(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD TEDDY HIDAYAT 110406022
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE
PADA BANGUNAN RUKO
(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
MUHAMMAD TEDDY HIDAYAT 110406022
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE
PADA BANGUNAN RUKO
(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015
Penulis
Judul Skripsi : KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE
PADA BANGUNAN RUKO
(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)
Nama Mahasiswa : Muhammad Teddy Hidayat
Nomor Pokok : 110406022
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Imam Faisal Pane, S.T., M.T.)
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
(Dr.Ir.Dwira N. Aulia, M.Sc.,) (Ir. N. Vinky Rahman, MT.)
Telah diuji pada
Tanggal : Juli 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D.
Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara
(USU) Medan.
Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Bapak Imam Faisal Pane, S.T.,M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D dan Bapak Ir. Dwi
Lindarto Hadinugroho, M.T. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran nya dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan
Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen
Arsitektur,Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada security Citra Land Bagya City yang telah memberikan izin survey dan
meluangkan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada mama tercinta ibu Ningsih, abang dan kakak saya Mhd Fajar Arif &
Sundari, Mhd Hamdani yang telah memberikan semangat, dorongan, dan
bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera
7. Kepada yang tersayang Sri Wahyuni S.Kep serta My Best Friend saya Kiki
Prayugi, Faisal, Ari dan Rekan-rekan mahasiswa (Yurizki, Agung, Reza,
Ridwan) yang telah membantu serta memberikan motivasi dan dorongan
hingga selesainya skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan (Andre, Robby, Iqbal dan Bg Liel), rekan-rekan
mahasiswa/i stambuk 2011 dan adik-adik stambuk 2014.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari
sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
yang besar bagi semua pihak.
Medan, Juli 2015
Penulis,
Muhammad Teddy HIdayat
ABSTRAK
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin luas, salah satunya di Indonesia. Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip International Style. Arsitektur modern diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Dalam retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya international menjadi gaya yang sedang trend, para arsitek-arsitek dunia yang setiap karyanya menerapkan prinsip-prinsip International Style. Bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City juga menerapkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur sebagai volume, Keteraturan, Penghindaran penggunaan ornamen. Pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca, keteraturan pada atap, susunan jendela dan kolom karena menggunakan grid, dan tidak menggunakan ornament. Sekarang ini banyak bangunan ruko yang menerapkan karakteristik arsitektur modern, dikarenakan lebih mengutamakan keindahan fasade dan mengikuti fungsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bangunan ruko Citra Land Bagya City merupakan bangunan arsitektur modern yang menerapkan prinsip-prinsip International Style.
ABSTRACT
The development of architecture in all over the world becomes wide day by day, one of them is in Indonesia. Modern architecture is the result of the new thought about life view that applied in a building with some principles of the International Style. Modern architecture has developed around half of century, started from 1800s until 1960s. In retrospecsion between 1920s and 1930s international style became trendy style, wold architect in every of their works applied the International Style principle. Citra Land building also applied International Style principle such as architecture as a volume, regularity, avoid of using ornaments. Building wall, uses glass as a dominant material, regularity at the roof, composition of window and column because of using grid, and no use of ornament. At present many buildings (ruko) applied modern ar chitecture characteristic, because they consider façade beauty and following of the function. This research uses qualitative method with collecting data through field observation. The results of this research shows that Citra Land Bagya City building is a modern architecture building which applied International Style.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Batasan Penelitian ... 3
1.6. Kerangka Berfikir... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Tinjauan Ruko ... 5
2.2. Tinjauan Arsitektur Modern ... 13
2.3. Tinjauan International Style ... 20
2.4. Kerangka Teori... 22
BAB III METODOLOGI ... 23
3.1. Jenis Penelitian ... 23
3.2. Variabel Penelitian ... 23
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4. Kawasan Penelitian ... 25
BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN ... 28
4.1. Kawasan Penelitian ... 28
4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
5.1. Analisa Prinsip International Style ... 35
5.2. Analisa Bangunan Ruko Citra Land Bagya City dengan Prinsip Internional Style ... 47
5.3. Analisa Berdasarkan Contoh Bangunan Arsitetkur Modern ... 51
BAB VI KESIMPULAN ... 57
6.1. Kesimpulan ... 57
6.2. Saran ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tokoh Arsitek International Style ... 13
Tabel 2.2. Contoh Bangunan Arsitektur Modern ... 13
Table 3.1. Variabel Penelitian ... 24
Tabel 5.1. Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius ... 13
Tabel 5.2. Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius ... 13
Tabel 5.3. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter
Gropius ... 13
Tabel 5.4. Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De
Rohe ... 13
Tabel 5.5. Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe ... 13
Tabel 5.6. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Ludwig Mies
Van De Rohe ... 13
Tabel 5.7. Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya
City ... 13
Tabel 5.8. Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 13
Tabel 5.9. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir ... 5
Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920 ... 10
Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis ... 11
Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus ... 13
Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot ... 14
Gambar 2.5. Bangunan Seagram ... 16
Gambar 2.6. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1927) ... 19
Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930) ... 19
Gambar 2.8. Famsworrth House, Fox River, Illinois ... 29
Gambar 2.9. Barcelona Pavilion ... 29
Gambar 2.10. Barcelona Pavilion ... 30
Gambar 2.11. Tugendhat House ... 30
Gambar 2.12. Tugendhat House ... 30
Gambar 2.13. Crown Hall ... 30
Gambar 2.14. Seagram Building ... 31
Gambar 2.15. Lake Shore Drive ... 31
Gambar 2.16. Fagus Factory, Alfeld-an-der-Liene ... 31
Gambar 2.17. Village College ... 32
Gambar 2.18. Gropius House ... 32
Gambar 2.20. Michael Reese Hospital ... 33
Gambar 2.21. Harvard Graduate Center ... 33
Gambar 3.1. Peta Indonesia ... 36
Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian ... 37
Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City... 37
Gambar 4.1. Peta Indonesia ... 39
Gambar 4.2. Peta Lokasi Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 40
Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ... 41
Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A ... 42
Gambar 4.5. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type A ... 42
Gambar 4.6. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type B ... 43
Gambar 4.7. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type B ... 43
Gambar 4.8. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type C ... 44
ABSTRAK
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin luas, salah satunya di Indonesia. Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip International Style. Arsitektur modern diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Dalam retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya international menjadi gaya yang sedang trend, para arsitek-arsitek dunia yang setiap karyanya menerapkan prinsip-prinsip International Style. Bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City juga menerapkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur sebagai volume, Keteraturan, Penghindaran penggunaan ornamen. Pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca, keteraturan pada atap, susunan jendela dan kolom karena menggunakan grid, dan tidak menggunakan ornament. Sekarang ini banyak bangunan ruko yang menerapkan karakteristik arsitektur modern, dikarenakan lebih mengutamakan keindahan fasade dan mengikuti fungsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bangunan ruko Citra Land Bagya City merupakan bangunan arsitektur modern yang menerapkan prinsip-prinsip International Style.
