• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Hidup Penderita Glaukoma di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kualitas Hidup Penderita Glaukoma di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan Tahun 2012"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA DI RSUP. H. ADAM MALIK DAN RSUD PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2012

TESIS

Oleh

MILA KARMILA

NIM : 097110005

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA DI RSUP. H. ADAM MALIK DAN RSUD PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2012

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Master Kedokteran Mata Program Studi Ilmu Kesehatan Mata

pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

MILA KARMILA

NIM : 097110005

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : MILA KARMILA

NIM : 097110005

(4)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mila Karmila

NIM : 097110005

Program studi : Ilmu Kesehatan Mata Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalti Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

“KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA DI RSUP. H. ADAM MALIK DAN RSUD PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan memplubikasikan tesis saya tanpa izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 29 Oktober 2013 Yang menyatakan

(5)

Abstrak

Kualitas Hidup Penderita Glaukoma

di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan Tahun 2012 dr. Mila Karmila, Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Tujuan: Mengevaluasi Kualitas Hidup penderita glaukoma berhubungan dengan penglihatan di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan. Metode: Kualitas Hidup di evaluasi dalam metode cross-sectional dengan wawancara kuesioner National Eye Institute- Visual Function Questionerre – 25 pada 40 pasien.

Hasil : Terdapat perbedaan signifikan skor kualitas hidup dengan usia, (p< 0,011), terdapat hubungan signifikan antara skor kualitas hidup

dengan lama penyakit (p<0,001), terdapat hubungan signifikan antara skor kualitas hidup dengan obat (p<0,001).

Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara skor kualitas hidup dengan usia, lama penyakit, dan obat pada pasien glaukoma.

(6)

Abstract

Quality of life of Glaucoma Patient in H.Adam Malik Hospital and Pirngadi Hospital Medan 2012

Mila Karmila MD, Opthalmology Department, Faculty of Medicine University of North Sumatera

Purpose: To evaluate the quality of life of glaucoma patient associated

with vision at H.Adam Malik Hospital and Pirngadi Hospital Medan.

Methods: Cross sectional study with National Eye Institute Visual Function

Questionarre 25 at 40 patients.

Result : There was a significant difference in quality of life score with age

(p<0,001), and significant relationship between duration of illness and

quality of life score (p<0,001), and also there was a significant relation in

quality of life score with the medication of glaucoma patients (p<0,001).

Conclusion : There were significant impact between age, duration of

illness, and medication with quality of life score in glaucoma patients.

Keywords: Primary Open Angle Glaucoma, Primary Close Angle

Glaucoma, Quality of Life, National Eye Institute –Visual Function

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam menyelesaikan Program Pendidikan Megister Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. dr. Delfi, M. Ked (Oph), Sp.M (K), selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis

mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan Dokter

Spesialis.

2. dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, M.Ked (Oph), Sp.M dan dr. Bobby R Erguna

Sitepu, M.Ked (Oph), Sp.M, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu

Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat banyak membantu,

membimbing.

3. Prof. dr. H. Aslim D Sihotang, Sp.M (KVR) dan Dr. dr. Masitha Dewi Sari,

(8)

untuk berdiskusi sehingga memberikan kemudahan dan kelancaran dalam

pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. Para Guru-guru, Prof. dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR), dr. H. Mohd.

Dien Mahmud, Sp.M, dr. H. Chairul Bahri AD, Sp.M, dr. H. Azman

Tanjung, Sp.M, dr. Masang Sitepu, Sp.M, dr. Suratmin, Sp.M (K), dr.

H.Bachtiar, Sp.M (K), (Alm), dr. H. Abdul Gani, Sp.M, dr. Hj. Adelina

Hasibuan Sp.M, dr. Hj. Nurhaida Djamil, Sp.M, dr. Beby Parwis, Sp.M, dr.

Syaiful Bahri, Sp.M, dr. Riza Fatmi Sp.M, dr. Pinto Y Pulungan, Sp.M (K),

dr.Hj.Heriyanti Harahap, Sp.M, dr.Hj. Aryani Atiyatul Amra, M.Ked (Oph),

Sp.M. dr. Delfi, M.Ked (Oph), Sp.M (K), dr.H. Hasmui,Sp.M, dr. Nurchaliza

H Siregar, M.Ked (Oph), Dr.dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M, dr.

Zaldi, Sp.M, dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M, dr.Bobby

Ramses Erguna Sitepu, M.Ked (Oph), SpM, dr. T. Siti Harilza Zubaidah,

M.Ked (Oph), Sp.M, dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), Sp.M, dr. Ruly

Hidayat, M.Ked (Oph), Sp.M, dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), Sp.M, dr.

Marina Albar, M.Ked (Oph), Sp.M, penulis haturkan hormat dan terimakasih

yang tak terhingga atas perhatian, kesabaran, bimbingan, dan kesediaan

berbagi pengalaman selama mendidik penulis di bagian Ilmu Kesehatan

Mata.

5. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah

banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan pengolahan data penelitian ini.

6. Keluarga besar Perdami Sumatera Utara, yang telah memberikan

kesempatan pada penulis menjadi bagian dari keluarga besar Perdami dan

(9)

7. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang

telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

penulis dalam menjalani pendidikan.

8. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS I

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Megister Ilmu

Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

9. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Teman-teman dan adik-adik semua) yang

telah memberikan bantuan dan dorongan semangat, sekaligus mengisi

hari-hari penulis dengan persahabatan, kerjasama, keceriaan dan kekompakan

dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

10. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr. Pirngadi

Medan dan di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama

pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan

selama ini.

11. Para pasien yang pernah penulis lakukan pemeriksaan selama pendidikan

dan juga pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian ini sehingga

penulisan tesis ini dapat terwujud.

