Sederajat maupun

S1 menyadari dan paham menjadi pengusaha UKM Muslim akan dapat

menghasilkan uang yang lebih cepat daripada bekerja sebagai pegawai. Hal yang

sangat di sayangkan adalah responden dengan tamat SMA/Sederajat akan

mengalami gangguan terhadap perkembangan usaha. usahanya akan lambat

berkembang akibat dari keterbatasan ilmu yang dimiliki. Tentunya ilmu yang

dimiliki responden tamat SMA/Sederajat dengan tamat S1 berbeda, tapi hal ini

diatasi jika setiap responden terus mencari ilmu dan informasi untuk memajukan

usahanya yang sesuai dengan pasar.

Perlu diketahui pula bahwa responden yang tamat D3/Sederajat hanya

tedapat 3 orang dengan usia berkisar 30 – 40 tahun. Dan Responden yang tamat

Pascasarjana berjumlah 1 orang dengan usia berkisar 41 – 50 orang dengan

jenjang pendidikan tersebut telah memiliki ilmu yang cukup dan kemampuan

untuk menerima pendidikan dari pelatihan untuk pengusaha yang tinggi. Karena

itulah pengusaha dengan pendidikan yang lebih tinggi ini lebih matang dan

mampu bersaing pada pasar.

4. Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha.

Data responden berdasarkan lamanya para pengusaha UKM Muslim mulai

memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha beserta dengan tingkat kepuasan

(30)

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Lama Jadi Pengusaha dan Kepuasan

Lama Berusaha Kepuasan Usaha Total

Belum Puas Sangat Puas

3 Tahun 2 1 0 3

Total % 4.0% 2.0% 0% 6%

3-5 Tahun 5 13 1 19

Total% 10% 26% 2% 38.0%

6-8 Tahun 4 8 0 12

Total % 8% 16% 0% 24%

9-11 Tahun 2 4 2 8

Total % 4.0% 8.0% 4.0% 16.0%

12-14 Tahun 3 1 2 6

Total % 6.0% 2.0% 4.0% 12.0%

> 14 Tahun 1 0 1 2

Total % 2.0% .0% 2.0% 4.0%

Total 17 27 6 50

Total % 34.0% 54.0% 12.0% 100.0%

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim yang telah

menjadi pengusaha selama 3 – 5 tahun adalah responden terbanyak dengan

jumlah 19 orang dan yang puas dengan usahanya berjumlah 13 orang sedangkan

yang belum puas ada 5 orang dan yang sangat puas dengan usahanya ada 1 orang.

Kemudian diikuti oleh responden yang telah menjadi pengusaha selama 6 – 8

tahun dengan jumlah 12 orang, dan yang puas dengan usahanya sebanyak 8 orang

(31)

yaitu yang telah jadi pengusaha lebih dari 14 tahun hanya 2 orang, 1 responden

sangat puas dengan usahanya dan 1 responden tidak puas dengan usaha yang

dimilikinya.

Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa pengusaha yang memiliki usaha baru

berjalan kurang dari 3 tahun, 2 dari 3 responden yang diteliti merasa tidak puas,

hal ini dikarenakan semakin baru seorang responden menjadi pengusaha

kebanyakan dari mereka belum puas dengan usahanya karena baru saja memulai

bisnisnya, sehingga banyak keinginan dan harapan yang besar terhadap usahanya.

Ini adalah hal yang baik karena pengusaha tersebut cenderung akan melakukan

perubahan atau inovasi untuk memajukan usahanya dan bisa saja setelah melewati

tahun ke 3 berdirinya usaha itu, pengusaha akan merasa puas seperti halnya

responden yang telah menjalani usahanya 3 – 5 tahun yang diteliti dalam

penelitian ini.

5. Data Responden Berdasarkan Suku

Penduduk yang ada di Kota Pematang Siantar terdiri dari berbagai suku.

Pada penelitian ini, pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden

berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 4.5 :

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi Persentase

Batak (Toba, Mandailing, dll) 13 26

Jawa 34 68

Melayu 1 2

Aceh 1 2

Lain-Lain 1 2

(32)

Dari tabel 4.5, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim dari suku Jawa

merupakan responden terbanyak dengan jumlah 34 orang atau 68% dari total

responden. Disusul oleh responden bersuku batak (Toba, Mandailing, dll)

sebanyak 13 orang atau 26% dari total responden. Pengusaha bersuku Melayu

berjumlah 1 orang atau 2% dari total responden. Pengusaha bersuku Aceh 1 orang

atau 2% dari total responden. Adapun suku lain-lain pada tabel berjumlah 1 orang

atau 2% dari total responden, yaitu pengusaha yang berasal dari suku Tamil.

Pada data responden berdasarkan suku yang diperoleh dari tabel 4.5

Diketahui bahwa jumlah responden bersuku Jawa mendominasi dari keseluruhan

jumlah responden dari suku lain. Hal ini di sebabkan karena karakteristik

orang-orang suku Jawa adalah orang-orang yang selalu berusaha, pekerja keras dan berani

untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan lewat

berusaha, sama halnya dengan suku Batak(Toba, Mandailing, dll) yang dikenal

juga sebagai pekerja keras.

