• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES KREATIF MENULIS PENYAIR JAWA BARAT DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES KREATIF MENULIS PENYAIR JAWA BARAT DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...………..………..……....……….……... i

KATA PENGANTAR ………..………...…….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH... ……...………..………..……....…... vi

DAFTAR ISI………..…………...……….. x

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL... xviii

DAFTAR LAMPIRAN………..……….……... xix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Fokus Penelitian... 6

1.3 Pertanyaan-pertanyaan Penelitian... 8

1.4 Tujuan Penelitian... 9

1.5 Manfaat Penelitian... 9

1.6 Definisi Istilah... 10

BAB 2 KAJIAN TEORI... 12

2.1 Hakikat Kreativitas... 12

2.2 Ciri-ciri Kreativitas...

.

... 14

2.2.1 Kepribadian Kreatif... 15

2.2.2 Dorongan (Press) ... 18

▸ Baca selengkapnya: temukan tiga puisi modern dari penyair yang berbeda lalu isilah tabel di bawah ini

(2)

2.2.3.1 Persiapan... 21

2.2.3.2 Inkubasi... 22

2.2.3.3 Iluminasi... 22

2.2.3.4 Verifikasi atau Tahap Pelaksanaan... 23

2.2.4 Produk Kreatif... 24

2.3 Hakikat Menulis... 27

2.4 Keterampilan Menulis...,... 32

2.5 Proses Kreatif Menulis... 34

2.6 Lokalitas dalam Pembelajaran Sastra... 36

2.7 Apresiasi Puisi dalam Pengajaran Sastra... 37

2.8 Puisi... 43

2.9 Unsur-unsur Puisi... 46

2.9.1 Situasi Bahasa... 46

2.9.2 Tema dan Pengembangan Tema... 46

2.9.3 Penggunaan Bahasa Puisi... 47

2.9.3.1 Bunyi... 47

2.9.3.2 Sintaksis Puisi... 48

2.9.4 Pola-pola Makna... 48

2.9.3.3 Semantik Sajak... 49

2.9.3.4 Bahasa Kiasan... 49

2.9.5 Verifikasi... 50

2.9.3.5 Sajak Suku Kata... 50

▸ Baca selengkapnya: merekam pengalaman, proses kreatif, dan referensi karyanya dalam jurnal visual

(3)

2.9.3.7 Rima, Skema Rima, dan Bait... 51

2.9.6 Bentuk Sajak... 51

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 53

3.1 Metode Penelitian... 53

3.2 Desain Penelitian... 58

3.3 Sumber Data ... 60

3.2.1 Sumber Data Sekunder... 60

3.2.2 Sumber Data Primer... 61

3.3 Instrumen Penelitian... 61

3.4 Prosedur Pengumpulan Data... 63

3.4.1 Analisis Isi... 65

3.4.2 Wawancara... 66

3.4.2.1 Macam-macam Wawancara... 67

3.4.2.2 Langkah-langkah Wawancara... 67

3.4.2.3 Alat-alat Wawancara... 68

3.4.2.4 Mencatat Hasil Wawancara... 68

3.5 Analisis dan Interpretasi Data... 69

3.6 Uji Keabsahan Data Kualitatif... 70

3.7 Alur Penelitian... 73

3.7.1 Pra Lapangan... 74

3.7.2 Lapangan... 78

(4)

3.8 Instrumen dalam Penelitian Proses Kreatif Penyair Jawa Barat... 82

3.9 Instrumen Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Penyair Jawa Barat… 84 BAB 4 ANALISIS DEFINISI KREATIVITAS DAN PROSES KREATIF MENULIS PUISI PARA PENYAIR JAWA BARAT BARAT... 82

4.1 Analisis Definisi dan Aspek-aspek Kreativitas Menurut Para Penyair Jawa Barat... 85

4.1.1 Definisi Kreativitas Menurut Agus R. Sarjono... 87

4.1.1.1 Kepribadian Kreatif Agus R. Sarjono... 87

4.1.1.2 Dorongan atau Motivasi (Press) Menurut Agus R. Sarjono. 88 4.1.1.3 Proses Kreatif Menurut Agus R. Sarjono... 88

4.1.1.4 Produk Kreatif Menurut Agus R. Sarjono... 94

4.1.2 Definisi Kreativitas Menurut Acep Zamzam Noor... 96

4.2.2.1 Kepribadian Kreatif Menurut Acep Zamzam Noor... 97

4.2.2.2 Press (Motivasi atau Dorongan) Menurut Acep Zamzam Noor ... 97

4.2.2.3Proses Kreatif Menurut Acep Zamzam Noor... 98

4.2.2.4Produk Kreatif Menurut Acep Zamzam Noor... 101

4.1.3 Definisi Kreativitas Menurut Soni Farid Maulana... 103

4.1.3.1Kepribadian Kreatif Menurut Soni Farid Maulana... 103

4.1.3.2Press (Motivasi atau Dorongan) Menurut Soni Farid Maulana ... 103

4.1.3.3Proses Kreatif Menurut Soni Farid Maulana... 104

(5)

4.1.4 Definisi Kreativitas Menurut Nenden Lilis Aisyah... 109

4.1.4.1 Kepribadian Kreatif Menurut Nenden Lilis Aisyah... 110

4.1.4.2 Press (Motivasi atau Dorongan) Menurut Nenden Lilis Aisyah ... 110

4.1.4.3Proses Kreatif Menurut Nenden Lilis Aisyah... 113

4.1.4.4Produk Kreatif Nenden Lilis Aisyah... 115

4.1.5 Definisi Kreativitas Menurut Ahda Imran... 116

4.1.5.1Kepribadian Kreatif Menurut Ahda Imran... 116

4.1.5.2 Press (Motivasi atau Dorongan) Menurut Ahda Imran... 117

4.1.5.3 Proses Kreatif Menurut Ahda Imran... 118

4.1.5.4 Produk Kreatif Menurut Ahda Imran... 120

4.1.6 Hasil Definisi Kreativitas Menurut Para Penyair Jawa Barat.... 121

4.1.6.1 Kepribadian Kreatif... 121

4.1.6.2 Dorongan (Press) ... 122

4.1.6.3 Proses Kreatif... 123

4.1.6.4Produk Kreatif... 124

4.2 Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Para penyair Jawa Barat... 125

4.2.1 Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Menurut Agus R.Sarjono. 126 4.2.1.1Situasi Bahasa... 126

4.2.1.2Tema dan Pengembangan Tema... 128

4.2.1.3Penggunaan Bahasa Puisi... 129

4.2.1.4 Pola-pola Makna... 131

(6)

4.2.1.6 Bentuk Sajak... 135

4.2.2 Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Menurut Acep Zamzam Noor ... 138

4.2.1.1Situasi Bahasa... 138

4.2.1.2Tema dan Pengembangan Tema ... 139

4.2.1.3Penggunaan Bahasa Puisi... 139

4.2.1.4Pola-pola Makna... 140

4.2.1.5Verifikasi... 141

4.2.1.6Bentuk Sajak... 143

4.2.3 Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Menurut Soni Farid Maulana... 144

4.2.3.1 Situasi Bahasa...

.