(10)

pengertian, kesabaran, kasih sayang, doa dan motivasi yang menjadi semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Akhirnya kepada semua yang telah berpartisipasi tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih setulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan.Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

(11)

DAFTAR ISI

2.8. Kaulitas Hidup Berhubungan dengan Kesehatan Umum ... 20

2.9. Kualitas Hidup Berhubungan dengan Penglihatan ... 21

2.10. Kualitas Hidup Berhubungan dengan Glaukoma ... 23

2.11. Kerangka Konsepsional ... 24

2.12. Definisi Operasional ... 24

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.9. Personalisasi Penelitian ... 28

3.10. Pertimbangan Etika ... 28

3.11. Biaya Penelitian ... 29

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 30

4.1. Jumlah Sampel dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 30

4.2. Gejala Subyektif Glaukoma ... 32

(12)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 35

5.1. Analisa Karaksteristik Subyek Penelitian ... 35

5.2. Analisa Mengenai Gejala Glaukoma ... 37

5.3. Analisa Kuesioner NEI-VFQ25 ... 37

5.4. Analisa Skor Kualitas Hidup ... 38

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

6.1. Kesimpulan ... 40

6.2. Saran ... 40

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

Tabel 4.2. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Umur ... 30

Tabel 4.3. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Lama Penyakit .... 30

Tabel 4.4. Distribusi Penderita Glaukoma dengan Banyak Obat ... 32

Tabel 4.5. Hubungan Skor Kualitas Hidup dengan Usia ... 33

Tabel 4.6. Hubungan Skor Kualitas Hidup dengan Lama Penyakit... 33

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1.Surat Persetujuan Komite Etika

(15)

Abstrak

Kualitas Hidup Penderita Glaukoma

di RSUP H.Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan Tahun 2012 dr. Mila Karmila, Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Tujuan: Mengevaluasi Kualitas Hidup penderita glaukoma berhubungan dengan penglihatan di RSUP H. Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan. Metode: Kualitas Hidup di evaluasi dalam metode cross-sectional dengan wawancara kuesioner National Eye Institute- Visual Function Questionerre – 25 pada 40 pasien.

Hasil : Terdapat perbedaan signifikan skor kualitas hidup dengan usia, (p< 0,011), terdapat hubungan signifikan antara skor kualitas hidup

dengan lama penyakit (p<0,001), terdapat hubungan signifikan antara skor kualitas hidup dengan obat (p<0,001).

Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara skor kualitas hidup dengan usia, lama penyakit, dan obat pada pasien glaukoma.

(16)

Abstract

Quality of life of Glaucoma Patient in H.Adam Malik Hospital and Pirngadi Hospital Medan 2012

Mila Karmila MD, Opthalmology Department, Faculty of Medicine University of North Sumatera

Purpose: To evaluate the quality of life of glaucoma patient associated

with vision at H.Adam Malik Hospital and Pirngadi Hospital Medan.

Methods: Cross sectional study with National Eye Institute Visual Function

Questionarre 25 at 40 patients.

Result : There was a significant difference in quality of life score with age

(p<0,001), and significant relationship between duration of illness and

quality of life score (p<0,001), and also there was a significant relation in

quality of life score with the medication of glaucoma patients (p<0,001).

Conclusion : There were significant impact between age, duration of

illness, and medication with quality of life score in glaucoma patients.

Keywords: Primary Open Angle Glaucoma, Primary Close Angle

Glaucoma, Quality of Life, National Eye Institute –Visual Function

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan dengan kematian akan tetapi tanpa penglihatan yang baik maka produktivitas seseorang akan menurun baik dalam aktivitas sehari-hari maupun aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan ekonomi orang tersebut. Gangguan penglihatan akan meningkatkan ketergantungan seseorang terhadap bantuan orang lain untuk kegiatan sehari-hari. (Knutson, et.al, 2005)

Glaukoma adalah penyakit mata yang kronis, progresif berupa neuropati optik serta kelainan lapang pandang yang karakteristik dengan tekanan intra ocular sebagai faktor resiko utamanya. Glaukoma disebut pencuri penglihatan karena kerusakan lapangan pandangan yang terjadi seringkali tidak disadari. (Hei A, et.al, 2002) (Skuta, 2009-2010)

Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,5% dari populasi penduduk. Penyebab utama kebutaan di Indonesia meliputi katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%) gangguan retina (0,13%) dan kelainan kornea (0,10%). 2003)

(18)

67,5 juta orang diantaranya menderita glaukoma. Insiden glaukoma sudut terbuka diperkirakan 2,4 juta orang pertahun. Kebutaan akibat glaukoma diseluruh dunia diperkirakan lebih dari 8 juta orang dan sekitar 4 juta orang menjadi buta akibat glaukoma sudut terbuka.(Skuta, 2009-2010), (Sloan, e.al., 2003), (U.S. Preventive Service Task Force, 2005)

Dalam pembagian glaukoma di bagi menjadi Primary Open Angle Glaucoma (POAG) dan Primary Angle Clousure Glaucoma (PACG). Beberapa hal yang membedakan diantara keduanya adalah karakteristik gejala dan faktor predisposisi.

POAG mempunyai karakteristik perjalanan penyakit yang lambat namun disertai kerusakan fungsi penglihatan yang progresif. Gejalanya sering kali sub klinis dan tidak disertai tanda-tanda inflamasi signifikan sehingga membuat penderitanya tidak menyadari sampai terjadi kerusakan lapangan pandang yang berat. (Stamper RL et.al., 1999)

(19)

kerusakan papil nervus optikus yang terjadi. Oleh karena itu sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian terhadap pengobatan penyakit glaukoma yang dapat menurunkan progesivitas. (Stamper RL et.al., 1999)

Para ahli kemudian mulai mencari metode untuk mengevaluasi kualitas hidup penderita glaukoma. Salah satu instrument untuk mengevaluasi kualitas hidup adalah menggunakan kuesioner seputar keterbatasan aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat defek lapangan pandang. Beberapa kuesioner yang berhubungan dengan keadaan kesehatan secara umum antara lain : the Sickness Inpact Profile (SIP), the 36 item short form health survey and Medical Outcame Study (MOS SF-36). Kuesioner yang dikembangkan spesifik berhubungan dengan kemampuan penglihatan yaitu: Activities of Daily Vision Scale (ADVS) Visual Function Index (VFI4), Visual Activities Questionaire (VAQ), the Nasional Eye Institute Visual Function Questionaire (NEI – VFQ), the Impact of Visual Impainment (IVI) Instrument. Masing-masing kuesioner tersebut dapat mengevaluasi pengaruh kerusakan lapang pandang pada fungsi kehidupan sehari-hari. (Spacth G, et.al., 2006) (Svern P, et.al., 2008)

Untuk mengevaluasikan kualitas hidup penderita glaukoma telah dikembangkan beberapa instrument kuesioner khusus. Beberapa contoh dari kuesiner itu antara lain : Glaukoma Symptom Scale (GSS), the Questionaire of Viswanathan and Associate, the Sympton Impact

(20)

Glaukoma Quality of Life (GQL-15). (Spacth G, et.al., 2006) (Svern P, et.al., 2008), (Lee BL, et.al., 1998)

Nutheti pada penelitiannya di Andra Pradesh Indra menggunakan instrumen kuesioner Health Related Quality of Life (HRQL) yang disebut oleh WHO di India meyimpulkan terhadap hubungan yang kuat terhadap penurunan kualitas hidup dengan adanya glaukoma, penyakit pada kornea, penyakit retina, katarak yang mengakibatkan penurunan visus yang signifikan. (Nutheti R., et.al, 2006)

Freeman et al melakukan evaluasi pada 1160 individu dengan menggunakan ADVS mendapatkan penderita glaukoma pada kedua mata memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan orang normal. Jans et al membandingkan kualitas hidup penderita glaukoma setelah dilakukan terapi medikamentosa selama 6 bulan paska trabekulektomi 6 bulan dengan menggunakan kuesioner VAQ. (Freeman et.al., 2008) Cosmos Octavianurita Mangungsong pada penelitiannya di universitas Indonesia menggunakan instrument kuesioner NEI-VFQ yang membandingkan hidup penderita glaukoma tahap moderat dan tahap lanjutan di RS Ciptomangunkusumo di nilai dari aspek sosial.

