LAMPIRAN 1 Quessioner Penelitian
D No... K L / P
Q u e s s i n e r P e n e l i t i a n Hanya 10 Menit
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JL. Prof. T.M Hanafiah No. 2 Padang Bulan Medan 20155 Telp.
ANALISIS PENERIMAAN PENGUSAHA UKM MUSLIM
TERHADAP INSTITUSI PERBANKAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR O l e h:
Jaka Fadillah NIM : 120501001 F E B U S U - M E D A N
Medan,--- Kepada Yth
Bapak / Ibu Pengusaha UKM Muslim Di
Kota Pematang Siantar
Oleh sebab itu, saya memohon, kiranya Bapak / Ibu dapat membantu menjawab quessioner saya .
Atas bantuan Bapak / Ibu saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT membalas jasa Bapak /Ibu.
Jaka Fadillah
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang benar atau yang sesuai dengan Bapak/Ibu dengan menyilang atau melingkari angka 1, 2 , 3 , 4 , 5 dst.
Profil Pengusaha
1 Berapa tahun umur Bapak/Ibu ? 1. < 30 Tahun
6. Tamat Pascasarjana 3 Sudah berapa lama Bapak /Ibu
sebagai - Pengusaha? 1. < 3 Tahun
Apa suku Bapak /Ibu?
1. Batak (Toba, Mandailing dll)
puas dengan prestasi perusahaan ini?
7 Kategori Perusahaan Bapak / Ibu ? 1. Milik Perorangan
2. Milik keluarga (kongsi) 3. CV
2. Produksi makanan dan
10 Sudah berapa lama perusahaan Bapak / Ibu didirikan?
minuman
3. Olahan kayu / rotan / bambu / bata
4. Pertukangan besi, tembaga, 5. Usaha dagang / restoran
6. Jasa transport, pendidikan, hotel
7. Lain-lain sebutkan---
3. 7 – 9 Tahun 4. 10 – 12 Tahun 5. > 12 Tahun
11 Omset / Penjualan pertahun 1. Rp < 100 Juta
12 Luas daerah pemasaran ? 1. Kecamatan 2. Kabupaten/kota 3. Propinsi
4. Nasional 5. Luar negara
13. Berapa persen kira-kira peningkatan omzet / penjualan Bapak / Ibu tahun lalu ?...%
P r e s t a s i
14. Berapa orang tenaga kerja tambah 2 tahun terakhir ini ?... orang. 15. Apakah tahun lalu Zakat perniagaan Bapak / Ibu tahun lalu naik ?
1.Ya,naik…..% 2. Tidak.
16. Apakah bapak / Ibu ada membuka cabang baru dalam 3 tahun terakhir ? 1. Ya, ada.
2. Tidak.
17. Bagaimana kondisi usaha Bapak / Ibu, tahun ini ? 1. Biasa / normal saja
2. Nampaknya terjadi kenaikan kira-kira….. % 3. Terjadi Penurunan kira-kira….. %
18. Apakah Bapak / Ibu setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut:
PERNYATAAN - PERNYATAAN SETUJU TIDAK
SETUJU Agar dlebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka
pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah
Promoi Perbankan Syariah kepada penguaha UKM muslim sangat minim / kurang.
Pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah
Ongkos Naik Haji seharunya eluruh disetor keperbankan syariah dan bank konvensional dilarang menerimanya
Modal dan Pembiayaan
19 Apakah Bapak / Ibu pernah mendapat kredit atau pembiayaan dari bank?
Jika tidak pernah, dari mana dana perusahan Bapak / Ibu?
1. Dana sendiri selalu cukup 2. Pinjaman dari keluarga
3. Pinjaman sesama rekan bisnis
4. Patungan / kongsi
5. Lain-lain :---
Jika kapan-kapan Bapak / Ibu mencoba, ke bank mana kira-kira?
1. Bank Konvensional 2. Bank Syariah
Apakah Bapak / ibu pernah mencoba tetapi tidak berhasil.?
1. Ya, dari bank... 2. Tidak
23. Jika Bapak / Ibu pernah mendapat kredit dari bank, perbankan yang mana?
1. Bank konvesional saja (Gol B)
2. Bank syariah saja (Gol C)
3. Campuran antara bank konvensional dan syariah (Gol D) KONVENSIONAL SAJA (GOL B) SYARIAH SAJA (GOL C)
24 Mengapa Bapak /Ibu memilih bank konvensional
1. Bank Konvensional lebih profesional
27 Mengapa Bapak / Ibu memilih bank syariah?
3. Bank konvensional dan bank syariah
4. Bank syariah lebih mudah, lebih dekat.
5. Lain-Lain---
25 Jika meminjam kredit lagi, apakah tetap dengan bank konvensional?
1. Ya 2. Tidak
28 Jika meminjam kredit lagi apakah tetap dengan bank syariah?
1. Ya 2. Tidak 26 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling
bapak setuju?
1. Bank syariah belum profesional 2. Bank syariah tidak beda dengan
konvensional
3. Bank syariah kurang terbuka 4. Bank syariah belum betul betul
Islami
29 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling Bapak /ibu setuju?
1. Bank konvensional belum profesional
2. Bank Syraiah beda jauh dengan bank konvensional
3. Bank konvensional kurang terbuka
4. Bank konvensional betul-betul bertentangan dengan syariah
CAMPURAN (GOL D)
30 Mengapa Bapak /Ibu mencampur sumber kredit/pembiayaan?
1. Ingin tahu mana yang lebih untung 2. Ingin pindah secara bertahap kepada
banksyariah 3. Agar banyak teman bisnis 4. Agar sumber dana lebih luas
31 Dari mana lebih dahulu Bapak/Ibu menerima kredit?
1. Bank syariah 2. Bank konvensional
32 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling Bapak/Ibusetuju?
1. Bank konvensional dan bank syariah sama-sama baik
2. Pengusaha UKM Muslim bleh saja menggunakan kedua duanya
3. Bank syariah bisa lebih sukses dari bank konvensional
33. Sejak sekian lama jadi nasabah, apakah Bapak / Ibu maih tetap lebih menyukai bank dimana Bapak / Ibu jadi Nasabah sekarang?
1. Ya, sebab:……… 2. Tidak lagi: ebab:………
34. Menurut Perkiraan Bapak / Ibu, apakah Bapak / Ibu akan tetap menyukai bank ini sampai seterusnya?
1. Ya, sebab ………. 2. Tidak, sebab………..
35. Faktor Utama apa yang menyebabkan Bapak / Ibu lebih menyukai Bank dimana Bapak / Ibu menjadi nasabah saat ini ?
1. Banknya sangat bonafid dan dipercaya 2. Fasilitas Banknya lengkap dan modern 3. Lokasi Banknya dekat dan mudah dijangkau 4. Pelayanannya sangat baik dan memuaskan 5. Jenis produknya banyak dan sesuai kebutuhan
36. Sekiranya semua fasilitas yanag ada di bank konvensional ada juga di bank syariah apakah Bapak / Ibu akan pindah kebank syariah?
