• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

DANA KARYA BAKTI

NIM: 101070023010

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

DANA KARYA BAKTI

NIM: 101070023010

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

(3)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikologi

Oleh:

DANA KARYA BAKTI

NIM: 101070023010

Di bawah bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. Ikhwan Luthfi, M.Psi

NIDN: 03-1505-4701 NIP: 197307102005011006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

(4)

KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 21 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 130 885 522 NIP. 19561 223 198303 2 001

Anggota :

Penguji I Penguji II

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. NIP. 19561 223 198303 2 001 NIDN. 031 505 4701

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. Ikhwan Luthfi, M.Psi

NIDN. 03-1505-4701 NIP: 197307102005011006

(5)

Nama : Dana Karya Bakti

Nim : 101070023010

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Hubungan Antara

Persepsi Tentang Lingkungan Belanja Dengan Kecenderungan Perilaku

Belanja Konsumen Minimarket Sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat. Ada pun

kutipan-kutipan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber

pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan

undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau

jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 21 April 2010

Dana Karya Bakti 101070023010

(6)

” A d a d i sa a t tid a k a d a

Tid a k a d a d i sa a t a d a ”

“Jika pembeli adalah Raja, maka Raja wajib menyejahterakan

rakyatnya!”

Persembahan: Untuk ayahanda dan ibunda yang selalu memberikan yang terbaik Untuk semua buah hatinya

Kami sayang kalian..

(7)

(A) Fakultas Psikologi

(B) Mei 2010

(C) Dana Karya Bakti

(D) HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN

BELANJA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BELANJA KONSUMEN MINIMARKET SEKITAR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(E) xv + 57 halaman

(F) Dalam riset ACNielsen disebutkan bahwa sebanyak 85 persen

konsumen berbelanja secara impulsif. Dalam artian, keinginan membeli timbul akibat rangsangan atau gerak hati yang muncul secara tiba-tiba setelah melihat barang yang dipamerkan tanpa pertimbangan masak. Sebagian besar pedagang berusaha memperhatikan bagaimana respon konsumen terhadap toko yang mereka kelola, apakah bisa memperoleh respon konsumen yang baik atau apakah yang harus dilakukan apabila respon konsumen kurang baik (Danes J. Negara, 2003). Para pemilik usaha ritel setidaknya harus selalu siaga agar tak tersingkir dalam persaingan ini, terutama usaha ritel yang berbentuk minimarket. Karena itu mereka perlu memperhatikan lingkungan belanja di sekitar tempat usaha mereka. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di minimarket sekitar UIN Syarif Hidayatullah jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket khususnya yang berada di sekitar kampus UIN Jakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Penelitian ini di lakukan di dua minmarket di sekitar UIN Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 untuk sampel tryout dan penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling, dengan tekhnik incidental sampling technique,yaitu cara pengambilan responden konsumen yang berbelanja dan yang

(8)

Dari uji validitas menunjukkan jumlah item yang valid untuk skala persepsi tentang lingkungan belanja sebanyak 26 item dan 4 item yang tidak valid. Uji reliabilitas skala persepsi tentang lingkungan belanja dengan AlphaCronbach yaitu 0,8510. Sedangkan, jumlah item yang valid untuk skala perilaku belanja sebanyak 37 item dan 5 item yang tidak valid. Uji reliabilitas skala perlaku belanja dengan AlphaCronbach

yaitu 0,9186.

Hasil penghitungan uji korelasi dengan menggunakan teknik Pearson’s

product-moment dihasilkan nilai koefisien korelasi antara Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dengan Perilaku Belanja adalah sebesar 0,689. Sementara nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N 60 adalah sebesar (0,254). Karena nilai r hitung yang didapat (0,689) > nilai r tabel (Sig. 5% ; N 60 = 0.254) dengan demikian hipotesis alternatif (H1)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dengan Perilaku Belanja diterima, yang berarti bahwa semakin positif persepsi konsumen terhadap lingkungan belanja, maka semakin tinggi kecenderungan perilaku belanja konsumen tersebut.

Pada penelitian ini penulis memiliki keterbatasn karena hanya

menggunakan variabel persepsi terhadap lingkungan belanja, padahal masih banyak hal yang berpengaruh dan berhubungan dengan individu dalam menentukan kecenderungan berbelanja, seperti budaya, kelas sosial keluarga dan situasi. Karena itu dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor tersebut.

(G) Bahan Bacaan: 33 (1986-2009)

(9)

salam penulis sampaikan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini tak

mungkin bisa terselesaikan tanpa bantuan pihak-pihak terkait, karenanya

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Jahja Umar, P.hD dan pembimbing

akademik, bapak Choliludin, M.Ag yang telah membimbing penulis

selama kuliah.

2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi dan Bapak Ikhwan Luthfi, M.Si

selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan dan

memberikan masukan kepada penulis.

3. Seluruh jajaran dosen Fakultas Psikologi beserta staf administrasi

yang telah mengajar dan membantu penulis.

4. Bapak dan Mama tersayang yang selalu berdo’a, yang selalu

mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya, dan selalu sabar

menanti penulis lulus.

(10)

angkatan 2001.

7. Sahabat – sahabt PMII Komisariat Fakultas Psikologi (KOMFAPSI).

Dodo, Agus, Ulil, Imron, Budi, Adi, Agung, Wahyu, Rizky, Juju, Cat,

Ega, Gartika, Surya, Nobel, Andrew, Fahmi, Ahfad, Jerry dan

sahabat-sahabat lain yang tidak bisa disebut semua.

8. Semua orang yang telah membantu penulis dan tidak bisa disebutkan

satu persatu. Terima kasih semua.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari ideal dan sempurna

sebagaimana layaknya, baik dari segi bahasa mau pun materi dan pemikiran

yang tertuang di dalamnya. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bisa

berguna bagi perkembangan wawasan dan cakrawala intelektual pembaca.

Amien.

Jakarta, Mei 2010

Penulis

(11)

HALAMAN PENGESAHAN ...

HALAMAN PERNYATAAN ...

MOTTO ...

ABSTRAK ……….

KATA PENGANTAR ………..

DAFTAR ISI ……….

DAFTAR TABEL ……….

DAFTAR GAMBAR ……….

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah …...………..

1.2. Identifikasi Masalah ……...………

1.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah ………. 1.3.2. Perumusan Masalah ……….. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian ……… 1.4.2. Manfaat Penelitian ………...

1.5. Sistematika Pembahasan ………..

BAB 2 KERANGKA TEORI

(12)

2.3. Lingkungan Belanja (Shopping Environment) .…. 2.3.1. Definisi Lingkungan Belanja ……….. 2.4. Persepsi tentang Lingkungan Belanja ……….

2.5. Kerangka Berpikir ……….

2.6. Hipotesa ………..

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 3.1.1 Pendekatan Penelitian ………. 3.1.2 Metode Penelitian ………. 3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional

Penelitian ………

3.2 Pengambilan Sampel ………..

3.2.1. Populasi dan Sampel ………... 3.2.2 Tekhnik pengambilan sampel ...

3.3 Pengumpulan Data ………..

3.3.1 Instrumen Penelitian ……… 3.3.2 Teknik Uji Instrumen ………

3.4 Teknik Analisis Data ……….

3.5 Prosedur Penelitian ……….

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ………

4.1.1. Berdasarkan usia ... 4.1.2. Berdasarkan frekuensi belanja dalam

satu bulan ... 4.1.3. Berdasarkan pekerjaan ... 4.2. Uji Instrumen Penelitian ...

4.2.1. Uji Normalitas ... 4.3. Presentasi Data ……….

4.3.1. Skor Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja ……… 4.3.2. Skor Kecenderungan Perilaku Belanja ... 4.4. Uji Hipotesis ………...