1.2. Masalah Penelitian

(21)

mengalami keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari. Selanjutnya penderita glaukoma mulai membatasi diri dalam pergaulan sehar-hari karena rasa kuatir terhadap lingkungan dan kekuatiran akan kebutaan yang mengancam keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari dan fungsional akan mempengaruhi kualitas hidup penderita glaukoma. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kualitas hidup penderita glaukoma dalam menjalani kehidupan sehari-hari berhubungan dengan penglihatan

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas hidup penderita glaukoma.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

1. Mengevaluasi kualitas hidup penderita glaukoma berhubungan dengan penglihatan di RS. Haji Adam Malik dan RS. Pirngadi Medan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita glaukoma.

1.3.2. Tujuan Khusus

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang unsur-unsur kualitas hidup yang mengalami gangguan pada penderita

2. Penelitian akan dapat menjadi sebuah motivasi agar dilakukan penanganan penyakit glaukoma yang lebih baik guna meningkatkan kualitas hidup penderita glaukoma.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang. Walaupun kenaikan tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor risiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit. (Skuta, 2009-2010)

2.2. Patofisiologi

Terdapat tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu :

1. Jumlah produksi akuos oleh badan siliar

2. Tahanan aliran akuos humor yang melalui sistem trabekular meshwork-kanalis Schlem.

3. Level dari tekanan vena episklera.

Umumnya peningkatan TIO disebabkan peningkatan tahanan aliran akuos humor.

(24)

selanjutnya melalui saluran pengumpul (collector channel). Aliran akuos humor akan melewati jaringan trabekulum sekitar 90%. Sebagian kecil akan melalui struktur lain pada segmen anterior hingga mencapai ruangan supra koroid, untuk selanjutnya akan keluar melalui sklera yang intak atau serabut saraf maupun pembuluh darah yang memasukinya. Jalur ini disebut juga jalur uvoesklera (10-15%) (Svern P, et.al., 2008) (Lee BL et.al., 1998) (Nutheti R, et.al, 2006) (Freeman EE, et.al, 2008).

Tekanan bola mata yang umum dianggap normal adalah 10-21 mmHg. Pada banyak kasus peningkatan bola mata dapat disebabkan oleh peningkatan resistensi aliran akuos humor. Beberapa faktor risiko dapat menyertai perkembangan suatu glaukoma termasuk riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik, variasi diurnal, olahraga, obat-obatan. (Svern P, et.al., 2008) (Freeman EE, et.al, 2008).

Proses kerusakan papil saraf optik (cupping) akibat tekanan intra okuli yang tinggi atau gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring dengan terus berlangsungnya kerusakan jaringan sehingga skotoma pada lapangan pandang makin bertambah luas. Pada akhirnya terjadi penyempitan lapangan pandang dari ringan sampai berat. (Svern P, et.al., 2008) (Nutheti R, et.al, 2006)

(25)

maupun ekstrinsik. Kenaikan TIO memegang peranan utama terhadap perkembangan glaucomatous optic neuropathy. (Svern P, et.al., 2008)

Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan perkembangan glaucomatous optic neuropathy, teori mekanik dan iskemik. Teori mekanik menekankan pentingnya kompresi langsung serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus anterior, dengan distorsi lempeng lamina kribrosa dan interupsi aliran aksoplasmik, yang berakibat pada kematian sel ganglion retina (RGCs). Teori iskemik fokus pada perkembangan potensial iskemik intraneural akibat penurunan perfusi nervus atau proses instrinsik pada nervus optikus. Gangguan autoregulasi pembuluh darah mungkin menurunkan perfusi dan mengakibatkan gangguan saraf. Pembuluh darah optik secara normal meningkat atau menurunkan tekanannya memelihara aliran darah konstan, tidak tergantung TIO dan variasi tekanan darah. (Svern P, et.al., 2008) (Lee BL et.al., 1998)

(26)

2.3. Klasifikasi

Adapun menurut American of Ophthalmology glaukoma dibagi atas: 2.3.1. Glaukoma Sudut Terbuka

Penyebabnya secara umum adalah sebagai suatu ketidaknormalan pada matriks ekstraselular trabekular meshwork dan pada sel trabekular pada daerah jukstakanalikuler, meskipun juga ada di tempat lain. Sel trabekular dan matriks ekstraselular disekitarnya diketahui ada pada tempat agak sedikit spesifik.

2.3.1.1. Glaukoma Primer Sudut Terbuka/Primary Open Angle Glaucoma (POAG)

(27)

yang berpengaruh seperti riwayat keluarga, ras, miopia, diabetes mellitus dan lain-lain. (Skuta, 2009-2010)

Patogenesis naiknya TIO pada POAG disebabkan oleh karena naiknya tahanan aliran akuos humor di trabekular meshwork. Kematian sel ganglion retina timbul terutama melalui apoptosis (program kematian sel) daripada nekrosis.