ABSTRACT
The development of architecture in all over the world becomes wide day by day, one of them is in Indonesia. Modern architecture is the result of the new thought about life view that applied in a building with some principles of the International Style. Modern architecture has developed around half of century, started from 1800s until 1960s. In retrospecsion between 1920s and 1930s international style became trendy style, wold architect in every of their works applied the International Style principle. Citra Land building also applied International Style principle such as architecture as a volume, regularity, avoid of using ornaments. Building wall, uses glass as a dominant material, regularity at the roof, composition of window and column because of using grid, and no use of ornament. At present many buildings (ruko) applied modern ar chitecture characteristic, because they consider façade beauty and following of the function. This research uses qualitative method with collecting data through field observation. The results of this research shows that Citra Land Bagya City building is a modern architecture building which applied International Style.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin
maju, salah satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang,
salah satu dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota.
Berkembanganya kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan
pembangunan kota dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar,
sehingga dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebagai kota terbesar ketiga
di Indonesia, kegiatan perkonomian di Kota Medan termasuk sangat pesat,
pesatnya perekonomian dapat ditunjukan dengan banyaknya lahan yang
dimanfaatkan sebagai ladang bisnis dengan membangun pusat perbelanjaan dan
pertokoan. Meningkatnya aktivitas perdagangan yang ditandai dengan semakin
banyaknya ruko (rumah toko), akan berdampak pada peningkatan mobilisasi
penduduk. Dengan seiring perkembangan zaman, perkembangan gaya-gaya
arsitektur pada ruko (Rumah Toko) sekarang ini berlangsung secara berkelanjutan
pada desain bangunannya. Bangunan ruko (rumah toko) di kota Medan sekarang
ini terlihat bentuk bangunannya yang cantik dan tetap memiliki nilai membuat
peneliti tertarik untuk menganalisis bangunan ruko modern.
Arsitektur modern mulai mengalami peningkatan dikarenakan segenap
filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan
murni dan mampu menyempurnakan ekpresi space/ruang. Pada priode ini
penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perencanaan tidak hanya
mempertimbangkan bagian dalamnya saja tetapi juga hubungan dengan keadaan
lingkungan dimana bangunan tersebut berada.
Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup
yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip pada
International Style. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg
dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu
menyisipkan hal-hal baru, progresip , hebat dan kontemporer sebagai pengganti
dari tradisi dan segala bentuk pranatanya. Arsitektur dimaksudkan untuk
mendorong tujuan-tujuan sosial jangka panjang dan menekankan sosial. Dalam
retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya International memainkan
peran formatif dalam evolusi semua aspek arsitektur modern, Arsitektur modern
diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun
1800an hingga 1960. Pertumbuhan dan perluasan International Style ke seluruh
penjuru dunia sekarang sejarah kuno, pada akhirnya gaya internasional telah
universal disesuaikan dan diganti dengan yang baru, akan tetapi tindakan ini
dianggap sebagai penghianat gerakan modern. Arsitektur modern tidak bermula
dengan revolusi yang tiba-tiba membuang yang pra modern dan menggantinya
dengan geometris sebagai satu-satunya rupa arsitektur, tetapi secara setahap demi
setahap menghapuskan ornament-ornamen dan dekorasi yang digantikan oleh
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka ditemukan perumusan
masalah. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah pengaruh International Sytle dengan bangunan ruko (rumah toko)
di Citra Land Bagya City ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari peneltian ini adalah :
1. Mengetahui gaya arsitektur pada bangunan ruko (Rumah Toko) di Citra
Land Bagya City.
2. Mengetahui pengaruh prinsip International Style pada bangunan ruko
(rumah toko) Citra Land Bagya City
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat melalui peneltian ini antara lain :
a. Bagi Arsitek, diharapkan dapat sebagai acuan bagi pendisainan tata ruang
kota.
b. Bagi akademis, menjadi salah satu bahan literature terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dunia arsitektur dan perencanaan kota
mengenai arsitektur modern.
c. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi
1.5. Batasan Penelitian
Dengan melihat prinsip International Style arsitektur modern, penelitian ini
meneliti berdasarkan bangunan karya arsitek International Style. Adapun
tokoh-tokoh arsitek International Style yaitu Alvar Alto, Welton Becket, Le Corbusier,
Walter Gropius, Philip Johnson, Louis Kahn, Ludwig Mies van der Rohe, Richard
Neutra, Oscar Niemeyer, Frits Peutz, Gerrit Rietveld, dari beberapa arsitek
tersebut disini peneliti hanya melihat dari bangunan karya arsitek Ludwig Mies
Van De Rohe dan Walter Gropius, kemudian dianalisa dengan melihat pengaruh
dari bangunan karya arsitek berdasarkan prinsip-prinsip International Style
tersebut lalu diterapkan dengan bangunan ruko Bagya City.
1.6. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah proses berpikir peneliti dari awal hingga masalah
peneliti tersebut dipecahkan dan pada akhirnya diperoleh penemuan dari
penelitian tersebut. Proses berpikir tersebut dapat digambarkan dalam sebuah
Gambar1.1 Kerangaka Berfikir Latar Belakang
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin maju, salah satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang, salah satu dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota. Berkembanganya kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan pembangunan kota dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar, sehingga dari tahun ke tahun mengalami perubahan.
Perumusan Masalah
Apakah pengaruh
International Sytle terhadap
bangunan ruko (rumah toko)
di Citra Land Bagya City ?
Tinjauan Pustaka
- Tinjauan Ruko
- Tinjauan Arsitektur Modern
- Tinjauan International Style
Hasil / Pembahasan Tujuan Penelitian
Mengetahui gaya arsitektur pada bangunan ruko (Rumah Toko) di
Citra Land Bagya City dan
mengetahui pengaruh prinsip
International Style pada bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City
Pengumpulan Data kesimpulan
Manfaat Penelitian
Melalui peneltian ini diharapkan dapat sebagai acuan bagi pendisainan tata ruang kota, dan menjadi salah satu bahan literature terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dunia
arsitektur dan perencanaan kota, sehingga dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi bahan masukan kepada masyarakat mengenai gaya-gaya arsitektur modern.
