• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kemandirian antara anak yang sebelumnya mengikuti kelompok bermain dengan anak yang sebelumnya tidak mengukuti kelompok bermain : di Taman Kanak-Kanak Little Star

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan kemandirian antara anak yang sebelumnya mengikuti kelompok bermain dengan anak yang sebelumnya tidak mengukuti kelompok bermain : di Taman Kanak-Kanak Little Star"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA ANAK YANG

SEBELUMNY A MENG I KUTI KELOMP<)K BERMAIN

DEN GAN ANAK YANG SEBELUMNYA TIDAK

MENG I KUTI

KELOMPOK BERMAIN

(Di Taman Kanak-Kanak LITTLE STAR)

Skripsi lni Diajukan Guna Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi

Oleh: TRI !RAMA YANTI NIM: 203070001485

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PERBEDAAN KEMANDIRIAN

ANAK TAMAN KANAK-KANAK YANG MENGIKUTI

KELOMPOK BERMAIN DENGAN YANG TIDAK

MENGIKUTI KELOMPOK

berセjiain@

SKRIP SI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

TRI IRMAYANTI NIM:203070001485

DI BAWAH BIMBINGAN

Pembimbing II

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANAK T AMAN

KANAK-KANAK YANG SEBELIJMNYA MENGIKUTI KELOMPOK BERMAIN

DENGAN YANG TIDA!< MENGIKUTIKELOMPOK BE:RMAIN ( Tarnan Kanak- Kanak Little Star )"

telah cliujikan dalarn sidang rnunaqasyah Fakultas Psikologi Universitas lslarn Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juni 2008. Sknpsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psilcio::ii.

Jaka1ia, 9 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

0li'° 160 21

Pembimbing I

セ@

ijセN@

セ@

Dra1:dh1lah Suralag ,M.Si

NIP. 150 215 283

Sekretaris Merangkap Anggota

Ora. Zahfotun 1ihavah,M.Si

r-JIP. 150 '.238 772

セセセセ@

Drathilah Surala a M.Si

NIP. 150 215 283

Pembimbing 11

Hvセセ@

Natrls ldr ani M.Si

(4)

SIA.Rs.es bes/Ar

tLtfoR, clLbi;i/11,glA.V\, clL i;iti;is

SIA.Rs.es,.

SIA.Rs.es bes/Ar

clLbi;i/11,glA.V\, clL i;iti;is R-es1A.lLt1AV\,, R-egi;igi;ili;i/11,

cl/AV\,

fr1A.st1AsL,

K1Acl1AV\,g-R,i;icli;i/l\,g

be/l\,c,/AV\,/A bes.!Av;

°!:)/AV\, c/Ar/A R,Lti;i

w.eV\,g1A.b/AVtV\,!j/A cl/AV\,

キN・セG|LァOaエャaslv|LAェOa@
(5)

Redstone-ABSTRAK

(C) Tri lrmayanti

(A) Fakultas Psikologi (B) Mei 2008

(D) Perbedaan Kemandirian Anak Taman Kanak-tCanak Yang Mengikuti Kelompok Bermain Dengan Yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

(E) X+ 68 halaman

(F) Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan seseorang kelak dikemudian hari.

Dalam keluarga, anak merupakan sesuatu yang sangat berharga sebagai perwujudan dari cinta kasih kedua orang tuanya. Semenjak dilahirkan anak menjadi pusat perhatian. Anak merupakan penerus kehidupan suatu bangsa. Orang tua adalah ー・ョ。Aセァオョァ@ jawab pertama dan utama alas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani maupun secara jasmani. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya.

Semampu mereka memberikan perhatian, perawatan, kasih sayang dan pendidikan serta bimbingan. Seiring meningkatnya usia,

meningkat pula kemampuan anak dibidang kognisi, fisik dan

keterampilan motorik. Hal ini memungkinkan untuk melakukan hal-hal tertentu yang dulu tidak bisa mereka lakukan sehingga mereka bisa menjadi mandiri.

Lingkungan pendidikan seperti kelompok bermain adalah suatu tempat pendidikan non formal dimana anak dapat mengembangkan

potensinya, agar anak kelompok bermain lebih mudah dan siap menerima tugas sebagai murid taman kanak-kanak kelak dan itu hanya didapatkan bila mereka memperoleh kesernpatan-kesempatan dan bimbingan dalam mengembangkan kemandirian.

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan kemandirian pada anak TK yang sebelumnya mengikuti KB dengan anak TK yang tidak mengikuti KB.

Pendekatan yan digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian komparatif. Teknik pengambilan sampel berupa

(6)

untuk rnenolak Ho. lnstrurnen dalarn penelitian ini1 yaitu skala

kernandirian yang rnengacu pada teori Jhonson 8< Medinnus (1974) dengan aspek-aspek rnengatur diri sendiri, rnemecahkan rnasalah sederhana, ketahanan rnenghadapi kesulitan atau frustasi, inisiatif.

Dari hasil penelitian dapat disarankan kepada orang tua untuk rnernberikan pendidikan kepada anak dari usia dini seperti rnernasukkan anak pada kelornpok berrnain agar anak dapat rnengernbangkan potensinya sehingga rnenjadi bekal dan lebih rnandiri ketika rnernasuki jenjang pendidikan dasar.

(7)

KATAPENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan rasa syukur yang tak henti-hentinya alas segala nikmat yang telah diberikan, juga alas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW, para keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan sl<ripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, bail< secara moral maupun materil dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi, ibu Hj. Dra. Netty Hartati, M.Si.

2. !bu Hj. Fadhillah Suralaga, M.Si, dosen pembimbing I, yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan saran, bimbingan dan memberikan motivasinya kepada penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi.

3. lbu Natris ldriyani, M.Si, dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan skirpsi ini. 4. Para dosen Fakultas Psikologi UIN yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis, serta kepada bapak Ayung sebagai staff akademik Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu penulis.

(8)

penulis mengalami keputusasaan dalam menyusun skripsi ini. Seluruh keluarga besarku , khususnya Kakak-kakakku dan keponakanku yang manis Fauzan Syamil, terima. kasih penulis ucapkan atas semua dukungannya.

7. Sahabat-sahabatku tersayang: Agnes, Dewi, Ri::iki, Syani, Falin. Terimakasih atas kebersamaan, kerjasama dan persahabatannya selama ini. Semoga Allah selalu menyatukan hati-hati kita agar selalu berada dijalan-Nya.

8. Seluruh teman-temanku mahasiswa Fakultas Psikologi ekstensi angkatan 2004.

9. Keluarga Besar Gedung Hijau, atas keiklasannya dalam membantu penulis.

10. Semua pihak yang telah 「・セ。ウ。@ membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Tak ada kata yang sempurna di dunia ini. Dalam penulisan skirpsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan ketidak

sempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 21 Mei 2008

(9)

Halaman Judul

Halaman Pengesahan Motto

Abstraksi

Kata Pengantar Daftar lsi

Daftar T abel

BAB 1 Pendahuluan

DAFTAR

ISi

1.1. Latar Belakang .. MAsalah ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah ... 6

1.3. Pembahasan Masalah ... 7

1.3.1. Pembatasan Masalah ... 7

1.3.2. Rumusan Masalah ... 8

1.4. Tujuan &Masalah Penelitian ... 8

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 8

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2. Kajian Pustaka 2.1. Kemandirian ... 11

2.1.1. Pengertian Kemandirian Menu rut Bahasa ... 11

2.1.2. pengertian Kemandirian ... 11

2.1.3. Ciri-ciri Kemandirian Anak ... 13

2.1.4. Perkembangan Kemandirian ... 14

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 15

2.2. Anak Prasekolah ... 22

2.2.1. Definisi Anak prasekolah ... 22

2.2.2. Definisi Anak Menu rut Psikologi Perkembangan ... 22

2.2.3. Karakteristik Perkembangan Anak Usia prasekolah ... 23

2.3. Kelompok Bermain ... 29

2.3.1. Pengertian Kelompok Bermain ... 29

2.3.2. Fungsi & Tujuan Kelompok Bermain ... 29

2.3.3. Ruang Lingkup Kelompok Bermain ... 31

2.4. Kerangka Berfikir ... 29

2.5. Hipotesis ... 35

BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Jenis Penelitian ... 37

(10)

3.4.

3.5. 3.6.

