KERUSAKAN LINGKUNGAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Studi Tentang Pemanasan Global)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)
Oleh:
Muhammad Mukhtar Dj NIM: 103034027858
JURUSAN TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Puji dan syukur hanya milik Allah, Tuhan penyeru segenap alam.
Shalawat dan salam semoga terlimpah-curahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat-sahabat, tabi’in dan atbait tabi’in serta
pengikutnya sepanjang zaman.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan penghargaan
setinggi-tingginya kepada guru, sahabat, saudara yang telah membantu selesainya skripsi
ini, yaitu:
1. Bapak Eva Nugraha, MA. Selaku dosen pembimbing yang selalu memberi
motivasi, solusi dan inspirasi. Meluangkan waktunya untuk penulis sampai
larut malam agar lebih baik dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih,
pak. Semoga semua kebaikan bapak dibalas oleh Allah Swt.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zainun Kamal, MA. Selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat beserta jajarannya.
3. Bapak Ketua Jurusan TH, yaitu bapak Dr. Bustamin, MSi, dan sekretaris
Jurusan bapak Rifqi Muhammad Fathi, MA.
4. Bapak Dr. M. Suryadinata, MA. Bapak Muslim, S.Th.I. Bapak H. Rifqi
Mukhtar, MA. Dan Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Penulis ucapkan
terima kasih atas saran dan masukan dalam sidang munaqasyah. Kepada
ibu-bapak dosen Tafsir-Hadis yang selalu membimbing dan berbagi
pengalaman dan pengetahuan dengan penulis.
5. Kepada keluarga besar H. Muhammad Fatah dan Hj. Cucu Sobariah yang
selalu mendukung baik materi mau pun non materi. Penulis ucapakan
hatur nuhun atas dukungannya selama ini, tidak lupa pula terhadap Hj. Setiawati yang memberikan sumbangsih terhadap penulis. Dan Aa, teteh,
Hj. Ade, H. Ahmad, H. Hidayat.
6. Kepada keluarga besar Hj. Rahmah Atmanagara, penulis mohon maaf atas
belum bisa memberikan yang terbaik. Semoga Tuhan memberikan balasan
atas semua kebaikan yang telah diberikan.
7. Ayahanda dan ibunda tercinta atas hembus doa dan belai kasih sayang
yang tiada tara; atas peluk cium dan kasih mesra yang tiada terbalas; atas
keringat dan air mata yang menetes; atas jasa-jasa yang tak tereja. Karena
keduanyalah penulis bisa mengerti apa artinya kebanggaan. Semoga
keduanya ada dalam limpah dan kegemilangan rahmat dan kasih sayang
Allah di sorga. Tak lupa pula kepada uak Eti dan A Deni yang selalu
memupuk arti persaudaraan dan selalu memberi semangat dikala penulis
jatuh.
8. Guru-guru dan sahabat-sahabat di pondok pesantren Gontor Ponorogo
Jawa Timur dan guru-guru, sahabat-sahabat di pondok pesantren K. H.
Zainal Musthofa, Tasikmalaya, Jawa Barat.
9. Staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Utama
yang selalu membukakan pintu seluas-luasnya bagi penulis.
10.Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Purwakarta (Permata), Toby, Asep,
Keluarga Mahasiswa Subang Jakarta Raya (Kembang Jaya), yaitu Burhan,
iv
dan Abah. Tak lupa pula kepada Robi Tober yang pandai memijit dikala
penulis terasa pegal, Ozi yang telah pulang kampung, Fathur, Zul Fadli,
Zakaria (Kojek), Marfuddin, Pupud, Yusef Garut, Rudin yang tak absen
menanyakan kapan lulus?, Nunung, Agus, Fahry, Dirman yang
meminjamkan komputer, Ihwan, Thariq yang telah menyediakan kopi.
Semua telah mengajarkan penulis bagaimana hidup diperantauan dan
menyelami apa artinya persahabatan. Ingin rasanya penulis tetap bergumul
dengan mereka.
11.Muhammad Ghazali (Boy), hatur nuhun atas editannya, dan Abah yang selalu setia membantu dan mengoreksi skripsi penulis.
12.Imas Maesarah, S.Pd.I. Selalu memberi semangat dan do’a agar cepat
lulus, Nur Fatwa yang tak penah berhenti mendo’akan penulis. Aa
ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis haturkan kepada guru-guru dan sahabat yang tak
tercantum dan tangan-tangan ajaib yang dikirim Tuhan hingga rampungnya
skripsi ini. Tak kuasa penulis untuk membalas jasa-jasa mereka. Hanya do’a dan
senandung harap: semoga kami selalu menapaki hidup dalam kegelimangan
rahmat Tuhan, dan kegemilangan hidayah Tuhan di mana pun berada. Amin.
Jakarta, 17 Juni 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
TRASLITERASI ARAB-LATIN... vii
BAB 1:PENDAHUALUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10
C. Kajian Pustaka... 11
D. Metodologi Penelitan ... 12
E. Sistematika Penulisan ... 13
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13
BAB II: PANDANGAN UMUM TENTANG PEMANASAN GLOBAL A. Pengertian Pemanasan Global... 15
B. Sebab-sebab Terjadinya Pemanasan Global ... 20
C. Dampak Pemanasan Global ... 24
D. Cara Menanggulangi Pemanasan Global ... 28
BAB III: PENANGGULANGAN PEMANASAN GLOBAL A. PEMANASAN GLOBAL SEBAGAI KERUSAKAN BUMI ... 32
B. CARA MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL DALAM AL-QUR’AN ... 38
vi
3. Pengelolaan yang Berkelanjutan ... 51
BAB IV: PENUTUP
A. KESIMPULAN ... 59
B. REKOMENDASI... 60
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menurunkan al-Qur’an kepada Muhammad saw sebagai kitab
bacaan (kitâb maqrû’) untuk disampaikan kepada umat manusia dan menciptakan alam raya sebagai kitab pengamatan dan penelitian (kitab manzur) yang mengekspresikan secara nyata hal-hal yang terdapat di dalam al-Qur’an. Kedua
kitab ini merupakan sumber kebenaran agama dan ilmu sekaligus. Kedua-duanya
berasal dari sumber yang sama yaitu Allah swt.1
Semua ilmu yang membahas tentang fenomena alam sebenarnya adalah
ilmu yang membahas tentang kekuasaan Allah di alam raya ini. Sains bukan
dimaksudkan untuk sains itu sendiri, melainkan merupakan kebutuhan hidup dan
akal yang meliputi petunjuk keimanan dalam dimensi-dimensi baru. Sains akan
melihat fenomena alam sebagai ayat yang berbicara mengenai kekuasaan serta
keesaan Allah.
Salah satu fenomena alam yang sedang hangat dibicarakan adalah
fenomena pemanasan global. Global warming atau pemanasan global merupakan
kata-kata yang sering terdengar saat ini. Di koran, televisi bahkan sampai aksi
simpatik dijalanan juga meberitakan mengenai pemanasan global.