Banyak faktor yang mempengaruhi kematian sel, tetapi pendapat terbaru masih dipertentangkan adalah kerusakan akibat iskemik dan mekanik. (Skuta, 2010-2011)

2.3.1.2. Glaukoma dengan Tensi Normal

Kondisi ini adalah bilateral dan progresif, dengan TIO dalam batas normal. Banyak ahli mempunyai dugaan bahwa faktor pembuluh darah lokal mempunyai peranan penting pada perkembangan penyakit. Merupakan bagian dari glaukoma primer sudut terbuka, tanpa disertai peningkatan TIO. (Skuta, 2010-2011) 2.3.1.3. Glaukoma Suspek

Glaukoma suspek diartikan sebagai suatu keadaan pada orang dewasa yang mempunyai satu dari penemuan berikut paling sedikit pada satu mata yaitu:

(28)

• Ketidaknormalan lapangan pandang sesuai dengan glaukoma. • Peningkatan TIO > 21 mmHg. (Kansky, 2003)

Biasanya, jika terdapat dua atau lebih tanda diatas maka dapat mendukung diagnosa untuk POAG, khususnya bila terdapat faktor-faktor risiko lain seperti usia > 50 tahun, riwayat keluarga glaukoma, dan ras hitam, juga sudut bilik mata terbuka pada pemeriksaan gonioskopi. (Svern P et.al, 2008)

2.3.1.4. Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka

Bila terjadi peningkatan tekana bola mata sebagai akibat menifestasi penyakit lain maka glaukoma ini disebut sebagai glaukoma sekunder. Contoh glaukoma jenis ini adalah:

• Sindroma Pseudoeksfoliasi (Exfoliation Syndrome)

• Galukoma Pigmenter (Pigmentary Glaucoma)

• Glaukoma akibat kelainan lensa • Glaukoma akibat tumor intraokuli • Glaukoma akibat inflamasi intraokuli

(29)

bagian dari kelainan membaran dasarumum. (Skuta, 2009-2010) (Skuta, 2010-2011)

2.3.2. Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma sudut tertutup didefenisikan sebagai aposisi iris perifer terhadap trabekular meshwork dan menghasilkan penurunan aliran akuos humor melalui sudut bilik mata. Mekanisme terjadinya glaukoma sudut tertutup dibagi dalam 2 kategori yaitu :

• Mekanisme yang mendorong iris ke depan dari belakang

• Mekanisme yang menarik iris ke depan dan kontak dengan trabecular meshwork Blok pupil yang terjadi akibat iris yang condong kearah depan sering menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Aliran akuos humor dari posterior ke anterior akan terhalang. Dengan diproduksinya akuos humor terus-menerus sementara tekanan bola mata terus naik, maka akan sekaligus menyebabkan terjadinya pendorongan iris menekan jaringan trabekulum sehingga sudut bilik mata menjadi sempit..

2.3.2.1. Glaukoma Primer Sudut Tertutup dengan Blok Pupil Relatif (Kansky, 2003)

(30)

relatif ini diperkirakan penyebab yang mendasari lebih dari 90 % glaukoma primer sudut tertutup. (Kansky, 2003)

2.3.2.2. Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Timbul ketika tekanan intra okuli meningkat dengan cepat sebagai akibat bendungan yang tiba-tiba dari trabekular meshwork oleh iris. Khasnya terjadi nyeri mata, sakit kepala, kabur, halo, mual, muntah, karena tingginya TIO menyebabkan edema epitel. (Kansky, 2003)

2.3.2.3. Glaukoma Sudut Tertutp Subakut (Intermiten)

Glaukoma sudut tertutup akut yang berulang dengan gejala ringan dan sering didahului dengan peningkatan tekanan intra okuli. Gejala yang timbul dapat hilang secara spontan, terutama pada waktu tidur karena dapat menginduksi miosis. (Kansky, 2003)

2.3.2.4. Glaukoma Sudut Tertutup Kronik

Tekanan intra okuli meningkat disebabkan bentuk ruang anterior yang bervariasi dan menjadi tertutup secara permanen oleh sinekia posterior. Penyakit ini cenderung terdiagnosa pada stadium akhir, sehingga menjadi penyebab kebutaan terbanyak di Asia Tenggara. (Kansky, 2003)

2.3.2.5. Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup dengan Blok Pupil

(31)

dari posisi anatomisnya), blok pupil juga dapat terjadi pada mata afakia dan pseudofakia. (Kansky, 2003)

2.3.2.6. Glaukoma Sudut Tertutup tanpa Blok Pupil

Glaukoma Sekunder ini dapat terjadi oleh karena 1 dari 2 mekanisme berikut:

1. Kontraksi dari inflamasi, perdarahan, membran pembuluh darah, band, atau eksudat pada sudut yang menyebabkan perifer anterior sinekia (PAS).

2. Perubahan tempat ke depan dari diafragma lensa-iris, sering disertai pembengkakan dan rotasi ke depan badan siliar.

Yang termasuk glaukoma ini seperti glaukoma neovaskular, sindrom iridokorneal endothelial (ICE), tumor, inflamasi, aquos misdirection, dan lain-lain..

2.3.2.7. Sindrom Plateau

(Skuta, 2007)

Gambarannya sebagai suatu konfigurasi yang tidak khas dari sudut kamera okuli anterior sebagai akibat dari glaukoma akut dan kronik. Glaukoma sudut tertutup primer dengan atau tanpa komponen blok pupil, tetapi lebih sering terjadi blok pupil. (Kansky, 2003)

2.3.3. Glaukoma pada Anak

(32)

kelainan perkembangan sudut bilik depan yang menghambat aliran akuos humor. (Kansky, 2003)

Patofisiologi terjadinya ada dua, yang pertama bahwa ketidaknormalan membran atau sel pada trabekular meshwork adalah mekanisme patologik primer, yang kedua adalah anomali segmen luas, termasuk insersi abnormal muskulus siliaris. (Kansky, 2003)

2.3.3.1. Glaukoma Kongenital Primer

Glaukoma primer yang dijumpai pada saat baru lahir hingga usia 1 tahun. (Kansky, 2003)

2.3.3.2. Glaukoma disertai dengan Kelainan Kongenital

Disertai dengan penyakit mata (misalnya disgenesis segmen anterior, aniridia) juga dengan penyakit sistemik (rubella, sindrom Lowe).

2.3.3.3. Glaukoma Sekunder pada bayi dan anak

Sebagai contoh glaukoma sekunder akibat retinoblastoma atau trauma. (Skuta, 2009-2010)

2.4. Evaluasi Klinis Nervus Optikus

(33)

dilihat langsung dengan oftalmoskopi. Lapisan ini diperdarahi oleh arteri retina sentral. Lapisan kedua atau prelaminar region secara klinis dapat dievaluasi adalah area sentral papil optik. Daerah ini diperdarahi oleh arteri siliaris posterior. Pada nervus optikus dapat diperiksa dengan oftalmoskop direk, oftalmoskop indirek atau slit lamp yang menggunakan posterior pole lens. (Skuta, 2009-2010) (Skuta, 2010-2011)

Kepala nervus optikus atau diskus optik, biasanya bulat atau sedikit oval dan mempunyai suatu cup sentral. Jaringan antara cup dan pinggir diskus disebut neural rim atau neuroretinal rim. Pada orang normal, rim ini mempunyai kedalaman yang relatif seragam dan warna yang bervariasi dari oranye sampai merah muda. Ukuran cup fisiologis dapat sedikit meningkat sesuai umur. Orang kulit hitam yang bukan glaukoma rata-rata mempunyai diskus yang lebih lebar dan cup-disc ratio lebih besar disbanding emetropia dan hyperopia. CDR saja tidak adekuat menentukan bahwa diskus optik mengalami kerusakan glaucomatous. (Skuta, 2010-2011)

(34)

2.5. Penatalaksanaan

Pengobatan terhadap glaukoma adalah dengan cara medikamentosa dan operasi. Obat-obat anti glaukoma meliputi:

Prostaglandin analog-hypotensive lipids

Beta adrenergic antagonist (nonselektif dan selektif)

• Parasimpatomimetik (miotic) agents, termasuk cholinergic dan anticholinergic agents.

