PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANTARA ANAK YANG
SEBELUMNY A MENG I KUTI KELOMP<)K BERMAIN
DEN GAN ANAK YANG SEBELUMNYA TIDAK
MENG I KUTI
KELOMPOK BERMAIN
(Di Taman Kanak-Kanak LITTLE STAR)Skripsi lni Diajukan Guna Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: TRI !RAMA YANTI NIM: 203070001485
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITA ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERBEDAAN KEMANDIRIAN
ANAK TAMAN KANAK-KANAK YANG MENGIKUTI
KELOMPOK BERMAIN DENGAN YANG TIDAK
MENGIKUTI KELOMPOK
berセjiain@SKRIP SI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
TRI IRMAYANTI NIM:203070001485
DI BAWAH BIMBINGAN
Pembimbing II
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "PERBEDAAN KEMANDIRIAN ANAK T AMAN
KANAK-KANAK YANG SEBELIJMNYA MENGIKUTI KELOMPOK BERMAIN
DENGAN YANG TIDA!< MENGIKUTIKELOMPOK BE:RMAIN ( Tarnan Kanak- Kanak Little Star )"
telah cliujikan dalarn sidang rnunaqasyah Fakultas Psikologi Universitas lslarn Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juni 2008. Sknpsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psilcio::ii.
Jaka1ia, 9 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
0li'° 160 21
Pembimbing I
セ@
ijセN@
セ@
Dra1:dh1lah Suralag ,M.Si
NIP. 150 215 283
Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. Zahfotun 1ihavah,M.Si
r-JIP. 150 '.238 772
セセセセ@
Drathilah Surala a M.Si
NIP. 150 215 283
Pembimbing 11
Hvセセ@
Natrls ldr ani M.Si
SIA.Rs.es bes/Ar
tLtfoR, clLbi;i/11,glA.V\, clL i;iti;isSIA.Rs.es,.
SIA.Rs.es bes/Ar
clLbi;i/11,glA.V\, clL i;iti;is R-es1A.lLt1AV\,, R-egi;igi;ili;i/11,cl/AV\,
fr1A.st1AsL,K1Acl1AV\,g-R,i;icli;i/l\,g
be/l\,c,/AV\,/A bes.!Av;
°!:)/AV\, c/Ar/A R,Lti;i
w.eV\,g1A.b/AVtV\,!j/A cl/AV\,
キN・セG|LァOaエャaslv|LAェOa@Redstone-ABSTRAK
(C) Tri lrmayanti
(A) Fakultas Psikologi (B) Mei 2008
(D) Perbedaan Kemandirian Anak Taman Kanak-tCanak Yang Mengikuti Kelompok Bermain Dengan Yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
(E) X+ 68 halaman
(F) Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan seseorang kelak dikemudian hari.
Dalam keluarga, anak merupakan sesuatu yang sangat berharga sebagai perwujudan dari cinta kasih kedua orang tuanya. Semenjak dilahirkan anak menjadi pusat perhatian. Anak merupakan penerus kehidupan suatu bangsa. Orang tua adalah ー・ョ。Aセァオョァ@ jawab pertama dan utama alas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani maupun secara jasmani. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya.
Semampu mereka memberikan perhatian, perawatan, kasih sayang dan pendidikan serta bimbingan. Seiring meningkatnya usia,
meningkat pula kemampuan anak dibidang kognisi, fisik dan
keterampilan motorik. Hal ini memungkinkan untuk melakukan hal-hal tertentu yang dulu tidak bisa mereka lakukan sehingga mereka bisa menjadi mandiri.
Lingkungan pendidikan seperti kelompok bermain adalah suatu tempat pendidikan non formal dimana anak dapat mengembangkan
potensinya, agar anak kelompok bermain lebih mudah dan siap menerima tugas sebagai murid taman kanak-kanak kelak dan itu hanya didapatkan bila mereka memperoleh kesernpatan-kesempatan dan bimbingan dalam mengembangkan kemandirian.
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan kemandirian pada anak TK yang sebelumnya mengikuti KB dengan anak TK yang tidak mengikuti KB.
Pendekatan yan digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian komparatif. Teknik pengambilan sampel berupa
untuk rnenolak Ho. lnstrurnen dalarn penelitian ini1 yaitu skala
kernandirian yang rnengacu pada teori Jhonson 8< Medinnus (1974) dengan aspek-aspek rnengatur diri sendiri, rnemecahkan rnasalah sederhana, ketahanan rnenghadapi kesulitan atau frustasi, inisiatif.
Dari hasil penelitian dapat disarankan kepada orang tua untuk rnernberikan pendidikan kepada anak dari usia dini seperti rnernasukkan anak pada kelornpok berrnain agar anak dapat rnengernbangkan potensinya sehingga rnenjadi bekal dan lebih rnandiri ketika rnernasuki jenjang pendidikan dasar.
KATAPENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan rasa syukur yang tak henti-hentinya alas segala nikmat yang telah diberikan, juga alas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan sl<ripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, bail< secara moral maupun materil dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi, ibu Hj. Dra. Netty Hartati, M.Si.
2. !bu Hj. Fadhillah Suralaga, M.Si, dosen pembimbing I, yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan saran, bimbingan dan memberikan motivasinya kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi.
3. lbu Natris ldriyani, M.Si, dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam penulisan skirpsi ini. 4. Para dosen Fakultas Psikologi UIN yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis, serta kepada bapak Ayung sebagai staff akademik Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu penulis.
penulis mengalami keputusasaan dalam menyusun skripsi ini. Seluruh keluarga besarku , khususnya Kakak-kakakku dan keponakanku yang manis Fauzan Syamil, terima. kasih penulis ucapkan atas semua dukungannya.
7. Sahabat-sahabatku tersayang: Agnes, Dewi, Ri::iki, Syani, Falin. Terimakasih atas kebersamaan, kerjasama dan persahabatannya selama ini. Semoga Allah selalu menyatukan hati-hati kita agar selalu berada dijalan-Nya.
8. Seluruh teman-temanku mahasiswa Fakultas Psikologi ekstensi angkatan 2004.
9. Keluarga Besar Gedung Hijau, atas keiklasannya dalam membantu penulis.
10. Semua pihak yang telah 「・セ。ウ。@ membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Tak ada kata yang sempurna di dunia ini. Dalam penulisan skirpsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan ketidak
sempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin.
Jakarta, 21 Mei 2008
Halaman Judul
Halaman Pengesahan Motto
Abstraksi
Kata Pengantar Daftar lsi
Daftar T abel
BAB 1 Pendahuluan
DAFTAR
ISi
1.1. Latar Belakang .. MAsalah ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ... 6
1.3. Pembahasan Masalah ... 7
1.3.1. Pembatasan Masalah ... 7
1.3.2. Rumusan Masalah ... 8
1.4. Tujuan &Masalah Penelitian ... 8
1.4.1. Tujuan Penelitian ... 8
1.4.2. Manfaat Penelitian ... 8
1.5. Sistematika Penulisan ... 9
BAB 2. Kajian Pustaka 2.1. Kemandirian ... 11
2.1.1. Pengertian Kemandirian Menu rut Bahasa ... 11
2.1.2. pengertian Kemandirian ... 11
2.1.3. Ciri-ciri Kemandirian Anak ... 13
2.1.4. Perkembangan Kemandirian ... 14
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 15
2.2. Anak Prasekolah ... 22
2.2.1. Definisi Anak prasekolah ... 22
2.2.2. Definisi Anak Menu rut Psikologi Perkembangan ... 22
2.2.3. Karakteristik Perkembangan Anak Usia prasekolah ... 23
2.3. Kelompok Bermain ... 29
2.3.1. Pengertian Kelompok Bermain ... 29
2.3.2. Fungsi & Tujuan Kelompok Bermain ... 29
2.3.3. Ruang Lingkup Kelompok Bermain ... 31
2.4. Kerangka Berfikir ... 29
2.5. Hipotesis ... 35
BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.4.
3.5. 3.6.
BAB4
4.1. 4.2.
