• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi fundraising yang dilakukan baziz DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan dana zakat infak dan zakat infak dan sedekah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi fundraising yang dilakukan baziz DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan dana zakat infak dan zakat infak dan sedekah"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENERIMAAN DANA ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah ( S.E.Sy)

Oleh :

ARIF KHAMDAN

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah ( S.E.Sy)

Oleh : ARIF KHAMDAN NIM: 105046101585

Pembimbing

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH,MA,MM NIP. 197107011998032002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

(3)

SEDEKAH telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 25 November 2010 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag ( ……..……….) NIP. 197107011998032002

2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.,MH (………..……..) NIP. 197407252001121001

3. Pembimbing : Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM (……….……...) NIP. 195505051982031012

4. Penguji I : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA (…….………...) NIP. 196912161996031001

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa tulisan ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 September 2010

(5)

i

program strata 1 (S1), konsentrasi Perbankan Syariah, program studi muamalat, fakultas syariah dan hukum , universitas islam negeri (UIN) syarif hidayatullah Jakarta, 2010.

Strategi fundraising adalah strategi yang dilakukan sebuah lembaga untuk mengumpulkan dana. dalam hal lembaga amil zakat maka fundraising dapat di artikan sebagai strategi yang dilakukan sebuah lembaga zakat untuk dapat mengumpulkan/ menggalang dana zakat, infak dan sedekah.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil sebuah kesimpulan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dalam bentuk tidak berstruktur dengan responden yaitu kasubag infokom BAZIS DKI Jakarta Bpk. Sukiyana , S.Sos. sedangkan data skunder diperoleh dari hasil kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Selain membahas tentang strategi fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta, penelitian ini juga membahas mengenai bagaimana upaya BAZIS DKI Jakarta dalam memaksimalkan potensi zakat, infak dan sedekah yang ada di wilayah DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan zakat, infak dan sedekah yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi fundraising yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melliputi: Kebijakan fundraising, Program sosialisasi, Konsep komunikasi, Manajemen kemitraan dengan perusahaan, Pencarian sumber ZIS

kintemporer dan Manajemen motivasi dan control. Sedangkan upaya untk

(6)

ii

dari tugas akademik di Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Salawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama islam sehingga kita bisa merasakan indahnya nikmat iman dan islam serta memberikan tuntunan kepada ummat manusia menuju akhlakul karimah.

Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam bidang Ekonomi Islam dari Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

1. Prof. Dr. Drs. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sekaligus sebagai pembimbing yang telah ikhlas membagi ilmu dan waktunya untuk membimbing penulis.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang mensahkan proposal skripsi penulis.

3. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tak kenal lelah dalam memberikan ilmu dan berbagai pengalaman yang sangat berharga bagi penulis.

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

(8)

iv

7. Orangtua tercinta, Ayahanda M. Amin dan Ibunda Sa’adah. Salam sujud penulis haturkan atas kesabaran, keihlasan, perhatian dan cinta kasih yang tak pernah pudar serta doa yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT. Senantiasa agar penulis meraih kesuksesan belajar dan prestasi yang gemilang, juga atas perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengayomi serta mengajarkan makna kehidupan.

8. Seluruh keluarga penulis, Kakak (Mba Eni dan Mas Sugeng) dan (Mas Hanif dan Mba Emi) terimakasih atas segala kasih dan sayang kalian serta dukungan moral dan materil yang tak terhingga kepada penulis. Adinda Noviana Ventikadari terimakasih atas dukungan dan motivasi yang telah di berikan sehingga penulis dpt menyelesaikan skripsi.

9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini, hususnya PS (Perbankan Syariah) kelas B angkatan 2005 yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terimakasih dari penulis.

(9)

v

Jakarta, 4 September 2010

(10)

vi

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……….. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 7

D. Tinjauan Studi Terdahulu ……… 8

E. Obyek Penelitian ………. 9

F. Metode Penelitian ………..……… 10

G. Sistemetika Penulisan ………. 11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Strategi Fundraising ……….. 12

B. Pengertian Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah... 19

C. Landasan Hukum ZIS …... 22

D. Syarat-syarat Zakat…... 24

E. Sasaran Zakat, Infak dan Sedekah ………. 26

(11)

vii

A. Sejarah Berdiri ... 33

B. Dasar Hukum ... 36

C. Visi dan Misi ... 37

D. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta … 38 E. Sasaran Pengumpulan Zakat di DKI Jakarta ... 39

F. Tugas Pokok dan Fungsi ... 41

G. Perkembangan ……… 42

H. Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta ………... 45

BAB IV ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING BAZIS DKI JAKARTA A. Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta………53

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta…..………. 63

C. Analisis Pencapaian Target Pengumpulan Zakat BAZIS Provinsi DKI Jakarta (Dari Tahun 2004- 2009) ……… 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 69

B. Rekomendasi……….. 71

DAFTAR PUSTAKA ………. 72

[image:11.612.110.527.109.516.2]
(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badai krisis ekonomi yang melanda negeri ini sejak tahun 1997 belum juga dapat diatasi. Berbagai dampak yang timbul dari krisis ekonomi sangatlah banyak, mulai dari pengangguran sampai pada angka kemiskinan yang kian meningkat. Tidak sampai disitu saja, akibat dari jumlah kaum miskin yang meningkat mengakibatkan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dan pendidikan bagi anak-anak mereka.

Belum juga krisis ekonomi 1997 dapat di atasi, muncul lagi penyakit yang serupa bahkan lebih berbahaya untuk perekonomian yaitu krisis ekonomi global. Sadar atau pun tidak sadar akibat krisis ekonomi global kali ini sudah sangat jauh merambah dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-mana pengangguran semakin bertambah, income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga kerja atau mulai mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan asing pun mulai menarik saham dalam industri-industri di Indonesia1. Apabila krisis ekonomi seperti yang telah disebutkan di atas tidak segera diatasi, maka ketimpangan sosial ekonomi akan semakin lebar, sehingga akan memicu kerawanan sosial.