... 144

4.2.3.2 Tema dan Pengembangan Tema... 145

4.2.3.3 Penggunaan Bahasa Puisi... 146

4.2.3.4 Pola-pola Makna... 147

4.2.3.5 Verifikasi... 151

4.2.3.6Bentuk Sajak... 152

4.2.4 Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Menurut Nenden Lilis Aisyah... 153

4.2.4.1Situasi Bahasa... 153

4.2.4.2Tema dan Pengembangan Tema... 154

4.2.4.3Penggunaan Bahasa Puisi... 155

(7)

4.2.4.5Verifikasi... 157

4.2.4.6Bentuk Sajak... 158

4.2.5 Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Menurut Ahda Imran. 159 4.2.5.1Situasi Bahasa... 159

4.2.5.2Tema dan Pengembangan Tema... 160

4.2.5.3Penggunaan Bahasa Puisi... 161

4.2.5.4Pola-pola Makna... 162

4.2.5.5Verifikasi... 164

4.2.5.6Bentuk Sajak... 164

4.2.6 Hasil Proses Kreatif Menulis Puisi Menurut Para Penyair Puisi Jawa Barat... 166

4.2.6.1 Situasi Bahasa... 166

4.2.6.2 Tema dan Pengembangan Tema... 166

4.2.6.3Penggunaan Bahasa Puisi... 167

4.2.6.4Pola-pola Makna... 168

4.2.6.5Verifikasi... 169

4.2.6.6Bentuk Sajak... 171

4.2.7 Analisis Puisi Para Penyair Jawa Barat Berdasarkan Unsur Teks Puisi Perpaduan Luxemburg, dkk... 171

4.2.7.1 Puisi Agus R. Sarjono... 171

4.2.7.2 Puisi Acep Zamzam Noor... 174

4.2.7.3 Puisi Soni Farid Maulana... 177

(8)

4.2.7.5 Puisi Ahda Imran... 181

BAB 5 RANCANGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS VIII MTS AL-FATAH CIKEMBANG... 185

5.1 Proses Menulis Puisi Kreatif Menulis Puisi untuk Pembelajaran di Kelas VIII MTs/SMP... 185

5.2 Penerapannya dalam Pembelajaran di Kelas... 188

BAB 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 195

6.1 Simpulan... 195

6.1.1 Simpulan Definisi dan Aspek-aspek Kreativitas Menurut Penyair Jawa Barat... 195

6.1.2 Simpulan Proses Menulis Puisi Para Penyair Jawa Barat... 198

6.1.3 Simpulan Rancangan Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Berdasarkan Proses Kreatif Menulis Puisi Penyiar Jawa Barat... 202

6.2 Rekomendasi... 203

Daftar Pustaka... 205

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif…………...69

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Unsur Puisi Perpaduan Menurut Luxemburg, dkk….…...62

Tabel 3.2 Instrumen Analisis Definisi Kreativitas Penyair Jawa Barat…..80

Tabel 3.3 Instrumen Analisis Proses Kreatif Menulis Puisi Penyair Jawa

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi Data Definisi Kreativitas dan Proses Kreatif

Lampiran 2 Deskripsi Data Profil Penyair Jawa Barat

Lampiran 3 Hasil Menulis Puisi Siswa

Lampiran 4 Instrumen Penelitan Definisi Kreativitas Penyair Jawa Barat

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kreativitas merupakan titik dasar dalam kehidupan manusia. Hal itu bisa

dilihat dari rasa ingin tahu yang tidak pernah ada habisnya dari manusia itu

sendiri. Keingintahuan pada sesuatu hal yang baru merupakan reinkarnasi dari

kreativitas. Kreativitas hadir dalam kehidupan sebagai puncak dari proses

berjalannya pikiran untuk menemukan sesuatu hal yang baru.

Keberadaan kreativitas tidak akan pernah lepas dari proses yang ada di

dalamnya. Ada berbagai macam cara yang bisa ditempuh dalam menemukan atau

menghasilkan suatu karya dalam prosesnya. Proses tersebut disebut proses kreatif.

Begitu juga dalam karya seni, sastra khususnya puisi merupakan bentuk karya

seni yang diciptakan manusia dengan cara berkreativitas. Berbagai penemuan

dalam proses kreatif menghasilkan sebuah karya cipta yang agung bernama puisi.

Oleh karena itu, setiap pencarian dalam proses kreatif menjadi penting posisinya

dalam kepenulisan sastra. Bagaimana pun proses kreatif puisi tidak akan pernah

lepas dari adanya sejarah yang telah menuliskan karya-karya agung dari penulis

terdahulu.

Jawa Barat sebagai salah satu lumbung perpuisian di Indonesia melahirkan

(13)

Indonesia bahkan asia. Oleh karena itu, proses kreatif mereka sangat penting

untuk dijadikan kajian penelitian dan kemudian menjadi bahan ajar di sekolah.

Perkembangan pembelajaran sastra di sekolah bisa dilihat dari

perkembangan kurikulum yang digunakan pada saat itu. Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran utnuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (BSNP, 2006). Pada pembelajaran bahasa Indonesia, tujuan pembelajaran

sastra bagi siswa MTs/SMP, pengajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan mereka dalam mengapresiasi karya sastra, bukan untuk menguasai

teori atau sejarah sastra. Keterampilan berbahasa siswa menjadi tujuan utama

dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan itu menjadikan posisi sastra dalam

materi pelajaran bahasa Indonesia secara tidak langsung menjadi alat dalam

bentuk teks untuk memperoleh tujuan peningkatan keterampilan berbahasa.

Pembinaan apresiasi sastra di sekolah adalah pembinaan minat intelektual.

Hal ini tidak dapat dipisahkan dari mata pelajaran lain. Pengajaran apresiasi

sastra, bagaimana pun baiknya, tidak banyak manfaatnya kalau minat siswa

keterpelajaran kurang dibina (Sumardjo, 1995:31). Perlu digarisbawahi mengenai

pentingnya minat intelektual yang ada di sekolah. Minat intelektual bisa

dihadirkan melalui sastra jika semua sistem mendukung, baik dari siswa terlebih

guru yang mengajarkan sastra. Pembinaan yang baik adalah pijakan yang sangat

(14)

sebentar, intelektualitas pun akan datang dengan sendirinya, dengan syarat adanya

kesadaran yang tinggi dari pembina di sekolah.

Pengajaran apresiasi sastra adalah pengajaran kesenian. Para siswa dapat

diajak bergaul dengan karya sastra dan juga diajak mencoba menciptakan karya

sastra dalam genrenya (Sumardjo, 1995:32). Sastra tidak hanya berbicara tentang

bahasa, unsur estetika yang ada di dalamnya mengharuskan seseorang harus

mengerti bagaimana estetika itu diciptakan melalui bahasa. Estetika yang sublim

bisa dicapai dengan mengenal sebuah karya berdasarkan nilai seni yang sesuai.

Oleh karena itu, para guru di sekolah harus mengenal kesenian atau setidaknya

karya-karya sastra yang memuat nilai-nilai estetika yang sublim untuk kemudian

diajarkan pada siswanya.

Pada GBPP 1984, pelajaran Bahasa dan Sastra sudah disusun dengan

tepat, namun pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana

pelaksanaannya di sekolah? Jawaban dari pertanyaan itu tidak pernah selesai

entah sampai kapan. Kurikulum berganti dari tahun ke tahun hingga di awal

periode 2000-an dinamakan KTSP. KTSP merupakan penyempurnaan dari

Kurikulum 2004 atau yang juga dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi). Seperti KBK, KTSP berbasis kompetensi. KTSP memberikan

kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program

pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan

peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam

program pendidikan ini, orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif.

(15)

dengan sebutan KTSP, disusun dalam bentuk silabus. Pada kurikulum sebelumnya

bahan pengajaran dihimpun dalam GBPP.

