• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Gambaran Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 Gambaran Perusahaan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Brantas Abipraya

Sejarah Brantas Abipraya sebagai perusahaan kontruksi nasional berawal dari hasil pemekaran Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas yang lebih dikenal dengan sebutan Proyek Brantas. Gagasan pengembangan proyek tersebut bermula dari pemikiran almarhum Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir. Sutami dalam inspeksi kerjanya pada tahun 1970.

Dalam inspeksi tersebut, Ir. Sutami mengemukakan tentang perlunya dipersiapkan suatu wadah untuk mengelola proyek-proyek yang akan segera selesai seperti Proyek Karangkates dan Proyek Seloreko. Setelah melalui berbagai persiapan maka berdirilah Brantas berdasarkan akta notaris Kartini Muljadi, S.H., No. 88 tanggal 12 November 1980. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta Tjipto Pranowo, S.H., di Jakarta No.15 tanggal 12 Agustus 2008. Perubahan tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman dan HAM dengan Surat Kepmen No.AHU.62129.AH.01.02 tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.

Brantas Abipraya atau yang dikenal dengan Abipraya ini berdiri menjadi sebuah perusahaan yang berbasis profit oriented ini pada mulanya berkantor pusat di Malang, Jawa Timur. Seiring dengan perkembangan perusahan, manajemen terus berbenah dan mendapatkan kepercayaan untuk mengerjakan berbagai macam proyek. Setelah 10 tahun berdiri, perusahaan mulai mendapatkan kontrak pekerjaan dalam bidang non penggairan (non water resources project) seperti bidang proyek jalan dan jembatan, proyek gedung dan proyek bandar udara.

(2)

melakukan diversifikasi usaha, yakni di bidang investasi PLTM dan membentuk anak perusahaan dengan nama "Brantas Energi".

Saat ini Abipraya mempunyai Kantor Divisi di Medan, Jakarta, Surabaya, Makasar dan Samarinda serta kantor cabang di Padang, Pekanbaru, Palembang, Semarang, Denpasar, Mataram dan Banjarmasin. Memiliki visi "Menjadi Perusahaan Terpercaya dalam Industri Konstruksi" dengan didukung misi "Menyediakan Produk Konstruksi Bermutu Tinggi Secara Profesional dan Berkelanjutan."

2.1.1 Visi, Misi dan Moto Perusahaan Visi

"Menjadi perusahaan terpercaya dalam industri konstruksi" - Memiliki segala persyaratan profesional yang memadai.

- Dalam 5 (lima) tahun ke depan mampu menjadi 5 (lima) besar perusahaan konstruksi nasional.

Misi

“Menyediakan produk konstruksi bermutu tinggi secara profesional dan berkelanjutan.”

- Memberikan produk yang bersaing dalam hal harga, mutu, pelayanan dan ramah terhadap lingkungan serta mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.

- Bekerja secara efisien menurut standar yang unggul dan diakui secara internasional (ISO, OHSAS, SMK3, SNI, COSO, MBCfPE, dll). - Selalu menjaga hubungan yang baik dengan seluruh stakeholder

(3)

Struktur organisasi dalam sebuah proyek berperan sangat penting, untuk pembagian tugas serta wewenang yang harus dilakukan dan dipertanggung jawabkan dan untuk memberikan batasan-batasan dalam pelaksanaan yang harus dilakukan dengan harapan mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Maka setiap perusahaan dan istansi selalu terdapat struktur organisasi.

2.2.1 Pengertian Struktur Organisasi Proyek

Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai struktur organisasi. Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai pelaksanaan kegiatan perusahaan dengan kata lain penyusunan struktur organisasi adalah langkah terencana dalam suatu perusahaan untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Struktur organisasi didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola (Handoko, 2003:169). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa struktur organisasi menggambarkan kerangka dan susunan hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi, juga menunjukkan hierarki organisasi dan struktur sebagai wadah untuk menjalankan wewenang, tanggung jawab dan sistem pelaporan terhadap atasan dan pada akhirnya memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta pengkoordinasian hubungan dengan lingkungan. Struktur organisasi dapat menghindari atau mengurangi kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas.