[image:12.612.115.526.109.732.2]
(13)

5.3.1. Saran Teoritis ………. 5.3.2. Saran Praktis ...

55 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel ………

Tabel 3.2

Skor Skala Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dan

Kecenderungan Perilaku Belanja ...

Tabel 3.3

Blue PrintTry Out Persepsi Terhadap Lingkungan belanja ……….

Tabel 3.4

Blue PrintTry Out Kecenderungan Perilaku Belanja ………

Tabel 4.1.

Gambaran subyek berdasarkan usia ...

Tabel 4. 2.

Gambaran subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu Bulan ...

Tabel 4.3.

[image:14.612.116.534.175.669.2]

Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan ...

Tabel 4.4

Tests of Normality Persepsi terhadap Lingkungan Belanja ……….

Tabel 4.5

Tests of Normality Perilaku Belanja ……… 32

37

37

38

43

44

45

47

47

(15)

Kategori Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja ... 48

50

50

52 Tabel 4.8

Skoring Skala Kecenderungan Perilaku Belanja ...

Tabel 4.9

Kategori Kecenderungan perilaku belanja ………

Tabel 4.10

Hasil Penghitungan Uji Korelasi Pearson’s Product Moment ...

[image:15.612.112.546.141.706.2]
(16)

xv

Model dari dampak suasana toko ………

Gambar 1.2

Persentase Sebaran Unit PDN Di Jakarta ……….

Gambar 2.1

Efek Kesesakan di Toko ……….

Gambar 2.2

Model Mehrabian-Russell ……….. 2

4

19

20

28 Gambar 2.3

[image:16.612.111.531.100.717.2]
(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dalam riset ACNielsen disebutkan bahwa sebanyak 85 persen konsumen

berbelanja secara impulsif. Dalam artian, keinginan membeli timbul akibat

rangsangan atau gerak hati yang muncul secara tiba-tiba setelah melihat

barang yang dipamerkan tanpa pertimbangan masak. Perilaku berubah

ketika situasi lingkungan berubah (Engel dkk, 1994). Kadang perubahan ini

tak menentu dan tak dapat diramalkan. Namun, pada kesempatan lain

perubahan tersebut dapat diramalkan melalui penelitian dan dimanfaatkan

dalam strategi pemasaran. Menurut Mehrabian-Russel (1974), semua

keadaan emosional dapat diwakilkan oleh gabungan dari kesenangan

(pleasure), kegairahan (arousal), dan dominasi (dominance).

Perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ini menurut

Mehrabian-Russel (1974) melibatkan kondisi emosional konsumen yang

pada akhirnya menimbulkan perilaku mendekati atau menjauhi. Perilaku

mendekati yaitu gerakan ke dalam toko, menghabiskan waktu dan uang di

toko tersebut, sedangkan perilaku menjauhi adalah gerakan menjauh dari

(18)
[image:18.612.117.532.185.317.2]

Gambar 1.1

Model dari dampak suasana toko:

Stimulus lingkungan

Status emosi : - senang

- bergairah

-men

Respon : Mendekati atau

menjauhi guasai

Diadopsi oleh Mehrabian dan Russel

Barang dagangan, layanan yang diberikan, warna, fasilitas fisik, promosi dan

kenyamanan juga suasana toko adalah bentu-bentuk dari stimuli lingkungan

yang dapat dimodifikasi untuk mempengaruhi perilaku konsumen.

Ketika menentukan untuk membeli sesuatu maka konsumen harus membuat

keputusan membeli dan konsumen akan menunjukkan bagaimana perilaku

membeli mereka. Konsumen membuat keputusan mengenai di toko mana ia

akan belanja untuk memenuhi apa yang diinginkan. Memilih toko atau

membeli sesuatu adalah langkah awal bagi konsumen dalam berhubungan

dengan lingkungan belanja (shopping environment) (Danes J. Negara, 2003).

Pengukuran suasana lingkungan toko, biasanya terjadi setelah melakukan

kunjungan ke toko tersebut dan dalam latar yang bersifat eksternal terhadap

(19)

emosional terhadap suasana di dalam toko tentunya memiliki pengaruh

terhadap keputusan untuk berlangganan pada toko tersebut, walaupun tidak

selalu pada tingkatan yang pasti, efek lingkungan jauh lebih berpengaruh

terhadap perilaku di dalam toko tersebut. Beberapa penulis lainnya (Tauber

1972; Markins, Illis dan Narayana 1976) nampaknya setuju dengan

pengertian suasana toko yang lebih bersifat emosional dan halus ini.

Sebagian besar pedagang berusaha memperhatikan bagaimana respon

konsumen terhadap toko yang mereka kelola, apakah bisa memperoleh

respon konsumen yang baik atau apakah yang harus dilakukan apabila

respon konsumen kurang baik (Danes J. Negara, 2003). Dulu konsumen

hanya mengejar harga murah, sekarang tidak hanya itu saja tetapi

kenyamanan berbelanja pun menjadi daya tarik tersendiri. Dalam rangka

menarik pelanggan dan memberikan kepuasan kepada konsumen maka

banyak berdiri toko-toko yang berbentuk minimarket. Bisnis mini market

melalui jejaring waralaba berkembangbiak sampai pelosok kota kecamatan

kecil. Tumbuh subur bak jamur di musim hujan. (http://www.mail-archive.com/urangawak@yahoogroups.com/msg01534.html).

(20)
[image:20.612.111.516.148.466.2]

Gambar 1.2

Persentase Sebaran Unit Pasar Dalam Negeri (PDN) Di Jakarta

http://disperindag.jakarta.go.id/index.php?action=layanan.listSIUP&KD_JNS_SYARAT=&MODE=KD_JNS_SYARAT

Dalam diagram ini terlihat sebaran unit PDN cukup merata di Jakarta

Minimarket, supermarket, dan hipermarket termasuk dalam kategori pasar

modern. Pengertian pasar modern di sini adalah swalayan di mana

pelayanan dilakukan sendiri oleh konsumen karena toko tidak menyediakan

pramuniaga. Di pasar tradisional, konsumen masih dilayani oleh pemilik.

Pengertian minimarket adalah toko syawalan yang hanya memiliki satu atau

dua mesin register sementara supermarket adalah swalayan besar yang juga

menjual barang-barang segar seperti sayur dan daging dengan jumlah mesin

registernya mencapai tiga ke atas (http://www.sinar-harapan).

Menurut Yongky Suryo keberadaan pasar tradisional dan toko kelontong saat

ini belum terancam eksistensinya. Namun, suatu saat arahnya tetap

mengarah ke pasar modern dimana kaum urban lebih memprioritaskan aspek

(21)

pasar tradisional yang memungkinkan tawar-menawar dan

berdesak-desakan (Sinar Harapan, 22/06/2003).

Di dalam Perpres yang bernomor 112/2007, pemerintah mengatur

pelaksanaan pengaturan pasar. Inti dari pengaturan terdapat lima substansi

yang terdiri atas lokasi (zonasi), kemitraan antara toko modern dengan usaha

kecil, pemberdayaan usaha kecil, pemberdayaan pasar tradisional, dan

masalah perizinan. Perizinan untuk pasar hanya dikeluarkan oleh pemerintah

daerah. Pemerintah daerah harus memiliki rencana tata ruang wilayah

(RTRW) yang mengacu pada Perpres Perpasaran itu. Sehingga, ketika

mengeluarkan perizinan tersebut, pemda harus menyesuaikan dengan

RTRW yang mengacu pada Undang Undang tata ruang dan wilayah.