1

(13)

Kemiskinan yang terjadi akan menambah jurang pemisah antara kaum miskin dengan kaum yang berpunya (kaya). Padahal Islam telah mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik terhadap sesama, tidak terkecuali terhadap orang miskin dengan cara memberikan sedikit harta kita yaitu berupa zakat. Zakat diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin. Disamping itu, zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada level soial masyarakat.2

Zakat merupakan kewajiban orang berpunya (kaya) terhadap orang miskin dan merupakan hak orang miskin. Maka zakat dapat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kehidupan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT. terhindar dari bahaya kekufuran sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka. Ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak.3

Dari fungsi yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari pemberian zakat adalah untuk melepaskan mereka dari jerat kemiskinan kearah yang lebih baik dan sejahtera. Dengan tujuan inilah maka Allah mewajibkan zakat dan

2

Nurdin Mhd. Ali. Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2006), h.2

3

(14)

menjadikannya sebagai pondasi terhadap keberlangsungan islam di muka bumi dengan cara mengambil zakat tersebut dari orang-orang yang mampu dan kaya.4 Sebagaimana firman Allah dalam surat at-taubah : 60 yang artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan

mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu

(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.”5

Dari tujuan pemberian zakat di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya zakat, baik bagi muzakki (pemberi zakat) maupun bagi mustahik (penerima zakat). Bagi muzakki, zakat berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan dan mensucikan harta mereka serta dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap kaum miskin. Sedangkan bagi mustahik, zakat dapat melepaskan mereka dari jerat kemiskinan menuju pada kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Semua ini akan terwujud jika pemberdayaan zakat dilakukan secara terorganisir, namun kenyataannya pemberian zakat di Indonesia masih banyak yang menggunakan model konvensional yaitu para muzakki (pemberi zakat) lagsung memberikan zakat kepada mustahik (penerima zakat) disekitar tempat tinggalnya.

4

Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Zikrul, 2005, cet.1),h.27

5

(15)

Apabila zakat dikelola dengan baik oleh pemerintah maupun lembaga zakat non-pemerintah, bukan mustahil kemiskinan di Indonesia sedikit demi sedikit akan berkurang dan lama kelamaan kemiskinan di Indonesia akan habis.

Dalam perkembangan di Indonesia, pembagian zakat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu bantuan sesaat dengan pola tradisional (konsumtif) dan pemberdayaan (produktif)6.

Pengelolaan zakat tidak hanya sebatas pemberdayaan dana zakat saja, tetapi yang terpenting sebenarnya adalah pengumpulan atau penghimpunan dana zakat. Bagaimana mungkin sebuah lembaga zakat akan melakukan pemberdayaan ekonomi ummat apabila tidak didukung dengan penerimaan atau penghimpunan dana zakat yang memadai. Oleh karena itu peran pengumpul zakat (Amil) harus semaksimal mungkin agar perolehan dana zakat lebih optimal.

Di Indonesia, bertepatan pada hari rabu tanggal 20 September 2006 menjadi babak baru dunia perzakatan Indonesia. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk dengan SK Presiden RI Nomor 8 Tahun 2001 meleburkan diri dengan dompet dhu’afa (DD) Republika yang merupakan sebuah lembaga pengelolaan zakat berbasis masyarakat yang dibentuk tahun 1993. Melalui sinergi ini diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan

6

(16)

penghimpunan dana zakat sebanyak-banyaknya untuk didistribusikan secara rapi dan tepat sasaran sesuai hukum islam.7

Sebelum sinergi itu terjadi, BAZNAS berhasil mengumpulkan dana 32 Milyar setahun, sementara Dompet Dhu’afa (DD) mengumpulkan dana 50 Milyar setahun. Jumlah keseluruhan dana yang terhimpun adalah 82 Milyar. Ini merupakan sebuah langkah besar umat islam dalam rangka mewujudkan termobilisasinya potensi zakat sebesar 19,3 Triliyun.( Harian Republika, 22 September 2006:7).8

Pengelolaan zakat di Indonesia mengalami perubahan yang cukup menggembirakan. Dulu pengelolaan zakat masih bersifat terbatas, tradisional dan individual, maka saat ini pengelolaan zakat telah menggunakan unsur-unsur profesionalisme dan manajemen yang modern. Hal ini tidak terlepas dari lahirnya Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat9.

Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 mengatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat di

7

Rusli Hasbi, “sejarah perkembangan zakat”, seminar dan training strategi pengelolaan dana zakat/ infak bagi masjid, 9 Agustus 2009 , h.7

8

Ibid., h.9 9

(17)

Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat.10 Dengan adanya Undang-Undang tentang zakat di atas maka banyak berdiri lembaga-lembaga zakat baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

Atas dasar permasalahan di atas maka saya tertarik untuk mengambil judul “Strategi Fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta untuk Mencapai Target Penerimaan Zakat Infak dan Sedekah” dalam skripsi saya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak melebar maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:

a. Strategi fundraising BAZIS DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan zakat

b. Faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS DKI Jakarta c. Tempat penelitian adalah BAZIS DKI Jakarta

d. Objek penelitian adalah strategi fundraising BAZIS DKI Jakarta tahun 2009

10

(18)

2. Perumusan masalah

a. Bagaimana strategi fundraising yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta untuk mencapai target penerimaan zakat.

b. Apa faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS DKI Jakarta

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian.

a. Untuk mengetahui strategi fundraising yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat fundraising BAZIS DKI Jakarta.

c. Untuk mengetahui siapa yang menetapkan target penerimaan zakat BAZIS DKI Jakarta.