4.3. 4.4.
Teknik Uji lnstrumen ... .43
3.4.1. Uji Validitas Skala ... .44
3 .4.2. Estimasi Reliabilitas Skala ... .44
Teknik Analisis Data ... 45
Ta hap Penelitian ... .45
Presentasi & Analisis Data Gamba ran Um urn Respond en ... .4 7 Uji lnstrumen Penelitian ... 49
4.2.1. Hasil Uji Validitas Kemandirian Anak TK ... 49
4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas Kemandirian Anak TK ... 56
4.2.3. Penyebaran Skor Respoden ... 57
Uji Hipotesis ... 61
Hasil Hipotesis ... 62
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran 5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Diskusi. ... 63
5.3. Saran ... 65
DAFTAR
TABEL
Tabel 3.3.1. Blue Print Try Out Kemandirian Anak TK
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Responden
dan Jenis Kelamin
Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasrakan Tempat Aktifitas
Tabel 4.2.1. Hasil Uji lnstrumen Item Valid (*) dari Kemandirian Anal<
Tabel 4.2.2. Blue Print Penelitian Kemandirian Anal<
Tabel 4.3. Norma Reliabilitas
Tabel 4.3.1. Klasifikasi Tinggi, Sedang, Rendah Kemandirian Anak
Tabel 4.3.2. Tingkat Kemandirian Anal< Berdasarkan Status Responden
Tabel 4.3.3. Tingkat Kemandirian Anak Berdasarkan Jenis Kelamin.
[image:11.595.35.433.151.490.2]BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional disegala bidang pada prinsipnya bertujuan untuk
membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Oleh sebab itu diperlukan pendidikan sebagai salah satu modal
yang dienyam oleh masarakat Indonesia sejak manusia itu masih berusia dini
yaitu pada masa kanak-kanak.
Berbagai usaha dilakukan masyarakat Indonesia untuk memberikan
pendidikan dan memberikan pembinaan sedari dini kepada anak, hal ini
tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan
kepada seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan.
Tujuan dari UU pendidikan tersebut agar dapat mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan mampu
melaksanakan tugas-tugasnya serta dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sesuai dengan harapan masyarakat.
Menurut Erikson (dalam Gunarsa, 1990) mengemukakan bahwa kehidupan
pertumbuhan dan perkembangan seseorang karen pada masa ini sangat
menentukan kepribadian, watak, serta keadaan jasmani seseorang kelak
dikemudian hari. Oleh sebab itu pembinaan anak secara tepat dirasakan
sangat perlu terutama dalam bentuk pembinaan yang akl:if dan kreatif.
Saat anak memasuki usia 2 sampai 3 tahun (toddler), terjadi pekembangan
yang pesat pada fisik dan keterampilan motorik anak. Anak mulai belajar
berbicara, berjalan dan mulai diberikan toilet training. Setelah melalui tahap trust, anak mulai memasuki tahap autonomy. Anak mulai memiliki keinginan-keinginan sendiri. Anak menjelajahi lingkungannya dan rnemperluas
wawasan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Pada masa ini kemandirian
anak mulai meningkat.
2
Pada masa early childhood ini anak juga mulai bermain clengan usia
sebayanya. Saat bersama teman-temannya, anak mulai belajar untuk bekerja
sama dan bersikap saling menerima. Hal ini memberikan kesempatan pada
anak untuk mengembangkan kemancliriannya.
Menurut Papalia & Olds (1998), bila mengacu pada Erikson, maka pada masa usia prasekolah inilah perkembangan utamanya aclalah apakah anak
bisa mandiri dan tidak tergantung pada orang tuanya sec:ara emosional.
Ketergantunagan secara emosional yang dimaksudkan adalah anal<
memerlukan kontak-kontak tertentu clari orang dewasa tidak hanya saat
Dapat dilihat bagaimana perubahan seseorang dari keadaan yang tergantung
pada orang lain (orang tua maupun pengasuh) menuju ォHセ。、。。ョ@ dimana anak
ingin melakukan segala sesuatunya secara mandiri.
Menurut Johnson dan Medinnus (1974) seorang anak dikatakan tergantung
bila ditinjau dari usia dan ketrampilan-ketrampilan yang ia kuasai pada usia
tersebut masih tetap meminta bantuan kepada orang lain, artinya bahwa
ketergantungan ini bukan lagi karena ketidak berdayaan atau ketidak
mampuan anak tersebut.
Karena kemandirian yang mulai terbentuk pada anak usia prasekolah perlu
mendapat perhatian agar anak dapat menerapkan sikap dan tingkah laku
yang sesuai dan tepat yang akan mempengaruhi cara dia bertingkah laku
kelak setelah dewasa. Orang tidak dapat mandiri dan エ・アセ。ョエオョァ@ dalam
hal-hal yang disetujui lingkungan dimana dia berada.
Dalam keluarga , anak merupakan sesuatu yang sangat berharga sebagai
perwujudan dari cinta kasih kepada kedua orang tuanya. Karena semenjak
dilahirkan anak selalu menjadi pusat perhatian. Anak merupakan penerus
kehidupan manusia dan penerus suatu bangsa. Orang tua adalah yang
pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik
secara rohani, jasmani, maupun sosial. Setiap orang tua menginginkan yang
4
kasih sayang dan pendidikan serta bimbingan agar kelak anak dapat tumbuh
mandiri.
Orang tua dahulu hanya menyekolahkan putra-putrinya k.e pendidikan Taman
Kanak-Kanak (TK) sebagai awal pendidikan sebelum rnemasuki Sekolah
Dasar (SD), dan saat ini pendidikan tersebut dirasakan k1urang cukup.
Fenomena ini terjadi karena program pendidikan yang dahulu diterapkan di
TK seperti bermain, bernyanyi, menari dan melakukan keigiatan belajar
sambil bersenang-senang, sekarang ini menjadi belajar membaca, menulis
dan berhitung (Brewer, 1992). Hal ini menimbulkan kecernasan pada orang tua sehingga rnereka merasa anak-anaknya harus diberikan pendidikan yang
lebih dini. Selain itu, orang tua juga berasumsi bahwa usia balita adalah usia
yang tepat dan jika pendidikan diberikan pada anal< diusia yang sangat rnuda
maka proses belajarnya akan lebih cepat dari pada usia lain (Brewer, 1992). Menurut Ora. Yudiana (2006) bahwa kebanyakan orang tua yang
mernasukkan anak-anak mereka ke kelompok bermain didorong oleh
keinginan mempersiapkan perkembangan dan pertumbuhan yang baik pada
anak dari usia sedini mungkin dalam menghadapi era globalisasi dan dengan
alasan yang lainnya yaitu bahwa waktu anal< pada pagi hari sampai siang
harinya dapat diisi dengan hal-hal yang sangat bermanfaat, yang hal itu tidak
Lingkungan pendidikan prasekolah seperti kelompok be1"main adalah suatu
tempat pendidikan non formal yang dimana anak dapat mengembangkan
potensinya, agar anak kelompok bermain lebih mudah dan siap menerima
tugas sebagai murid taman kanak-kanak kelak dan itu hanya didapatkan bila
mereka memperoleh kesempatan-kesempatan untuk mempelajari
tugas-tugas perkembangan dan bimbingan dalam menguasai kemandirian yang
ada pada diri mereka.
Di Kelompok Bermain anak mendapatkan kesempatan untuk berkembang
secara optimal, dalam bentuk peningkatan kognisi, emosional dan sosialnya
karena di KB anak mendapatkan program -program pendidikan yang sesuai
dengan usianya dan fasilitas-fasilitas yang dapat mengembangkan
kemampuan anak untuk menjadi mandiri.
Secara garis besar, gambaran kelompok bermain meliputi :
Pertama, kegiatan bermain bebas dalam kegiatan ini diharapkan sosialisai
anak terhadap teman dan lingkungan dapat 「・イォ・ュ「。ョAセN@ contohnya seperti:
main kucing-kucingan, main rumah-rumahan.