Sedangkan revisi perpres tentang DNI mengenai daftar bidang usaha yang

tertutup dan terbuka dengan syarat ditetapkan klasifikasi usaha yang ditutup

dari investasi asing. Penutupan terhadap investasi asing dilakukan pada

supermarket ukuran kurang dari 1.200 meter persegi, Departemen Store

ukuran kurang dari 2.000 meter persegi dan minimarket kurang dari 400

meter persegi. Di jenis ritel ini kepemilikan modal sepenuhnya harus dikuasai

(22)

Tentu saja maraknya perkembangan pasar modern ini membawa dampak

persaingan antar pengusaha di bidang ini, termasuk juga persaingan dengan

para pedagang di pasar tradisional. Persaingan ini mengharuskan para

pegusaha bidang ini untuk menguasai strategi pemasaran, salah satunya

adalah modifikasi lingkungan belanja untuk mempengaruhi perilaku

konsumen agar pelanggan merasa nyaman dan kembali berbelanja di tempat

mereka.

UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta yang akan dijadikan lokasi penelitian oleh

penulis berada di wilayah Ciputat yang terletak di bagian timur (berbatasan

dengan Jakarta) Tangerang. Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga

terletak dalam lokasi strategis yang berada di antara dua lokasi pasar besar.

Pasar modern yang terletak di sebelah utara dan pasar tradisional di sebelah

selatan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan Ciputat

merupakan wilayah yang difokuskan sebagai wilayah permukiman dan

komersial, yang memungkinkan Ciputat menjadi wilayah yang strategis dalam

mengembangkan usaha ritel baik yang berbentuk minimarket, supermarket,

dan ataupun hipermarket. Adapun minimarket yang menjadi lokasi penelitian

ini, penulis hanya mengambil minimarket yang terletak di Jalan Kertamukti,

Ciputat Tangerang Selatan karena berdekatan dengan kampus II UIN Syarif

(23)

Tangerang Selatan karena berdekatan dengan kampus I UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dari paparan di atas dan berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis

menganggap perlu mengetahui lebih dalam tentang ada tidaknya hubungan

persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja

konsumen minimarket. Maka itu, skripsi ini diberi judul "Hubungan Persepsi

Tentang Lingkungan Belanja dengan Kecenderungan Perilaku Belanja

Konsumen Minimarket Sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta".

I.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas teridentifikasi masalah – masalah sebagai berikut

I. Apakah ada hubungan antara keinginan membeli dan rangsangan

atau gerak hati yang muncul secara tiba-tiba setelah meihat barang

yang dipamerkan tanpa pertimbangan masak?

II. Apakah ada hubungan antara persaingan antar pengusaha di bidang

ritel dalam menarik konsumen dan strategi pemasaran tertentu?

III. Apakah ada hubungan antara persepsi tentang lingkungan belanja dan

(24)

1.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan ini, maka dalam penelitian ini hanya

dibatasi mengenai hubungan antara persepsi tentang lingkungan belanja dan

kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket. Adapun pengertian

tentang konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1. Persepsi terhadap lingkungan belanja secara operasional memiliki

pengertian skor yang diperoleh melalui skala persepsi tentang

lingkungan belanja. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian

ini adalah lingkungan belanja (shopping environment) yang

berpengaruh terhadap keadaan emosional konsumen. Baker (1986)

mengemukakan kategori typology dari elemen lingkungan belanja

menjadi tiga kategori: faktor sosial (social factors), faktor desain

(Design factors) dan faktor perasa (ambient factors).

2. Kecenderungan Perilaku Belanja

Perilaku belanja dalam hal ini adalah perilaku konsumen yang meliputi

tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel dkk, 1992). Perilaku ini

melibatkan kondisi emosional konsumen. Menurut Mehrabian-Russel

(1974), semua keadaan emosional dapat diwakili oleh gabungan dua

(25)

dan untuk cangkupan tertentu terdapat dimensi ketiga yaitu dominasi

(dominance). Kesenangan dan kegairahan diduga berinteraksi dengan cara sedemikian rupa sehingga kegairahan meningkatkan perilaku

pendekatan (approach) dalam sebuah lingkungan yang menyenagkan dan perilaku penghindaran (avoidance) dalam lingkungan yang tidak menyenangkan.

3. Konsumen

1.3.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah, maka masalah yg ada

setelah dirumuskan sebagai berikut: "Apakah ada hubungan antara Persepsi

tentang Lingkungan Belanja dengan Kecenderungan perilaku belanja

konsumen Minimarket Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?".

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara persepsi tentang lingkungan belanja dengan

kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket sekitar kampus UIN

(26)

1.4.2. Manfaat Penelitian

I. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi industri.

Lebih khusus lagi adalah terhimpunnya informasi mengenai hubungan

antara persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan

kecenderungan perilaku belanja konsumen pada minimarket.

II. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

masyarakat agar dapat mengantisipasi kecenderungan berbelanja

impulsif atau berlebihan.

Penelitian ini pun diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para

pengusaha memperhatikan kondisi lingkungan belanja tempat

usahanya. Terutama yang berkaitan dengan pelayanan agar bisa

bersaing dengan usaha-usaha sejenis yang makin marak.

1.5. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling

(27)

BAB 1: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta

sistematika pembahasan.

BAB 2: KERANGKA TEORITIS

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan masalah

yang akan dibahas yaitu mengenai kecenderungan perilaku belanja

konsumen, keadaan emosi, persepsi, lingkungan belanja, dan

kerangka berpikir

BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai rancangan penelitian, variabel dan

pengukurannya, prosedur sampling, teknik pengumpulan data, dan

metode analisis data yang akan digunakan untuk membahas variabel

yang ada.

BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISA DATA

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum subyek penelitian, uji

instrumen penelitian, presentasi data, dan uji hipotesis

BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Bab ini berbicara tentang kesimpulan, diskusi dan saran yang terdiri

(28)

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1. Perilaku Belanja (Shopping Behavior)

2.1.1. Definisi Perilaku Belanja

James F. Engel dkk (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai

tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini. Sementara David L. Loudon dan

Albert J. Della Bitta (dalam Mangkunegara) mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu

secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh,

menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan konsumsi

terhadap suatu produk. Kita perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar

program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut

diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis

(http://komunikasi.upnyk.ac.id/files/Perilaku_konsumen_Bab_1.pdf).

(29)

1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen

akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan

berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila

memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana

kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang

lain;

2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor

psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan

lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa

perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara

langsung;

3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari

suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas,

seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.

Berdasarkan teori-teori tersebut maka, penulis mengambil teori psikologis

sebagai landasan untuk penulisan ini.

Dalam sebuah konteks pengambilan keputusan konsumen, stimulus bisa

dikonsepkan sebagai faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan

penundaan keputusan. Hasil keputusannya bisa berupa membeli atau

(30)

akan dibeli, berapa banyak uang yang akan dikeluarkan, seberapa besar

perbedaan pembelian akan dilakukan, dan atau bagaimana produk akan

digunakan dan dibuang. Stimulus adalah sesuatu yang mempengaruhi

keadaan internal individu. Pada rnodel ini, adalah lingkungan belanja

(shopping environment) yang berpengaruh terhadap keadaan emosional konsumen.

Menurut Belk Keadaan emosional atau suasana hati konsumen dianggap

sebagai sebuah variable situasional yang mempengaruhi kecenderungan

yang dimilikinya untuk berbelanja

(http://komunikasi.upnyk.ac.id/files/Perilaku_konsumen_Bab_1.pdf). Hubungan antara emosi dan preferensi atau pilihan didukung dengan baik

dalam literature tentang usaha eceran. Dalam penelitian Donovan dan

Rossiter (dalam Shields) yang mengkaji pengaruh emosi, kesenangan

(pleasure) dan kegairahan (arousal) berdasarkan sejumlah hasil eceran. Mereka menemukan bahwa kesenangan yang dihasilkan oleh eksposur pada

suasana toko mempengaruhi perilaku belanja seperti tingkat pengeluaran

uang, jumlah waktu yang dihabiskan di dalam toko. Para peneliti lainnya

menemukan bahwa suasana hati (mood) memiliki hubungan yang positif dengan pengukuran citra toko, jumlah produk yang dibeli dan tingkat

(31)

Sebagaimana disebutkan Engel (1994) bahwa perilaku belanja konsumen

adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini. Salah satu proses keputusan yang

mendahului tindakan ini adalah pengetahuan yang didapat dari persepsi

konsumen terhadap lingkungan belanja. Pengetahuan konsumen mencakupi

susunan luas informasi, seperti ketersediaan produk dan jasa, di mana dan

kapan untuk membeli, dan bagaimana menggunakan produk (Engel, 1994).