2. Manfaat penelitian. 1) Manfaat akademis:

a. Setelah mengetahui strategi fundraising BAZIS DKI Jakarta, diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi para mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum tentang strategi fundraising.

(19)

2) Manfaat praktis:

a. Agar masyarakat mengetahui dan memahami strategi fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta dalam meningkatkan pendapatan zakat, sehingga dapat berpartisipasi dalam menyalurkan zakat kepada BAZIS DKI Jakarta.

b. Sebagai bahan masukan bagi BAZIS DKI Jakarta dalam menerapkan dan mengembangkan pengelolaan zakat terutama mengenai strategi fundraising.

D. Tinjauan Studi Terdahulu

1. Strategi Fundraising Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar peduli umat oleh Umroha Almaal (S1 Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

(20)

Faktor pendukung fundraising LAZ Al Azhar Peduli Ummat antara lain: lembaga ini didirikan sesuai dengan Undang Undang RI No.30 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat serta keputusan menteri agama RI No. 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan UPZ. LAZ Al Azhar memiliki banyak UPZ (Unit Pengumpul Zakat) yang tersebar dibeberapa daerah. Teknologi yang digunakan on line 24 jam. sedangkan penghambat fundraising LAZ Al Azhar Peduli Ummat antara lain kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga LAZ Al Azhar hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja.

2. Manajemen penghimpunan dan pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) dan wakaf uang melalui teknologi informasi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portalinfaq, oleh Wahyuddin (S1 Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

(21)

E. Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta yang beralamat di Gedung Prasada Sasana Karya Lt.3. Jl. Suryopranoto No. 8 Jakarta Pusat.

F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Sebagai tingkat wacana, maka metode penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis dari sumber-sumber yang diperoleh.

2. Objek Penelitian

Penulis melakukan penelitian kepada strategi fundraising Badan Amil Zakat Infak dan Shodaqoh (BAZIS) DKI.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan judul skripsi, penulis menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut:

a. Observasi

Untuk mendapatkan data yang konkrit, maka penulis mengadakan kunjungan dan pengamatan langsung terhadap BAZIS DKI.

b. Wawancara

(22)

penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara)11.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai untuk melengkapi data-data yang diperlukan dan juga untuk mengerahui segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti antara lain mencari data berupa buku, catatan, transkrip, bulletin, makalah dan sebagainya.

4. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode Deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisisdata dimana penulis membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh lalu membuat analisa- analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

11

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Fundraising 1. Pengertian Strategi

Secara etimologis, strategi berasal dari kata majemuk bahasa yunani;

stratos (artinya pasukan) dan agein (artinya memimpin), jadi strategi berarti

hal memimpin pasukan.1 Sedangkan menurut istilah, strategi berarti hal- hal yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan mendayagunakan sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa, untuk mencapai tujuannya.2 Pendekatan strategis pada hakekatnya mempunyai lima ciri-ciri berikut:3 a. Ia memusatkan perhatian kepada kekuatan, kepada power. Kekuatan

adalah bagaikan fokus pokok di dalam pendekatan strategis.

b. Ia memusatkan perhatian kepada analisis dinamik, analisis gerak, analisis aksi.

c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Strategi memperhitungkan faktor- faktor waktu (sejarah: masa lampau, masa kini dan terutama masa depan) dan faktor lingkungan.

1

Ali Moertopo. Strategi kebudayaan. (Jakarta: CSIS. 1978), cet I, H. 7 2

Ibid. 3

(24)

e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa- peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah- langkah yang dapat diambil, dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.

Sehingga dalam hal pengumpulan zakat, strategi dapat diartikan sebagai cara atau usaha yang dilakukan oleh lembaga zakat untuk mendayagunakan semua sumber daya yang ada (dalam hal ini adalah para muzakki) dalam rangka mencapai tujuan zakat.

2. Pengertian Fundraising

Yang dimaksud dengan Fund Raising dalam kamus Inggris-Indonesia adalah pengumpulan uang (dana). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan pengumpulan; perhimpunan; pengerahan4. Sedangkan yang dimaksud dengan dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan; biaya; pemberian; hadiah; derma5.

4

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ke 3 hal.612

5

(25)

3. Prinsip Menggalang Dana (Fundraising).6 a. Lembaga harus melakukan jemput bola

Sebuah penelitian yang diadakan oleh sebuah organisasi amal besar menanyakan kepada orang-orang yang tidak memberi sumbangan alasan utama mereka tidak memberi sumbangan. Jawabannya sederhana saja: mereka tidak pernah diminta untuk memberikan sumbangan.

Beberapa penggalang dana tidak memanfaatkan peluang yang ada untuk memperoleh dana, beberapa lagi melakukannya, teteapi tidak terlalu efektif. Tujuan fundraising zakat adalah memperoleh dana zakat, tetapi sering dilupakan bahwa imbauan agar orang berbuat sesuatu, permintaan agar orang membayar zakat adalah bagian yang sangat penting dari imbauan yang disampaikan.

b. Pendekatan pribadi

Banyak penggalang dana/ amil yang lebih suka mengirimkan surat meminta zakat. Ini bukan cara yang efektif untuk mendapat sumbangan. Anda perlu memikirkan masak-masak bagaimana melakukan pendekatan yang terbaik kepada muzakki. Ada dua cara yang patut dipertimbangkan:

pertama, adakan pertemuan pertemuan di program- program lembaga,

disitu calon muzakki dapat melihat kegiatan lembaga dan bertemu langsung dengan kelompok-kelompok dhuafa yang menerima dana zakat. Cara ini adalah cara yang paling efektif. Kedua, gambarkan kegiatan

6

(26)

lembaga dengan rekaman video, atau dengan foto-foto kepada calon muzakki.