Kedua, Kegiatan belajar dalam kegiatan ini anak didik dapat
mengembangkan kemapuan kognitifnya, seperti mengenal huruf, angka,
melipat dan bernyanyi, Ketiga melatih untuk disiplin dan mengajarkan anak
belajarnya ketika telah selesai belajar, membuka dan m•;)makai sepatunya
sendiri.
6
Berbeda dengan anak yang tidak mengikuti kelompok bermain mereka tidak
mendapatkan program belajar yang terstruktur, tidak mendapatkan kegiatan
belajar yang intens, serta tidak pula mendapatkan fasilitas pendukung belajar
yang semua itu ditujukan untuk dapat menunjang kemandirian anak.
Sehingga anak usia prasekolah yang pernah masuk Kelompok Bermain
diperkirakan lebih memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran di Taman
Kanak-Kanak dibandingkan dengan anak yang tidak pernah masuk dalam
Kelompok Bermain diusia yang serupa.
Berdasarkan uraian diatas tentang Kelompok Bermain, penulis ingin
membedakan anak yang mengikuti Kelompok Bennain dengan
anak-anak yang tidak mengikuti Kelompok Bermain dalam biclang kemandirian.
1.2.
ldentifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, timbul
beberapa pertanyaan sehubungan dengan penelitian.
1. Bagaimana kemandirian anak yang mengikuti kelompok bermain ?
2. Bagaimana kemandirian anal< yang tidak men9ikuti kelompok
3. Adakah perbedaan kemandirian yang dimiliki anak yang mengikuti
kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak mengalami pelebaran dan perluasan masalah, maka
penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan -permasalahan berikut.
a. Kemandirian
Menurut Jhonson & Medinnus (1974) kemandirian sebagai salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi secara otonom
dan memungkinkan untuk menerapkan usaha guna prestasi pribadi dan
tercapainya tujuan.
Namun di dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti kemandirian yang
aktifitasnya diarahkan oleh diri sendiri dan kebiasaan yang menjadi
karakteristik seusianya seperti makan, minum dan ュ・ョセQオイオウ@ keperluanya
sendiri.
b. Kelompok Bermain
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan
non-formal (PAUD Non Formal) yang menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam
Jenderal PAUD 2007). Dalam penelitian ini penulis ha11ya membatasi
masalah pada anak usia kelompok bermain yang merniliki umur 2-4 tahun,
namun didalam pelaksanaan penelitian, peneliti menggunakan sampel pada
anak-anak yang mengikuti taman kanak-kanak
1.3.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan kemandirian pada anak taman kanak-kanak (TK)
yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok
bermain?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang kemandirian anak
yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok
bermain.
1.4.2. Manfaat Penelitian
8
Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemandirian anak taman
kanak-kanak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti
kelompok bermain.
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana
kemandirian pada anak. Penelitian ini juga dapat dijadikan langkah awal
atau inspirator bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
penelitian yang penulis lakukan.
2. Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi diri pribadi, para
siswa,orang tua, atau masyarakat luas agar mengetahui bahwa
kemandirian sosial seorang murid taman kanak-kanak, bisa saja dimiliki
tergantung dari pengalaman yang sebelumnya pernah didapatkan
3. Sebagai gambaran untuk orang tua yang berniat memasukkan
anak-anaknya ke kelompok bermain karena telah mengetahui tujuan dan
manfaat yang diperoleh dari kelompok bermain.
1.5. Sistematika Penulisan
Penulis membagi permasalahan penelitian ini menjadi 3 bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan, mencakup :
- Latar belakang masalah
- ldentifikasi masalah
- Pembatasan dan perumusan masalah
- Tujuan dan manfaat penelitian
- Sistematika penulisan
Bab 2 Kajian pustaka, pada bab ini membahas sejurnlah teori yang
. I
10
kemandirian anak, ciri-ciri kemandirian, berkembangan
kemandirian, faktor-faktor kemandirian; teori anak prasekolah,
definisi anak prasekolah, definisi anak menurut psikologi
perkembangan, karakteristik perkembangan anak usia prasekolah;
teori kelompok bermain, definisi kelompok bermain, fungsi dan
tujuan kelompok bermain, ruang lingkup kelompok bermain. Selain
itu dalam bab ini pun diuraikan tentang hipotesis penelitian
Bab 3 : Metodologi penelitian, meliputi : jenis penelitia1n, metode penelitian,
definisi operasional, sample, metode dan instrumen pengumpulan
data, variabel dan tehnik analisa data.
Bab 4 : lnterpretasi dan Analisis Data
Bab ini terdiri dari gambaran umum responden, presentasi data,
serta hasil utama penelitian.
KAJIAN PUSTAJ<:A
2.1.
Kemandirian
2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Bahasa.
· Dalam kamus bahasa Indonesia diketahui bahwa kemandirian adalah
berasal dari kata sifat yang artinya, tidak tergantung pada orang lain.
(kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999).
· Menurut Chaplin (1998) kemandirian adalah suatu sikap yang ditandai
dengan adanya kepercayaan diri.
2.1.2. Pengertian Kemandirian
Menurut Callvin Hall& Linzey ( dalam Jhonson & Medinnus,1974)
kemandirian adalah suatu sikap dari seseorang yang mana ia akan dapat
dikatakan berhasil bila ia dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapinya, dalam upaya perkembangan diri dan didalamnya juga tertanam
rasa kepercayaan diri yang baik ketika ia menyelesaikan permasalahannya.
Bhatia (dalam Jhonson & Medinnus, 1974) memberikan pengertian dengan
independency atau kemandirian sebagai perilaku yang aktifitasnya diarahkan
L
Kemandirian berasal dari ketergantungan. Ketergantungan (dependency)
awalnya sering dianggap sama dengan Kelekatan(attachment).
Maccoby dan Master (dalam Jhonsosn& Meddinus,1974) mengemukakan: 12
"Dependency and attachment as a claa behavioral that maintains contact of varying degrees of closeness between a child and one or more other individuals and elicits a reciprocal attentive and nurturant behavior from these individuals."
Ketergantungan dan kelekatan dilihat sebagai tingkah laku yang
mempertahankan kontak kedekatan antara anak dengan satu lebih individu
lain dengan derajat yang berbeda-beda dan menumbuhkan rasa saling
memperhatikan dan tingkah laku merawat dari indivudU··individu tersebut.
Pada kelekatan, anak mencari kontak sosial tetapi juga suatu sikap penuh
kehangatan dan kasih sayang. Dalam hal ini anak punya pilihan terhadap
orang-orang tertentu misalnya ibunya, ayahnya atau anggota keluarga yang
lain. Sedangkan ketergantungan menurut Jhonson dan Medinnus (1974)
Ketergantungan dilukiskan sebagai kecendrungan umum untuk
menyandarkan diri kepada orang lain dalam hal mencari pemenuhan
Bentuk ketergantungan rnenurut Sers, Macobby&Levin (dalarn Jhonson &
Medinnus, 1974):
1. Ketergantungan instrumental yaitu kebutuhan anak akan orang
dewasa dalarn rnernbantunya rnernecahkan rnasalah-rnasalah sulit
2. Ketergantungan ernosional yaitu bentuk ketergantungan yang
berlebihan dirnana anak rnernbutuhkan perhatian dan curahan kasih
sayang yang terus rnenerus dari orang dewasa dalarn kehidupan
sehari-harinya.
Kernandirian rnulai berkernbang pada rnasa prasekoalah, yaitu pada usia 3-6
tahun (Erikson, dalarn Hurlock, 1993)
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, rnaka
dapat disirnpulkan bahwa pengertian kernandirian adalah kernarnpuan
seorang anak untuk rnernenuhi kebutuhan sendiri baik fisik rnaupun psikis
tanpa bantuan dari orang lain serta kernandirian rnerupakan suatu tingkah
laku otonorn yang dipelajari dari hasil eksplorasi dan kernatangan dari anak
yang rnernungkinkanya rnencapai tujuan.