Di mana persepsi adalah proses individu mengorganisasikan dan

menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan (Rita L. Atkinson, 1988).

2.2. Persepsi

2.2.1. Definisi Persepsi

Persepsi (Linda L.Davidoff, 1988) juga diartikan sebagai suatu proses yang

didahului oleh stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian

diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang

apa yang diinderakannya itu.

Rita L. Atkinson (1988) mengatakan bahwa persepsi adalah proses dimana

individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam

(32)

2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi

Mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada unsur yang

dapat menciptakan sebuah persepsi atau suatu proses yang dapat membuat

terjadinya suatu persepsi, seperti berikut ini (Bimo Walgito, 1994):

Adanya objek yang dipersepsi adalah yang mengenai alat

indera/reseptor, lalu diteruskan ke syaraf sensori; Alat indera/reseptor adalah alat untuk menerima stimulus yang terdiri syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

susunan syaraf yaitu otak; Perhatian : karena tanpa adanya perhatian tidak ada persepsi.

Persepsi bermula dari penginderaan. Hal ini berarti bahwa terjadinya proses

ini dirangsang kehadiran sesuatu/sekumpulan obyek yang tertangkap oleh

alat-alat indera manusia. Informasi yang disalurkan ke dalam alam pikiran,

kemudian mengalami beberapa tahapan pengolahan; mulai dari seleksi dan

organisasi dari rangsang-rangsang atau stimuli yang diterima dan berakhir

pada penafsiran (interpretasi) mengenai keseluruhannya.

Ketiga tahapan proses tersebut dalam kenyataannya terjadi secara kurang

lebih serentak dan tumpang tindih, karena pada dasarnya keseluruhan

proses ini berjalan dalam waktu yang relative amat singkat dan segera.

Seperti yang dikatakan oleh French (Tajfel dalam Istiqomah Wibowo, 1988),

(33)

Persepsi harus dibedakan dari proses inderawi. Proses inderawi adalah

proses kerja indera kita, dan proses persepsi adalah cara kita memproses

data inderawi tadi menjadi informasi agar dapat kita artikan (Sutarlinah

Sukadji, 1986).

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Sutarlinah Sukadji (1986) memberikan faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang, yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Interpretasi seseorang tentang apa

yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individual, seperti sikap,

motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2. Sasaran persepsi tersebut, dapat berupa orang, benda atau peristiwa.

Sasaran persepsi orang dapat disebabkan karena kesamaan, kedekatan,

kebetulan atau penggeneralisasian.

3. Faktor situasi. Misalnya kehadiran seseorang dengan pakaian renang di

tepi pantai tidak mengherankan, tetapi bila berpakaian renang disituasi

yang tidak ada hubungannya maka akan sangat menarik perhatian,

karena bukan hal yang lumrah.

Persepsi terbentuk dari informasi-informasi yang berada dari dalam diri kita

(34)

1. Informasi masuk dengan jalan “dipaksakan”. Stimuli yang dipaksakan ini

ialah stimuli yang tidak kita cari, tetapi terpaksa kita terima, contohnya

kaki terinjak orang lain.

2. Informasi yang “dipilih”. Kita dihadapkan pada berbagai stimuli, dan kita

memilih stimulasi yang ada di hadapan kita, contohnya ketika sedang naik

bus, banyak stimulasi yang ada di hadapan, namun hanya beberapa yang

teramati.

3. “Dicari”. Mencari stimulasi tertentu, contohnya menoleh ke kiri – kanan

untuk mencari seseorang. Jadi, stimuli ini diperoleh karena hasil usaha.

2.3. Lingkungan Belanja (Shopping Environment)

2.3.1. Definisi Lingkungan Belanja

Suatu bentuk fisik dan aspek ruang atau tempat dari lingkungan yang

mencakup dari aktivitas konsumen. Misalnya stimulus yang berasal dari

warna, bunyi, pencahayaan, udara dan mencakup pengaruh ruang atau

tempat dari orang atau objek yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen.

Kondisi fisik disekitar mempengaruhi persepsi konsumen melalui sensor

mekanisme dari visi, pendengaran, penciuman, dan bahkan sentuhan. Aspek

fisik yang ada disekitar ini sangat penting bagi pengecer. Karena hal ini dapat

mempengaruhi perilaku konsumern, sikap dan rasa percaya. Lingkungan fisik

(35)

lingkungan belanja menurut Belk

(http://komunikasi.upnyk.ac.id/files/Perilaku_konsumen_Bab_1.pdf):

1) Pengaruh komponen fisik

Komponen fisik dari lingkungan belanja terbukti dalam mempengaruhi

adalah dengan cara memberikan musik atau pengumuman (iklan atau

promosi).

2) Pengaruh Kepadatan pada Konsumen

Kepadatan yang terjadi ketika seseorang merasakan gerakannya

terbatas dikarenakan tempat yang terbatas atau sempit. Dapat dilihat

pada gambar berikut di bawah ini menggambarkan bagaimana efek dari

kepadatan akan menirnbulkan perilaku apakah konsumen itu akan tetap

[image:35.612.120.508.243.650.2]

di toko atau meninggalkan toko.

Gambar 2.1 Efek Kesesakan di Toko

Density of People

Perceived crowding

Perceived Control

Feeling

Consumer Behavior Stay or Leave store

(36)

Baker (dalam Roy, 2003) mengemukakan kategori typology dari elemen

lingkungan belanja menjadi tiga kategori: faktor sosial (social factors), faktor desain (Design factors) dan faktor perasa (ambient factors).

[image:36.612.111.528.303.529.2]

Dalam penelitian ini lingkungan belanja yang terdiri dari dimensi social factor, overall image, design factor dan ambience factor merupakan faktor yang mendorong respon emosional konsumen yaitu berupa pleasure, arousal, atau dominance untuk menciptakan perilaku belanja konsumen berupa perilaku pendekatan dan penghindaran selama di minimarket.

Gambar 2.2

Model Mehrabian-Russell

EMOTIONAL STATES:

Pleasure Arousal Dominance

ENVIROMENTAL STIMULI

APROACH OR RESPONSE AVOIDANCE

Faktor sosial berhubungan dengan orang lain yang ada di toko (Baker (dalam

Roy, 2003). Dari semua orang yang ada, pelayan (sales people) adalah yang paling penting, karena sebagai komponen dari marketing mix. Seorang pemasar memiliki kontrol yang penting terhadap jumlah, tipe, dan perilaku.

Faktor perasa berhubungan terhadap elemen non visual dari lingkungan

belanja seperti penciuman tata cahaya dan lain-lain. Akhirnya, semua image

(37)

perilaku konsumen, seperti pemilihan toko. Oleh sebab itu, stimulus

diperlihatkan oleh berbagai elemen dari lingkungan belanja dan diharapkan

mempengaruhi keadaan emosional konsumen sewaktu belanja.

