• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim Dalam Menulis Kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim Dalam Menulis Kreatif"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

ALIF MARIYANI

NIM: 104070002374

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Meraih

Gelar Sarjana Psikologi mte:-ima · . セMMM

-w

セ@

セNュᄋェ@

'.

_;fj••:--r"L= ....

·•i••u••u•••••

セZA|ョ、オォ@

;

セᆪスᄃL[NZᆪZZゥNZZ[ZzZZゥZZヲNサ[@

k::tslfikasi ·

FAKULTAS PSIKOLOGil

... .

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Meraih Gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Oleh:

[

PERPUST.A.KAAN UTAMA

UIN SYAHID ,J/\l<ARTA

ALIF MARIYANI

NIM : 104070002374

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing II

カセ@

セセ@

Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag NIP. 150 283 344

Solicha, M.Si NIP. 150 293 234

FAKULTAS PSIKOLC>GI

UNIVERSITAS !SLAM Nl:GERI

SYARIF HIDAYATULL.AH

JAKARTA

(3)

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 9 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.

Jakarta, 9 Desember 2008

ᄋセNi@ Sidang Munaqosyah

!

I

Ketua Mer· n 'kap Anggota

38 NIP. 150 23B 773

Anggota

Abdul Rahman S NIP. 150 293 22

Pembimbing I

セ@

Prof.

drセゥU、オャ@

Mujib, M.Ag NIP. 150 283 344

セョァオェゥャャ@ ,

MGセゥ@

yGセGB@

Pmf.DR.""'ol Moiib, M.Aq

NIP. 150 283 :344

Pembimbing II

セ@

ウセセ@

(4)

ada pelita besar.

Pelita itu di dalarn tabung r'aca, (danl tabung r·;aca itu bagail,an

bintang Yang berl,ilauan, Yang dinYalal,an dengan roinYal' dari pohon

yang diberl,ahi, (Yaitul pohon zaitun Yang turnbur1 tidal' di tirnur dan

tidal' pula di barat, Yang rninYal,nYa (sajal harnpir·harnpir rnenerangi,

wa1aupun tidal' disentuh api.

CahaYa di atas cahaYa (ber1apis-1apisl, Allah rnernberi petunjur' r'epada

cahaYa-NYa bagi orang Yang Dia 1,ehendal,i, dan Allah rnernbuat

perurnparnaan-perurnparnaan bagi rnanusia.

Dan Allah Maha Mengetahui sega1a sesuatu"

Qs. An-Nuur (24): 35

Derni Matahari dan sinarnya di pagi hari

Derni Bu1a11 apabila ia rnengiringi

Derni siang hari apabila rnenarnpa1'1'annYa

Derni rna1arn apabila rnenutupinYa

Derni Langit dan se1uruh perobinaannYa

Derni burni serta Yang ada diharnparannYa

Derni jiwa serta penyeropurnaannYa

Allah rnengi1harn1,an sur,rna 1'efasil,an dan Ketal,waan

sungguh Beruntung orang Yang rnensucil,annYa (jiLLla)

Sungguh roerugi orang Yang roengotorinYa

(5)
(6)

(C) Alif Mariyani

(D) lmplikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim dalam Menulis Kreatif (E) xii+ 124 halaman+ 7 tabel+ 5 skema+ 3 iampiran

(F) Saal berpuasa orang cenderung akan merasa lemas dan malas berpikir apalagi berpikir kreatif. Paradigma berpikir seperti itu menimbulkan

pertanyaan apakah para penulis muslim yang kreatif menjadi terhambat atau tidak menulis karena datangnya bulan Ramadhan. Paradigma tersebut disangkal oleh Abdul Mujib dalam bukunya "Kepribadian dalam Psikologi Islam'', dikatakan bahwa bila dilihat secara seksama puasa ternyata menjadi awal dari timbulnya motivasi dan daya kreativitas. Serupa dengan fenomena yang ditemui, bulan puasa yang seyogyanya dapat menjadi hambatan menulis justru menjadi motivasi dalam menulis bagi penulis muslim. Hal ini ditunjukkan dengan mereka tetap menulis di bulan puasa. Bahkan saat karya mereka tercipta tidak membuat mereka menjadi ujub, cepat puas, dan tidak berkarya lagi, namun mereka justru menganggap semua itu sebagai proses dan terus meningkatkan kreativitas mereka dalam menulis kreatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah lngin mengetahui mengapa implikasi puasa terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif dan bagaimana implikasi puasa terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif. Subyek penelitian ini adalah para penulis muslim yang menjalankan ibadah puasa wajib maupun sunah. Semua berjenis kelamin laki-laki, dimana dua orang hanya bepuasa wajib dan dua orang lagi menjalankan puasa sunah selain puasa wajib. Subyek telah menelurkan minimal lima buku di penerbitan umum. Rentang usia mereka adalah antara usia 21-40 tahun atau termasuk dewasa awal. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif desain studi kasus deskriptif. Pengambilan subyek dilakukan dengan teknik snowball atau

chain sampling, yaitu teknik pengambilan subyek dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara yang l.Jerisi

(7)

sehingga semua beban yang mengganggu pikiran akan tersingkir, meski beban pikiran yang menjadi hambatan menulisnya berbeda-beda. Pikiran akan bersih dari dosa-dosa dan karenanya para responden dapat

berkonsentrasi dan fokus pada tulisan mereka pada tahap konsentrasi. Saal Mereka dalam keadaan relaks dan berkonsentrasi, maka gelombang otak mereka dalam keadaan beta (13) menuju alpha (a). Saat kondisi mereka benar-benar dala kondisi alpha (a) menuju teta (8) Responden sedang

berada dalam tahap lnkubasi dimana ide seringkali muncul dan beterbaran di pikiran. Sehingga secara tidak langsung puasa membantu mereka

memperoleh ide-ide dalam menulis.

Untuk penelitian berikutnya diharapkan peneliti melibatkan subyek wanita agar lebih beragam. Diharapkan pula meneliti pada subyek yang lain selain penulis buku karena pelaku kreativitas sangatlah luas terutama para

seniman.

(G) DAFT AR PUSTAKA (1980-2007)

(8)

ucapkan pada Allah SWI. Akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul "lmplikasi Puasa Terhadap Penulis Muslim dalam Menulis Kreatif". Shalawat dan salam tak lupa disampaikan kepada manusia

terkasihNya, nabi Muhammad SAW. Kesederhanan karya ini dapat selesai dengan penuh perjuangan serta pengorbanan, tak lepas pula dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak agar karya ini terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih secara langsung kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lbu Ora. Netty hartati, M.Si dan Pembantu Dekan Bidang Akademik, lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si.

2. Dasen pembimbing pertama, Bapak Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag. Terima kasih alas kesabaran dan ide-idenya benar-benar memotivasi peneliti untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan skripsi ini dan berusaha mengaplikasikannya pada diri peneliti.

3. Dasen pembimbing kedua, !bu Solicha M, Si bagai sahabat yang

menyenangkan. Terimakasih atas bimbingan dan motivasinya selama ini benar-benar membantu peneliti untuk berusaha lebih teliti dan mencoba memberikan karya yang terbaik.

(9)

tengah aktifitasnya. terima kasih atas kesediaan menolong peneliti dan turut menyumbangkan saran dan masukkan pada skripsi ini.

6. Kepada Mama, Bapak, dan De Udin tersayang yang selalu semangat memotivasi dengan luar biasa pada peneliti semoga kesabaran kalian berbuah manis.

7. Kepada Teman-teman hebatku (Dhila, Via, Wenny, dan Arya H) serta ka Ade Hartin, semoga jasa-jasa kalian di balas oleh Allah SWT.

8. Kepada teman-teman seperjuanganku di Bemf Psikologi 07-08, LOK Syahid terutama untuk Brigade Syiar 07-08. Fosma UIN, Fokus managemen (special for F-EO), Forum alumni rohis SMUN 1 Ciputat terutama untuk angkatan '04. Kelas D di Psikologi '04, Sinergic Group, Sipoet Gank. Terima kasih atas ilmu, semangat, dan kebersamaannya selama ini yang luar biasa.

9. Semua keluarga, sahabat, teman dan pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih banyai: alas doa, dukungan, dan semangat luar biasa yang telah diberikan kepada peneliti.

Semoga Allah mengabulkan doa-doa terbaik kalian. Hanya Allah SWT yang dapat membalas seluruh kebaikan kalian dan semoga skripsi ini benar-benar bermanfaat (bukan hanya menjadi pajangan perpustakaaan kampus)

melainkan menjadi amal sholeh dalam perkembangan ilmu pengetahuan Psikologi Islam. Amin.

Pamulang, 9 Desember 2008

(10)

Halaman Pengesahan Motto ..

