1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang (Zuwanda dan Raka, 2013). Penyakit ini merupakan suatu bentuk penyakit yang merusak dari tuberkulosis (Hefti, 2007; Ravindra dan Dilip, 2011).
Spondilitis tuberkulosis dikenal dalam beberapa nama, yaitu : tuberkulosis tulang belakang/spinal tuberculosis, penyakit Pott’s/Pott’s disease, Pott’s paraplegia (Ravindra dan Dilip, 2011), Pott’s penyakit pada tulang belakang/
Pott’s disease of the spine, osteomielitis tulang belakang tuberkulosis/
tuberculous vertebral osteomyelitis (Vitriana, 2002).
Menurut Vitriana (2002), terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini. Separuh dari pasien penderita tuberkulosis tulang mengidap penyakit spondilitis tuberkulosis (Ravindra dan Dilip, 2011).
Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosis merupakan istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3-5 tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak (Vitriana, 2002).
Menurut Ravindra dan Dilip (2011), insidensi dan prevalensi pasti dari spondilitis tuberkulosis tidak dapat diketahui secara pasti pada setiap negara. Insidensi spondilitis tuberkulosis meningkat pada negara-negara berkembang dan pada negara dengan kerawanan yang tinggi akan
tuberkulosis paru. Wabah infeksi human immunodeficiency virus (HIV) menyebabkan kebangkitan segala bentuk dari infeksi tuberkulosis. Diperlukan peningkatan pengawasan terhadap penyakit spondilitis tuberkulosis.
2
berbatasan dengan tulang belakang, keruntuhan elemen-elemen spinal, pengerasan pada bagian anterior yang akan menyebabkan kifosis dan pembentukan gibus.
Menurut Ravindra dan Dilip (2011), gejala-gejala umum yang dikeluhkan oleh penderita spondilitis tuberkulosis adalah gejala-gejala konstitusional, nyeri pinggang, perlembekan tulang belakang, paraplegi, dan kecacatan tulang belakang.
Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosis tulang belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik, namun pada kasus – kasus tertentu diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan dengan baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif (Vitriana, 2002).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah berapakah prevalensi spondilitis tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui prevalensi spondilitis tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui secara tidak langung mengenai gambaran pelayanan tuberkulosis paru.
3
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan, khususnya di RSUP H. Adam Malik, mengenai prevalensi spondilitis tuberkulosis di RSUP H.
Adam Malik Medan pada tahun 2014.
b. Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca tentang spondilitis tuberkulosis.
c. Sebagai bahan acuan dan pedoman bagi peneliti lain untuk meneruskan penelitian sejenis.