Hubungan antara emosi dan preferensi atau pilihan didukung dengan baik

dalam literatur tentang usaha eceran. Dalam penelitian Donovan dan

Rossiter (dalam Semuel, 2005) yang mengkaji pengaruh emosi, kesenangan

(pleasure) dan kegairahan (arousal) berdasarkan sejumlah hasil eceran. Mereka menemukan bahwa kesenangan yang dihasilkan oleh eksposur pada

suasana toko mempengaruhi perilaku belanja seperti tingkat pengeluaran

uang, jumlah waktu yang dihabiskan didalam toko serta keinginan untuk

kembali berbelanja pada minimarket tersebut. Kegairahan atau kegembiraan

yang ditimbulkan oleh suasana toko merupakan pengaruh yang kurang

penting terhadap perilaku eceran. Para peneliti lainnya menemukan bahwa

suasana hati (mood) memiliki hubungan yang positif dengan pengukuran citra toko, jumlah produk yang dibeli dan tingkat pengeluaran diatas apa yang

telah direncanakan oleh konsumen sebelumnya.

Perilaku berbelanja yang bersifat tiba-tiba dan direncanakan juga memiliki

kaitan yang erat dengan keadaan emosional. Dengan menggunakan

metodologi simulasi kunjungan toko, Weinberg dan Bottwald (1982)

(38)

memiliki aktivitasi emosional yang lebih besar dari pada pembeli yang tidak

terencana. Secara khusus, apabila dibandingkan dengan pembeli yang

terencana, pembeli tidak terencana memperlihatkan perasaan kesenangan,

antusias dan kegembiraan yang lebih besar. O’Guinn dan Faber (dalam

Rahayu, 2007) mengungkapkan bahwa yang menjadi motivasi utama

terjadinya pembelian kompulsif adalah pencarian terhadap manfaat

psikologis dari proses pembelian tersebut, bukan pada produk yang dibeli.

• Mehrabian dan Russel (dalam Semuel, 2005) memberikan dukungan empiris yang memadai kepada tiga variabel intervening, termasuk

dukungan psikologis. Mereka juga mengacu pada temuan Osgood

(1957) dimensi (evaluasi, aktivitas dan potensi) dapat menjelaskan

penafsiran terhadap beberapa objek fisik dan peristiwa sosial, sebagai

suatu dukungan terhadap konsep yang mereka miliki bahwa tiga

dimensi emosional ini adalah cukup memadai untuk menjelaskan

berbagai respons emosional manusia terhadap stimulus lingkungan.

Wundt (1905) berpendapat bahwa seluruh emosi dapat ditentukan

cirinya dalam hal kesenangan ketidaksenangan (pleasure-displeasure), ketegangan-rileksasi (tension-relaxation) dan kegembiraan-ketenangan (excitement-quiescence) Jelas bahwa terdapat banyak kesamaan antara ketiga sistem tridimensional,

(39)

Mehrabian-Russell (dalam Semuel, 2005) yang secara khusus

dirancang untuk menangani emosi.

Dalam penelitiannya Mehrabian dan Russell (dalam Semuel, 2005)

menjelaskan bahwa keadaan emosional adalah konsep sebagai variabel

penyeling. Ini untuk menunjukkan bahwa pengaruh dari lingkungan belanja

terhadap perilaku belanja diperantarai oleh keadaan emosional.

Perubahan pada emosi dapat merubah keadaan emosional konsumen

sehingga mempengaruhi perilaku belanja dan penilaian setelah belanja

sedangkan menurut O’guinn dan Faber, (dalam Rahayu, 2007) emosi yang

terjadi karena lingkungan belanja juga bisa berpengaruh pada daya beli

belanja dan bisa memberi kontribusi untuk mendorong dan memfokuskan

keputusan membeli.

Secara konsep, keadaan emosional terdiri dari tiga dimensi:

pleasure-displeasure (kesenangan-ketidaksenangan), arousal-nonarousal (kegairahan-ketidakbergairahan), dan dominance-submissiveness

(kekuasaan-ketundukkan). Dimana Mehrabian dan Russell (dalam Semuel, 2005)

mengatakan bahwa respon emosional terhadap lingkungan belanja dapat

(40)

a. Pleasure (kesenangan), diukur dengan penilaian verbal dari reaksi

terhadap lingkungan berupa tingkatan individu merasa senang, gembira,

atau puas dalam suatu situasi.

b. Arousal (kegairahan), diukur dengan penilaian verbal yang lebih luas berupa tingkat dimana seseorang merasa sangat senang, atau aktif

dalam sebuah situasi.

c. Dominance (kekuasaan), diukur dari indikasi perasaan responden berupa perasaan ingin menguasai, mempengaruhi, ingin merasa dominant

terhadap suatu situasi di lingkungan belanja.

Dimensi ini mengasumsikan bahwa setiap lingkungan, termasuk lingkungan

dari sebuah toko eceran, akan menghasilkan suatu kondisi emosional pada

seorang individu. Menurut Mehrabian dan Russell (dalam Semuel, 2005)

dimensi kegairahan (arousal) adalah konsep psikologi tentang “tingkat perasaan" yang sebagian besar diarahkan dengan laporan lisan. Gagasan

dari konsep arousal sering disamakan dalam psikologi lingkungan sebagai muatan atau isi. Sebuah muatan tinggi (arousing) dalam lingkungan yang nyaman menyebabkan perilaku pendekatan, sebagaimana muatan tinggi

lingkungan yang tidak nyaman menyebabkan perilaku penghindaran.

Lingkungan yang bermuatan rendah tidak cukup memotivasi perilaku

(41)

Sedangkan, Russel dan Pratt (dalam Ryu, 2005) dalam penelitiannya

mengusulkan perubahan terhadap teori Mehrabian-Russell dengan

menghilangkan dimensi dominasi. Dimana hasil penelitiannya tersebut telah

membuktikan adanya kecocokan antara dimensi kesenangan dan kegairahan

sangat meyakinkan untuk berbagai situasi, sedangkan dimensi dominasi

adalah lebih lemah. Dalam penelitian terbarunya, Russel berpendapat bahwa

dominasi memerlukan sebuah penafsiran kognitif oleh orang tersebut dan

oleh karena itu tidak secara murni dapat diterapkan dalam situasi yang

memerlukan respons emosional. Russel dan Pratt (dalam Ryu, 2005)

menemukan bahwa dua dimensi ortogonal dari kesenangan dan kegairahan

adalah cukup memadai untuk mewakili respons emosi seseorang terhadap

berbagai jenis lingkungan. Skema dua dimensi yang diungkapkan oleh

Russel dan Pratt juga mengidentifikasi dua dimensi terkait yang dihasilkan

oleh interaksi dari dua dimensi dasar, yang menghasilkan sebuah model

lingkaran yang terdiri dari delapan penjelasan tentang reaksi emosional

terhadap lingkungan. Dalam skema Russel dan Pratt, deskriptor kondisi

emosional dapat diklasifikasikan sebagai sebuah garis vektor dari titik asal

(tanpa emosional).

2.4. Persepsi tentang Lingkungan Belanja

Pengertian persepsi tentang lingkungan belanja adalah bagaimana individu

(42)

2003) mengemukakan kategori typology dari elemen lingkungan belanja

menjadi tiga kategori: faktor sosial (social factors), faktor desain (Design factors) dan faktor perasa (ambient factors). Dalam sebuah konteks pengambilan keputusan, hasil keputusannya bisa berupa membeli atau

melakukan saving, kategori barang dan jasa yang akan dibeli, merek yang

akan dibeli, berapa banyak uang yang akan dikeluarkan, seberapa besar

perbedaan pembelian akan dilakukan, dan atau bagaimana produk akan

digunakan dan dibuang (Robertson, Zielinski, & Ward. 1984).

2.5. Kerangka Berpikir

Dalam hitungan tahun, mini market telah menyebar ke berbagai daerah

seiring dengan perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja untuk

kebutuhan sehari-hari. Dulu konsumen hanya mengejar harga murah,

sekarang tidak hanya itu saja tetapi kenyamanan berbelanja pun menjadi

daya tarik tersendiri. Bisnis mini market melalui jejaring waralaba

berkembangbiak sampai pelosok kota kecamatan kecil.