c. Memahami sudut pandang muzakki, munfik dan mutasoddik

Dalam diri muzakki mungkin timbul berbagai perasaan dan pikiran ketika ia memutuskan akan memberikan zakatnya pada lembaga zakat tertentu. Seorang penggalang dana zakat harus memahami proses ini. Memberikan zakat dilandasi oleh keyakinan, harapan dan kemurahan hati. Keyakinan bahwa Lembaga Amil Zakat (BAZ) benar-benar mewakili apa yang diperjuangkan dan akan berperan sebagai saluran yang efisien bagi zakat yang telah dikeluarkan oleh muzakki.

d. Menggalang dana berarti menjual

(27)

e. Kepercayaan dan hubungan masyarakat

Orang lebih suka memberi sumbangan kepada lembaga dan kegiatan yang sudah mereka kenal. Ini berarti reputasi dan hubungan masyarakat yang baik sangat penting.

f. Muzakki tidak tahu berapa harus memberi

Satu masalah adalah donor tidak tahu harus memberi berapa besar. Mereka mungkin tidak ingin memberi terlalu besar. Tetapi, dipihak lain mereka juga mungkin tidak ingin memberi terlalu sedikit agar tidak dikira kikir.

g. Mengucapkan terimakasih

Mengucapkan terima kasih sangatlah penting. Mengucapkan terima kasih berarti menghargai kedermawanan seseorang. Mengucapkan terimakasih juga sebuah tindakan untuk kepentingan sendiri dalam arti yang baik, yaitu muzakki merasa lebih dihargai oleh lembaga zakat, dan akan memberikan zakatnya lagi dimasa depan.

h. Keterlibatan dan kesungguhan berbuat untuk jangka panjang

(28)

i. Tanggung jawab dan melapor.

Sebuah lembaga harus memberi laporan kepada donor (muzakki) sebagai syarat mendapat sumbangan (zakat). Tetapi walau tidak harus sekalipun, sebaiknya lembaga memberikan laporan kepada donor (muzakki), untuk menunjukkan kepadanya bahwa dana sumbangannya (zakatnya) digunakan dengan efektif.

4. Perumusan Strategi Fundraising a. Menentukan kebutuhan

Titik tolak dalam merumuskan strategi fundraising adalah menentukan kebutuhan organisasi, hal ini dapat dilakukan pada tiga tingkat:7

1) Agar bisa terus melakukan kegiatan

2) Meningkatkan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertambah

3) Perkembangan organisasi di masa depan b. Perkembangan organisasi

Disamping tugas-tugas menyangkut dana, sebuag organisasi juga perlu membiayai kegiatan sendiri dan masa depannya. Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan:8

1) Pengembangan modal 2) Dana Abadi (Corpus Fund)

7

Ibid, h. 51 8

(29)

3) Mengurangi hidup bergantung pada pihak luar dan mengembangkan sumber dana independen

4) Mengembangkan landasan keanggotaan dan pendukung 5) Kemampuan berdiri sendiri untuk jangka panjang c. Mengidentifikasi sumber daya

Dalam menyusun strategi fundraising titik tolak yang baik adalah mengidentifikasi sumber-sumber dana yang mungkin dapat digali:9

1) Dukungan dari perorangan, diajak menjadi anggota atau memberi sumbangan

2) Sumbangan besar selama hidup, dan warisan setelah meninggal

3) Dukungan dari kegiatan fundraising, seperti meminta sumbangan dari masyarakat, mengadakan malam hiburan dan acara masal lainnya 4) Pemberian dalam bentuk barang (oleh perorangan atau lembaga amil

zakat (LAZ))

5) Hibah dari lembaga pemerintah pusat maupun dari lembaga non pemerintah

6) Hibah dari lembaga donor internasional atau nasional 7) Hibah dari yayasan internasional atau lokal.

9

(30)

d. Menilai peluang

Butir-butir di atas adalah gambaran yang cukup lengkap mengenai sumber dana yang dapat digali. Sebelum memutuskan sumber-sumber mana yang akan digali, perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:10 1) Pengalaman dimasa lalu

2) Pendukung yang sewajarnya

3) Organisasi macam apa yang akan dibentuk 4) Gaya dalam melakukan kegiatan

5) Sumber daya dan keahlian yang dimiliki 6) Sumber dana yang ada sekarang

7) Peluang yang terbuka 8) Siapa saja yang kita kenal

B. Pengertian Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah 1. Pengertian Badan

Badan adalah tubuh, jasad manusia keseluruhan ; awak, dan sebagainya- sekumpulan orang dalam suatu organisasi atau kelompok yang melakukan suatu kegiatan tertentu.11

2. Pengertian Zakat

Secara bahasa kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al barakatu “keberkahan”, al namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath thaharatu

10

Ibid, h. 60 11

(31)

“kesucian” dan ash shalahu “keberesan”. Sedang secara istilah, adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.12

Sedangkan menurut istilah, zakat adalah:

a. Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

b. Mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri juga disebut zakat.

c. Mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagian sedekah wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum islam.13

d. Merupakan salah satu rukun islam: yaitu kewajiban yang dibebankan atas harta kekayaan tiap pribadi muslim wanita atau pria, bahkan anak-anak yang belum akil balik.14

Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa zakat adalah sejumlah harta yang diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya dengan jumlah dan persyaratan yang ditentukan oleh hukum islam.

12

Didin Hafiduddin, Zakat dalam perekonomian modern. Ibid, h.7 13

Drs. H. Moh Rifa’i, Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, 2003), h.346) 14

(32)

3. Pengertian Infak

a. Kata Infak dapat berarti mendermakan atau memberikan rezeki (karunia Allah) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ihlas dan karena Allah SWT.

b. Infak adalah pengeluaran derma setiap kali seorang muslim menerima rezeki (kurnia) dari Allah sejumlah yang dikehendaki dan direlakan oleh si penerima zakat tersebut.15

c. Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang dikehendakinya sendiri16.