... iii

. ... IV Persembahan ... . . ... v

Abstrak .... ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftai isi.. . ... ix

Daftar Tabel.. . ... XI Daftar Gambar ... xii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 ldentifikasi Masalah.... .. . . . ... .4

1.3 Pembatasan Masai ah ... 5

1.4 Perumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

Bab II Kajian Teori

2.1 Menu I is Kreatif ... 8

2.1.1 Pengertian Kreativitas dalam Menulis Kreatif ... 8

2.1.2 Proses Kreativitas dalam Menulis ... 14

2.1.3 Faktor Pendukung Kreativitas dalam Menulis ... 21

2.1.4 Faktor Penghambat Kreativitas dalam Menulis ... 27

2.2 Puasa ... 30

2.2.1 Pengertian Puasa ... 30

2.2.2 Macam-macam Puasa ... 31

2.2.3 Syarat dan Rukun Puasa ... 33

(11)

3.1 Jen is Penelitian ... 56

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 56

3.1.2 Metode Penelitian ... 57

3.2 Subyek Penelitian ... 57

3.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 57

3.2.2 Teknik Pengambilan Subyek ... 58

3.2.3 Jumlah Subyek Penelitian ... 58

3.3 lnstrumen Penelitian ... 59

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 60

3.5 Teknik Analisa Data ... 61

3.6 Prosedur Penelitian ... 62

Bab IV Hasil Penelitian

4.1 Gambaran Um um Subjek Penelitian ... 64

4.2 Riwayat Kasus dan Analisa Kasus ... 65

4.2.1 Kasus Septo ... 65

4.2.2 Kasus Anto ... 74

4.2.3 Kasus Hendri. ... 85

4.2.4 Kasus Iman ... 95

4.3 Analisa Antar Kasus ... 104

Bab

V

Penutup

5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Diskusi ... 115

5.3 Saran ... 120

DAFT AR PUST AKA ... ,, ... 121-124

[image:11.595.38.454.144.622.2]
(12)

Tabel 4.1 Tabel 4.3.1

Gambaran Um um Subyek ... .

[image:12.595.32.438.145.492.2]

Proses Kreativitas ... .

... 64

. ... ... ... ... ... 104

Tabel 4.3.2 lmplikasi Puasa terhadap Proses Kreativitas ... 106

Tabel 4.3.3 Hasil Kreativitas ... 109

Tabel 4.3.4 lmplikasi Puasa terhadap Unsur Kreativitas ... 111

(13)

Gambar 4.2.1 Skema Kasus Septa ... . Gambar 4.2.2 Skema Kasus Anto .. .

Gambar 4.2.3 Skema Kasus Hendri ... . Gambar 4.2.4 Skema Kasus Iman ... .

.... 73

. ... 84

... 94

[image:13.595.40.453.138.492.2]
(14)

1.1

Latar Belakang Masalah

Menjadi penulis kreatif dengan memiliki banyak karya popular, bahkan menembus angka best seller. Ketika hal itu terjadi, penulis tidak saja

mendapatkan keuntungan finansial, tetapi lebih dari itu ia memperoleh nilai lebih berupa apresiasi dari orang banyak, memperluas jaringan komunikasi, memperlancar karir, dan seterusnya. Hal tersebut dapat menjadi motivasi atau impian bagi para penulis.

Namun femonema yang terjadi di lapangan, masih banyak penulis muslim kreatif yang sudah mencapai hal tersebut lidak cepat merasa puas, angkuh, atau terlalu bangga dengan hasil karyanya dan berhenti berkarya. Banyak dari mereka yang justru menganggap hal tersebut merupakan proses dari perjalanan karirnya. Mereka senang berbagi ilmu dan tetap berusaha mengasah kreativitas mereka dan tetap produktif menghasilkan karya tulis yang lebih bermutu dari sebelumnya. Menulis dijadikan sarana untuk

berdakwah dan bermanfaat 1-Jagi banyak orang tanpa mer3sa diri lebih besar karenanya. Menulis sebagai pencerminan potensi yang memberikan

(15)

Padahal menjadi penulis bukanlah seperti membalik telapak tangan banyak aral rintang yang harus mereka hadapi selama menulis. Mereka menghadapi sulitnya menemukan ide yang orisinil, menuliskannya secara apik melalui gaya bahasa yang tidak membosankan atau memiliki tulisan berciri khas, agar tulisan diterima dan diterbitkan oleh penerbit, sampai menembus angka

best seller penjualan buku-bukunya bukanlah hal yang mudah. Hal-ha I yang

seyogyanya berupa hambatan justru dipandang sebagai tantangan bagi mereka. Mereka mampu mengatasinya hingga melahirkan karya-karya hebat yang kreatif dan orisinal secara kontinu.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan ke beberapa penulis dan mencoba masuk ke komunitasnya dengan mewawancarai beberapa penulis, mereka mengaku membutuhkan ketenangan saat menulis. Ketenangan berupa suasana hati yang damai dan nyaman. Berdasarkan beberapa bacaan, ketenangan hati dapat diraih ketika seseorang dekat dengan Sang Khalik, untuk mendekatinya salah satu caranya adalah dengan melakukan ritual ibadah baik vertikal (shalat, tilawah Al-Qur'an, dan puasa) maupun ibadah horizontal (silahturahim dan shadaqah).

(16)

kreativitas siswa SMA. Penelitian menunjukkan semakin tinggi religiusitas semakin tinggi pula kreativitas siswa SMA tersebut (Diana, 1998). Dimensi religiusitas yang memiliki hubungan dengan kreativitas adalah religiusitas dimensi akidah. Akidah yang kuat akan menjadikan seseorang semakin kreatif.

Penelitian lain serupa tapi tak sama dilakukan oleh Fuad Nashori, Penelitian kualitatif bertema "Proses Kreatif penulis Muslim" pada tahun 2004. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap sepuluh penulis Muslim Indonesia menunjukkan bahwa cara untuk memperoleh ide dilakukan penulis muslim dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah 、・ョセQ。ョ@ mengintensifkan perilaku ibadah.

Peneliti memilih salah satu ibadah vertikal yaitu puasa. Paradigma bahwa saat berpuasa orang akan lemas dan tak mampu berpil<ir apalagi berpikir kreatif, sehingga muncul pertanyaan lalu apakah para penulis menjadi terhambat karena datangnya bulan Ramadhan, apakah kualitas karya mereka menurun karena sebagai penganut muslim yang taat harus

(17)

Berdasarkan hasil studi pustaka diperoleh fakta bahwa banyak tokoh besar di masa lampau menghasilkan karya-karya tulis yang kreatif dan fenomenal serta kebermaknaan isi tulisannya dengan mengamalkan ibadah puasa.

" Imam Al-Suyuthi ketika berumur 21 tahun, mampu menulis kitab tafsir Al-Jalalain yang belum dirampungkan oleh Imam Al-Mahalli, gurunya karena kedahuluan wafat, hanya dalam tempo 40 hari, yaitu dari awal bulan Ramadhan hingga 10 syawal tahun 870 H. Kehebatan tingkat kecerdasan ini terjadi karena ia menulis sambil menjalani ibadah puasa. Selain Imam Al-Suyuthi ternyata banyak ulama, tokoh, intelektual, dan bintang pelajar yang justru mencapai keberhasilan karena terbiasa menjalani ibadah puasa. Karya-karya bermutu para pengarang dan para ulama banyak yang justru lahir pada bulan Ramadhan di saat mereka menjalani puasa. Demikian pula tokoh politik yang berpuasa dalam tahanan, seringkali mereka membuahkan tulisan-tulisan yang berharga seperti Buya Hamka, Sayyid Quthb, dan

lbnu Taimiyah" (Abdul Halim Fathoni dalam www.malangkab.go.id)

Berdasarkan fenomena yang terjadi, fakta sejarah, penelitian-penelitian sebelumnya Peneliti merasa yakin untuk mengajukan judul Skripsi

"/mplikasi Puasa terhadap Penu/is Muslim dalam Menu/is Krealif'.

1.2

ldentifikasi Masalah

1. Adakah implikasi puasa terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif? 2. Bagaimana cara puasa dapat berimplikasi mereka terhadap penulis

muslim dalam menulis kreatif?

(18)

4. Adakah perbedaan kreativitas antara penulis muslim yang berpuasa dan yand tidak?

1.3

Pembatasan Masalah

Adapun agar masalah yang dibahas tidak melebar maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun hal yang akan dibatasi sesuai dengan bahasan dalam skripsi ini.

Kreativitas yang dimaksud dalam Skripsi ini adalah kreativitas dalam menulis kreatif. Menulis kreatif adalah kegiatan berpetualang secara batin dan

intelektual dalam mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran dan merangkainya menjadi sebuah tulisan yan9 unik, bernilai guna, dan dapat dimengerti orang yang membacanya dengan cara yang tak biasa melalui proses kreatif.

(19)

1.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara puasa dapat berimplikasi mereka terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif?

2. Mengapa puasa dapat berimplikasi terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. lngin mengetahui bagaimana cara puasa dapat berimplikasi mereka terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif.

2. lngin mengetahui mengapa puasa dapat berimplikasi mereka terhadap penulis muslim dalam menulis kreatif.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat menambah wacana keilmuan dalam bidang psikologi, yaitu psikologi kognitif dan psikologi Islam.

