SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SELI PURNAMASARI
NIM : 109015000153
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
PItr,AJARA.N TF3!
Skripsi
Diajukan Kepada Faki*tas llmu Tarbiyah dan Ksgu*:an
Untuk Memenuhi Persyaratan Mempercleh
Gelar Sarjana Pendidikan {S.Pd)
Oleh:
Seli. FUI'nemasari
\-t\, !nalnlinr-rfilil .\t,!I. iU7q.J I J'JL'U t JJ
Yang Mengesahkan,
Fembirrbiug
II
nkl
t
u-{
Pembimbingl*-*t**t*-/
t-/Dr. Iwan ilurwanto"
M.8j
\lP:
i97-10424 2C0801 IBi:
Annjsa l\'indarri " &i. Sfl
\;rP. -\ri , t TSLVUV& lOSl('lQn? ](tl'i r")1 r fril{ -Ut r\/,
b'.t\'-JURUSAI\I PENDIDIKA}T IPSIEKONOMI TAKULTAS
ILMU
TARBTYAH DATI KEGURUAITI,
TIIN SYARIF I{TDAYATIJLLAH1
LEMBAR
PENGESAHAN
Skripsi
yang
heriLrduI PeningkatanHasil
Belajar Sisrva MelaiLri ]lodel Pernbelajaran 'ferbalik (Recipracal Teaching) Pada Mata Pelajaran IPS disusun oleh Seli Purnamasari, Nomor induk Mahasiswa 109015000153" diajukan kepada Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinvatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 24 Maret 2014 di hadapan deu,an penguji. Karena itulah, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS"Jakarta, 11 April 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. Iu,an Purrvanto. M.Pd
NrP.19730424 200801 I 012
Sekeftaris (Sekertaris Jurusan/Prodi)
Drs. H. Syaripulloh. M.Si
NrP.19670909 200701 I 033 Penguji I
Drs. Nurochim. M.M
NIP.t9s907ls 198403 1 003 PengLrji II
Mochamrnad Noviadi Nugroho, M.Pd
NIP. 1 9761 1 18 201 101 1 006
Tanggal
Tandatangan -24
Mengetahui:
Drkan Fal<ultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan
Ph.D Nurlen4Xifa'i, MA,
Nama
Nirn
Jurusan
Alamat
NamaPembimtrirg i !.rIt]
i{arru. ffernbinii:ing
ii
Dr. lwan Pufirramto, M.Pd 19730424 200801 1 &12 Aaissa Wi$dsrti, M.St, i982S8S2 zrt1trfil? 0$5 : Seli Pumamasari
: i09015000153
: Pendidikan IPS
: Jln. H. Mawi, Gg. H. Sairun Rt. 03 Rw. 05 No.36 Kp. Jati Fanrng-Bogor
}IE$YATAKA}T
DENGAN SESUNGGUHNYABahu'a skripsi yang berjudul Peningkatan Hasit Belajar Siswa Menggunakan
llodel
, . \ 6 I ll-a, n-t.-!--,--- fn3 --t,-1.-L L-..,-^- L--,":1 rcmDCaAJArAn ierDAltI{ lKeclprotgi teil{:nrngl rau& r}r8ra relirJarafflr3
iJuilliut usrlili rri*ri karya sendiri di bawah bimbingan dosen:Demikian $&rai psntyataaa dari saya buat dengar sesurrgglliutyarian saya siap menerima segala kcnsekue*si apabiia tsrbukti beirwa skripsi ini bukan hasit karya seridiri
Jakarta, Ja*$*ci 2014 Yarrg Menyatakan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-5 pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Instrumen yang digunakan berupa wawancara,
Pretest dan Postest, lembar observasi guru dan siswa. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 77. Dari hasil penelitian, pada siklus pertama ketuntasan belajar siswa yang dicapai yaitu sebanyak 71%, dan siklus kedua sebanyak 100 %, dimana peningkatan persentase hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 29%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat melalui model
pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Serta memiliki kelebihan
Mengembangkan kreativitas siswa, Memupuk kerjasama antara siswa dan
Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap.
Sciences , Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
This study is an action research conducted in two cycles . Each cycle consists of planning , implementation, observation and reflection. The subjects were students of class VIII - 5 junior Parung Islamic Academic Year 2012/2013. This study aims to determine the improvement of learning outcomes - 5 eighth grade students in social studies through learning model Reversed (Reciprocal Teaching). The instrument used in the form of interviews, pretest and posttest, teacher and student observation sheet. Indicator of the success of this study of mastery learning students achieve mastery criteria Minimum value ( KKM ) is 77. From the research, the first cycle of students who achieved mastery learning is as much as 71 %, and the second cycle of 100 %, which increases the percentage of student learning outcomes from the first cycle to the second cycle reaches 29 %. Based on these results, it can be concluded that student learning outcomes in social studies can be increased through the learning model Reversed (Reciprocal Teaching). As well as having excess Developing students' creativity, Nurturing Growing cooperation between students and gifted students, especially in speaking and developing an attitude.
i Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Syukur Alhamdulilah, segala puja serta puji hanya milik Allah SWT yang
telah menganugerahkan karunia yang begitu besar kepada manusia, berupa iman,
kesehatan, dan ilmu. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada pimpinan para
rasul dan hambanya yang setia melaksanakan perintah serta sunnahnya.
Dengan desakan waktu dan pikiran yang fokus yang mendorong
menyelesaikanskripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching) ini dapat selesai.