BAB4

4.1. 4.2.

4.3. 4.4.

Teknik Uji lnstrumen ... .43

3.4.1. Uji Validitas Skala ... .44

3 .4.2. Estimasi Reliabilitas Skala ... .44

Teknik Analisis Data ... 45

Ta hap Penelitian ... .45

Presentasi & Analisis Data Gamba ran Um urn Respond en ... .4 7 Uji lnstrumen Penelitian ... 49

4.2.1. Hasil Uji Validitas Kemandirian Anak TK ... 49

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kemandirian Anak TK ... 56

4.2.3. Penyebaran Skor Respoden ... 57

Uji Hipotesis ... 61

Hasil Hipotesis ... 62

BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran 5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Diskusi. ... 63

5.3. Saran ... 65

(11)

DAFTAR

TABEL

Tabel 3.3.1. Blue Print Try Out Kemandirian Anak TK

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Responden

dan Jenis Kelamin

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasrakan Tempat Aktifitas

Tabel 4.2.1. Hasil Uji lnstrumen Item Valid (*) dari Kemandirian Anal<

Tabel 4.2.2. Blue Print Penelitian Kemandirian Anal<

Tabel 4.3. Norma Reliabilitas

Tabel 4.3.1. Klasifikasi Tinggi, Sedang, Rendah Kemandirian Anak

Tabel 4.3.2. Tingkat Kemandirian Anal< Berdasarkan Status Responden

Tabel 4.3.3. Tingkat Kemandirian Anak Berdasarkan Jenis Kelamin.

[image:11.595.35.433.151.490.2]
(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional disegala bidang pada prinsipnya bertujuan untuk

membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia

seluruhnya. Oleh sebab itu diperlukan pendidikan sebagai salah satu modal

yang dienyam oleh masarakat Indonesia sejak manusia itu masih berusia dini

yaitu pada masa kanak-kanak.

Berbagai usaha dilakukan masyarakat Indonesia untuk memberikan

pendidikan dan memberikan pembinaan sedari dini kepada anak, hal ini

tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system

Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan

kepada seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan.

Tujuan dari UU pendidikan tersebut agar dapat mengembangkan berbagai

potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan mampu

melaksanakan tugas-tugasnya serta dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sesuai dengan harapan masyarakat.

Menurut Erikson (dalam Gunarsa, 1990) mengemukakan bahwa kehidupan

(13)

pertumbuhan dan perkembangan seseorang karen pada masa ini sangat

menentukan kepribadian, watak, serta keadaan jasmani seseorang kelak

dikemudian hari. Oleh sebab itu pembinaan anak secara tepat dirasakan

sangat perlu terutama dalam bentuk pembinaan yang akl:if dan kreatif.

Saat anak memasuki usia 2 sampai 3 tahun (toddler), terjadi pekembangan

yang pesat pada fisik dan keterampilan motorik anak. Anak mulai belajar

berbicara, berjalan dan mulai diberikan toilet training. Setelah melalui tahap trust, anak mulai memasuki tahap autonomy. Anak mulai memiliki keinginan-keinginan sendiri. Anak menjelajahi lingkungannya dan rnemperluas

wawasan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Pada masa ini kemandirian

anak mulai meningkat.

2

Pada masa early childhood ini anak juga mulai bermain clengan usia

sebayanya. Saat bersama teman-temannya, anak mulai belajar untuk bekerja

sama dan bersikap saling menerima. Hal ini memberikan kesempatan pada

anak untuk mengembangkan kemancliriannya.

Menurut Papalia & Olds (1998), bila mengacu pada Erikson, maka pada masa usia prasekolah inilah perkembangan utamanya aclalah apakah anak

bisa mandiri dan tidak tergantung pada orang tuanya sec:ara emosional.

Ketergantunagan secara emosional yang dimaksudkan adalah anal<

memerlukan kontak-kontak tertentu clari orang dewasa tidak hanya saat

(14)

Dapat dilihat bagaimana perubahan seseorang dari keadaan yang tergantung

pada orang lain (orang tua maupun pengasuh) menuju ォHセ。、。。ョ@ dimana anak

ingin melakukan segala sesuatunya secara mandiri.

Menurut Johnson dan Medinnus (1974) seorang anak dikatakan tergantung

bila ditinjau dari usia dan ketrampilan-ketrampilan yang ia kuasai pada usia

tersebut masih tetap meminta bantuan kepada orang lain, artinya bahwa

ketergantungan ini bukan lagi karena ketidak berdayaan atau ketidak

mampuan anak tersebut.

Karena kemandirian yang mulai terbentuk pada anak usia prasekolah perlu

mendapat perhatian agar anak dapat menerapkan sikap dan tingkah laku

yang sesuai dan tepat yang akan mempengaruhi cara dia bertingkah laku

kelak setelah dewasa. Orang tidak dapat mandiri dan エ・アセ。ョエオョァ@ dalam

hal-hal yang disetujui lingkungan dimana dia berada.

Dalam keluarga , anak merupakan sesuatu yang sangat berharga sebagai

perwujudan dari cinta kasih kepada kedua orang tuanya. Karena semenjak

dilahirkan anak selalu menjadi pusat perhatian. Anak merupakan penerus

kehidupan manusia dan penerus suatu bangsa. Orang tua adalah yang

pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik

secara rohani, jasmani, maupun sosial. Setiap orang tua menginginkan yang

(15)

4

kasih sayang dan pendidikan serta bimbingan agar kelak anak dapat tumbuh

mandiri.

Orang tua dahulu hanya menyekolahkan putra-putrinya k.e pendidikan Taman

Kanak-Kanak (TK) sebagai awal pendidikan sebelum rnemasuki Sekolah

Dasar (SD), dan saat ini pendidikan tersebut dirasakan k1urang cukup.

Fenomena ini terjadi karena program pendidikan yang dahulu diterapkan di

TK seperti bermain, bernyanyi, menari dan melakukan keigiatan belajar

sambil bersenang-senang, sekarang ini menjadi belajar membaca, menulis

dan berhitung (Brewer, 1992). Hal ini menimbulkan kecernasan pada orang tua sehingga rnereka merasa anak-anaknya harus diberikan pendidikan yang

lebih dini. Selain itu, orang tua juga berasumsi bahwa usia balita adalah usia

yang tepat dan jika pendidikan diberikan pada anal< diusia yang sangat rnuda

maka proses belajarnya akan lebih cepat dari pada usia lain (Brewer, 1992). Menurut Ora. Yudiana (2006) bahwa kebanyakan orang tua yang

mernasukkan anak-anak mereka ke kelompok bermain didorong oleh

keinginan mempersiapkan perkembangan dan pertumbuhan yang baik pada

anak dari usia sedini mungkin dalam menghadapi era globalisasi dan dengan

alasan yang lainnya yaitu bahwa waktu anal< pada pagi hari sampai siang

harinya dapat diisi dengan hal-hal yang sangat bermanfaat, yang hal itu tidak

(16)

Lingkungan pendidikan prasekolah seperti kelompok be1"main adalah suatu

tempat pendidikan non formal yang dimana anak dapat mengembangkan

potensinya, agar anak kelompok bermain lebih mudah dan siap menerima

tugas sebagai murid taman kanak-kanak kelak dan itu hanya didapatkan bila

mereka memperoleh kesempatan-kesempatan untuk mempelajari

tugas-tugas perkembangan dan bimbingan dalam menguasai kemandirian yang

ada pada diri mereka.

Di Kelompok Bermain anak mendapatkan kesempatan untuk berkembang

secara optimal, dalam bentuk peningkatan kognisi, emosional dan sosialnya

karena di KB anak mendapatkan program -program pendidikan yang sesuai

dengan usianya dan fasilitas-fasilitas yang dapat mengembangkan

kemampuan anak untuk menjadi mandiri.

Secara garis besar, gambaran kelompok bermain meliputi :

Pertama, kegiatan bermain bebas dalam kegiatan ini diharapkan sosialisai

anak terhadap teman dan lingkungan dapat 「・イォ・ュ「。ョAセN@ contohnya seperti:

main kucing-kucingan, main rumah-rumahan.

Kedua, Kegiatan belajar dalam kegiatan ini anak didik dapat

mengembangkan kemapuan kognitifnya, seperti mengenal huruf, angka,

melipat dan bernyanyi, Ketiga melatih untuk disiplin dan mengajarkan anak

(17)

belajarnya ketika telah selesai belajar, membuka dan m•;)makai sepatunya

sendiri.