Sehingga dari pengertian di atas zakat dapat diartikan bahwa infak adalah mengeluarkan/ mendermakan rizki yang telah diterima oleh seorang muslim kepada orang lain sebanyak yang dikehendakinya dengan rasa ikhlas dan karena Allah.

4. Pengertian Sedekah

Sedekah adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap muslim untuk menciptakan kesejahteraan sesame umat manusia, termasuk untuk kelestarian lingkungan hidup dan alam semesta ciptaan illahi guna memperoleh hidayah dan ridho Allah AWT.17

15

H. Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993), h.6.

16

Mohammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. (Jakarta: UI-Press, cetakan pertama 1988). H. 23

17

(33)

C. Landasan hukum ZIS 1. Al Quran

a. QS. At Taubat: 103















“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

b. QS. Adz Dzariat: 15-19









































“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air (15). Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan (16). Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam (17). Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar (18). Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (19)”

(34)





















“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

2. Hadis

a. Hadis yang diriwayatkan dari Abi Kabsyah Al-Anmari r.a, bahwa Nabi SAW bersabda:

َﺛَﻠ

َﺗﺎ

ٌﺔ

ُاُﻗ

ِﺴ

َﻢ

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮭ

ﱠﻦ

َوُا

َﺣ

ِّﺪُﺛ

ُﻜ

ْﻢ

َﺣ

ِﺪْﯾ

ًﺜ

ََﻓ ﺎ

َﺎ

ْﺣ

َﻔ

ُﻈ

ْﻮ

ُه

َﻣ

َﻧﺎ

َﻘ

َﺺ

َﻣ

ٌلﺎ

ِﻣ

ْﻦ

َﺻ

َﺪَﻗ

ٍﺔ

َوَﻟ

ُﻇ ﺎ

ِﻠَﻢ

َﻋ

ْﺒٌﺪ

َﻣ

ْﻈ

َﻠَﻤ

ًﺔ

َﻓ

َﺼ

َﺒ

َﺮ

َﻋ

َﻠْﯿ

َﮭ

ِا ﺎ

ّﻟَﺎ

َز

َدا

ُه

ُﷲا

ِﻋ

ﺰ

َو ا

َﻟ

َﻓﺎ

َﺘ

َﺢ

َﻋ

ْﯿٌﺪ

َﺑ

َبﺎ

َﻣ

ْﺴ

َﺎَﻟ

ٍﺔ

ِاﱠﻟ

َﻓ ّﺎ

َﺘ

َﺢ

ُﷲا

َﻋ

َﻠْﯿ

ِﮫ

َﺑ

َبﺎ

َﻓْﻘ

ٍﺮ

“Ada 3 perkara yang aku bersumpah atasnya dan aku akan menyampaikan satu hadis kepada kalian, maka hafalkan dan peliharalah: (1) Harta tidak akan berkurang karena sedekah, (2) tidaklah seorang hamba di dzalimi, lalu dia brersabar menghadapinya melainkan Allah akan menambah kemuliaan baginya, (3) tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta, melainkan Allah akan membukakan pintu kefakiran baginya”.

(35)

“Sesungguhnya Allah menerima sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia mengembangkannya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan anak kudanya, sehingga satu suap pun bisa menjadi sebesar gunung

uhud”.18

D. Syarat-syarat Wajib Zakat.19 1. Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya.

2. Islam

Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. 3. Baligh dan berakal

Keduanya dipandang sebagai syarat oleh madzhab Hanafi. Dengan demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah; seperti shalat dan puasa, sedangkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat.

4. Harta yang wajib dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati

18

Syaih As Sayyid SAbiq, Panduan Zakat Menurut Al Quran dan As Sunnah, cet.I, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir,2005), h.

19

(36)

Harta yang mempunyai criteria ini ada 5 jenis, yaitu: a) uang, emas, perakbaik yang berbentuk uang logam maupun uang kertas; b) barang tambang dan barang temuan; c) batrang dagangan; d) hasil tanaman dan buah-buahan; dan e) menurut jumhur, binatang ternak yang mearumput sendiri (sa’imah) ; atau menurut Mazhab Maliki, binatang yang diberi makan oleh pemiliknya

(ma’lufah).

5. Harta yang dizakati telah mencapai nisab atau senilai dengannya

Maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh syara’ sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut yang mewajibkannya zakat.

6. Harta yang dizakati adalah milik penuh

Para Fuqoha berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud harta milik. Apakah yang dimaksud dengannya ialah harta milik yang sudah berada ditangan sendiri, ataukah harta milik yang hak pengeluarannya berada ditangan seseorang, dan ataukah harta yang dimiliki secara asli.

7. Kepemilikan harta telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun qomariah. Pendapat ini berdasarkan hadis Nabi saw. berikut: “tidak ada zakat dalam suatu harta sampai umur kepemilikannya mencapai setahun”.

8. Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang

Mazhab Hanafi memandangnya sebagai syarat dalam semua zakat selain zakat

harts (biji-bijian dan yang menghasilkan minyak nabati), sedangkan Mazhab

(37)

penerj. Mazhab Maliki sendiri berpendapat bahwa syarat tersebut ditujukan untuk zakat emas dan perak, bukan untuk harts, binatang ternak, atau barang tambang. Adapun Mazhab Syafi’I berpendapat bahwa hal di atas tidak termasuk syarat.

9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok

Mazhab Hanafi mensyaratkan agar harta yang wajib dizakati terlepas dari utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuuk mencari harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak mempunyai harta.

E. Sasaran Zakat, Infak dan Sedekah

Dalam Al Qur,an telah disebutkan siapa saja yang berhak menerima zakat (dalam surat At Taubah: 60) yaitu: fakir, miskin, pengurus-pengurus zakat (‘amil), mu’allaf, budak, orang yang berhutang, orang yang berjuang dijalan Allah (fi sabilillah) dan ibnu sabil20.