Selesainya skripsi ini juga tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta
bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang
dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang peneliti ucapkan kepada:
1. Nurlena Rifa’i MA.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing Pertama Skripsi penulis yang telah memberikan banyak
nasihat, arahan dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
3. Annisa Windarti, M.Sc., sebagai pembimbing kedua skripsi, terimakasih atas
segala bimbingan, saran, pengarahan, ilmu, waktu, serta motivasinya kepada
ii
5. Bapak Yayan Herdiyana Yazid, S.Pd selaku kepala SMP Islam Parung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP
Islam Parung
6. Masyarakat SMP Islam Parung yang telah membantu diperolehnya data-data
yang dibutuhkan dalam laporan penelitian skripsi ini khususnya guru IPS
Bapak Dery Prima Rohendy, S.E dan Bapak Ajat Sudrajat, S.E yang telah
banyak membatu dalam penelitian ini, terima kasih atas pelajaran hidup yang
dibagi. Serta siswa-siswi kelas VIII-5 yang seru dan asik serta kritis, terima
kasih atas kebersamaannya. Karyawan Tata usaha yang telah memberikan
pelayanan administrasi guna memperoleh data-data yang dibutuhkan.
7. Orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang yang tak pernah usai
tulus dan cintanya tak akan mampu terbalaskan yaitu mama Welas Asih dan
bapak Asrep Dwi Anggoro semoga Allah memberikan keberkahan dalam
hidup kalian.
8. Adinda Chintia Kusuma Ningrum yang peneliti sangat sayangi.
9. Sahabat terbaik, Reni Novita, Eneng Euis Sholihat, Siti Akmaliah, dan Tri
Wahyuningsih. Yang selama ini selalu bersama baik susah maupun senang.
Terima kasih sudah mau menjadi sahabat terbaik peneliti semoga
persahabatan ini abadi untuk selamanya.
10. Semua teman-teman seperjuangan Jurusan IPS angkatan 2009, serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung
dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.
11. Terimakasih pula peneliti ucapkan kepada Mila Zulfiah, Ratna Marlianti,
Nurmalina, dan Riyadlul jannah yang telah berbagi informasi dalam
iii
berdo’a mudah-mudahan segala kebaikan yang diberikan memperoleh ganjaran amal
kebajikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Mudah-mudahan penelitian skripsi
ini dapat bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi pembaca.
Alhamdulillahirrobil’Alamiin
Jakarta, Januari 2014
iv
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vii
Daftar Diagram ... viii
Daftar Lampiran... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS, PENGAJUAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 8
A. Acuan Teori ... 8
1. Hasil Belajar... 8
2. Pengertian Belajar ... 8
a. Ciri-Ciri Belajar ... 10
b. Tipe Kegiatan Belajar ... 10
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar ... 12
v
b. Langkah-Langkah TeknikScaffolding ... 18
c. Tahapan Kegiatan PengajaranReciprocal Teaching ... 18
d. Kelebihan Dan KelemahanReciprocal Teaching ... 20
e. Prinsip Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching) ... 21
4. Pembelajaran IPS ... 23
a. Pengertian IPS ... 23
b. Karakteristik IPS ... 24
c. Disiplin Ilmu-Ilmu Sosial... 25
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 26
C. Kerangka Berpikir ... 27
D. Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 30
B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan ... 30
C. Subjek/Partisipan Yang Terlibat Dalam Penelitian ... 31
D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 31
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 31
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 35
G. Data Dan Sumber Data ... 36
H. Instrumen Penelitian ... 36
I. Teknik Pengumpulan Data ... 37
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan(Trustworthiness)Studi... 38
K. Analisis Data Dan Interpensi Hasil Analisis ... 45
vi
1. Sejarah singkat SMP Islam Parung... 47
2. Visi, Misi dan Strategi ... 49
3. Data sekolah... 50
B. Pemeriksa Keabsahan Data ... 56
1. Siklus I ... 57
2. Siklus II... 67
C. Pembahasan temuan hasil penelitian ... 82
BAB V PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
vii
Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Realibilitas Instrumen... 43
Tabel 3.4 Interprestasi Tingkat Kesukaran ... 44
Tabel 3.5 Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP) ... 46
Tabel 4.1 Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir ... 51
Tabel 4.2 Data Siswa Menurut Jenis Kelamin... 52
Tabel 4.3 Data Ruang Kelas ... 53
Tabel 4.4 Data Ruang Lainnya ... 53
Tabel 4.5 Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha ... 54
Tabel 4.6 Tugas Mengajar dan Jumlah Jam Mengajar SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 54
Tabel 4.7 Lembar Observasi aktivitas guru Siklus I... 59
Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I... 61
Tabel 4.9 Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I ... 62
Tabel 4.10 Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 64
Tabel 4.11 Lembar Observasi aktivitas guru Siklus II ... 69
Tabel 4.12 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ... 71
Tabel 4.13 Persentase Ketercapaian Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II... 72
Tabel 4.14 Hasil Wawancara Responden Siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung Setelah Pelaksanaan PTK ... 74
Tabel 4.15 Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 77
viii
Gambar 4.3 Perbandingan N-Gain Siklus I dan siklus II... 80
ix
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Siklus I
Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Siklus II
Lampiran 5 Soal Pretes dan Postes Sebelum Validitas
Lampiran 6 Hasil Belajar Siklus I
Lampiran 7 Hasil Belajar Siklus II
Lampiran 8 Soal Pretes dan Postes Siklus I
Lampiran 9 Soal Pretes dan Postes Siklus II
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus I
Lampiran 11 Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II
Lampiran 14 Pedoman Wawancara Dengan Guru IPS Pada Saat Observasi
Lampiran 15 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Pada Saat Observasi
Lampiran 16 Pedoman Wawancara Dengan Siswa Setelah Tindakan
Lampiran 17 Hasil Wawancara Observasi Dengan Guru Mata Pelajaran IPS
x Lampiran 21 Reabilitas Tes
Lampiran 22 Tingkat Kesukaran
1 A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk Allah SWT, telah dikaruniai Allah SWT
kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar
dengannya manusia mampu bertahan hidup serta memajukan kesejahteraannya.
Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya
merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang.
Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak
lain adalah pendidikan. “Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan”.1
Dari rumusan di atas nyatalah bahwa pendidikan yang sebenarnya berlaku
dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak, jadi yang kita tuju dengan
pendidikan kita adalah kedewasaan si anak. Tidaklah mungkin pendidik
membawa anak-anak kepada kedewasaannya jika pendidik sendiri tidak dewasa.
1
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kegiatan pendidikan
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia
tentang perubahan dan perkembangan dapat terpenuhi. Berdasarkan tujuan
pendidikan nasional pada undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional Bab II pasal 3 yaitu :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.2
Demi mewujudkan tujuan pendidikan yang dikemukakan di atas seorang
pendidik dituntut mempunyai kualitas yang baik. Karena pendidikan
mempunyai tugas yang mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa demi memajukan dunia pendidikan
nasional. Semua hal tersebut dapat dilakukan melalui proses kegiatan belajar
mengajar. “Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri”.3
Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, akan tetapi hasilnya
tergantung pada kegiatan proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
2
Undang-Undang Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006) hal.8
3
Sampai saat ini pendidikan nasional yang diharapkan masih belum tercapai
dengan baik. Faktanya masih banyak guru yang menggunakan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru. Contohnya metode ceramah dan
pemberian tugas, metode yang berpusat pada guru tersebut membuat siswa
menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran, karena berdasarkan
pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di SMP Islam Parung
masih banyak siswa yang bercanda dan mengobrol ketika proses pembelajaran
berlangsung sehingga proses pembelajaran di kelas tidak kondusif dan metode
yang berpusat pada guru faktanya tidak dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangan persepsinya.
Permasalahan yang peneliti tuliskan di atas menyebabkan hasil belajar siswa
rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS dimana nilai siswa berada di bawah
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang mana pada mata pelajaran IPS
sebesar 77. Hal ini menunjukan kurangnya model pembelajaran yang menarik
sehingga membuat siswa merasa bosan karena selama ini pembelajaran IPS
dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hapalan semata,
sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS siswa di sekolah.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain motivasi belajar,
intelegensi, kebiasaan, dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang terdapat dari luar peserta didik, seperti guru, strategi pembelajaran,
sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Rendahnya hasil belajar siswa SMP Islam Parung dikarenakan kurang
tepatnya penggunaan model pembelajaran oleh guru yang bersangkutan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model-model
pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran berpusat pada siswa.
pembelajaran diharapkan mampu mengurangi kejenuhan siswa didalam proses
belajar mengajar. Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat
agar dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang aktif
“Model-model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran dikelas atau yang lain”.4
Model pembelajaran kooperatif model Reciprocal Teaching merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam strategi yang memberikan
kesempatan siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya,
melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun pertanyaan
atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan memprediksikannya. Model
Reciprocal Teaching ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS. Selanjutnya model pembelajaranreciprocal teaching
mengutamakan peran aktif siswa dalam meningkatkan mutu belajar dan hasil
belajar
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk memecahkan
masalah yang ada di dalam kelas VIII-5 SMP Islam Parung. Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching)Pada Mata Pelajaran IPS”.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1 Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan pemberian
tugas.
2 Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan persepsinya.
3 Hasil belajar siswa rendah.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini
dibatasi pada :
1. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru
cenderung menggunakan model ceramah pada setiap pembelajaran.
D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang dijelaskan, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah metode Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Islam parung kelas VIII-5?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)pada mata pelajaran
IPS
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, baik
a. Manfaat Teoritis
1) Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan
khususnya.
2) Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih
pengetahuan tentang model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Sebagai referensi dan sumber acuan untuk peneliti-peneliti yang akan
datang.
3) Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model pembelajaran
terbalik (Reciprocal Teaching) untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi siswa.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
a) Memberikan konstruktivisme model pembelajaran terbalik(Reciprocal
Teaching)untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan
dalam proses pembelajaran IPS.
c) Dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada mata
pelajaran IPS sehingga hasil belajar meningkat.
2) Bagi guru
a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPS dalam melakukan
aktivitas belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.
b) Membantu guru IPS dalam melakukan perbaikan metode mengajar
yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan
bermakna.
c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan
3) Bagi Sekolah
a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan, terutama
kebijakan pembelajaran.
b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru.
c) Memberikan sumbangsih pada sekolah dalam menghasilkan guru-guru
yang kreatif.