6

Berbeda dengan anak yang tidak mengikuti kelompok bermain mereka tidak

mendapatkan program belajar yang terstruktur, tidak mendapatkan kegiatan

belajar yang intens, serta tidak pula mendapatkan fasilitas pendukung belajar

yang semua itu ditujukan untuk dapat menunjang kemandirian anak.

Sehingga anak usia prasekolah yang pernah masuk Kelompok Bermain

diperkirakan lebih memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran di Taman

Kanak-Kanak dibandingkan dengan anak yang tidak pernah masuk dalam

Kelompok Bermain diusia yang serupa.

Berdasarkan uraian diatas tentang Kelompok Bermain, penulis ingin

membedakan anak yang mengikuti Kelompok Bennain dengan

anak-anak yang tidak mengikuti Kelompok Bermain dalam biclang kemandirian.

1.2.

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, timbul

beberapa pertanyaan sehubungan dengan penelitian.

1. Bagaimana kemandirian anak yang mengikuti kelompok bermain ?

2. Bagaimana kemandirian anal< yang tidak men9ikuti kelompok

(18)

3. Adakah perbedaan kemandirian yang dimiliki anak yang mengikuti

kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain?

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak mengalami pelebaran dan perluasan masalah, maka

penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan -permasalahan berikut.

a. Kemandirian

Menurut Jhonson & Medinnus (1974) kemandirian sebagai salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi secara otonom

dan memungkinkan untuk menerapkan usaha guna prestasi pribadi dan

tercapainya tujuan.

Namun di dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti kemandirian yang

aktifitasnya diarahkan oleh diri sendiri dan kebiasaan yang menjadi

karakteristik seusianya seperti makan, minum dan ュ・ョセQオイオウ@ keperluanya

sendiri.

b. Kelompok Bermain

Kelompok bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan

non-formal (PAUD Non Formal) yang menyelenggarakan program pendidikan

sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam

(19)

Jenderal PAUD 2007). Dalam penelitian ini penulis ha11ya membatasi

masalah pada anak usia kelompok bermain yang merniliki umur 2-4 tahun,

namun didalam pelaksanaan penelitian, peneliti menggunakan sampel pada

anak-anak yang mengikuti taman kanak-kanak

1.3.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perbedaan kemandirian pada anak taman kanak-kanak (TK)

yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok

bermain?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang kemandirian anak

yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok

bermain.

1.4.2. Manfaat Penelitian

8

Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemandirian anak taman

kanak-kanak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti

kelompok bermain.

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana

(20)

kemandirian pada anak. Penelitian ini juga dapat dijadikan langkah awal

atau inspirator bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

penelitian yang penulis lakukan.

2. Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi diri pribadi, para

siswa,orang tua, atau masyarakat luas agar mengetahui bahwa

kemandirian sosial seorang murid taman kanak-kanak, bisa saja dimiliki

tergantung dari pengalaman yang sebelumnya pernah didapatkan

3. Sebagai gambaran untuk orang tua yang berniat memasukkan

anak-anaknya ke kelompok bermain karena telah mengetahui tujuan dan

manfaat yang diperoleh dari kelompok bermain.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulis membagi permasalahan penelitian ini menjadi 3 bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1 : Pendahuluan, mencakup :

- Latar belakang masalah

- ldentifikasi masalah

- Pembatasan dan perumusan masalah

- Tujuan dan manfaat penelitian

- Sistematika penulisan

Bab 2 Kajian pustaka, pada bab ini membahas sejurnlah teori yang

(21)

. I

10

kemandirian anak, ciri-ciri kemandirian, berkembangan

kemandirian, faktor-faktor kemandirian; teori anak prasekolah,

definisi anak prasekolah, definisi anak menurut psikologi

perkembangan, karakteristik perkembangan anak usia prasekolah;

teori kelompok bermain, definisi kelompok bermain, fungsi dan

tujuan kelompok bermain, ruang lingkup kelompok bermain. Selain

itu dalam bab ini pun diuraikan tentang hipotesis penelitian

Bab 3 : Metodologi penelitian, meliputi : jenis penelitia1n, metode penelitian,

definisi operasional, sample, metode dan instrumen pengumpulan

data, variabel dan tehnik analisa data.

Bab 4 : lnterpretasi dan Analisis Data

Bab ini terdiri dari gambaran umum responden, presentasi data,

serta hasil utama penelitian.

(22)

KAJIAN PUSTAJ<:A

2.1.

Kemandirian

2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Bahasa.

· Dalam kamus bahasa Indonesia diketahui bahwa kemandirian adalah

berasal dari kata sifat yang artinya, tidak tergantung pada orang lain.

(kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999).

· Menurut Chaplin (1998) kemandirian adalah suatu sikap yang ditandai

dengan adanya kepercayaan diri.

2.1.2. Pengertian Kemandirian

Menurut Callvin Hall& Linzey ( dalam Jhonson & Medinnus,1974)

kemandirian adalah suatu sikap dari seseorang yang mana ia akan dapat

dikatakan berhasil bila ia dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapinya, dalam upaya perkembangan diri dan didalamnya juga tertanam

rasa kepercayaan diri yang baik ketika ia menyelesaikan permasalahannya.

Bhatia (dalam Jhonson & Medinnus, 1974) memberikan pengertian dengan

independency atau kemandirian sebagai perilaku yang aktifitasnya diarahkan

(23)

L

Kemandirian berasal dari ketergantungan. Ketergantungan (dependency)

awalnya sering dianggap sama dengan Kelekatan(attachment).

Maccoby dan Master (dalam Jhonsosn& Meddinus,1974) mengemukakan: 12

"Dependency and attachment as a claa behavioral that maintains contact of varying degrees of closeness between a child and one or more other individuals and elicits a reciprocal attentive and nurturant behavior from these individuals."

Ketergantungan dan kelekatan dilihat sebagai tingkah laku yang

mempertahankan kontak kedekatan antara anak dengan satu lebih individu

lain dengan derajat yang berbeda-beda dan menumbuhkan rasa saling

memperhatikan dan tingkah laku merawat dari indivudU··individu tersebut.

Pada kelekatan, anak mencari kontak sosial tetapi juga suatu sikap penuh

kehangatan dan kasih sayang. Dalam hal ini anak punya pilihan terhadap

orang-orang tertentu misalnya ibunya, ayahnya atau anggota keluarga yang

lain. Sedangkan ketergantungan menurut Jhonson dan Medinnus (1974)

Ketergantungan dilukiskan sebagai kecendrungan umum untuk

menyandarkan diri kepada orang lain dalam hal mencari pemenuhan

(24)

Bentuk ketergantungan rnenurut Sers, Macobby&Levin (dalarn Jhonson &

Medinnus, 1974):

1. Ketergantungan instrumental yaitu kebutuhan anak akan orang

dewasa dalarn rnernbantunya rnernecahkan rnasalah-rnasalah sulit

2. Ketergantungan ernosional yaitu bentuk ketergantungan yang

berlebihan dirnana anak rnernbutuhkan perhatian dan curahan kasih

sayang yang terus rnenerus dari orang dewasa dalarn kehidupan

sehari-harinya.

Kernandirian rnulai berkernbang pada rnasa prasekoalah, yaitu pada usia 3-6

tahun (Erikson, dalarn Hurlock, 1993)

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, rnaka

dapat disirnpulkan bahwa pengertian kernandirian adalah kernarnpuan

seorang anak untuk rnernenuhi kebutuhan sendiri baik fisik rnaupun psikis

tanpa bantuan dari orang lain serta kernandirian rnerupakan suatu tingkah

laku otonorn yang dipelajari dari hasil eksplorasi dan kernatangan dari anak

yang rnernungkinkanya rnencapai tujuan.

2.1.3. Ciri-Ciri Kernandirian Anak

Menurut Jhonson & Medinnus (1974) ciri-ciri anak rnancliri sebagai berikut: • Mengatur diri sendiri, artinya anak rnarnpu rnengerjakan sendiri saat anak rnenolak bantuan yang ditawarkan dan tetap ingin rnenyelesaikan sendiri.