Walaupun begitu, di Kota Pematang Siantar tidak ada diskriminasi

berusaha berdasarkan suku dan etnis. Hal ini dibuktikan dari banyaknya

pengusaha yang berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda. Artinya, Kota

Pematang Siantar adalah kota yang terbuka bagi semua suku atau etnis untuk

(33)

Gambar 4.1

Data Responden Berdasarkan suku

6. Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama

Pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang menjadi

responden dilihat dari pernah/tidak pernah sekolah agama dan jenis kelamin

responden beserta gambar dapat dilihat berikut ini :

Tabel 4.6

Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama dan Jenis Kelamin

Sekolah Agama Jenis Kelamin Total

Laki-Laki Perempuan

Pernah Sekolah Agama

2 2 4

Tidak Pernah Sekolah Agama

36 10 46

Total 38 12 50

(34)

Gambar 4.2

Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama

Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.2 di atas, diketahui pengusaha UKM

Muslim yang menjadi responden pada penelitian ini dari 38 responden laki-laki, 2

orang mengaku pernah bersekolah agama dan 36 orang lainnya belum pernah.

Sedangkan dari 12 responden perempuan diketahui hanya 2 orang yang mengaku

pernah sekolah agama dan 10 orang lainnya belum pernah. Dan totalnya,

responden yang belum pernah sekolah agama jumlahnya 46 orang, lebih banyak

daripada responden yang pernah sekolah agama yang hanya berjumlah 4 orang.

Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar para pengusaha tidak

memiliki pengetahuan dalam menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat

Islam. Hal ini sangat disayangkan, karena sebagai pengusaha Muslim, Islam telah

menetapkan syariat atau aturan dalam setiap aspek kehidupan dan aktivitas kita

sehari-hari termasuk dalam berusaha dan kurangnya pengetahun akan ilmu agama

(35)

akan memengaruhi pengusaha dalam menjalankan usahanya baik itu dalam

bertransaksi, membutuhkan pinjaman modal dari bank dengan perbedaan riba dan

bagi hasil, dan dalam menjalankan usaha kongsi yang adil dengan mitra usaha

beresiko memunculkan dosa bahkan haram.

4.2.2 Profil Perusahaan

Usaha yang dijalankan pengusaha UKM Muslim di kota Pematang Siantar

yang menjadi responden pada penelitian ini disajikan sebagai berikut :

1. Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan

Data responden berdasarkan kategori kepemilikan perusahaan dan di

crosstabkan dengan jumlah pegawai tetap yang dimiliki responden dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7

Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Karyawan

Kategori

Sumber : Diolah dari data primer

Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan milik perorangan

mendominasi responden sebanyak 27 orang atau 54% dari total responden dengan

perusahaan yang memiliki jumlah kayawan yang kurang dari 5 sebanyak 5

perusahaan, perusahaan dengan jumlah karyawan 5-10 orang ada 9 perusahaan,

(36)

milik keluarga atau kongsi sebanyak 21 orang atau 42% dari total responden

dengan perusahaan yang memiliki jumlah kayawan yang kurang dari 5 sebanyak 4

perusahaan, perusahaan dengan jumlah karyawan 5-10 orang ada 7 perusahaan,

perusahaan dengan 10 – 15 orang karyawan ada 4 perusahaan, dan perusahaan

yang memiliki 16 – 20 orang karyawan ada 5 perusahaan, dan perusahaan yang

memiliki jumlah karyawan yang lebih dari 20 orang sebanyak 1 perusahaan. Dan

responden terkecil adalah responden dengan perusahaan dalam bentuk CV yaitu

hanya 2 orang atau 4% dari total responden yang jumlah pegawainya 5 – 10

orang.

Dari data yang terdapat pada tabel 4.7, maka dapat disimpulkan pengusaha

UKM Muslim di Kota Pematang Siantar belum menyerap tenaga kerja yang

banyak yang menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini

mungkin karena kemampuan pengusaha yang belum dapat melakukan manajemen

usaha dengan baik bagi pengusaha yang memiliki perusahaan milik sendiri dan

untuk perusahaan keluarga maupun kongsi lebih banyak memilih untuk

memanfaatkan anggota keluarga ataupun kenalan-kenalan sebagai pekerja lepas,

sehingga dipastikan penyerapan tenaga kerja pada masyarakat tidak maksimal.

Data responden berdasarkan kategori perusahaan dan pegawainya dapat dilihat

(37)

Gambar 4.3

Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pegawai

2. Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha

Terdapat begitu banyak bidang usaha yang ada di Kota Pematang Siantar.

Tetapi, bidang usaha dagang/restoran mendominasi usaha responden dengan 16

perusahaan atau 32,0% dari total responden perusahaan milik perorangan, 13

perusahaan atau 26% responden perusahaan milik keluarga (kongsi). Dan totalnya

ada 29 perusahaan atau 58% dari total responden bergerak di bidang usaha

dagang/restoran. Untuk bidang usaha lain-lain yaitu usaha 2 usaha papan bunga, 1

usaha Wedding Organizer, 2 usaha photostudio, 2 usaha percetakan, dan 2 usaha

doorsmeer mobil. Data responden berdasarkan bidang usaha yang dijalankan oleh

responden dapat dilihat pada tabel 4.8.

(38)
(39)

Dari data yang terdapat pada tabel 4.8, maka dapat disimpulkan lebih

banyak pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang memilih

menjalankan usaha dagang atau restoran karena usaha ini adalah bentuk usaha

yang menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, dan juga sebagai kota

tempat persinggahan wisatawan yang ingin berwisata ke Danau Toba usaha

dagang atau restoran merupakan suatu bentuk usaha yang menjanjikan sehingga

asumsinya usaha ini akan mudah diterima oleh masyarakat dan bertahan. Selain

itu juga, pada usaha dagang tidak memerlukan keahlian khusus oleh pengusaha

ataupun pegawainya. Untuk usaha restoran, pengusaha berasumsi bahwa setiap

masyarakat akan membutuhkan makanan dengan tingkat harga tertentu, sehingga

makanan akan selalu habis terjual bila dibisniskan.

3. Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan

Tingginya minat masyarakat di Kota Pematang Siantar dalam berwirausaha

membuat banyaknya UKM yang berdiri di kota tersebut. Tetapi pada kenyataan

yang ada hanya sedikit UKM yang mampu bertahan dan bersaing dengan yang

lain, pada tahun ke- 2 dan ke- 3 UKM tersebut berdiri, pengusaha mengalami

kerugian dan kebangkrutan yang membuat mereka terpaksa menutup UKMnya.

Pada tabel 4.9 berisikan tentang Data responden berdasarkan lama perusahaannya

berdiri, omset perusahaan yang didapat selama pertahun dan jumlah pegawai yang

(40)

Tabel 4.9

Data Responden Berdasarkan Lama Usaha, Omset dan Jumlah Karyawan Omset (Rp) Lama

(41)

Dari tabel 4.9 di atas, perusahaan responden terbanyak yaitu perusahaan

yang bediri 3 – 5 tahun dengan total responden 19 responden, dimana 9

responden dari perusahaan yang omsetnya kurang dari 100 juta, 9 responden dari

perusahaan yang omsetnya 150-200 juta dan 1 responden dari perusahaan yang

omsetnya diatas 350 juta. Kemudian disusul oleh lama usaha responden yang

berkisar 6 – 8 tahun sebanyak 12 perusahaan dimana 5 perusahaan dari usaha

yang omsetnya kurang dari 100 juta dan 7 perusahaan yang omsetnya 150-200

juta.

Untuk perusahaan responden yang telah berdiri lebih lama yaitu lebih dari

12 tahun terdapat 8 responden. 2 responden yang omsetnya kurang dari 100 juta

tapi hanya memiliki karyawan 5 orang saja. 2 responden yang omsetnya 150 –

200 juta, 1 responden memiliki karyawan sebanyak 11 – 15 karyawan dan 1

responden memilik 16 - 20 karyawan. 2 responden yang omsetnya 201 – 250 juta

memiliki, 1 responden memiliki karyawan berjumlah 5 – 10 karyawan dan 1

responden memilik karyawan berjumlah 11 – 15 karyawan. Dan juga ada 2

responden yang telah mendirikan usahanya lebih dari 14, 1 responden memiliki

karyawan sebanyak 5 – 10 orang dengan omset sebesar 150 – 200 juta dan 1

responden dengan karyawan sebanyak 16 – 20 karyawan dengan omset lebih dari

350 juta.

Dari data di atas dapat disimpulkan usaha yang dijalankan responden tidak

lah efektif. Karena untuk perusahaan yang belum lama berdiri omset yang dimiliki

(42)

negeri sipil namun membuka usaha sendiri, sehingga hampir semua usahanya

dikelola oleh pegawainya meskipun omsetnya masih sedikit. Sedangkan untuk

perusahaan yang telah berdiri cukup lama yaitu 10-12 tahun dan memiliki omset

yang tinggi sayangnya tidak menyerap banyak pegawai karena merasa mampu

untuk mengelola sendiri usahanya tanpa bantuan banyak orang dan kalaupun

dibutuhkan pegawai, mereka lebih memilih menggunakan tenaga keluarga.

4. Data Responden Berdasarkan Pemasaran dan Omset

Data responden berdasarkan luasnya wilayah pemasaran usaha yang telah

dicapai oleh pengusaha sejak berdirinya usaha hingga saat ini dan dikaitkan

dengan besar omset usaha yang diperoleh responden setiap 1 tahun dapat dilihat

pada tabel 4.10 :

Tabel 4.10

Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset Daerah

Sumber : Diolah dari data primer

Dari data pada tabel 4.10 diketahui usaha responden yang luas daerah

pemasarannya di kabupaten/kota lebih banyak dari usaha responden lainnya, yaitu

sebanyak 37 usaha dengan 13 usaha omsetnya kurang dari Rp 100 juta, 20 usaha

omsetnya berkisar Rp 150-200 juta, 2 usaha omsetnya Rp 201 – 250 juta dan

(43)

daerah pemasarannya kecamatan dengan total 9 usaha, dimana 6 dari usaha

tersebut omsetnya kurang dari 100 juta, dan 3 dari usaha omsetnya berkisar

Rp 150-200 juta. Sedang usaha yang daerah pemasarannya mencapai wilayah

poropinsi berjumlah 3 usaha dimana 1 usaha beromset kurang dari Rp 150 - 200

juta, 1 usaha dengan omset Rp 201 - 250 juta. Dan 1 lagi usaha dengan omset Rp

251 – 300 juta. Sedangkan untuk usaha yang luas pemasarannya nasional

berjumlah 1 usaha dengan omset kurang dari Rp 100 juta.

Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan pengusaha UKM Muslim di Kota

Pematang Siantar masih belum mampu mengelola usahanya dengan baik sehingga

jangkauan pemasarannya pun hanya berkisar di daerah kecamatan dan kabupaten/

kota usaha itu saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya modal usaha dan

kemampuan pengusaha dalam memasarkan usahanya agar dikenal lebih banyak

orang. Untuk itu, diperlukan adanya tindakan pemerintah untuk mengadakan

bazar ( pameran UMKM) ataupun pelatihan kepada para pengusaha UKM Muslim

agar ada wadah untuk memasarkan produk usaha oleh pengusaha menjadi lebih

besar, dan diharapkan pula keaktifan pengusaha untuk aktif dan ikut serta dalam

event-event dan pelatihan usaha.