4) Bagi Peneliti
a) Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam penggunaan
model pembelajaran yang sesuai dalam sebuah pembelajaran.
b) Menambah wawasan dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui
8 A. Acuan Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Kata belajar berarti perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat
adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman
dan latihan.Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.1
“Belajar (Learning)adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi
sampai ke liang lahat nanti”.2Bahkan hal ini dijelaskan dalam hadis yang
berbunyi “utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi”.
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam
lingkungannya”.3
1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 5.
2
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 62
3
Witherington, dalam buku Education Psychology mengemukakan
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.4
Menurut Slameto “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.5
Adapun menurut Hamzah belajar adalah ”Perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktek atau penguatan (reinforce practice) yang dilandasi tujuan untuk
mencapai tujuan tertentu”.6
Sedangkan Garry dan Kisley menyatakan bahwa “belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui pengalaman dan
latihan-latihan”.7
Winkel mengemukakan bahwa belajar adalah “Suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan,pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.8
Menurut Oemar Hamalik bahwa belajar adalah “Modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.9
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa melalui pengalaman dan latihan-latihan. Belajar akan dikatakan berhasil apabila
seseorang mampu mengulangi kembali materi-materi yang telah
4
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1990), cetakan 5, hal 84
5
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 2.
6
Hamzah B. Uno,Teori Motivasi Dan Pengukurannya,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23
7
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h. 100.
8
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 5
9
dipelajarinya, serta mampu menyampaikan dan mengekspresikannya
dalam bahasa sendiri. Secara psikologis, bahwa orang belajar ada
kaitannya dengan kematangan baik jasmaniah maupun rohaniahnya.
Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan tingkah
laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut
berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan,
pemahaman, dan apersepsi. Adapun pengalaman dalam proses belajar
ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya.
b. Ciri–Ciri Belajar
Terdapat ciri-ciri dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu
perkembangan tertentu.
b. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah metode dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik, adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
d. Aktor guru yang cermat dan tepat.
e. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing-masing.
f. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
g. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.10
c. Tipe Kegiatan Belajar
Menurut Gagne tipe-tipe kegiatan belajar dibagai menjadi delapan yaitu :
a. Belajar Isyarat(Signal Learning)
Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespon suatu isyarat. Jadi respon yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe kegiatan belajar ini menekankanbelajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.Seperti menutup mulut dengan jari telunjuk, melambaikan tangan dll.
b. Belajar Stimulus–Respons(Stimulus Respons Learning)
10
Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran, misalnya mencium bau masakan sedap, keluar air liur.
c. Belajar Rangkaian(Chaining)
Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respon yang berkaitan dengan stimulus tersebut. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik ; seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu. d. Asosiasi Verbal(Verbal Association)
Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dengan stimulus yang disampaikan secara lisan. Seperti suatu kalimat“unsur itu berbangun limas”
e. Belajar Diskriminasi(Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, bintang, atau tumbuh-tumbuhan.
f. Belajar Konsep(Concept Learning)
Tipe ini belajar menggunakan konsep. Konsep diperoleh dari membuat tafsiran terhadap fakta dan realita.Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang, menurut ciri-ciri khusus (Kelas), seperti kelas mamalia, reptilian, amphibian, burung, dan ikan.
g. Belajar Aturan(Rule Learning)
Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran disekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat.
h. Belajar Pemecahan Masalah(Problem Solving Learning)
Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik
memiliki kemampuan atau kecakapan dalam pemecahan masalah.11
Dari penjelasan tipe-tipe di atas maka pembelajaran IPS termasuk
dalam tipe belajar konsep (Concept Learning) karena pelajaran IPS
mempelajari konsep-konsep tentang fakta atau realita yang ada di dalam
masyarakat.
11
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
1) Faktor Internal
a. Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan
membantu dalam proses dan hasil belajar. Bahkan dikatakan
oleh Aminuddin Rasyad pancaindera merupakan pintu gerbang
ilmu pengetahuan(five sense are the golden gate of knowledge).
Artinya, kondisi panca indera tersebut akan memberikan
pengaruh pada proses dan hasil belajar.12
b. Faktor Psikologis
Kondisi psikologis setiap manusia atau anak didik
berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam jenis, tentunya
perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh terhadap proses dan
hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis
yang dapat diuraikan di antaranya meliputi intelegensi,
perhatian, minat, dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan
daya nalar.
2) Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan
sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia
maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar.
12
b. Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainnya tujuan-tujuan belajar yang telah
direncanakan.
e. Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris”.13
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) kemamuan intelektual, (b) strategi kognitif, (c) informasi verbal, (d) keterampilan motorik, (e) sikap dann nilai.14
Menurut Abdurrahman, “Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.15
Sudjana berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
kerjanya”.16
13
Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22
14
Iif Khoiri Ahmadi, dkk.,Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2011), h. 39.
15
Asep Jihad-Abdul Haris,Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multi Press), h. 14
16
Hamalik menyatakan bahwa, “hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”.17
Winkel menyatakan “bahwa, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.18
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang
menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
dilakukannya. Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam
yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diketahui,
diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar baik karena ada
guru yang mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan
lingkungannya untuk belajar. Dalam dunia pendidikan hasil belajar
digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Hasil belajar terlihat dari perubahan
tingkah laku maupun kemampuan kognitifnya.
Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi
atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan
informasi tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap
maupun keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang
sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa.
17
Ahmad Jamalong,Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2012, Vol. 18, h. 398.