Judul Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Ruko 2.1.1. Defenisi Ruko
Mengenai pengertian ruko (rumah toko), salah satu jenis bangunan yang
berasal dari kata rumah dan toko, rumah yang berarti tempat berpenghuni dan
toko berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah
bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Ruko
memang merupakan solusi yang cukup baik untuk mengatasi kebutuhan akan
rumah tinggal sekaligus juga mengembangkan usaha dari rumah. Menurut
Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015), rumah toko atau biasa sering disebut juga
dengan Ruko adalah sebutan bangunan-bangunan di Indonesia yang pada
umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya
digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya
dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.
Istilah ruko diperkirakan dari bahasa Hokkian nom chu yang berarti
“rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di
kota-kota asia tengggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering
dikaitkan dengan budaya mereka (kompas, 2004). Dalam bahasa melayu
digunakan istilah kedai yang berarti sembarangan ruangan tempat barang
dagangan ditumpuk tanpa aturan jelas, tempat dimana sang pemilik atau penjaga
ruko melewati harinya sebelum etalase atau meja panjang diperkirakan oleh
Di kota Medan bangunan ruko sudah menjadi pemandangan sehari-hari
dan banyak orang yang melakukan akftivitas berbisnis dan dagang di rumah toko
tersebut. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015) ruko telah dikenal
diberbagai dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional
tempat melakukan transaksi perdagangan yang juga digunakan sebagai tempat
tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan
Negara kepulauan demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang
berfungsi ganda, sebagai hunian dan tempat usaha. Namun hunian di Timur
tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.
2.1.2. Sejarah Rumah Toko
Fenomena ruko menjadi sebuah subjek penelitian dalam kerangka proses
pencarian jati diri budaya arsitektur lokal maupun regional (di era globalisasi).
Ruko memiliki ruang-ruang yang relative tipikal, yang dapat secarah mudah
dimanfaatkan untuk bermacam fungsi. Dalam budaya bermukim di Indonesia,
pada awalnya kita mengenal “toko” sebagai sebuah konsep tradisional yang
berbeda dengan konsep toko yang ditawarkan oleh konsep pertokoan modern.
Ruko-ruko abad ke-19, dalam kehidupan perkotaan masa itu, membentuk
aktivitas di jalan dan menciptakan pusat-pusat keramaian yang secara khas hanya
dapat dijumpai di pecinan. Gaya hidup semacam inilah yang telah menghidupi
pusat-pusat keramaian kota-kota di Indonesia selama ratusan tahun hingga
keberadaannya kini terancam oleh pusat-pusat perbelanjaan dan
perumahanperumahan modern yang menggunakan kapital besar. Tanpa langsung
terciptanya jalan-jalan yang sepi karena pindahnya keramaian ke
bangunan-bangunan mal yang monolit, ketimbang hingar bingarnya toko-toko dan kaki-lima
yang beragam. Ini merupakan pertanda matinya sebuah warisan budaya kota dan
juga identitas kita.
Pada umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang,
begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat
Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa eropa, oleh
karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa
kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukimam yang terpisah dari
penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus
menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota, bentrokan antara aturan tata kota
dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari
Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian
bentuk baru lah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah
dan toko (Kurniawan, 2015).
2.1.3. Perkembangan Rumah Toko di Kota Medan
Ruko sebagai sebuah sosok arsitektur di Indonesia memiliki sejarah
panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap
perkembangan kota-kota di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini tipologi ruko
dibangun dengan citra yang “asal” dan “semrawut”. Ruko juga dianggap sebagai
salah satu penyebab rusaknya arsitetur kota-kota di Indonesia. Di kota Medan,
kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal
system grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah kolonial Inggris di
Asia Tenggara. Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu,dan berbagai jenis
jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan
memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga
berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan yang lainnya. Gaya arsitektur
pada ruko-ruko ini merupakan gaya hybrid yang berbentuk melalui kontak
penduduk lokal dengan penjajah.
Dampak tersebut mengakibatkan pada perubahan dan penambahan dengan
menghilangkan keaslian dari bangunan indis. Kalau kita amati proses dan
peraturan pelestarian yang ada di kota ini tidak berjalan dengan baik, hari demi
hari perubahan terjadi di mana-mana, tanpa dapat dikendalikan lagi. Ditambah
lagi dengan menjamurnya pembangunan “ruko” yang semakin meluas, dari barat
ke timur dan dari utara ke selatan bejajar “ruko-ruko”, sehingga akan
menenggelamkan arsitektur indis yang terdapat di kota Medan agar dipertahankan
untuk dilestarikan. Karena semakin lama akan semakin terdesak oleh penggusuran
dan akhirnya sampai pada penghancuran bangunan untuk dijadikan bangunan
baru. Bila hal ini pemerintah kota tidak melakukan tindakan untuk
mengantisipasinya, maka dalam dua atau tiga tahun ke depan kota Medan akan
berubah menjadi kota“ruko” dengan gaya arsitektur eklektis (tempel sana tempel
sini). Sebuah kepalsuan dalam gaya arsitektur ini diketahui sangat radikal, di sini
fungsi menjadi sangat dominan yang akhirnya merosot ke dalam istilah
“membangunan sebuah diagram” yang sudah sangat umum terlihat pada
Pesatnya pembangunan rumah toko (ruko) sering mendapat perhatian
karena dianggap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Banyak pihak berpendapat bahwa ramainya pembangunan ruko saat ini dapat
merusak keindahan tata kota. Selain itu dengan adanya bangunan ruko di pinggir
jalan dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas, menimbulkan kemacetan dan
peningkatan kebisingan jalan.
Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesawan,_Medan
2.2. Tinjauan Arsitektur Modern 2.2.1. Defenisi Arsitektur Modern
Arsitektur modern adalah sebuah perkembangan arsitektur dimana ruang
menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih
memikirkan bagaimana cara mengolah fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang
sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik lah
yang lebih dipentingkan (krier, 1982). Fokus dalam arsitektur modern adalah
bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan
mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam
Di masa sekarang banyak rumah toko yang dibangun
dengan gaya arsitektur modern dengan penyesuain terhadap bahan bangunan
dengan teknologi terkini, perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup
penghuninya. Pada abad ke-20 arsitektur telah dipengaruhi oleh mesin secara total
dan dikatakan juga arsitektur sebagi pemuja mesin, pada abad ke-19 secara
perlahan telah muncul material-material yang seperti besi, baja, tuang yang sangat
mempengaruhi pengerjaan arsitektur modern. Eksterior rumah
dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang berukuran lebar
dan atau tinggi, list plang beton memanjang dan kanopi yang menjorok ke depan.