2.2.2 Struktur Organisasi PT. Brantas Abipraya

(4)

STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR

PAKET : PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN SEMBAYAT BARU II PT. BRANTAS ABIPRAYA (Persero)

(5)

Dari data kontraktor yang menangani proyek Pembangunan Jembatan Sembayat Baru II Gresik, PT. Brantas Abipraya (Persero) dapat dijelaskan tugas dan wewenang masing-masing koordinator yang ada di Struktrur Organisasi PT. Brantas Abipraya (Persero) pada Gambar 2.1 yaitu sebagai berikut :

1. Project Manager

Project Manager adalah orang yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk memimpin Pelaksanaan Proyek. Adapun tugas dari Project Manager: a. Menjalankan perintah dari pemilik proyek, sesuai dengan perjanjian

yang disetujui kedua belah pihak. b. Menyetujui atau tidaknya program kerja

c. Mengawasi dan mengendalikan proyek bersama site manager d. Mengevaluasi hasil kerja Site Manager dan Pelaksanan.

2. SMK3L (Sistem Managemen K3L)

Bertujuan untuk menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menjamin produktifitas tidak terganggu, menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident).

Tugas dari seorang SMK3L yaitu:

a. Mempelajari dan memahami prosedur kerja yang disiapkan oleh bagian operasional serta memperkirakan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang dapat terjadi

b. Membuat laporan yang berisi analisis potensi bahaya dan upaya preventif yang akan dilakukan guna meminimalkan potensi kecelakaan kerja

c. Melakukan survey harian untuk memastikan keamanan kegiatan proyek

(6)

g. Apabila terjadi kecelakaan, membawa korban ke rumah sakit yang ditunjuk bila diperlukan

h. Melakukan analisis terhadap kecelakaan yang terjadi dan melakukan penanganan atau tindakan preventif agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

3. Operasional Manager

Operasional Manager merupakan seseorang yang dapat menerima tanggung jawab untuk mengemban tugasnya dalam pengoperasian dilapangan.

Tugas dan tanggung jawab Site Operasional Manager antara lain : a. Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

b. Melaksanakan kegiatan sesuai dokumen kontrak.

c. Memotivasi pelaksana agar mampu bekerja dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi.

d. Menetapkan rencana dan petunjuk pelaksanaan untuk keperluan

pengendalian dari pelaksanaan pekerjaan.

4. Pelaksana Utama (General Super Intendent) Tugas dan kewajibannya, antara lain:

a. Menyimpan gambar kerja dengan baik

b. Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien mungkin,

c. Mengkoordinasikan Supervisor

d. Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah dikerjakan baik qualitatif maupun quantitatif untuk dapat membuat laporan mingguan mengenai :

(7)

- Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya - Ihktisar upah dan hari perkerjaan

- Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan

5. Pelaksana

Tugas seorang Pelaksana yaitu :

a. Mengendalikan proyek sejak awal kegiatan sampai selesai pembangunan

b. Melaksanakan pekerjaan yang telah direncanakan sesuai dokumen kontrak

c. Melaksanakan metode-metode pekerjaan sesuai dengan metode kerja d. Mengkoordinir tenaga kerja agar bekerja efektif dan efisien

e. Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang dan penyerahan pekerjaan

f. Selalu berkoordinasi dengan pihak Quality/Quantity Engineering pada

saat pekerjaan

6. Quality Engineer

Quality Engineer adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai.

Tugas dan tanggung jawab Quality Engineer antara lain :

a. Memastikan operasional proyek berjalan dengan menggunakan standart yang sudah baku, serta diakui secara nasional maupun internasional

b. Melakukan berbagai tes/pengujian untuk mengetahui mutu pada pekerjaan yang dilaksanakan

c. Memberikan saran dan masukan teknis dan non teknis tentang proses operasional proyek

(8)

7. Quantity Engineer

Tugas dan tanggung jawab Quantity Engineer antara lain :

a. Menyiapkan dokumen administrasi dan pendukung berupa : (Berita Acara layak pakai, Berita Acara Penerimaan Barang, Surat Pengiriman Barang, Berita Acara Installasi, Invoice/tagihan, dll) yang menyangkut operasional proyek selama pekerjaan berjalan

b. Melakukan monitoring terhadap kemajuan proyek

c. Dibantu tim teknis membuat laporan kemajuan pekerjaan

d. Membantu Manajer Proyek dan para Koordinator dalam menyiapkan perangkat monitoring pekerjaan, pelaporan, berita acara dan lain lain

8. Administrasi Teknik

Bagian peralatan merupakan bagian yang berperan dalam persiapan peralatan yang akan digunakan dalam pembangunan suatu proyek konstruksi dan bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan yang ada agar peralatan selalu siap sehingga tidak menghambat proses pekerjaan.