2.1.3. Ciri-Ciri Kernandirian Anak
Menurut Jhonson & Medinnus (1974) ciri-ciri anak rnancliri sebagai berikut: • Mengatur diri sendiri, artinya anak rnarnpu rnengerjakan sendiri saat anak rnenolak bantuan yang ditawarkan dan tetap ingin rnenyelesaikan sendiri.
• Ketahanan menghadapi kesulitan atau frustasi, kemampuan anak untuk menyelesaikan atau mempertahankan sesuatu yang ia bisa dari masalah
14
• lnisiatif, artinya anak mengambil prakarsa dan berusaha melaksanakannya, artinya anak telah mampu mengenali keinginannya dan mengetahui apa yang harus dikerjakan.
2.1.4. Perkembangan Kemandirian
Perkembangan diartikan sebagai pertambahan diferensiasi fungsional dalam
bagian-bagian tubuh (J.P. Chaplin,2004). Selain itu menurut Werner (dalam
Psikologi Perkembangan,2003) pengertian perkembangan menunjuk pada
proses ke arah yang lebih sempurna atau bersifat tetap dan tidak begitu saja
dapat diulang kembali.
Menurut F.J. Monks (dalam Alisuf sobri, pengertian Psikologi umurn dan
perkembangan, Jakarta. Pedoman llmu Jaya, 1993) Perkembangan
berhubungan dengan proses belajar, terutama mengenai isinya, yaitu
mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar,
dan apa yang akan dipelajari.
Kemandirian dimungkinkan oleh dua perubahan penting yang terjadi pada
selepas masa bayi, yaitu kemampuan untuk bergerak semdiri setelah itu ia
mulai dapat bicara, selanjutnya pada usia empat tahun anak sudah dapat
menarik kesimpulan dari pertanyaannya. Mereka memiliki keinginan yang
pokok untuk bersosialisasi dan mencapai kemandirian (Elizabeth B. Hurlock,
1993). Perkembangan kemandirian seseorang terbentuk melalui proses yang
dimulai sejak masa kanak-kanak dan akan terus bekembang lalu yang
akhirnya menjadi sikap yang relatif menetap pada masa remaja.
2.1.5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Semakin berkembang dan bertumbuhnya anak, berbagai kemampuan akan
mengiringinya. Hal ini menyebabkan anak mulai lebih mandiri. Tetapi bukan
hanya faktor perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut yang
memegang peranan penting. Faktor-faktor lain juga mernegang peranan
penting. yaitu faktor lingkungan budaya, keluarga, dan pendidikan.
a). Faktor lingkungan budaya
Menurut Klar (dalam Jhonson& Medinnus,1974) manusia mempunyai
bakat-bakat yang terkandung di dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai
macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadian individu,
tetapi wujud dan pengaktifan dari hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
berbagai macam stimulasi yang berada di alam, lingkungan sosial, maupun
budaya sekitarnya
Anak diasuh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut oleh
kebiasaan-kebiasaan itu agar dapat menyesuaikan diri untuk kelangsungan
hidupnya di kemudian hari.
16
Dalam kaitannya dengan kemandirian, dimulainya latihan kemandirian untuk
seorang anak oleh orang tuanya berbeda-beda waktu dan jenisnya pada
setiap keluarga dalam suatu masyarakat atau bangsa.
Menu rut Alien (dalam Jhonson &Meddinus, 197 4) keluarga Australia lebih
mengembangkan self care work pada anak-anaknya. Begitu pula ibu-ibu dari keluarga Nebraska. Hal ini berdampak pada kepribadian si anak yang lebih
disiplin dan mandiri sedangkan di Lebanon lebih menekankan pada family work pada anak-anaknya, yang berdampak pada rasa tidak ingin sendiri, selalu mengharapkan bantuan, sebaliknya juga sianak harus siap
memberikan bantuan.
Pada keluarga di lnggris & Amerika, dari kecil anak sudah dididik untuk
melakukan apapun yang diinginkannya. Dalam budaya yang lebih individual
itu, anak sudah ditekan untuk berusaha sendiri jika hendak mencapai
sesuatu, karena ia tidak akan mendapat bantuan dari orang lain termasuk
orang tuanya. Bila anak itu berhasil, maka penghargaan yang diterima sangat
besar. Hal ini disebabkan keberhasilan tersebut benar-benar merupakan
kerja keras si anak.
Lain halnya dinegara-negara timur termasuk Indonesia, umumnya sejak kecil
anak-anak sudah ditanamkan oleh orangtuanya nilai-nilai kebersamaan, rasa
ditanamkan motivasi untuk berusaha sendiri dalam mencapai apa yang
diinginkannya, karena anak selalu merasa bahwa dia akan mendapat
bantuan dari orang lain. Demikian pula sebaliknya anak juga harus selalu
siap memberikan bentuan kepada orang lain.
b). Faktor keluarga
Status sosial dan pendidikan orang tua.
Pendidikan berhubungan erat dengan status sosial ekonomi. Semakin tinggi
pula satus ekonomi maka pendidikan yang dienyam akan semakin tinggi
pula, namun apa bila status ekonomi yang dimiliki rendah maka kemungkinan
pendidikan yang dienyam akan rendah pula.
Tuma &Livson (dalam Jhonson &Meddinus,1974 ). mengemukakan bahwa
orang tua dari kelas menengah menekankan pendidikan anaknya pada
bagaimana anak akan mampu menentukan sendiri nilai-·nilai tingkahlaku yang
ditampilkan.
Menurut Sukadji (1999). Hubungan yang pertama kali dirasakan oleh si anak
adalah hubungan kasih sayang antara orang tua dengan dirinya. Dengan
demikian orang tua termasuk orang-orang yang pertama yang menetukan
potensi lingkungan pengasuhan. Untuk stimulasi orang tua dengan
pendidikan SMA ke alas diperkirakan lebih mempunyai potensi untuk
memberikan stimulasi pada anak dari pada ibu dari tingkat pendidikan di
18
Orang tua yang pendidikannya minimal SMA cendrung lebih dapat
mengembangkan diri, lebih terbuka, lebih fleksibel, mengikuti perkembangan
dinamika sosial dan menyadari diri sehingga mempermudah hubungan
dengan anak. Dalam bidang sosial ekonomi, orang tua berada pada status
ekonomi yang rendah lebih menekankan pada orang tua. Sedangkan pada
kelas menengah, lebih ditekankan pada perkembangan rasa ingin tahu,
kontrol internal, kemampuan untuk mencapai tujuan ェ。ョAセォ。@ panjang dan
sensitivitas dalam hubungan dengan orang lain. (Hess 8< Shipmong 1965,
dalam Papalia & Olds, 1998).
Penggolongan kelas masyarakat di Indonesia didasarkan pada tingkat
pengeluaran karena adanya asumsi bahwa kelas dalam masyarakat
terbentuk bukan dari jumlah pendapatan, melainkan clari jumlah
pengeluarannya yang berkaitan clengan gaya hidup seseorang.
c). lbu yang bekerja
Yang dimaksudkan ibu bekerja atau wanita yang bekerja adalah wanita yang
bekerja diluar rumah dan mendapatkan penghasilan uang untuk imbalannya,
baik berupa gaji (seperti karyawan atau pegawai) I penghasilan sendiri (
seperti pedagang atau wiraswasta) (Mallin, dalam Papalia & Olds, 1998). Sebenarnya keuntungan utama yang diperoleh anak yang ibunya bekerja
adalah mereka cenderung hidup dalam rumah yang sudah tertata dengan
tugas-tugas rumah tangga mereka dan mereka juga berdiri sendiri (Papalia &Olds,
1998)
Latihan kemandirian yang diberikan ibu diharapkan agar selama ibu tidak
berada dirumah, anak dapat mengatasi kesulitan- kesulitannya.
Bisa kita lihat, untuk ibu yang bekerja, kemandirian anak akan sernakin
meringankan beban ibu itu sendiri, sedangkan untuk ibu yang tidak bekerja
ada kesukaran untuk beralih peran dari pelindungan dan pengasuhan
menjadi pelatih kemandirian.
d). Besarnya keluarga dan Urutan kelahiran.