Penyusunan silabus mata pelajaran bahasa Indonesia harus memperhatikan

hakikat bahasa dan sastra sebagai sarana komunikasi dan pendekatan

pembelajaran yang digunakan. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia

mencakup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek:

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu merupakan

aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran walaupun dalam penyajian silabus

keempat aspek itu masih dapat dipisahkan. Bahasa Indonesia merupakan sarana

komunikasi dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan

bahasa sebagai objek kreativitas. Bahasa dan sastra Indonesia diajarkan sesuai

dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa yang

menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah

pendekatan komunikatif, sedang pembelajaran sastra adalah pendekatan apresiatif.

Kompetensi lulusan yang diharapkan untuk mata pelajaran bahasa

Indonesia menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai

dengan jenjang pendidikan. Peserta didik diharapkan telah membaca

sekurang-kurangnya sembilan buku sastra, tiga buku non-sastra (Dirjen Dikdasmen, 2007).

Pengajaran sastra bersifat membantu terciptanya keterampilan berbahasa. Sejarah

berbicara bahwa harapan dalam pendidikan selalu jauh dari kenyataan, begitu pun

dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan membaca dan menulis yang tidak

(16)

tetapi masalah yang dihadapi selalu sama, yaitu pelaksanaan yang tidak sesuai

dengan kurikulum yang berlaku.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa erat kaitannya dalam

pembelajaran sastra. Pembelajaran keterampilan menulis ini sangat bisa

mempengaruhi perkembangan intelektual seorang siswa dalam pelajaran lainnya.

Bahasa Indonesia merupakan dasar yang sangat berhubungan dengan pelajaran

lainnya. Hal itu bisa dilihat dari kenyataan bahwa pelajaran lain digunakan dalam

bahasa Indonesia. Karya sastra berbentuk teks dan dalam prosesnya ada yang

disebut proses menulis kreatif. Keterampilan berbahasa menulis seorang siswa

bisa dilihat dari berapa banyak bacaan yang sudah dihasilkan oleh siswa tersebut.

Tanpa membaca karya sastra, kita tidak mungkin menghasilkan sebuah tulisan

sastra. Sastra dan pemahaman terhadapnya bukan saja memberikan kesempatan

kepada kita untuk menikmatinya dalam beberapa jam, menghindarkan dari

kerumitan hidup, tetapi juga memberikan kepada kita pengalaman hidup dalam

pengertian yang sebenar-benarnya (Tarigan, 2008:134). Pengalaman membaca

sastra bisa menambah kehidupan kita secara nyata melalui teks yang kita baca,

dan dengan hal itu kita akan menghasilkan sebuah karya yang baik dari hasil

bacaan-bacaan itu.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008:22).

(17)

bisa menjadi bahan bacaan bagi orang lain. Menulis merupakan lukisan yang

berbentuk kata-kata dan menghasilkan sebuah tulisan dari hasil daya pikir

seseorang. Pembelajaran sastra menulis puisi, prosa, dan drama merupakan bagian

dari proses kreatif menulis siswa. Keterampilan menulis dalam sastra bisa menjadi

jembatan yang baik dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis bahasa

Indonesia.

Keresahan yang terjadi adalah adanya kebekuan dalam menulis karya

sastra. Problematika itu terjadi karena berbagai hal yang berhubungan dengan

proses kreatif menulis siswa di sekolah. Sastrawan menghasilkan sebuah karya

yang sudah diakui oleh dunia kesusastraan di Indonesia. Penulis mengambil

pengalaman proses kreatif dari sastrawan-sastrawan tersebut untuk lebih

menghasilkan sebuah metode pembelajaran menulis puisi dengan lebih efektif.

Beberapa sastrawan yang telah menghasilkan buku akan dijadikan objek

penelaahan proses kreatif tersebut. Sebut misalnya Acep Zamzam Noor, Agus R.

Sarjono, Sony Farid Maulana, Nenden Lilis A., dan Ahda Imran. Kelima

sastrawan Jawa Barat tersebut akan dijadikan objek penelitian dengan

menggunakan instrumen teknik wawancara dan tulisan mereka mengenai proses

kreatif menulis puisi.

Penelitian-penelitian yang dilakukan berhubungan dengan keterampilan

menulis sudah sangat banyak dilakukan, terlebih puisi. Model pembelajaran

tentang penggunaan metode menulis yang efektif sudah banyak diteliti oleh

mahasiswa baik di jenjang S1 atau pun S2. Tetapi kemudian muncul ketakutan

(18)

keterampilan menulis tanpa diimbangi dengan pengalaman dalam menulis. Hal

inilah yang menjadi latar belakang penelitian ini, yaitu proses kreatif menulis

sastrawan untuk dijadikan model pembelajaran keterampilan menulis sastra di

sekolah, khususnya di MTs/SMP.

1.2Fokus Penelitian

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

berbahasa. Sastra merupakan bagian dari media yang bisa dijadikan alat

pembelajaran keterampilan menulis. Setelah melakukan penjelajahan umum

terhadap situasi pembelajaran sastra serta keadaan kesusastraan yang terjadi di

daerah Jawa Barat, maka fokus penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah:

1) Lima Penyair Jawa Barat yang dijadikan nara sumber utama yaitu

Agus R. Sarjono, Acep Zamzam Noor, Soni Farid Maulana, Nenden

Lilis Aisyah, dan Ahda Imran.

2) Definisi kreativitas yang terdiri dari beberapa aspek dijelaskan oleh

narasumber dalam hal ini Para Penyair Jawa Barat.

3) Proses menulis kreatif yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada

masalah proses kreatif menulis sastrawan Jawa Barat dalam menulis

(19)

4) Analisis data dilakukan dengan studi kepustakaan buku teks tentang

menulis kreatif, artikel kepenulisan para penyair, dan wawancara

kepada Para Penyair Jawa Barat.

5) Penyusunan rancangan bahan pembelajaran sastra, menulis puisi di

SMP/MTs akan disusun sesuai dengan data yang dihasilkan oleh

penulis dari hasil wawancara dengan sastrawan Jawa Barat.

6) Mengenal lokalitas yang ada di sebuah daerah dengan penemaan puisi

yang sekaitan dengan daerah Jawa Barat.

7) Rancangan bahan tersebut diterapkan kepada siswa MTs.

1.3Pertanyaan-pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah, penelitian ini

merumuskan masalah sebagai berikut:

1) Apa definisi dan aspek-aspek kreativitas menurut para penyair Jawa

Barat?

2) Bagaimana proses kreatif menulis puisi yang dilakukan oleh para

penyair Jawa Barat?

3) Bagaimana perancangan dan penerapan bahan pembelajaran menulis

puisi bebas di kelas VIII MTs Al-Fatah berdasarkan proses kreatif dan

(20)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah penelitian ini adalah:

1) Mengetahui definisi dan aspek-aspek kreativitas menurut para penyair

Jawa Barat.

2) Mendeskripsikan cara menulis puisi yang dilakukan oleh para penyair

Jawa Barat.

3) Mendeskripsikan perancangan dan penerapan bahan pembelajaran

menulis puisi bebas di kelas VIII MTs Al-Fatah berdasarkan proses

kreatif dan cara menulis puisi para penyair Jawa Barat.

1.5Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

1) Memberi dasar pengetahuan tentang kreativitas dalam kehidupan.

2) Memberikan dasar pengetahuan menulis puisi bagi peserta didik di

MTs/SMP

3) Memberikan kajian ilmiah tentang proses kreatif yang dilakukan

beberapa sastrawan Jawa Barat

b. Manfaat Praktis

1) Memberi pengetahuan tentang proses kreatif serta penghayatan

terhadap alam semesta dalam menulis puisi

2) Menumbuhkan nilai lokalitas dalam pembelajaran sastra

3) Mengetahui pentingnya sebuah proses dalam menulis apa pun di

(21)

4) Memecahkan masalah tentang sulitnya menulis puisi bagi siswa

sekolah

1.6Definisi Istilah

Keterampilan menulis dalam pengajaran bahasa Indonesia mempunyai

posisi yang sangat penting dalam penelitian ilmiah di bidang pendidikan

kebahasaan. Keterampilan menulis merupakan empat dari keterampilan berbahasa

yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam pelajaran bahasa Indonesia.