(20)

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I: Berisi pendahuluan, menguraikan tentang lata1- belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Berisi kajian teori yang membahas tentang teori yang terkait dengan menulis kreatif dan puasa, kerangka berfikir, serta skema berpikir. BAB Ill: Berisi tentang metodologi penelitian yang membahas tentang jenis

penelitian (pendekatan penelitian dan metode penelitian), subyek penelitian (karakteristik subyek penelitian, teknik pengambilan subyek, jumlah subyek penelitian), metode pengumpulan data,

instrumen penelitian, teknik analisa data, prosedur penelitian. BAB IV: Berisi tentang hasil penelitian yang mengungkapkan gambaran

umum subyek penelitian, paparan kasus dan analisa per kasus, serta analisa antar kasus.

BAB V: Berisi tentang kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan pada hakikatnya merupakan inti yang diperoleh dari pembahasan dan

analisis data, sedangkan saran dikemukakan sebagai sumbangan

(21)

2.1 Menulis Kreatif

2.1.1 Pengertian Kreativitas dalam Menulis Kreatif

Berdasarkan arti katanya Wilcox (2003) mengutarakan kata kreasi atau

creation (lnggris) berasal dari kata kratein (Yunani) yang berarti menyempurnakan dan dari kata kar (Sanskrit) yang berarti membuat. Kreativitas didefinisikan sebagai daya cipta; keahlian menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru secara artistik ataupun intelektual

Kreatif adalah berkenaan dengan penggunaan atau upaya memfungsikan kemampuan mental produktif dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah, atau upaya pengembangan bentukbentuk artistik dan mekanis -biasanya dengan maksud agar orang mampu menggunakan informasi yang tidak berasal dari pengalaman atau proses belajar secara langsung, akan tetapi berasal dari perluasan konseptual dari sumber-sumber informasi tadi. Sedangkan kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam hal lain atau dalar.i memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru (Chaplin, 2002).

(22)

Kreatif adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat mengandung daya cipta, pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Sedangkan kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta (KBBI, 2001 ).

Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: (1) Baru, (novelty): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan. (2) Berguna, (useful): lebih enak , lebih praktis,

mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/ banyak. (3) Dapat dimengerti.

(understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu. (David Campbell dalam Nashori, 2002)

"Kreativitas adalah kemampuan untuk membual: kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada." (Utami Munandar, 1992)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa kreativitas memang dapat diartikan dengan menciptakan sesuatu yang baru namun tak

(23)

singkong bakar. ubi rebus. kentang kukus, mie goreng, dan jagung panggang kemudian mencoba menggabungkan ketiganya menjadi sebuah tulisan baru berjudul mengolah makanan pokok dalam berbagai cara.

Guilford mengungkapkan bahwa kreativitas sebagai berpikir divergen, yaitu aktivitas mental yang asli, murni, dan baru, yang berbeda dari pola pikir sehari-hari dan menghasilkan beraneka alternatif jawaban terhadap sebuah persoalan yang sama benarnya. Berpikir divergen berlawanan dari berpikir konvergen yang hanya berorientasi pada suatu jawaban yang benar. Namun, berpikir divergen juga belum dapat menjadi jaminan bahwa seseorang akan kreatif secara aktual atau kreatif produktif. Menjadi orang yang kreatif produktif masih memerlukan potensi baik dari karakteristik kepribadian dan lingkungan yang mendukung. Nashori (2005) mengutarakan kemampuan tersebut bercirikan empat hal sebagai berikut:

1. Kelancaran berpikir (fluency of thingking).

(24)

2. Keluwesan (fleksibilitas).

Seseorang dikatakan memiliki keluwesan berpikir bila gagasan-gagasan yang diungkapkannya memiliki jangkauan yang leb1h luas. Seorang penulis yang dapat menghasilkan tulisan dari berbagai jenis karya tulis baik fiksi maupun non-fiksi atau menulis beragam tema.

3. Elaborasi

Elaborasi adalah kemampuan mengembangkan suatu ide, merinci, melengkapi dan menambahkan detail-detail terhadap ide sehingga dapat dilaksanakan dan di kerjakan. Seorang penulis ケ。ョQセ@ memiliki kemampuan elaborasi berpikir akan mampu menunjukkan detil-cletil idenya.

4. Orisinalitas (keaslian)

Orisinalitas adalah kemampuan menemukan ide-ide yang tidak biasa, ide yang tidak lazim di berikan. Seorang penulis yang memiliki orisinalitas berpikir bila ia dapat menunjukkan ide-ide yang baru yang berkaitan dengan isi maupun cara penuturannya.

(25)

masalah tidak terpaku pada cara-cara yang sudah ada, segalanya bisa jadi mungkin, berbagai arah, bersifat general, provokatif, fleksibel. Berpikir Lateral adalah melarikan diri (keluar) dari berbagai ide dan persepsi yang sudah ada untuk menemukan ide baru.

Orang kreatif memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk

mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimilikinya. Mereka cenderung mandiri, non-kompromis, melawan otoritas, dan biasanya tidak menyukai pekerjaan rutin dan terlalu mendetail (Wilcox, 2003).

Julius Chandra (1994) mengutarakan bahwa menulis (mengarang) atau tulisan misalnya sudah dapat disebut sebagai produk kreatif namun sebuah tulisan dikatakan benar-benar kreatif bila isinya membenihkan kesadaran baru, mungkin bersifat puitis, ringkas tetapi bermakna, gaya bahasa yang khas, dan materi yang orisinal. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya.

(26)

bermanfaat Kata-kata yang dipilih ini akan membuat tulisan baik atau buruk, menarik atau membosankan dan mudah atau sulit dipahami pembacanya.

Ernest Hemingway yang dikutip Naning Pranoto berkata bahwa menulis adalah petualangan. Petualangan disini adalah bukan petualangan secara raga, melainkan paduan dari kekayaan batin dan intelektual (materi dasar atau bahan tulisan), imajinasi (kreativitas dan pengembangan) serta kosakata (penguasaan bahasa). Paduan itu dirangkai menjadi satu tulisan melalui suatu proses yang disebut proses kreatif (http://www.rayakultura.net).

Menulis kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran seseorang dan untuk menyusunnya ke dalam sebuah kalimat dengan struktur yang baik. Penulis kreatif menggunakan sastra dengan efektif untuk memperkuat penulisan mereka, dan mereka juga memiliki kecenderungan melihat segala sesuatu dengan cara yang tidak biasa (Bulututu Ozuah dalam http://id.shvoong.com).

(27)

2.1.2 Proses Kreativitas dalam menulis

Sebenarnya menulis dan kreativitas memiliki hubungan yang sangat erat dimana menulis dapat mengembangkan kreativitas seseorang dan menulis membutuhkan proses berpikir kreativitas. Proses kreativitas dalam menulis dapat berkembang sejalan dengan semakin seringnya seseorang

menuangkan ide-idenya dalam tulisan.

Membuat karya yang berkualitas, orisinil, dan fenomenal tidaklah mudah, dibutuhkan keterampilan berpikir yang kreatif dari sang penulis. Menurut Pasiak (2002) orang-orang kreatif butuh latihan dan pembiasaan untuk menjadi kreatif, artinya ada sebuah proses. Bisa jadi proses kreatif muncul dari sesuatu (objek) yang sudah ada bukan dari yang tidak ada. Objek berpikirnya benar-benar ada, namun orang kreatif memahami dan menelusurinya dengan cara yang berbeda dari biasanya.

(28)

suatu benda atau orang), pengenalan bentuk dan pola, musik seni, kepekaan warna, kreativitas dan visual. Berbeda dengan otak kiri yang berfungsi untuk berpikir secara logis, sekuensial, linear, teratur, dan rasional. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai dengan tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

(29)

Menulis adalah soal mengungkapkan rasa, rasa yang terbilang abstrak, yang sulit untuk di ukur namun penuh makna. Hal ini merupakan hasil kelihaian otak kanan. Apakah tulisan tersebut bermakna, berguna dan dapat dipahami oleh pembacanya diperlukan peran otak kiri.

Selaras dengan Deporter, Ramu dan Rosenberg (dalam Siller, 2002)

menjelaskan bahwa proses kreatif adalah kemampuan bermetaforma, kemampuan menghubungkan sesuatu yang tidak berkaitan untuk melihat hubungan-hubungan yang tidak terlihat orang lain empat tingkat dalam proses kreatif Siller antara lain:

1. Koneksi, memindahkan arti dan asosiasi baru dari satu objek atau gagasan ke objek atau gagasan yang lain. Cara yang biasa digunakan adalah dengan membandingkan dua ha! tersebut

2. Temuan, menjelajahi perbandingan secara mendalam dan menemukan sesuatu yang sama.

3. Ciptaan, Menciptakan sesuatu dan membuat maknc:1 baru berdasarkan koneksi dan temuan.

4. Terapan, menggunakan ciptaan dalam cara dan konteks yang baru.

(30)

1. Keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan dari luar maupun dari dalam. Kemampuan menerima segala informasi dari pengalaman hidupnya sendiri apa adanya tanpa mengusahakan

pertahanan diri (defense), tanpa kekakuan, dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis, dengan demikian, individu kreatif adalah yang menerima perbedaan.