Dalam suatu keluarga dengan banyak anak, orang tua IHbih banyak
menekankan pada cara berlatih dan prosedur agar tata tertib didalam rumah
terjamin. Orang tua lebih banyak menekankan pada disiplin yang seringkali
menggunakan metode hukum fisik, turutan sertanya kakak dalam mengasuh
anak serta pembagian tugas antar anak.
Selain besarnya keluarga, urutan kelahiran anak juga mempengaruhi tingkat
kemandirian anak (Hurlock, 1993). Heterington &Parke (dalam Papalia
&Olds, 1998) mengemukakan bahwa anak sulung lebih mendapatkan
perhatian khusus dari orang tuanya dan lebih banyak bicara dengan anak
mereka. Bahkan setelah kelahiran anak-anak berikutnya, orang tua
cenderung mengarahkan komentar -komentar dan melakukan percakapan
pada anak sulung. Untuk anak tengah lebih memiliki keberanian dan
20
tua kurang diberikan secara penuh. Anak tengah ini umumnya memperoleh
pengetahuan tentang kehidupan dari keluarga dari saudara-saudaranya.
Sehingga mereka berusaha mengetahui sendiri sebaiknya apa yang akan
dilakukan. Sedangkan anak bungsu umumnya memperoleh kasih sayang
yang lebih banyak dari kakak-kakaknya hal ini karena anak bungsu dirasa
adalah anak terakhir dan paling kecil ia butuh dilindungi dan disayang karena
ia sebagai anak yang termuda.
e). Pola Pengasuhan
Sebagai orang tua dalam kehidupannya selalu diberikan contoh-contoh
tentang gambaran orang tua. Contoh orang tua pertama adalah contoh orang
tua mereka sendiri, dimana mereka ingat bahwa mereka dulu dididik oleh
orang tua mereka. Kemudian melihat contoh-contoh orang tua lainnya dalam
lingkungan mereka, seperti paman, bibi, atau tetangga.
Pola pengasuhan yang cukup dikenal ada tiga jenis. Pe1tama autoritarian,
pola seperti ini akan menjadikan anak selalu merasa tidak puas, menarik diri
dan curiga terhadap orang lain. Pola kedua adalah permisif, dimana anak
menjadi kurang kontrol dirinya, kurang dewasa, dan kurang mengembangkan
wawasan.
Pola yang terakhir adalah pola autoritatif, dimana anak rnenjadi merasa
nyaman, karena dicintai oleh orang tuanya, tetapi juga tau apa yang
Menu rut Watson ( dalam Papalia& Olds, 1995) orang tua yang responsif dan
mau menerima pilihan anak, berarti tidak memaksakan kehendak mereka
ataupun nilai mereka pada anak, sehingga anak sendiri yang membuat
keputusan-keputusan dan demikian maka orang tua mendukung kemandirian
anak.
f). Faktor Pendidikan
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tEmtang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD)
adalah "suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir
sampai anak usia enam tahun yang dilakukan melalui p13mberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki peindidikan lebih lanjut"
(pasal 1, butir 14). Di TK anak bisa mendapatkan kemandirian sosial yang
lebih baik lagi karena sebelumnya mereka sudah diajarkan dalam hal yang
serupa ketika mereka mengikuti kelompok bermain. Dalam hal ini Taman
Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu satuan PAUD jalur pendidikan
nonformal {Pasal 28 ayat (4)]
Dari ke enam faktor penyebab kemandirian, faktor besarnya keluarga dan
urutan kelahiran bisa juga tidak selalu menjadi penyebab dalam munculnya
kemandirian pada diri anak, hal ini dikarenakan adanya faktor pola
2.2. Anak Prasekolah
2.2.1. Definisi Anak
Anak adalah seorang individu yang belum mencapai エゥョセゥォ。エ@ kedewasaan.
lstilah tersebut bisa berarti seorang individu yang berada diantara kelahiran
dan pubertas (J.P. Chaplin, 1996).
22
Anak usia prasekolah merupakan bagian dari masa kanak-kanak yang sering
disebut masa kanak-kanak awal, yakni anatara usia 2-6 tahun. lstilah usia
prasekolah ini digunakan oleh para pendidik yang dimaksudkan untuk
membedakan anak-anak dimana mereka dianggap cukup tua secara fisik dan
mental. (Elizabeth B. Hurlock, 1993).
2.2.2. Definisi Anak Menurut Psikologi Perkembangan
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan
ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai anak matang secara
seksual, maka dinamakan remaja. (Hurlock, 1999)
Menurut Hurlock (1980) anak menurut usia awal kanak-kanak adalah usia
mainan karena anak mudah menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
bermain dengan mainannya, bahkan ketika mereka berada dilingkungan pra
sekolah pun mereka baru masuk masa persiapan untuk melanjutkan
2.2.3 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Karena anak usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, maka
selanjutnya akan dijelaskan mengenai kerakteristik perkembangan anak-anak
usia awal. Masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang
kehidupan, yang dimulai setelah masa bayi yang penuh ketergantungan,
yakni sekitar dua tahun hingga saat matang secara seksual kira-kira usia tiga
belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. (Elizabeth B.
Hurlock, 1993)
Masa kanak sendiri terbagi lagi menjadi dua fase, yaitu masa
kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak-kanak-kanak akhir. Dalam pembahasan ini adalah
mengenai karakteristik perkembangan anak-anak pada masa kanak-kanak
awal.
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik selama kanak-kanal< awal berlangsung lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada masa bayi. Namun
perkembangannya relatif seimbang atau proporsional (Elizabeth B.
Hurlock, 1993), sehingga perkembangan psikomotoriknya sangat ideal untuk
membelajaran ketrampilan. Menurut Hurlock (dalam Child
Development, 1978) , hal ini disebabkan oleh :
1) Tubuh anak menjadi lebih lentur dari pad a remaja dan orang dewasa, oleh
2) Anak -anak memiliki keterampilan yang baru dikuasai tidak terganggu
keterampilan yang sudah ada.
24
3). Anak-anak suka menjelajah, inggin mencoba sesuatu yang baru. Hal ini
dapat memotivasi mereka untuk belajar.
4). Anak-anak memiliki tugas lebih sedikit, sehingga mereka memiliki banyak
waktu untuk mencurahkan perhatian dalam menguasai keterampilan.
5) Anak-anak untuk menggulang-ulang sehingga dengan senang hati
mereka akan menggulang aktivitas sampai mereka t•9rampil.
b. Perkembangan lntelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode
praoperasinal, yaitu tahapan dimana anak belum bisa menguasai operasi
mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi me1ntal adalah
kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai
dengan berkembangnya representasional, atau "symbolic fungtion", yaitu kemapuan mengunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakilkan)
sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata, gesture/bahasa
gerak), dan benda. Dapat juga dikatakan sebagai "semiotic function",
kemampuan untuk mengunakan simbol-simbol (bahasa., gambar, tanda/
isyarat, benda, gestue, atau peristiwa) untuk ュ・ャ。ュ「。ョAセォ。ョ@ kegiatan, benda
yang nyata, atau peristiwa (Rosana Dewi,2005).
Meskipun berfikir melalui simbol ini dipandang lebih maju dari berfikir periode
Keterbatasan yang memadai, atau yang menjadi karakteristik periode
praopreasional ini adalah sebagai berikut (Rosiana Dewi.2005) :
1) Egosentrisme, merujuk kepada (1) diferensiasi diri, lingkungan orang
lain yang tidak sempurna, dan (2) kecendrungan untuk memahami dan
menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri
2) Kaku dalam berfikir (rigidity of thought). Salah satu karakteristik
berfikir praoperasional adalah kaku.
3) Semilogical reasioning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang misterius, yang dialaminya dalam kehidupan
sehari-hari.
c.Perkembangan Emosional
Anak usia 4 tahun biasanya sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya
(dirinya) berada dengan bukan aku (orang lain atau benda).