Keterampilan menulis akan sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam

berbahasa. Karakter siswa dapat dibangun dalam kemampuan menulis jika

penerapannya bisa disesuaikan dengan keadaan siswa.

Menulis puisi merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan supaya

keterampilan menulis bisa terlaksana dengan baik. Keterampilan menulis puisi

tidak akan lepas dari ide proses kreatif yang menuntut adanya pemikiran terus

menerus dalam penyampaian pesan dalam kata-kata yang dikandung dalam puisi

tersebut. Proses kreatif tidak hanya berhubungan dalam menulis puisi, proses

kreatif juga secara lebih besar cakupannya akan sangat memengaruhi tingkah

kreatif siswa dalam melakukan sesuatu.

Pembelajaran sastra di sekolah seolah menjadi media untuk menjadikan

keterampilan berbahasa, terutama menulis dan membaca supaya bisa diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Karakter sesorang bisa dibentuk dari proses kreatif

orang tersebut dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan

(22)

terbentuknya karakter seseorang untuk lebih baik lagi dengan cara mengasah

tingkat kekreatifan menulis.

Landasan dasar dilakukannya penelitian ini adalah supaya siswa bisa lebih

merasakan dan menghayati bagaimana menulis puisi bebas berdasarkan apa yang

dilakukan oleh sastrawan Jawa Barat. Ada banyak penulis dari Jawa Barat, tetapi

penulis hanya akan mengambil beberapa sampel orang-orang yang bisa dikatakan

layak untuk dijadikan instrumen atau sumber data penelitian ini.

Penulis melakukan penelitian tentang kreativitas secara umum kemudian

dilanjutkan dengan penelitian tentang proses kreatif menulis Penyair Jawa Barat,

penulis akan menjadikan proses kreatif ini sebagai model pembelajaran untuk

kelas VIII Mts Al-Fatah Cikembang. Hal ini didasarkan pada pemerolehan data

dari hasil analisis isi buku teks dan wawancara pada Sastrawan Jawa Barat.

Setelah penelitian menemukan proses kreatif Jawa Barat, maka dibentuk bahan

(23)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berisi tahap-tahap yang akan dilakukan dalam

proses penelitian. Metodologi penelitan yang akan dilakukan yaitu metodologi

penelitan kualitatif.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan yang berdiri sendiri.

Penelitian ini menyinggung tema, konsep, dan asumsi yang rumit dan saling

berkaitan menyelimuti terma penelitian kualitatif (Denzin&Lincoln, 2009:2). Para

peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan yang

berbeda-beda. Penelitian dalam kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelasan

atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya

variabel-variabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian (Creswell,

2010:93). Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi (Sugiyono, 2010:1).

Metode penelitian kualitatif berkunci pada peneliti sebagai pengambil

(24)

menjadikan peneliti sebagai kunci. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara trianggulasi atau gabungan menghasilkan makna yang generalisasi. Metode

penelitian kualitatif bersumber pada objektivitas peneliti dalam meneliti sesuatu.

Metode penelitian kualitatif berkembang dinamis, pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan terbuka, data berasal dari wawancara, data observasi, data

dokumentasi, data audiovisual, analisis dilakukan secara tekstual dan gambar, dan

interpretasi tema-tema dan pola-pola. Penelitian kualitatif yang dilakukan dalam

penelitian ini dilakukan secara dinamis. Pertanyaan-pertanyaan diajukan secara

terbuka berdasarkan hal yang berhubungan dengan proses kreatif menulis

sastrawan Jawa Barat.

Hal itulah yang mendasari bahwa penelitian kualitatif dalam proses kreatif

menulis sastrawan Jawa Barat dan kemudian penyusunan model pembelajaran

menulis puisi bersifat alamiah, yaitu ketika peneliti sebagai pengambil keputusan

atau kunci dari penelitian. Jika dalam penelitian kuantitatif, data yang dihasilkan

akan pasti dan terukur, keterukuran dalam penelitian kualitatif lebih bergantung

pada peneliti. Keterukuran penelitian ini akan dihasilkan dari penerapan model

pembelajaran menulis puisi bebas di kelas VIII MTs Al-Fatah Cikembang.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi berguna untuk

mendapatkan data yang lengkap tentang objek yang akan diteliti. Kegeneralisasian

penelitian kualitatif berisi makna yang lebih dipentingkan sebagai hasil dari

proses penelitian. Pengumpulan data dari analisis teks yang berhubungan dengan

proses kreatif menulis Sastrawan Jawa Barat baik dari artikel, buku, atau tulisan

(25)

diteliti oleh peneliti. Kegenarilisasian akan dicapai dengan proses triangulasi dari

analisi isi dan wawancara yang dilakukan dengan nara sumber yang tidak lain

adalah beberapa Sastrawan Jawa Barat.

Sugiyono (2010:9) berpendapat bahwa karakteristik penelitian kualitatif

dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen

kunci.

2) Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3) Penelitian kualitatif lebih menekankan proses daripada produk atau

outcome.

4) Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5) Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian

kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di

lapangan. Partisipasi yang dilakukan oleh peneliti berupa penyusunan model

berdasarkan hasil analisis isi dan wawancara yang dilakukan, kemudian menyusun

model pembelajaran berdasarkan pola penyusunan model Joyce dan Weil.

Mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap

berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian

(26)

Hipotesis adalah perkiraan akhir sebagai tujuan yang dicantumkan dalam

definisi operasional. Tujuan tersebut bisa berubah seiring didapatnya data dari

proses penelitian sepanjang waktu. Creswell (2010:93) berpendapat bahwa para

peneliti kualitatif sering kali menggunakan perspektif teoretis sebagai panduan

umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau isu-isu lain mengenai

kelompok-kelompok marginal). Perspektif ini biasanya digunakan dalam

penelitian advokasi/partisipatoris kualitatif dan dapat membantu peneliti untuk

merancang rumusan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, serta

membentuk call for action and change (panggilan untuk melakukan aksi dan

perubahan). Proses penelitian akan mengalami perubahan-perubahan berdasarkan

sejauh mana proses penelitian ini dilaksanakan dalam waktu yang sesuai dengan

target penelitian. Jika proses penelitian mengenai proses menulis kreatif sudah

dilaksanakan, maka penelitian ini akan berlanjut pada proses penyusunan model

pembelajaran menulis puisi bebas.

Beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu

eksplisit. Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak satu ada

satu pun penelitian kualitatif yang dilakukan dengan observasi yang “benar-benar

murni” dan (2) karena struktur konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan

metode tertentu telah memberikan starting point bagi keseluruhan observasi

(Schwandt; Creswell, 2010:97).

Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam

dalam penelitian akademik ketimbang metode-metode kuantitatif. Penelitian

(27)

metode-metode pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang beragam.

Meskipun prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif tetap mengandalkan data

berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya,

dan bersumber dari strategi-strategi penelitian yang berbeda-beda (Creswell,

2010:258).

Pada dasarnya, strategi-strategi penelitian yang dipilih dalam proyek

kualitatif sangat berpengaruh terhadap prosedur-prosedurnya yang, meski

seragam, tetap menunjukkan pola yang berbeda-berbeda. Melihat landskap

prosedur-prosedur kualitatif berarti melihat perspektif-perspektif yang beragam,

mulai dari perspektif (Creswell, 2010:258).