18
2. Model Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching )
a. Pengertian model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)
Joyce dan Weil berpendapat bahwa “ Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain”.19
Arends menyatakan, “The term teaching model refrs to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and
management system”.20 Atau dalam bahasa Indonesianya istilah model
pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model-model
pembelajaran adalah suatu rencana yang disiapkan guru untuk melakukan
sebuah pembelajaran agar tercapainya suatu pembelajaran. dan dengan
adanya model pembelajaran ini diharapkan agar bisa mengurangi rasa
kejenuhan siswa didalam kegiatan belajar mengajar.
Contoh model-model pembelajaran sangat beragam sekali
diantaranya seperti (1) model pembelajaran kontekstual; (2) model
pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran kuantum; (4) model
pembelajaran terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah.
Model-model pembelajaran tersebut tentunya mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing untuk itu guru harus memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai agar tercapainya suatu pembelajaran yang
efektif. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus
memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pembelajaran,
19
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 133
20
tingkat pengembangan kognitif siswa, sarana atau fasilitas yang tersedia
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dari model-model pembelajaran yang telah disebutkan di atas, peneliti
menggunakan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Reciprocal Teachingyang pertama dikembangkan oleh Anne Marrie
Polinscar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang
digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik.21
Reciprocal teaching yaitu model pengajaran kelompok kecil yang
didasarkan pada prinsip perumusan pertanyaan melalui pengajaran dan
pemberian contoh, guru menumbuhkan kemampuan metakognisi
terutama untuk meningkatkan kinerja baca siswa yang mempunyai
pemahaman buruk.22
Reciprocal teachingadalah suatu kegiatan pembelajaran yang berupa
dialog antar pelajar atau guru dengan pembelajaran atau siswa mengenai
suatu bacaan.23
Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menuntut guru menjadi
model dan pembantu siswa. Guru mengajarkan keterampilan kognitif
yang penting pada peserta didik dengan cara menciptakan
pengalaman-pengalaman belajar. Guru menciptakan tingkah laku tertentu kemudian
mambantu siswa untuk membangun keterampilan-keterampilan itu
sendiri dengan memberikan rangsangan, dukungan dan sistem yang
mendukung.24
Berdasarkan definisi diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa model pembelajaran terbalik(reciprocal teaching)siswa diajarkan
empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu
21
Ardha Arief, Model Pembelajaran Reciprokal, (Diterbitkan pada 28 Mei 2013), dari http://ardhaphys.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-resiprokal.html
22
Robert E. Slavin,Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik), (Jakarta: Indeks, 2011), cet.1 h.14
23
Marthayunanda,Sekilas Tentang Reciprocal Teaching, (Dirterbitkan pada 29 Oktober 2010), dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2067798-sekilas-tentang-reciprocal-teaching/.
24
merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi
lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Model
pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu model pembelajaran
yang menekankan pada pemahaman mandiri siswa, siswa diminta oleh
guru untuk mambaca teks bacaan materi, kemudian siswa segera
ditetapkan seolah-olah menjadi guru untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang lain sehingga dapat meningkatkan
penguasaan materi pembelajaran. Sedangkan guru mula-mula menjadi
model dalam penerapan model pembelajaran reciprocal teaching
selanjutnya guru menjadiscaffolding.
b. Tahapan kegiatan pengajaranReciprocal Teaching
1. Prosedur Awal
Prosedur awal pengajaran Reciprocal Teaching adalah guru
memperagakan semua langkah pembelajaran Reciprocal Teaching,
lalu membagi kelompok siswa sebanyak 5 orang atau kelipatannya
dalam satu kelompok. Siswa diminta melakukan langkah-langkah
Reciprocalbersama-sama dalam kelompoknya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Reciprocal Teaching
yang digunakan menurut Wellington, adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a) Merangkum materi
b) Membuat pertanyaan
c) Membuat prediksi jawaban
d) Mengklasifikasikan hal-hal yang sulit
Guru kelas melakukan scaffolding, di antaranya bertindak
sebagai anggota kelompok membantu siswa-siswa yang mengalami
kesulitan pada langkah-langkah tertentu. Pendekatan dialogis antara
guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa perlu ditekankan.
Guru dituntut memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan
Reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran
Reciprocal ada saja siswa yang memiliki kecendrungan diam, maka
guru harus memiliki teknik Scaffolding untuk membangkitkan
keaktifan siswa, diantaranya dengan cara mengarahkan,
memberitahu dan menyakinkan siswa peserta tersebut untuk turut
aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu takut untuk
mengungkapkan pendapatnya.
Scaffolding merupakan pemberian bantuan kepada anak selama
tahap-tahap awal perkembangan dan mengurangi bantuan tersebut
dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah anak melakukannya.25
Dapat disimpulkan bahwascaffoldingadalah pemberian bantuan
kepada anak pada tahap pembelajaran berupa arahan, petunjuk,
peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pemecahan, member contoh atau bantuan yang lain yang
memungkinkan siswa tumbuh mandiri, yang diberikan guru sehingga
pembelajaran dapat lebih terarah dengan baik dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Adapun langkah-langkah teknik scaffolding menurut Applebee
dan Langer dalam Priyatni, mengidentifikasi ada lima langkah dalam
pembelajaran dengan menerapkan teknikscaffolding, yaitu:
1. Intentionality yaitu mengelompokkan bagian yang kompleks
yang hendak dikuasai siswa menjadi beberapa bagian yang
spesifik dan jelas. Bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan
untuk mencapai kompetensi secara utuh.