4.3 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah penerimaan

pengusaha UKM Muslim terhadap institusi perbankan di Kota Pematang Siantar

dengan melihat dari banyaknya pengusaha UKM Muslim yang mengambil kredit

(44)

jasa dari kedua bank konvensional dan syariah. Kemudian dilakukan pengukuran

skala tingkat penerimaan pengusaha UKM Muslim dengan mengukur tingkat

banyaknya pengusaha UKM Muslim yang pernah atau tidak pernah mengambil

kredit pada bank, tingkat kecenderungan menggunakan jasa bank konvensional,

bank syariah ataupun menggunakan jasa kedua bank tersebut,

4.3.1 Penerimaan Berdasarkan Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank

Pada analisis berdasarkan tingkat permintaan kredit pada bank diketahui

dengan seberapa banyak pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden yang

memiliki pengalaman meminta kredit dari jasa perbankan untuk modal usahanya.

Hal ini dikaitkan pula dengan sumber modal dan pembiayaan usaha responden

dalam menjalankan usahanya.

Jika jumlah responden yang meminta kredit pada bank cukup banyak,

maka diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim menerima jasa perbankan.

Sebaliknya, jika banyak pengusaha UKM Muslim yang tidak meminta kredit

usaha pada bank dan memilih untuk menggunakan uang sendiri sebagai modal

usaha, maka jasa perbankan tidak diterima di Kota Pematang Siantar. Data

responden pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang memiliki

pengalaman mengambil kredit di bank maupun yang tidak pernah mengambil

(45)

Tabel 4.11

Data Responden yang Pernah Meminta Kredit/Belum, Kategori Perusahaan dan Lama Berusaha

Sumber : Diolah dari data primer

Pada tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa responden yang pernah meminta

kredit pada bank berjumlah 23 orang, lebih sedikit dari pada responden yang

belum pernah meminta kredit pada bank yang berjumlah 27 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar hanya

sedikit yang menggunakan jasa perbankan, dalam hal ini pengusaha yang

menggunakan jasa perbankan mengajukan kredit untuk pembiayaan usaha mereka

(46)

Muslim yang menggunakan jasa perbankan di Kota Pematang Siantar menerima

institusi perbankan.

Sedangkan untuk responden yang belum pernah meminta kredit pada bank

lebih banyak dikarenakan modal usaha mereka berasal dari uang sendiri, pinjaman

pada keluarga ataupun menjalankan bisnis usaha keluarga yang telah lama

berjalan dan responden yang bersangkutan adalah penerus usaha keluarga

tersebut, sehingga tidak mengeluarkan modal pribadi. Alasan lainnya responden

belum meminta kredit perbankan disebabkan karena kurangnya pengetahun

pengusaha terhadap perbankan itu sendiri, terutama pada perbankan syariah yang

sosialisasinya pada masyarakat masih belum menyeluruh sehingga sebagian besar

pengusaha tidak mengetahui perbedaan antara perbankan konvensional dan

perbankan syariah.

Selain itu, faktor bunga bank dari bank konvensional membuat para

pengusaha tidak nyaman untuk meminjam uang atau meminta kredit pada bank

dan lebih memilih untuk mengusahakan modal dari uang sendiri. Dan faktor

lainnya adalah peran pemerintah yang kurang mensosialisasikan fungsi dari

perbankan yang berguna jika dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha agar

mereka lebih mengetahui dan memahami fungsi dari setiap jasa perbankan yang

ditawarkan oleh tiap-tiap bank yang berbeda-beda.

Pada penelitian ini pula, responden terbagi atas 4 golongan berdasarkan sumber

modal dan pembiayaan usaha mereka, yaitu :

(47)

2. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja (Gol. B)

3. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol. C)

4. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan perbankan syariah (campuran) (Gol. D)

Dan dari penggolongan di atas, data dan gambar responden yang diperoleh

setelah diolah yaitu :

Tabel 4.12

Data Responden Berdasarkan Golongan dan Kategori Perusahaan Kategori

Sumber : Diolah dari data primer

Gambar 4.4

Data Golongan Responden

Dari data pada tabel 4.12 dan grafik di atas, diketahui bahwa responden

yang mendapatkan kredit dari bank konvensional (Golongan B) jumlahnya lebih

(48)

dominan, yaitu sebanyak 26 orang, di susul oleh 18 orang responden yang

menerima kredit dari bank syariah saja. Dan 1 responden penerima kredit dari

bank syariah saja. yang lainnya sebanyak 5 reponden pengusaha muslim yang

sama sekali tidak terlihat dengan bank manapun yang mana 3 responden kategori

perusahaan milik perorangan dan 2 responden kategori perusahaan milik keluarga

(kongsi). 1 responden pernah menerima kredit dari bank konvensional dan bank

syariah atau campuran.

4.3.2 Alasan Responden Menerima Bank Kovensional

Setiap responden yang menerima dan memanfaatkan perbankan dalam

dunia usaha pasti memiliki alasan tersendiri dalam memilih bank yang hendak

dimanfaatkan jasanya. Hal tersebut disebabkan karena banyaknnya Bank yang

telah muncul di tengah masyarakat saat ini dan adanya dua sistem perbankan di

Indonesia, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.