Carbinic anhydrase inhibitor (oral, topikal)

• Adrenergic agonists (non selektif dan selektif alpha 2 agonist) • Kombinasi obat Hyperosmotics agents.

Tindakan operasi untuk glaukoma: • Untuk glaukoma sudut terbuka

- Laser trabekuloplasti - Trabekulektomi

- Full-thickness Sclerectomy

- Kombinasi bedah katarak dan filtrasi Untuk glaukoma sudut tertutup

- Laser iridektomi

- Laser gonioplasti atau iridoplasti perifer

Prosedur lain untuk menurunkan tekanan intraokuli - Pemasangan shunt

(35)

- Siklodialisis - Viskokanalostomi

Untuk glaukoma kongenital - Goniotomi dan trabekulotomi

2.6. Patogenesis

Penyebab pasti glaukoma sudut terbuka belum pasti diketahui. Peningkatan TIO pada POAG disebabkan karena peningkatan tahanan aliran pada trabekular meshwork dimana dengan pertambahan usia terjadi proses degenerasi dan sklerosia/iskemik di trabkuler meshwork. Sedangkan pada glaukoma sudut tertutup primer (PACG) terjadi karena mekanisme terdorongnya iris ke belakang menyentuh trabekular meshwork menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris ferifer. (Skuta, 2010-2011)

2.7. Menilai Kualitas Hidup

(36)

dan hal inilah yang menyebabkan instrumen penilaian kualitas hidup masih terus mengalami modifikasi. (Mengione CM, Pitts J, et.al., 1998)

Pada individu yang biasa hidup mandiri maka perubahan fungsi penglihatan yang kecil saja akan menimbulkan keluhan dan mempengaruhi kualitas hidupnya. Sebaliknya individu yang dalam hidupnya selaku dekat dengan pertolongan orang lain, perubahan fungsi penglihatan kecil mungkin belum memberikan pengaruh apa-apa terhadap individu tersebut. Oleh karena itu indikator klinis harus diterjemahkan dalam bentuk keluhan sesuai aktivitas sehari-hari agar seseorang menyadari perubahan kualitas hidup yang terjadi pada dirinya. (Mengione CM, Pitts J, et.al., 1998) (Clemons TE, Chew EY, Bressler SB et al, 2003)

2.8. Kualitas Hidup Berhubungan dengan Kesehatan Umum

Untuk menilai kualits hidup yang berhubungan dengan kesehatan secara umum dapat menggunakan instrument kuesioner sebagai berikut :

The Sicness Impact Profile (SIP)

Kuesioner ini dikembangkan untuk melihat pengaruh suatu penyakit atau tindakan operasi terhadap perubahan perilaku seseorang. Kuesioner ini dapat menyajikan penilaian dasar terhadap fungsi kesehatan seseorang secara umum.

(37)

SF 36 mengandung variasi pernyataan yang dikelompokkan menjadi 8 subskala. SF 36 menilai status fisik dan mental serta pengaruhnya pada kemampuan melakukan fungsi kehidupan sehari-hari. Kuesioner ini mempunyai korelasi yang lemah dengan ketajaman penglihatan dan gangguan lapang pandang sehingga kurang cocok untuk diaplikasikan pada penderita glaucoma. MOS 20 adalah bentuk yang lebih singkat dari SF36. (Spacth G,Walt J, Keener J., 2006) (Svern P, Scott F, Finch T, May C., 2008).

2.9. Kualitas Hidup Berhubungan dengan Penglihatan

Instrumen kuesioner yang dikembangkan khusus untuk menilai kualitas hidup berhubungan dengan penglihatan adalah sebagai berikut : (Spacth G., et.al, 2006)

Activities Daily Vision Scale (ADVS)

ADVS merupakan kuesioner pertama yang dikembangkan untuk menilai kualitas hidup berhubungan dengan penglihatan.

• VF-14

(38)

hasil yang didapat bersesuaian dengan kehilangan lapang pandang yang diderita, namun saat dibandingkan dengan kontrol orang normal secara statistik kurang signifikan.

Visual Activities Questionnaire (VAQ)

Kuesioner ini berisi 33 pertanyaan dalam 10 aspek penglihatan yang juga meliputi penglihatan perifer, sensitivitas kontras, tajam penglihatan, pengaruh glare, iluminasi pencahayaan rendah dan adaptasi terang gelap. VAQ cukup baik berkorelasi dengan lapang pandang. Konsistensi internal dan test-retest reproducibility cukup baik pada penderita katarak. Salah satu kelebihan VAQ adalah skoring untuk pertanyaan perifer berkorelasi baik dengan defek lapang pandang perifer.

National Eye Institute Visual Function Questionnaire (NEI-VFQ) Kuesioner ini terdiri dari 51 buah pertanyaan untuk mengevaluasi fungsi kehidupan sehari-hari yang bergantung kepada penglihatan serta kualitas hidup yang dipengaruhi berbagai macam keadaan mata. Hasil penilaiannya menunjukkan korelasi yang baik dengan variabel klinis. NEI-VFQ telah digunakan untuk menilai pengaruh berbagai kondisi yang menyebabkan penurunan penglihatan terhadap kualitas hidup.

(39)

fungsi sosial, kesehatan mental, kesulitan berperan dalam masyarakat, ketergantungan, berkendaraan, penglihatan warna, penglihatan perifer.

2.10. Kualitas Hidup Berhubungan dengan Glaukoma

Untuk mengevaluasi kualitas hidup pada penderita glaukoma dapat menggunakan instrumen kuesioner khusus yang dirancang untuk glaukoma, kuesioner itu antara lain : (Spacth G,Walt J, Keener J., 2006) (Svern P, Scott F, Finch T, May C., 2008) (Lee BL, Guetierrez P, Gordon M et.al., 1998)

Glaucoma Symptom Scale

Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan seputar apa yang dialami sehari-hari oleh penderta glaukoma. Pertanyaan terbagi atas 2 bagian yaitu seputar, keluhan visual dan nonvisual.