9. Surveyor

Bertugas untuk melakukan pengukuran dan pemetaan tanah pada kawasan yang akan dikembangkan, sehingga dihasilkan berbagai data yang diperlukan dalam proses perencanaan baik berupa peta kontur tanah

maupun bentuk kawasan yang akan dikembangkan.

10. Drafter

Tugas seorang Drafter yakni sebagai berikut:

a. Menerjemahkan informasi teknis yang ada ke dalam shop drawing

b. Membuat gambar as-built drawing setelah suatu pekerjaan selesai dilakukan

c. Berkoordinasi dengan seluruh pelaksana untuk menyiapkan gambar-gambar kerja yang dibutuhkan.

(9)

11. Cost Control

Cost control bertugas untuk :

a. Mengatur dan melaksanakan proses inventory setiap bulan

b. Menerapkan semua kebijakan dan prosedur cost control dan memastikan semua perhitungan inventory beserta bukti dan dokumen pendukung.

12.Logistik (Logistic)

Uraian tugas seorang staf logistik proyek adalah :

a. Mempelajari spesifikasi material dan jadual penggunaan material b. Membuat jadual pengadaan material, berdasarkan jadwal

penggunaannya

c. Melakukan pengadaan material sesuai jadwal

13.Administration Manager

Administration manager membawahi bagian keuangan, akuntansi, kasir dan bagian umum. Bagian keuangan bertugas untuk membuat dan memantau laporan keuangan serta aliran uang tunai, selain itu bagian keuangan juga bertugas untuk menerbitkan surat SI (Standing Instruction). Tugas dan tanggung jawab Administration Manager adalah :

a. Mencatat setiap pengeluaran-pengeluaran dan pendapatan proyek b. Membuat laporan-laporan keuangan

c. Memerintahkan bagian kasir untuk membayar upah pegawai-pegawai d. Membuat perencanaan penggunaan uang tunai (cashflow)

e. Menerima dan mencatat tagihan-tagihan dari rekanan kerja f. Melakukan pembayaran-pembayaran biaya operasional g. Melaporkan kepada Project Manager status keuangan terkini.

14. Staff Keuangan

Tugas seorang Staff Keuangan yaitu :

a. Mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan dalam bentuk biaya dan target biaya untuk setiap bagian pekerjaan

(10)

c. Membuat laporan keuangan mengenai pekerjaan yang telah dilakukan d. Membuat laporan pengadaan barang dan jasa yang digunakan pada

proses pembangunan berlangsung

e. Membuat laporan pengeluaran dan pemasukan dana

f. Memeriksa pembukaan arsip-arsip selama pelaksanaan proyek

15. Mekanikal dan Elektrikal

Tugas dari seorang mekanikal dan elektrikal yaitu :

a. Sebagai mekanik yang melaksanakan pekerjaan perbaikan mesin-mesin yang digunakan dalam proyek

b. Sebagai teknisi elektrikal yang melaksanakan pekerjaan instalasi listrik c. Membuat atau merencanakan titik-titk penempatan lampu pada saat

pekerjaan yang membutuhkan penerangan lampu.

d. Memberikan petunjuk atau arahan kepada pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan kelistrikan

2.3 Data pembimbing Lapangan

Dengan adanya pembimbing lapangan dapat membantu mahasiswa dalam memberikan pengarahan serta bimbingan tentang pelaksanaan proyek dan juga untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai referensi dalam penyusunan laporan. Berikut merupakan data pembimbing lapangan selama Kerja Praktik dalam Pembangunan Jembatan Sembayat Baru II :

Nama : M. Prayuadi

Tempat dan Tanggal Lahir : Jember, 9 Maret 1978 Pendidikan Terakhir : UPN Veteran Surabaya

Jabatan : Pelaksana Struktur 1

(11)

2.4 Study literature

2.4.1 Pekerjaan Sheet Pile dan Retaining Wall

Sheet Pile secara umum adalah konstruksi penahan tanah yang lentur yang banyak digunakan dalam penanggulangan kelongsoran lereng atau timbunan dengan area terbatas yang membutuhkan lereng yang tegak. Salah satu kondisi yang sering menggunakan konstruksi sheet pile adalah pada tebing-tebing kali atau sungai. Retaining wall atau bangunan dinding penahan tanah adalah struktur yang di desain untuk menjaga dan mempertahankan dua muka elevasi tanah yang berbeda (Coduto 2001). Berdasarkan klasifikasinya struktur penahan tanah pada umumnya dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a) Gravity wall