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang
1
Ahmad Fuad Fasha, Dimensi Sains Qur’an: Menggali Ilmu Pengetahuan Dari al-Qur’an, (Solo: Tiga Serangkai, 2006), h. 31
cepat. Para ilmuan menganggap bahwa pemanasan ini disebabkan berbagai
aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar
fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Bahan tersebut melepaskan
karbondioksida, dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke
atmosfer.2
Terjadinya global warming atau pemanasan global dan climate challange
atau perubahan iklim menyebabkan ketidakseimbangan alam semesta. Banjir,
longsor, gempa bumi, angin kencang, gelombang pasang, cuaca buruk, perlu
direrenungkan dan dirumuskan kembali mengenai hubungan manusia dengan
alam semesta. Menurut al Gore, makin dalam saya mencari penyebab krisis lingkungan hidup global, saya makin yakin bahwa hal tersebut adalah manifestasi bagian luar dari sebuah krisis tersembunyi yang bersifat spiritual.3
Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengindikasikan, antara tahun 1970 hingga 2004, telah terjadi kenaikan suhu
rata-rata tahunan antara 0,2 derajat celcius hingga 1 derajat celcius. Kenaikan suhu
rata-rata global sebesar 1,5 derajat celcius hingga 2,5 derajat celcius, di samping
menyebabkan udara makin panas, juga akan menyebabkan kepunahan 20 persen
hingga 30 persen spesies tanaman dan hewan. Suhu yang panas juga
mempengaruhi produktivitas pertanian di daerah tropis seperti Asia dan Afrika.
Diperkirakan stok pangan akan mengalami penurunan dan hal ini akan
meningkatkan risiko bencana kelaparan. Dampak lain adalah air laut akan naik,
2
Al Gore, Bumi dalam Keseimbangan Ekologi dan Semangat Manusia. Penerjemah Hira Jhamtani, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), h. xxx-xxxi.
3
3
dan banjir akan terjadi di mana-mana.4 Di samping itu kekuatan badai serta topan
akan meningkat dan menghancurkan daerah pesisir.
Pemanasan global merupakan salah satu ayat dari beberapa ayat kauniyah
yang harus dibaca dan tafsirkan. Untuk itu perlu mengkajinya secara universal
antara ayat-ayat kauniyah sebagai kitab pengamatan dan penelitian (kitab manzur)
dengan ayat-ayat Qur’aniyah sebagai kitab bacaan (kitab maqru). Lantas adakah pemanasan global di dalam al-Qur’an?
Secara definitif penulis tidak menemukan term pemanasan global (global warming) di dalam al-Qur’an, namun demikian jika pemanasan global di lihat sebagai salah satu bentuk kerusakan alam, ada beberapa indikasi yang menuju ke
arah situ. Salah satu term yang menunjukan kerusakan alam adalah kata fasad
(yang berarti rusak). Hal ini seperti yang terungkap dalam surat ar-Ruum ayat 41.
⌧
☺
⌧
⌧
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasâd itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, dapat juga berarti
bahwa darat dan laut sendiri telah mengalami keruksakan, ketidakseimbangan
serta kekurangan manfaat. Laut telah tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut
4
berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau panjang. Alhasil,
keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama
kontemporer memaharni ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan.5
Makna al-fasad pada ayat di atas bersifat ‘am (umum). Ini berarti bahwa segala kerusakan bumi baik di darat maupun di laut dalam berbagi bentuknya
dapat disebut sebagai al-fasad. Kerusakan di darat misalnya, seperti longsor,
gempa, banjir dan sejenisnya bisa dikatakan sebagai al-fasad fi al-ardh.
Berdasarkan ayat ini, maka global warming merupakan salah satu bentuk al-fasad
yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
Kerusakan lingkungan sebagai pemicu terjadinya pemanasan global dan
perubahan iklim diungkapkan oleh al-Qur’an dengan ungkapan dhahar al-fasâd fi al-ardhi wa al-bahri dimana titik berat dari pernyataan tersebut adalah kata fasad. Dan manusia adalah faktor dominan atas terjadinya pemanasan global (bimâ kasabat aydî al-nâs). 6
Kata (دﺎﺴﻔﻟا) al-fasâd menurut al-Ashfahany, seperti yang dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsirnya al-Misbah adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan, baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan untuk menunjuk
apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain. Ia juga diartikan sebagai
antonim dari kata (ةﻼﺼﻟا) ash-shalâh yang berarti manfaat atau berguna.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 11, cet. 1, h. 77.
6
5
Kalau merujuk kepada al-Qur’an, ditemukan sekian banyak ayat yang
membicarakan tentang aneka kerusakan dan dalam konteks uraian tentang al-fasâd, antara lain: (QS. al-Baqarah [2]: 205). Dalam QS. a1-Mâ’idah [5]: 32, pembunuhan, perampokan dan gangguan keamanan, dinilai sebagai fasâd. Sedang QS. al-A’râf [71]: 85, menilai pengurangan takaran, timbangan dan hak-hak
manusia adalah fasâd. Dan masih banyak yang lain. Misalnva QS. al-Imrân [3]: 63, al-Anfâl [81: 73, Hud [11]: 116, an-Nisâ [27]: 34, Ghâfir [40]: 26, al-Fajr
[89]: 12, dan lain-lain.7
Penggunaan kata fasâd di dalam al-Quran yang berarti kerusakan sering dirangkai dengan kata ishlâh yang berarti perbaikan. Di dalam surat al-A’râf ayat 56, dengan memperhatikan kata fasâd dan kata ishlâh, Allah menjelaskan tentang perilaku buruk manusia terhadap lingkungan atau alam semesta.
☺
☺
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (al-A’raf: 56)
Dengan metode yang sama, memperhatikan kata fasâd dan kata ishlâh di dalam surat al-Syura ayat 150 -152 Allah swt memerintahkan atau mewajibkan
untuk bertakwa dan taat kepada-Nya serta tidak boleh mentaati perintah
orang-orang yang melampaui batas,
7
☺
“Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas. Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak Mengadakan perbaikan".
Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat bahwa kata yushlihûn pada ayat di atas untuk mengisyaratkan bahwa mereka sama sekali tidak melakukan sesuatu kecuali
perusakan. Ayat ini menurutnya bagaikan berkata: “Mereka itu tidak melakukan
sesuatu di permukaan bumi kecuali perusakan”.8
Menurut Quraish Shihab, hal itu akan jelas setelah memperhatikan dua
macam penggunaan kata yang berakar sama dengan kata yushlihûn yang digunakan ayat ini. Jika Anda menemukan sesuatu yang baik, yang memenuhi
nilai-nilainya, lalu Anda memeliharanya sehingga nilai-nilai itu langgeng, maka
ketika itu Anda melakukan shalah. Sedang bila Anda menemukannya dalam keadaan rusak lalu Anda memperbaikinya sehingga ia menjadi baik dan
bermanfaat sebagaimana semula, maka Anda melakukan apa yang dinamai ishlâh.