1. Ya, saya akan pindah
LAMPIRAN 2 Analisis Frekuensi Tabel
Profil Pengusaha
1. Jenis kelamin
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 38 76.0 76.0 76.0
Perempuan 12 24.0 24.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
2. Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 30 Tahun 5 10.0 10.0 10.0
30-40 Tahun 30 60.0 60.0 70.0
41-50 Tahun 11 22.0 22.0 92.0
> 50 Tahun 4 8.0 8.0 100.0
3. Suku
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Batak 13 26.0 26.0 26.0
Jawa 34 68.0 68.0 94.0
Melayu 1 2.0 2.0 96.0
Aceh 1 2.0 2.0 98.0
Lain-Lain 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
4. Sekolah Agama
SekolahAgama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 4 8.0 8.0 8.0
Tidak 46 92.0 92.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
26%
68%
2% 2% 2%
Batak
(Toba, Mandailing, dll)
Jawa
Melayu
Aceh
Lampiran 3 Hasil Crosstabulation
Profil Pengusaha
1. Pendidikan*umur Crosstabulation
Pendidikan * Umur Crosstabulation
Umur
Total < 30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun > 50 Tahun
Pendidikan SD Count 1 0 1 0 2
% of Total 2.0% .0% 2.0% .0% 4.0%
SMP Count 1 2 1 0 4
% of Total 2.0% 4.0% 2.0% .0% 8.0%
SMA Count 2 9 8 1 20
% of Total 4.0% 18.0% 16.0% 2.0% 40.0%
D3 Count 0 2 0 1 3
% of Total .0% 4.0% .0% 2.0% 6.0%
S1 Count 1 17 0 2 20
% of Total 2.0% 34.0% .0% 4.0% 40.0%
Pascasa rjana
Count 0 0 1 0 1
% of Total .0% .0% 2.0% .0% 2.0%
Total Count 5 30 11 4 50
2. Sekolah agama*jenis kelamin Crosstabulation
3. Lama_berusaha*kepuasan_berusaha Crosstabulation
Profil Perusahaan
1. Kategori_Perusahaan*karyawan Crosstabulation
2. kategori_perusahaan*bidang_usaha Crosstabulation
3. Omset*lama_berusaha*karyawan Crosstabulation
Omset * LamaBerusaha * Karyawan Crosstabulation
5. perusahaan*lama_berusaha*pernah_meminta_kredit Crosstabulation
Perusahaan * LamaBerusaha * PernahMemintaKredit Crosstabulation
6. Perusahaan*golongan_responden Crosstabulation
10%
52% 36%
2%
Gol. A
Gol. B
Gol. C
Gol. D
KategoriPerusahaan * GolonganResponden Crosstabulation
GolonganResponden
Total
A B C D
Perusahaan Milik Perorangan Count 3 14 9 1 27
% of Total 6.0% 28.0% 18.0% 2.0% 54.0%
Milik Keluarga Count 2 11 8 0 21
% of Total 4.0% 22.0% 16.0% .0% 42.0%
CV Count 0 1 1 0 2
% of Total .0% 2.0% 2.0% .0% 4.0%
Total Count 5 26 18 1 50
7. Memilih_bank_konvensional*tidak_memilih_bank_syariah Crosstabulation
8. Memilih_bank_syariah*tidak_memilih_bank_konven Crosstabulation
Count memilih_bank_syariah Bank syariah lebih
mudah, lebih dekat 2 0 2
agar terhindar dari riba 6 3 9 Membantu bisnis
sesama muslim 2 3 5
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, (2004). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Ascarya, (2007). Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Adiwarman Karim, (2008). Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Barna, Putri Fanna. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Nasabah Bank Syariah. Skripsi pada UIN Syarif HidayatullahI, Jakarta : tidak diterbitkan.
Ifham, Ahmad. (2015). Ini Lho Bank Syariah, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Irsan Azhari Saleh, (1986). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, Jakarta : LP3ES.
Irsyad Lubis, (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Medan : USU Press
Kasmir, (2003). Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Mountjoy, A.B. (1978). The Third Wold. Problems and Prespectives, Hong Kong: MacMilland Press.
Muflih, Muhammad, (2006). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Muhammad Syafii Antonio, (2001). Perbankan Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press.
Solehah Abdul Hamid, (1997). Pembangunan Ekonomi ASEAN, Sintok: Universiti Utara Malaysia.
pematangsiantarkota.go.id.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji hal-hal yang menyangkut dengan pengusaha
Muslim dalam kaitannya dengan penerimaan lembaga keuangan syari’ah di Kota
Pematang Siantar. Penelitian ini pula bersifat eksploratif sehingga tidak
bermaksud untuk menguji hipotesis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Sebagaimana judul penelitian ini yakni “Analisis Penerimaan Pengusaha
UKM Muslim Terhadap Institusi Perbankan di Kota Pematang Siantar”, maka
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penerimaan pengusaha UKM Muslim
ini akan dilakukan di Kota Pematang Siantar. Penelitian ini dilakukan di 4
kecamatan, 50% dari jumlah total 8 kecamatan yang ada di Kota Pematang
Siantar. Tempo waktu penelitian direncanakan 6 bulan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
A. Populasi dimaksudkan sebagai sekumpulan orang atau objek yang
mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk
masalah pokok dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini,
populasinya adalah seluruh pengusaha UKM Muslim di Kota
Pematang Siantar. Jumlah usaha UKM Muslim di Kota Pematang
Siantar tidak diketahui secara pasti karena tidak ada data dan lembaga
Kota Pematang Siantar misalnya, tidak mendata pengusaha yang ada
di Kota Pematang Siantar berdasarkan agama.
B. Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai keterbatasan yang
dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian diambil
sebanyak 50 orang pengusaha UKM Muslim (Tabel 3.1) dengan cara
“eksidental” (Accidental sampling). Syarat-syarat untuk menjadi
sampel pada penelitian ini adalah:
1. Pengusaha beragama Islam
2. Memiliki usaha yang berdomisili di Kota Pematang Siantar
3. Memiliki jumlah tenaga kerja minimal 3 orang
4. Memiliki kekayaan bersih dan aset Rp. 50.000.000 paling banyak
atau lebih.
Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka
50 ini, sebab jumlah pengusaha muslim juga tidak di ketahui. Angka ini
merupakan “judgement” peneliti saja dengan alasan antara lain :
1) Menurut Roscoe dan Sugiyono (2004) ukuran sampel yang layak
dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang. Dengan
demikian jumlah sampel penelitian ini telah mencukupi dari jumlah
tersebut.
2) Sampel sebanyak 50 orang dinilai cukup representatif untuk mewakili
keseluruhan pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar.
Dengan jumlah sampel sebanyak 50 ini diyakini akan diperoleh data
gambaran yang sebenarnya tentang masalah atau fenomena yang
diteliti.
3) Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan
menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti keterbatasan
waktu.
Distribusi pengambilan sampel dari 4 kecamatan adalah sebagaimana
disimulasikan dalam tebel 3.1. Adapun alasan mengapa wilayah kecamatan ini
menjadi simulasi distirbusi pengambilan sampel karena letaknya yang berada
ditengah-tengah Kota Pematang Siantar sehingga akan ada banyak UKM yang
beroperasi dikecamatan ini, dan jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan
lain pada tabel tersebut berdekatan. Karena wilayah pengambilan sampel
berdekatan ini memudahkan peneliti dalam mengambil sampel, maka target
jumlah hari di lapangan adalah 20 hari.
Tabel 3.1
Simulasi Distribusi Pengambilan Sampel
No Kecamatan Jumlah
Sumber : Tabel ini di olah sendiri oleh penulis
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sifat dan kategori penelitian ini yang bersifat
pengusaha UKM Muslim yang berdomisili di 4 Kecamatan yang tertera pada tabel
3.1. Keseluruhan responden diminta mengisi angket yang bersifat campuran
antara angket langsung dan angket tidak langsung. Bentuk-bentuk pernyataan
yang diajukan pula merupakan kombinasi pernyataan pilihan berganda (multiple
choice), pernyataan dua pilihan (forced choice) dan beberapa pernyataan yang
bersifat terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan
hati-hati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu, diketengahkan juga
pernyataan yang bersifat counter checking terhadap jawaban responden sehingga
kebenaran informasi yang diperoleh lebih akurat.
Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang diperoleh
dari 50 responden akan dipadukan dengan data-data sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi resmi seperti buku-buku, majalah, artikel, laporan dan lain-lain.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini lebih bersifat eksploratif sehingga tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis. Data-data penelitian yang dihimpun selama 20 hari, diproses
menggunakan perangkat SPSS dan hasilnya diketengahkan dalam berbagai bentuk
antara lain:
3.5.1 Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel distribusi frekuensi adalah salah satu bentuk penyajian data yang
dibuat untuk menyederhanakan bentuk dan jumlah data sehingga dapat mudah
dipahami. Data yang dikerjakan dan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
data dapat dideskripsikan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan
menilai data yang telah dikumpullkan dengan cara membuat distribusi frekuensi.
Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu
atau dalam sebuah daftar (Sanusi, 2013 : 116). Distribusi frekuensi dibuat dengan
mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian menyusunnya
dalam kelas-kelas tertentu.