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang

diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian

deskriptif banyak dilakukan oleh para peneliti karena dua alasan. Pertama,

pengalaman empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan

dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk

mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan

maupun tingkah laku manusia (Sukardi, 2003:157).

Penggambaran secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek

mengenai proses kreatif menulis puisi sastrawan Jawa Barat. Penelitian ini ingin

menyampaikan deskripsi tentang penelitian deskriptif yang mengacu pada kajian

apresiasi pembelajaran sastra, khususnya puisi. Model penelitian kualitatif dalam

(28)

3.2. Desain Penelitian

Janesick (Denzin & Lincoln, 2009:265) berpendapat bahwa semua tarian

dimulai dengan sebuah pertanyaan, apa yang hendak aku sampaikan melalui tarian

ini? Dengan pertanyaan yang sama, seorang peneliti kualitatif juga mengawali

penelitian dengan sebuah pertanyaan; apa yang hendak kusampaikan dalam

penelitian ini?

Desain penelitian kualitatif harus dimulai dari sebuah pertanyaan

penelitian. Peneliti kualitatif harus memiliki gambaran tentang subjek individual

yang akan diteliti, atau gambaran tentang kehidupan sosial dalam rentang waktu

tertentu. Hal ini berarti para peneliti berusaha memahami makna dari pengalaman

hidup partisipan berdasarkan istilah atau cerita sendiri (Denzin & Lincoln,

2009:265).

Sejalan dengan signifikansi pertanyaan penelitian yang mempermudah

arah penelitian, seorang peneliti kualitatif perlu memilih lokasi berdasarkan

alasan-alasan tertentu. Akses dan entri adalah komponen sensitif dalam penelitian

kualitatif. Seorang peneliti harus menciptakan rasa saring percaya, kedekatan, dan

pola komunikasi yang alami dengan para partisipan (Denzin & Lincoln,

2009:267).

Desain penelitian merupakan perencanaan dan struktur investigasi yang

didapatkan untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain

penelitian meliputi garis besar apa yang akan dilakukan investigator dari hipotesis

tertulis dan implikasi operasionalnya sampai analisis akhir data. Sebuah struktur

(29)

variabel suatu studi. Suatu desain penelitian mengekspresikan struktur

permasalahan penelitian dan rencan investigasi yang digunakan untuk

memperoleh bukti-bukti empiris berkaitan dengan permasalahan tersebut.

Desain penelitian merupakan cetak biru pengumpulan, pengukuran, dan

analisis data. Desain ini membantu peneliti dalam mengalokasikan sumbernya

yang terbatas dengan mengajukan pilihan-pilihan penting: apakah cetak biru

meliputi eksperimen, wawancara, observasi, analisis catatam, simulasi, atau

beberapa kombinasi dari hal-hal ini? Apakah metode pengumpulan data dan

situasi penelitian harus benar-benar tersusun?

Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

adanya triangulasi (gabungan) dari adanya proses analisis catatan dari buku

sumber dengan instrumen berupa wawancara dari para Penyair yang akan

dijadikan sebagai sumber data oleh peneliti. Desain penelitian ini akan menjadi

dasar pengambilan bahan model pembelajaran bagi siswa di sekolah MTs/SMP

dalam proses kreatif menulis puisi.

Desain penelitian dilaksanakan secara tersusun mulai dari analisis catatan

dari para sastrawan disertai dengan pendapat mengenai teori yang dikemukakan

sastrawan itu, kemudian diteruskan dengan wawancara. Setelah proses triangulasi

berlangsung, akan dilakukan pembentukan bahan model pembelajaran dalam

menulis puisi bebas bagi MTs/SMP, berdasarkan pada apa yang didapatkan dari

(30)

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data-data dari buku teks proses menulis

kreatif yang ditulis oleh beberapa sastrawan, yaitu buku Puisi dan Bulu Kuduk

karya Acep Zamzam Noor, Jurnal Sajak, Mymok.Multiply.com blog dari Soni

Farid Maulana, dan Artikel-artikel menulis puisi yang ditulis oleh Sastrawan, dan

lain-lain.

Sumber data juga diambil dari hasil proses wawancara kepada para

sastrawan Jawa Barat dalam proses menulis kreatif . Alasan diambilnya

buku-buku teks dan wawancara sebagai bahan analisis data yaitu sebagai bahan acuan

yang valid dalam proses menulis kreatif untuk dijadikan bahan pembelajaran.

3.2.1 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder berasal dari hasil wawancara tentang kreativitas dan

buku tang tertulis di bawah ini dan kemudian disadur dengan bahasa yang

disesuaikan dengan penelitian.

1) Lumbung Perjumpaan

2) Cerita dari Negeri Angin

3) Jurnal Sajak

4) Puisi dan Bulu Kuduk

5) Apresiasi dan Proses Kreatif Menulis Puisi

6) Catatan Pribadi Nenden Lilis A.

7) Hasil Wawancara dengan Agus R. Sarjono, Acep Zamzam Noor, Soni

(31)

3.2.2 Sumber Data Primer

Sumber data primer berasal dari pencatatan lain dan berhubungan dengan

keperluan penelitian.

1) Artikel-artikel yang berhubungan dengan proses kreatif narasumber utama

2) Kata pengantar yang ditulis oleh nara sumber dalam berbagai buku

3) Buku kumpulan puisi Menjadi Penyair Lagi

4) Buku kumpulan puisi Negeri Sihir

5) Buku kumpulan puisi Penunggang Kuda Negeri Malam

6) Buku kumpulan puisi Angsana

7) Buku puisi Nafas Gunung

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti. Penelitian tentang

proses kreatif menulis Sastrawan Jawa Barat menggunakan wawancara yang

diajukan kepada sumber sebagai pelengkap data dalam rangka penyimpulan

penelitian. Sumber utama terdiri dari lima penyair Jawa Barat yang dianggap

pantas dijadikan sumber informasi yaitu Agus R. Sarjono, Acep Zamzam Noor,

Soni Farid Maulana, Nenden Lilis A., dan Acep Zamzam Noor. Terdapat dua hal

yang utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas

instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data (Sugiyono, 2010:59).

Kualitas instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan test,

pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Keempat hal itu

(32)

penelitian seobjektif mungkin. Peneliti yang menjadi instrumen harus mempunyai

wawasan yang luas tentang apa yang akan ditelitinya, karena akan menentukan

hasil penelitian nantinya.

Penelitian proses kreatif penyair Jawa Barat adalah penelitian yang akan

dilakukan dalam tesis ini. Pengetahuan tentang hal yang berhubungan dengan

kreativitas, proses kreatif, dan dunia kepenyairan di daerah Jawa Barat diperlukan

demi mendapatkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, peneliti sebagai

instrumen harus juga “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan

penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai

instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono,

2010:59). Kesiapan tidak hanya dilakukan dalam penguasaan materi tentang

metodologi penelitian, lebih jauh lagi kesiapan logistik yang berhubungan dengan

bagian yang akan dikaji akan sangat menunjang pembentukan analisis yang bisa

dikatakan berhasil. Walau pun tidak mudah dalam pelaksanaannya, tetapi hal itu

bisa dilakukan dengan berbagai cara, jika kita hendak akan meneliti dengan serius.

Rancangan penelitian bersifat sementara dan akan berkembang lagi ke

tahap yang tidak bisa ditentukan sebelum penelitian itu berlangsung. Kemudian

bisa saja hasil penelitian berubah seiring data-data yang ditemukan di kala

penelitian dilaksanakan. Peneliti adalah kunci dari penelitian kualitatif, oleh sebab

itu penelitian ini sangat memerlukan kepekaan dan ketelatenan dalam

(33)

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian,

mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik terstruktur atau

maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol

untuk merekam/mencatat informasi (Creswell, 2010:266). Selama proses

penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen kualitatif.