Tentu saja maraknya perkembangan pasar modern ini membawa dampak

persaingan antar pengusaha di bidang ini, termasuk juga persaingan dengan

para pedagang di pasar tradisional. Persaingan ini mengharuskan para

(43)

adalah modifikasi lingkungan belanja untuk mempengaruhi perilaku

konsumen.

Dalam riset ACNielsen juga disebutkan bahwa sebanyak 85 persen

konsumen berbelanja secara impulsif. Dalam artian, keinginan membeli

timbul akibat rangsangan atau gerak hati yang muncul secara tiba-tiba

setelah melihat barang yang dipamerkan tanpa pertimbangan masak.

Perilaku berubah ketika situasi lingkungan berubah (Engel dkk, 1994).

Kadang perubahan ini tak menentu dan tak dapat diramalkan. Namun, pada

kesempatan lain perubahan tersebut dapat diramalkan melalui penelitian dan

dimanfaatkan dalam strategi pemasaran. Perilaku ini melibatkan kondisi

emosional konsumen. Menurut Mehrabian-Russell (dalam Semuel, 2005),

semua keadaan emosional dapat diwakilkan oleh gabungan dari kesenangan

(pleasure), kegairahan (arousal), dan dominasi (dominance)

Dalam hal ini, peranan persepsi terhadap lingkungan belanjanya bisa jadi

sangat menentukan dalam mendorong keadaan emosional seorang

konsumen. Sehingga, dapat memunculkan respon perilaku belanja baik yang

berupa pendekatan ataupun penghindaran. Persepsi (Linda L.Davidoff, 1988)

diartikan sebagai suatu proses yang didahului oleh stimulus yang diterima

oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan,

(44)

Persepsi tentang lingkungan belanja adalah bagaimana individu membuat

bingkai penilaian tentang lingkungan belanja. Kondisi fisik disekitar

mempengaruhi persepsi konsumen melalui sensor mekanisme dari visi,

pendengaran, penciuman, dan bahkan sentuhan. Baker (dalam Roy, 2003)

mengemukakan kategori typology dari elemen lingkungan belanja menjadi

tiga kategori: faktor sosial (social factors), faktor desain (Design factors) dan faktor perasa (ambient factors). Bagaimana individu membuat bingkai

penilaian dari faktor sosial, faktor desain, dan faktor perasa. Lalu mendorong

keadaaan emosionalnya sehingga menjadi perilaku belanja yang bersifat

[image:44.612.120.519.313.619.2]

respon pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance). Gambar 2.3

Kerangka berpikir

PERSEPSI

LINGKUNGAN BELANJA:

Social Fact or

Design Fact or

Ambiance Fact or

KECENDERUNGAN PERILAKU BELANJA

Pleasure

Arousal

Dominance

Response Aproach

(45)

2.6. Hipotesa

Dalam penelitian ini hipotesa atau kesimpulan sementara dalam penelitian ini

yang diajukan adalah :

Ho =. tidak ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap

lingkungan belanja dengan perilaku belanja.

H1 = ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap

(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatanyang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif menurut Iskandar (2009) merupakan penelitian yang

dilakukan untuk mendapat jawaban dari permasalahan atau gambaran umum

tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau

andaian. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukan

hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan

jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian,

teori yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis dan tekhnik

analisis statistik yang hendak digunakan.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi, yaitu

(Sevilla, dkk, 1993) dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat

nilai dari sebuah sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara

(47)

3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel Penelitian

Definisi Variabel

Variabel tebagi dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable)

variabel terikat (dependent variable), dan dalam penelitian ini yang menjadi kedua variabel tersebut adalah:

a. Independent variable

Persepsi terhadap lingkungan belanja yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah: Faktor sosial, Faktor perasa dan Faktor design.

b. Dependent variable

Kecenderungan perilaku belanja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

Kesenangan, Kegairahan, Kekuasaan, Pendekatan dan Penghindaran

Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian yang akan dianalisis dikelompokkan kedalam dua

variabel. Yakni indenpendentvariable (X1) dan dependent variable (Y). 1. Variabel 1 (Independent Variable)

Independent Variable dalam penelitian ini adalah Persepsi terhadap lingkungan belanja yang diasumsikan dengan huruf(X1).

2. Variabel 2 (Dependent Variable)

Dependent Variable dalam penelitian ini adalah perilaku belanja konsumen dimana persepsi terhadap lingkungan belanja yang dirasakan

konsumen akan mempengaruhi perilaku belanja. Variabel terikat

(48)
[image:48.612.108.535.172.552.2]

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Nomor Item Jumlah

1 2 3 4

Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja (X1) Faktor social Faktor perasa Faktor design

3*, 21, 24*, 25*, 29*, 1*, 2,* 6*, 30, 27*

7*, 9*, 13*, 16, 26*, 8*, 12*, 18*, 20*, 28

4*, 11*, 17*, 19*, 23*, 5*, 10*, 14*, 15*, 22*

10 10 10 Perilaku Belanja (Y) Kesenangan Kegairahan Kekuasaan

Resp. Pendekatan dan Resp. Penghindaran

5*, 7*, 10, 13*, 41, 2, 20*, 21*,28*,40*

1*, 9*, 11*, 24*, 36*, 14,16*, 18*, 30*, 31*

15*, 19*, 23*, 25*, 39* 3*, 22*,33*, 38*, 42 6*, 12*, 27*, 32*, 35*, 37*, 4*, 8*, 17*, 26*, 9*, 35*

10

10

10

12

Ket * = Valid

3.2 Pengambilan

Sampel

3.2.1. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek penelitian. Populasi menurut

Singarimbun (dalam Iskandar, 2009) adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit

analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga. Sedangkan menurut Gay

(dalam Sevilla, 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok di mana

(49)

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen laki-laki dan perempuan pada

minimarket yang menjadi lokasi penelitian yang berada di sekitar kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Karakteristik responden yang menjadi kriteria

sampel penelitian ini adalah individu yang berada di minimarket sekitar UIN

Jakarta. Asumsi yang mendasari pemilihan sampel ini adalah bahwa individu

tersebut sedang atau telah melakukan aktivitas belanja atau perilaku belanja.

Dengan demikian, maka diharapkan dengan memasukan kriteria ini, individu

tersebut dapat memberikan data yang lebih aktual sehubungan dengan tema

penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi minimareket yang

terletak di Jalan Kertamukti dan Jalan Legoso Ciputat Tangerang Selatan.

Mengingat tidak dimilikinya gambaran yang lengkap tentang populasi, maka

sampel diambil sejumlah 60 orang.

Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah kelompok

besar yang merupakan sasaran generalisasi kita (Sevilla, dkk, 1993).

Menurut Vockell (dalam Sevilla, 1993) istilah sampling berkenaan dengan

strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengambil satu sub-kelompok

dari kelompok yang lebih besar, lalu kelompok kecil ini digunakan sebagai

dasar untuk membuat keputusan tentang kelompok yang lebih besar

(50)

Gay (dalam Sevilla, 1993) menawarkan ukuran minimum yang dapat diterima

berdasarkan penelitian korelasi adalah 30 subyek. Namun, menurut Faisal

(2007), semakin besar jumlah sampel, akan semakin kecil kemungkinan

kesalahan inferensi yang dikarenakan kesalahan sample. Oleh karena itu,

jumlah sample yang akan diteliti adalah sebanyak 60 subyek.