Selanjutnya jika Anda menemukan sesuatu yang telah memenuhi nilai-nilainya,
lalu Anda memberi nilai tambah kepadanya sehingga manfaatnya lebih besar dari
sebelumnya, maka ini pun dinamai ishláh.9
Begitu pula di dalam surat al-Baqarah ayat 11, Allah SWT mengecam
sikap orang orang munafik yang mengklaim atau mengaku dirinya sebagai
8
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume 10, cet. 1, h. 115. 9
7
☺
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan".
Pemanasan global sebagai bencana ekologi juga diakibatkan karena
adanya eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan
yang matang. Hal ini sesuai dengan aturan Islam yang menyatakan bahwa alam
diciptakan sesuai dengan kadarnya, sebagaimana tercantum dalam surat al-Hijr
ayat 19,
⌧
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al Hijr: 19).
Dalam Islam, manusia diberi tanggung jawab penuh untuk memanfaatkan
dan mengelola sumber daya alam, Dalam surat Huud ayat 61 Allah berfirman:
☺
Ayat-ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa manusia diciptakan
Allah untuk menjaga, mengelola atau memanfaatkan dan memakmurkan bumi
dengan beragam kekayaan sumber daya alam yang ada tanpa melakukan
eksploitasi atau perusakan. Manusia harus selalu diingatkan dan disadarkan bahwa
ketetapan dan hukum Tuhan, baik yang tersurat dalam al-Quran maupun yang ada
di alam semesta ini, tidak mungkin keliru atau spekulatif.
Sayangnya, manusia tidak cukup tergugah kalau hanya diingatkan secara
verbal dan visual. Sebagai contoh, ketika melihat keindahan alam semesta dan
kekayaan sumber dayanya, hasrat untuk menguasai dan nafsu untuk
mengeksploitasinya lebih dominan ketimbang nalar sehat untuk merawat dan
mendayagunakannya secara bertanggung jawab. Hal ini seperti yang tertuang di
dalam al-Qur’an,
⌧
“Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27)
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanasan
global merupakan salah satu bentuk fasad (kerusakan) yang dapat menggangu keseimbangan ekologi akibat ulah manusia (bimâ kasabat aydî al-nâs) yang tidak bertanggung jawab. Karena dampaknya yang bersifat destruktif begitu besar
9
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin tentu harus dapat menjawab tantangan itu. Dapatkah umat memperbaiki diri, memberikan keteladanan dan
kepeloporan. Pemanasan global merupakan wacana penting karena berhubungan
langsung dengan prilaku manusia dan kualitas hidupnya, termasuk gaya hidup dan
peradabanya.10
Oleh karena itu Islam diharapkan tampil untuk menjawab dan
menyelamatkan bumi, karena ajaran Islam terhadap fitrah bumi itu sendiri.
Kefitrahan nilai-nilai universal pengelolaan bumi terkandung di dalam
al-Qur’an.11
Manusia bekerja dengan tujuan mencapai pemenuhan terhadap garis-garis
fitrah yang telah dirumuskan Allah dalam wahyunya. Karena itulah al-Qur’an
merupakan rahmat yang besar yang dapat dijadikan prinsip untuk menaggulangi
bahaya pemanasan global, karena fitrah al-Qur’an adalah untuk mengatur tatanan
hidup di bumi.
Pemanasan global telah memberikan dampak yang serius bagi alam dan
kelangsungan hidup manusia di atas bumi. Solusi untuk mencegah bahaya
pemanasan global tidaklah cukup hanya dengan sains dan teknologi semata.
Namun perlu pendekatan lain yang lebih fundamental dan mengakar.
Berangkat dari uraian diatas, menurut penulis perlu adanya kajian
mendalam dan fundamental yang bersumber dari al-Qur’an untuk mengatasi
pemanasan global. Kajian tersebut akan dijabarkan dengan judul “Kerusakan
10
Fachruddin M Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 1.
11
Lingkungan Perspektif al-Qur’an: Studi Tentang Penanggulangan Pemanasan
Global”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Mayoritas kajian akademik dan penelitian tentang global warming baru
dilakukan dalam dua perspektif: ilmu pengetahuan-teknologi dan kebudayaan.
Sedikit sekali kajian serius yang melihat masalah global warming dari perspektif
keagamaan (Islam). Global warming juga belum banyak disinggung dalam
ceramah- ceramah agama. Kalaupun ada, pembahasan dan sikap terhadap global
warming bersifat retorika normatif, menghakimi, dan tidak jarang yang bernada
fatalistik. Global warming dipahami sebagai ”takdir”Tuhan yang tidak bisa
dihindari atau diubah oleh manusia. Sebagaimana bencana alam yang terjadi
bertubi-tubi, global warming merupakan ujian, hukuman, dan kutukan Tuhan atas
dosa-dosa manusia.
Al-Qur’an telah membuka wawasan dan cakrawala berpikir manusia sejak
kehadiranya di muka bumi. Sebagai way of life al-Qur’an sangat signifikan bagi kehidupan manusia terutama kontribusinya dalam memberikan solusi-solusi atas
berbagai macam problematika yang terjadi, termasuk di dalamnya yaitu
menyangkut persoalan pemanasan global.
Sebagaimana yang telah diungkapkan pada latar belakang masalah di atas,
11
kelangsungan hidup manusia di atas bumi. Sedangkan solusi untuk mencegah
bahaya pemanasan global tidaklah cukup hanya dengan sains dan teknologi
semata. Namun perlu pendekatan lain yang lebih fundamental dan mengakar.
Oleh karenanya, pembahasan kajian ini hanya akan terfokus pada solusi
fundamental mengenai pemanasan global yang digali dari sumber pokok ajaran
islam yaitu al-Qur’an.
Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana penanggulangan
pemanasan global dalam al-Qur’an”.
Kajian Kepustakaan
Berdasarkan studi kepustakaan yang penulis lakukan, penulis tidak
menemukan hasil karya penelitian yang mengkaji tentang pemanasan global
dalam al-Qur’an. Tetapi ada beberapa karya ilmiah yang memiliki keterkaitan,
yaitu seperti skripsi yang ditulis oleh RM. Portas Ali Anwar, “Kerusakan Bumi Perspektif al-Qur’an Menurut Ulama Kontemporer: Telaah atas Surat al-Rûm ayat 41”, dalam skripsi ini dijelaskan mengenai beberapa jenis kerusakan yang terjadi baik di darat maupun di laut yang didasarkan atas penafsiran para ulama
pada surat al-Rûm ayat 41.
Karya lainnya yang mempunyai keterkaian adalah skripsi yang di tulis
Inayatullah, “Cara Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hadits”, di dalamya membahas bagaima konsepsi Islam yang di landaskan atas hadits-hadits
Nabi, tentang menjaga kelestarian lingkungan.