1. Fakir (fuqara’)

Fakir yaitu orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

2. Miskin (masakin)

Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.

3. Pengurus zakat (‘amil)

20

(38)

Pengurus zakat (‘amil) adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat. Panitia ini disyaratkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hokum zakat.

4. Mu’allaf

Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah niatnya untuk memasuki islam.

5. Budak

Para budak disini menurut jumhur ulama ialah para budak muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuanya (al mukkatabun) untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang mati-matian.

6. Orang yang berhutang

Mazhab hanafi mengatakan orang yang berutang ialah orang yang betul-betul memiliki utang dan tidak memiliki apa-apa selain uutangnya itu.

7. Orang yang berjuang di jalan Allah (fi sabilillah)

Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang berperang dijalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka lakukan hanyalah berjuang.

8. Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)

(39)

F. Hikmah dan Manfaat Zakat, Infak dan Sedekah

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus memberisihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Firman Allah dalam surat Ibrahim: 7





“Dan (angatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika

kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

(40)

ataupun memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.

3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berihtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah: 273





















“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka sesungguhnya Allah maha

mengetahui”.

(41)

ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.

5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam suat Al-Baqarah: 267, dan hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadis tersebut Rasulullah saw bersabda:

اِ

ﱠن

َﷲا

َﻟ

َﯾ ﺎ

ْﻘَﺒ

ُﻞ

َﺻ

َﺪَﻗ

ًﺔ

َﻋ

ْﻦ

ُﻏ

ُﻠْﻮ

ٍل

“Allah swt tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang di dapat

secara tidak sah”.

6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah saatu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity. Munzir Khaf menyatakan zakat dan sistem pewarisan islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu beredar. Akumulasi harta di tangan seseorang atau sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al Hasyr: 7







(42)

7. Dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuha hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang di kelola dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas. Dengan demikian, zakat menurut Yusuf Al-Qaradhawi adalah ibadah

maaliyah al ijtima’iyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi

strategis, penting dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyarakat.

G. Pola Penghimpunan Zakat, Infak Dan Sedekah

Pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap muazakki, melainkan muzakki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya. Dalam hal, muzakki tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau lembaga pengelola zakat (LPZ). Idealnya, LPZ menyediakan panduan dalam penghimpunan dana, jenis dana dan cara dana itu diterima. Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang akan diterima sebagai sumber dana. Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.21

21

(43)

Jenis dana yang dapat dihimpun organisasi pengelola aazakat tidak terbatas hanya zakat. Selain zakat, dana yang dapat dihimpun menurut UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan realitas di masyarakat adalah sebagai berikut: infak sedekah, wasiat, waris, kafarat, wakaf, hibah lembaga lain, hibah dari pemerintah, dan lain-lain.22

Ada tiga cara dana zakat diterma, yaitu: melalui transfer di Bank, bayar di LPZ, atau jemput bola. Termasuk dalam cara dana diterima adalah pilihan tempat dari masing-masing cara tersebut. Artinya di Bank mana LPZ membuka rekening, dilokasi mana membuka counter atau wilayah mana yang akan dilayani dengan

jemput bola merupakan bagian dari cara dana diterima. Organisasi pengelola

zakat dapat memilih salah satu, dua, atau menggunakan tiga cara sekaligus. Pemillihan cara penerimaan dana disesuaikan dengan tempat kedudukan organisasi dan target muzakki guna kemudahan akses.23

22

Ibid., h. 21. 23

(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA

A. Sejarah Berdiri1

Badan amil zakat, sebagai cikal bakal BAZIS sekarang digagas sejak awal berdirinya orde baru. Tepatnya, ketika sebelas ulama tingkat nasional mengadakan pertemuan pada tanggal 24 Septembar 1968 di Jakarta. Ulama-ulama itu adalah Prof.Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrohman, KH. Moh. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Mereka menyarankan diadakan sebuah badan untuk pelaksanaan zakat di Indonesia. Hal ini dipertegas oleh presiden Soeharto ketika menyampaikan pidatonya pada peringatan Isra mi’raj, tanggal 26 oktober 1968. Pada saat itu beliau mengajak ummat islam untuk mengamalkan ibadah zakat secara konkret dengan mengintensifkan pengumpulan zakat sehingga hasilnya menjadi lebih terarah.

Selanjutnya, soeharto, presiden RI saat itu, mengeluarkan Surat Perintah No. 07/PRN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 yang isinya adalah perintah kepada Alamsyah Ratuperwiranegara, M. Azwar Hamid dan ali Afandy untuk membantu presiden dalam pengadministrasian peneriman zakat.

1

(45)

Sebelum adanya seruan Presiden, BAZ sendiri sebenarnya sudah berdiri berdasarkan peraturan mentri Agama tahun 1968 tentang pembentukan badan amil zakat yang bertugas melaksanakan pemungutan dan pengumpulan zakat mal dan zakat fitrah. Hanya saja, mungkin pelaksanaannya dilapangan saat itu masih tersendat.

Di tingkat daerah, seruan Presiden soeharto direspon secara positif. Gubernur DKI Jakarta, misalnya, saat itu ali Sadikin, mengeluarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. Cb-14/8/18/68 tentang pembentukan amil zakat berdasarkan syariat islam pada tanggal 5 Desember 1368. Mulai saat itu, secara resmi BAZ DKI Jakarta berdiri dari tingkat propinsi, kotamadya, kecamatan, hingga kelurahan. Inilah cikal bakal yang sebenarnya. Dari BAZIS DKI yang pada saat itu masih bernama BAZ karena memang kegitannya masih terbatas pada pengumpulan dana zakat saja.