3.5.2 Tabulasi Silang / Cross Tabulation
Tabulasi silang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa
variabel yang berbeda kedalam suatu matriks. Analisis tabulasi ini meliputi dua
jalur tabulasi frekuensi. Analisis dan hasil dari tabulasi saling mudah di
interpretasikan dan mudah dipahami, biasanya variabel terikat (variabel dependen)
disusun pada garis row dan variabel bebas (variabel idenpenden) disusun pada
garis kolom. Penafsiran yang jelas memberikan ikatan yang lebih erat antara hasil
riset dengan tindakan yang harus diambil.
3.5.3 Gambar / Grafik
Grafik adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk
lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Dalam penyajiannya,
semua data yang berbentuk angka disajikan melalui visualisasi lukisan garis,
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kota Pematang Siantar
Pematang Siantar atau yang biasa disingkat Siantar merupakan salah satu
kota di Provinsi Sumatera Utara terbesar kedua setelah Kota Medan. Kota
Pematang Siantar yang berjarak 128 km dari Kota Medan dan 50 km dari Parapat
sering menjadi tempat peristirahatan bagi para wisatawan yang ingin menuju ke
Danau Toba.
Secara geografis wilayah kota Pematang Siantar berada 3°01ʹ09ʹʹ-2°54ʹ40ʹʹ
Lintang Utara dan 99°6ʹ23ʹʹ -99°1ʹ10ʹʹ dengan luas wilayah 79,97 Km2 dengan
batas-batas sebagai berikut:
Batas Utara : Kabupaten Simalungun
Batas Selatan : Kabupaten Simalungun
Batas Timur : Kabupaten Simalungun
4.2 Profil dan Dekripsi Responden 4.2.1 Profil Pengusaha
Jumlah pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar belum
diketahui secara pasti. Berdasarkan data terkhir BPS Kota Pematang Siantar tahun
2002, jumlah penduduk kota Pematang Siantar berjumlah 242.124 jiwa yang
terdiri dari 119.986 laki-laki dan 122,138 perempuan. Dari jumlah penduduk ini
sebagian besar beragama islam. Pada penelitian ini, 50 orang profil pengusaha
UKM muslim yang menjadi responden dapat dilihat melalui data-data yang
1. Data Responden Berdasarkan jenis Kelamin
Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat pada
tabel 4.1 :
Tabel 4.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 38 76
Perempuan 12 24
Total 50 100
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan data hasil ouput SPSS21 (Tabel 4.1) di atas, diketahui bahwa
responden laki-laki berjumlah 38 orang atau 76% dari total responden. Jumlah ini
lebih banyak dari responden perempuan yang hanya berjumlah 12 orang atau 24%
dari total responden.
Dalam penelitian ini, memang lebih banyak ditemui pengusaha UKM
Muslim laki-laki daripada perempuan, namun perbedaan jumlah tersebut tidak
memberi pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Hanya saja pola pikir
penduduk Kota Pematang Siantar yang menganggap menjadi pengusaha memiliki
resiko yang besar dan kecenderungan menganggap pekerjaan sebagai pegawai
negeri lebih aman, sehingga bagi laki-laki lebih berani mengambil resiko untuk
berbisnis daripada perempuan. Walaupun demikian, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki peluang yang sama dalam kebebasan membuka usaha yang
2. Data Responden Berdasarkan Umur
Dalam penelitian ini umur responden terbagi menjadi 4 kategori yaitu < 30,
30-40, 41-50, >50. Kondisi umur para pengusaha UKM Muslim jika di
crosstabkan dengan jeniss kelamin, maka datanya dapat terlihat seperti dalam
tabel 4.2 :
Tabel 4.2
Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan hasil output SPSS21 (Tabel 4.2) diketahui bahwa responden
laki-laki yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 3 orang, sedangkan
responden perempuan yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 2 orang,
sehingga total jumlah responden pada kategori ini 10% dari total responden.
Responden laki-laki dengan umur berkisar 30-40 tahun berjumlah 27 orang,
sedang untuk responden perempuan dengan kategori umur yang sama berjumlah 3
orang sehingga total responden pada katagori usia ini 60% dari total responden.
Untuk kategori responden umur 41-50 tahun, responden laki-laki berjumlah 5
orang dan responden perempuan 6 orang dengan total responden pada kategori ini
22% dari total responden. Sedang responden yang paling sedikit, yaitu hanya
seorang saja atau 8 persen dari total responden adalah yang berumur lebih dari 50
tahun.
Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengusaha yang berusia 41-50
tahun dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memilih dan bertahan
untuk menjadi pengusaha daripada perempuan karena adanya minat pada usaha
yang sedang dijalaninya serta memiliki kemampuan dalam menghadapi resiko
sebagai pengusaha dan juga diyakini telah memiliki pengalaman yang cukup
dalam dunia usaha sehingga tetap bertahan sebagai pengusaha UKM. Begitupun
dengan responden dengan umur 30-40 tahun jumlah responden laki-laki juga lebih
banyak dari responden perempuan karena selain memiliki keberanian dalam
berusaha juga memiliki keyakinan yang optimis. Lain halnya dengan pengusaha
yang berusia kurang dari 30 tahun yang jumlahnya sedikit menunjukkan bahwa
penduduk di Kota Pematang Siantar dengan usia tersebut masih banyak yang
menjadi pekerja baik itu pegawai negeri sipil maupun bekerja di perusahaan orang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit penduduk berusia kurang dari 30
tahun yang berani untuk membuka usaha sendiri dan lebih dominan penduduk
umur 30- 40 tahun untuk membuka usaha sendiri.
3. Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tiap-tiap responden pada penelitian ini memiliki jenjang pendidikan yang
berbeda-beda yang mempengaruhi kemajuan usaha mereka. Data responden
berdasarkan pendidikan yang pernah ditempuh dan tingkat umur pengusaha dapat
Tabel 4.3
Data Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Umur
Pendidikan
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, diketahui responden dengan tingkat
pendidikan tamat SMA/Sederajat dan S1 jumlahnya lebih besar dibanding
responden lainnya. Dengan jumlah tamatan SMA/Sederajat sebanyak 2 orang
yang berusia dibawah 30 tahun, 9 orang dengan usia berkisar 30 - 40 tahun, 8
orang berusia 41-50 tahun, dan 1 orang dengan usia di atas 50 tahun sehingga
total responden yang pendidikannya tamat SMA/Sederajat sebesar 40% dari total
responden keseluruhannya.
Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tamat S1 jumlahnya
sama besar dengan responden tamat SMA/Sederajat yang berjumlah 40%, dengan
jumlah responden 1 orang yang berusia dibawah 30 tahun, 17 orang dengan usia
Hal ini menunjukkan baik responden dari tamat SMA/Sederajat maupun
S1 menyadari dan paham menjadi pengusaha UKM Muslim akan dapat
menghasilkan uang yang lebih cepat daripada bekerja sebagai pegawai. Hal yang
sangat di sayangkan adalah responden dengan tamat SMA/Sederajat akan
mengalami gangguan terhadap perkembangan usaha. usahanya akan lambat
berkembang akibat dari keterbatasan ilmu yang dimiliki. Tentunya ilmu yang
dimiliki responden tamat SMA/Sederajat dengan tamat S1 berbeda, tapi hal ini
diatasi jika setiap responden terus mencari ilmu dan informasi untuk memajukan
usahanya yang sesuai dengan pasar.
Perlu diketahui pula bahwa responden yang tamat D3/Sederajat hanya
tedapat 3 orang dengan usia berkisar 30 – 40 tahun. Dan Responden yang tamat
Pascasarjana berjumlah 1 orang dengan usia berkisar 41 – 50 orang dengan
jenjang pendidikan tersebut telah memiliki ilmu yang cukup dan kemampuan
untuk menerima pendidikan dari pelatihan untuk pengusaha yang tinggi. Karena
itulah pengusaha dengan pendidikan yang lebih tinggi ini lebih matang dan
mampu bersaing pada pasar.
4. Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha.