Dengan kolom yang simple atau bahkan tanpa kolom. Bentuk masa rumah
modern di dekorasi dengan ornament garis vertical, horizontal, dan diagonal yang
sederhana pada dinding eksterior yang luas interior rumah toko modern ditata
dengan ornament yang sederhana, plafond bertingkat dan void di ruang-ruang
publik yang memberikan kesan luas. Ruang pada rumah dengan gaya arsitektur
modern umunya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan
ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.
Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis
http://tipsproperti.com/wp-content/uploads/2013/11/Desain-Arsitek-Ruko-2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern
Sepanjang sejarah manusia, arsitektur hanya mengalami satu kali
perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya arsitektur modern. Sumalyo
(2005) mengatakan arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, yang
berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain : seni, teknik, tata ruang,
geografi, sejarah. Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan
waktu yang sukar ditentukan batasnya.
Diketahui bahwa arsitektur berkembang dari masa ke masa dalam kurun
waktu sejak manusia hingga sekarang. Arsitektur modern merupakan
perkembangan dari klasik barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan
revolusi industry mulai awal abad 19 dengan terjadinya perubahan
besaran-besaran dalam pola hidup dan pola pikir (sumalyo, 2005). Terdapat 3 periode
perkembangan arsitektur :
Tahun 1800an
Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai
pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya arsitektur dianggap sebagai
suatu „olah rasa‟ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan
tidak ada rumusnya (Sumalyo, 2005). Pada tahun 1750-an di Perancis, muncul
orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan
akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Bagi mereka
ini, arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi dunia arsitektur, apa yang
demikian, dapat dikatakan bahwa arsitektur Modern berupa ide, gagasan, pikiran
atau pengetahuan dasar tentang arsitektur sudah hadir pada abad ke-18.
Dan kemudian, pikiran-pikiran tersebut baru mendapat kesempatan untuk
direalisasikan pada pertengahan abad-19 karena faktor-faktor yang sangat
mendorong percepatan dari Arsitektur Modern tersebut adalah :
Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah
terbagi menjadi dua yaitu arsitektur sebagai kesenian dan arsitektur
sebagai ilmu teknik sipil.
Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan
keseragaman ukuran dan kecepatan membangun.
Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus
Sumber :
Periode 1890 – 1930
Pada masa ini arsitektur modern mengalami puncaknya di Prancis, Jerman,
Belanda, Rusian, dan Inggris mulai mengikutinya. Sumalyo (2005) menjelaskan
mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi semacam resolusi industri
kedua dalam bentuk rasionalisme dan penggunaan mesin secara besar-besaran,
sejumlah pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui
munculnya berbagai eksperimen seperti : arsitektur sebagai art vs arsitektur
sebagai science, arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space, arsitektur
sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly, dan arsitektur sebagai karya
manual vs arsitektur sebagai karya machinal.
Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot
Sumber :
Periode 1950-1960an
Dalam sejarah arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa
perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan (Sumalyo,
2005) yakni:
-Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern :
a. Segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat
diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya.
b. Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk
mengekspresikan space / ruang.
c. Terjadi produksi massal bahan bangunan oleh pabrik. Hal ini dapat
mempercepat proses pembangunan. Namun, bahan bangunan dapat
menembus batas budaya dan geografis, sehingga arsitektur menjadi
Internasional dan bangunan-bangunan di dunia menjadi seragam. Dengan
Gambar 2.5. Bangunan Seagram
Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/---lez6fXPxg/T4eshVchPyI/AAAAAAAAC48/EZmbaZAVc1Q/s1600/seagram.gif
-Tahun 50-an dikatakan sebagai kegagalan Arsitektur Modern :
a. Karena arsitektur telah kehilangan identitas/ciri individual perancangnya.
Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orange adalah nama biro-biro
Arsitektur, bukan arsiteknya.
b. Enggan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan
bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas
berbeda.
c. Karena penekanan perancangan pada ruang, maka desain menjadi polos,
simpel, bidang-bidang kaca lebar.
d. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang
2.2.4 Ciri-ciri Arsitektur Modern
Sejak tahun 1920 selain sangat signifikan dalam gaya bangunan arsitektur
modern, juga telah menetapkan reputasi para arsiteknya. Asal dan karakteritik
arsitektur modern sampai saat ini masih diperdebatkan di kalangan arsitek.
Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal
sosial yang erat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan.
Hal ini menambah pengetahuan makna bahwa gaya modern adalah sebuah
penemuan baru dalam bidang Revolusi Industri. Berikut adalah karakteristik dari
bangunan bergaya arsitektur modern menurut krier (1982) dalam Brunner T. Dkk
(2013) :
Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monotone karena
tidak diolah. Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam),
merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya
dan geografis.
Penggunaan material dan bahan pada bangunan arsitektur modern
tidak terlepas dari unsur fungsional, dimana bahan dan material yang
digunakan harus mendukung fungsi bangunan secara keseluruhan.
Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos,
ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah
beton, baja dan kaca. Misal :
1) Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin
2) Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis
Ekspresi terhadap sruktur sebagai elemen arsitektur yang memberikan
bentuk kepada tampak bangunan, sehingga menciptakan ruang pada
kulit bangunan. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Skin and Bone.
Skin and bone merupakan salah satu ide desain dari langgam arsitektur
modern yang mengedepankan kepolosan dan kesederhanaan dalam
olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan.
Anti ornamen, menganggap ornamen yang ada pada bangunan tidak
memiliki fungsi baik secara struktur maupun non struktur, sehingga
ornamen dihilangkan dan dianggap suatu kejahatan dalam desain.
Nihilism, penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi
polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa-apanya kecuali
geometri dan bahan aslinya. Penekanan Elemen vertikal dan horizontal
masih berhubungan dengan penggunaan ornamen yang dianggap
sebagai suatu kejahatan, maka bangunan-bangunan dengan langgam
arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan
horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna
menambah estetika dan keindahan bangunan. Menyederhanakan
bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu. Semakin
sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut.