(46)

Pada awal pembentukanya, BAZIS DKI Jakarta berada langsung di bawah gubernur DKI Jakarta. Namun, pada proses yang lebih lanjut, dirasakan adanya keperluan untuk mengadakan perubahan di bidang struktur, agar BAZIS lebih leluasa lagi dalam gerak organisasinya maka, tahun 1991, dikeluarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 859 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI Jakarta. Dengan surat keputusan ini kepemimpinan BAZIS, yang tadinya dipegang langsung oleh Gubernur, dilimpahkan kepada aparat teknis yang bersifat professional dan fungsional. Sejak saat itu pula, BAZIS menjadi perangkat pelaksanaan pemerintah daerah yang mandiri, karena bersifat non-struktural. Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta kembali mengeluarkan surat keputusan Nomor 87 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI Jakarta. Berdasarka SK ini, nama pimpinan BAZIS berubah dari ketua menjadi kepala BAZIS. Sementara itu, BAZIS tingkat kotamadya diganti pula menjadi pelaksana BAZIS kotamadya. Satu hal yang menarik adalah bahwa mulai tahun 1974 dana oprasional tidak lagi diambil dari dana zakat, tetapi diganti dengan subsidi dari pemerintah. Ini berarti, dana zakat bisa disalurkan kepada para mustahik secara keseluruhan, karena hak amil, dalam hal ini untuk oprasional BAZIS, yang sebesar 2,5 % manjadi utuh.

(47)

infaq, dan shadaqah badan amil zakat, infaq, dan shadaqah propinsi daerah khusus ibukota Jakarta. Berdasarkan SK ini, istilah badan Pembina tidak dipergunakan, tetapi diganti dengan dewan pertimbangan dan komisi pengawas. Dengan kedua SK ini diharapkan organisasi BAZIS menjadi lebih efisien dan pola pengelolaan dana zakatnya menjadi lebih optimal, professional, amanah, dan transparan.

B. Dasar Hukum.2

Sejalan dengan perkembangan BAZIS produk-produk hukumnya senantiasa disesuaikan, terutama lahirnya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat memberikan implikasi sangat luas pada lembaga pengelola zakat ini, diantaranya adanya tuntutan profesional, transparansi, akuntabilitas, dan kemandirian. Dasar hukum yang membentengi posisi BAZIS Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah: 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

2

(48)

4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 373 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tentang Pengelolaan Zakat.

5. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 120 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

6. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 121 tahun 2002 tentang Pola Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infak dan Sedekah pada Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 51 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan dan Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah oleh Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

C. Visi dan misi.3

Visi : Menjadi badan pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya

3

(49)

Misi : Mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah, professional, transparan, akuntabel, dan mandiri di Jakarta menuju masyarakat yang sejahtera, berdaya, dan bertaqwa.

D. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta.4

Pengelolaan zakat, infak, dan sedekah oleh BAZIS DKI Jakarta bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, inpaq, dan shadaqah sesuai dengan tuntunan agama;

2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;

3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infak dan sedekah.

Untuk mencapai tujuan tadi, BAZIS DKI Jakarta dalam pengelolaan zakat selalu berprinsip kepada 6 hal:

1. Prinsip syariah dan moral keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama islam.

2. Prinsip kesadaran umum. Artinya, pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuh-kembangkan kesadaran bagi muzakki, munfiq, dan mustahaddik untuk melaksanakan kewjibanya.

4

(50)

3. Prinsip manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah harus memberikan manfaat yang sebesr-besarnya untuk kemaslahatan umat. 4. Prinsip koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah

hendaknya terjalin koordinasi secara harmonis antar berbagai intansi/ lembaga tekait, agar tercipta efisiensi dan efektifitas yang optimal.

5. Prinsip keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar berbagai intansi/ lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulama dan umara.

6. Prinsip produktif rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional untuk lebih memudahkan bagi para pembayar zakat, BAZIS DKI Jakarta sudah mengeluarkan pedoman tentang jenis harta dan zakat yang harus dibayarkan.

E. Sasaran pengumpulan Zakat di DKI Jakarta.5

Adapun yang menjadi sasaran pengumpulan zakat (sumber zakat) adalah seluruh warga muslim yang berada di DKI Jakarta yang dibagi ke dalam tiga kelompok.

1. Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan dan dibantu oleh ketua RT/RW serta tokoh agama dan pemuka masyarakat.

5

(51)

2. Karyawan/pegawai yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan, kecamatan, kotamadya dan BAZIS unit satuan kerja.

3. Para pengusaha nasional, hartawan, dan dermawan yang dikoordinasikan langsung oleh kepala BAZIS DKI Jakarta atas nama gubernur kepala daerah. Untuk menjaring dana dari tiga kelompok ini, Gubernur DKI Jakarta antara lain melakukan:

1. Seruan pengumpulan sedekah sebagai gerakan amal social setiap setahun sekali. Seruan itu dikeluarkan pada waktu menjelang bulan ramadhan melalui BAZIS DKI Jakarta dengan mengedarkan map gerakan amal social.

2. Pengiriman surat kepada kanwil departemen agama dan kepala dinas pendidikan dan pengajaran DKI Jakarta yang berisi harapan dan himbauan agar setiap lembaga pendidikan merintis dan mendidik anak-anak SD/madrasah untuk sadar berinfak di bawah bimbingan guru atau kepala sekolah masing-masing.

3. Pengiriman surat yang sama kepada walikotamadya, camat dan lurah agar mengumpulkan zakat diwilayahnya masing-masing.

4. Menghimbau para calon jamaah haji untuk membersihkan harta yang akan mereka pergunakan.

(52)

F. Tugas Pokok dan Fungsi.6

Sesuai dengan BAB II Pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 120 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka tugas pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah:

1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat obyektif dan transparan. Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 120 di atas, maka fungsi BAZIS Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Penyusunan program kerja

2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq dan shadaqah dari masyarakat termasuk pegawai di wilayah Provinsi DKI Jakarta

3. Pendayagunaan zakat, infak dan edekah sesuai dengan ketentuan hukumnya 4. Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran

menunaikan ibadah zakat, infak dan sedekah

5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infak dan sedekah agar lebih produktif dan terarah

6

(53)

6. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan zakat, infak dan sedekah yang dilaksanakan oleh pelaksana pengumpulan BAZIS

7. Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil, Zakat, Infak dan Sedekah dan Lembaga Amil Zakat yang lain

8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah

9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumahtanggaan dan sumber daya manusia.