Data responden berdasarkan lamanya para pengusaha UKM Muslim mulai
memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha beserta dengan tingkat kepuasan
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Lama Jadi Pengusaha dan Kepuasan
Lama Berusaha Kepuasan Usaha Total
Belum Puas Sangat Puas
3 Tahun 2 1 0 3
Total % 4.0% 2.0% 0% 6%
3-5 Tahun 5 13 1 19
Total% 10% 26% 2% 38.0%
6-8 Tahun 4 8 0 12
Total % 8% 16% 0% 24%
9-11 Tahun 2 4 2 8
Total % 4.0% 8.0% 4.0% 16.0%
12-14 Tahun 3 1 2 6
Total % 6.0% 2.0% 4.0% 12.0%
> 14 Tahun 1 0 1 2
Total % 2.0% .0% 2.0% 4.0%
Total 17 27 6 50
Total % 34.0% 54.0% 12.0% 100.0%
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim yang telah
menjadi pengusaha selama 3 – 5 tahun adalah responden terbanyak dengan
jumlah 19 orang dan yang puas dengan usahanya berjumlah 13 orang sedangkan
yang belum puas ada 5 orang dan yang sangat puas dengan usahanya ada 1 orang.
Kemudian diikuti oleh responden yang telah menjadi pengusaha selama 6 – 8
tahun dengan jumlah 12 orang, dan yang puas dengan usahanya sebanyak 8 orang
yaitu yang telah jadi pengusaha lebih dari 14 tahun hanya 2 orang, 1 responden
sangat puas dengan usahanya dan 1 responden tidak puas dengan usaha yang
dimilikinya.
Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa pengusaha yang memiliki usaha baru
berjalan kurang dari 3 tahun, 2 dari 3 responden yang diteliti merasa tidak puas,
hal ini dikarenakan semakin baru seorang responden menjadi pengusaha
kebanyakan dari mereka belum puas dengan usahanya karena baru saja memulai
bisnisnya, sehingga banyak keinginan dan harapan yang besar terhadap usahanya.
Ini adalah hal yang baik karena pengusaha tersebut cenderung akan melakukan
perubahan atau inovasi untuk memajukan usahanya dan bisa saja setelah melewati
tahun ke 3 berdirinya usaha itu, pengusaha akan merasa puas seperti halnya
responden yang telah menjalani usahanya 3 – 5 tahun yang diteliti dalam
penelitian ini.
5. Data Responden Berdasarkan Suku
Penduduk yang ada di Kota Pematang Siantar terdiri dari berbagai suku.
Pada penelitian ini, pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden
berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5
Data Responden Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi Persentase
Batak (Toba, Mandailing, dll) 13 26
Jawa 34 68
Melayu 1 2
Aceh 1 2
Lain-Lain 1 2
Dari tabel 4.5, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim dari suku Jawa
merupakan responden terbanyak dengan jumlah 34 orang atau 68% dari total
responden. Disusul oleh responden bersuku batak (Toba, Mandailing, dll)
sebanyak 13 orang atau 26% dari total responden. Pengusaha bersuku Melayu
berjumlah 1 orang atau 2% dari total responden. Pengusaha bersuku Aceh 1 orang
atau 2% dari total responden. Adapun suku lain-lain pada tabel berjumlah 1 orang
atau 2% dari total responden, yaitu pengusaha yang berasal dari suku Tamil.
Pada data responden berdasarkan suku yang diperoleh dari tabel 4.5
Diketahui bahwa jumlah responden bersuku Jawa mendominasi dari keseluruhan
jumlah responden dari suku lain. Hal ini di sebabkan karena karakteristik
orang-orang suku Jawa adalah orang-orang yang selalu berusaha, pekerja keras dan berani
untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan lewat
berusaha, sama halnya dengan suku Batak(Toba, Mandailing, dll) yang dikenal
juga sebagai pekerja keras.
Walaupun begitu, di Kota Pematang Siantar tidak ada diskriminasi
berusaha berdasarkan suku dan etnis. Hal ini dibuktikan dari banyaknya
pengusaha yang berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda. Artinya, Kota
Pematang Siantar adalah kota yang terbuka bagi semua suku atau etnis untuk
Gambar 4.1
Data Responden Berdasarkan suku
6. Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama
Pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang menjadi
responden dilihat dari pernah/tidak pernah sekolah agama dan jenis kelamin
responden beserta gambar dapat dilihat berikut ini :
Tabel 4.6
Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama dan Jenis Kelamin
Sekolah Agama Jenis Kelamin Total
Laki-Laki Perempuan
Pernah Sekolah Agama
2 2 4
Tidak Pernah Sekolah Agama
36 10 46
Total 38 12 50
Gambar 4.2
Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.2 di atas, diketahui pengusaha UKM
Muslim yang menjadi responden pada penelitian ini dari 38 responden laki-laki, 2
orang mengaku pernah bersekolah agama dan 36 orang lainnya belum pernah.
Sedangkan dari 12 responden perempuan diketahui hanya 2 orang yang mengaku
pernah sekolah agama dan 10 orang lainnya belum pernah. Dan totalnya,
responden yang belum pernah sekolah agama jumlahnya 46 orang, lebih banyak
daripada responden yang pernah sekolah agama yang hanya berjumlah 4 orang.
Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar para pengusaha tidak
memiliki pengetahuan dalam menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat
Islam. Hal ini sangat disayangkan, karena sebagai pengusaha Muslim, Islam telah
menetapkan syariat atau aturan dalam setiap aspek kehidupan dan aktivitas kita
sehari-hari termasuk dalam berusaha dan kurangnya pengetahun akan ilmu agama
akan memengaruhi pengusaha dalam menjalankan usahanya baik itu dalam
bertransaksi, membutuhkan pinjaman modal dari bank dengan perbedaan riba dan
bagi hasil, dan dalam menjalankan usaha kongsi yang adil dengan mitra usaha
beresiko memunculkan dosa bahkan haram.
4.2.2 Profil Perusahaan
Usaha yang dijalankan pengusaha UKM Muslim di kota Pematang Siantar
yang menjadi responden pada penelitian ini disajikan sebagai berikut :
1. Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan
Data responden berdasarkan kategori kepemilikan perusahaan dan di
crosstabkan dengan jumlah pegawai tetap yang dimiliki responden dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Karyawan
Kategori
Sumber : Diolah dari data primer
Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan milik perorangan
mendominasi responden sebanyak 27 orang atau 54% dari total responden dengan
perusahaan yang memiliki jumlah kayawan yang kurang dari 5 sebanyak 5
perusahaan, perusahaan dengan jumlah karyawan 5-10 orang ada 9 perusahaan,
milik keluarga atau kongsi sebanyak 21 orang atau 42% dari total responden
dengan perusahaan yang memiliki jumlah kayawan yang kurang dari 5 sebanyak 4
perusahaan, perusahaan dengan jumlah karyawan 5-10 orang ada 7 perusahaan,
perusahaan dengan 10 – 15 orang karyawan ada 4 perusahaan, dan perusahaan
yang memiliki 16 – 20 orang karyawan ada 5 perusahaan, dan perusahaan yang
memiliki jumlah karyawan yang lebih dari 20 orang sebanyak 1 perusahaan. Dan
responden terkecil adalah responden dengan perusahaan dalam bentuk CV yaitu
hanya 2 orang atau 4% dari total responden yang jumlah pegawainya 5 – 10
orang.
Dari data yang terdapat pada tabel 4.7, maka dapat disimpulkan pengusaha
UKM Muslim di Kota Pematang Siantar belum menyerap tenaga kerja yang
banyak yang menyebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini
mungkin karena kemampuan pengusaha yang belum dapat melakukan manajemen
usaha dengan baik bagi pengusaha yang memiliki perusahaan milik sendiri dan
untuk perusahaan keluarga maupun kongsi lebih banyak memilih untuk
memanfaatkan anggota keluarga ataupun kenalan-kenalan sebagai pekerja lepas,
sehingga dipastikan penyerapan tenaga kerja pada masyarakat tidak maksimal.
Data responden berdasarkan kategori perusahaan dan pegawainya dapat dilihat
Gambar 4.3
Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pegawai
2. Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Terdapat begitu banyak bidang usaha yang ada di Kota Pematang Siantar.