(25)

• Ketahanan menghadapi kesulitan atau frustasi, kemampuan anak untuk menyelesaikan atau mempertahankan sesuatu yang ia bisa dari masalah

14

• lnisiatif, artinya anak mengambil prakarsa dan berusaha melaksanakannya, artinya anak telah mampu mengenali keinginannya dan mengetahui apa yang harus dikerjakan.

2.1.4. Perkembangan Kemandirian

Perkembangan diartikan sebagai pertambahan diferensiasi fungsional dalam

bagian-bagian tubuh (J.P. Chaplin,2004). Selain itu menurut Werner (dalam

Psikologi Perkembangan,2003) pengertian perkembangan menunjuk pada

proses ke arah yang lebih sempurna atau bersifat tetap dan tidak begitu saja

dapat diulang kembali.

Menurut F.J. Monks (dalam Alisuf sobri, pengertian Psikologi umurn dan

perkembangan, Jakarta. Pedoman llmu Jaya, 1993) Perkembangan

berhubungan dengan proses belajar, terutama mengenai isinya, yaitu

mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar,

dan apa yang akan dipelajari.

Kemandirian dimungkinkan oleh dua perubahan penting yang terjadi pada

selepas masa bayi, yaitu kemampuan untuk bergerak semdiri setelah itu ia

mulai dapat bicara, selanjutnya pada usia empat tahun anak sudah dapat

menarik kesimpulan dari pertanyaannya. Mereka memiliki keinginan yang

(26)

pokok untuk bersosialisasi dan mencapai kemandirian (Elizabeth B. Hurlock,

1993). Perkembangan kemandirian seseorang terbentuk melalui proses yang

dimulai sejak masa kanak-kanak dan akan terus bekembang lalu yang

akhirnya menjadi sikap yang relatif menetap pada masa remaja.

2.1.5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Semakin berkembang dan bertumbuhnya anak, berbagai kemampuan akan

mengiringinya. Hal ini menyebabkan anak mulai lebih mandiri. Tetapi bukan

hanya faktor perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut yang

memegang peranan penting. Faktor-faktor lain juga mernegang peranan

penting. yaitu faktor lingkungan budaya, keluarga, dan pendidikan.

a). Faktor lingkungan budaya

Menurut Klar (dalam Jhonson& Medinnus,1974) manusia mempunyai

bakat-bakat yang terkandung di dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai

macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadian individu,

tetapi wujud dan pengaktifan dari hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

berbagai macam stimulasi yang berada di alam, lingkungan sosial, maupun

budaya sekitarnya

Anak diasuh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh

(27)

kebiasaan-kebiasaan itu agar dapat menyesuaikan diri untuk kelangsungan

hidupnya di kemudian hari.

16

Dalam kaitannya dengan kemandirian, dimulainya latihan kemandirian untuk

seorang anak oleh orang tuanya berbeda-beda waktu dan jenisnya pada

setiap keluarga dalam suatu masyarakat atau bangsa.

Menu rut Alien (dalam Jhonson &Meddinus, 197 4) keluarga Australia lebih

mengembangkan self care work pada anak-anaknya. Begitu pula ibu-ibu dari keluarga Nebraska. Hal ini berdampak pada kepribadian si anak yang lebih

disiplin dan mandiri sedangkan di Lebanon lebih menekankan pada family work pada anak-anaknya, yang berdampak pada rasa tidak ingin sendiri, selalu mengharapkan bantuan, sebaliknya juga sianak harus siap

memberikan bantuan.

Pada keluarga di lnggris & Amerika, dari kecil anak sudah dididik untuk

melakukan apapun yang diinginkannya. Dalam budaya yang lebih individual

itu, anak sudah ditekan untuk berusaha sendiri jika hendak mencapai

sesuatu, karena ia tidak akan mendapat bantuan dari orang lain termasuk

orang tuanya. Bila anak itu berhasil, maka penghargaan yang diterima sangat

besar. Hal ini disebabkan keberhasilan tersebut benar-benar merupakan

kerja keras si anak.

Lain halnya dinegara-negara timur termasuk Indonesia, umumnya sejak kecil

anak-anak sudah ditanamkan oleh orangtuanya nilai-nilai kebersamaan, rasa

(28)

ditanamkan motivasi untuk berusaha sendiri dalam mencapai apa yang

diinginkannya, karena anak selalu merasa bahwa dia akan mendapat

bantuan dari orang lain. Demikian pula sebaliknya anak juga harus selalu

siap memberikan bentuan kepada orang lain.

b). Faktor keluarga

Status sosial dan pendidikan orang tua.

Pendidikan berhubungan erat dengan status sosial ekonomi. Semakin tinggi

pula satus ekonomi maka pendidikan yang dienyam akan semakin tinggi

pula, namun apa bila status ekonomi yang dimiliki rendah maka kemungkinan

pendidikan yang dienyam akan rendah pula.

Tuma &Livson (dalam Jhonson &Meddinus,1974 ). mengemukakan bahwa

orang tua dari kelas menengah menekankan pendidikan anaknya pada

bagaimana anak akan mampu menentukan sendiri nilai-·nilai tingkahlaku yang

ditampilkan.

Menurut Sukadji (1999). Hubungan yang pertama kali dirasakan oleh si anak

adalah hubungan kasih sayang antara orang tua dengan dirinya. Dengan

demikian orang tua termasuk orang-orang yang pertama yang menetukan

potensi lingkungan pengasuhan. Untuk stimulasi orang tua dengan

pendidikan SMA ke alas diperkirakan lebih mempunyai potensi untuk

memberikan stimulasi pada anak dari pada ibu dari tingkat pendidikan di

(29)

18

Orang tua yang pendidikannya minimal SMA cendrung lebih dapat

mengembangkan diri, lebih terbuka, lebih fleksibel, mengikuti perkembangan

dinamika sosial dan menyadari diri sehingga mempermudah hubungan

dengan anak. Dalam bidang sosial ekonomi, orang tua berada pada status

ekonomi yang rendah lebih menekankan pada orang tua. Sedangkan pada

kelas menengah, lebih ditekankan pada perkembangan rasa ingin tahu,

kontrol internal, kemampuan untuk mencapai tujuan ェ。ョAセォ。@ panjang dan

sensitivitas dalam hubungan dengan orang lain. (Hess 8< Shipmong 1965,

dalam Papalia & Olds, 1998).

Penggolongan kelas masyarakat di Indonesia didasarkan pada tingkat

pengeluaran karena adanya asumsi bahwa kelas dalam masyarakat

terbentuk bukan dari jumlah pendapatan, melainkan clari jumlah

pengeluarannya yang berkaitan clengan gaya hidup seseorang.

c). lbu yang bekerja

Yang dimaksudkan ibu bekerja atau wanita yang bekerja adalah wanita yang

bekerja diluar rumah dan mendapatkan penghasilan uang untuk imbalannya,

baik berupa gaji (seperti karyawan atau pegawai) I penghasilan sendiri (

seperti pedagang atau wiraswasta) (Mallin, dalam Papalia & Olds, 1998). Sebenarnya keuntungan utama yang diperoleh anak yang ibunya bekerja

adalah mereka cenderung hidup dalam rumah yang sudah tertata dengan

(30)

tugas-tugas rumah tangga mereka dan mereka juga berdiri sendiri (Papalia &Olds,

1998)

Latihan kemandirian yang diberikan ibu diharapkan agar selama ibu tidak

berada dirumah, anak dapat mengatasi kesulitan- kesulitannya.

Bisa kita lihat, untuk ibu yang bekerja, kemandirian anak akan sernakin

meringankan beban ibu itu sendiri, sedangkan untuk ibu yang tidak bekerja

ada kesukaran untuk beralih peran dari pelindungan dan pengasuhan

menjadi pelatih kemandirian.

d). Besarnya keluarga dan Urutan kelahiran.

Dalam suatu keluarga dengan banyak anak, orang tua IHbih banyak

menekankan pada cara berlatih dan prosedur agar tata tertib didalam rumah

terjamin. Orang tua lebih banyak menekankan pada disiplin yang seringkali

menggunakan metode hukum fisik, turutan sertanya kakak dalam mengasuh

anak serta pembagian tugas antar anak.