Gravity wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memanfaatkan berat sendiri struktur untuk menahan beban tanah dari kegagalan

bearing capacity, overturning, maupun sliding. b) Cantilever wall

Cantilever wall adalah jenis struktur penahan tanah yang terbuat dari material beton bertulang dan memiliki plat pada dasar struktur.

c) Counterford wall

Counterford wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memiliki siar penyangga pada bagian belakang struktur tersebut yang berfungsi untuk menyeimbangkan struktur akibat beban tanah.

d) Butressed Wall

Butressed wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memiliki prinsip kerja yang sama dengan counterford wall dimana terdapat siar penyangga namun di bagian depan struktur.

(12)

Gambar 3.2 Jenis-jenis bangunan dinding penahan tanah (Sumber : Earth Retaining Wall Structures Manual, 2010)

2.4.2 Pekerjaan Galian

Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan danpembuangan bahan perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan (Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, Revisi 3 Devisi 3 Tentang Pekerjaan Tanah).

Hal-hal yang harus dipenuhi untuk pekerjaan galian sebagai mana yang di sebutkan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, Revisi 3 Devisi 3 Tentang Pekerjaan Tanah diantaranya yaitu:

1. Toleransi dimensi untuk pekerjaan galian

(13)

b) Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari garis profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk batu di mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat terhindarkan.

c) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

2. Kondisi tempat kerja

a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.

b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air tanah rembesan (ground water seepage) mungkin sudah tercemari, maka Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

2.4.3 Pekerjaan Timbunan

(14)

1. Toleransi dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan selain dari lapisan penopang di atas tanah lunak tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

2. Standart rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium.

SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir.

SNI 03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara Unifikasi Tanah.

SNI 03-6795-2002 : Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah Ekspansif

SNI 03-6797-2002 : Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah Agregat untuk Konstruksi Jalan

SNI 1966:2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah.

(15)

a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.

b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

4. Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, Revisi 3 Devisi 3 tentang Pekerjaan Tanah.

5. Cuaca yang diijinkan untuk bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.3.3).b). Semua permukaan timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan cukup untuk memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran plastik pada akhir kerja setiap hari dan juga ketika akan turun hujan lebat.

2.4.3 Pekerjaan pengecoran

(16)

1. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.

2. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

3. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.

4. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

5. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.

6. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.

7. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

(17)

9. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm. 10. Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton

basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.

2.4.4 Pekerjaan pemancangan

Hal umum untuk pekerjaaan pemancangan tiang adalah sebagai berikut sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2010, Revisi 3 Devisi 7 tentang Struktur. Penyedia Jasa harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan. Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa dapat melakukan penyelidikan tanah tambahan dengan tanggungan biaya sendiri. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar fondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar.

(18)

posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai kedalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk penurunan sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kontraktor (Data Kontraktor PT. Brantas Abipraya (Persero), 2016)
Gambar 3.2 Jenis-jenis bangunan dinding penahan tanah

Referensi

Dokumen terkait

Rehabilitasi jalan terhadap penanganan tanggap darurat, pekerjaan galian, pekerjaan timbunan, pekerjaan struktur perkerasan, dan pengkerikilan kembali untuk perkerasan jalan

Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dengan material dari borrow area adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan dengan

Tujuan pembuatan iklan bersambung sirup Marjan Boudoin edisi Ramadhan 2012 versi lomba dayung sendiri adalah untuk mengingkatkan kembali konsumen terhadap merek produk yang

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah

Dalam membuat produk stopcontact 4 gang surface Art.754 ini terdiri dari bahan baku untuk pembuatan atau pencetakan plastik dan bahan baku untuk pembuatan komponen-komponen

Setelah melalui torus disc, pellet masuk ke dalam finisher tower dimana didalamnya terjadi proses pemanasan kembali dengan media N 2 dan juga jaket steam dari... Pelet yang telah

Pembuatan tali sandal dilakukan dengan bahan baku sheet yang sama seperti dalam pembuatan tapak, sheet dicetak dengan every rubber cutting machine, untuk sekali pencetakan

4 Checklist Alat Wirthgen SP 64 Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2022 4.3.3 Breafing Pekerjaan Kegiatan ini dilakukan agar kegiatan penghamparan rigid pavement dapat dilaksanakan