Karya lainya adalah skripsi yang ditulis oleh Ade Saeful Uyun dengan
Terhadap Teori Etika Lingkungan Hidup”, yang menjadi pusat pembahasan dalam skripsi ini yaitu mengenai beberapa kritik teori lingkungan hidup atas buku
teori lingkungan hidup yang ditulis oleh Sonny Kraf.
Keterkaitan beberapa karya ilmiah di atas dengan pembahasan yang ingin
penulis bahas yaitu sama-sama berbicara masalah lingkungan hidup, tetapi dari
beberapa karya tersebut tidak ada satu pun yang menyinggung mengenai masalah
pemanasan global (global warming). Atas dasar inilah mengapa penulis mengambil judul skripsi “Solusi al-Qur’an terhadap Bahaya Pemanasan Global”. Selain dikarenakan tema ini belum ada yang membahasnya, tema pemanasan global juga merupakan tema aktual yang sedang ramai dibicarakan.
C. Metodologi Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data yang diperoleh melalui library research atau penelitian kepustakaan. Library research atau penelitian kepustakaan ini, penulis lakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku yang erat kaitanya dengan
masalah yang akan dikaji.
Karena ayat pemanasan global dalam al-Qur’an tidak ada, maka penulis
menggunakan kata fasad yang berarti kerusakan lingkungan, seperti (Q.S. al-Rum: 41, Q.S. al-A’râf: 56, Q.S. al-Syurâ: 150-153) sebagai metode dalam
pembahasan skripsi ini. Selanjutnya penulis mendeskripsikan dan menganalisa
ayat tersebut dengan pendapat-pendapat dari buku-buku rujukan baik primer
maupun sekunder. Adapun rujukan primer dalam skripsi ini yaitu al-Qur’an dan
13
Shihab, al-Mufradât fi al-Gharîb al-Qur’an karya Al-Asfahani, Zâd al-Masîr fi‘Ilmi al-Tafsîr karya Muhammad al-Jauzy, serta buku-buku pendukung lainnya, seperti, Dimensi Sains al-Qur’an karya Ahmad Fuad Fasha, konservasi alam dalam Islam karya Fakhruddin Mangunjaya.
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh PT. Hikmat Syahid Indah Jakarta tahun 2006.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini akan dibagi dalam
empat bab yang terinci sebagai berikut:
Pertama, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah tujuan, metodologi penelitian, sistematika penulisan, tujuan
dan manfaat penelitian, serta kajian pustaka.
Kedua, berisi pandangan umum tentang pemanasan global, meliputi pengertian pemanasan global, faktor-faktor penyebab pemanasan global, dampak
dan cara penanggulanganya.
Ketiga, berisi tentang solusi al-Qur’an terhadap bahaya pemanasan global, menjelaskan pemanasan global dalam al-Qur’an, solusi al-Qur’an terhadap bahaya
pemanasan global, meliputi keimanan dan ketakwaan, sadar lingkungan dan
pembangunan yang berkelanjutan.
Keempat, penutup, kesimpulan dan rekomendasi
1. Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:
a. Memberikan gambaran umum kepada masyarakat maupun akademisi
mengenai pemanasan global, bahaya dan cara penanggulanganya.
b. Menggali bagaimana al-Qur’an memberikan solusi atas bahaya
pemanasan global.
2. Manfaat Penelitian:
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
masalah ekologi dan lingkungan terutama masalah pemanasan global.
b. Bagi pihak akademis dan masyarakat luas, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam
masalah pemanasan global.
c. Bagi dunia pustaka, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam
BAB II
PANDANGAN UMUM TENTANG PEMANASAN GLOBAL
A. Pengertian Pemanasan Global
Bumi12 kita satu, tempat semua manusia hidup, berkembang, dan
menciptakan peradaban. Saat ini masyarakat sedikit banyaknya sudah mulai
tergugah dan sadar untuk memberikan perhatian ‘lebih’ kepada bumi sebagai alam
lingkunganya. Masyarakat tersadarkan karena pada akhir-akhir ini bencana alam
kerap kali menyapa mereka. Diantara bencana itu misalnya; tsunami, gempa bumi,
banjir, hujan asam, puting beliung, dan berbagi macam bencana lainya.
Kesadaran masyarakat yang dipicu oleh kejadian-kejadian alam yang
bersifat lokal pada akhirnya terakumulasi menjadi kesadaran bersama yang
bersifat global dan mendunia. Tentu saja akumulasi kesadaran ini tidak terjadi
secara serta-merta. Kesadaran masyarakat dunia tentang alam lingkunganya dipicu
12
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.
Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Titicaca, dan laut terbesar adalah Laut Kaspia. Lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi
oleh bencana yang bersifat global pula. Bencana global tersebut adalah terjadinya
perubahan iklim (climate change) yang disebabkan oleh pemanasan global (global warming).13
Pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu14 permukaan bumi
yang prosesnya disebut sebagai efek rumah kaca15. Jika dianalogikan, efek rumah
kaca itu ibarat mobil yang diparkir di tempat yang langsung terkena sinar matahari
13
Ada dua dekade penting yang dapat dipandang sebagai penanda awal tumbuhnya kesadaran manusia tentang keselamatan planet Bumi dan kelestarian lingkungan hidup. Pertama, dekade 1970, yang mencatat dua momentum bersejarah, yakni 22 April 1970 mengawali peringatan "Hari Bumi", yang diselenggarakan di Amerika Serikat atas inisiatif senator Gaylord Nelson; dan Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, hari pertamanya pada 5 Juni 1972, yang kemudian diperingati sebagai "Hari Lingkungan Hidup".
Kedua, dekade 1980, yang merekam munculnya suatu kesadaran yang diiringi oleh keprihatinan dan kekhawatiran yang mendalam akan kelangsungan lingkungan hidup dan masa depan umat manusia. David C. Korten (1993) pernah menyebutkan, "Tahun 1980-an menyadarkan orang akan kenyataan adanya ancaman lingkungan hidup yang lebih mendasar, yang membuktikan bahwa masyarakat manusia senang membuat sebagian besar dunianya menjadi tidak layak huni. Krisis lingkungan hidup bukan lagi merupakan suatu kemungkinan masa depan. Sebaliknya, krisis ini sudah menjadi realitas masa kini."
Apa yang dikatakan Korten tersebut kian menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan hidup pada tahun-tahun selanjutnya tidak berkurang. Dekade 1990 hingga berakhirnya abad ke-20 dan sampai sekarang di awal abad ke-21, yang baru berjalan delapan tahun, ternyata kesadaran tersebut tidak bisa menghentikan atau menahan laju kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam (natural disaster) sekarang ini bukan lagi merupakan fenomena lokal atau regional, tapi telah menjadi fenomena global seperti petaka global warming.