Tetapi, bidang usaha dagang/restoran mendominasi usaha responden dengan 16
perusahaan atau 32,0% dari total responden perusahaan milik perorangan, 13
perusahaan atau 26% responden perusahaan milik keluarga (kongsi). Dan totalnya
ada 29 perusahaan atau 58% dari total responden bergerak di bidang usaha
dagang/restoran. Untuk bidang usaha lain-lain yaitu usaha 2 usaha papan bunga, 1
usaha Wedding Organizer, 2 usaha photostudio, 2 usaha percetakan, dan 2 usaha
doorsmeer mobil. Data responden berdasarkan bidang usaha yang dijalankan oleh
responden dapat dilihat pada tabel 4.8.
Dari data yang terdapat pada tabel 4.8, maka dapat disimpulkan lebih
banyak pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang memilih
menjalankan usaha dagang atau restoran karena usaha ini adalah bentuk usaha
yang menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, dan juga sebagai kota
tempat persinggahan wisatawan yang ingin berwisata ke Danau Toba usaha
dagang atau restoran merupakan suatu bentuk usaha yang menjanjikan sehingga
asumsinya usaha ini akan mudah diterima oleh masyarakat dan bertahan. Selain
itu juga, pada usaha dagang tidak memerlukan keahlian khusus oleh pengusaha
ataupun pegawainya. Untuk usaha restoran, pengusaha berasumsi bahwa setiap
masyarakat akan membutuhkan makanan dengan tingkat harga tertentu, sehingga
makanan akan selalu habis terjual bila dibisniskan.
3. Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan
Tingginya minat masyarakat di Kota Pematang Siantar dalam berwirausaha
membuat banyaknya UKM yang berdiri di kota tersebut. Tetapi pada kenyataan
yang ada hanya sedikit UKM yang mampu bertahan dan bersaing dengan yang
lain, pada tahun ke- 2 dan ke- 3 UKM tersebut berdiri, pengusaha mengalami
kerugian dan kebangkrutan yang membuat mereka terpaksa menutup UKMnya.
Pada tabel 4.9 berisikan tentang Data responden berdasarkan lama perusahaannya
berdiri, omset perusahaan yang didapat selama pertahun dan jumlah pegawai yang
Tabel 4.9
Data Responden Berdasarkan Lama Usaha, Omset dan Jumlah Karyawan Omset (Rp) Lama
Dari tabel 4.9 di atas, perusahaan responden terbanyak yaitu perusahaan
yang bediri 3 – 5 tahun dengan total responden 19 responden, dimana 9
responden dari perusahaan yang omsetnya kurang dari 100 juta, 9 responden dari
perusahaan yang omsetnya 150-200 juta dan 1 responden dari perusahaan yang
omsetnya diatas 350 juta. Kemudian disusul oleh lama usaha responden yang
berkisar 6 – 8 tahun sebanyak 12 perusahaan dimana 5 perusahaan dari usaha
yang omsetnya kurang dari 100 juta dan 7 perusahaan yang omsetnya 150-200
juta.
Untuk perusahaan responden yang telah berdiri lebih lama yaitu lebih dari
12 tahun terdapat 8 responden. 2 responden yang omsetnya kurang dari 100 juta
tapi hanya memiliki karyawan 5 orang saja. 2 responden yang omsetnya 150 –
200 juta, 1 responden memiliki karyawan sebanyak 11 – 15 karyawan dan 1
responden memilik 16 - 20 karyawan. 2 responden yang omsetnya 201 – 250 juta
memiliki, 1 responden memiliki karyawan berjumlah 5 – 10 karyawan dan 1
responden memilik karyawan berjumlah 11 – 15 karyawan. Dan juga ada 2
responden yang telah mendirikan usahanya lebih dari 14, 1 responden memiliki
karyawan sebanyak 5 – 10 orang dengan omset sebesar 150 – 200 juta dan 1
responden dengan karyawan sebanyak 16 – 20 karyawan dengan omset lebih dari
350 juta.
Dari data di atas dapat disimpulkan usaha yang dijalankan responden tidak
lah efektif. Karena untuk perusahaan yang belum lama berdiri omset yang dimiliki
negeri sipil namun membuka usaha sendiri, sehingga hampir semua usahanya
dikelola oleh pegawainya meskipun omsetnya masih sedikit. Sedangkan untuk
perusahaan yang telah berdiri cukup lama yaitu 10-12 tahun dan memiliki omset
yang tinggi sayangnya tidak menyerap banyak pegawai karena merasa mampu
untuk mengelola sendiri usahanya tanpa bantuan banyak orang dan kalaupun
dibutuhkan pegawai, mereka lebih memilih menggunakan tenaga keluarga.
4. Data Responden Berdasarkan Pemasaran dan Omset
Data responden berdasarkan luasnya wilayah pemasaran usaha yang telah
dicapai oleh pengusaha sejak berdirinya usaha hingga saat ini dan dikaitkan
dengan besar omset usaha yang diperoleh responden setiap 1 tahun dapat dilihat
pada tabel 4.10 :
Tabel 4.10
Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset Daerah
Sumber : Diolah dari data primer
Dari data pada tabel 4.10 diketahui usaha responden yang luas daerah
pemasarannya di kabupaten/kota lebih banyak dari usaha responden lainnya, yaitu
sebanyak 37 usaha dengan 13 usaha omsetnya kurang dari Rp 100 juta, 20 usaha
omsetnya berkisar Rp 150-200 juta, 2 usaha omsetnya Rp 201 – 250 juta dan
daerah pemasarannya kecamatan dengan total 9 usaha, dimana 6 dari usaha
tersebut omsetnya kurang dari 100 juta, dan 3 dari usaha omsetnya berkisar
Rp 150-200 juta. Sedang usaha yang daerah pemasarannya mencapai wilayah
poropinsi berjumlah 3 usaha dimana 1 usaha beromset kurang dari Rp 150 - 200
juta, 1 usaha dengan omset Rp 201 - 250 juta. Dan 1 lagi usaha dengan omset Rp
251 – 300 juta. Sedangkan untuk usaha yang luas pemasarannya nasional
berjumlah 1 usaha dengan omset kurang dari Rp 100 juta.
Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan pengusaha UKM Muslim di Kota
Pematang Siantar masih belum mampu mengelola usahanya dengan baik sehingga
jangkauan pemasarannya pun hanya berkisar di daerah kecamatan dan kabupaten/
kota usaha itu saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya modal usaha dan
kemampuan pengusaha dalam memasarkan usahanya agar dikenal lebih banyak
orang. Untuk itu, diperlukan adanya tindakan pemerintah untuk mengadakan
bazar ( pameran UMKM) ataupun pelatihan kepada para pengusaha UKM Muslim
agar ada wadah untuk memasarkan produk usaha oleh pengusaha menjadi lebih
besar, dan diharapkan pula keaktifan pengusaha untuk aktif dan ikut serta dalam
event-event dan pelatihan usaha.
4.3 Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah penerimaan
pengusaha UKM Muslim terhadap institusi perbankan di Kota Pematang Siantar
dengan melihat dari banyaknya pengusaha UKM Muslim yang mengambil kredit
jasa dari kedua bank konvensional dan syariah. Kemudian dilakukan pengukuran
skala tingkat penerimaan pengusaha UKM Muslim dengan mengukur tingkat
banyaknya pengusaha UKM Muslim yang pernah atau tidak pernah mengambil
kredit pada bank, tingkat kecenderungan menggunakan jasa bank konvensional,
bank syariah ataupun menggunakan jasa kedua bank tersebut,
4.3.1 Penerimaan Berdasarkan Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank
Pada analisis berdasarkan tingkat permintaan kredit pada bank diketahui
dengan seberapa banyak pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden yang
memiliki pengalaman meminta kredit dari jasa perbankan untuk modal usahanya.
Hal ini dikaitkan pula dengan sumber modal dan pembiayaan usaha responden
dalam menjalankan usahanya.
Jika jumlah responden yang meminta kredit pada bank cukup banyak,
maka diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim menerima jasa perbankan.