2. Eva/uasi internal, yaitu pada dasarnya penilaian terhadap produk karya seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri bukan karena kritik dan pujian orang lain. Meskipun demikian individu tidak tertutup dari masukan dan kritikan dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bermain dan bereksplorasi dengan unsur-unsur,

bentuk-bentuk dan konsep-konsep. Kemampuan untuk membentuk kombinasi hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Menurut halpern (1996; dalam Suharnan, 2005), proses kreativitas melalui 3S, yakni:

1. Sensitivitas (kepekaan)

(31)

2. Sinergi

Menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna.

3. Serendipiti (keberuntungan)

Maksudnya adalah penemuan yang terjadi secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya suatu kejadian menghadapi masalah yang harus dicari jalan keluarnya.

Secara sistematis David Campbell (dalam Nashori, 2002) mengungkapkan bahwa tahap-tahap kreativitas meliputi lima tahap, antara lain :

1. Persiapan: pada tahap ini, penulis meletakkan dasar pemikirannya, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. Penulis juga mempelajari latar belakang masalah serta seluk beluknya.

2. Konsentrasi: pada tahap ini, perhatian penulis terpusat pada hal-hal yang akan mereka tuliskan. Penulis akan banyak menimbang-nimbang,

menguji, mencoba meneliti masalah dari berbagai sudut pandang dan menyederhanakannya dengan bahasa sendiri. Penulis biasanya mengalami coba dan salah (trial and error).

(32)

memberi waktu bagi pikiran untuk relaks dan mengumpulkan energi. Keadaan ini penulis berada dalam gelombang otak "teta". Meski demikian. bukan berarti melupakan masalah yang harus diselesaikan, tetapi

sebenarnya alam bawah sadarnya yang meneruskan mencari pemecahan masalahnya. Mimpinya dapat menjadi "pintu" atau ')'a/an" atau "sarana"

bagi otak untuk tetap mencari pemecahan masalah yang dihadapinya. Keadaan teta ini akan melahirkan ide-ide kreatif atau mandapatkan jawaban dari permasalahan yang sulit diselesaikan sebelumnya. Frekuensinya 3,5-7 Hz dalam pemantauan EEG (Pasiak, 2002).

4. 11/uminasi: pada tahap ini otak menunjukkan gelombang "a/fa".

Kisarannya 7-13 Hz. Keadaan "a/fa" yang relaks ini sangat baik untuk belajar dan dalam menemukan suatu gagasan atau rencana pemecahan masalah. Proses ini sering disebut pengalaman "Af-lA", dan biasanya orang mengatakannya sambil melompat kegirangan ketika telah ditemukan gagasan pemecahan yang selama ini dic:ari (Pasiak, 2002). Hasil kreatif baru muncul secara tiba-tiba dan diikuti rasa senang.

5. Verifikasi: ahli lain menyebutnya dengan implementasi. Verifikasi

merupakan pelaksanaan gagasan yang ditemukan. Pada tahap ini,

(33)

Sedangkan dalam pandangan Islam, Nashori (2002) berpandangan bahwa kreativitas boleh jadi bukan merupakan hasil proses berpikir yang disengaja, tapi anugrah yang dilimpahkan Yang Maha Pandai (al-'Alim) Allah azza wa

ja/la kepada siapapun yang dikehendaki.

Kreativitas terbesar berasal langsung dari Sang Pencipta yakni Allah SWT. Karya-karya manusia hanyalah manisfestasi dari kreat1vitasnya, cerminan dari "kerajinan tangan-Nya". Orang yang dianggap kreatif adalah mereka yang dapat membuat dan memelihara hubungan dengan energi kreatif

Arasy-Eksistensi dengan Allah. Sehingga terkadang llmuwan atau Seniman

(penulis) yang kreatif akan berbicara seperti para mistikus yang diluar logika, rasional padahal mereka menyampaikan kepada kita hal esensial dari

pengetahuan sains itu sendiri (Wilcox, 2003).

Manna Khalil Al-Qattan, sebagaimana dikutip M. Hamclani B. AdzDzaky mempercayai bahwa ilham merupakan jalan menuju munculnya kreativitas-merupakan bawaan dasar manusia. Ketika manusia banyak menggunakan akalnya dan menghidupkan qalbunya dengan mendekatkan diri kepada Allah, maka lahirlah kreativitas dalam dirinya. Al-Qattan menyamakan wahyu

(34)

"llham itu sendiri dapat diartikan sebagai sejenis pengetahuan yang dikaruniakan langsung oleh Allah kepada seseorang dan ditanamkan pada hati atau qalbunya, sehingga tersingkap olehnya sebagian rahasia dan tampak jelas olehnya realitas (Utsman Najati, 2002). Lahirnya ilham ditunjang oleh beningnya hati. Orang yang bening qalbunya adalah orang yang tidak memiliki tabir atau penghalang terhadap Allah. Saal Allah berkenan melimpahkan pengetahuan-Nya, ia siap menyambutnya." (Nashori, 2005)

Demikianlah kreativitas tidak dapat diprogram atau dipaksa untuk muncul dalam menyelesaikan semua masalah dalam menulis. Meski fenomena munculnya ide begitu saja dan dalam waktu seketika bak kecepatan cahaya, sebenarnya telah mengalami proses berpikir atau proses kreatif.

Kreativitas dapat muncul dalam kondisi relaks atau dalam kondisi tertekan. Kuncinya dalah bahwa si penulis dalam kontrol diri yang baik. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulkarnain mendapati bahwa terdapat korelasi positif antara kontrol diri dengan kreativitas pekerja, artinya semakin mampu para pekerja mengontol atau mengendalikan dirinya maka semakin tinggi pula kreativitas yang dimunculkan.

2.1.3 Faktor Pendukung Kreativitas dalam Menulii;

Menurui Utami Munandar (dalam Nashori, 2002) faktor yang mempengaruhi kreativitas secara internal ((kognitif: kecerdasan), (non-kognitif: sikap,

(35)

eksternal (kebudayaan tempat penulis hidup dan berinteraksi dengan lingkungan).

Pertama, aspek yaitu aspek kognitif (lnteligensi dan kekayaan pengalaman dan keterampilan penulis dalam berpikir). Meski intelegensi merupakan komponen kreativitas namun tak selamanya orang yan9 inteligensi yang tinggi memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula. Artinya ada hubungan antara kreativitas dengan inteligensi walaupun tidak be·;iitu kuat (Vernon dalam nashori 2002).

Kedua, aspek non kognitif (sikap, motivasi, nilai spiritualitas). Aspek internal ini sangat penting bagi penulis karena aspek ini yang menjadi sumber kekuatan setiap penulis dalam melahirkan karya-karya kreatifnya. Motivasi menulis misalnya merupakan dorongan untuk menulis, ha! ini sangat diperlukan agar penulis mengerjakan proyeknya penuh semangat dan semakin cepat selesai.

(36)

Allah mengisyaratkan bahwa intensitas praktek ibadah akan berpengaruh pada tingkat kreativitas yang dimilikinya. Bila seseorang intens melakukan praktek ibadah, maka Allah akan memudahkannya mendapatkan

pencerahan. Rasulullah bersabda bahwa Allah akan memberikan kemudahan pada seseorang untuk memahami sesuatu bila ia senang melakukan ibadah sunnah. lbadah sunnah yang utama adalah berdzikir, shalat malam, puasa Senin-Kamis, puasa Dawud, dan sebagainya.

"Hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada Ku dengan melakukan hal-hal yang sunnah, maka ia Kusenangi dan Kucintai, karenanya, Aku-lah yang menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar,menjadi peglihatannya yang dengannya ia melihat,

menjadi liahnya yang dengannya ia bertutur kata, dan menjadi aka! yang dengannya ia berpikir. Apabila ia berdoa kepada-Ku, aku

perkenankan doanya. Apabila ia minta sesuatu pada-Ku, niscaya Aku akan menolongnya. lbadah yang aku senangi ialah menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya untuk-Ku." (HR. Thabrani)

Ketiga, aspek kepribadian (rasa ingin tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat mandiri, bernni mengambil rcsiko, disiplin diri, komitmen d;:m asertif).

(37)

Hasil penelitian Any Reputrawati mengungkapkan bahvva ada hubungan antara asertivitas dengan kreativitas pada siswa SMU. Ciri-ciri asertivitas adalah kepercayaan diri, kebebasan berekspresi secara jujur, tegas, dan terbuka tanpa mengecilkan dan mengesampingkan arti orang lain, dan berani tangung jawab. Secara khusus, Reprutrawati, ciri-ciri sifat diatas memiliki hubungan antar asertivitas dengan kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, dan originalitas, namun tidak ada hubungan asertivitas dengan elaborasi. (Nashori, 2002).