Pemilihan pengunaan jasa kedua perbankan tersebut bergantung pada responden

itu sendiri karena di pengaruhi oleh beberapa alasan. Berikut data alasan

(49)

Tabel 4.13

Alasan Memilih Bank Konvensional dan Tidak Memilih Bank Syariah

Alasan Memilih Bank Konvesional

Alasan Tidak Memilih Bank Syariah

Total tidak ada bedanya

0 8 1 0 9

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.13 di atas maka diketahui

bahwa 13 orang responden menganggap bank konvensional urusannya lebih

mudah dan lebih dekat, diantaranya 3 orang setuju dengan pernyataan B,5 orang

setuju dengan pernyataan C, dan 5 orang lagi setuju dengan pernyataan D.

Kemudian diketahui 9 orang responden beranggapan Bank konvensional dan bank

syariah tidak ada bedanya diantaranya 8 orang setuju dengan pernyataan B, 1

orang setuju dengan pernyataan C. Lalu diketahui 4 orang yang setuju pada

pernyataan belum paham tentang bank syariah dimana 1 orang setuju dengan

(50)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alasan responden memilih

menggunakan jasa perbankan konvensional adalah karena anggapan urusan di

bank konvensional lebih mudah/lebih dekat dan anggapan bahwa bank

konvensional dan bank syariah tidak ada bedanya serta ada juga beranggapan

bahwa belum paham tentang bank syariah. Sedangkan alasan responden tidak

memilih bank syariah karena anggapan bahwa bank syariah kurang terbuka dan

bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional.Hal ini menunjukkan

kurangnya pengetahuan dan pemahaman responden terhadap perbankan syariah

dan fungsinya sebagai penyelamat diri dari riba juga karena eksistensi bank

konvensional yang sudah lama, membuat responden lebih cenderung

menggunakan jasa dari perbankan konvensional.

4.3.3 Alasan Responden Menerima Bank Syariah

Sebagaimana responden pada penelitian ini yang memilih untuk

menggunakan jasa perbankan konvensional dalam usahanya dan menolak

perbankan syariah dikarenakan alasan-alasan tertentu, begitupun responden yang

memilih menggunakan jasa perbankan syariah. Responden tersebut memiliki

alasan tersendiri memilih bank syariah dan menolak bank konvensional. Berikut

data tabel 4.14 yang menunjukkan alasan responden memilih bank syariah dan

(51)
(52)

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa terdapat 9 responden yang memilih

bank syariah di karenakan agar terhindar dari riba. Diantaranya 6 responden

setuju dengan pernyataan A dan 3 responden setuju dengan pernyataan C.

kemudian 5 responden memilih bank syariah dikarenakan membantu bisnis

sesama muslim. Diantaranya 2 responden setuju dengan pernyataan A, dan 3

responden setuju dengan pernyataan C. dan hanya 2 responden beralasan lebih

mudah dan lebih dekat dimana ia juga setuju dengan pernyataan A yaitu bahwa

bank syariah beda jauh dengan bank konvensional.

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden memilih

untuk memanfaatkan jasa bank syariah karena beralasan agar terhindar dari

riba.Hal ini menunjukkan bahwa responden telah sadar arti dari fungsi perbankan

syariah sendiri.Dalam hal ini adalah memilih bank untuk dimintai kredit usaha

oleh responden.

Dari data pada tabel 4.13 dan 4.14 maka dapat disimpulkan penerimaan

responden terhadap penggunaan jasa perbankan syariah masih sangat kurang

karena masih banyak responden yang menerima penggunaan jasa perbankan

syariah. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :

1. Kurangnya pengetahuan pengusaha tentang perbankan syariah baik itu dari

segi fungsi, kelebihan dan kekurangan serta dalam perspektif agama.

Sehingga pengusaha yang tidak tahu tentang perbankan syariah juga tidak

memiliki keinginan untuk mengetahuinya.

(53)

menyeluruh kepada masyarakat. Sehingga banyak pengusaha yang

beranggapan bank syariah dan bank konvensional itu sama.

3. Adanya anggapan bank syariah kurang terbuka dan belum berpengalaman

seperti bank konvensional yang sudah lebih dulu dikenal luas oleh

masyarakat.

4. Bagi beberapa pengusaha bekerja sama dengan bank syariah lebih sulit dan

mahal biaya administrasi dan pengembalian pinjamannya dari pada bank

konvensional yang memberikan bunga yang rendah bagi pengusaha yang

meminta kredit.

5. Tidak banyak pengusaha yang mempedulikan perbedaan antara bank

konvensional dan bank syariah. Sebagian dari mereka beranggapan bank

syariah sama dengan bank konvensional, hanya saja nama-nama produk yang

ditawarkan bercirikan islami dan mereka menyamakan antara bunga dan bagi

hasil akibat kurangnya pengetahun mereka. Dalam hal ini,

pengusaha-benar-benar keliru.

Namun terlepas dari hal di atas, responden yang memilih menggunakan jasa

perbankan syariah dikarenakan merasa bank syariah beda jauh dengan bank

konvensional dan pengusaha yang sadar akan haramnya riba bagi kehidupan

termasuk dalam bisnis sehingga memilih bank syariah sebagai solusi untuk dapat

berbisnis tanpa harus dibebankan dosa karena riba.

Untuk bank konvensional sendiri, berdasarkan pengakuan dari pengusaha

UKM Muslim di Kota Pematang Siantar memilih untuk menggunakan jasa

(54)

1. Pengusaha beranggapan urusan pada bank konvensional lebih mudah diurus

dan diselesaikan juga aksesnya yang mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya

cabang bank konvensional di Kota Pematang Siantar begitupun keberadaan

mesin ATM-nya sehingga memudahkan pengusaha dalam menggunakan

jasanya.