Dokumen-dokumen ini berupa dokumen publik (seperti koran, makalah, laporan

kantor) atau pun dokumen privat (seperti buku harian, diary, surat, email).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,

2010:62). Pengumpulan data dilakukan dalam rangka meneliti apa yang dijadikan

standar dalam tujuan penelitian. Pengumpulan data harus dilakukan dengan cara

yang paling tepat berhubung ada beberapa macam cara yang bisa dilakukan dalam

proses ini.

Analisis proses kreatif menulis puisi Penyair Jawa Barat didasarkan pada

teori Luxemburg, dkk. tentang unsur-unsur teks puisi. Ciri-ciri puisi yang

dianalisis dalam proses kreatif menulis puisi Penyair Jawa Barat. Analisis proses

kreatif menulis puisi Penyair Jawa Barat dilakukan berdasarkan pengambilan

sampel dengan tolok ukur yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu:

1. Karya-karya mereka yang sudah diterbitkan dalam sebuah buku

antologi puisi dan media cetak lokal, nasional, dan internasional.

2. Menulis proses kreatif dalam buku khusus atau pun

(34)

3. Pernah mengikuti kegiatan pertemuan sastrawan baik lokal atau

pun internasional.

4. Karya-karya mereka pernah menjadi bahan kritik dari kritikus

sastra di Indonesia di media cetak atau pun elektronik.

5. Karya-karya mereka pernah diterjemahkan ke dalam bahasa

asing.

Instrumen penelitian diambil dari hasil pemaduan Teori Luxemburg dkk.

mengenai proses kreatif dalam dua bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu

Sastra” dan “Tentang Sastra”. Hal ini didasarkan adanya penyesuaian terhadap

proses kreatif menulis puisi Penyair Jawa Barat dengan hal-hal yang berhubungan

dengan proses kepenulisan puisi mereka tetapi masih berada dalam unsur-unsur

yang dikemukakan Luxemburg, dkk.

No Unsur Puisi Unsur yang ada di

dalamnya

1 Situasi Bahasa Situasi Bahasa

2 Tema dan Pengembangan Tema Tematik

3 Penggunaan Bahasa Puisi 1. Bunyi

2. Sintaksis Puisi

4 Pola-pola Makna 1. Semantik Sajak

2. Bahasa Kiasan

5 Verifikasi 1. Sajak Suku Kata

(35)

Irama

3. Rima, Skema

Rima, dan Bait

6 Bentuk Sajak Bentuk Sajak

Tabel 3.1 Analisis Unsur Puisi Perpaduan Menurut Luxemburg, dkk.

3.4.1 Analisis Isi

Analisis isi biasa juga disebut dengan teknik pengumpulan data dengan

dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (file

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan (Sugiyono, 2010:82). Data-data

tersebut bisa menjadi pijakan yang tepat untuk melakukan awal sebuah penelitian

karena berasal dari peristiwa yang sudah dialami. Peneliti bisa mengambil

data-data tersebut dalam rangka melengkapi penelitian yang notabene berasal dari

tulisan seseorang. Kemudian tulisan itu juga bisa jadi menjadi alat awal untuk

mengambil pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, wawancara, dll. Wawasan

yang ditampilkan dalam sebuah tulisan seseorang bisa menjadi dasar pijakan yang

tepat dalam mencari bahan-bahan wawancara yang berhubungan dengan hal yang

akan dikaji. Tetapi peneliti harus peka karena peneliti sebagai instrumen itu

sendiri mempunyai posisi yang penting dalam menentukan hasil penelitian.

Analisis isi atau telaah isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat

(36)

konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup

prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik

penelitian, analisis isi bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan

baru, menyajikan fakta, dan panduan praktis pelaksanaannya. Analisis isi sebagai

teknik penelitian yang mendeskripsikan data secara objektif, sistematik, dan

kuantitatif isi komunikasi yang tampak. Analisis isi dilakukan terhadap buku-buku

proses menulis kreatif sastrawan Jawa Barat, artikel, atau situs atau weblog yang

berhubungan dengan menulis kreatif dengan cara:

1) Mengetahui struktur materi yang terdapat di dalam buku teks dan

sumber data lain yang berupa catatan. Kemudian diteliti lebih

lanjut sebagai pelengkap dalam pengambilan kesimpulan sebagai

bahan ajar proses menulis puisi bebas di kelas VIII MTs/SMP.

2) Mengetahui catatan-catatan yang berhubungan dengan kreativitas

3) Mengetahui langkah-langkah praktis dalam proses menulis kreatif.

3.4.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau

keyakinan pribadi (Sugiyono, 2010:72). Pengetahuan itu didapat dari hasil

(37)

3.4.2.1 Macam-macam Wawancara

Wawancara bisa dilakukan berbagai cara, Esterberg (dalam Sugiyono,

2010:73) menjelaskan tentang beberapa macam wawancara yaitu wawancara

terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur. Tetapi dalam penelitian ini hanya

menggunakan wawancara semiterstruktur. Wawancara Semistruktur sudah

termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara

jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana

pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Penelitian ini harus dilakukan secara seksama terhadap informan atau nara

sumber yang akan diwawancarai. Pencatatan yang lengkap akan memengaruhi

data yang dihasilkan kemudian untuk diolah kembali dalam menjadi penelitian

lebih lanjut. Wawancara semistruktur berbeda dengan wawancara struktur yang

lebih menitikberatkan persiapan dibanding wawancara itu sendiri. Kepastian

data-data yang akan diperoleh menjadi pembeda antara wawancara struktur dan

semistruktur.

3.4.2.2 Langkah-langkah Wawancara

Langkah-langkah wawancara menurut Lincoln dan Guba (Sugiyono, 2010:76):

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

(38)

4) Melangsungkan alur wawancara

5) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya

6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3.4.2.3Alat-alat Wawancara

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki

baukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data,

maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:

1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan

sumber data.

2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan

3) Camera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan

pembicaraan dengan informan/sumber data.

3.4.2.4 Mencatat Hasil Wawancara

Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan

wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara

terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih

(39)

Wawancara dilakukan terhadap beberapa sastrawan yang berasal dari Jawa

Barat dan mempunyai latar belakang yang memadai sebagai ahli dalam bidang

kepenulisan. Wawancara ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang cara

mereka di dalam menggunakan pikiran ketika melakukan proses menulis untuk

dijadikan bahan acuan dalam pembelajaran menulis puisi bebas di kelas VIII.

Pedoman wawancara terdiri atas butir-butir pertanyaan terbuka untuk

mengetahui pendapat sastrawan Jawa Barat tentang proses menulis kreatif dalam

puisi yang biasa mereka gunakan. Adapun masalah-masalah yang ditanyakan

berkenaan dengan hal-hal berikut:

1) Pandangan tentang kreativitas serta aspek-aspek yang ada di dalamnya

2) Pandangan tentang proses kreatif menulis puisi

3) Apa saja yang diperlukan ketika ingin menulis puisi

3.5 Analisis dan Interpretasi Data

Penelitian kualitatif memerlukan data sebanyak mungkin dari hasil

wawancara, kuesioner, atau pun triangulasi. Setelah data dihasilkan, maka ada

interpretasi data. Menurut Sugiyono (2010:87) dalam penelitian kualitatif, data

diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data

yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai

datanya jenuh. Data jenuh bisa didapat ketika instrumen penelitian yakni peneliti

itu sendiri bisa mendapatkan data secara memuaskan dilihat dari sudut pandang

(40)

Analisis data kualitatif adalah menyusun hasil penelitian dalam secara

sistematis dari data yang diperoleh secara keseluruhan. Pengorganisasian data

diperlukan untuk menganalisis penelitian agar lebih dalam dan mendapatkan

kesimpulan yang bisa dimengerti oleh diri sendiri dan orang lain.