Sebaliknya, jika banyak pengusaha UKM Muslim yang tidak meminta kredit
usaha pada bank dan memilih untuk menggunakan uang sendiri sebagai modal
usaha, maka jasa perbankan tidak diterima di Kota Pematang Siantar. Data
responden pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang memiliki
pengalaman mengambil kredit di bank maupun yang tidak pernah mengambil
Tabel 4.11
Data Responden yang Pernah Meminta Kredit/Belum, Kategori Perusahaan dan Lama Berusaha
Sumber : Diolah dari data primer
Pada tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa responden yang pernah meminta
kredit pada bank berjumlah 23 orang, lebih sedikit dari pada responden yang
belum pernah meminta kredit pada bank yang berjumlah 27 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar hanya
sedikit yang menggunakan jasa perbankan, dalam hal ini pengusaha yang
menggunakan jasa perbankan mengajukan kredit untuk pembiayaan usaha mereka
Muslim yang menggunakan jasa perbankan di Kota Pematang Siantar menerima
institusi perbankan.
Sedangkan untuk responden yang belum pernah meminta kredit pada bank
lebih banyak dikarenakan modal usaha mereka berasal dari uang sendiri, pinjaman
pada keluarga ataupun menjalankan bisnis usaha keluarga yang telah lama
berjalan dan responden yang bersangkutan adalah penerus usaha keluarga
tersebut, sehingga tidak mengeluarkan modal pribadi. Alasan lainnya responden
belum meminta kredit perbankan disebabkan karena kurangnya pengetahun
pengusaha terhadap perbankan itu sendiri, terutama pada perbankan syariah yang
sosialisasinya pada masyarakat masih belum menyeluruh sehingga sebagian besar
pengusaha tidak mengetahui perbedaan antara perbankan konvensional dan
perbankan syariah.
Selain itu, faktor bunga bank dari bank konvensional membuat para
pengusaha tidak nyaman untuk meminjam uang atau meminta kredit pada bank
dan lebih memilih untuk mengusahakan modal dari uang sendiri. Dan faktor
lainnya adalah peran pemerintah yang kurang mensosialisasikan fungsi dari
perbankan yang berguna jika dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha agar
mereka lebih mengetahui dan memahami fungsi dari setiap jasa perbankan yang
ditawarkan oleh tiap-tiap bank yang berbeda-beda.
Pada penelitian ini pula, responden terbagi atas 4 golongan berdasarkan sumber
modal dan pembiayaan usaha mereka, yaitu :
2. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja (Gol. B)
3. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol. C)
4. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan perbankan syariah (campuran) (Gol. D)
Dan dari penggolongan di atas, data dan gambar responden yang diperoleh
setelah diolah yaitu :
Tabel 4.12
Data Responden Berdasarkan Golongan dan Kategori Perusahaan Kategori
Sumber : Diolah dari data primer
Gambar 4.4
Data Golongan Responden
Dari data pada tabel 4.12 dan grafik di atas, diketahui bahwa responden
yang mendapatkan kredit dari bank konvensional (Golongan B) jumlahnya lebih
dominan, yaitu sebanyak 26 orang, di susul oleh 18 orang responden yang
menerima kredit dari bank syariah saja. Dan 1 responden penerima kredit dari
bank syariah saja. yang lainnya sebanyak 5 reponden pengusaha muslim yang
sama sekali tidak terlihat dengan bank manapun yang mana 3 responden kategori
perusahaan milik perorangan dan 2 responden kategori perusahaan milik keluarga
(kongsi). 1 responden pernah menerima kredit dari bank konvensional dan bank
syariah atau campuran.
4.3.2 Alasan Responden Menerima Bank Kovensional
Setiap responden yang menerima dan memanfaatkan perbankan dalam
dunia usaha pasti memiliki alasan tersendiri dalam memilih bank yang hendak
dimanfaatkan jasanya. Hal tersebut disebabkan karena banyaknnya Bank yang
telah muncul di tengah masyarakat saat ini dan adanya dua sistem perbankan di
Indonesia, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.
Pemilihan pengunaan jasa kedua perbankan tersebut bergantung pada responden
itu sendiri karena di pengaruhi oleh beberapa alasan. Berikut data alasan
Tabel 4.13
Alasan Memilih Bank Konvensional dan Tidak Memilih Bank Syariah
Alasan Memilih Bank Konvesional
Alasan Tidak Memilih Bank Syariah
Total tidak ada bedanya
0 8 1 0 9
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.13 di atas maka diketahui
bahwa 13 orang responden menganggap bank konvensional urusannya lebih
mudah dan lebih dekat, diantaranya 3 orang setuju dengan pernyataan B,5 orang
setuju dengan pernyataan C, dan 5 orang lagi setuju dengan pernyataan D.
Kemudian diketahui 9 orang responden beranggapan Bank konvensional dan bank
syariah tidak ada bedanya diantaranya 8 orang setuju dengan pernyataan B, 1
orang setuju dengan pernyataan C. Lalu diketahui 4 orang yang setuju pada
pernyataan belum paham tentang bank syariah dimana 1 orang setuju dengan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alasan responden memilih
menggunakan jasa perbankan konvensional adalah karena anggapan urusan di
bank konvensional lebih mudah/lebih dekat dan anggapan bahwa bank
konvensional dan bank syariah tidak ada bedanya serta ada juga beranggapan
bahwa belum paham tentang bank syariah. Sedangkan alasan responden tidak
memilih bank syariah karena anggapan bahwa bank syariah kurang terbuka dan
bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional.Hal ini menunjukkan
kurangnya pengetahuan dan pemahaman responden terhadap perbankan syariah
dan fungsinya sebagai penyelamat diri dari riba juga karena eksistensi bank
konvensional yang sudah lama, membuat responden lebih cenderung
menggunakan jasa dari perbankan konvensional.
4.3.3 Alasan Responden Menerima Bank Syariah
Sebagaimana responden pada penelitian ini yang memilih untuk
menggunakan jasa perbankan konvensional dalam usahanya dan menolak
perbankan syariah dikarenakan alasan-alasan tertentu, begitupun responden yang
memilih menggunakan jasa perbankan syariah. Responden tersebut memiliki
alasan tersendiri memilih bank syariah dan menolak bank konvensional. Berikut
data tabel 4.14 yang menunjukkan alasan responden memilih bank syariah dan
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa terdapat 9 responden yang memilih
bank syariah di karenakan agar terhindar dari riba. Diantaranya 6 responden
setuju dengan pernyataan A dan 3 responden setuju dengan pernyataan C.
kemudian 5 responden memilih bank syariah dikarenakan membantu bisnis
sesama muslim. Diantaranya 2 responden setuju dengan pernyataan A, dan 3
responden setuju dengan pernyataan C. dan hanya 2 responden beralasan lebih
mudah dan lebih dekat dimana ia juga setuju dengan pernyataan A yaitu bahwa
bank syariah beda jauh dengan bank konvensional.
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden memilih
untuk memanfaatkan jasa bank syariah karena beralasan agar terhindar dari
riba.Hal ini menunjukkan bahwa responden telah sadar arti dari fungsi perbankan
syariah sendiri.Dalam hal ini adalah memilih bank untuk dimintai kredit usaha
oleh responden.
Dari data pada tabel 4.13 dan 4.14 maka dapat disimpulkan penerimaan
responden terhadap penggunaan jasa perbankan syariah masih sangat kurang
karena masih banyak responden yang menerima penggunaan jasa perbankan
syariah. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan pengusaha tentang perbankan syariah baik itu dari
segi fungsi, kelebihan dan kekurangan serta dalam perspektif agama.
Sehingga pengusaha yang tidak tahu tentang perbankan syariah juga tidak
memiliki keinginan untuk mengetahuinya.
menyeluruh kepada masyarakat. Sehingga banyak pengusaha yang
beranggapan bank syariah dan bank konvensional itu sama.
3. Adanya anggapan bank syariah kurang terbuka dan belum berpengalaman
seperti bank konvensional yang sudah lebih dulu dikenal luas oleh
masyarakat.
4. Bagi beberapa pengusaha bekerja sama dengan bank syariah lebih sulit dan
mahal biaya administrasi dan pengembalian pinjamannya dari pada bank
konvensional yang memberikan bunga yang rendah bagi pengusaha yang
meminta kredit.
5. Tidak banyak pengusaha yang mempedulikan perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah. Sebagian dari mereka beranggapan bank
syariah sama dengan bank konvensional, hanya saja nama-nama produk yang
ditawarkan bercirikan islami dan mereka menyamakan antara bunga dan bagi
hasil akibat kurangnya pengetahun mereka. Dalam hal ini,
pengusaha-benar-benar keliru.