Selain besarnya keluarga, urutan kelahiran anak juga mempengaruhi tingkat

kemandirian anak (Hurlock, 1993). Heterington &Parke (dalam Papalia

&Olds, 1998) mengemukakan bahwa anak sulung lebih mendapatkan

perhatian khusus dari orang tuanya dan lebih banyak bicara dengan anak

mereka. Bahkan setelah kelahiran anak-anak berikutnya, orang tua

cenderung mengarahkan komentar -komentar dan melakukan percakapan

pada anak sulung. Untuk anak tengah lebih memiliki keberanian dan

(31)

20

tua kurang diberikan secara penuh. Anak tengah ini umumnya memperoleh

pengetahuan tentang kehidupan dari keluarga dari saudara-saudaranya.

Sehingga mereka berusaha mengetahui sendiri sebaiknya apa yang akan

dilakukan. Sedangkan anak bungsu umumnya memperoleh kasih sayang

yang lebih banyak dari kakak-kakaknya hal ini karena anak bungsu dirasa

adalah anak terakhir dan paling kecil ia butuh dilindungi dan disayang karena

ia sebagai anak yang termuda.

e). Pola Pengasuhan

Sebagai orang tua dalam kehidupannya selalu diberikan contoh-contoh

tentang gambaran orang tua. Contoh orang tua pertama adalah contoh orang

tua mereka sendiri, dimana mereka ingat bahwa mereka dulu dididik oleh

orang tua mereka. Kemudian melihat contoh-contoh orang tua lainnya dalam

lingkungan mereka, seperti paman, bibi, atau tetangga.

Pola pengasuhan yang cukup dikenal ada tiga jenis. Pe1tama autoritarian,

pola seperti ini akan menjadikan anak selalu merasa tidak puas, menarik diri

dan curiga terhadap orang lain. Pola kedua adalah permisif, dimana anak

menjadi kurang kontrol dirinya, kurang dewasa, dan kurang mengembangkan

wawasan.

Pola yang terakhir adalah pola autoritatif, dimana anak rnenjadi merasa

nyaman, karena dicintai oleh orang tuanya, tetapi juga tau apa yang

(32)

Menu rut Watson ( dalam Papalia& Olds, 1995) orang tua yang responsif dan

mau menerima pilihan anak, berarti tidak memaksakan kehendak mereka

ataupun nilai mereka pada anak, sehingga anak sendiri yang membuat

keputusan-keputusan dan demikian maka orang tua mendukung kemandirian

anak.

f). Faktor Pendidikan

Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tEmtang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD)

adalah "suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir

sampai anak usia enam tahun yang dilakukan melalui p13mberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki peindidikan lebih lanjut"

(pasal 1, butir 14). Di TK anak bisa mendapatkan kemandirian sosial yang

lebih baik lagi karena sebelumnya mereka sudah diajarkan dalam hal yang

serupa ketika mereka mengikuti kelompok bermain. Dalam hal ini Taman

Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu satuan PAUD jalur pendidikan

nonformal {Pasal 28 ayat (4)]

Dari ke enam faktor penyebab kemandirian, faktor besarnya keluarga dan

urutan kelahiran bisa juga tidak selalu menjadi penyebab dalam munculnya

kemandirian pada diri anak, hal ini dikarenakan adanya faktor pola

(33)

2.2. Anak Prasekolah

2.2.1. Definisi Anak

Anak adalah seorang individu yang belum mencapai エゥョセゥォ。エ@ kedewasaan.

lstilah tersebut bisa berarti seorang individu yang berada diantara kelahiran

dan pubertas (J.P. Chaplin, 1996).

22

Anak usia prasekolah merupakan bagian dari masa kanak-kanak yang sering

disebut masa kanak-kanak awal, yakni anatara usia 2-6 tahun. lstilah usia

prasekolah ini digunakan oleh para pendidik yang dimaksudkan untuk

membedakan anak-anak dimana mereka dianggap cukup tua secara fisik dan

mental. (Elizabeth B. Hurlock, 1993).

2.2.2. Definisi Anak Menurut Psikologi Perkembangan

Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan

ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai anak matang secara

seksual, maka dinamakan remaja. (Hurlock, 1999)

Menurut Hurlock (1980) anak menurut usia awal kanak-kanak adalah usia

mainan karena anak mudah menghabiskan sebagian besar waktunya dengan

bermain dengan mainannya, bahkan ketika mereka berada dilingkungan pra

sekolah pun mereka baru masuk masa persiapan untuk melanjutkan

(34)

2.2.3 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Karena anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, maka

selanjutnya akan dijelaskan mengenai kerakteristik perkembangan anak-anak

usia awal. Masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang

kehidupan, yang dimulai setelah masa bayi yang penuh ketergantungan,

yakni sekitar dua tahun hingga saat matang secara seksual kira-kira usia tiga

belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. (Elizabeth B.

Hurlock, 1993)

Masa kanak sendiri terbagi lagi menjadi dua fase, yaitu masa

kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak-kanak-kanak akhir. Dalam pembahasan ini adalah

mengenai karakteristik perkembangan anak-anak pada masa kanak-kanak

awal.

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik selama kanak-kanal< awal berlangsung lambat

dibandingkan dengan pertumbuhan pada masa bayi. Namun

perkembangannya relatif seimbang atau proporsional (Elizabeth B.

Hurlock, 1993), sehingga perkembangan psikomotoriknya sangat ideal untuk

membelajaran ketrampilan. Menurut Hurlock (dalam Child

Development, 1978) , hal ini disebabkan oleh :

1) Tubuh anak menjadi lebih lentur dari pad a remaja dan orang dewasa, oleh

(35)

2) Anak -anak memiliki keterampilan yang baru dikuasai tidak terganggu

keterampilan yang sudah ada.

24

3). Anak-anak suka menjelajah, inggin mencoba sesuatu yang baru. Hal ini

dapat memotivasi mereka untuk belajar.

4). Anak-anak memiliki tugas lebih sedikit, sehingga mereka memiliki banyak

waktu untuk mencurahkan perhatian dalam menguasai keterampilan.

5) Anak-anak untuk menggulang-ulang sehingga dengan senang hati

mereka akan menggulang aktivitas sampai mereka t•9rampil.

b. Perkembangan lntelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode

praoperasinal, yaitu tahapan dimana anak belum bisa menguasai operasi

mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi me1ntal adalah

kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai

dengan berkembangnya representasional, atau "symbolic fungtion", yaitu kemapuan mengunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakilkan)

sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata, gesture/bahasa

gerak), dan benda. Dapat juga dikatakan sebagai "semiotic function",

kemampuan untuk mengunakan simbol-simbol (bahasa., gambar, tanda/

isyarat, benda, gestue, atau peristiwa) untuk ュ・ャ。ュ「。ョAセォ。ョ@ kegiatan, benda

yang nyata, atau peristiwa (Rosana Dewi,2005).

Meskipun berfikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari berfikir periode

(36)

Keterbatasan yang memadai, atau yang menjadi karakteristik periode

praopreasional ini adalah sebagai berikut (Rosiana Dewi.2005) :

1) Egosentrisme, merujuk kepada (1) diferensiasi diri, lingkungan orang

lain yang tidak sempurna, dan (2) kecendrungan untuk memahami dan

menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri

2) Kaku dalam berfikir (rigidity of thought). Salah satu karakteristik

berfikir praoperasional adalah kaku.

3) Semilogical reasioning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang misterius, yang dialaminya dalam kehidupan

sehari-hari.

c.Perkembangan Emosional

Anak usia 4 tahun biasanya sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya

(dirinya) berada dengan bukan aku (orang lain atau benda).

Pada masa kanak-kanak awal berkembang jug a beberapa jenis emosi yang

meliputi (Elizabeth B. Hurlock, 1993) :

1) Takut, yaitu perasan terancam oleh suatu obyeft yang dianggap

membahayakan.

2) Cemas, yaitu perasan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada

obyeknya

3) Marah, merupakan perasan tidak senang atau benci baik terhadap

(37)

verbal ataupun nonverbal. Hal ini adalah suatu reaksi atas adanya

hambatan terhadap pemenuhan kebutuhannya.

26

4) Cemburu, yaitu perasan tidak senang terhadap obyek yang dianggap

telah mereput kasih sanyang dari orang yang telah mencurahkan

kasih sayang terhadapnya.

5) Kegembiraan,kesenangan, kenikmatan, yaitu perasan yang positif,

nyaman, karena terpenuhi keinginannya.