Bangunan arsitektur modern menganut paham form follow function
dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan. Tidak
memiliki suatu ciri individu dari seorang arsitek, sehingga tidak dapat
2.3. Tinjauan International Style 2.3.1. Asal-usul International Style
Gaya internasional adalah suatu gaya arsitek yang sedang trend pada tahun
1920 dan 1930. istilah yang pada umumnya mengacu pada arsitek dan bangunan
dari dekade pandangan perkembangan gaya modern, sebelum Perang dunia II.
Istilah ini diambil dari suatu buku Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson
(1997) yang mana mereka berdua dikenal sebagai penggolong arsitektur modern.
Dasar desain dari gaya internasional ini didasari pada prinsip arsitektur modern.
Gambar 2.6. PerumahanWeissenhof Stuttgart, Jerman (1927)
Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html
Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930)
Pada abad pertengahan ke-18 ada upaya untuk mencapai pengendalian
dalam arsitektur di masa lalu, kemudian Pada abad ke-19 gaya arsitektur yang
mulai berkembang dengan menggunakan produk-produk industri seperti logam
dan beton bertulang. Arsitektur modern yang diketahui sejak dulu sebuah
pelajaran seni yang meniru gaya besar pada masa lalu yang merupakan masalah
membangun dengan gaya yang dominan. Di Eropa pada sekitar tahun 1900
sejumlah arsitek di seluruh bumi mulai mengembangkan solusi arsitektur untuk
mengintegrasikan sesuatu yang dapat dijadikan teladan tradisional dengan
menuntut kehidupan sosial yang baru dan berbagai kemungkinan teknologi.
2.3.2. Tokoh Arsitek International Style
Dari beberapa arsitek yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan
gaya lama ke gaya baru. Tokoh arsitek yang mendukung adalah :
No Nama Foto Biografi
1 Alvar Alto Hugo Alvar Henrik Aalto (lahir
di Kuortane, Finlandia, 3 Februari 1898 – meninggal di Helsinki, Finlandia, 11 Mei 1976 pada umur 78 tahun) adalah arsitek dan desainer Finlandia yang dijuluki sebagai "Bapak Modernisme" di negara-negara
Nordik. Karyanya
meliputi arsitektur, furnitur, tekstil dan barang pecah belah. Karier awal Aalto berjalan pada masa industrialisasi Finlandia, sehingga banyak kliennya yang merupakan industralis salah satunya adalah keluarga Ahlström-Gullichsen.
2 Welton Becket
Komisi besar pertama mereka adalah Auditorium Pan-Pasifik pada tahun 1935, yang memenangkan mereka pekerjaan perumahan dari James Cagney, Robert Montgomery, dan selebriti film lainnya. Plummer meninggal pada tahun 1939.
Ludwig Mies van der Rohe, Dietrich Marcks dan Le Corbousier. Pada tahun 1910 Gropius meniggalkan perusahaan dan mulai mendirikan praktek di Berlin selama tiga tahun bersama karyawannya Adolf Meyer. 5 Philip
Johnson
Philip Cortelyou Johnson atau lebih dikenal dengan nama Philip Johnson adalah salah satu arsitek dari Amerika yang sangat berpengaruh dalam dunia Arsitektur. Dengan kacamatanya yang tebal, berbingkai bundar, Philip Johnson adalah tokoh yang paling dikenal di dunia arsitektur Amerika selama beberapa dekade. Philip Johnson (8 Juli 1906 - 25 Januari 2005) lahir di Cleveland, Ohio. Pada awalnya, Philip Johnson bukanlah seorang arsitek, dia bekerja sebagai kritikus, penulis, sejarawan dan seorang direktur museum. Dia meraih gelar A.B. dalam sejarah arsitektur dari Universitas Harvard yang tertarik pada Sejarah dan Filsafat, terutama pada karya Pra-Sokrates.
6 Louis Kahn Salah satu arsitek yang paling berpengaruh pada abad pertengahan ke-20, Louis Kahn (1901-1974) menyadari bangunan relatif sedikit, namun menahan diri formal dan ekspresi emosional-nya Jonas Salk Institute, Kimbell Art Museum dan Kompleks Modal di Dhaka dianggap sebagai sebuah kemajuan yang terinspirasi dari International Style.
7 Ludwig Mies van der Rohe
arsitektur abad ke-20 yang berpengaruh dengan kejelasan dan kesederhanaan yang ekstrem. Bangunan-bangunan karyanya memanfaatkan material modern seperti baja industri dan kaca pelat untuk menentukan ruang interior. Ia berupaya menciptakan arsitektur dengan sedikit kerangka struktur yang diseimbangkan dengan kebebasan ruang terbuka yang mengalir bebas. Ia menyebut bangunan-bangunannya arsitektur "kulit dan tulang". Mies mengambil pendekatan rasional yang dapat memandu proses kreatif perancangan arsitektur. Ia sering dikaitkan dengan aforisme "lebih sedikit lebih baik" dan "Tuhan sangat terperinci".
8 Richard Neutra
Pekerjaan seumur hidup dari arsitek Amerika kelahiran Austria Richard Joseph Neutra (1892-1970) merupakan upaya untuk menggabungkan presisi teknis dari International Style dengan unsur-unsur lain yang lebih organik untuk tradisi arsitektur Amerika. Richard Neutra lahir di Wina pada tanggal 8 April 1892. Dia dilatih di Technische Hochschule, menerima diploma pada tahun 1917. Walaupun ia sangat dipengaruhi oleh bangunan dan tulisan-tulisan dari arsitek Wina kontemporer, Adolf Loos, salah satu pelopor dari gerakan modern di Eropa. Loos diperkenalkan Neutra inovasi terjadi dalam arsitektur Amerika, khususnya percobaan dari Louis Sullivan dan sekolah Chicago. Bunga Neutra dalam arsitektur Amerika tumbuh ketika ia menjadi akrab dengan karya Frank Lloyd Wright.
9 Oscar Niemeyer
10 Frits Peutz Peutz lahir di sebuah keluarga Katolik di Uithuizen di Groningen, sebuah provinsi sebagian besar Protestan di utara Belanda. Pada tahun 1910 ia dikirim ke sekolah asrama Rolduc di Kerkrade di provinsi Katolik Limburg untuk pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 1914 ia lulus di HBS, jenis lama sekolah tinggi Belanda. Setelah itu ia belajar teknik sipil di Delft. Pada tahun 1916 ia mengubah arsitektur. Pada tahun 1920, saat masih tidak lulus, ia kembali ke Limburg untuk mengendap sebagai arsitek independen di kota Heerlen, di mana industri pertambangan batubara booming memberinya banyak tugas. Peutz memainkan peran utama dalam mengubah Heerlen dalam, kota modern yang benar. Pada tahun 1925 ia menerima gelar dalam arsitektur. Sekitar 1.926 anak pertamanya, Victor Peutz lahir, yang menjadi audiolog dan acoustician. Peutz dan istrinya Isabelle Tissen memiliki tiga belas anak bersama-sama. Salah satunya mengikuti jejak ayahnya untuk mendapatkan gelar di bidang teknik sipil dan menjadi seorang arsitek.