14
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure). Mengacu pada SI, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celsius, Fahrenheit, dan Reamur. Pada skala Celsius, 0°C adalah titik dimana air membeku dan 100°C adalah titik didih air pada tekanan 1 atmosfer. Skala ini adalah yang paling sering digunakan di dunia. Skala Celsius juga sama dengan Kelvin sehingga cara mengubahnya ke Kelvin cukup ditambahkan 273 (atau 273.15 untuk lebih tepatnya). Skala Fahrenheit adalah skala umum yang dipakai di Amerika Serikat. Suhu air membeku adalah 32°F dan titik didih air adalah 212°F. Sebagai satuan baku, Kelvin tidak memerlukan tanda derajat dalam penulisannya. Misalnya cukup ditulis suhu 20 K saja, tidak perlu 20° K. Suhu paling terdingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21 Juli 1983 dengan suhu -89,2°C. lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu.
15
17
(semua jendelanya tetutup). Sinar matahari akan menembus kaca mobil, dan di
dalam mobil sinar itu berubah menjadi panas. Panas tersebut tidak dapat keluar
karena tertahan oleh kaca sehingga suhu di dalam mobil naik.16
Dalam keadaan normal gas rumah kaca dibutuhkan. Sebab tanpa adanya
gas rumah kaca, suhu rata-rata bumi hanyalah -180C, terlalu dingin bagi
kehidupan makhluk hidup. Dengan adanya gas rumah kaca, suhu rata-rata bumi
menjadi +150C, cocok bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Masalahnya
sekarang adalah, baik kadar maupun jenisnya, gas rumah kaca (selanjutnya ditulis
GRK) intensitasnya terus meningkat. Jika kecenderungan kenaikan kadar GRK
terus berlanjut seperti sekarang, diperkirakan suhu permukaan bumi akan
meningkat 1,5 sampai dengan 4,50C pada akhir abad yang akan datang.17
Gas yang paling dominan dalam meningkatkan efek rumah kaca adalah
karbon dioksida (CO2). Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca
adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan kholro-fluoro
karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan
efek rumah kaca dan disebut sebagai gas rumah kaca.18
Gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi
gelombang-pendek atau cahaya Matahari, tetapi menyerap dan memantulkan
radiasi gelombang-panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat
panas sehingga suhu atmosfer bumi makin meningkat. Bumi yang diliputi gas-gas
16
Ulfah Utami, Konservasi Sumber Daya Alam: Perspektif Islam dan Sains, Malang:
UIN Malang Press, 2008), h.140-141
17
John Firor, Perubahan Atmosfer: Sebuah Tantangan Global, Terj. Yuliani Lipoto, (
Bandung: Rosda Jaya Putra, 1995), H. IX-X.
18
tersebut bagaikan di dalam rumah kaca yang selalu lebih panas dibanding suhu
udara di luarnya. Oleh karena itu, gas-gas tersebut dinamakan gas rumah kaca
(GRK) dan pengaruh yang ditimbulkannya dikenal dengan nama efek rumah kaca
yang selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim.19
Menumpuknya gas tersebut di atmosfer dapat menghalangi keluarnya
panas dari permukaan bumi ke angkasa. Akibatnya panas tersebut terkurung di
dekat muka bumi dan meningkatkan suhu permukaan bumi. Meningkatnya suhu
ini akan mengubah pola iklim dunia.20
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)21 menyimpulkan
bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan
dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,
termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan
19
Rukaesih Ahmad, Kimia Lingkungan…, h. 3.. 20
A. Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
Cet. 2, h. 254
21
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau "Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim" adalah suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) untuk mengevaluasi resiko perubahan iklim akibat aktifitas manusia, dengan meneliti semua aspek berdasarkan pada literatur teknis/ilmiah yang telah dikaji dan dipublikasikan. Panel ini terbuka untuk semua anggota WMO dan UNEP.
19
yang dikemukakan IPCC tersebut.22
Penggunaan kata global dalam bencana tersebut karena dalam
kenyataannya bencana itu terjadi di mana-mana, di berbagai pelosok dan tempat
yang ada di dunia ini yang menjadi ekosistem manusia dan makhluk lainnya, baik
yang biotik maupun abiotik. Penyebutan bencana alam sebagai fenomena global
itu juga tak hanya menunjukkan adanya koneksitas dan perambatan bencana alam,
misalnya dengan pemicu dan penyebabnya ada di suatu daerah atau negara
tertentu, tapi juga dampak dan magnitude-nya bisa menimpa wilayah dan belahan dunia lain.23
Dahulu, semua perubahan iklim berjalan secara alami. Tetapi dengan
adanya Revolusi Industri, manusia mulai mengubah iklim dan lingkungan
tempatnya hidup melalui tindakan-tindakan agrikultural dan industri. Revolusi
Industri adalah saat dimana manusia mulai menggunakan mesin untuk
mempermudah hidupnya. Sebelumnya, manusia hanya melepas sedikit gas ke
atmosfir, namun saat ini dengan bantuan pertumbuhan penduduk, pembakaran
bahan bakar fosil dan penebangan hutan, manusia mempengaruhi perubahan
komposisi gas di atmosfir. 24
Ketika revolusi industri baru dimulai sekitar tahun 1850, konsentrasi
salah satu GRK penting yaitu CO2 di atmosfer baru 290 ppmv (part per million by
volume), saat ini (l50 tahun kemudian) telah mencapai sekitar 350 ppmv. Jika pola
22
Pemansan Global, artikel diakses pada 5 Februari 2010 di http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
23
Keniscayaan Pertobatan Ekologis, artikel diakses pada 5 Februari 2010 dari http://www.korantempo.com/korantempo/2008/06/05/Opini/krn,20080605,74.id.ht
24
konsumsi, gaya hidup, dan pertumbuhan penduduk tidak berubah, 100 tahun yang
akan datang konsentrasi CO2 diperkirakan akan meningkat menjadi 580 pprmv
atau dua kali lipat dari zaman pra-industri. Akibatnya, dalam kurun waktu 100
tahun yang akan datang suhu rata-rata bumi akan meningkat hingga 4,5 °C dengan
dampak terhadap berbagai sektor kehidupan manusia yang luar biasa besarnya.
Menurunnya produksi pangan, terganggunya fluktuasi dan distribusi ketersediaan
air, penyebaran hama dan penyakit tanaman, dan manusia adalah di antara
dampak sosial ekonomi yang dapat ditimbulkan. Tidak semua negara industri
penyebab masalah ini siap rnengatasinya karena upaya mitigasi yang menangani
penyebabnva memerlukan biaya yang tinggi.25
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.26
B. Penyebab Terjadinya Pemanasan Global
Sumber energi yang terdapat di Bumi semuanya berasal dari Matahari.
Ketika energi matahari mengenai permukaan bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi kemudian akan
menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
25
Daniel Murdianto, Konvensi Perubahan Iklim, (Jakarta: Kompas, 2003), h. 1-2
26
21
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi cahaya matahari. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi
berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas
tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang
terperangkap di bawahnya.27
Efek rumah kaca sebenarnya sangat dibutuhkan oleh segala makhluk
hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C
sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya,
akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global
menjadi akibatnya.28
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu
utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil
(bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui).
Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat,
27
John Firor, Perubahan Atmosfer…, h. 12-13.
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua h berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/efek rumah kaca.
28
Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain. Ini diakibatkan oleh pola
konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih
tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk negara-negara berkembang meski
tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu
pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi
tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di
negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara
dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang
tahun ini tercatat pada rekor dunia ”Guinnes Record Of Book” sebagai negara
tercepat yang rusak hutannya.29
Menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC).
Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di
seluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB.
Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70
sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di
negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di
Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh
dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya
musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el
Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya
sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah
Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal
29
23
sejuk dan dingin makin hari makin panas saja.30
Terjadinya pemanasan global disebabkan karena meningkatnya kadar
CO2. Adapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar CO2 yaitu
bertambahnya emisi CO2 dan berkurangnya absorber.31
Pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang
menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.
(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,
kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara
menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
R. Saeful Ashadi mengatakan, global warming adalah korban peradaban
modern. Kehidupan modern yang sarat akan penggunaan teknologi, menyerap
pemanfaatan bahan-bahan alami untuk meghasilkan berbagai produk dan
menuntut besarnya penggunaan bahan bakar untuk menunjang aktivitas produksi
tersebut. Ketika pemanfaatan bahan-bahan alami dan penggunaan bahan bakar
yang juga bersumber dari alam ini kemudian dieksploitasi secara tak terkendali
serta mengabaikan proses pembaruannya, maka akan menyebabkan krisis ekologis
dan energi.32
30
Pemanasan Global…, http://www.walhi.or.id
31
Al-Gore, Bumi dalam Keseimbangan: Ekologi dan Semangat Manusia, (terj. Hira
Jhamtani, (Jakarta: Yayasan Obor, 1994), h. xxxi
32
C. Dampak Pemanasan Global
Mengawali penjelasan pada dampak pemanasan global, mengutif dari
suatu pertanyaan penting yang dilontarkan oleh Jhon Firor, “berapa besar
kepercayaan yang harus diberikan pada proyeksi-proyeksi perubahan iklim yang
cepat ini?33 merupakan dilema bahwa dampak pemanasan global tidak bisa
dipandang seperti hujan yang berdampak secara langsung dan kasat mata pada
terjadinya banjir di beberapa kawasan.
Dari berbagi sudut pandang, para ilmuan telah membuat beberapa
prakiraan mengenai dampak pemanasan global, diantara beberapa dampak yang
disebabkan oleh pemanasan global yaitu dampaknya terhadap cuaca, tinggi
permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan
manusia.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut
di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan
para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi)
pada abad ke-21. 34
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di
negara-negara yang menguasai teknologi dan industri diantaranya Amerika (36,1%), Rusia (17,4%), Jepang (8,%), Jerman (7,4%), Inggris (4,2%), Kanada (3,3%), Italia (3,1%), Polandia (3%), Prancis (2,7%), dan Australia (2,1%). Amerika dan Eropa dengan populasi penduduk 21,4%
dunia, menghabiskan 59,1% bahan bakar dunia. Lihat di Sistem Islam Solusi Fundamental Global
Warming, http://syariahpublications.com/index.php
33
John Firor, Perubahan Atmosfer…, h. 74
34
25
daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida
Everglades.35
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim
dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.36
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan
35
A.Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan…, h. 254-255
36
DadelMurdiyarso, Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim,
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya
tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin
akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya
masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian
Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan
air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan
dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.37
Kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5 derajat celcius hingga 2,5
derajat celcius, di samping menyebabkan udara makin panas, juga akan
menyebabkan kepunahan 20 persen hingga 30 persen spesies tanaman dan hewan.
Suhu yang panas juga mempengaruhi produktivitas pertanian di daerah tropis
seperti Asia dan Afrika. Diperkirakan stok pangan akan mengalami penurunan
dan hal ini akan meningkatkan risiko bencana kelaparan.38
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau
ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi,
pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
37
DadelMurdiyarso, Sepuluh Tahun Perjalanan…, h. 20-21
38
27
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara
cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.39
Dari sisi kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan
tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul
diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan
hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta
kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama
maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat
terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir.40
Ahli biologi memperkirakan bahwa kenaikan suhu global mencapai 2oC
akan memusnahkan 30 % species yang peka terhadap kenaikan suhu udara.
Hilangnya species tersebut akan mengganggu siklus kehidupan serta
keseimbangan daur hidup dan rangkai makanan. Hal ini juga akan mengganggu
pola penularan vector borne diseases, dikarenakan serangga akan semakin aktif pada suhu yang lebih hangat. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang
disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya
berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui
gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga
benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk
semakin berkembang biak terutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat
39
Untuk mengetahui punahnya flora dan fauna yang terjadi kita bisa lihat di Ela
Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap Kesehatan Masyarakat di
Indonesia. Dalam Medika Islamika: Jurnal Kedokteran, Kesehatan dan Keislaman,Vol. 5, No. I, Mei 2008. Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehtan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
40
gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif
terhadap perubahan iklim. 41
D. Cara Menanggulangi Pemanasan Global
Krisis pemanasan global harus segera diatasi. Ada beberapa langkah
yang bisa dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim yang disebabkan oleh
pemanasan global tersebut. Namun tentunya akan lebih efektif jika warga bumi
bersama-sama aktif dan berpartisipasi secara serius untuk menjaga keseimbangan
ekosistem. Tetapi pemerintahlah yang tetap mempunyai tanggung jawab lebih
besar untuk menyelesaikan persoalan krisis global ini.
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa pemanasan global diakibatkan
oleh naiknya kadar gas karbondioksida (CO2), yang kemudian membentuk GRK
(gas rumah kaca). Peningkatan CO2 ini disebabkan oleh banyaknya penggunaan
bahan bakar fosil baik untuk kepentingan industry, transportasi maupun
kebutuhan lainya. Maka untuk mengatasi krisis pemanasan global salah satunya
adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini
tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang
ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Arne Naess (1993) salah seorang penganjur ekosentrisme dan deep
41
Ela Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap
29
ecology pernah menyatakan bahwa krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini hanya bisa diatasi dengan merubah secara fundamental dan radikal cara pandang
dan perilaku manusia terhadap alam lingkungannya. Tindakan praktis dan teknis
penyelamatan lingkungan dengan bantuan sain dan teknologi ternyata bukan
merupakan solusi yang tepat. Yang dibutuhkan adalah perubahan perilaku dan
gaya hidup yang bukan hanya orang perorang, akan tetapi harus menjadi semacam
budaya masyarakat secara luas. Dengan kata lain dibutuhkan perubahan
pemahaman baru tentang hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya
yang akan bisa melandasi perilaku manusia terhadap alam.42
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon
dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan
karbon dalam kayunya. Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara
langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke
sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi
juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur
minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu
anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang
terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke
aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.43
Selain itu, Negara-negara internasional juga telah membuat suatu
42
A.Sonny Kerap, Etika Lingkungan, (Jakarta:Kompas, 2006), H. xiv.