Namun terlepas dari hal di atas, responden yang memilih menggunakan jasa
perbankan syariah dikarenakan merasa bank syariah beda jauh dengan bank
konvensional dan pengusaha yang sadar akan haramnya riba bagi kehidupan
termasuk dalam bisnis sehingga memilih bank syariah sebagai solusi untuk dapat
berbisnis tanpa harus dibebankan dosa karena riba.
Untuk bank konvensional sendiri, berdasarkan pengakuan dari pengusaha
UKM Muslim di Kota Pematang Siantar memilih untuk menggunakan jasa
1. Pengusaha beranggapan urusan pada bank konvensional lebih mudah diurus
dan diselesaikan juga aksesnya yang mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya
cabang bank konvensional di Kota Pematang Siantar begitupun keberadaan
mesin ATM-nya sehingga memudahkan pengusaha dalam menggunakan
jasanya.
2. Anggapan bahwa bank konvensional lebih profesional dari bank syariah. Hal
ini di sebabkan karena dibanding bank syariah, bank konvensional telah
menunjukkan eksistensinya lebih dulu sehingga pengusaha telah mengetahui
sedikit banyaknya tentang cara kerja bank konvensional dan sudah tidak
terasa asing lagi bagi masyarakat.
3. Dibanding bank syariah, biaya administrasi pada bank konvensional lebih
kecil. Meski setiap bank konvensional bunganya berbeda-beda, tapi jauh
lebih rendah dari bank syariah. Dalam hal ini, pengusaha akan cenderung
memilih bank yang menawarkan bunga yang lebih rendah dari bank lainnya.
Ditambah lagi beberapa penguaha ada yang tidak paham tentang bank
syariah.
4.3.4 Alasan Golongan Responden Menyukai Bank Yang Mereka Gunakan Saat Ini
Sebagaimana responden pada penelitian ini memilih untuk menyukai bank
yang mereka gunakan saat ini.Dimana terdiri dari beberapa golongan yang
menggunakan jasa bank. Responden tersebut memiliki alasan tersendiri untuk
menyukai bank yang mereka gunakan saat ini. Berikut data tabel 4.15 yang
menunjukkan alasan responden untuk menyukai bank yang mereka gunakan saat
Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden tidak pernah
mendapat kredit atau pembiayaan dari bank termasuk dalam Golongan A. Adapun
responden menyukai bank Golongan B (Konvensional) yang mana 22 responden
menyukai bank tersebut karena fasilitas banknya lengkap dan modern, 3
responden lagi menyukai bank tersebut karena pelayanannya sangat baik dan
menyukai bank tersebut karena fasilitas banknya lengkap dan modern, 3 respon
menyukai bank tersebut karena pelayanannya sangat baik dan memuaskan, dan 1
responden menyukai bank tersebut karena jenis produknya banyak dan sesuai
kebutuhan.
Sedangkan yang menyukai bank Golongan C (Syariah) ada 18 responden
dengan 7 responden beralasan karena banknya sangat bonefid dan dapat
dipercaya, masing - masing 4 responden yang menyukai bank dikarenakan
pelayanannya sangat baik dan memuaskan serta jenis produknya banyak dan
sesuai dengan kebutuhan, 2 responden yang menyukai bank dikarenakan lokasi
bank dekat dan mudah dijangkau, dan 1 responden yang menyukai bank tersebut
dikarenak fasilitas yang lengkap dan modern. Dan yang menyukai bank Golongan
D (Campuran) hanya 1 responden saja dimana responden tersebut menyukainya
karena pelayanannya sangat baik dan memuaskan.
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa respondenmemilih untuk
menyukai bank yang mereka gunakan saat ini karena fasilitas bank yang lengkap
dan modern, lokasi bank dekat dan mudah dijangkau ditambah lagi karena
kesadaran para responden arti dari fungsi perbankan syariah sendiri. Dalam hal ini
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya pengolahan data terhadap variabel-variabel
penelitian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Rata-rata pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar adalah
pengusaha dengan pendidikan tamat SMA/sederajat dan pengusaha dengan
tamat S1 masing - masing sebanyak 20 orang atau 40% dari total responden
dan sebagaian besar responden tidak pernah sekolah agama yaitu 92 % dari
total responden. Pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar
didominasi oleh suku Jawa sebesar 68% dari total responden dengan bidang
usaha sebagian besar bergerak di bidang dagang usaha dan restoran.
2. Pengusaha UKM Muslim diKota Pematang Siantar menerima eksistensi
perbankan di kota tersebut. Hal ini terbukti dari sebagian besar responden
yang mengajukan permintaan kredit usaha sebagai tanda pemanfaatan dari
jasa perbankan. Sebanyak 90% dari total responden menggunakan jasa
perbankan baik itu konvensional ataupun syariah sebagai modal atau sumber
pembiayaan usahanya. Namun pada penelitian ini, diketahui lebih banyak
responden cenderung menggunakan jasa perbankan konvensional dengan
jumlah 52 %.
3. Pengetahuan dan pemahaman pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang
Siantar terhadap perbankan syariah masih sangat rendah akibat kurangnya
Islam, kurangnya pendidikan agama, juga karena kurangnya sosialisasi
tentang perbankan syariah pada para pengusaha.
4. Pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar yang menerima
eksistensi perbankan karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
sumber pembiayaan modal usaha yang mudah dijangkau dan dekat serta
karena pelayanannya sangat baik dan memuaskan. Untuk responden yang
memilih bank syariah faktornya ialah bank syariah terhindar dari riba, lebih
mudah, lebih dekat dan menganggap bank syariah beda jauh dengan bank
konvensional.
5. Masih ada pengusaha yang belum menggunakan jasa perbankan akibat
kurangnya pengetahuan terhadap perbankan itu sendiri sehingga
menimbulkan keraguan untuk menggunakana jasa perbankan, suku bunga
bank yang berbeda tiap bank dan juga karena kurangnya dorongan dari
pemerintah untuk menghimbau dan mensosialisasikan fungsi perbankan pada
pengusaha.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerimaan eksistensi
perbankan pengusaha UKM Muslim di Kota Pematang Siantar, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlunya promosi yang lebih aktif dari pihak perbankan yang bekerja sama
dengan pemerintah untuk lebih mengajak masyarakat memanfaatkan jasa
perbankan agar aktivitas ekonomi dapat terus berjalan lancar dan dapat
2. Perlunya keaktifan MUI dan Departemen agama dalam mensosialisasikan
tentang pentingnya menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam
kepada Masyarakat. Agar usaha pengusaha UKM muslim dapat terlepas dari
riba yang menimbulkan dosa dan juga agar usaha yang di jalankan diberkahi
Allah SWT. Sosialisasi juga perlu dilakukan bersama pihak-pihak perbankan
syariah dengan menawarkan jasa perbankan yang mudah dalam
pengurusannya, jelas perbandingannya dengan perbankan konvensional
sesuai dengan syariat Islam dan menyeluruh sehinga masyarakat dapat
mengenal perbankan syariah dengan baik khususnya dikota Pematang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bank
Keberadaan institusi perbankan di Indonesia diatur dengan
Undang-Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang-Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Lukman, 2005 :5, Irsyad Lubis, 2010). Dengan adanya Undang-Undang ini
dimaksudkan agar perbankan mempunyai dasar hukum yang pasti dan dapat
menjalankan semua aktivitasnya dengan baik sehingga dapat memberi sumbangan
kepada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pada masa sekarang, bank semakin berkembang pesat dan keberadaanya
juga demikian banyaknya sehingga membantu aktivitas ekonomi masyarakat
terutama para pengusaha UKM. Karena kegiatan bank berfungsi sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah agar lebih maju.