Kepribadian yang baik, pikiran yang jernih, yang bebas dari penyakit hati maka akan mudah memperoleh kreativitas ilahi atau ilmu. Seperti terpatri dalam Qs. Al-Kahfi (18): 65, yang artinya: "Yang le/ah kami berikan

kepadanya rahmal dari sisi Kami, dan yang le/ah Kami ajarkan kepadanya

ilmu dari sisi Kami." Dan Qs. An-Nuur (24): 35 yang artmya "Allah (pemberi) cahaya (kepada) /angil dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah

/ubang yang lidak lembus yang di dalamnya ada pe/ila besar. Pelila ilu di

dalam labung kaca, (dan) labung kaca ilu bagaikan binlang yang berkilauan,

yang dinya/akan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yailu} pohon

zailun yang lumbuh tidak di Timur dan tidak pula di Baral, yang min ya kn ya

(saja) hampir-hampir menerangi, wa/aupun lidak disentuh api. Cahaya di alas

(38)

orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan

bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesualu"

Di samping aspek internal, aspek eksternal juga mempengaruhi kreativitas seseorang. Aspek tersebut di antaranya:

Pertama, Faktor Budaya, dan orang lain (keluarga, sekolah atau kerja,

masyarakat). Sehebat apapun seseorang pasti membutuhkan orang lain. Bila ada orang hebat, lihatlah orang-orang di sekelilingnya. Utami Munandar mengatakan bahwa kebudayaan yang memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya kreativitas adalah kebudayaan yang menghargai kreativitas.

Kedua, Faktor Sarana dan Prasarana (fasilitas dan lingkungan yang mendukung kepenulisan). Faktor ini merupakan faktor pendukung

kepenulisan. Seperti referensi tulisan yang berasal dari berbagai sumber, media untuk mempublikasikan tulisan (baik cetak maupun elektronik), suasana juga turut mempengaruhi.

(39)

1. Konsentrasi untuk menulis.

2. Menghimpun materi yang akan ditulis.

3. Pengembangan materi yang akan ditulis (mapping mind - menulis dalam kepala).

4. Dukungan referensi dan sarana menulis Membuat draft materi yang akan ditulis juga tentukan fiksi atau non fiksi.

5. Diskusi dengan teman untuk membicarakan tulisan akan ditulis - bila diperlukan.

6. Menyusun jadwal untuk menulis disesuaikan dengan jam

produktif/biological clock (masing-masing orang punya jam-jam produktif yang berbeda).

7. Siap menulis tanpa keraguan/bimbang (sungguh-sungguh). 8. Siap sendirian (menyendiri pada waktu menulis).

9. Tubuh dalam kondisi fit agar pada waktu menulis tidak ada gangguan kesehatan.

10. Sediakan 'ruang' yang nyaman untuk bekerja (menulis).

(40)

2.1.4 Faktor Penghambat Kreativitas dalam Menulis

James (1986; dalam Arman, 2006) telah mengidentifikasi hambatan kerativitas tersebut dalam bentuk klasifikasi sebagai berikut:

1. Hambatan Persepsi: hambatan yang menyebabkan manusia sulit untuk secara jelas mempersepsikan masalah atau informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya: Pola pikir stereotip,

membatasi masalah secara berlebihan, terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi (data) yang diperoleh.

2. Hambatan Emosi: hambatan yang dapat sangat mengganggu kemam-puan seseorang untuk memecahkan masalah melalui berbagai cara. Misalnya: takut mengambil resiko, tidak menyukai ketidakpastian atau takut keluar dari zona nyaman, lebih suka menilai daripada menghasilkan gagasan, menganggap remeh suatu masalah, tergesa-gesa

menyelesaikan masalah dalam kepenulisan.

3. Hambatan Kultural: hambatan yang paling umum adalah ketakutan untuk menjadi berbeda dengan yang lain, atau takut men£1ambil

(41)

4. Hambatan Lingkungan: merupakan hambatan kultural dalam lingkup yang lebih luas. Dapat ditimbulkan oleh lingkungan sosial, budaya, dan fisik yang melingkupi kita. Misalnya: kurangnya dukungan sarana, pra-sarana dalam menulis

5. Hambatan lntelektual: biasanya disebabkan oleh pilihan mental yang tidak efisien atau keengganan untuk menggunakan pendekatan baru. Misalnya: terlalu mengandalkan logika, enggan menggunakan intuisi, menggunakan pengalaman atau cara lama yang terbukti efektif hasilnya, terlalu

mengandalkan statistik dan pengalaman masa lalu sehingga gagasan-gagasan baru terlalu cepat diuji secara mental.

Fogler dan Leblanc (2000; dalam Arman, 2006) menambahkan suatu faktor hambatan lagi berupa Hambatan Ekspresif, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan pada orang lain dalam bentuk oral maupun tulis.

Ary Ginanjar (2006) mengungkapkan bahwa kreativitas tidak muncul jika

GOD-SPOT (titik tuhan) terbelenggu oleh hal-hal negatif yang sangat merugikan, di antaranya:

1. Prasangka negatif (QS. Yun us 10:36)

2. Prinsip hid up yang keliru (Qs. Al-Ankabuut 29:41)

(42)

4. Mendahulukan kepentingan selain Allah, hal ini bertolak belakang dengan firman Allah (Qs. Al-Has yr 59: 18)

5 Sudut pandang melenceng (Qs. An-Nahl 16:125) 6. Pembanding yang salah (Qs. Al-kahfi 18:54) 7. Literatur sesat (Al-Furqaan 25:33)

Trevor Bentley menulis bahwa salah satu penghambat l<reativitas adalah ketika orang itu hanya memiliki jawaban tunggal alas masalah (Only One Right Answer). Seperti tercatat dalam Qs. Yusuf ayat 6i' yang berarti: "Dan yakub berkata, 'Hai anak-anakku, janganlah kamu bersama-sama memasuki

dari satu pintu gerbang dan masuk/ah dari pintu-pintu gerbang yang

berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat me/epaskan kamu barang sedikit pun

dari takdir Allah. Keputusan menetapkan sesuatu hanya/ah hak Allah.

Kepada-Nya !ah aku bertawakal dan hendaklah kepadanya saja orang-orang

yang bertawakal berserah diri (Ubaedy, 2006).

(43)

Penghambat Kreativitas Pendorong Kreativitas

S1kao Neoatif I

>

Sikae Positif

Taat pada aturan Melanaaar aturan

Membuat asums1 Men1eriksa asumsi

Stres vano berlebihan Lakukan Perubahan Man1pu menvalurkan stress

Takut oaoal dengan T eknik menQambilan resiko

Berkeyakinan bahwa diri sendiri tidak Yakin bila diri kreatif kreatif

Terlalu looika Menoounakan imaiinasi & intuisi

I

Gambar 1

2.2 Puasa

2.2.1 Pengertian Puasa

lstilah puasa dalam bahasa Arab disebut al-shaum atau al-shiyam, dari akar kata shama-yashumu-shawman atau shiyaman. Menurut bahasa, kata (al-shaumu) memiliki beberapa pengertian, diantaranya aclalah:

1. Menahan sesuatu 2. Mencegah

3. Meninggalkan

Di dalam Al-Qur'an terdapat kata shawm dan kata shiyam. Kata shawm

dapat dipahami dalam firman Allah Qs. Maryam (19): 26, yang dimaksud dengan lafadz (shawman) dalam ayat tersebut adalah "menahan diri" untuk tidak berbicara.

(44)

tidak benar, tidak bermanfaat, dan sebagainya). Menurut agama Islam yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan imannya dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat (Rasjid 1994). Puasa adalah menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang mubah, yaitu berupa makan, minum, dan hubungan suami istri dalam rangka mendekatkan diri pada Allah Ta'ala (Qardhawi, 1998). Puasa adalah menahan diri dari segala apa yang juga membatalkan puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat (Sabiq, 1996).

Dari beberapa kutipan di alas, puasa dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang dapat menahan kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan hawa nafsu serta perilaku yang tidak benar, dengan kata lain

meninggalkan segala sesuatu yang mudharat dan yang diharamkan dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).

2.2.2 Macam-macam Puasa

Berdasarkan Tingkatan Puasa Imam Al Ghazali (dalam Said Hawwa, 2005) menjabarkan antara lain:

(45)

namun masih tetap (dan tidak mampu) melepaskan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Imam Al Ghazali pernah berkata: "Berapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapalkan dari puasanya itu se/ain Japar dan haus. Sebab, hakikat puasa ilu ada/ah menahan hawa nafsu, bukanlah sekedar menahan lapar dan haus. Bo/eh jadi orang tersebut memandang yang haram, menggunjing dan berdusta. Maka yang demikian itu membatalkan hakikat puasa".

Golongan ini adalah orang-orang yang oleh Nabi Muhammad SAW disebut sebagai golongan orang-orang yang merugi karena mereka tidak

mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Jumlah golongan ini sangat banyak, bahkan mayoritas di antara orang-orang yang berpuasa. Sebisa mungkin kita berusaha agar tidak termasuk golongan ini dengan

mengamalkan puasa tingkatan kedua, yaitu puasanya orang-orang yang sholeh.