43
pertujuan untuk menangani masalah pemanasan global ini. Kerjasama
internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca.
Salah satu amandement dari kesepakatan internasional itu adalah protocol Kyoto.
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka
Kerja PBB tentang Perubahan Iklim UNFCCC (United Nation Framework
Convention on Climate Changes), sebuah persetujuan internasional mengenai
pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen
untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca
lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah
atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan
global.
Konvensi Perubahan Iklim disepakati oleh kepala pemerintahan 154
negara dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro, Juni 1992. Setelah setiap negara
selesai meratifikasikannya, mulailah konvensi diberlakukan sejak 1994. Mandat
Protokol Kyoto, dalam tahun 2008-2012, negara industri harus menurunkan
tingkat emisi gas rumah kaca 5,2 persen di bawah tingkat tahun 1990. Untuk ini
dikembangkan CDM (Clean Development Mechanism) serta dana bantuan negara
maju kepada negara berkembang melalui Global Environment Facility (GEF). Hingga tahun 2004 GEF mengeluarkan 1,8 miliar dollar AS, di antaranya China
menerima 438 juta dollar AS dan Indonesia 30 juta dollar AS. Menurut Oxfam, dana yang dibutuhkan bagi negara berkembang sekitar 50 miliar dollar AS
setahun. Dari semua negara industri, AS dan Australia yang tidak ikut Protokol
31
sehingga kira-kira 40 persen emisi negara industri tidak masuk Protokol Kyoto.44
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika
perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi
bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang
keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang
dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah
kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat.
Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh
industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang
produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim
bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat
menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.
Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan
hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan
dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan
proses industri yang lebih efisien.45
44
Emil Salim, Jalan Bali Setelah Protokol Kyoto, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari r.id/tropika/tropika.php?catid
45
Ela Laelasari Minsarwati, Antisipasi Dampak Pemanasan Global Terhadap
A. Pemanasan Global sebagai Kerusakan Bumi
Secara definitif padanan kata pemanasan global dalam al-Qur’an memang
tidak ada atau belum penulis temukan. Tetapi jika diteliti lebih lanjut. Pemanasan
global merupakan salah satu dari sekian banyak banyak kerusakan alam. Hal ini
telah dijelaskan dalam Bab II bahwa faktor utama pemanansan global disebabkan
karena meningkatnya kadar CO2. Meningkatnya kadar CO2 disebabkan oleh
meningkatnya kadar emisi CO2 dan berkurangnya absorberCO2. Adapun sektor
utama penghasil CO2 yaitu oleh pembangkitan energi, transportasi, dan industri.
maka ada beberapa ayat yang bisa dijadikan rujukan. Kalau merujuk kepada
al-Qur’an, ditemukan sekian banyak ayat yang membicarakan tentang aneka
kerusakan. Diantara term-term dalam al-Qur’an yang terkait langsung dengan
kerusakan lingkungan adalah term fasâd. Term fasâd dengan seluruh kata jadiannya di dalam al-Qur’an terulang sebanyak 50 kali. Fasâd berarti ءﻰﺸﻟاجوﺮﺧ
لاﺪﺘ ا ﻦ (sesuatu yang keluar dari keseimbangan),1 kata ini digunakan untuk
menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain. Ia juga diartikan
sebagai antonim dari kata (حﻼﺼﻟا) ash-shalâh yang berarti manfaat atau berguna.2 Secara umum, keduanya terkait dengan sesuatu yang manfaat dan tidak manfaat.
Artinya, apa saja yang tidak membawa manfaat baik secara individu maupun
1
Al-Asfahani, al-Mufradât fi al-Gharîb al-Qur’an, (Beirut: Dârul Ma’rifah, tth), jilid 1, h. 207.
2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Volume 11, cet. 1, h. 77.
33
1. Perilaku menyimpang dan tidak bermanfaat.
☺
“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." (QS. Al-baqarah /2:11)
Fasâd di sini bukan berarti kerusakan benda, melainkan perilaku menyimpang, Paling tidak term fasâd di sini memiliki tiga pengertian yaitu: memperlihatkan perbuatan maksiat, persekutuan antara orang-orang munafik
dengan orang-orang kafir dan sikap-sikap kemunafikan.5
☺
☺
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-A’râf /7:56).
3
Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’an, Pelestarian Lingkungan Hidup: Tafsir al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Lajnah pentashihan al-Qur’an, 2009), vol. 4, h. 272.
44
Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’an, Pelestarian Lingkungan Hidup …, h. 272-276 5
Ayat ini menunjukan larangan untuk berbuat kerusakan atau tidak
bermanfaat dalam bentuk apa pun, baik menyangkut perilaku, seperti merusak,
membunuh, mencemari sungai, dan lain-lain. Maupun menyangkut akidah, seperti
kemusyrikan, kekufuran dan segala bentuk kemaksiatan. Akan tetapi term islah6
di sini, sebagai poros yang belawanan dari fasâd, menurut ulama menyangkut persoalan akidah bukan fisik. Artinya Allah telah memperbaiki bumi ini dengan
mengutus Rasul-Nya menurunkan al-Qur’an dan penetapan syari’ah. Melihat hal
ini, terjadinya kerusakan mental akan menjadi sebab terjadinya kerusakan fisik.
2. Ketidakteraturan/berantakan.
⌧
☺
⌧
☺
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan”. (QS. al-Anbiya /21:22).
Term fasâd di sini berarti tidak teratur. Artinya, jika di alam raya terdapat Tuhan selain Allah, niscaya tidak akan teratur. Padahal perjalanan matahari,
bulan, bintang da milyaran planet semuanya berjalan secara teratur, maka
pengaturnya pasti satu, yaitu Allah.7
3. Perilaku destruktif (merusak)
6
Jika Anda menemukan sesuatu yang baik, yang memenuhi nilai-nilainya, lalu Anda memeliharanya sehingga nilai-nilai itu langgeng, maka ketika itu Anda melakukan shah. Sedang bila Anda menemukannya dalam keadaan rusak lalu Anda memperbaikinya sehingga ia menjadi baik dan bermanfaat sebagaimana semula, maka Anda melakukan apa yang dinamai ishlâh. Selanjutnya jika Anda menemukan sesuatu yang telah memenuhi nilai-nilainya, lalu Anda memberi nilai tambah kepadanya sehingga manfaatnya lebih besar dari sebelumnya, maka ini pun dinamai ishláh. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…,Vol 10, cet. 1, h. 115.
7
35
⌧
☺
⌧ ⌧
“Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia Jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat”. (QS. al-Naml /27:34).