2. Anggapan bahwa bank konvensional lebih profesional dari bank syariah. Hal

ini di sebabkan karena dibanding bank syariah, bank konvensional telah

menunjukkan eksistensinya lebih dulu sehingga pengusaha telah mengetahui

sedikit banyaknya tentang cara kerja bank konvensional dan sudah tidak

terasa asing lagi bagi masyarakat.

3. Dibanding bank syariah, biaya administrasi pada bank konvensional lebih

kecil. Meski setiap bank konvensional bunganya berbeda-beda, tapi jauh

lebih rendah dari bank syariah. Dalam hal ini, pengusaha akan cenderung

memilih bank yang menawarkan bunga yang lebih rendah dari bank lainnya.

Ditambah lagi beberapa penguaha ada yang tidak paham tentang bank

syariah.

4.3.4 Alasan Golongan Responden Menyukai Bank Yang Mereka Gunakan Saat Ini

Sebagaimana responden pada penelitian ini memilih untuk menyukai bank

yang mereka gunakan saat ini.Dimana terdiri dari beberapa golongan yang

menggunakan jasa bank. Responden tersebut memiliki alasan tersendiri untuk

menyukai bank yang mereka gunakan saat ini. Berikut data tabel 4.15 yang

menunjukkan alasan responden untuk menyukai bank yang mereka gunakan saat

(55)
(56)

Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden tidak pernah

mendapat kredit atau pembiayaan dari bank termasuk dalam Golongan A. Adapun

responden menyukai bank Golongan B (Konvensional) yang mana 22 responden

menyukai bank tersebut karena fasilitas banknya lengkap dan modern, 3

responden lagi menyukai bank tersebut karena pelayanannya sangat baik dan

menyukai bank tersebut karena fasilitas banknya lengkap dan modern, 3 respon

menyukai bank tersebut karena pelayanannya sangat baik dan memuaskan, dan 1

responden menyukai bank tersebut karena jenis produknya banyak dan sesuai

kebutuhan.

Sedangkan yang menyukai bank Golongan C (Syariah) ada 18 responden

dengan 7 responden beralasan karena banknya sangat bonefid dan dapat

dipercaya, masing - masing 4 responden yang menyukai bank dikarenakan

pelayanannya sangat baik dan memuaskan serta jenis produknya banyak dan

sesuai dengan kebutuhan, 2 responden yang menyukai bank dikarenakan lokasi

bank dekat dan mudah dijangkau, dan 1 responden yang menyukai bank tersebut

dikarenak fasilitas yang lengkap dan modern. Dan yang menyukai bank Golongan

D (Campuran) hanya 1 responden saja dimana responden tersebut menyukainya

karena pelayanannya sangat baik dan memuaskan.

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa respondenmemilih untuk

menyukai bank yang mereka gunakan saat ini karena fasilitas bank yang lengkap

dan modern, lokasi bank dekat dan mudah dijangkau ditambah lagi karena

(57)

kesadaran para responden arti dari fungsi perbankan syariah sendiri. Dalam hal ini

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya pengolahan data terhadap variabel-variabel

penelitian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Rata-rata pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar adalah

pengusaha dengan pendidikan tamat SMA/sederajat dan pengusaha dengan

tamat S1 masing - masing sebanyak 20 orang atau 40% dari total responden

dan sebagaian besar responden tidak pernah sekolah agama yaitu 92 % dari

total responden. Pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar

didominasi oleh suku Jawa sebesar 68% dari total responden dengan bidang

usaha sebagian besar bergerak di bidang dagang usaha dan restoran.

2. Pengusaha UKM Muslim diKota Pematang Siantar menerima eksistensi

perbankan di kota tersebut. Hal ini terbukti dari sebagian besar responden

yang mengajukan permintaan kredit usaha sebagai tanda pemanfaatan dari

jasa perbankan. Sebanyak 90% dari total responden menggunakan jasa

perbankan baik itu konvensional ataupun syariah sebagai modal atau sumber

pembiayaan usahanya. Namun pada penelitian ini, diketahui lebih banyak

responden cenderung menggunakan jasa perbankan konvensional dengan

jumlah 52 %.

3. Pengetahuan dan pemahaman pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang

Siantar terhadap perbankan syariah masih sangat rendah akibat kurangnya

(59)

Islam, kurangnya pendidikan agama, juga karena kurangnya sosialisasi

tentang perbankan syariah pada para pengusaha.

4. Pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang menerima

eksistensi perbankan karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai

sumber pembiayaan modal usaha yang mudah dijangkau dan dekat serta

karena pelayanannya sangat baik dan memuaskan. Untuk responden yang

memilih bank syariah faktornya ialah bank syariah terhindar dari riba, lebih

mudah, lebih dekat dan menganggap bank syariah beda jauh dengan bank

konvensional.

5. Masih ada pengusaha yang belum menggunakan jasa perbankan akibat

kurangnya pengetahuan terhadap perbankan itu sendiri sehingga

menimbulkan keraguan untuk menggunakana jasa perbankan, suku bunga

bank yang berbeda tiap bank dan juga karena kurangnya dorongan dari

pemerintah untuk menghimbau dan mensosialisasikan fungsi perbankan pada

pengusaha.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerimaan eksistensi

perbankan pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar, maka penulis

mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlunya promosi yang lebih aktif dari pihak perbankan yang bekerja sama

dengan pemerintah untuk lebih mengajak masyarakat memanfaatkan jasa

perbankan agar aktivitas ekonomi dapat terus berjalan lancar dan dapat

(60)