G. Perkembangan.7

Dimulai pada tahun 1999, tepatnya sejak keluarnya Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, babak baru BAZIS Provinsi DKI Jakarta dimulai. Lembaga ini terus berbenah. Bak meteor melesat, BAZIS Provinsi DKI Jakarta melaju dengan pesat. Hal ini terlihat dari jumlah penghimpunan ZIS yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun 6 tahun terahir misalnya, terkumpul ZIS berturut-turut Rp 8,4 Milyar (2001), Rp 11,5 Milyar (2002), Rp 14,1 Milyar (2003), dan Rp 16,2 Milyar (2004). Bahkan pada tahun 2005 BAZIS berhasil mengumpulkan dana ZIS sebesar Rp 18,4 Milyar.

7

(54)

Prestasi tersebut menempatkan BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagai penerima ZAKAT AWARD 2004 pada IMZ (Institut Manajemen Zakat) untuk kategori Penghimpunan Dana, Kategori Pendayagunaan, dan Kategori Transparansi. Meskipun demikian, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak pernah menepuk dada, tetap berusaha meningkatkan performance-nya. Upaya penghimpunan, pendayagunaan dan mobilisasi sumber daya yang ada terus-menerus dilakukan. Tak lain, hal ini dilakukan agar masyarakat benar-benar dapat merasakan kehadiran BAZIS.

Ada beberapa hal yang dibenahi BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan performance-nya yaitu: melakukan rekayasa terhadap manajemen organisasi, manajemen keuangan dan Sistem Informasi Manajemen. Dalam hal manajemen organisasi ditetapkan Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan Badan Pelaksana. Dengan tiga formasi ini proses pelaksanaan penghimpunan dan pendistribusian ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta berjalan dengan penuh pertimbangan dan pengawasan.

(55)

Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Daerah DKI Jakarta, hubungan birokrasi tidak dapat dihindarkan. Hanya saja, saat ini intervensi birokrasi tidak begitu kental. Dan ini membuat gerakan BAZIS menjadi lincah.

Tak ketinggalan, Teknologi Informasi pun dijamah. Dengan mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi, BAZIS Provinsi DKI Jakarta membuat sistem online. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengakses informasi BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan mudah. Baik yang berkaitan dengan informasi penghimpunan ZIS maupun pendistribusiannya. Inilah spirit dari tujuan pelayanan yang termaktub dalam Surat Keputusan Gubernur No. 121 tahun 2002. sehingga dapat dikatakan bahwa pasca lahirnya Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 1999 BAZIS Provinsi DKI Jakarta meningkat dengan pesat.

Berbeda dengan sebelum dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 1999. saat itu BAZIS masih kental dengan birokrasi, belum transparan, kredibel dan akuntabel. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghimpunan dana ZIS yang jauh di bawah sebelum Undang-Undang ini dikeluarkan.

(56)

Sedangkan pendekatan qordhul hasan adalah bantuan tanpa bunga yang diberikan kepada para pedagang kecil di sekitar pemukiman.

Dalam upaya menciptakan carachter building, BAZIS Provinsi DKI Jakarta memberikan bantuan biaya pendidikan kepada siswa tingkat Madrasah Ibtidaiyah sampai Perguruan Tinggi. Begitu pula para guru, lembaga sosial keagamaan, kesehatan dan lain-lain.

Ibarat akar sebatang pohon yang menghujam ke bawah tanah. BAZIS Provinsi DKI Jakarta tak tampak di permukaan, tapi masyarakat merasakan manfaatnya. Ketimbang harus gembar-gembor publikasi nama BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan dana yang besar, lebih baik dana itu disalurkan kepada masyarakat. Ini akan lebih realitas. “Bila tangan kanan memberi usahakan tangan kiri jangan sampai mengetahui,” begitulah BAZIS Provinsi DKI Jakarta memberikan bantuan kepada kaum lemah. Sebagaimana pesan agama, jangan sampai pendistribusian ZIS membuat para mustahik merasa terhina dan rendah, justru dengan ZIS dapat mengangkat status quo (kondisi kedhuafaan dan kehinaan) para mustahik.

H. Struktur Organisasi Bazis DKI Jakarta.8

Organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utam

Gambar

GAMBARAN UMUM BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA

Referensi

Dokumen terkait

Seksi  Pendidikan  dan  Kesehatan  mempunyai  tugas  membantu  Camat  dalam  menyiapkan  bahan  perumusan  kebijakan,  pelaksanaan,  evaluasi  dan  pelaporan 

Seperti yang ada di BNI Syariah, pilihan produk tabungan yang ditawarkan oleh BNI Syariah menunjukkan bahwa BNI Syariah mencoba untuk memahami kebutuhan dari nasabahnya.

[r]

In order to gauge the effects of adding data from the earlier time periods and from older cohorts we also construct a per-capita income measure for families that matches the

Penjadwalan proyek memiliki pengertian sebagai durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian aktivitas kerja yang ada dalam kegiatan

Demikian pula sebaliknya, bila semakin rendah kelekatan terhadap orang tua yang dimiliki oleh remaja tersebut, maka semakin rendah pula otonomi yang dimilikinya.Hal ini sesuai

Sehubungan dengan Program Kesehatan Keluarga tersebut maka, dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan akan data kesehatan yang uptodate serta sesuai dengan

Hasil studi menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Kotawaringin Timur didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, sektor