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa,

mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang

diperlukan. Selain itu, analisis data dapat digunakan untuk mengindentifikasi ada

tidaknya masalah. Kalau ada, masalah tersebut harus dirumuskan dengan jelas dan

benar. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang memberikan

gambaran dengan jelas dan benar. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif yang memberikan gambaran dengan jelas makna dari

indikator-indikator yang ada, membandingkan dan menghubungkan antara indikator-indikator yang

satu dengan indikator lain.

Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk pengambilan

keputusan, perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan,

penyusunan statistik pendidikan, penyusunan program rutin dan pembangunan,

peningkatan program pendidikan, dan pembinaan sekolah.

3.6 Uji Keabsahan Data Kualitatif

Penelitian kualitatif menekankan adanya keabsahan data dan data itu diuji

melalui tiga langkah yaitu validitas, reliable, dan objektif. Menurut Sugiyono

(2010:117) validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada

(41)

demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

penelitian. Jika dalam penelitian terdapat warna putih, peneliti akan melaporkan

warna putih. Kevalidan bisa dilihat berdasarkan kesesuaian apa yang diteliti

dengan apa yang dilaporkan. Jika laporan tidak sesuai dengan apa yang diteliti,

bisa dikatakan penelitian itu tidak valid.

Validitas dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu validitas internal dan

eksternal. Validitas internal berhubungan dengan derajad akurasi desain penelitian

dengan hasil yang dicapai. Menurut Sugiyono, validitas eksternal berhubungan

dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau

diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian

representatif instrumen penelitian valid dan reliable, cara mengumpulkan data

analisis yang benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi

(2010:118).

Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau

temuan. Reliabilitas berhubungan dengan waktu, yaitu ketika data didapatkan

dalam penelitian yang berbeda, maka data itu akan teta sama. Suatu data yang

reliabel atau konsisten akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid.

Obyektivitas berhubungan dengan kesepakatan atau biasa disebut “derajad

kesepakatan”. Data yang obyektif akan cenderung valid, walaupun belum tentu

valid. Dapat terjadi suatu data yang disepakati banyak orang belum tentu valid,

tetapi yang disepakati sedikit orang malah lebih valid (Sugiyono, 2010:118).

(42)

valid dan reliabel. Penelitian kualitatif diuji keabsahan datanya pada aspek

validitas. Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,

credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

Gambar 3.1 Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif

Uji kredibilitas data

Perpanjangan pengamatan tentang kesusastraan

Peningkatan ketekunan analisis data yang diperoleh

Trianggulasi dari wawancara dan analisis isi

(43)

3.7 Alur Penelitian

2. Memilih lapangan untuk dijadikan tempat penelitian

3. Mengajukan proposal ke sekolah

4. Mencari literatur

5. Memilih dan memanfaatkan informan

6. Menyiapkan instrumen

7. Mengendorsmentkan intsrumen kepada ahli

2. Lapangan

8. Memahami dan memasuki lapangan

9. Mencari informan yang tepat untuk sumber data

12. Analisis data baik dari hasil wawancara atau analisis isi

13. Mengabsahkan data

14. Narasi hasil Penelitian

(44)

Dari bagan tersebut (3.7), maka saya coba untuk membahas tahap-tahapan

penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

3.7.1 Pra Lapangan

Pada fase Pra Lapangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum

kemudian menuju pengumpulan data dan analisis data. Fase tersebut adalah:

1) Menyusun rancangan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam

lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta

diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa

yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi. Kaitannya dengan

penelitian mengenai proses kreatif Penyair Jawa Barat, rancangan penelitian

diperlukan untuk mendapatkan sebuah hasil yang memuaskan dan objektif.

2) Memilih lapangan

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih

lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan

bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh

dari pada konteks. Juga dengan alasan-alasan pemilihan yang ditetapkan dan

rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan lapangan, seperti

dengan kualitas dan keadaan sekolah (Dinas Pendidikan). Selain didasarkan pada

rekomendasi-rekomendasi dari pihak yang terkait juga melihat dari keragaman

masyarakat yang berada di sekitar tempat yang menempatkan perbedaan dan

(45)

Pemilihan lapangan ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa untuk

memilih informan yang tidak lain adalah Penyair Jawa Barat beserta dokumentasi

tercatat yang berhubungan dengan Penyair tersebut. Lapangan yang dimaksud

bisa berupa tempat tinggal Penyair atau data-data yang berhubungan dengan

Penyair Jawa Barat. Untuk analisis di sekolah dipilih sekolah madrasah

Tsanawiyah Al-Fatah karena jarang sekali penelitian dilakukan dilakukan di kelas

Madrasah.

3) Mengurus proposal perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan

penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif,

maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal

ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang

tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi

sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti. Perizinan

dilakukan untuk memperlancar penelitian supaya resmi dan bisa dibimbing oleh

ahli hingga menghasilkan sebuah penelitian yang memuaskan dan objektif.

4) Memilih dan memanfaatkan informan

Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal

penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan patner kerja sebagai

“mata kedua” kita yang dapat memberikan informasi banyak tentang keadaan

lapangan. Informan yang dipilih harus benar-benar orang yang independen dari

orang lain dan kita, juga independen secara kepentingan penelitian atau

(46)

Barat karena merupakan pijakan awal dalam penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan bahan ajar di sekolah.

5) Menyiapkan instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai

pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk

mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Peneliti mencari informasi

selengkap mungkin berhubungan dengan Kepenyairan di Jawa Barat dan mencari

data dari berbagai sumber kepustakaan yang berhubungan dengan proses kreatif,

kepenulisan puisi, dan kreativita. Peneliti sebagai intrumen utama dalam

penelitian kualitatif, meliputi ciri-ciri sebagai berikut:

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dan

lingkungan yang bermakna atau tidak dalam suatu penelitian;

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri dengan aspek keadaan yang dapat

mengumpulkan data yang beragam sekaligus;

c. Tiap situasi adalah keseluruhan, tidak ada instrumen berupa test atau angket

yang dapat mengungkap keseluruhan secara utuh;

d. Suatu interaksi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami oleh

pengetahuan semata-mata;

e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh;

f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan dari data yang

diperoleh;

g. Dengan manusia sebagai instrumen respon yang aneh akan mendapat perhatian

(47)

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan

dapat berupa kegiatan:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari

mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Pemanfaatan teknologi

informasi menjadi ujung tombak kegiatan observasi yang dilaksanakan, seperti

pemanfaatan Tape Recorder dan Handy Camera.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah untuk memperoleh makna yang

rasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan

sumber data, dan dilakukan secara tak berstruktur, dimana responden

mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan,

dan perasaan secara natural. Dalam proses wawancara ini didokumentasikan

dalam bentuk catatan tertulis dan Audio Visual, hal ini dilakukan untuk

meningkatkan kebernilaian dari data yang diperoleh. Wawancara dilakukan

kepada setiap Penyair dan berdialog mengenai hal yang berhubungan dengan

kreativitas, proses kreatif, dan proses menulis puisi.

c. Studi Dokumentasi

Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan

wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis

(48)

puisi, literatur mengenai kesastraan, buku-buku yang berhubungan dengan

kreativitas, beberapa artikel tentang proses kreatif, dan lain-lain.