Kata ifsad di sini berarti merusak apa saja yang ada, baik benda maupun orang, baik dengan membongkar, merobohkan, maupun menjadikan mereka tidak
berdaya dan kehilangan kemuliaan.8
4. Kerusakan lingkungan
⌧
☺
⌧
⌧
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. al-Rûm /30:41).
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasâd itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, dapat juga berarti
bahwa darat dan laut sendiri telah mengalami keruksakan, ketidak seimbangan
serta kekurangan manfaat. Laut telah tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut
berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau panjang. Alhasil,
8
keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama
kontemporer memaharni ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan.9
Makna al-fasâd pada ayat di atas bersifat ‘am (umum). Ini berarti bahwa segala kerusakan bumi baik di darat maupun di laut dalam berbagi bentuknya
dapat disebut sebagai al-fasâd. Kerusakan di darat misalnya, seperti longsor,
gempa, banjir dan sejenisnya bisa dikatakan sebagai al-fasâd fi al-ardh.
Berdasarkan ayat ini, maka global warming merupakan salah satu bentuk al-fasâd
yang disebabkan oleh perbuatan manusia.
Adapun term-term lain yang memiliki makna kerusakan adalah halaka. Term halaka dan seluruh kata jadiannya dalam aal-Qur’an ada 68 kali. Dengan mengacu kepada penjelasan al-Asfahani, term halaka bisa dibagi dalam empat kategori, yaitu: 10
a. Berarti hilangnya sesuatu dari diri seseorang, menghabiskan harta benda,
kerugian atau kemudaratan, kehancuran berupa kerusakan alam.
b. Berarti kematian atau meninggal dunia.
c. Berarti fana’ atau lawan dan baqa’.
d. Berarti kebinasaan dan kehancuran kolektif (makna seperti ini yang paling
banyak).
Dari klasifikasi di atas, term halaka yang menunjukkan arti kehancuran yang mengarah kepada kerusakan alam yaitu:
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…,Vol. 11, cet. 1, h. 77. 10
37
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS.al-Baqarah /2:205).
Secara deskriptif tentang term-term fasâd dan halaka, bisa dijelaskan sebagai berikut;
“Untuk term fasâd, jika berbentuk masdar dan berdiri sendiri, maka menunjukkan kerusakan yang bersifat hissi/fisik, seperti banjir, pencemaran udara, dan lain-lain; dan jika berupa kata kerja fi’il atau bentuk masdar namun sebelumnya ada kalimat fi’il, maka yang terbanyak adalah menunjukkan arti kerusakan yang bersifat non fisik/ma’nawi, seperti kafir, syirik, munafilk, dan sejenisnya.
Dengan demikian, bisa dipahami hahwa kerusakan yang bersifat fisik pada hakikatnya merupakan akibat dari kerusakan non-flsik atau mental. Argumentasinya, bahwa ayat-ayat yang bisa diidentifikasi sebagai yang menunjukan makna kerusakan lingkungan juga tidak secara spesifik dinyatakan sebagai akibat langsung dan perilaku manusia, seperti illegal logging, pencemaran udara, dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita bisa melihat adanya korelasi positif antara kerusakan lingkungan dengan rusaknya sikap mental atau keyakinan yang menyimpang.
Perilaku menyimpang, merusak, dan tidak bermanfaat sebenarnva menjadi cerminan rusaknya mental seseorang. Makanya, Allah mendedikasikan untuk senantiasa menjaga bumi ini jika perilaku penduduknya menceminkan seorang mushlih sebagai antonim dari fasâd, yaitu senantiasa berusaha untuk mengembangkan kebajikan yang bersifat sosial. Dengan kata lain, memiliki dampak secara nyata dalam kehidupan kemanusiaan dan lingkungan hidup secara umum”.11
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kerusakan lingkungan sebagai
pemicu terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim secara tidak langsung
diungkap oleh al-Qur’an dengan ungkapan dhahar al-fasâd fi al-ardhi wa al-bahri
dimana titik berat dari pernyataan tersebut adalah kata fasâd.12 term fasâd
11
Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’an, Pelestarian Lingkungan Hidup…,h. 277-278. 12
Kata (ﺮﻬﻇ) zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu di permukaan bumi, baik
tampaknya term yang mendekati atau bisa dijadikan dasar untuk mengurai
pemanasan global dalam al-Qur’an.
B. Cara Menanggulangi Pemanasan Global dalam Al-Qur’an
Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal
kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan) melalui alam semesta,
karena alam semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang
memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali kepada Allah yang
Menciptakan alam.
Islam sebagai agama rahmatan lil‘âlamin tentu harus dapat menjawab tantangan itu. Dapatkah umat memperbaiki diri, memberikan keteladanan dan
kepeloporan. Pemanasan global merupakan wacana penting karena berhubungan
langsung dengan prilaku manusia dan kualitas hidupnya, termasuk gaya hidup dan
peradabanya.13
Oleh karena itu Islam diharapkan tampil untuk menjawab dan
menyelamatkan bumi, karena ajaran Islam terhadap fitrah bumi itu sendiri.
Kefitrahan nilai-nilai universal pengelolaan bumi terkandung di dalam
bumi, sehingga tidak nampak. Kata zhahara pada ayat di atas dalam arti banyak dan tersebar. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Vol. V, h. 76
13
39
Qur’an.14
Manusia bekerja dengan tujuan mencapai pemenuhan terhadap garis-garis
fitrah yang telah dirumuskan Allah dalam wahyu-Nya. Karena itulah al-Qur’an
merupakan rahmat yang besar yang dapat dijadikan prinsip untuk menaggulangi
bahaya pemanasan global, karena fitrah al-Qur’an adalah untuk mengatur tatanan
hidup di bumi.
Pemanasan global telah memberikan dampak yang serius bagi alam dan
kelangsungan hidup manusia di atas bumi. Solusi untuk mencegah bahaya
pemanasan global tidaklah cukup hanya dengan sains dan teknologi semata.
Namun perlu pendekatan lain yang lebih fundamental.
Pada bab II telah dijelaskan bahwa pemanasan global disebabkan karena
meningkatnya kadar CO2. Meningkatnya kadar CO2 disebabkan oleh
meningkatnya kadar emisi CO2 dan berkurangnya absorberCO2. Adapun sektor
utama penghasil CO2 yaitu oleh pembangkitan energi, transportasi, dan industri.
Maka secara teknis pemanasan global dapat diatasi dengan mengurangi emisi CO2
dan meningkatkan absorber CO2. Adapun untuk mengurangi CO2 secara teknis
dapat dilakukan dengan penghematan bahan bakar, penggantian bahan bakar
berbasis fosil dengan sumber energi baru/terbarukan, penangkapan co2 pada emisi
gas buang industri dan alat transportasi dan lain sebagainya. Sedangkan untuk
memperbesar absorber yaitu dapat dilakukan dengan cara, penanaman hutan
kembali (absorber alami), memperkecil polusi yang merusak vegetasi darat dan
laut, dan membuat absorber CO2 buatan. Namun demikian, sebab-sebab dan
14