Pada masa kanak-kanak awal berkembang jug a beberapa jenis emosi yang
meliputi (Elizabeth B. Hurlock, 1993) :
1) Takut, yaitu perasan terancam oleh suatu obyeft yang dianggap
membahayakan.
2) Cemas, yaitu perasan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada
obyeknya
3) Marah, merupakan perasan tidak senang atau benci baik terhadap
verbal ataupun nonverbal. Hal ini adalah suatu reaksi atas adanya
hambatan terhadap pemenuhan kebutuhannya.
26
4) Cemburu, yaitu perasan tidak senang terhadap obyek yang dianggap
telah mereput kasih sanyang dari orang yang telah mencurahkan
kasih sayang terhadapnya.
5) Kegembiraan,kesenangan, kenikmatan, yaitu perasan yang positif,
nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
6) Kasih sayang, yaitu perasan senang untuk mernberikan
perhatian,atau perlindungan terhadap orang lain,hewan, atau benda.
7) Phobia, perasan takut terhadap obyek yang tidak patut ditakutinya
(takut abnormal).
8) lngin tahu (curiosity), yaitu perasan ingin mengenal, mengetahui
segala sesuatu atau obyek-obyek, baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik.
d. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah dapat diklasifikasikan ke
dalam dua tahap yaitu sebagai berikut (Harlock, dalam Child
Development, 1993):
1) Tahap pertama (2,0 tahun-2,6 tahun), yang bercirikan antara lain (a) anal<
sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna,
banyak menanyakan nama dan tempat : apa, di mana, dan dari mana,
(d) anak sudah dapat mengunakan kata-kata yang berawalan dan
berakhiran.
2) Tahap kedua (2,6 tahun-6,0 tahun), yang bercirikan (a) anak sudah dapat
menggunakan kalimat beserta anak kalimatnya, (b) tingkat berfikir anak
sudah lebih maju dimana anak banyak menanyakan soal waktu dan
sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan : kapan, ke mana, mengapa
dan bagaimana.
e. Perkembangan Sosial
Pada usia prasekolah (terutama mulai usia 4 atahun), p19rkembangan sosial
anak sudah nampak jelas, karena sudah mulai aktif berhubungan dengan
teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah
(Elizabeth B. Hurlock, 1993) :
1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain.
2) Seclikit demi seclikit anak suclah mulai tuncluk pacla peraturan.
3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman
sebaya.
Pacla usia kanak-kanak awal, terjadi aclanya tingkah laku meniru atau imitasi
yang kuat untuk belajar berbicara, di mana belajar berbicara merupakan
sarana pokok untuk bersosialisai dan mencapai kemandirian (Elizabeth B.
Hurlock, 1993).
F. Perkembangan Kepribadian
28
Kepribadian mulai terbentuk pada masa ini, inti pola k.epribadian pada masa
kanak-kanak awal adalah konnsep diri. Glasner (dalam Hurlock,1993)
mengatakan bahwa konsep diri anak "terbentuk di dalam rahim hubungan
keluarga" orang tua, saudara kandunr, dan sanak saudara yang lain
merupakan dunia sosial bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan dan
perlakuan mereka kepada anak-anak merupakan faktor yang penting dalam
pembentukan konsep diri tersebut (Elizabeth B.Hurlock,1993).
Hal-hal yang menonjol pada usia prasekoalah (3-6 tahun) adalah (
Elizabeth B.Hurlock,1993):
1) Merupakan masa persiapan sekolah.
2) Pertanyaan mulai dengan mengapa.
3) Keingintahuan mengenai seks mulai tampak, perltanyaan tentang adik
datang dari mana.
4) Mulai mencari teman bermain.
5) Kebiasan mulai diidentifikasikan dan perlu penjelasan seperlunya.
6) Datangnya adik menimbulkan permasalahan baru
8) Pada masa ini anak laki-laki mulai menyukai ibunya dan benci
terhadap ayahnya, anak perempuan sebaiknya, menyukai ayahnya
dan membenci ibunya. Sikap itu disebut Oedipus Complex.
2.3.
Kelompok Bermain.
2.3.1. Pengertian Kelompok Bermain
Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan
non-formal (PAUD Non Formal) yang menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam
tahun (dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun) (dalam
Departemen Pendidikan Nasional,2006).
2.3.2. Fungsi dan Tujuan Kelompok Bermain
1. Fungsi pendidikan kelompok bermain
a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
c. Menumbuhkan sikap dan perilaku baik
d. Mengembangkan kemampuan komunikasi dan bersosialisasi
e. Mengembangkan keterampilan, kreatifitas, dan kemampuan
yang dimiliki anak.
f. Mengembangkan sikap penyesuaian diri terhadap lingkungan
• J
30
2. Tujuan pendidikan kelompok bermain
Membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik
yan meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa,
fisik/motorik dan seni
Secara psikologis dan pedagogis, bermain memepunyai nilai-nilai yang
sangat berharga bagi anak, diantaranya :
1. Anak memperoleh perasan senang, puas, bangga, atau berkataristik
(peredaan ketegangan)
2. Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab, dan
kooperatif (mau bekerja sama)
3. Anak dapat mengembangkan daya fantasi, kreatifitas (terutama
permainan fisik dan konstruksi).
4. Anak dapat mengenal aturan, norma yang berlaku pada kelompok
serta belajar untuk mentaatinya
5. Anak dapat memahami bahwa dirinya maupun orang lain, sama-sama
mempunyai kelebihan dan kekurangan
6. Anak dapat mengembangkan sikap positif, tenggang rasa,atau toleran
kepada orang lain.
Dari tujuan yang inggin dicapai seperti di atas setiap kelompok bermain yang
ada, para guru atau pengurus yayasan dapat mengembangkan kurikulum
dan program belajar mereka sendiri dengan metode pengajaran yang akan di
tidak memiliki kurikulum yang sama, hal ini dikarena Diknas tidak
menetapkan standar kurikulum untuk KB.
2.3.3. Ruang Lingkup Kelompok Bermain
Ruang lingkup KB meliputi aspek perkembangan menurut Departemen
pendidikan Nasional, (2004)
1. Moral dan Nilai-nilai Agama, dari aspek ini diharapkan akan
meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
meletakkan dasar agar anak menajdi warga negara yang baik
2. Sosial, emosional, dan kemandirian. Didalam aspek ini dimaksudkan
untuk membina agar anak dapat mengendalikan emosinya secara
wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan
orang dewasa dengan baik serta dapat ュ・ョッャッョセj@ dirinya sendiri dalam
rangka kecakapan hidup.
3. Berbahasa. Perkembangan pada aspek ini bertujuan agar anak
mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana
secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan
membangkitkan minat untuk berbahasa Indonesia.
4. Kognitif, perkembangan ini bertujuan mengembangkan kernampuan
berfikir anak untuk dapat mengolah perolehanbelajarnya, dapat
menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah,
32
matematiknya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta
mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan serta
mempersiapkan pengembangan kempuan berfiki1· teliti. Namun pada
tahap ini kelompok berfikir tidak terlalu ditekankan.
5. Fisik dan motorik. Perkembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan
dan melihat gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan
untuk mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta
meningkatkan ketrampilan tubuh dan cara hidup .sehat sehingga dapat
menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.
6. Seni. Dalam perkembangan ini bertujuan untul< agar anak dapat dan
mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, serta
mengembangkan kepekaan, dan dapat menghasilkan karya kreatif.
2.4.
Kerangka Berfikir
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa
keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehiclupan manusia, yang
akan menentukan perkembangan selanjutnya.
Fenomena yang terjadi belakangan ini yaitu begitu banyak orang tua yang
sangat antusias ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi
anak-anaknya bahkan sedini mungkin. Untuk itu anak dimasukan ke Taman
secara optimal, karena di TK anak mendapatkan program-program
pendidikan yang sesuai dengan usianya dan fasilitas-fasilitas yang dapat
mengembangkan kemampuan anak untuk menjadi mandiri.