6) Kasih sayang, yaitu perasan senang untuk mernberikan

perhatian,atau perlindungan terhadap orang lain,hewan, atau benda.

7) Phobia, perasan takut terhadap obyek yang tidak patut ditakutinya

(takut abnormal).

8) lngin tahu (curiosity), yaitu perasan ingin mengenal, mengetahui

segala sesuatu atau obyek-obyek, baik yang bersifat fisik maupun

nonfisik.

d. Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke

dalam dua tahap yaitu sebagai berikut (Harlock, dalam Child

Development, 1993):

1) Tahap pertama (2,0 tahun-2,6 tahun), yang bercirikan antara lain (a) anal<

sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna,

(38)

banyak menanyakan nama dan tempat : apa, di mana, dan dari mana,

(d) anak sudah dapat mengunakan kata-kata yang berawalan dan

berakhiran.

2) Tahap kedua (2,6 tahun-6,0 tahun), yang bercirikan (a) anak sudah dapat

menggunakan kalimat beserta anak kalimatnya, (b) tingkat berfikir anak

sudah lebih maju dimana anak banyak menanyakan soal waktu dan

sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan : kapan, ke mana, mengapa

dan bagaimana.

e. Perkembangan Sosial

Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4 atahun), p19rkembangan sosial

anak sudah nampak jelas, karena sudah mulai aktif berhubungan dengan

teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah

(Elizabeth B. Hurlock, 1993) :

1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga

maupun dalam lingkungan bermain.

2) Seclikit demi seclikit anak suclah mulai tuncluk pacla peraturan.

3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.

4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman

sebaya.

Pacla usia kanak-kanak awal, terjadi aclanya tingkah laku meniru atau imitasi

(39)

yang kuat untuk belajar berbicara, di mana belajar berbicara merupakan

sarana pokok untuk bersosialisai dan mencapai kemandirian (Elizabeth B.

Hurlock, 1993).

F. Perkembangan Kepribadian

28

Kepribadian mulai terbentuk pada masa ini, inti pola k.epribadian pada masa

kanak-kanak awal adalah konnsep diri. Glasner (dalam Hurlock,1993)

mengatakan bahwa konsep diri anak "terbentuk di dalam rahim hubungan

keluarga" orang tua, saudara kandunr, dan sanak saudara yang lain

merupakan dunia sosial bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan dan

perlakuan mereka kepada anak-anak merupakan faktor yang penting dalam

pembentukan konsep diri tersebut (Elizabeth B.Hurlock,1993).

Hal-hal yang menonjol pada usia prasekoalah (3-6 tahun) adalah (

Elizabeth B.Hurlock,1993):

1) Merupakan masa persiapan sekolah.

2) Pertanyaan mulai dengan mengapa.

3) Keingintahuan mengenai seks mulai tampak, perltanyaan tentang adik

datang dari mana.

4) Mulai mencari teman bermain.

5) Kebiasan mulai diidentifikasikan dan perlu penjelasan seperlunya.

6) Datangnya adik menimbulkan permasalahan baru

(40)

8) Pada masa ini anak laki-laki mulai menyukai ibunya dan benci

terhadap ayahnya, anak perempuan sebaiknya, menyukai ayahnya

dan membenci ibunya. Sikap itu disebut Oedipus Complex.

2.3.

Kelompok Bermain.

2.3.1. Pengertian Kelompok Bermain

Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan

non-formal (PAUD Non Formal) yang menyelenggarakan program pendidikan

sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam

tahun (dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun) (dalam

Departemen Pendidikan Nasional,2006).

2.3.2. Fungsi dan Tujuan Kelompok Bermain

1. Fungsi pendidikan kelompok bermain

a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak

b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar

c. Menumbuhkan sikap dan perilaku baik

d. Mengembangkan kemampuan komunikasi dan bersosialisasi

e. Mengembangkan keterampilan, kreatifitas, dan kemampuan

yang dimiliki anak.

f. Mengembangkan sikap penyesuaian diri terhadap lingkungan

(41)

• J

30

2. Tujuan pendidikan kelompok bermain

Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik

yan meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa,

fisik/motorik dan seni

Secara psikologis dan pedagogis, bermain memepunyai nilai-nilai yang

sangat berharga bagi anak, diantaranya :

1. Anak memperoleh perasan senang, puas, bangga, atau berkataristik

(peredaan ketegangan)

2. Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan

kooperatif (mau bekerja sama)

3. Anak dapat mengembangkan daya fantasi, kreatifitas (terutama

permainan fisik dan konstruksi).

4. Anak dapat mengenal aturan, norma yang berlaku pada kelompok

serta belajar untuk mentaatinya

5. Anak dapat memahami bahwa dirinya maupun orang lain, sama-sama

mempunyai kelebihan dan kekurangan

6. Anak dapat mengembangkan sikap positif, tenggang rasa,atau toleran

kepada orang lain.

Dari tujuan yang inggin dicapai seperti di atas setiap kelompok bermain yang

ada, para guru atau pengurus yayasan dapat mengembangkan kurikulum

dan program belajar mereka sendiri dengan metode pengajaran yang akan di

(42)

tidak memiliki kurikulum yang sama, hal ini dikarena Diknas tidak

menetapkan standar kurikulum untuk KB.

2.3.3. Ruang Lingkup Kelompok Bermain

Ruang lingkup KB meliputi aspek perkembangan menurut Departemen

pendidikan Nasional, (2004)

1. Moral dan Nilai-nilai Agama, dari aspek ini diharapkan akan

meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

meletakkan dasar agar anak menajdi warga negara yang baik

2. Sosial, emosional, dan kemandirian. Didalam aspek ini dimaksudkan

untuk membina agar anak dapat mengendalikan emosinya secara

wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan

orang dewasa dengan baik serta dapat ュ・ョッャッョセj@ dirinya sendiri dalam

rangka kecakapan hidup.

3. Berbahasa. Perkembangan pada aspek ini bertujuan agar anak

mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana

secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan

membangkitkan minat untuk berbahasa Indonesia.

4. Kognitif, perkembangan ini bertujuan mengembangkan kernampuan

berfikir anak untuk dapat mengolah perolehanbelajarnya, dapat

menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah,

(43)

32

matematiknya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta

mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan serta

mempersiapkan pengembangan kempuan berfiki1· teliti. Namun pada

tahap ini kelompok berfikir tidak terlalu ditekankan.

5. Fisik dan motorik. Perkembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan

dan melihat gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan

untuk mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta

meningkatkan ketrampilan tubuh dan cara hidup .sehat sehingga dapat

menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.

6. Seni. Dalam perkembangan ini bertujuan untul< agar anak dapat dan

mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, serta

mengembangkan kepekaan, dan dapat menghasilkan karya kreatif.

2.4.

Kerangka Berfikir

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehiclupan manusia, yang

akan menentukan perkembangan selanjutnya.

Fenomena yang terjadi belakangan ini yaitu begitu banyak orang tua yang

sangat antusias ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi

anak-anaknya bahkan sedini mungkin. Untuk itu anak dimasukan ke Taman

(44)

secara optimal, karena di TK anak mendapatkan program-program

pendidikan yang sesuai dengan usianya dan fasilitas-fasilitas yang dapat

mengembangkan kemampuan anak untuk menjadi mandiri.

Tetapi untuk dapat menyerap pendidikan di TK ini anak harus siap dan bisa

beradaptasi dengan lingkungan TK atau lingkungan di luar rumahnya.

Pendidikan prasekolah seperti Kelompok Bermain menjadi sangat

diperhatikan karena potensi unggul yang dimiliki oleh anak tidak akan tumbuh

dengan sendirinya tanpa adanya intervensi lingkungan seperti sarana dan

prasarana pendidikan yang mendukung perkembangan potensi anal< secara

optimal. Kelompok bermain memiliki program belajar yang terstruktur, sistem

belajar yang dilakukan secara rutin atau intens dan memiliki fasilitas yang

cukup baik untuk dapat membentuk kemandirian sosialpada muricl-muridnya.

