• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN SELF CONCEPT PADA ANAK TUNADAKSA MELALUI TERAPI BERMAIN KELOMPOK(GROUP PLAY THERAPY )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN SELF CONCEPT PADA ANAK TUNADAKSA MELALUI TERAPI BERMAIN KELOMPOK(GROUP PLAY THERAPY )"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN SELF CONCEPT PADA ANAK TUNADAKSA MELALUI

TERAPI BERMAIN KELOMPOK(GROUP PLAY THERAPY )

Oleh: Maryam Aria Arifin ( 02810073 )

Psychology

Dibuat: 2007-04-17 , dengan 3 file(s).

Keywords: bermain, play teraphy, konsep diri, tuna daksa

Bermain adalah dunia anak. Dengan bermain anak akan mengenal dunia dan lingkungannya, berkesempatan untuk belajar memecahkan masalah dan mengembangkan kreativitasnya. Menurut para ahli, ada beberapa jenis permainan yang dilakukan oleh anak-anak yaitu salah satunya adalah jenis permainan pura-pura yang menjadi objek penelitian ini.

Anak-anak yang memiliki konsep diri yang negatif seperti halnya yang biasa dialami oleh anak tuna daksa memerlukan suatu penanganan khusus (terapi). Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa metode untuk melakukan terapi bagi anak-anak yang bermasalah ini. Seperti halnya Piaget dan Anna Freud dalam menangani anak-anak yang memiliki masalah secara psikologis lebih memilih menggunakan bermain sebagai sarana terapinya. Menurut Berlin (dalam Reid dan Schaefer,1986:197) bahwa seringkali terapi bermain merupakan sarana untuk berkomunikasi secara nonverbal bagi anak-anak yang bermasalah tersebut, sehingga bagi anak seringkali cara ini lebih mudah diterima dan lebih efektif daripada dengan jalan “nasihat”. Dengan terapi bermain, anak merasa dirinya bukan sebagai objek perlakuan (treatment) tetapi sebagai

subjeknya, anak bukan sebagai „tertuduh‟ atau „pesakitan‟ tetapi sebagai patner untuk mencari solusi terbaik dari masalah yang sedang dihadapinya.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana efektivitas terapi bermain (play teraphy) dapat mengembangkan konsep diri (self concept) yang positif pada anak tuna daksa Metode eksperimen penelitian melakukan perlakuan terapi bermain kepada responden yang memiliki cacat tuna daksa usia 9-12 tahun. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah uji diskriminan atau uji beda dengan uji t. Berdasarkan hasil eksperimen dan analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut:

Terapi bermain secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan konsep diri anak tuna daksa yang rendah. Kesimpulan tersebut didasarkan nilai uji t hitung sebesar -7,176 pada tingkat signifikansi (p = 0,001) yang berarti bahwa terdapat perbedaan konsep diri anak tuna daksa secara signifikan antara sebelum terapi bermain dengan setelah terapi bermain. Adapun pada kelompok kontrol ditunjukkan t hitung sebesar -2,000 dengan tingkat signifikansi (p 0,102>nilai p 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah terapi bermain.

Abstract

Playing is a child's world. By playing the child will know the world and the environment, the opportunity to learn to solve problems and develop creativity. According to experts, there are several types of games

(2)

children with this problem. Just as Piaget and Anna Freud in dealing with children who have psychological problems prefer to use play as a means of therapy. According to Berlin (in Reid and

Schaefer, 1986:197) that often play therapy is a nonverbal means to communicate to children with problems, so for children in this way is often more readily accepted and more effective than by way of "advice". With play therapy, the child feels himself not as an object of treatment (treatment), but as her subject, the child not as a 'suspect' or 'prisoner' but as a partner to find the best solution to the problem at hand.

The purpose of this study was to determine the extent to which the effectiveness of play therapy (play

teraphy) to develop the concept of self (self concept) is positive on disabled children experimental method of research to do play therapy treatment to the respondent who has a disabled disability aged 9-12 years. While the analytical technique used is discriminant tests or different test with t test Based on the results of experiments and data analysis can be summarized as follows:

Play therapy have significant impacts on improving disabled children's self-concept is low. Conclusions are based test value t calculate equal to -7.176 at a significance level (p = 0.001) which means that there

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilakukan dengan adanya pembinaan dengan metode terapi aktifitas bermain yang bisa di terapkan ke dalam manajemen pendidikan dan pembinaan di

Nilai p = 0,000 yang kurang dari α (0,005) yang artinya terdapat pengaruh terapi bermain cooperative play : monopoli terhadap interaksi sosial anak retardasi mental sedang

Untuk meningkatkan kreativitas anak melalui bermain play dough pada. anak kelompok B di TKIT Al Hasna Manjung

meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus, pengenalan berbagai konsep seperti warna, bentuk, ukuran, arah dan ruang, terapi bermain juga dapat melatih konsentrasi atau

Saran yang dapat penulis kemukakan adalah: (1) Guru bahasa Jepang dapat terus mengembangkan metode bermain peran (role play) dalam materi- materi yang lain dengan

Analisis bivariat ini menggunakan uji Wilcoxon untuk menguji perbedaan tingkat kecemasan anak usia pra sekolah sebelum dan sesudah terapi bermain role play saat

dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Terapi Bermain Pretend Play terhadap Perkembangan Kognitif anak Retardasi Mental Ringan di SLB Bhakti

v PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING TERAPI BERMAIN DOKTER-DOKTERAN MEDICAL PLAY UNTUK MENGATASI KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH Pricilia Dewi Sulistyawati