Tetapi untuk dapat menyerap pendidikan di TK ini anak harus siap dan bisa
beradaptasi dengan lingkungan TK atau lingkungan di luar rumahnya.
Pendidikan prasekolah seperti Kelompok Bermain menjadi sangat
diperhatikan karena potensi unggul yang dimiliki oleh anak tidak akan tumbuh
dengan sendirinya tanpa adanya intervensi lingkungan seperti sarana dan
prasarana pendidikan yang mendukung perkembangan potensi anal< secara
optimal. Kelompok bermain memiliki program belajar yang terstruktur, sistem
belajar yang dilakukan secara rutin atau intens dan memiliki fasilitas yang
cukup baik untuk dapat membentuk kemandirian sosialpada muricl-muridnya.
Bentuk program pendidikan yang diajarkan pada kelompok bermain seperti :
anak diajarkan untuk mudah bergaul dan beradaptasi demgan lingkungan
yang baru, anak diajarkan untuk dapat berinteraksi 、・ョセQ。ョ@ guru dan orang
yang lebih tua darinya ketika bertemu, anak diajarkan untuk dapat mengurus
keperluanya sendiri seperti memakai sepatu sendiri, merapihkan alat tulis
clan tempat makannya sendiri, selain itu anak di KB juga sudah diajarkan
untuk berani menjadi pemimpin clan berani tampil di hadapan orang, belajar
mengenal warna dasar, angka clan huruf-huruf dasar serta masih banyak
pengalaman balajar yang diberikan di KB. Berbeda dengan anak yang tidak
34
sistem belajar yang intens atau terus menerus dan fasilitas yang sama seperti
di KB untuk dapat membentuk kemandirian sosial. Anak usia prasekolah
yang pernah masuk KB diperkirakan lebih memiliki kesiapan untuk menerima
pelajaran di TK dibandingkan dengan anak yang tidak pernah masuk KB
pada usia yang serupa.
Menurut Jhonson & Medinnus(1974) anak dikatakan mandiri dalam
bersoaisialisasi apabila ia dapat menunjukkan kemampuan yang memadai
berkaitan dengan aspek-aspek sebagai berikut :
Mengatur diri sendiri, Memecahkan masalah sederhana, Ketahanan
menghadapi kesulitan dan frustasi, lnisiatif.
Berdasarkan tujuan dan fungsi dari kelompok bermain yaitu membantu anak
didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik untul< menyiapkan anak
memasuki jenjang sekolah selanjutnya, diharapkan dapat membantu
BAGAN KERANGKA BERFIKIR
Sebelumnya yang
mengikuti KB Cukup memiliki kemandirian sosial
Murid Taman Kanak-Kanak
2.5.
Hipotesis
Sebelumnya yang tidak mengikuti KB
IBelum memiliki kemandirian sosial
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian yang
kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemandirian anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak
b. Hipotesis nol (Ho) : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemandirian anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak
mengikuti kelompk bermain.
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan
data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dihasilkan dari serangkaian
pengukuran atau observasi yang dinyatakan dengan 。ョAセォ。M。ョァォ。@ dan
kemudian dianalisis dengan uji statistik (Dajan, 1968).
Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian komparatif, yakni untuk
melihat perbedaan kemandirian antara anak yang mengikuti kelompok
bermain dengan yang tidak mengikuti mengikuti kelompok bermain.
3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Menurut Kerlinger (2003), varibel adalah simbol atau lambang yang padanya
kita melekatkan bilangan atau nilai. Variabel terbagi menjadi dua macam,
yaitu variabel bebas (independent variabeD dan variabel terikat (dependent variable).
38
a. Variable bebas (independent variable/IV) adalah anak taman kanak-kanak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain.
b. variable terikat (dependent variable/DV) adalah kemandirian.
Definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel penelitian ini adalah
Sebagai berikut.
a. Kemandirian yang dimaksudkan dalam penelitian ini kemampuan anak ketika ia diharapkan dengan situasi dan lingkungan baru yang menuntutnya untuk bersikap dan bertangung jawab seperti :
1.
Kemampuannya untuk mengatur diri sendiri2. Kemampuanya untuk memecahkan masalah sederhana 3. Ketahanan menghadapi kesulitan atau frustasi
4. memiliki inisiatif
b. Kelompok bermain yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu tempat pembimbing anak (dengan prioritas anak usia dua sampai empat tahun) dalam jalur formal yang membantu anak mencapai tugas perkembangannya dengan baik dalam berbagai aspek kemandirian agar lebih siap untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.
3.2.
Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi dan sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit atau analisis, yaitu objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah anak taman kanak-kanak yang sebelumnya mengikuti KB dengan anak taman kanak-ka1nak yang
sebelumnya tidak mengikuti KB. Karena keterbatasan pEmulis, maka total
populasi ini tidak dapat dihitung dalam jumlah yang tepat. Namun dalam pengisian angket akan diberikan kepada orang tua dan guru anak TK untuk mengisinya, hal ini dikarenakan anak TK belum bisa membaca dan
memahami isi angket.
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan subyek sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan teknik nonprobability sampling dimana setiap individu dalam populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian.
Bentuk yang digunakan dalam nonprobabi/ity sampling adalah teknik
Porpusive Sampling, artinya individu telah memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian berdasarkan tujuan penelitian (Usman &Akbar, 1995). Keuntungan mengunakan teknik ini adalah murah,cepat,serta relevan dengan tujuan penelitian. Sementara itu, kerugian teknik ini adalah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).
3.2.3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sebesar 60 orang, terdiri dari 30 anak TK yang sebelumnya mengikuti KB dan 30 anak TK yang mengikuti KB. Sebagaimana diungkapkan oleh Kerlinger (dalam
Widiasari,2001 ), jumlah sampel yang cukup besar dari populasi adalah minimal 30 orang.
3.2.4. Karakteristik Sampel
Penelitian mengambil sampel dengan tujuan penelitian berdasarkan
• Berusia 5-6 tahun.
• Anak yang mengikuti KB dan anak yang tidak men!Jikuti KB.
3.3.
Tekink Pengumpulan Data
3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian
Tekink pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan menyebarkan angket kepada para responden yang memenuhi syarat.
lnstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian. Skala ini menggunakan model Likert, yaitu skala akhir subyek merupakan skor total dari jawaban pada setiap pertanyaan yang diberikan, orang tua subyek diharuskan memilih salah satu jawaban yang paling mengambarkan diri subyek.
40
Skala ini menggunakan format jabawan empat-poin, yaitu sangat sering (SS), sering (S), kadang-kadang (KK), tidak pernah (TP). Masing-masing orang tua subyek diminta untuk memilih satu di antara empat alternatif jawaban
tersebut. Item-item dalam skala kemandirian ini dirancang berdasarkan empat aspek menu rut teori dari Jhonson & Medinnus (1074).