3.2.2. Tekhnik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

non-probabilitas (non-probability method) dengan incidental sampling technique. Yang dimaksud dengan metode non-probabilitas adalah suatu metode

pengambilan sampel di mana tidak semua anggota populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, seperti yang

dinyatakan oleh Kidder dan Judd (dalam Silfiah, 2006) mengenai metode ini,

yaitu:

“in non-probability sampling, there is no way estimate the probability each element has being include in the sample and no assurance that every element has some change of being include”

Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan metode ini,

peneliti tidak dapat memperkirakan kemungkinan tiap kelompok populasi

terwakili dalam sampel dan tidak dapat dipastikan bahwa semua kelompok

populasi memiliki kemungkinan untuk terwakili dalam sampel. Keuntungan

(51)

pelaksanaan pengambilan responden, sehingga dapat menghemat

pengeluaran biaya dan jumlah waktu. Sedangkan kekurangan dari metode

ini, disebabkan karena tidak semua individu dalam populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, sehingga hasil

yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas.

Yang dimaksud oleh Kidder dan Judd adalah penggunaan metode

non-probabilitas pada suatu populasi yang sangat heterogen, mungkin

memperoleh responden yang tidak mewakili tiap kelompok dalam populasi

tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan incidental sampling technique adalah cara pengambilan responden yang memenuhi kriteria dan yang bersedia

menjadi responden. Sampel adalah responden yang paling bersedia dan

paling mudah diketemui. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kidder dan

Judd (dalam Silfiah, 2006) mengenai tekhnik ini, yaitu:

“in incidental sampling, one simply reaches-out and takes cases that are at hand, continuing the process until the sample reaches a designated size”

Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan teknik ini,

peneliti ‘hanya’ perlu berada dalam populasi dan mengambil sembarang

responden yang ada dalam populasi tersebut untuk berpartisipasi dalam

(52)

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala

yang digunakan adalah skala model Likert. Dalam hal ini skala yang

digunakan adalah :

a. Skala Persepsi terhadap Lingkungan Belanja

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert untuk

mengetahui persepsi terhadap lingkungan belanja yang terdiri dari dimensi

social factor, design factor dan ambience factor yang merupakan faktor pendorong respon emosional (perilaku) konsumen. Subyek menanggapi

setiap butir pernyataan dengan mengungkapkan taraf kesetujuan (favorable)

atau ketidaksetujuan (unfavorable) terhadapnya. Dengan alternatif jawaban

yang diberikan adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), R (Ragu-ragu), TS

(Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Responden diminta untuk memilih

salah satu jawaban yang dianggap menggambarkan dirinya dengan cara

memberi tanda checklist (9). Untuk pemberian skor dari skala ini jawaban antara pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable berbeda. Hal ini

(53)

Tabel 3.2

Skor Skala Persepsi terhadap Lingkungan Belanja dan Kecenderungan

Perilaku Belanja

Skala Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

[image:53.612.112.534.190.617.2]

Tabel 3.3

Blue Print Try Out Persepsi Terhadap Lingkungan belanja

No.Item Variabel Indikator

Favorable Unfavorable

Jumlah

Faktor social 3*, 21, 24*,

25*, 29*

1*, 2,* 6*, 30,

27* 10

Faktor perasa 7*, 9*, 13*,

16, 26*

8*, 12*, 18*,

20*, 28 10

Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja Faktor design 4*, 11*, 17*, 19*, 23*

5*, 10*, 14*,

15*, 22* 10

Jumlah 15 15 30

Ket * = Valid

Skala Persepsi terhadap lingkungan belanja tersebut diujikan pada 60

(54)

item yang valid, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di atas. Sedangkan

koefisien reliabilitasnya sebesar 0,8510

b. Skala Kecenderungan Perilaku Belanja

Skala kecenderungan perilaku ini dibuat untuk mengetahui hubungan

persepsi terhadap lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku

belanja. Adapun skala yang digunakan sama seperti sebelumnya, yaitu

dengan lima alternatif jawaban (SS, S, R, TS, STS) dan dengan diberikan

tanda checklist (9).

[image:54.612.107.541.304.613.2]

Tabel 3.4

Blue Print Try Out Kecenderungan Perilaku Belanja

No. Item Variabel Indikator

Favorable Unfavorable

Jumlah

Kesenangan 5*, 7*, 10, 13*, 41 2, 20*, 21*,28*,40* 10

Kegairahan 1*, 9*, 11*, 24*, 36* 14,16*, 18*, 30*, 31* 10

Kekuasaan 15*, 19*, 23*, 25*, 39* 3*, 22*,33*, 38*, 42 10 Perilaku Belanja

Pendekatan dan

Penghindaran

6*, 12*, 27*, 32*,

35*, 37* 4*, 8*, 17*, 26*, 29*, 34* 12

Jumlah 21 21 42

Ket * = Valid

Skala kecenderungan perilaku belanja tersebut diujikan kepada 60 responden

(55)

valid, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.3 di atas. Sedangkan koefisien

reliabilitasnya sebesar 0,9186.

3.3.2 Teknik Uji Instrumen

1. Untuk menguji validitas item dilakukan dengan menghitung korelasi

(Saefudin Azwar, 2002), yaitu pada variabel Persepsi Terhadap

Lingkungan Belanja dan Kecenderungan Perilaku Belanja menggunakan

formula korelasi Product-Moment Pearson, sebagai berikut :

{

}{

∑ ∑

}

− = 2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( y Y N x X N y x XY N rxy Keterangan :

rxy = angka indeks korelasi “r” produck moment

n = jumlah subyek

ΣXY = jumlah hasil antara X dan Y

Σx = jumlah seluruh skor butir

Σy = jumlah seluruh skor total

2. Sedangkan untuk reliabilitas dari item tersebut akan menggunakan teknik

(56)

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + − = 2 2 2 2 1 1 2 x s s s α Keterangan :

α = reliabilitas instrumen

s12 dan s22 = varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

sx2 = varians skor skala

3.4. Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan untuk mencari korelasi antar variabel adalah

teknik korelasi Pearson product moment, karena peneliti ingin mengetahui hubungan persepsi terhadap lingkungan belanja dengan kecenderungan

perilaku belanja. Untuk mempermudah, hasil penghitungan diperoleh dengan

menggunakan sistem komputer SPSS versi 11.5 for windows.

3.5. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu :

a. Persiapan penelitian

- Dimulai dengan perumusan masalah

- Menentukan variabel yang akan diteliti

- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan

(57)

- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan

digunakan dalam penelitian, yaitu skala persepsi terhadap

lingkungan belanja dan kecenderungan perilaku belanja.

- Menentukan lokasi penelitian

b. Pengujian alat ukur (try out)

Setelah alat ukur dibuat berupa skala, lalu dilakukan pengujian terhadap alat

ukur (try out). Uji coba skala dilakukan untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas dari alat ukur.

Uji coba dilakukan dengan menyebarkan angket skala persepsi dan perilaku

belanja kepada 60 responden. Setelah uji coba dilakukan, lalu menguji

validitas dan reliabilitas skala. Uji validitas dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total, yaitu dengan

menggunakan rumus korelasi Pearson's Product Moment yang

penghitungannya menggunakan program SPSS versi 11.5 for windows.

c. Pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data yang sesungguhnya untuk penelitian ini dilakukan pada

tanggal 5 - 8 Januari 2010.

d. Pengolahan data

- Pemberian kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala

(58)

- Menghitung dan menginput data yang diperoleh pada

komputer, kemudian melakukan analisis dengan menggunakan

metode statistik melalui komputer memakai program SPSS 11.5 for windows

(59)

BAB 4

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah konsumen pada minimarket di sekitar

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 60

orang.

[image:59.612.109.547.257.669.2]

4.1.1. Berdasarkan usia

Gambaran subyek berdasarkan usia dalam penelitian ini digambarkan pada

tabel berikut:

Tabel 4.1.