11 Gerrit Rietveld
Gropius diundang Rietveld untuk pameran di Bauhaus. Ia merancang bangunan pertamanya, Rietveld Schröder House pada tahun 1924, dalam kerjasama erat dengan pemilik Truus Schröder-Schrader. Dibangun di Utrecht pada Prins Hendriklaan 50, rumah memiliki lantai dasar konvensional, tetapi radikal di lantai atas, kurang dinding tetap melainkan mengandalkan dinding geser untuk membuat dan mengubah ruang hidup. Table 2.1. Tokoh Arsitek International Style
2.3.3. Konsep Internatinal Style
Arsitektur modern telah menemukan beberapa konsepsi yang jelas dari
dirinya sendiri sebagai suatu disiplin dan gambar peran baru dalam masyarakat.
Prinsip-prinsip desain baru yang international style dijagokan dapat ditemukan
menjadi 3 prinsip, Larson (1993) mengatakan dalam buku menggali pemikiran
posmodernisme dalam arsitektur (2005) dalam pameran MoMA (Museum of
Modern Architecture) pada tahun 1932, Hitchcock dan Jhonson menyatakan
prinsip-prinsip gaya aarsitektur modern, yaitu volume dari pada massa, regularitas
dari pada simetri aksial dengan geometri dan standarisasi, komposisi aksial tidak
diperlukan lagi, dan melarang penggunaan ornament. Prinsip-prinsip ini menjadi
tanda bagi produksi International style. Mereka tidak hanya formula proporsi yang
membedakan gaya-gaya yang ada pada masa itu, konsepsi arsitektur yaitu
penekeanan pada volume datang untuk menggantikan massa dalam desain
bangunan, keteraturan dan tidak simetri aksial yang berfungsi sebagai sarana
utama dalam mendesain bangunan, dan yang terakhir tidak sewenang-wenang
dalam menerapkan dekorasi yang menandai bahwa hasil dari produksi ini
Gaya Internasional yang khas pada umumnya terdiri dari beberapa yaitu :
Bentuknya segi-empat atau penyiku, berbentuk kubus sederhana "segiempat
panjang yang menekan", jendela yang berjalan di atas garis horisontal dan
membentuk suatu garis beraturan, Semua bagian muka bangunan penjuru bersudut
90 derajat dan bertingkat. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson, 1997)
mengatakan dalam buku International Style bahwa gaya internasional telah
menjadi jelas dan didefinisikan hanya secara bertahap sebagai tor inovasi yang
berbeda di seluruh dunia yang telah berhasil dilakukan percobaan secara paralel.
Berikut beberapa prinsip-prinsip yang ada pada Internasional Style yaitu:
1. Volume
Arsitektur sebagai volume metode kontemporer yang menyediakan
kerangka mendukung, dengan menggunakan kontruksi batu tradisional pada
bagian dinding masih sering digunakan dalam kombinasi dengan kontruksi
kerangka. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan dalam buku
International Style, 1997) arsitek yang membangun dalam gaya internasional
berusaha untuk menampilkan karakter sejati kontruksi dan menekan jelas
ketentuannya untuk fungsi sehingga seperti detail akan bertentangan dengan efek
utama permukaan volume dan juga pada atap datar normal yang memberikan
makna estetika penting.
Dalam arsitektur modern jendela merupakan elemen penting yang
memiliki fitur yang paling mencolok dari desain eksterior modern, sehingga
dalam pendesainannya masalah estetika yang sangat penting. Jika dilihat dari
kelereng, dan semen juga menjadi bahan material pada permukaan volume dari
bangunan modern merupakan sebagai tanda dari gaya kontemporer, yang
memiliki estetika membentuk dan terus-menerus bahkan menutupi pada
permukaan dinding. Pada permukaan volume dalam menggunakan kayu tampak
terlihat mengagumkan akan tetapi bahan ini tidak tahan lama seperti batu atau
batu bata.
2. Keteraturan
Mengenai keteraturan dalam prinsip ini pola dari jendela merupakan
komposisi dari arsitektur kontemporer dan membuktikan estetika itu ada pada
bangunan kontemporer, karena dalam prinsip kedua ini gaya kontemporer dalam
arsitektur harus dilakukan dengan keteraturan. Dalam desain arsitektur modern
juga mengungkapkan karakteristik struktur dan kesamaan oleh penekanan estetika
yang beraturan. Sama hal nya seperti prinsip estetika pada permukaan volume
telah dapat dilihat arsitektur tidak lagi memiliki dukungan yang solid pada
dinding, bahwa keteraturan tergantung pada khas kerangka yang mendasari
kontruksi modern.
Skema simetris dari desain sebenarnya lebih estetis serta teknis karena
sebagian besar bangunan kontemporer lebih langsung dinyatakan dalam bentuk
simetris yang akan menjadikan kuat ditandai dengan penekanan pada sumbu nyata
baik dari pusatnya. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan
dalam buku International Style, 1997) bahwa tanda arsitek modern yang baik
adalah keteraturan desainnya mendekati simetri bilateral, baik bilateral maupun
sering tampak mengikuti persis prinsip dari keteraturan seperti displin estetika
formal dan juga proporsi menurut teori merupakan batu ujian estetika desain
modern dalam aplikasi dari prinsip keteraturan arsitek modern yang berbeda dari
yang lain.
3. Penghindaran Penggunaan Dekorasi
Pada prinsip ketiga ini penghindaran terapan penggunaan ornamen horizontal
biasa membedakan gaya arsitek dari masa lalu dan dari abad terakhir, hal ini
berperan untuk mempertahankan bangunan yang ada sejak 1800-an seharusnya
tidak dihiasi dengan ornament dikarenakan kegagalan atau banyak
ketidakmampuan menciptakan ornament yang tidak valid dalam mengadaptasi
gaya lama dengan kontruksi yang baru. Bahkan sejak abad pertengahan abad
ke-18 penggunaan ornament terus menurun dan dianggap suatu kejahatan yang
positif dari desain. Beberapa kritikus bahkan akan menjelaskan semua ornament
pada arsitektur masa lalu sebagai kelanjutan detail warisan yang awalnya
memiliki arsitek struktural. Huruf juga dianggap sebagai pendekatan ornament
yang digunakan arsitek gaya internasional.