Bentuk program pendidikan yang diajarkan pada kelompok bermain seperti :

anak diajarkan untuk mudah bergaul dan beradaptasi demgan lingkungan

yang baru, anak diajarkan untuk dapat berinteraksi 、・ョセQ。ョ@ guru dan orang

yang lebih tua darinya ketika bertemu, anak diajarkan untuk dapat mengurus

keperluanya sendiri seperti memakai sepatu sendiri, merapihkan alat tulis

clan tempat makannya sendiri, selain itu anak di KB juga sudah diajarkan

untuk berani menjadi pemimpin clan berani tampil di hadapan orang, belajar

mengenal warna dasar, angka clan huruf-huruf dasar serta masih banyak

pengalaman balajar yang diberikan di KB. Berbeda dengan anak yang tidak

(45)

34

sistem belajar yang intens atau terus menerus dan fasilitas yang sama seperti

di KB untuk dapat membentuk kemandirian sosial. Anak usia prasekolah

yang pernah masuk KB diperkirakan lebih memiliki kesiapan untuk menerima

pelajaran di TK dibandingkan dengan anak yang tidak pernah masuk KB

pada usia yang serupa.

Menurut Jhonson & Medinnus(1974) anak dikatakan mandiri dalam

bersoaisialisasi apabila ia dapat menunjukkan kemampuan yang memadai

berkaitan dengan aspek-aspek sebagai berikut :

Mengatur diri sendiri, Memecahkan masalah sederhana, Ketahanan

menghadapi kesulitan dan frustasi, lnisiatif.

Berdasarkan tujuan dan fungsi dari kelompok bermain yaitu membantu anak

didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik untul< menyiapkan anak

memasuki jenjang sekolah selanjutnya, diharapkan dapat membantu

(46)

BAGAN KERANGKA BERFIKIR

Sebelumnya yang

mengikuti KB Cukup memiliki kemandirian sosial

Murid Taman Kanak-Kanak

2.5.

Hipotesis

Sebelumnya yang tidak mengikuti KB

IBelum memiliki kemandirian sosial

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian yang

kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat perbedaan yang signifikan antara

kemandirian anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak

(47)

b. Hipotesis nol (Ho) : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

kemandirian anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak

mengikuti kelompk bermain.

(48)

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan

data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dihasilkan dari serangkaian

pengukuran atau observasi yang dinyatakan dengan 。ョAセォ。M。ョァォ。@ dan

kemudian dianalisis dengan uji statistik (Dajan, 1968).

Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian komparatif, yakni untuk

melihat perbedaan kemandirian antara anak yang mengikuti kelompok

bermain dengan yang tidak mengikuti mengikuti kelompok bermain.

3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Menurut Kerlinger (2003), varibel adalah simbol atau lambang yang padanya

kita melekatkan bilangan atau nilai. Variabel terbagi menjadi dua macam,

yaitu variabel bebas (independent variabeD dan variabel terikat (dependent variable).

(49)

38

a. Variable bebas (independent variable/IV) adalah anak taman kanak-kanak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain.

b. variable terikat (dependent variable/DV) adalah kemandirian.

Definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel penelitian ini adalah

Sebagai berikut.

a. Kemandirian yang dimaksudkan dalam penelitian ini kemampuan anak ketika ia diharapkan dengan situasi dan lingkungan baru yang menuntutnya untuk bersikap dan bertangung jawab seperti :

1.

Kemampuannya untuk mengatur diri sendiri

2. Kemampuanya untuk memecahkan masalah sederhana 3. Ketahanan menghadapi kesulitan atau frustasi

4. memiliki inisiatif

b. Kelompok bermain yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu tempat pembimbing anak (dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun) dalam jalur formal yang membantu anak mencapai tugas perkembangannya dengan baik dalam berbagai aspek kemandirian agar lebih siap untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

3.2.

Pengambilan Sampel

3.2.1. Populasi dan sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan unit atau analisis, yaitu objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah anak taman kanak-kanak yang sebelumnya mengikuti KB dengan anak taman kanak-ka1nak yang

sebelumnya tidak mengikuti KB. Karena keterbatasan pEmulis, maka total

(50)

populasi ini tidak dapat dihitung dalam jumlah yang tepat. Namun dalam pengisian angket akan diberikan kepada orang tua dan guru anak TK untuk mengisinya, hal ini dikarenakan anak TK belum bisa membaca dan

memahami isi angket.

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan subyek sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan teknik nonprobability sampling dimana setiap individu dalam populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian.

Bentuk yang digunakan dalam nonprobabi/ity sampling adalah teknik

Porpusive Sampling, artinya individu telah memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian berdasarkan tujuan penelitian (Usman &Akbar, 1995). Keuntungan mengunakan teknik ini adalah murah,cepat,serta relevan dengan tujuan penelitian. Sementara itu, kerugian teknik ini adalah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).

3.2.3. Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sebesar 60 orang, terdiri dari 30 anak TK yang sebelumnya mengikuti KB dan 30 anak TK yang mengikuti KB. Sebagaimana diungkapkan oleh Kerlinger (dalam

Widiasari,2001 ), jumlah sampel yang cukup besar dari populasi adalah minimal 30 orang.

3.2.4. Karakteristik Sampel

Penelitian mengambil sampel dengan tujuan penelitian berdasarkan

(51)

• Berusia 5-6 tahun.

• Anak yang mengikuti KB dan anak yang tidak men!Jikuti KB.

3.3.

Tekink Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian

Tekink pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan menyebarkan angket kepada para responden yang memenuhi syarat.

lnstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian. Skala ini menggunakan model Likert, yaitu skala akhir subyek merupakan skor total dari jawaban pada setiap pertanyaan yang diberikan, orang tua subyek diharuskan memilih salah satu jawaban yang paling mengambarkan diri subyek.

40

Skala ini menggunakan format jabawan empat-poin, yaitu sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KK), tidak pernah (TP). Masing-masing orang tua subyek diminta untuk memilih satu di antara empat alternatif jawaban

tersebut. Item-item dalam skala kemandirian ini dirancang berdasarkan empat aspek menu rut teori dari Jhonson & Medinnus (1074).

(52)

Berikut ini sebaran skala kemandirian uji coba

Tabel 3.3.1 Blue Print Try Out Kemandirian Anak yang Mengikuti Kelompok Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

No Faktor Aspek lndikator Favorabel Anfav

orabel 1. Mengatur Kemampuan

-

Anak sudah

dirinya anak dalam bisa mandi 1r 2r

sendiri membantu sendiri

atau

-

Memakai baju 3r 4r

menolong sendiri

dirinya

-

Memakai 5r 6r

sendiri sepatu sendiri

-

Pergi 7g 8g

kekamar kecil sendiri

-

Menggosok 9r 10r

gigi sendiri

-

Merapihan

alat tulisnya 1 'lg 12g sendiri

-

Mau berbagi

dengan 13g 14g

teman

15r 16r

- Merapihkan alat /tempat makannya

-

Mencuci 17r 18r

tangannya sendiri

-

Anak 19g 20g
(53)

42

hemat dan benar

-

Anak 21 r 22r 2

menentukan sendiri pakaian

2. Memecahk Kemampuan - Menjawab 23r 24r 2

an anak untuk telepon

dengan benar

masalah menyelesaik

-

Berespon 25r 26r 2

sederhana an masalah secara tepat

-

Menyalakan

sederhana dan 27r 28r 2

mematikan sendiri alat-alat elektronik - Membukakan

29r 30r 2

pintu bila ada ta mu

-

Mau bertanya

3·19 32g 2

-

Berusaha

mencari 33r 34r 2

mainannya sendiri

-

Mampu menjawab

35g 36g 2

pertanyaan

-

Anak mau mengantri

37g 38g 2

3. Ketahanan Kemampuan

-

Tepatwaktu 39g 40g 2

Menghada /ketahanan

-

Tidak mau 4'1r 42r

2

dibantu dalam

pi dalam melakukan

kesulitan menghadapi suatu

-

Mau meminta

atau masalah maaf 43g 44g

2

frustasi atau

-

Mengikuti 45g 46g 2
(54)

kesulitannya permainan

-

Berusaha berpakaian rapih

-

Mencoba mengerjakan PR sendiri

4. lnisiatif Kemampuan

-

Anak

anak membereska

n sendiri

mengenali mainannya

keinginanny

-

Bermain sendiri

a dan

-

Dapat

mengetahui berbaris dengan rapih apa yang

-

Berani tampil

harus kedepan

kelas dikerjakan

-

Anak mau

membantu oranQ tua

Total

Keterangan :

r : angket untuk orang tua

- g : angket untuk guru

3.4.