2.2 Fungsi dan Peran Bank
Aktivitas perekonomian akan berjalan baik jika diantara para pelaku
ekonomi tersebut terbentuk hubungan kerjasama yang terpadu. Misalnya, para
pengusaha UKM akan dapat mengembangkan perusahaannya dengan mendirikan
perusahaan baru atau membuka cabang baru jika pengusaha tersebut berhasil
memperoleh dana yang memungkinkan untuk diinvestasikan. Dana investasi
kelompok masyarakat lain sebagai unit defisit (Borrowers) dalam jangka waktu
tertentu. Kondisi dan hubungan seperti ini hanya mungkin terjadi melalui kerja
sama dan dengan suatu pengorganisasian yang baik dan dalam hal ini dilakukan
oleh bank. Bank dimaksudkan sebagai lembaga profesional yang dapat bertindak
menghimpun (Funding) keseluruhan surplus dana masyarakat dan kemungkinan
menyalurkannya (Lending) kembali kepada masyarakat yang mengalami defisit
dana. Rantaian fungsi dan peranan institusi bank ini dikenal dengan istilah
financial intermediary.
Aktivitas bank sebagai financial intermediary yang melibatkan kepentingan
masyarakat luas ini tentunya didasarkan pada kepercayaan dan keyakinan
masyarakat. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai Agent of Trust di tengah
masyarakat. Masyarakat hanya akan menyimpan uang dan dananya jika mereka
percaya dan yakin bahwa uang atau dana yang akan mereka simpan tidak akan
disalahgunakan oleh pihak bank. Demikian pula sebaliknya, pihak bank hanya
akan menyalurkan dan meminjamkan dana kepada masyarakat jika mereka
percaya bahwa dana tersebut akan digunakan oleh peminjam untuk hal-hal yang
baik. Pihak bank juga harus percaya bahwa dana tersebut layak dan sesuai
diberikan dimana peminjam akan dapat mengembalikannya sesuai dengan tempo
perjanjian. Pihak peminjam akan memperoleh keuntungan dengan penggunaan
dana tersebut sementara pihak bank akan memperoleh pendapatan bunga / spread.
Surplus dana yang dihimpun perbankan akan disalurkan kepada pengusaha
dan masyarakat lainnya sehingga dana itu diinvestasikan di tengah masyarakat.
disamping membuka peluang pekerjaan yang mendatangkan penghasilan.
Pertambahan barang dan jasa pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan nasional. Surplus dana tersebut disalurkan ke sektor rill
yang akan memperluas kegiatan ekonomi dan perekonomian akan dinamik.
Kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi akan meningkat dan lebih merata
sehingga tingkat kesejahteraan dan standar hidup masyarakat akan semakin baik.
Dalam hal ini eksistensi perbankan dilihat sebagai Agent of Development yang
cukup signifikan membantu keberhasilan pembangunan ekonomi dan
mewujudkan kesejahteraan sosial termasuk dikalangan pengusaha UKM.
Eksistensi dan aktivitas perbankan semakin mendapat sambutan
dikalangan masyarakat. Berbagai produk dan jasa perbankan semakin banyak dan
berkembang sehingga membantu dan memperlancar aktivitas masyarakat seperti
jasa pengiriman atau transfer uang dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam
waktu yang singkat dan aman, simpan pinjam, Safe Deposit Box, L/C, Inkaso dan
lain-lain. Dalam hal ini, perbankan berfungsi sebagai Agent of Services.
2.3 Perbankan Konvensional Versus Perbankan Syari’ah
Perbedaan antara perbankan Konvensional dengan perbankan syari’ah tidak
hanya terbatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara
menyeluruh, terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan
tersebut yang sekaligus merupakan satu gambaran tentang keutamaan dan
kelemahan masing-masing sistem. Misalnya, fungsi dan kegiatan bank
konvensional terlihat sebagai intermediasi dan penyedia jasa keuangan sedangkan
keuangan ia juga dapat berfungsi sebagai investor dan manager investasi. Prinsip
dasar operasi perbankan syari’ah sangat menekankan anti riba dan anti masyir
sedangkan dalam perbankan konvesional masalah ini dianggap relatif kurang
mendapat perhatian. Selain itu, perbankan konvensional lebih berorientasi pada
kepentingan pribadi sedangkan perbankan syari’ah lebih berorientasi pada
kepentingan publik. Lebih jelas, perbedaan perbankan konvensional dengan
perbankan syari’ah dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Perbedaan Perbankan Konvensional Dengan Perbankan Syari’ah Perbankan Konvensional Perbankan Syari’ah
• Berorientasi pada kepentingan
pribadi
• Senantiasa bersifat bebas nilai (bersifat materialistis).
• Uang dianggap sebagai barang
komoditi.
• Investasi yang dilakukan relatif luas karena termasuk kegiatan yang halal dan yang haram.
• Hubungan dengan nasabah
berbentuk hubungan kreditor-debitor.
• Dalam operasinya, menggunakan perangkat / sistem bunga.
• Aktivitasnya hanya berorientasi untuk mencapai keuntungan saja.
• Tidak memiliki dewan pengawas Syari’ah sehingga penghimpunan dan penyaluran dana tidak berdasarkan fatwa.
• Berorientasi pada kepentingan publik.
• Dalam pelayanan,tidak bebas nilai (berdasarkan prinsip islam).
• Uang dianggap sebagai alat ukur saja dan tidak menganggapnya sebagai komoditi.
• Investasi yang dilakukan relatif terbatas karena hanya pada kegiatan yang halal saja.
• Hubungan dengan nasabah
berbentuk kemitraan.
• Dalam operasinya menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa.
• Aktivitasnya tidak hanya
berorientasi untuk mencapai keuntungan saja tetapi juga untuk mencapai falah.
• Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah.
Sumber: Karnaen&Antonio, 1992.
Berbagai perbedaan konsep dan prinsip seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.2,
bank syariah terletak pada pandangan masing-masing bank dalam memaknai
keuntungan atas pengelolaan uang nasabah, bila bank konvensional menyebutnya
dengan bunga, sedangkan bank syariah menyebutnya dengan bagi hasil. Adapun
perbedaan suku bunga dan bagi hasil tertera pada tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
No Bunga Bagi Hasil
1
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.
2
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang atau modal yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
3
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek nasabah. Bila usaha rugi, kerugian ditanggung bersama oleh kedua pihak.
4
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan yang berlipat atau ekonomi sedang mengalami kondisi tidak menentu.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
5
Eksistensi bunga diragukan ( kalau tidak dikecam ) oleh semua agama, termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Sumber : Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Syafii Antonio
2.4 Produk-Produk Perbankan Syari’ah
Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan dalam perbankan syari’ah dapat
digolongkan kepada tiga kelompok produk, yaitu: Produk Penghimpuna Dana,
Produk Penyaluran Dana, Produk Jasa (Muhammad Syafii Antonio, 2001,
A. Produk Penghimpunan Dana
Kegiatan menghimpun dana juga dilakukan oleh bank syariah sebagaimana
kegiatan dan fungsi bank yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998. dana
masyarakat yang dihimpun perbankan syari’ah dapat berbentuk tabungan,
deposito dan giro (Kasmir, 2001). Aktivitas penghimpunan dana masyarakat ini
dilakukan dengan prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. Prinsip wadi’ah diterapkan
untuk produk berbentuk giro sedangkan prinsip mudharabah diterapkan untuk
produk berbentuk tabungan dan deposito.
Wadi’ah adalah akad titipan dimana barang yang dititipkan dapat diambil
sewaktu-waktu. Jika wadi’ah tersebut berbentuk wadi’ah amanah, pada
prinsipnya simpanan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak bank walaupun
ia bertanggung jawab terhadap keutuhan dana simpanan tersebut. Sebaliknya jika
wadi’ah berbentuk wadi’ah dhamanah, maka pihak bank dapat memanfaatkan
dana simpanan tersebut.
Berbeda dengan prinsip mudharabah. Dalam hal ini pemilik modal
dianggap sebagai shahibul maal sementara pihak perbankan dianggap sebahai
pihak pengelola atau mudharib (Adiwarman Karim, 2004). Pada prinsip ini, pihak
bank dapat menggunakan dana tersebut misalnya untuk kegiatan jual beli dengan
memberitahukan margin keuntungan tertentu (murabahah) atau untuk kegiatan
sewa (ijarah).
Transaksi dalam prinsip mudharabah memiliki dua jenis kewenangan yang
dapat dipilih oleh pemilik modal untuk diberikan kepada pihak bank yaitu