Gambaran subyek berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase

≤ 20 tahun 9 15%

21 – 30 tahun 24 40%

31 -40 tahun 13 21.67%

≥ 41 tahun 14 23.33%

(60)

Berdasarkan tabel gambaran umum subyek berdasarkan usia, terlihat bahwa

sebagian besar berusia antara 21-30 tahun yang berjumlah 24 orang atau

sekitar 40%. Kemudian berusia di atas 41 tahun yang berjumlah 14 orang atau

sebesar 23,33%, selanjutnya yang berusia antara 31-40 dengan jumlah 13

orang atau 21,67% dan yang terakhir berusia ≤ 20 tahun sebanyak 9 orang

atau 15% dari jumlah keseluruhan subyek penelitian yang dipakai.

[image:60.612.107.548.254.625.2]

4.1.2. Berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan

Gambaran subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan dalam

penelitian ini digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 2.

Gambaran subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu bulan

Frekuensi belanja dalam satu bulan Frekuensi Persentase

1 Kali 17 28.33%

2 Kali 12 20%

3 Kali 9 15%

4 Kali 16 26.67%

5 Kali 6 10%

Total 60 100%

Dari Tabel gambaran umum subyek berdasarkan frekuensi belanja dalam satu

(61)

sebanyak 1 kali yang berjumlah 17 orang atau sekitar 28,33%. Kemudian

dengan frekuensi 4 kali yang berjumlah 16 orang atau sebesar 26,67%,

selanjutnya dengan frekuensi 2 kali dengan jumlah 12 orang atau 20%, lalu

dengan frekuensi 3 kali yang berjumlah 9 orang atau 15% dan yang terakhir

dengan frekuensi 5 kali sebanyak 6 orang atau 10%.

[image:61.612.109.549.199.583.2]

4.1.3. Berdasarkan pekerjaan

Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini digambarkan

pada tabel berikut:

Tabel 4.3.

Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan: Frekuensi Persentase

Pelajar/ Mahasiswa 32 53.33%

Profesional 13 21.67%

Karyawan 11 18.33%

Lainnya 4 6.67%

Total 60 100%

Gambaran umum subyek berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini,

kebanyakan berasal dari kalangan pelajar/mahasiswa dengan jumlah 32 orang

atau sebesar 53,33%, kemudian dari kalangan profesional yang berjumlah 13

(62)

berjumlah 11 orang atau 18,33% dan terakhir dari kalangan lainnya yang

berjumlah 4 orang atau sebesar 6,67%.

4.2. Uji Instrumen Penelitian

4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang

digunakan dalam penelitian. Apabila data terdistribusi secara normal, maka

perhitungan datanya menggunakan metode statistik parametrik. Sebaliknya

data yang tidak terdistribusi secara normal perhitungan datanya menggunakan

metode statistik non-parametrik.

Berdasarkan hasil penghitungan uji normalitias untuk variabel Persepsi

terhadap Lingkungan Belanja, didapat angka Sig. Shapiro-Wilk (0,10) lebih

besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan, yaitu (0,05). Maka dapat

disimpulkan bahwa sebaran data pada variabel Persepsi terhadap Lingkungan

Belanja berdistribusi normal. Hasil penghitungan uji normalitas dapat dilihat

(63)
[image:63.612.108.548.178.245.2]

Tabel 4.4

Tests of Normality Persepsi terhadap Lingkungan Belanja

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. persepsi terhadap

lingkungan belanja .120 60 .031 .946 60 .010

a Lilliefors Significance Correction

Sedangkan hasil penghitungan uji normalitias untuk variabel Perilaku Belanja

didapat angka Sig. Shapiro-Wilk (0,65) lebih besar dari taraf signifikansi yang

ditetapkan, yaitu (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada

variabel Perilaku Belanja berdistribusi normal. Hasil penghitungan uji normalitas

dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini:

Tabel 4.5

Tests of Normality Perilaku Belanja

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perilaku Belanja .100 60 .200(*) .963 60 .065 * This is a lower bound of the true significance.

a Lilliefors Significance Correction

4.3. Presentasi Data

4.3.1. Skor Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja

Untuk menentukan tingkat persepsi terhadap lingkungan belanja dalam kategori

tinggi, sedang dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang. Dalam

[image:63.612.110.549.341.574.2]
(64)

Tabel 4.6

Skoring Skala Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja

Skor min. 26

Skor max. 130

Jarak sebaran 104

sd 14,41

Mean teoritis 78

Persepsi terhadap lingkungan belanja di kelompokkan ke dalam 3 kategori

yang dapat diilustrasikan sebagi berikut:

130 96 61 26

Positif Sedang Negatif

[image:64.612.112.546.175.647.2]

Dari kategorisasi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7

Kategori Persepsi Terhadap Lingkungan Belanja

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 8 13,33%

Sedang 41 68,33%

Rendah 11 18,33%

(65)

Pada tabel di atas, individu ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok yang

terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur.

Kontinum jenjang ini adalah tinggi, sedang dan rendah (Azwar, 2003).

Dari tabel kategori persepsi terhadap lingkungan belanja di atas terlihat bahwa

jumlah subyek yang berada pada persepsi terhadap lingkungan belanja sedang

lebih mendominasi yaitu berjumlah 41 orang atau sekitar 68,33%, kemudian

subyek yang berada pada kategori persepsi terhadap lingkungan belanja

rendah dengan jumlah 11 orang atau sekitar 18,33%, sedangkan subyek pada

kategori persepsi terhadap lingkungan belanja tinggi hanya berjumlah 8 orang

atau sekitar 13,33%. Dengan demikian, secara umum persepsi terhadap

lingkungan belanja subyek penelitian ini adalah sedang.

4.3.2. Skor Kecenderungan Perilaku Belanja

Dalam menentukan tingkat kecenderungan perilaku belanja ini, peneliti tetap

menggunakan kategorisasi jenjang tinggi, sedang dan rendah sebagaimana

(66)

Tabel 4.8

Skoring Skala Kecenderungan Perilaku Belanja

Skor min. 37

Skor max. 185

Jarak sebaran 148

sd 16,72

Mean teoritis 111

Kecenderungan perilaku belanja di kelompokkan ke dalam 3 kategori yang

dapat diilustrasikan sebagi berikut:

185 137 87 37

Tinggi Sedang Rendah

[image:66.612.112.545.167.645.2]

Dari kategorisasi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.9

Kategori Kecenderungan perilaku belanja

Kategori Frekuensi Persentase

Tinggi 4 6,67%

Sedang 55 91,67%

Rendah 1 1,67%

(67)

Dari tabel kategori kecenderungan perilaku belanja di atas terlihat bahwa

jumlah subyek yang berada pada kecenderungan perilaku belanja sedang

sangat mendominasi yaitu berjumlah 55 orang atau sekitar 91,67%, kemudian

subyek yang berada pada kecenderungan perilaku belanja tinggi dengan

jumlah 4 orang atau sekitar 6,67%, sedangkan subyek pada kecenderungan

perilaku belanja ren

Gambar

Gambaran Umum Subyek Penelitian ………………
Tabel 4.4
Tabel 4.7
Gambar 1.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Penebalan saluran empedu pada organ hati sapi bali, pada gambar tampak tonjolan dibagian medial organ hati .... Penilaian Warna Dan Kejernihan

STANDAR KOMPETENSI : Setelah mengikuti perkuliahan, Praja diharapkan mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar organisasi dan organisasi pemerintahan, bentuk organisasi,

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut Penelitian menghasilkan Sistem informasi menajemen data bencana pada Badan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi bermain mewarnai gambar dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Kajian Kriminologis Terhadap Geng Motor Yang Melakukan Tindak Kejahatan

opini yang dikeluarkan oleh auditor, itu semua merupakan hasil dari temuan yang diperoleh dalam mengaudit. Jadi apabila auditor telah menyelesaikan pekerjaannya

Bentuk keseriusan pemerintah China dalam pemberantasan korupsi salah satunya juga diwujudkan dengan ikut meratifikasi Konvensi PBB melawan korupsi yang memasukkan suap