2. Appropriateness yaitu memfokuskan pemberian bantuan pada
aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa secara maksimal.
3. Structure yaitu pemberian model agar siswa dapat belajar dari
model yang ditampilkan.
25
4. Collaboration yaitu guru memberikan respons/balikan terhadap
tugas yang dikerjakan siswa. Peran guru di sini bukan sebagai
evaluator, tetapi sebagai kolaborator.
5. Internalization yaitu pemantapan pemilikan pengetahuan yang
dimiliki siswa agar benar-benar dikuasainya dengan baik.26
2. Prosedur Harian
Dalam tahap kelanjutan pelaksanaannya. Pengajaran terbalik
melalui prosedur harian sebagai berikut :
a. Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan.
b. Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai
guru (model).
c. Siswa diminta membaca dalam hati begian teks yang ditetapkan.
Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraf.
d. Guru memperagakan empat keterampilan setelah semua siswa
selesai membaca.
e. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran
yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.
f. Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan/ paragraf
berikutnya, dan pilih satu siswa yang akan berperan sebagai
“guru-siswa”.
g. Siswa dilatih/ diarahkan berperan sebagai “guru-siswa”
sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan
serta dalam dialog, namun selalu member “guru-siswa” itu
untuk kesempatan memimpin dialog. Memberikan banyak
umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa” untuk peran
sertanya.
h. Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran
dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lain itu
berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru
26
selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada
dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan.27
c. Kelebihan dan KelemahanReciprocal Teaching
Kelebihanreciprocal teachingantara lain :
Abdul Azis mengungkapkan bahwa kelebihan reciprocal teaching
antara lain :
a. Mengembangkan kreativitas siswa.
b. Memupuk kerjasama antara siswa.
c. Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan
mengembangkan sikap.
d. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
e. Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas.
f. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil
kesimpulan dalam waktu singkat.
g. Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan
merasakan perasaan guru pada saat mengadakan pembelajaran
terutama pada saat siswa ramai atau kurang memperhatikan.
h. Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak dan alokasi
waktu yang terbatas.28
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terbalik (reciprocal
Teaching)memiliki kelebihan didalam proses kegiatan belajar mengajar
yaitu saling bekerjasama antara siswa sehingga siswa bisa saling tukar
pendapat dalam proses belajar mengajar serta dapat mengungkapkan
pendapatnya di depan kelas.
Kelemahanreciprocal teachingantara lain:
a. Adanya kurang kesungguhan para siswa yang berperan sebagai
guru menyebabkan tujuan tak tercapai.
27
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka , 2007), cet. 1, h. 96
28
b. Pendengar (siswa yang tak berperan) sering mentertawakan
tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana.
c. Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya
memperhatikan aktifitas siswa yang berperan sebagai guru
membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.29
Dari kelemahan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran terbalik (reciprocal Teaching) memiliki kelemahan yaitu
siswa selalu mentertawakan temannya ketika temannya (siswa yang
berperan sebagai guru) menjelaskan di depan kelas.
e. Prinsip Pembelajaran Terbalik(Reciprocal Teaching)
Pembelajaran terbalik adalah suatu pendekatan konstruktivistik yang
berdasarkan pada pembuatan/pengajuan pertanyaan. Dengan
pembelajaran terbalik dapat menciptakan pengalaman belajar yang
membantu siswa mengembangkan keterampilan kognitif.
Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran terbalik
(reciprocal teaching)dalam pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai
berikut:
1. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. Artinya, dengan
bantuan prinsip-prinsip pedagogik yang kontruktivis yaitu
relevasinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan
siswa terdahulu tetapi siswa harus memiliki minat terhadap subjek
tertentu sehingga memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subjek tertentu. Modal yang besar terhadap sesuatu merupakan modal
besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang
diminati.
2. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan. Artinya, guru konstruktivistik mengorganisasi informasi
seputar problematika konsep, pertanyaan, dan situasi yang
29
mempunyai ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukan dengan
ide-ide atau problem yang dipresentasikan secara sulit/tidak mengerti.
3. Mencari dan menilai pendapat siswa. Artinya, dalam proses belajar
mengajar karakteristik siswa dapat diperhitungkan karena
mempengaruhi jalannya proses dan hasil pembelaan siswa yang
bersangkutan. Maksudnya yaitu siswa akan memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya
dan perspektif yang dipakai dalam menggiatkan prestasinya.
Pemahaman dan karakteristik siswa ini sangat membantu dalam
mencari dan menilai pendapat siswa.
4. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Artinya
belajar menjadi lebih baik jika tuntutan kognitif, sosial dan
emosionaldari kurikulum dapat dicapai oleh para siswa.
5. Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran. Artinya, guru
harus mampu memberikan pertanyaan yang luas agar siswa dapat
mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki tanpa harus terfokus
terhadap satu jawaban saja. Guru harus mempunyai kemampuan
kepribadian dan keterampilan kemasyarakatan dalam proses
pembelajaran (profesional). Guru perlu berupaya untuk meningkatkan
kemampuan-kemampuan pembelajaran siswa.30
3. Pembelajaran IPS
a. Pengertian IPS
“Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau
psikologis untuk tujuan pendidikan”.31
30
Yatim Rianto,Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Refrensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Prenada Media, 2009), hlm. 146-154
31
Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: Merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/Mts/SMPLB mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan terdiri dari materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi sehingga siswa menjadi warganegara Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.32
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan menengah. Dimana sasaran utamanya adalah
pengembangan teritis, seperti yang menjadi penekanan pada socian
science. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS
adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang
bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, serta mata
pelajaran ilmu sosial yang lainnya.
Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenaan
dengan cara manusia, memenuhi kebutuhan kebudayaan-kebudayaan
jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi,
mengatur kesejahteraan, pemerintah dan sebagainya. Sehingga dapat
dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia pada
konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.
Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya
maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus
melakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada
tingkat masing-masing. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar
melainkan lebih jauh keutuhannya sendiri dan sesuai kebutuhan dan
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus pula
menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat.
32
b. Karakteristik IPS
Mata pelajaran IPS memiliki karakteristik yang berbeda dengan
disiplin ilmu-ilmu yang lainnya, biasanya disiplin ilmu lain bersifat
motorik. Adapun karakteristik mata pelajaran IPS menurut Trianto
antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan
agama.
2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari
struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi,
yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok
bahasan atau topic (tema) tertentu.
3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga
menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan
pendekatan interdidipliner dan multidisipliner.
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip
sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan
lingkungan struktur, proses dan masalah sosial upaya-upaya
perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan,
kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.33
c. Disiplin Ilmu-ilmu Sosial
Setidaknya ada beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial yang lama
berkembang antara lain :
1. Antropologi, mempelajari tentang budaya manusia yang dimulai
dari kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum
lahirnya sejarah) sampai kebudayaan pada zaman modern saat ini.
33
2. Ilmu ekonomi, adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya
sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi
keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas.
3. Geografi, mempelajari permukaan bumi dan pengaruhnya oleh
lingkungan fisik. Geografi dibagi : geografi fisik dan geografi
budaya.
4. Sejarah, adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau,
aspek kegiatan manusia dimasa lampau meliputi : politik, hukum,
militer, sosial, keagamaan, kreatifitas, keilmuan, dan intelektual.
5. Ilmu politik, mempelajari kebijakan umum dengan bahasan
perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia didalam
masyarakat.
6. Psikologis, mempelajari perilaku individu-individu dan
kelompok-kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk
meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia.
7. Sosiologi, mempelajari perilaku manusia dalam
kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah hubungan sosial manusia
perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan
dan fungsi dari kelompok dan institusi.34
Dalam penelitian ini peneliti mengambil disiplin ilmu sosial
Ekonomi, dengan materi pelaku ekonomi pada mata pelajaran IPS di
SMP Islam Parung kelas VIII-5
B. Hasil Penelitian yang relevan
1. Penelitian Aini Nur Rahma yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Model Reciprocal Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3
Tangerang Selatan)” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dari penggunaan model Reciprocal Teachingterhadap hasil belajar siswa
34
pada konsep keanekaragaman hayati. Analisis data menggunakan uji-t,
data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh nilai t
hitung sebesar 5,452, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5% dan
derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,99. Sehingga hipotesis alternatif
(Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan
kooperatif modelReciprocal Teachingterhadap hasil belajar siswa.35
2. Penelitian Siti Hajar yang berjudul “Pengaruh Strategi Reciprocal Teaching Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa (penelitian
Eksperimen di MTs Darul Himmah Bojong Sari Depok)” penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah skor motivasi belajar matematika
siswa yang menggunakan Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching
lebih tinggi daripada Strategi Pembelajaran Konvensional. Teknik analisa
dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors untuk menguji normalitas
data populasi, uji fisher untuk menguji homogenitas data populasi dan
uji-t unuji-tuk menguji hipouji-tesis. Dauji-ta hasil perhiuji-tungan perolehan uji-thitung= 4,73
dan dengan menggunakan interpolasi dari tabel distribusi t karena
digunakan uji dua pihak maka kriteria pengujian adalah terima Hojika –
ttabel< thitung< ttabeldan tolak Hodalam harga lain, sehingga skor motivasi
belajar matematika siswa menggunakan Strategi PembelajaranReciprocal
Teachinglebih tinggi daripada Strategi Pembelajaran Konvensional.36
3. Penelitian Ria Sardiyanti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Siswa” penelitian ini mengungkapkam bahwa penerapan
model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningktakan
aktivitas belajar matematika siswa, memberikan respon positif terhadap
35
Aini Nur Rahma, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif ModelReciprocal TeachingTerhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Quasi Eksperimen di SMPN 3 Tangerang Selatan), Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA, Prodi Pendidikan Biologi, FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, Tidak dipublikasikan
36
pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.37
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti semakin yakin
untuk melakukan penelitian ini. Ada beberapa perbedaan antara penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Dari segi tempat,
subjek dan objek penelitian pun sangat berbeda. Peneliti melakukan
penelitian di SMP Islam Parung kelas VIII-5. Variabel yang ada pun berbeda
walaupun sama-sama meneliti hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi
tahu. Dan dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar akan dikatakan berhasil
apabila seseorang mampu mengulangi kembali materi-materi yang telah
dipelajarinya, serta mampu menyampaikan dan mengekspresikannya dalam
bahasa sendiri. Secara psikologis, bahwa orang belajar ada kaitannya dengan
kematangan baik jasmaniah maupun rohaniahnya. Perubahan tersebut dilihat
melalui hasil belajar.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diketahui, diperoleh atau didapat setelah
melalui proses belajar baik karena ada guru yang mengajar ataupun siswa
sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar. Dalam dunia
pendidikan hasil belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan
balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hasil belajar terlihat dari
perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitifnya.