Kontemporer merupakan gaya saat menetapkan standar tinggi tetapi tidak
untuk dekorasi. Pada abad ke-19 telah ada yang sangat luar biasa dalam
penggunaan warna dan pada hari awal gaya kontemporer menggunakan semen
putih, ketika warna menghadapi perkembangan dalam penggunaan bahan-bahan
alami, warna logam alami dan menggunakan warna cerah memiliki nilai dalam
menarik dengan gaya baru. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson dalam
memberikan sedikit alasan dalam penggunaan warna mungkin lebih baik dihindari
meskipun kadang-kadang menjadi kesuksesan terkemuka. Pohon dan tanaman
rambat menjadi dekorasi lebih lanjut untuk mendatang arsitek modern, dengan
memanfaatkan lingkungan alam sekitar yang menjadi permasalahan utama gaya
internasional.
2.3.4. Bangunan Karya Arsitek International Style
Berikut adalah beberapa contoh bangunan karya arsitek terkemuka
menurut International Style “Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe” :
Nama Arsitek Gambar Keterangan
Mies van de
Rohe
(fungsional)
Gambar 2.8. Farnsworth house, Fox River, Illinois, 1950
Sumber :
http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-
Gambar 2.9. Barcelona Pavilion
Gambar 2.10. Barcelona Pavilion Sumber :
http://www.architravel.com/architravel_wp/wp
-content/uploads/2013/05/Barcelona-Pavilion_4-630x268.jpg
Gambar 2.11. Tugendhat House Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/ 24/Villa_Tugendhat-20070429.jpeg
Gambar 2.12. Tugendhat House Sumber : http://www.ronenbekerman.com/wp-content/uploads/2011/09/01_xoio_tugendhat_uebere
ck.jpg
Gambar 2.13. Crown Hall Sumber :
Gambar 2.14. Seagram Building Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/ 01/Seagrambuilding.jpg
Gambar 2.15. Lake Shore Drive Sumber : http://www.e-architect.co.uk/wp-
content/uploads/2010/03/lake-shore-drive-towers-1.jpg
Walter Gropius (tradisional)
Gambar 2.16. Fagus Factory, Alfeld-an-der-Line
Sumber :
http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-
-Awal pembentukan ruang adalah dimulai dari suasananya, baru setelah itu beralih pada fungsi. Keindahan
ditemukan dari produk industri dan bukan dari alam.
Gambar 2.17. Village College Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/ 36/Maxwell_Fry_Gropius_Impington_Village_Colle
ge_front_2006.jpg
Gambar 2.18. Gropius House Sumber :
http://www.bc.edu/bc_org/avp/cas/fnart/fa267/gropiu s/gropius1.jpg
Gambar 2.19. Bauhaus Sumber :
http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building25 72/media/media_60759.jpg
bangunan, sesuai dengan pola perletakan ruang yang urut berdasarkan sequence proses kegiatan
Gambar 2.20. Michael reese hospital Sumber :
http://farm2.static.flickr.com/1189/5162103634_6f43 cc5eeb.jpg
Gambar 2.21. Hardvard graduate center Sumber :
https://farm4.staticflickr.com/3646/3477475296_199 2585f92.jpg
BAB III METODOLOGI
3.1. Jenis Penelitian
Metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan cara
mengumpulkan data-data primer yang mencakup didalamnya berupa studi
literatur dan observasi lapangan yang kemudian dari data-data tersebut diperoleh
data-data mengenai landasan teoritis dan informasi mengenai data-data dari
bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City. Selanjutnya data-data
tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Yang mana secara
garis besar metode yang dipakai untuk mendapatkan data dan informasi
selengkapnya mengenai kondisi fisik dan non fisik.
Pada tahap awal dilakukan dengan mendeskripsikan latar belakang
penelitian untuk pengungkapan fakta dilapangan kemudian dirumuskan masalah
yang terjadi untuk menjadi tujuan penelitian. Tahap observasi lapangan dilakukan
dalam hal mendapatkan kategorisasi bangunan ruko modern yang menjadi obyek
studi pada kawasan tersebut. Selanjutnya dilakukan kajian dengan menggunakan
metode kualitatif. Moleong (2000) mengemukakan bahwa dalam pandangan
fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
3.2. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah meneliti Karakteristik
Bagya City di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,
Indoneesia.
Variable Sub Variabel Metode Penelitian
Volume
Contoh bangunan arsitektur
modern karya arsitek dunia
Ludwig Mies Van De Rohe,
Walter Gropius
dan
Tampilan Ruko Bangunan Ruko
Survey Visual Keteraturan
Penghindaran Penggunaan
Ornamen
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Proses analisis ini dilakukan berdasarkan keterangan dari variabel dan sub
variabel penelitian yang sudah ditentukan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Menganalisa karakteristik arsitektur modern dan nilai estetika pada
bangunan ruko yang berada di Citra Land Bagya City yang telah di tentukan di
awal penelitian. Dengan menggunakan proses pengumpulan data bangunan ruko
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala yang diselidiki (Narbuko dan
Achmad dalam Ratnatami, 2005)
Menurut Nasution dalam Ratnatami (2005) prosedur pengumpulan data
yang didasarkan pada prosedur kualitatif dengan pengumpulan data secara
obyektif, peneliti menjadi instrument yang utama dalam penelitian, artinya
observasi dan data-data yang ada, baik data literature maupun dari responden
terpilih akan diolah oleh peneliti. Dimana control obyektifitas penelitian
dilakukan melalui teknik observasi.
3.4. Kawasan Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara.bersebrangan dengan jalan Tol Belmera seperti terlihat
pada gambar 3.1. dan bangunan ruko Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari
kampus Unimed dan IAIN Sumatera Utara.
Gambar 3.1. Peta Indonesia
Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian
Sumber : google map
Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Sumber : (Survey Lapangan, 2015)
3.5. Metode Analisis Data
Menurut Badgan dan Biklen dalam Ratnatami (2005) analisis data adalah
proses mencari dan mengatur secara sisitematis traskip interview, catatan
mempresentasikan temuan penelitian. Secara substansial, ini menunjukan
bahwa didalam analisis data terkandung muatan pengumpulan dan
interpretasi data.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data
adalah (Mukhtar dan Erna Widodo, 2000 : 129)
1. membuat catatan dan komentar data mentah.