Kedua, puasanya orang khusus dan puasa orang-oran9 sholeh adalah

puasa yang selain menahan perut dan kemaluan, juga menahan semua anggota badan dari berbagai dosa dan maksiat. Menurut Imam Al Ghazali, kesempurnaannya ada tujuh perkara yaitu: menundukkan pandangan dan menahannya dari memandang hal yang diharamkan, clicela dan dibenci (makruh) oleh agama dan norma, dan dari setiap ha! yang dapat

(46)

ghibah (menggur.jing orang), memfitnah, sumpah dusta dan memandang dengan syahwat." (HR. Al-Azdiy)

Ketiga, puasanya orang super khusus yaitu puasa yang disertai dengan puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga. juga menjaga hati dari selain Allah secara total. Puasa ini akan menjadi "batal" karena pikiran selain Allah (segala pikiran tentang dunia, apapun bentuknya). lni adalah puasanya para Nabi dan Rasul Allah SWT.

2.2.3 Syarat Puasa dan Rukun Puasa

Achmad (1995) menjabarkan dalam bukunya syarat puasa dan rukun puasa terdiri alas:

2.2.3.1 Syarat wajib puasa

1. Beragama Islam, karena puasa yang akan dilaksanakan menggunakan tata cara agama Islam. Bila bukan Islam, maka gugur syarat berpuasa pada orang yang menjalankan.

2. Baligh dan berakal, karena orang yang sudah baligh dan berakal

(47)

3. Kuat berpuasa dan sedang menetap di daerah tempat tinggalnya, karena puasa harus dilaksanakan secara penuh dari terbit matahari hingga terbenam matahari. Penulis tidak dalam beperrgian jauh.

2.1.3.2 Syarat sah Puasa

1. Beragama Islam

2. Mumayiz yaitu dapat membedakan yang baik dan tidak baik. Maksudnya

orang yang sudah dewasa secara kronologis dan mental.

3. Suci dari haid dan nifas, hal ini hanya dialami pada wanita, artinya bila

wanita sedang dalam keadaan haid dan nifas maka ia haram berpuasa.

4. Dalam keadaan yang diperbolehkan puasa, rnaksudnya tidak

memberatkan, seperti puasa bagi wanita hamil,saat sakit, dan bepergiaan jauh pada jarak tertentu tetap diperbolahkan berpuasa tapi tidak

dipaksakan.

2.2.4 Rukun Puasa

Rukun puasa ini dibahas sebagai tata cara puasa yang dilakukan penulis muslim:

1. Nial, yang dimaksud dengan niat adalah berkehendak atau berkeinginan

(48)

keyakinan diri bahwa puasanya akan berpengaruh dan memberikan kekuatan saat menulis.

2. Menahan diri dari sega/a yang membatalkan puasa dari yang halal (makan dan minum) sampai yang haram (bersetubuh, membunuh, dan seterusnya) dan menjaga dari perbuatan bodoh (ghibah, fitnah, dan seterusnya) sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

2.2.5 Hikmah Puasa

Puasa merupakan satu-satunya ibadah yang dilakukan serba rahasia, hanya diri sendiri dan Allah yang mengetahui. Orang yang berpuasa itu dijanjikan Allah akan bertemu denganNya untuk menerima balasan puasanya. Ukuran balasannya pun diatur langsung oleh Allah. Sabda Rasulullah s.a.w. yang berikut:

"Demi Allah yang jiwaku berada di dalam ァ・ョァセQ。ュ。ョnケ。L@ bahwa bau mulut seorang yang berpuasa adalah lebih harum pada sisi Allah dari bau-bauan minyak kasturi. Allah azza wa jalla berkata: Sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwatnya, makannya dan minumannya kerana Aku. Puasa itu (dilakukan) karena Aku, dan Akulah yang akan memberikan balasannya sendiri."

Bila ditelaah lebih dalam puasa juga mengandung banyak rahasia hikmah yang tersirat di baliknya baik dalam secara internal maupun eksternal. Puasa dapat berpengaruh baik dalam berbagai aspek kehidupan orang yang

(49)

Yusuf Qardhawi (1995) menyebutkan beberapa hikmah puasa, antara lain: 1. Tazkiyatun nafs (membersihkan jiwa), yaitu dengan jalan mematuhi

perintahNya dan menjauhi laranganNya serta melatih diri untuk menyempurnakan peribadatan kepada Allah semata.

2. Puasa dapat menyehatkan fisik dan mental seseorang yang menjalankannya.

Secara Jasadiah, puasa dapat berimplikasi langsung terhadap kesehatan fisik, Seperti dijelaskan dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Shumu tashihhu" (berpuasalah niscaya kamu akan sehat (HR. Thabrani). Sabda Rasulullah yang lain "Perut adalah rumah penyakit dan pencegahan adalah pangkal obat. Dan asal semua penyakit adalah mengisi perut

dengan berlebih-lebihan". Sesuai pula dengan firman Allah dalam Al Qur'an surah Al A'rraf ayat 31 yang artinya sebagai berikut: " ... makan dan minumlah tetapi jangan melampaui batas. Maha benar Allah dengan

segala firman-Nya". (QS 7:31 ).

(50)

stimulus tersebut. Selanjutnya kelenjar lemak menyumpali tambahan hormon yang bekerja untuk memindahkan zat-zat yang tertimbun dalam tubuh seperti glikogen menjadi glukosa melalui hormon kortisol dan zat adrenalin, kemudian di cerna oleh otak. Oleh karenanya, puasa bekerja untuk menghancurkan timbunan lemak dan merubal1nya menjadi energi yang dapat mengembalikan keseimbangan tubuh (Rasyad, 2004).

Keseimbangan dalam tubuh inilah yang memberikan efek relaksasi pada tubuh dimana tubuh merasa nyaman, tenang, dan membuat tidur lebih nyenyak dan terhindar dari penyakit insomnia dan cemas berlebih. A.A (dalam Hawwa, 2001) mengatakan shaum (puasa) juga memberikan istirahat pada tubuh selama waktu tertentu setiap tahun selama satu setengah dari usia orang sakit. Selain itu keseimbangan tubuh akan meningkatkan konsentrasi dalam berpikir. Saat dimana otak dalam gelombang alpha (a) yang sangat baik untuk belajar dan berpikir kreatif.

Tak heran bila puasa sering dijadikan terapi untuk penyembuhan berbagai penyakit seperti jantung, ginjal, diabetes, stroge, kanker atau sekedar menurunkan berat badan (Rasyad, 2004). Melalui tubuh yang sehat, semua orang termasuk penulis buku akan merasakan perasaan fresh

(51)

ungkapan lbn Katsir dalam tafsirnya, terkandung makna "melemahkan diri dari syahwat dan maksiat agar potensi kalbiah dapat teraktualisasikan".

Puasa Sebagai taqarrub ilahiah (mendekatkan diri kepada Allah). Puasa merupakan madrasah moralitas yang besar dan dapat dijadikan sarana latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji (Wahbah, 1996). Semua dalam rangka ibadah dan menjadi pribadi yang bertaqwa.

Menurut Al Ghazali (dalam Mujib 2006) mengemukakan bahwa hikmah lapar dalam berpuasa antara lain:

1. menjernihkan kalbu dan mempertajam pandangan.

2. melembutkan kalbu, sehingga mampu merasakan kenikmatan batin seperti ketika melakukan zikir.

3. menjauhkan perilaku hina dan sombong yang sering mengakibatkan kelupaan.

4. mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah, sehingga ia hati-hati dalam memilih makanan.

(52)

Dosa dan maksiat merupakan salah satu yang dapat menghambat untuk berpikir jernih. Enam maksiat yang wajib dihindarkan saat orang

berpuasa menurut Imam Al-Ghazali yang dikutif oleh Arwani Syaerozi dalam (http://arwani-syaerozi.blogspot.com ialah :

a. menjaga mata dari melihat sesuatu yang buruk menurut norma agama b. menjaga lisan dari berdusta, memfitnah, dan perkataan keji

c. menjaga telinga dari mendengar segala sesuatu yang haram untuk didengar.

d. menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan negatif e. menjaga untuk tidak berlebihan saat berbuka puasa

f. menjaga hati untuk terus terikat dengan khauf (rasa takut) dan raja' (pengharapan), agar sadar bahwa ibadah puasanya bisa saja diterima oleh Allah Swt, sehingga termasuk orang-orang yang beruntung atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang merugi.

6. mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga di malam hari untuk beribadah.

7. mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah. 8. menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit. 9. menumbuhkan sikap suka membantu orang lain.

(53)

Utsman Najati (2003) juga menerangkan tentang hikmah (faedah) puasa yaitu sebagai berikut:

1. Puasa dapat memperkuat kehendak dan menimbulkan kekuatan untuk menaklukan hawa nafsu.

2. Puasa melatih seseorang untuk bersabar, dengan puasa ia mampu menahan beban berat kehidupan atau saat mengejar suatu tujuan. Puasa membiasakan sifat sabar dapat membangkitkan semangat juang. Dalam buku lhya Ulumuddin, Imam Al Ghazali menJelaskan bahwa ibadah puasa adalah seperempat dari iman, statemennya ini dilandaskan pada hadits Nabi SAW yang menjelaskan bahwa "puasa itu setengahnya sifat sabar'' (HR. Ahmad dan Turmudzi) dan hadist yang lain "sifat sabar itu setengahnya iman" (HR. Abu Nuaim), dari kombinasi dua hadits inilah al Ghazali menarik kesimpulan bahwa ibadah puasa adalah seperempat dari iman (Arwani Syaerozi dalam http://hikmah.sitesled.com).