Berikut ini sebaran skala kemandirian uji coba
Tabel 3.3.1 Blue Print Try Out Kemandirian Anak yang Mengikuti Kelompok Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
No Faktor Aspek lndikator Favorabel Anfav
orabel 1. Mengatur Kemampuan
-
Anak sudahdirinya anak dalam bisa mandi 1r 2r
sendiri membantu sendiri
atau
-
Memakai baju 3r 4rmenolong sendiri
dirinya
-
Memakai 5r 6rsendiri sepatu sendiri
-
Pergi 7g 8gkekamar kecil sendiri
-
Menggosok 9r 10rgigi sendiri
-
Merapihanalat tulisnya 1 'lg 12g sendiri
-
Mau berbagidengan 13g 14g
teman
15r 16r
- Merapihkan alat /tempat makannya
-
Mencuci 17r 18rtangannya sendiri
-
Anak 19g 20g42
hemat dan benar
-
Anak 21 r 22r 2menentukan sendiri pakaian
2. Memecahk Kemampuan - Menjawab 23r 24r 2
an anak untuk telepon
dengan benar
masalah menyelesaik
-
Berespon 25r 26r 2sederhana an masalah secara tepat
-
Menyalakansederhana dan 27r 28r 2
mematikan sendiri alat-alat elektronik - Membukakan
29r 30r 2
pintu bila ada ta mu
-
Mau bertanya3·19 32g 2
-
Berusahamencari 33r 34r 2
mainannya sendiri
-
Mampu menjawab35g 36g 2
pertanyaan
-
Anak mau mengantri37g 38g 2
3. Ketahanan Kemampuan
-
Tepatwaktu 39g 40g 2Menghada /ketahanan
-
Tidak mau 4'1r 42r2
dibantu dalam
pi dalam melakukan
kesulitan menghadapi suatu
-
Mau memintaatau masalah maaf 43g 44g
2
frustasi atau
-
Mengikuti 45g 46g 2kesulitannya permainan
-
Berusaha berpakaian rapih-
Mencoba mengerjakan PR sendiri4. lnisiatif Kemampuan
-
Anakanak membereska
n sendiri
mengenali mainannya
keinginanny
-
Bermain sendiria dan
-
Dapatmengetahui berbaris dengan rapih apa yang
-
Berani tampilharus kedepan
kelas dikerjakan
-
Anak maumembantu oranQ tua
Total
Keterangan :
r : angket untuk orang tua
- g : angket untuk guru
3.4.
Teknik Uji lnstrumen4· 7r
4 9r
5·1 r
5, 3g
5g 5
5· 7g
5 9r
3 0
48r 2
50r 2
52r 2
54g 2
56g 2
58 g 2
60r 2
30
60
Sesuai dengan kaedah penelitian, maka peneliti mengadakan uji instrument
penelitian yang akan peneliti gunakan. Tahap awal peneliti mendiskusikan
skala perilaku mandiri antara anak yang mengikuti kelompok bermain dengan
yang tidak mengikuti kelompok bermain. Setelah itu peneliti melaksanakan
44
3.4.1 Uji aliditas Skala
Pengujian validitas dilakukan untuk mendapatkan skala psikologi yang
mampu menghasilkan data akurat dan sesuai dengan tujuan pengukuran.
Validitas skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang
disusun berdasarkan rancangan yang tepat karena skala yang disusun
berdasarkan ukur yang teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas
secara teoritik akan valid. Untuk menguji besarnya validitas instrurnen
penelitian, peneliti menggunakan rumus Product Moment dari Pearson ( Azwar, 2004) dengan rurnus:
Keterangan: rxy
=
Angka indeks korelasi "r" product moment2:xy
=
Jumlah hasil perkalian antara skor item dan skor total2:x
=
Jumlah skor item2:Y
=
Jumlah skor totaln
=
Jumlah subyek3.4.2. Estimasi Reliabilitas Skala
Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus
Keterangan:
s,,
dan s2, = Varians skor belahan 1 dan varians skorbelahan 2
s x-, = Varians skor skala
3.5. Teknik Analisis Data
Untuk analisis utama data peneliti menggunakan uji T (t-test) dan statistika
sederhana dengan menggunakan SPSS 13.0.
3.6
Tahapan Penelitian
1. Tahap Persiapan
• Menyusun proposal penelitian
• Memilih problematika dan judul penelitian
• Menentukan rumusan dan batasan masalah
• Menentukan variabel penelitian
• Merumuskan hipotesis penelitian
• Menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka
• Menentukan subyek dan lokasi penelitian
46
2. Tahap Pengambilan Data
•
Menyusun instrumen penelitian• Menyiapkan subyek penelitian
• Melaksanakan uji coba instrumen
• Merevisi instrumen penelitian
•
Melaksanakan tes3. Tahap Pengolahan Data
•
Melakukan skoring• Menghitung hasil
•
Membuat tabulasi data4. T ahap Analisis
•
Menganalisis data yang telah diperoleh• Membuat hasil analisis
• Membuat kesimpulan dan saran
5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
Berdasarkan pertanyaan dipenelitian ini bahwa ingin mengetahui perbedaan
kemandirian antara anak yang mengikuti kelompok berrnain dengan yang
tidak mengikuti kelompok bermain. Maka didapatkan hasil penelitian terhadap
60 responden sebagai berikut :
4.1
Gambaran Umum Responden
Gambaran umum subyek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,
yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari status responden, jenis kelamin
dan tempat aktivitas. Populasi dalam penelitian ini adalah 80 anak dari dua
TK yaitu TK Little Star dan TK Al- Bayan. Sampel penelif:ian 60 anak TK
Berikut ini adalah gambarannya.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Responden dan Jenis Kelamin
No. Status Responden Jen is Frekuensi Persentase Jumlah Kela min
1. Anak TK yang Laki-laki 15 25%
30
mengikuti KB Perempuan 15 25%
2.
Anak TK yang tidak Lak-laki 15 25%30
mengikuti KB Perempuan 15 25%
Total 60 100% 60
'"');,u/
48
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari status sampel yang berbeda yaitu anak TK yang mengikuti KB sebanyak 30 responden dengan jenis kelamin yang berbeda; laki-laki 15 responden (25%) dan perempuan 15 responden (25%). Anak Tk yang tidak mengikuti KB sebanyak 30 responden dengan jenis kelamin yang berbeda; laki-laki 15 responden (25%) dan perempuan 15 responden (25%). Dalam penelitian ini, peneliti menyamakan jumlah sampel yang digunakan berdasarkan status sample dan jenis kedamin.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tempat Aktivitas
No. Tempat Frekuensi Persentase Jumlah Aktivitas
1. Sekolah 30 50% 30
2.
Rumah 30 50% 30Total 60 100% 60
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tempat aktivitas yang berbeda yaitu anak TK yang mengikuti KB dan tidak mengikuti KB dengan tempat aktivitas sekolah sebanyak 30 responden (50%). Anak TK yang mengikuti KB dan tidak
[image:59.595.32.453.83.605.2]4.2
Uji lnstrumen Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 60
item dari skala perilaku mandiri antara anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain. Uji instrument diberikan kepada 35 orangtua yang memiliki anak TK (15 anak TK yang mengikuti KB dan 15 anak TK yang tidak mengikuti KB). Adapun tujuan dari uji instrument ini dilakukan dengan maksud :
1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total.
2. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan atau item-item yang diberikan.
4. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pengisian instrument.
4.2.1 Hasil Uji Validitas Kemandiri Anak yang Mengikuti Kelompok
Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
Berdasarkan uji intrumen validitas dengan teknik korelas.i Product Moment
dari Pearson pada perilaku mandiri antara anak yang mengikuti kelompok bermain dengan yang tidak mengikuti kelompok bermain, dari 60 item yang diuji cobakan diperoleh 40 item yang valid dan 20 item yang gugur.
Table 4.2.1. Hasil Uji lnstrumen Item valid (*) dari Kemandirian Anak yang Mengikuti Kelompok Bermain dengan yang Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
50
No Faktor Aspek lndikator Favorabel Anfav Jumlah
1. Mengatur Kemampuan
-
Anak sudahdirinya anak dalam bisa mandi
sendiri membantu sendiri
at menolong
-
Memakai bajudirinya sendiri
sendiri
-
Memakaisepatu sendiri
-
Pergi kekamar kecil sendiri-
Menggosok gigi sendiri-
Merapihan alat tulisnya sendiri-
Mau berbagitangannya sendiri
- Anak 21 r* 22r 2
menggunaka uang jajan hemat dan benar
-
Anakmenentukan sendiri pakaian
2. Memecahk Kemampuan
-
Menjawab 23r* 24r* 2an anak untuk telepon
masalah menyelesaik dengan benar 25r* 26r 2
sederhana an masalah
-
Beresponsederhana secara tepat 27r* 28r 2
-
Menyalakan danmematikan 29r* 30r* 2
sendiri
alat-alat elektronik 31g* 32g 2
- Membukakan 33r* 34r 2
pintu bila ada tamu
-
Mau bertanya 35g* 36g* 2-
Berusahamencari 37g 38g* 2