3.7.2 Lapangan

1) Memahami dan memasuki lapangan

Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang

berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti

berinteraksi secara langsung dengan orang. Jumlah waktu studi, pembatasan

waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan. Dalam hubungannya

dengan penelitian ini. Penulis mencoba memahami latar kesusastraan di daerah

Jawa Barat kemudian memasuki lapangan yakni sekolah sebagai ruang yang bisa

digunakan dalam menyalurkan hasil penelitian sehingga tidak hanya deskripsi

yang dihasilkan, tetapi juga rancangan beserta penerapannya di sekolah.

2) Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data)

Pendekatan kualitatif yang dipergunakan beranjak dari bahwa hasil yang

diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk memenuhi hasil yang akurat

maka pendekatan ini menempatkan peneliti adalah instrumen utama dalam

penggalian dan pengolahan data-data kualitatif yang diperoleh. Kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan kesusastraan dilakukan guna lebih mengenal lagi

kondisi kekinian perpuisian di Jawa Barat serta pola-pola yang dipakai dalam

ruang teks bernama puisi. Kemudian peneliti juga aktif dalam melihat dan

(49)

3.7.3 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga langkah.

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal

yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan

satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran

yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti

untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang

diperoleh jika diperlukan.

Pada penelitian mengenai definisi kreativitas dan proses kreatif menulis

puisi, reduksi data dilakukan dengan mengamati hal-hal yang berhubungan

dengan data pengertian kreativitas dan proses kreatif menulis menurut

Para Penyair Jawa Barat.

2) Analisis Data

Analisis data diambil dari data yang dideskripsikan sebelumnya baik dari

hasil pendataan catatan atau pun hasil wawancara. Penganalisisan data

didasarkan dari pijakan teori kajian pustaka mengenai definisi kreativitas

dan aspek-aspek di dalamnya menurut Rhodes. Begitu juga dengan

penganalisisan data mengenai proses kratif menulis puisi Para Penyair

Jawa Barat yang didasarkan dari Teori unsur teks puisi Luxemburg.

(50)

menulis puisi menurut hasil penelitian sehingga didapatkan sebuah pakem

yang merupakan campuran data-data hasil analisis dari proses kreatif

menulis puisi Para Penyair Jawa Barat.

3) Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah

menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah

diproses atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola

pemecahan permasalahan yang dilakukan.

Pola pemecahan permasalahan ini dilakukan berdasarkan teori yang

dijadikan pijakan penelitian definisi dan aspek-aspek kreativitas serta

proses kreatif menulis puisi berdasarkan teori perpaduan unsur teks puisi

dari Luxemburg, dkk.

4) Meningkatkan Keabsahan Hasil

Cara meningkatkan keabsahan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan menggunakan kredibilitas, transferabilitas, dan dependabilitas.

a) Kredibilitas (Validitas Internal)

Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:

a. Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di

lapangan yaitu dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan sastra

dan pembelajaran sastra di sekolah, baik langsung ataupun tidak

langsung;

b. Pengamatan secara terus menerus yang didasarkan dari data-data yang

(51)

melakukan sebuah penelitian kualitatif mengenai definisi kreativitas

serta proses kreatif menulis Penyair Jawa Barat;

c. Trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran data

dengan cara menganalisis ulang dari hasil wawancara serta analisis

catatan dari Para Penyair;

d. Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan

kritik dalam proses penelitian, hal ini dilakukan dengan beberapa

teman dari wilayah dunia kepenyairan;

e. Menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan nilai kepercayaan

akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk rekaman, tulisan,

copy-an yang berhubungan dengan penelitian krativitas dan proses

kreatif, dll;

f. Membercheck, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna

perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau

kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.

b) Dependabilitas dan Conformabilitas

Dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan pembimbing tesis

dan dengan pakar lain dalam bidang kesusastraan dan pembelajaran sastra

di sekolah guna membicarakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi

dalam penelitian berkaitan dengan data yang harus dikumpulkan.

(52)

Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam

bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti foto

dan video dan lain-lain. Dalam menarasikan data kualitatif ada beberap hal

yang perlu diperhatikan yaitu; 1) menentukan bentuk (form) yang akan

digunakan dalam menarasikan data, yaitu berupa poin-poin penting yang

nantinya akan dijadikan pijakan dasar dalam penelitian tentang definisi

krativitas beserta aspek-aspeknya. 2) menghubungkan bagiamana hasil

yang berbentuk narasi itu menunjukan tipe/bentuk keluaran yang sudah di

disain sebelumnya dari konsep teori yang sudah ditulis di kajian pustaka,

dan. 3) Menjelaskan bagimana keluaran yang berupa narasi itu

mengkoparasikan antara teori dan literasi-literasi lainnya yang mendukung

topik penelitian tentang proses kreatif menulis Para Penyair Jawa Barat.

3.8 Instrumen dalam Penelitian Definisi dan Aspek-aspek Kreativitas Penyair Jawa Barat

Proses kreatif adalah proses yang terjadi dalam ruang dan waktu tertentu

oleh seseorang untuk mencapai sebuah hasil karya cipta. Pada dasarnya proses

kreatif berpijak pada kreativitas seseorang dalam berproses menemukan sesuatu

yang baru dalam kekaryaannya. Sebelum pada tahap proses kreatif, ada tahap

yang harus diuji lebih dahulu berkenaan dengan unsur-unsur yang mana di

dalamnya terdapat proses kreatif.

Mengutip dari Rhodes (dalam Supriadi, 2002:7) definisi-definisi

(53)

Keempat definisi tersebut disebut “the Four P’s Creativity”. Keempat hal inilah

yang nantinya menjadi pijakan dasar penelitian dalam kreativitas Para Penyair

Jawa Barat.

No Aspek Kreativitas Penjelasan dalam Penelitian

1 Kepribadian Kreatif Pengertian Kreativitas Menurut

Penyair

2 Dorongan Kreatif Motivasi Kreativitas Menurut

Penyair

3 Proses Kreatif 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Inkubasi

3. Tahap Pencerahan

4. Tahap Pelaksanaan

4 Produk Kreatif Hasil Kreativitas Penyair

Tabel 3.2 Kreativitas menurut Rhodes

Setelah Penelitian tentang unsur kreativitas masing-masing penyair maka

akan dibuat simpulan mengenai persamaan dan perbedaan yang ada dalam

Gambar

Gambar 3.2 Alur Penelitian.......................................................................70
Tabel 3.2 Instrumen Analisis Definisi Kreativitas Penyair Jawa Barat…..80
Tabel 3.1 Analisis Unsur Puisi Perpaduan Menurut Luxemburg, dkk.
Gambar 3.1 Uji Kredibilitas Data dalam Penelitian Kualitatif
+3

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA Taman Siswa Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013, Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul, “ Pengaruh Model Pembelajaran Sinektik terhadap Kemampuan Menulis Puisi Bebas dan Kemampuan Berpikir Kreatif

Kreativitas guru dalam proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-C MTsN Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan dapat dilihat dengan media yang telah

Pelaksanaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis kreatif puisi meliputi guru membuka pelajaran, memberi salam dan mengecek kehadiran siswa, guru mengajak siswa

Pelaksanaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis kreatif puisi meliputi guru membuka pelajaran, memberi salam dan mengecek kehadiran siswa, guru mengajak siswa

Keterampilan menulis puisi merupakan keterampilan yang mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan melalui bahasa tulis.Keterampilan menulis puisi sering dianggap

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan tes dan lembar observasi guru dan siswa, untuk memperoleh data hasil menulis puisi, siswa

Simpulan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan proses belajar mengajar menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami melalui media gambar di kelas