Sifat sabar ini penting dan sangat dibutuhkan oleh para penulis buku terutama dalam menghadapi setiap masalah kepenulisannya baik secara internal maupun eksternal. Banyak hal yang mau tidak mau menuntut kesabaran dari sang penulis.

3. Puasa mengajakan seseorang untuk berempati pada penderitaan fakir miskin, sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial, ia senantiasa cenderung untuk memberikan bantuan pada yang

(54)

4. Puasa sangat berguna untuk mengobati perasaan berdosa dan menghilangkan kegundahan. Barang siapa yang menunaikan puasa, maka ia akan meraih ampunan dari Allah alas segala dosa-dosa yang telah ia perbuat.

2.2.5 Manfaat Puasa secara Psikologis 1. Puasa mengendalikan hawa nafsu

Bila dianalisis dari teori Psikologi, Psikoanalisa misalnya. makan, minum, dan kesenangan duniawi diibaratkan sebagai id, perilaku puasa sebagai ego yang menuruti superego yang melarang untuk rnendekati id. lbadah puasa sebagai simbol dari usaha untuk kenikmatan fisik materialis menuju kenikmatan psikis transendental. Dengan puasa manusia melatih diri untuk mengendalikan diri dan terhindar dari belenggu materialisme di zaman yang hedonistik (pemuja kesenangan dunia semata) ini.

(55)

2. Puasa membuat lebih konsentrasi dalam berpikir kreatif

Puasa sebenarnya menyebabkan fisik terutama alat pencernaan

mengalami tekanan (tension) karena tidak ada makanan atau minuman (sumber energi) yang masuk, namun alat pencernaan dan hormon dalam tubuh tetap bekerja. Keadaan tegang ini pada suatu sistem cenderung untuk menyamakan diri dengan sistem disekitarnya. Sistem yang mempunyai tegangan tinggi akan mengalirkan eneqJinya ke sistem di sekitarnya yang tegangannya lebih rendah sehingga teganganya sama dengan sistem lainnya. Puasa membuat terjadinya mengalihan energi dari perut ke yang lain sehingga terjadi keseimbangan tubuh (Suryabrata, 2003).

Bila kita bahasa melalui teori psikologi Medan Kurt Lewin, perpindahan energi dari perut ke sistem otak. Hal ini dikarenakan darah tidak

terkonsentrasi di saluran pencernaan, sehingga otak cukup mendapat suplai maksimal ketika ia bekerja sehingga kegiatan berfikirnya menjadi optimal (www.Ade.Blogspot.com). Pengalihan energi ini menyebabkan otak lebih mendapat suplai darah lebih banyak dan menjadi lebih

(56)

3. Puasa memberikan motivasi dan semangat yang tinggi dalam berkarya Puasa mengandung latihan untuk mengendalikan motivasi dan emosi serta mengalahkan dorongan syahwatnya untuk tidak makan, tidak

minum, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berkata kotor, bertindak bodoh, mencela, maupun melakukan perbuatan yang dapat

mendatangkan murka Allah. Puasa dapat meningkatkan motivasi dan semangat berprestasi dan berkarya. Puasa memberikan penekanan dan pengalihan rasa lapar yang dirasakan sebagai motivasi atau semangat untuk semakin giat berprestasi (berkarya).

Hal ini secara fisika bisa kita pelajari lewat mekanisme permainan anak jungkat-jungkit dimana bila yang satu ditekan ke bawah maka teman di depannya akan naik ke alas dan begitu sebaliknya. Contoh lain, bola tenis bila di tekukkan ke tanah perlahan maka pantulan ke langitnya rendah namun bila di ketukkan dengan sangat kencang maka bola tersebut akan memantul ke angkasa bisa sangat tinggi. Gaya tekan berubah menjadi energi untuk melakuan usaha perpindahan.

(57)

orang yang arah motivasinya mengejar tekanan bisa berupa reward

(hadiah) yang mereka ingin miliki sehingga mereka akan berusaha untuk memperolehnya.

Dalam skripsi ini, berarti puasa dapat menimbulkan motivasi dan semangat baru dalam menulis. Hal ini dapat menjacli kekuatan dan dukungan mental positif bagi setiap penulis buku. Namun paradigma keliru selama ini mengatakan bahwa saat berpuasa orang akan merasa lemas dan tak berdaya sehingga menurunkan produktivitas kerja dan motivasi berkarya. Sebenarnya hal itu berhubungan dengan kualitas puasanya pula. Sangat cocok dengan perkataan hadits nabi berikut ini:

"Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari puasanya itu kecuali /apar dan dahaga." (1-/adits Riwayat Turmudzi)

4. Puasa dapat meningkatkan kecerdasan intelektual spiritual

Puasa merangsang syaraf-syaraf kecerdasan untuk berpikir aktif, dinamis, dan konstruktif. Ketika berpuasa, syaraf-syaraf manusia tidak disibukkan mengelola nutrisi yang bersifat materi, melainkan lebih mengarah pada pengelolalaan nutrisi intelektual, seperti perolehan c:ahaya (il!umination).

(58)

sebanyak-penerimaan ide-ide yang lebih tinggi hanya mungkin bila pikiran

dicerahkan oleh akal aktif agar dapat tercerahkan oleh cahaya iman dan disentuh oleh keberbakatan yang tumbuh dari wahyu.

Pada saat tersebut, biasanya penulis sering mendapat hujan ide yang menginspirasi mereka untuk menuliskan ide-ide tersebut. Penulis

haruslah memiliki ide kepenulisan dan puasa dapat dijadikan salah satu motivasi mereka untuk berpikir kreatif dan inovatif.

5. Puasa dapat menyehatkan mental

Secara mental, puasa juga dapat digunakan sebagai terapi psikis. Misalnya menyembuhkan gangguan jiwa bahkan yang parah sekalipun. Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada Lembaga Psikiatri Moskow, mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan

(59)

ditangani secara medis justru mampu disembuhkan dengan puasa. Selain itu kemungkinan pasien untuk tidak kambuh setelah enam tahun ternyata sangat tinggi, lebih dari seperuh pasien tetap sehat. Meskipun puasa yang diberikan masih boleh minum. Ditinjau dari penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott bahwa penyakit seperti insomnia, merasa rendah diri juga dapat diatasi dengan berpuasa (Ancok, 1994).

Penulis yang sehat mental akan menghasilkan tulisan yang bermanfaat dan dan bermakna karena tulisan adalah buah karya pemikiran seseorang yang tertuang dalam bentuk kata-kata. Oleh sebab itu kebenaran isi dan kedalaman makna tulisan tergantung pula kondisi mental sang penulis.

2.3

Kerangka Berpikir

menulis kreatif adalah kegiatan berpetualang secara batin dan intelektual dalam mengendalikan pikiran-pikiran kreatif yang bergumul dalam pikiran dan merangkainya menjadi sebuah tulisan yang unik, bernilai guna, dan dapat dimengerti orang yang membacanya dengan cara yang tak biasa (divergen atau lateral) melalui proses kreatif.

(60)

menulis. Kata-kata yang dipilih ini akan membuat tulisan baik atau buruk, menarik atau membosankan dan mudah atau sulit dipahami pembacanya.

Tulisan dikatakan kreatif bila menunjukan sifat kreativitas seperti: (1) Baru,

(novelty): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh,

mengejutkan. (2) Berguna, (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan

masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, rnendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak (3) Dapat dimengerti, (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.

Tulisan kreatif juga bercirikan kelancaran berpikir (fluency of thingking)

dimana penulis mampu menghasilkan banyak tulisan. l<eluwesan (flesibility)

yaitu penulis dapat menghasilkan tulisan dari berbagai jenis karya tulis baik fiksi maupun non-fiksi atau menulis beragam tema. Elaborasi (elaboration),

seorang penulis yang memiliki kemampuan elaborasi berpikir akan mampu menunjukkan detil-detil idenya. Keaslian (orisinality), seorang penulis yang memiliki orisinalitas berpikir bila ia dapat menunjukkan ide-ide yang baru yang berkaitan dengan isi maupun cara penuturannya.

(61)

proses yang bisa singkat maupun lama. Proses kreativitas yang dialami diantaranya: masa persiapan, konsentrasi, inkubasi, illuminasi, dan verifikasi. Secara sistematis dipaparkan oleh (David Campbell dalam Nashori, 2002).

Banyak faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif. Secara Internal ada beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu aspek kognitif (lnteligensi dan kekayaan pengalaman dan keterampilan penulis dalam berpikir), aspek non kognitif (sikap, motivasi, nilai spiritualitas), dan aspek kepribadian (rasa ingin tahu, harga diri, kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko, disiplin diri, komitmen dan asertif).