The Glaukoma Quality of Life 15 Questionnaire

(40)

2.11. Kerangka Konsepsional

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang diteliti. Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan dari tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :

Variable Indenpenden Variabel Dependen

2.12. Definisi Operasional

1. Subjek penelitian adalah penderita glaukoma dengan POAG dan PACG.

2. Penderita glaukoma dalam penelitian ini adalah pasien yang telah menderita glaukoma jenia PACG dan POAG yang telah menjalankan terapi medika mentosa minimal 1 bulan.

3. Instrument kuesioner dalam penelitian ini adalah modifikasi nasional eye institute visual function questionnaire.

4. Tajam penglihatan adalah visus terbaik pasien diukur dengan Snellen Chart pada mata dengan glaukoma

- Lama penyakit diderita - Lama pemakaian obat - Usia

(41)

5. Lama penyakit yang diderita adalah periode waktu sejak pasien didiagnosis menderita glaukoma hingga saat pasien di sertakan dalam penelitian.

6. Terapi medika mentosa adalah obat-obatan yang dipakai subyek penelitian untuk menurunkan tekanan bola mata

7. Penderita glaukoma unilateral adalah penderita glaukoma pada satu mata

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional dengan metode kuesioner. Penelitian dilakukan oleh seorang residen dibawah pengawasan konsulen divisi glaukoma.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan didevisi glaukoma Rumah Sakit H. Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Pirngadi Medan.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah penderita glaukoma unilateral dan bilateral yang datang berobat ke poli mata Rumah Sakit H. Adam Malik dan Rumah Sakit Pirngadi Medan.

3.4. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan

n ≥ {Z (0.5-α/2) √Po(1-po) + Z(0.5-p) √Pa(1-Pa)} (Po-Pa)

2

Dimana :

2

(43)

Po – Po = beda proporsi Glaukoma yang bermakna, ditetapkan sebesar = 0,25

Pa = perkiraan proporsi glaukoma yang diteliti = 0,45

Maka besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar 41.

3.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi :

1. Penderita glaukoma yang datang ke poli glaukoma Rumah Sakit H. Adam Malik dan Rumah Sakit Pirngadi Medan.

2. Visus terbaik pada mata yang menderita glaukoma saat dilakukan penelitian lebih buruk dari 6/18.

3. Pasien telah terdiagnosa glaukoma berdasarkan pemeriksaan oftalmologi menderita POAG atau PACG pada satu atau dua mata 4. Bersedia mengikuti penelitian secara sukarela dan menjawab

semua pertanyaan dalam kuesioner. Kriteria Eksklusi

1. Kelainan segmen anterior dan segmen posterior yang bukan berhubungan dengan penyakit glaukoma

2. Pasien yang menderita glaukoma sekunder

3.6. Bahan dan Alat

(44)

2. Kertas 3. Pulpen 4. Pensil

5. 1 unit komputer untuk menyimpan dalam menganalisa data

3.7. Pengumpulan Data

Variabel yang dicatat meliputi : 1. Identitas subjek penelitian

2. Riwayat penyakit yang diderita meliputi lamanya, jenis glaukoma, hasil pemeriksaan opthalmology, terapi obat-obatan yang didapatkan dan terapi bedah yang pernah dilakukan (bila ada)

3. Jawaban kuesioner penelitian dari tiap-tiap pertanyaan.

3.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data.

3.9. Personalisasi Penelitian Peneliti : Mila Karmila

3.10. Pertimbangan Etika

(45)

oleh rapat komite etika PPKRM Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.11. Biaya Penelitian

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Jumlah Sampel dan Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan April sampai dengan bulan Agustus 2013 bertempat di Poli Glaukoma RSUP Haji Adam Malik dan RSUD Pirngadi Medan. Perhitungan sampel pada persiapan penelitian menargetkan untuk mengambil sampel responden pasien yang berkunjung untuk kontrol di poli glaukoma.

Responden tersebut kemudian dilakukan pendataan awal untuk mengetahui karakteristik reponden menurut jenis kelamin, usia, lama penyakit, banyak obat yang dipakai, dan kemudian masing-masing dikelompokkan.

Tabel 4.1. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N %

Pria 12 30.0

Wanita 28 70.0

Jumlah 40 100.0

(47)

Tabel 4.2. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Umur

Umur N %

≤ 40 tahun 8 20.0

41-60 tahun 25 62.5

≥ 60 tahun 7 17.5

Jumlah 40 100

Usia dari tiap-tiap responden bervariasi dengan usia minimal 19 tahun dan usia maksimal 61 tahun keatas. Dari tabel II menunjukkan usia penderita glaukoma terbanyak dijumpai pada kelompok usia 41-60 tahun sebanyak 25 orang (62,5%).

Tabel 4.3. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Lama Penyakit

Lama Penyakit N %

1 tahun 2 5

2 tahun 28 70

3 tahun 10 25

Jumlah 40 100

(48)

Tabel 4.4. Distribusi Penderita Glaukoma dengan Banyak Obat

Banyak obat N %

Timolol 23 57.5

Timolol + Glaukon 17 42.5

Jumlah 40 100

Dari tabel IV menunjukkan jenis obat terbanyak Timolol (57,5%) sebagai terapi medikamentosa.

4.2. Gejala Subyektif Glaukoma

Gejala yang dirasakan responden sangat bervariasi namun demikian peneliti merangkum dengan acuan pada glaukoma symptom scale meliputi : rasa pegal pada mata, mata sering berair, mata terasa kering, mata seperti gatal, mata cepat lelah, pandangan kabur/redup, perasaan benda asing pada mata, sulit melihat disiang hari, sulit melihat ditempat gelap, melihat bayangan pelangi pada lampu.

Beberapa responden mengeluh gejala lebih dari 1 macam dan gejala yang paling dominan membuat responden berkunjung berobat ke poli mata.

(49)

4. 3. Uji Statistik Skor Kualitas Hidup

Hasil uji Anova menunjukkan ada perbedaan rerata skor kualitas hidup antara kelompok usia. Terlihat bahwa pada kelompok umur di bawah 40 tahun, lebih tinggi skor kualitas hidup, dan kelompok di atas 41 tahun lebih rendah.