2. membuat memo dan rangkuman data.
BAB IV
DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN
4.1. Kawasan Penelitian
Studi kasus yang diteliti dalam penelitian ini merupakan kawasan yang
memiliki perkembangan pembangunan arsitektur modern. Berdasarkan kreteria
pemilihan kawasan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka
bentuk arsitektur modern yang akan diteliti adalah kawasan bangunan ruko Citra
Land Bagya City yang berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, Indonesia seperti pada gambar (4.2. Lokasi Bangunan ruko Citra
Land Bagy City) dan berseberangan dengan jalan Tol Belmera dan bangunan ruko
Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari kampus Unimed dan IAIN Sumatera
Utara.
Gambar 4.1. Peta Indonesia
Gambar 4.2. Peta Lokasi Bangunan Ruko Citra Land Bagya City
4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City
Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Sumber : (survey Lapangan, 2015)
Pada kompleks bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa
macam type ruko, beberapa bangunan ruko memiliki tampilan dan bentukan yang
berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type, yaitu
type A, type B, type C. Bangunan ruko type A seperti yang terlihat pada gambar
4.3. memiliki gaya tersendiri pada tampilannya, tidak memiliki banyak warna
pada tampilan dan bangunan ruko type ini memiliki bentukan yang sedikit
Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type C, bangunan ruko type C ini
lebih banyak jumlah unitnya dari type ruko yang lainnya,
Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type A, bangunan ini
tepat berada pada bagian depan site, menghadap jalan. Ruko type A ini lebih
sedikit jumlah unitnya dari pada type yang lainnya
Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type B, bangunan ini berada di bagian tengah site yang saling
berbeda, dengan penambahan kanopi pada atas bangunan memberikan nilai
estetika.
Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A Sumber : (Data Pribadi, 2015)
Gambar 4.5. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type A
Sedangkan pada bangunan type B seperti yang terlihat pada gambar 4.6.
pada bangunan ruko ini terlihat penggunaan bahan maeterial pada tampilannya,
pada bagian atas fasade juga diberikan penambahan atap dan memberikan
perbedaan warna pada tampilan sehingga memberikan ciri khas sendiri pada
bangunan ruko Citra Land Bagya City.
Gambar 4.6. Gambar Denah dan Tampak Ruko Bagya City Type B Sumber : (Data Pribadi, 2015)
Pada bangunan type C seperti yang terlihat pada gambar 4.8. bangunan
ruko ini hanya memberikan perbedaan pada tampilan yang menggunakan berbagai
macam warna agar memberikan irama dan keindahan pada fasade bangunan.
Sehingga dapat disimpulkan dari ketiga type bangunan ruko Citra Land
Bagya City menggunakan material yang sama, hanya perbedaan warna dan
bentukan pada fasadenya.
Gambar 4.8. Gambar Dan Denah Ruko Bagya City Type C Sumber : (Data Pribadi, 2015)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisa Prinsip Internasional Style
International Style gaya arsitektur yang mulai mengalami perkembangan
di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1920 dan 30-an, istilah International
Style pertama kali digunakan pada tahun 1932. Dengan munculnya prinsip-prinsip
International Style (Arsitektur Sebagai Volume, Keteraturan, Penghindaran
Penggunaan Ornamen) yang menjadi acuan para arsitek pada pendesainan
karyanya.
Arsitek Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe yang melakukan
perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru, karya-karya mereka
didasari dengan adanya prinsip-prinsip International Style.
5.1.1 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Walter Gropius
Walter Gropius merupakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, dia
merupakan pendiri sekolah Bauhaus bersama Ludwig Mies Van De Rohe dan Le
Corbusier. Melalui dengan mendirikan sekolah, pada prinsipnya ia menekankan
5.1.1.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain arsitektur
sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius
untuk melihat pengaruh prinsip International Style.
Walter luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap
luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap
bangunan Harvard Graduate Center
menggunakan atap datar.
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan diatas ditemukan kesimpulan yang
mendasari terbentuknya volume yaitu dengan adanya lantai, dinding dan atap. Dari analisa diatas bangunan Walter Gropius tersebut pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.
Table 5.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius
5.1.1.2 Analisa Bersdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan
dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat
pengaruh prinsip International Style.
Denah Bangunan Karya Arsitek Walter Gropius
Prinsip International Style
juga terlihat dari bentuk juga tampak teratur, dan menggunakan atap datar, pada bentukan denah tidak terlihat penerapan skema simetris pada bangunan Village College.
Keteraturan pada kolom juga terlihat pada denah menggunakan juga terlihat dari bentuk denah bangunan skema simetris dan juga penggunaan atap datar pada bangunan Michael Reese Hospital terlihat jelas pada tampilannya, dapat juga dilihat dari bentuk denah bangunan tersebut. Perletakan jarak antar kolom juga terlihat teratur karena jarak antar kolom juga terlihat teratur pada denah karena
simetris pada bangunan Harvard Graduate Center tidak terlihat pada tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.
KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dapat dilihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul, terlihat juga pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris dinyatakan dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter Gropius lebih banyak tidak menggunakan skema simetris pada tampilannya. Table 5.2 Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius
5.1.1.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada
Karya Arsitek Walter Gropius
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain penghindaran
penggunaan ornament dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter
Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.
Penghindaran
penggunaan ornament pada bangunan Harvard Graduate Center terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Walter Gropius penggunaan ornament
pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style.
Table 5.3 Pengindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter Gropius
5.1.2 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Ludwig Mies Van De Rohe merupakan seorang arsitek berkebangsaan
Jerman, Ludwig Mies Van De Rohe bersama Walter Gropius dan Le Corbusier
dikenal luas sebagai para printis arsitektur modern. Ia menjadi warga Negara
Amerika pada tahun 1944 dan 30 tahun menjadi seorang seorang arsitek Amerika
yang lebih menampilkan struktural. Mies berupaya menetapkan gaya arsitektur
baru yang mampu mewakili zaman modern.
5.1.2.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur
sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies
Ludwig Mies Van De Rohe
Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Bangunan Crown Hall terihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Crown Hall juga
menggunakan atap datar. Bangunan Seagram luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Seagram Building juga
menggunakan atap datar.
Bangunan Lake Shore luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Seagram Building juga