Disamping aspek internal, aspek eksternal juga mempengaruhi kreativitas seseorang. Aspek tersebut di antaranya: faktor budaya, dan orang lain (keluarga, sekolah atau kerja, masyarakat) dan faktor sarana dan prasarana

(fasilitas dan lingkungan yang mendukung kepenulisan).

Hal tersebut mampu mempercepat atau malah menjadi penghalang. Penulis mengalami hambatan baik secara hambatan internal (mengalami

(62)

dengan fasilitas yang memadai dan finansial yang menunjang, seringkali dicontek atau ditiru orang lain).

Permasalahan-permasalahan di atas dapat menjadi hambatan dalam kreativitas. Para penulis biasanya mengatasi hal tersebut sebelum melanjutkan untuk menulis. Secara Islam proses kreatif dapat dirasakan seseorang bila telah bebas dari belenggu jiwa, dengan jiwa yang bersih, ilham yang berupa ilmu dan pengertahuan atau kreativitas langsung ditancapkan dalam dada mereka, hatinya yang bersih akan lebih mudah menerima dan mendeteksinya.

Puasa dapat dijadikan stimuli dalam memunculkan kreativitas dalam menulis atau berimplikasi pada menulis kreatif. Puasa itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang dapat menat1an kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan hawa nafsu lain demi mendekatkan diri pada Allah. Dengan kata lain meninggalkan segala sesuatu yang mudharat

dan yang diharamkan dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).

(63)

justru berbuah banyak hikmah dalam membantu penulis dalam menulis kreatif .

Analisa berdasarkan pendapat para pakar tentang hikmah puasa dan disesuaikan dengan proses kreatif menurut David Campbell. Puasa dapat berimplikasi di tiap tahapnya yang akan dijabarkan sebagai berikut:

Tahap persiapan: pada tahap ini, puasa memberikan motivasi dan

semangat yang tinggi dalam berkarya. Puasa melatih penulis untuk tekun dan bersabar karena pada tahap ini penulis banyak mengalami kesulitan saat memulai, menentukan masalah, maupun pengumpulan materi

kepenulisan. Penulis juga mempelajari latar belakang rnasalah serta seluk beluknya.

Tahap konsentrasi: puasa dapat mengendalikan hawa nafsu, nafsu yang tadinya berfokus pada kebutuhan fisik dialihkan pada nafsu lain yang lebih batiniah sehingga memunculkan motivasi dan konse,ntrasi berfikir di otak. Hal ini dikarenakan darah tidak terkonsentrasi hanya di saluran - ·pencernaan tetapi ke otak sehingga otak cukup mendapat suplai maksimal

(64)

berbagai sudut pandang dan menyederhanakannya dengan bahasa sendiri. Hal tersebut membutuhkan energi yang besar.

Tahap inkubasi: tahap dimana penulis seolah-olah mengesampingkan

masalah yang tengah dihadapi atau beristirahat sejenak hingga tertidur, memberi waktu bagi pikiran untuk relaks dan mengumpulkan energi. Keadaan ini penulis berada dalam gelombang otak "teta". Meski demikian, bukan berarti melupakan masalah yang harus diselesaikan, tetapi

sebenarnya alam bawah sadarnya yang meneruskan mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi. Mimpinya dapat menjadi "pintu" atau 'Jalan"

atau "sarana" bagi otak untuk tetap mencari pemecahan masalah yang

dihadapinya. Puasa membuat jiwa menjadi lebih tenang dan memberikan efek relaksasi. Puasa membuat tidur lebih nyenyak. Hal ini dikarena saat berpuasa energi yang diperoleh dari makanan dan minuman untuk

sementara waktu terhenti. Horman dalam tubuh akan bekerja untuk

menghancurkan timbunan lemak dan merubahnya meniadi energi yang dapat mengembalikan keseimbangan tubuh.

Tahap illuminasi: Pada tahap ini otak menunjukkan gelombang "a/fa".

Kisarannya 7-13 Hz. Keadaan "a/fa" yang relaks ini ウ。ョセセ。エ@ baik untuk belajar dan dalam menemukan suatu gagasan atau rencana pemecahan masalah. Proses ini sering disebut pengalaman "AHA", dan biasanya orang

(65)

gagasan pemecahan yang salama ini dicari (Pasiak, 2002). Hasil kreatif baru muncul secara tiba-tiba dan diikuti rasa senang. Pada tahap ini puasa

sebagai penjernih jiwa (tazkiyatun nafs) menghapus dosa dan kotoran dari jasad, akal, dan hati seseorang, sehingga belenggu jiwa dan

hambatan menulis dapat teratasi. Jiwa yang bersih, pikiran yang jernih dan keseimbangan dalam tubuh inilah yang memberikan efek relaksasi dengan perasaan tenang, sehingga ilmu, ilham, atau ide penulisan akan mudah muncul dan ditangkap oleh penulis.

Tahap verifikasi: ahli lain menyebutnya dengan implementasi. Verifikasi merupakan pelaksanaan gagasan yang ditemukan. Pada tahap ini, penulis dapat menuangkan ide-ide hasil pemikiran kreatifnya melalui tulisan.

(66)

pengumpulan materi kepenulisan. mencoba meneliti masalah dari berbagai sudut pandang dan menyeder- D

2 Konsentrasi: puasa dapat mengendalikan hawa nafsu.

hanakannya de;igan bahasa sendiri. Penu!is biasanya menga!ami coba dan i

nafsu yang tadinya berfokus pada kebutuhan fisik salah (trial and error).

s dialihkan pada nafsu lain yang lebih batiniah sehingga

3. lnkubasi: sedang pada tahap ini, Penulis seolah-olah mengesampingkan

f---1> memunculkan motivasi dan konsentrasi berfikir di otak

masalah yang tengah dihadapi atau beristirahat sejenak hingga tertidur, t

3. lnkubasi: puasa membuat jiwa menjad1 !ebih tenang

memberl waktu tagi pikiran untuk relaks dan mengumpulkan energi. i dan memberikan efek re!aksasL Puasa membuat tidur

4. 11/uminasi: pada tahap ini otak menunjukkan gelombang "a/fa". Kisarannya m

lebih nyenyak. Hal ini dikarena saat berpuasa energi 7-13 Hz. Keadaan "a/fa" yang relaks ini sangat baik untuk belajar dan dalam

u yang dipero!eh dari makanan dan minuman untuk menemukan suatu gagasan atau rencana pemecahan masalah. Pada tahap

I sementara waktu terhenti. Horman dalam tubuh akan ini penulis menemukan insight atau ide. セ@

bekerja untuk menghancurkan timbunan !emak dan

5. Verifikasi: pada tahap ini, penulis dapat menuangkan ide-1de hasil i

merubahnya menjadi energi yang dapat pemikiran kreatifnya melalui tulisan. Penentuan apakah penyelesaian

masalah nampak dalam fakta-fakta yang benar, penulis memerlukan pola

0 r-- mengembalikan keseimbangan tubuh.

berpikir kritis untuk mengevaluasi has11 penyelesaian masalah. 4. lluminasi: puasa puasa sebagai penjernih jiwa

I (tazkiyatun nafs) dapat menghapus dosa dan kotoran

e dari jasad, akal, dan hati seseorang, sehingga Hasil Kreativitas yang rnencerminkan unsur kretavitas dan sifat kreativitas h be!enggu jiwa dan hambatan menulis dapat teratasi. Empat Unsur Kre:ativitas: Keseimbangan da!am tubuh inilah yang memberfkan

1. Kelancaran berpikir (fluency of thingking) dimana penulis mampu

p efek relaksasi. dengan perasaan tenang. plkiran jernih,

menghasilkan bJnyak tulisan.

-

ide akan mudah muncu! dan ditangkap oleh

Gambar

Gambaran Um um Subjek Penelitian .................................. 64
Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data ..
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir ...
tabel 3.1 Metode Pengumpulan data
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks penelitian ini, penonton media online YouTube bisa digolongkan sebuah prilaku mengkonsumsi media tentu didorong oleh motif tertentu, sesuai dengan

Area potensial panas bumi kawasan Gunung Telomoyo bagian utara terdapat pada kaldera Telomoyo atau pegunungan kelir dan daerah sepakung seperti pada Gambar 8 , Hasil

misalnya: karet nitril (0,4 mm), karet kloroprene (0,5 mm), polivinilklorida (0,7 mm) dan lain-lain Catatan tambahan : Spesifikasi produk tergantung pada pengujian, dari data

[r]

Bagus Tri Wibowo Kameramen insert: Yunita Septiarti Audioman: Arifudin Voice Over: Vanti Istanti Penulis Naskah: Herlina Nur Hidayah Tata Swastika Ayuningtyas. 9

Pemilik modal yang besar mampu membeli bahan baku (tanah liat dan kayu bakar) dengan jumlah yang besar serta mengupah tenaga kerja yang digunakan untuk mencetak batu bata

Analisis Data Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berjumlah tujuhbelas data yang merupakan jumlah jawaban responden atas empatpuluh lima butir pertanyaan dan akan

Evaluasi dokumen penawaran dilakukan dari tanggal 31 Agustus – 7 September 2016, yang dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor 07-Jawas/Pokja.PA-Pry/IX/2016, tanggal