2. Perlunya keaktifan MUI dan Departemen agama dalam mensosialisasikan

tentang pentingnya menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam

kepada Masyarakat. Agar usaha pengusaha UKM muslim dapat terlepas dari

riba yang menimbulkan dosa dan juga agar usaha yang di jalankan diberkahi

Allah SWT. Sosialisasi juga perlu dilakukan bersama pihak-pihak perbankan

syariah dengan menawarkan jasa perbankan yang mudah dalam

pengurusannya, jelas perbandingannya dengan perbankan konvensional

sesuai dengan syariat Islam dan menyeluruh sehinga masyarakat dapat

mengenal perbankan syariah dengan baik khususnya dikota Pematang

(61)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank

Keberadaan institusi perbankan di Indonesia diatur dengan

Undang-Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang-Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

(Lukman, 2005 :5, Irsyad Lubis, 2010). Dengan adanya Undang-Undang ini

dimaksudkan agar perbankan mempunyai dasar hukum yang pasti dan dapat

menjalankan semua aktivitasnya dengan baik sehingga dapat memberi sumbangan

kepada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pada masa sekarang, bank semakin berkembang pesat dan keberadaanya

juga demikian banyaknya sehingga membantu aktivitas ekonomi masyarakat

terutama para pengusaha UKM. Karena kegiatan bank berfungsi sebagai

pendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah agar lebih maju.

2.2 Fungsi dan Peran Bank

Aktivitas perekonomian akan berjalan baik jika diantara para pelaku

ekonomi tersebut terbentuk hubungan kerjasama yang terpadu. Misalnya, para

pengusaha UKM akan dapat mengembangkan perusahaannya dengan mendirikan

perusahaan baru atau membuka cabang baru jika pengusaha tersebut berhasil

memperoleh dana yang memungkinkan untuk diinvestasikan. Dana investasi

(62)

kelompok masyarakat lain sebagai unit defisit (Borrowers) dalam jangka waktu

tertentu. Kondisi dan hubungan seperti ini hanya mungkin terjadi melalui kerja

sama dan dengan suatu pengorganisasian yang baik dan dalam hal ini dilakukan

oleh bank. Bank dimaksudkan sebagai lembaga profesional yang dapat bertindak

menghimpun (Funding) keseluruhan surplus dana masyarakat dan kemungkinan

menyalurkannya (Lending) kembali kepada masyarakat yang mengalami defisit

dana. Rantaian fungsi dan peranan institusi bank ini dikenal dengan istilah

financial intermediary.

Aktivitas bank sebagai financial intermediary yang melibatkan kepentingan

masyarakat luas ini tentunya didasarkan pada kepercayaan dan keyakinan

masyarakat. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai Agent of Trust di tengah

masyarakat. Masyarakat hanya akan menyimpan uang dan dananya jika mereka

percaya dan yakin bahwa uang atau dana yang akan mereka simpan tidak akan

disalahgunakan oleh pihak bank. Demikian pula sebaliknya, pihak bank hanya

akan menyalurkan dan meminjamkan dana kepada masyarakat jika mereka

percaya bahwa dana tersebut akan digunakan oleh peminjam untuk hal-hal yang

baik. Pihak bank juga harus percaya bahwa dana tersebut layak dan sesuai

diberikan dimana peminjam akan dapat mengembalikannya sesuai dengan tempo

perjanjian. Pihak peminjam akan memperoleh keuntungan dengan penggunaan

dana tersebut sementara pihak bank akan memperoleh pendapatan bunga / spread.

Surplus dana yang dihimpun perbankan akan disalurkan kepada pengusaha

dan masyarakat lainnya sehingga dana itu diinvestasikan di tengah masyarakat.

(63)

disamping membuka peluang pekerjaan yang mendatangkan penghasilan.

Pertambahan barang dan jasa pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan nasional. Surplus dana tersebut disalurkan ke sektor rill

yang akan memperluas kegiatan ekonomi dan perekonomian akan dinamik.

Kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi akan meningkat dan lebih merata

sehingga tingkat kesejahteraan dan standar hidup masyarakat akan semakin baik.

Dalam hal ini eksistensi perbankan dilihat sebagai Agent of Development yang

cukup signifikan membantu keberhasilan pembangunan ekonomi dan

mewujudkan kesejahteraan sosial termasuk dikalangan pengusaha UKM.

Eksistensi dan aktivitas perbankan semakin mendapat sambutan

dikalangan masyarakat. Berbagai produk dan jasa perbankan semakin banyak dan

berkembang sehingga membantu dan memperlancar aktivitas masyarakat seperti

jasa pengiriman atau transfer uang dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam

waktu yang singkat dan aman, simpan pinjam, Safe Deposit Box, L/C, Inkaso dan

lain-lain. Dalam hal ini, perbankan berfungsi sebagai Agent of Services.

2.3 Perbankan Konvensional Versus Perbankan Syari’ah

Perbedaan antara perbankan Konvensional dengan perbankan syari’ah tidak

hanya terbatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara

menyeluruh, terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan

tersebut yang sekaligus merupakan satu gambaran tentang keutamaan dan

kelemahan masing-masing sistem. Misalnya, fungsi dan kegiatan bank

konvensional terlihat sebagai intermediasi dan penyedia jasa keuangan sedangkan

(64)

keuangan ia juga dapat berfungsi sebagai investor dan manager investasi. Prinsip

dasar operasi perbankan syari’ah sangat menekankan anti riba dan anti masyir

sedangkan dalam perbankan konvesional masalah ini dianggap relatif kurang

mendapat perhatian. Selain itu, perbankan konvensional lebih berorientasi pada

kepentingan pribadi sedangkan perbankan syari’ah lebih berorientasi pada

kepentingan publik. Lebih jelas, perbedaan perbankan konvensional dengan

perbankan syari’ah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Perbedaan Perbankan Konvensional Dengan Perbankan Syari’ah Perbankan Konvensional Perbankan Syari’ah

• Berorientasi pada kepentingan

pribadi

• Senantiasa bersifat bebas nilai (bersifat materialistis).