Teknik Uji lnstrumen

7r

4 9r

5·1 r

5, 3g

5g 5

7g

5 9r

3 0

48r 2

50r 2

52r 2

54g 2

56g 2

58 g 2

60r 2

30

60

Sesuai dengan kaedah penelitian, maka peneliti mengadakan uji instrument

penelitian yang akan peneliti gunakan. Tahap awal peneliti mendiskusikan

skala perilaku mandiri antara anak yang mengikuti kelompok bermain dengan

yang tidak mengikuti kelompok bermain. Setelah itu peneliti melaksanakan

(55)

44

3.4.1 Uji aliditas Skala

Pengujian validitas dilakukan untuk mendapatkan skala psikologi yang

mampu menghasilkan data akurat dan sesuai dengan tujuan pengukuran.

Validitas skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang

disusun berdasarkan rancangan yang tepat karena skala yang disusun

berdasarkan ukur yang teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas

secara teoritik akan valid. Untuk menguji besarnya validitas instrurnen

penelitian, peneliti menggunakan rumus Product Moment dari Pearson ( Azwar, 2004) dengan rurnus:

Keterangan: rxy

=

Angka indeks korelasi "r" product moment

2:xy

=

Jumlah hasil perkalian antara skor item dan skor total

2:x

=

Jumlah skor item

2:Y

=

Jumlah skor total

n

=

Jumlah subyek

3.4.2. Estimasi Reliabilitas Skala

Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus

(56)

Keterangan:

s,,

dan s2, = Varians skor belahan 1 dan varians skor

belahan 2

s x-, = Varians skor skala

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk analisis utama data peneliti menggunakan uji T (t-test) dan statistika

sederhana dengan menggunakan SPSS 13.0.

3.6

Tahapan Penelitian

1. Tahap Persiapan

• Menyusun proposal penelitian

• Memilih problematika dan judul penelitian

• Menentukan rumusan dan batasan masalah

• Menentukan variabel penelitian

• Merumuskan hipotesis penelitian

• Menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka

• Menentukan subyek dan lokasi penelitian

(57)

46

2. Tahap Pengambilan Data

Menyusun instrumen penelitian

• Menyiapkan subyek penelitian

• Melaksanakan uji coba instrumen

• Merevisi instrumen penelitian

Melaksanakan tes

3. Tahap Pengolahan Data

Melakukan skoring

• Menghitung hasil

Membuat tabulasi data

4. T ahap Analisis

Menganalisis data yang telah diperoleh

• Membuat hasil analisis

• Membuat kesimpulan dan saran

5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

(58)

BAB4

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

Berdasarkan pertanyaan dipenelitian ini bahwa ingin mengetahui perbedaan

kemandirian antara anak yang mengikuti kelompok berrnain dengan yang

tidak mengikuti kelompok bermain. Maka didapatkan hasil penelitian terhadap

60 responden sebagai berikut :

4.1

Gambaran Umum Responden

Gambaran umum subyek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,

yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari status responden, jenis kelamin

dan tempat aktivitas. Populasi dalam penelitian ini adalah 80 anak dari dua

TK yaitu TK Little Star dan TK Al- Bayan. Sampel penelif:ian 60 anak TK

Berikut ini adalah gambarannya.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Responden dan Jenis Kelamin

No. Status Responden Jen is Frekuensi Persentase Jumlah Kela min

1. Anak TK yang Laki-laki 15 25%

30

mengikuti KB Perempuan 15 25%

2.

Anak TK yang tidak Lak-laki 15 25%

30

mengikuti KB Perempuan 15 25%

Total 60 100% 60

'"');,u/

(59)

48

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari status sampel yang berbeda yaitu anak TK yang mengikuti KB sebanyak 30 responden dengan jenis kelamin yang berbeda; laki-laki 15 responden (25%) dan perempuan 15 responden (25%). Anak Tk yang tidak mengikuti KB sebanyak 30 responden dengan jenis kelamin yang berbeda; laki-laki 15 responden (25%) dan perempuan 15 responden (25%). Dalam penelitian ini, peneliti menyamakan jumlah sampel yang digunakan berdasarkan status sample dan jenis kedamin.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tempat Aktivitas

No. Tempat Frekuensi Persentase Jumlah Aktivitas

1. Sekolah 30 50% 30

2.

Rumah 30 50% 30

Total 60 100% 60

Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tempat aktivitas yang berbeda yaitu anak TK yang mengikuti KB dan tidak mengikuti KB dengan tempat aktivitas sekolah sebanyak 30 responden (50%). Anak TK yang mengikuti KB dan tidak

[image:59.595.32.453.83.605.2]
(60)

4.2

Uji lnstrumen Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 60

item dari skala perilaku mandiri antara anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain. Uji instrument diberikan kepada 35 orangtua yang memiliki anak TK (15 anak TK yang mengikuti KB dan 15 anak TK yang tidak mengikuti KB). Adapun tujuan dari uji instrument ini dilakukan dengan maksud :

1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total.

2. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.

3. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item yang diberikan.

4. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

pengisian instrument.

4.2.1 Hasil Uji Validitas Kemandiri Anak yang Mengikuti Kelompok

Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

Berdasarkan uji intrumen validitas dengan teknik korelas.i Product Moment

dari Pearson pada perilaku mandiri antara anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain, dari 60 item yang diuji cobakan diperoleh 40 item yang valid dan 20 item yang gugur.

(61)
[image:61.595.33.488.157.703.2]

Table 4.2.1. Hasil Uji lnstrumen Item valid (*) dari Kemandirian Anak yang Mengikuti Kelompok Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain

50

No Faktor Aspek lndikator Favorabel Anfav Jumlah

1. Mengatur Kemampuan

-

Anak sudah

dirinya anak dalam bisa mandi

sendiri membantu sendiri

at menolong

-

Memakai baju

dirinya sendiri

sendiri

-

Memakai

sepatu sendiri

-

Pergi kekamar kecil sendiri

-

Menggosok gigi sendiri

-

Merapihan alat tulisnya sendiri

-

Mau berbagi
(62)

tangannya sendiri

- Anak 21 r* 22r 2

menggunaka uang jajan hemat dan benar

-

Anak

menentukan sendiri pakaian

2. Memecahk Kemampuan

-

Menjawab 23r* 24r* 2

an anak untuk telepon

masalah menyelesaik dengan benar 25r* 26r 2

sederhana an masalah

-

Berespon

sederhana secara tepat 27r* 28r 2

-

Menyalakan dan

mematikan 29r* 30r* 2

sendiri

alat-alat elektronik 31g* 32g 2

- Membukakan 33r* 34r 2

pintu bila ada tamu

-

Mau bertanya 35g* 36g* 2

-

Berusaha

mencari 37g 38g* 2

<

Gambar

Tabel 3.3.1. Blue Print Try Out Kemandirian Anak TK
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tempat Aktivitas
Table 4.2.1. Hasil Uji lnstrumen Item valid (*) dari Kemandirian Anak yang Mengikuti Kelompok Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
Tabel 4.2.2.B/ue Print Penelitian Kemandirian Anak yang Mengikuti Kelompok Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Berm a in
+5

Referensi

Dokumen terkait

Harga r pada isoterm Freundlich lebih mendekati 1 dibanding isoterm Langmuir, sehingga dapat diasumsikan bahwa interaksi antara karbon aktif diaktivasi H 2 SO 4 10% dengan

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi

Plat pengekang ini terbuat dari baja, fungsinya untuk pengekang baja ringan profil C yang digunakan sebagai tumpuan benda uji reng baja ringan agar tidak geser saat

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penggunaan modul pembelajaran akuntansi, intensitas praktikum

Peserta yang dinyatakan Memenuhi Persyaratan Teknis, dilanjutkan dengan melakukan evaluasi dokumen penawaran Harga yang dilakukan terhadap I (Satu) peierta/penyedia

Indeed, our results seem to suggest that tariff reductions have induced positive income effects and reduced poverty, eventually leading to a reduction in rural child labor..

Dengan adanya produk ini diharapkan lewat instrumen ini terapi musik menjadi terapi alternatif yang digunakan oleh klinik ADHD di Indonesia dan lewat desain ini juga

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara terhadap pengendalian