Tabel 4.5. Hubungan Skor Kualitas Hidup dengan Usia

Umur Skor kualitas hidup P

N X±SD

≤ 40 tahun 8 76.325 ± 2.268 0.011

41-60 tahun 25 74.696 ± 7.926

≥ 60 tahun 7 65.157 ± 9.634

Jumlah 40

Tabel 4.6. Hubungan Skor Kualitas Hidup dengan Lama Penyakit

Lama penyakit Skor Kualitas Hidup P

N X± SD

1 tahun 2 75.00 ± 0.000 0.001*

2 tahun 28 77.896 ± 2.473

3 tahun 10 60.3 ± 5.1001

Jumlah 40

(50)

Tabel 4.7. Hubungan Skor Kualitas Hidup dengan Obat

Obat

Skor kualitas hidup

P

N X± SD

Timolol 23 7.435 ± 2.5114 0.001*

Timolol + glaukon 17 67.829 ± 10.1425

(51)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Analisa Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat kuesioner Nasional Eye Institute Visual Function Questionation 25 (NEI-FVQ25) yaitu derifat dari kuesioner NEI-VFQ pertama yang telah dipersingkat jumlah pertanyaan untuk melakukan penelitian kualitas hidup. Versi perdana dari kuesioner tersebut berjumlah 29 pertanyaan, sementara versi kedua juga mengadaptasikan beberapa topik pertanyaan dari glaucoma symptom scale questionnaire untuk mengevaluasi gejala klinis dan faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan derajat glaucoma. Hal ini serupa dengan Mckean-Cowdin et al yang melakukan penelitian kualitas hidup menggunakan NEI-FVQ25 namun Mckean Cowdin et al mengadaptasi juga SF-12 dalam risetnya. (Knutson et.al, 2005)

(52)

berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita glaukoma. (Sherwood MB, Slekavizza AG, Meltzer Mlet al)

Dalam penelitian ini usia mempunyai kemaknaan yang berarti dengan persentase bahwa usia 41-60 tahun (62,5%). Mckean-Cowdin et al mendapatkan hal yang sama usia mempunyai pengaruh yang signifikan. (Mc Kean, Cowdin R. Hays RD et.al)

Gillerpie et al mengatakan bahwa usia merupakan faktor resiko terhadap menurunnya lapang pandang (Nutheti R, Shamanna BR, Nirmalan PK et al. 2006). Skuta et al mengatakan bahwa peningkatkan resiko terjadi glaukoma sebesar 22 % sebanding dengan peningkatan perdekade usia.

Lama penyakit akan memberikan resiko terhadap progresitas glaukoma, hal ini berhubungan dengan kerusakan yang terjadi pada neuroretinal rim (Skuta, 2009-2010) (Gillespie BW, Musch DC, Guire KE, 2003).

Heij et al dalam penelitiannya tentang progresifitas penyakit glaukoma, bahwa TIO dan lamanya penyakit yang diderita memegang peranan penting dalam progresifitas glaukoma. (Heii A, Leske MC, Bengtsson B, Hyman L et.al, 2002)

(53)

5.2. Analisa Mengenai Gejala Glaukoma

Gejala merupakan kumpulan keluhan subyektif yang berhubungan dengan keadaan klinis pasien. Dalam penelitian ini mengambil istilah yang seringkali dikeluhkan pasien dari kuesioner Glaucoma Symptom Scale (GSS). Hasil keluhan penglihatan kabur adalah yang terbanyak membawa pasien berkunjung ke dokter spesialis mata. Kuesioner GSS dapat berkorelasi baik dengan NEI-VFQ, Lee et al mengemukakan hubungan korelasi baik (Knutson et.al., 2005) (Lee BL, Guetierrez P, Gordon M et.al., 1998)

5.3. Analisa Kuesioner NEI-VFQ25

NEI-VFQ 25 hingga saat ini masih menjadi standar dalam mengevaluasi kualitas hidup individu dengan gangguan penglihatan, terlebih lagi banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa NEI-VFQ cukup baik untuk menilai kualitas hidup pasien glaukoma. Kelebihan lain tentang kuesioner ini adalah dapat dipakai dengan jumlah sampel yang relatif kecil di bandingkan dengan kuesioner lainnya.

(54)

Pertanyaan mengenai perifer merupakan yang spesifik dipunyai oleh model kuesioner NEI-VFQ ini. Nilai skor yang dianggap cukup baik untuk topik ini berkisar 75 hingga 100. Walaupun hanya terdiri dari 2 pertanyaan yaitu menanyakan kemampuan pasien untuk menyadari adanya objek atau orang disamping pasien saat mereka sedang berjalan. Kehilangan lapang pandang perifer akan menurunkan kemampuan pasien akan beresiko untuk berjalan menabrak-nabrak sesuatu. Jawaban dari penelitian ini tidak mengalami kesulitan (Gillespie BW, Musch DC, Guire KE., Freeman EE. et.al., 2008).

5.4. Analisa Skor Kualitas Hidup

Usia adalah faktor yang memberikan kemaknaan signifikan dalam hubungan terhadap skor kualitas hidup pada penelitian ini p<0,005. Hal ini dinyatakan oleh MCkean-Cowdin et al dan Nutheti et al.,Hyman et al menyatakan usia memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup (Gillespie BW, Musch DC, Guire KE (2003) (Nurheti R, Shamanna BR, Nirmalan PK et.al., 2006) (Viswanathan AC, McNaught Al., 1999)

Jumlah pemakai obat dilihat hubunganya terhadap kualitas hidup, hasilnya terlihat kemaknaan yang cukup berarti secara statistik. Ada perbedaan signifikan antara pemberian obat jenis pertama dengan obat jenis kedua p<0,001.

(55)
(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1. Kesimpulan

1. Secara umum pasien yang berobat kepoli mata mempunyai kualitas hidup berbeda, meliputi aspek kesehatan penglihatan, pengaruh nyeri pada mata, penglihatan dekat, penglihatan jauh, penglihatan warna dan penglihatan perifer.

2. Usia, lama penyakit, banyak obat yang dipakai berhubungan bermakna dengan skor kualitas hidup. Gejala yang sering membuat penderita berkunjung ke poli mata adalah penglihatan yang dirasakan kabur dan buram,perasaan benda asing dimata,mata cepat lelah,rasa menyengat disekitar mata.

6. 2. Saran

(57)

2. Nyeri pada mata akibat TIO yang meningkat ,maka dengan pemilihan obat yang berdaya kerja kuat untuk menurunkan TIO, atau dengan pemilihan tindakan operatif yang efektif dengan memperhatikan kejenuhan dan kebosanan dan keputusasaan pasien dalam pemakaian obat.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Angka Kebutaan di Indonesia masih tertinggi di Asia tenggara:

Clemons TE, Chew EY, Bressler SB et al. National eye institute visual function questionnaire in age related eye disease. Arch Ophthalmil 2003;121: 211-217.

Freeman EE, Munoz B, West SK, Jampel HD, friedman DS. Glaukoma and quality of life: the Salisbury eye evaluation. Ophthalmology 2008; 115: 233-8.