• Uang dianggap sebagai barang

komoditi.

• Investasi yang dilakukan relatif luas karena termasuk kegiatan yang halal dan yang haram.

• Hubungan dengan nasabah

berbentuk hubungan kreditor-debitor.

• Dalam operasinya, menggunakan perangkat / sistem bunga.

• Aktivitasnya hanya berorientasi untuk mencapai keuntungan saja.

• Tidak memiliki dewan pengawas Syari’ah sehingga penghimpunan dan penyaluran dana tidak berdasarkan fatwa.

• Berorientasi pada kepentingan publik.

• Dalam pelayanan,tidak bebas nilai (berdasarkan prinsip islam).

• Uang dianggap sebagai alat ukur saja dan tidak menganggapnya sebagai komoditi.

• Investasi yang dilakukan relatif terbatas karena hanya pada kegiatan yang halal saja.

• Hubungan dengan nasabah

berbentuk kemitraan.

• Dalam operasinya menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa.

• Aktivitasnya tidak hanya

berorientasi untuk mencapai keuntungan saja tetapi juga untuk mencapai falah.

• Penghimpunan dan penyaluran

dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah.

Sumber: Karnaen&Antonio, 1992.

Berbagai perbedaan konsep dan prinsip seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2,

(65)

bank syariah terletak pada pandangan masing-masing bank dalam memaknai

keuntungan atas pengelolaan uang nasabah, bila bank konvensional menyebutnya

dengan bunga, sedangkan bank syariah menyebutnya dengan bagi hasil. Adapun

perbedaan suku bunga dan bagi hasil tertera pada tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

No Bunga Bagi Hasil

1

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.

2

Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang atau modal yang dipinjamkan.

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek nasabah untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek nasabah. Bila usaha rugi, kerugian ditanggung bersama oleh kedua pihak.

4

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan yang berlipat atau ekonomi sedang mengalami kondisi tidak menentu.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

5

Eksistensi bunga diragukan ( kalau tidak dikecam ) oleh semua agama, termasuk Islam.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Syafii Antonio

2.4 Produk-Produk Perbankan Syari’ah

Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan dalam perbankan syari’ah dapat

digolongkan kepada tiga kelompok produk, yaitu: Produk Penghimpuna Dana,

Produk Penyaluran Dana, Produk Jasa (Muhammad Syafii Antonio, 2001,

(66)

A. Produk Penghimpunan Dana

Kegiatan menghimpun dana juga dilakukan oleh bank syariah sebagaimana

kegiatan dan fungsi bank yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998. dana

masyarakat yang dihimpun perbankan syari’ah dapat berbentuk tabungan,

deposito dan giro (Kasmir, 2001). Aktivitas penghimpunan dana masyarakat ini

dilakukan dengan prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. Prinsip wadi’ah diterapkan

untuk produk berbentuk giro sedangkan prinsip mudharabah diterapkan untuk

produk berbentuk tabungan dan deposito.

Wadi’ah adalah akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil

sewaktu-waktu. Jika wadi’ah tersebut berbentuk wadi’ah amanah, pada

prinsipnya simpanan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak bank walaupun

ia bertanggung jawab terhadap keutuhan dana simpanan tersebut. Sebaliknya jika

wadi’ah berbentuk wadi’ah dhamanah, maka pihak bank dapat memanfaatkan

dana simpanan tersebut.

Berbeda dengan prinsip mudharabah. Dalam hal ini pemilik modal

dianggap sebagai shahibul maal sementara pihak perbankan dianggap sebahai

pihak pengelola atau mudharib (Adiwarman Karim, 2004). Pada prinsip ini, pihak

bank dapat menggunakan dana tersebut misalnya untuk kegiatan jual beli dengan

memberitahukan margin keuntungan tertentu (murabahah) atau untuk kegiatan

sewa (ijarah).

Transaksi dalam prinsip mudharabah memiliki dua jenis kewenangan yang

dapat dipilih oleh pemilik modal untuk diberikan kepada pihak bank yaitu

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.3.1 Menentukan letak suatu unsur dalam tabel periodic berdasarkan konfigurasi electron 4.3.2 Menjelaskan hubungan antara sifat unsurdengan konfigurasi elektron..

of the geo-referencing of point clouds by using UAV image data, (c) modeling buildings with their façades from laser point clouds and terrestrial images, (d) setting an

Penulisan buku ajar ini bersumber dari hasil penelitian “Pemberlakuan Sifat Melawan Hukum Materiel dalam Putusan Perkara Pidana Pornografi melalui Internet” dilaksanakan di

3.4.2 Keadaan Terkoneksi ( Connected State) Player akan masuk dalam keadaan ini setelah dapat melakukan crack target dan mengetikkan perintah telnet terhadap target. Dalam keadaan

The supporting facilities are regulated in Article 6, explaining that &#34;tourism business consists of tourism attraction business, tourism area business, tourism

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peta hubungan yang terjadi pada jaringan sosial, aktor-aktor yang berpengaruh dalam jaringan

The objective of this research is to examine the effect of board size, board independence, audit quality, institutional ownership, market to book ratio, standard

Yuliandri, 2010, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik: Gagasan Pembentukan Undang-Undang Berkelanjutan, Jakarta : Rajawali Pers. Zaimul Bahri, 2014,