Hasil belajar dapat diketahui dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau
penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi
tentang siswa, baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun
37
keterampilan. Hal ini digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan
dalam menentukan strategi belajar siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
adalah dengan penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada
proses pembelajaran berpusat pada siswa. Model-model pembelajaran
sangat beragam, dengan pemanfaatan model pembelajaran diharapkan
mampu mengurangi kejenuhan siswa didalam proses belajar mengajar.
Untuk itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat
mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang aktif
Model pembelajaran kooperatif model Reciprocal Teaching merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam strategi yang memberikan
kesempatan siswa untuk melakukan analisis terhadap konsep yang dibacanya,
melakukan langkah-langkah berupa pemecahan masalah, menyusun
pertanyaan atau menjelaskan konsep yang dipelajarinya dan
memprediksikannya. Model Reciprocal Teaching ini diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Selanjutnya
model pembelajaran reciprocal teaching mengutamakan peran aktif siswa
dalam meningkatkan mutu belajar dan hasil belajar
Model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan salah
satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Karena model pembelajaran ini menuntut guru menjadi model dan pembantu
siswa, guru mengajarkan keterampilan-keterampilan kognitif yang penting
kepada peserta didik dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman
belajar. Guru mencontohkan tingkah laku tertentu kemudian siswa
membangun keterampilan-keterampilannya sendiri. Jadi, pembelajaran
dengan metode Reciprocal Teaching diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung pada mata pelajaran IPS.
Sehingga, model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Islam Parung pada
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VIII-5 SMP Islam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Parung berlokasi di Jln. Raya
Parung No. 648, Kota Bogor 16330 Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII-5
semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada bulan November 2013.
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Penelitian tindakan
kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan(Planning)
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rancangan perencanaan pembelajran
(RPP) dan instrument penelitian. Instrument penelitian yang digunakan
adalah lembar observasi, pedoman wawancara, dan kisi-kisi instrumen.
2. Tindakan(Acting)
Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching sesuai
dengan RPP yang telah dirancang sebelumnya.
3. Pengamatan(Observing)
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan.
Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi dengan guru kolaborator untuk mengisi
lembar observasi.
4. Refleksi(Reflecting)
Pada tahap ini, data-data pada saat pengamatan dikumpulkan dan
dianalisis secara menyeluruh, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses
refleksi maka dilakukan pengkajian ulang melalui siklus tersebut.
[image:47.612.125.517.404.680.2]Gambar 3.1
Diagram Desain Intervesi Tindakan Kelas1
SIKLUS I
SIKLUS II
1
Husaini Usman dan Purnomo,Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet.2 , h.152
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan Pengamatan
Pelaksanaan
C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-5 SMP Islam Parung
yang berjumlah 28 orang. Satu orang observer terlibat dalam penelitian ini yaitu
guru IPS kelas VIII-5 sebagai pengamat jalannya penelitian
Pada saat pelaksanaan tindakan guru IPS kelas membantu peneliti
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru IPS juga
melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan
tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran
yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk
mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan
berikutnya.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam penelitian
Pada penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan
proses pembelajaran yaitu mengajarkan materi kebutuhan. Peneliti juga membuat
dan merancang rencana kegiatan pembelajaran dan mengevalusi jalannya
kegiatan belajar mengajar (KBM)
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukan penelitian atau
penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang
berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan evaluasi serta analisis refleksi. Setelah dilakukan analisis dan refleksi pada
tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang
diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada
tindakan III, dan seterusnya.
1. Perencanaan Tindakan
Dalam merencanakan tindakan, peneliti dan guru mata pelajaran
berkomunikasi dalam rancangannya. Adapun yang hendak dirancang serta
bersama adalah perangkat pembelajaran meliputi :
a. Skenario pembelajaran dalam bentuk RPP.
b. Instrument penilaian/evaluasi.
c. Instrument observasi tindakan.
d. Membuat media/alat pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukkan minimal dalam dua siklus kegiatan. Masing-masing
siklus terdiri dari 2 x tatap muka, dapat diuraikan sebagai berikut :
Siklus I
Pertemuan I
a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses
pembelajaran.
b. Guru mengabsensi kesiapan belajar siswa.
c. Guru menanyakan kesiapan belajar murid.
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang
diajarkan.
e. Melakukan tes awal (pretes), tujuan untuk mengukur seberapa jauh
siswa memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari.
f. Guru mencontohkan pembelajaranReciprocal Teaching, sehingga murid
memahami apa yang harus dilakukan sebelum dan setelah proses belajar
berakhir.
g. Guru memberikan kesempatan kesempatan murid untuk mengajukan
pertanyaan jika ada hal-hal yang belum dipahami
h. Guru memberikan umpan balik kepada murid.
j. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar, setiap
kelompok diharuskan mendiskusikan, merangkum, membuat
pertanyaan, dan berperan sebagai guru selama kegiatan membaca dalam
kelompok atau dengan kata lain berdiskusi untuk mencari pemecahan
soal dalam LKS.
k. Guru melakukan Scaffolding, bertindak sebagai anggota kelompok
membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah
tertentu
l. Guru menjelaskan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching
akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
m. Guru