Gillespie BW, Musch DC, Guire KE. The study: baseline visual field and test-retest variability. Invest Ophthalmol Vis Sci 2003; 44: 2613-20 Heii A, Leske MC, Bengtsson B, Hyman L et al. reduction of Intraocular

Pressure and Glaukoma Progression. Arch Opthhalmol 2002; 120:1268-79.

Kansky J.J, Clinical Ophthalmologym A Systemic Approach, fifth edition, Oxford, 2003, p. 193-269.

Knutson MD, K-lein BEK, Klein R, Cruckshank, Lee KE. Age related eye disease, quality of life, and functional activity. Arch Opthhalmol 2005; 123: 807-14.

Lee BL, Guetierrez P, Gordon M et al. The Glaukoma symptom scale. Arch Ophthalmol 1998;861-6.

Mc Kean, Cowdin R, Hays RD et al, Severity of Visual Field Logs and Health- Related Quality of Life.

Mengione CM, Lee PP, Pitts J et al. Psychometric properties of the national eye institute visual function questionnaire (NEI-VFQ). Arch Ophthalmol 1998; 16: 1496-1504.

Nirmala PK. Katz j et al. Relationship beet ween vision impairement and eye disease to vision. Specific Quality of Life and Function in Rural India.

(59)

Octavianus Mangunsong, Kualitas Hidup Glaukoma Tahap Modern dan Tahap Lanjutan.

Sherwood MB, Slekavizza AG, Meltzer Mlet al, Glaucoma Impact on Qualiti of Life and its Relation to Clinical Indicator.

Skuta GL. Cantor L.B Weiss Js, 2010, Basic and Clinical Science Course Glaukoma.

Skuta. Glaukoma, Section 10. Basic and Clnical Science Course. 2009-2010 San Fransisco. American Academy Opthalmology.

Skuta. Glaukoma. Section 10 Basic and Clinical Science Course. 2010-2011. San Fransisco. American Academy Ophthalmology.

Sloan F, Brown D, Carlisle ES, Ostermann J, Lee PP. Estimates of incidences rates with longitudinal claims data. Arch Ophthalmol 2003;121:1462-8.

Spacth G, Walt J, Keener J. Evaluation of Quality of Life for patienst with glaukoma. Am J Opthhalmol 2006; 141 :s 3-14.

Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Introduction and Classification of the glaukomas. In : Becker-Shaffer’s Diagnosis and therapy of the glaukomas. 7th ed. St. Louis: Mosby publisher, 1999; p.2-9.

Svern P, Scott F, Finch T, May C. Which quality of life score is best for glaukoma patients and why? BMC Ophthalmol 2008; 8:2.

U.S Preventive Service Task Force. Screening for Glaukoma: Recommendation statement. Ann Fam Med 2005;3:171-2.

(60)
(61)

Lampiran 1

Lembaran penjelasan kepada calon subjek penelitian

Selamat pagi/siang Bapak/Ibu,pada hari ini ,saya dr.Mila Karmila akan melakukan penelitian yang berjudul KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA DI RSUP H.ADAM MALIK DAN RSUP PIRNGADI MEDAN TAHUN 2013.Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diharuskan mengisi surat persetujuan ,mengikuti wawancara,mengisi lembaran kuesioner,pemeriksaan tonometri dan pemeriksaan fundus copy.

Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh peneliti dan tidak dibebankan pada pasien.Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya:

Nama : dr Mila Karmila

Alamat : Jln murai gang iklas no 58 Hp : 085261687268

(62)

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( INFORMED CONCERN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………

Alamat :………

Umur :……… Tahun, Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan

tentang kebaikan dan keburukan prosedur penelitian ini,saya menyatakan bersedia

Demikian surat pertujuan bersedia ikut dalampenelitian ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

ikut serta dalam penelitian KUALITAS HIDUP PENDERITA GLAUKOMA di RSUP H.ADAM MALIK dan RSUP Pirngadi Medan Tahun 2013.Apabila sewaktu- waktu saya mengundurkan diri dari penelitian ini,kepala saya tidak dituntut apapun.

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian

Medan,……….2013

(63)

STATUS PASIEN GLAUKOMA

2.Riwayat penyakit Sekarang :

3.Riwayat penyakit Dahulu :

4.Riwayat Pemakain kaca Mata : 5.Riwayat Keluarga Menderita Glaukoma :

6.Riwayat pemakain obat :

3.Pemeriksaan Mata :

3. Pemeriksaan Oftalmologi

Visus :

Palpebra superior :

Palpebra inferior :

Konjungtiva tarsal superior :

Konjungtiva tarsal inferior :

Konjungtiva Bulbi :

(64)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mila Karmila

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 10 Maret 1975 Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : S1 Kedokteran

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat Lengkap : Jl. Murai Gg. Ikhlas No. 58 Sei Sikambing No. Telp/HP : 085261687258

Menerangkan dengan sesungguhnya :

PENDIDIKAN FORMAL

1. Lulusan : SD Negeri 4 Bireuen Tahun 1982 s/d 1988 berijazah 2. Lulusan : SLTP Negeri 1 Bireuen Tahun 1988 s/d 1991 berijazah 3. Lulusan : SMU Methodist Pematang Siantar Tahun 1991 s/d 1994

Berijazah

4. Lulusan : S1 Kedokteran Universitas Syah Kuala Banda Aceh Tahun 1994 s/d 2003

Demikianlah Daftar Riwayat Hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2013 Hormat Saya,

(65)
(66)

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Distribusi Penderita Glaukoma berdasarkan Umur
Tabel 4.4. Distribusi Penderita Glaukoma dengan Banyak Obat
Tabel 4.7. Hubungan Skor Kualitas Hidup dengan Obat

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh pasien malaria yang mendapatkan terapi malaria tanpa komplikasi, yaitu pasien yang mendapatkan obat antimalaria golongan artemisin atau non- artemisin yang diberikan

Kemoterapi yang diterima pasien stadium lanjut ini merupakan terapi paliatif (Concus, et al, 2008). Peneliti berpendapat bahwa kemungkinan pasien ini hanya mendapatkan kemoterapi

Peningkatan tersebut juga didukung oleh The Italian Society for Pediatric Infectious Diseases , yang dalam penelitiannya mendapati bahwa terjadi peningkatan jumlah

Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosis tulang belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik, namun pada kasus – kasus tertentu diperlukan tindakan operatif

Puji syukur yang tak terhinggapenulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk

Untuk mengetahui tekanan intra okuli rata-rata penderita.

Preffered Practise Pattern for Primary Open Angle - Glaucoma Suspect.. American Academy

Puji syukur yang tak terhinggapenulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk