Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SITI KHOLIFAH
204018203278
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Kholifah
Nim : 204018203278
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakutas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2011
.
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk
Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Siti Kholifah NIM: 204018203278
Dibawah bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Yefnelti Z, M.Ag Drs. Hasyim Asy`ari, M.Pd NIP: 195311011982032001 NIP: 196610091993031004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25
Oktober 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S1) pada Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
Jakarta, 05 Desember 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil
NIP. 195605301985031002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. H. Mu`arif Sam, M.Pd
NIP. 196507171994031005 . . .
Penguji I
Dr. Sururin, M.Ag
NIP. 197103191998032001
Penguji II
Drs. H. Masyhuri, A.M., M.Pd NIP. 195005181987031002
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
i
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan profesinya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya sebagai guru. Tujuannya agar dapat memenuhi kewajibannya, yaitu mengajar, mendidik, dan membimbing siswa. Untuk itu, guru senantiasa harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi sosial, pribadi, maupun profesional. Salah satunya dengan mengikuti berbagai program peningkatan profesionalisme guru dan tidak lupa untuk menerapkannya di lapangan atau dalam proses belajar mengajar maupun dalam penampilan serta sikapnya di lingkungan masyarakat. Karena sikap guru menjadi cerminan atau teladan bagi siswa dan masyarakat di sekitarnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor, dengan metode deskriptif analisis. Yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi seluas-luasnya tentang variabel yang bersangkutan, sebagai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah 69. Namun, dalam hal ini kuesioner disebarkan kepada siswa karena mereka yang akan menilai para guru.
ii Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sang
pemilik kerajaan langit dan bumi, Maha Berilmu dan Maha Mengetahui, yang
memberikan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan
izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat
dan seluruh manusia yang menyerukan kebenaran.
Skripsi dengan judul “Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor” adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan
Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi
ini tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Nurlena Rifa`i, M.A., Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan
Islam dan sekaligus ketua program studi Manajemen Pendidikan Drs. Mu’arif
Sam M.Pd, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.
3. Ibu Dra.Yefnelty Z, M.Ag, dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Hasyim
Asy’ari, M.Pd, dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya
untuk membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat serta motivasi
iii MAN 2 Kota Bogor.
5. Seluruh staf administrasi dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
yang telah banyak membantu penulis dalam proses birokrasi jurusan.
6. Suamiku tercinta, Firman Syah, S.Sos.I yang senantiasa menyayangi
sekaligus memotivasi sehingga penulis terus bersemangat.
7. Kedua orang tuaku tercinta Almarhumah Ibuku Marhamah dan Ayahku
Nasikin serta Ibu Sulastri yang telah memberikan segenap do’a, perhatian
serta kasih sayangnya kepada penulis.
8. Kakak dan Adikku tersayang Mas Ipul dan Bulloh, yang tidak
bosan-bosannya memberikan saran dan kritik serta motivasinya kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat KI-MP senasib seperjuangan terutama Susi, Alin, Amin, Ka
Vita, dan Dewi doank. Makasih ya sob atas kebersamaan dan motivasinya.
10. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik
yang bersifat membangun dan sangat berguna demi perbaikan di masa yang akan
datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua yang membacanya, khususnya bagi penulis pribadi. Aamiiin.
Wassalaamu ’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 10 Desember 2011
iv Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Panitia Ujian
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... vi
Daftar Lampiran ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Profesionalisme Guru ... 6
B. Kompetensi Profesional Guru ... 9
C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional ... 14
D. Ciri-Ciri Guru Profesional... 17
E. Tugas dan Peran Guru ... 17
F. Kode Etik Profesi Guru ... 21
G. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru ... 21
1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru ... 22
2. Pembinaan Guru ... 25
v
C. Populasi dan Sampel ... 29
D. Metode Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Instrumen Penelitian ... 31
G. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 2 Kota Bogor ... 36
1. Sekilas Tentang MAN 2 Kota Bogor ... 36
2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 2 Kota Bogor ... 37
3. Keadaan Guru MAN 2 Kota Bogor ... 38
4. Sarana dan Prasarana ... 41
B. Analisa Data ... 42
1. Deskripsi Data ... 42
2. Analisis dan Interpretasi Data ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran-Saran ... 62
vi
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah... 33
Tabel 3 Kategori Penilaian... 35
Tabel 4 Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor ... 38
Tabel 5 Keadaan Guru Honorer MAN 2 Kota Bogor ... 40
Tabel 6 Guru Mengaitkan Materi Yang Diajarkan Dengan Pengalaman Siswa ... 42
Tabel 7 Cara Mengajar Guru Sesuai Dengan Kemampuan Siswa... 43
Tabel 8 Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Yang Diajarkan Guru ... 43
Tabel 9 Referensi Yang Digunakan Tidak Hanya Dari Satu Sumber... 44
Tabel 10 Guru Menjelaskan Materi Yang Tidak Dikuasainya Pada Pertemuan Berikutnya ... 44
Tabel 11 Penerapan Teknik Mengajar Secara Bervariasi ... 45
Tabel 12 Penerapan Teknik Mengajar Sesuai Karakteristik Siswa... 45
Tabel 13 Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Disertai Metode Tanya Jawab... 46
Tabel 14 Mengembangkan Alat/Media Belajar ... 46
Tabel 15 Penerapan Alat/Media Belajar Sesuai Karakteristik Siswa ... 47
Tabel 16 Guru Mengajukan Pertanyaan Kepada Siswa Pada Akhir PBM ... 47
Tabel 17 Pelaksanaan Evaluasi Belajar... 48
Tabel 18 Pertanyaan Sesuai Dengan Topik Yang Telah Diajarkan ... 48
Tabel 19 Guru Mengulas Kembali Soal-Soal Yang Tidak Dikuasai Siswa... 49
Tabel 20 Keluwesan Guru Dalam Mengajar... 49
Tabel 21 Guru Menguasai Materi Yang Diajarkan... 50
Tabel 22 Guru Memiliki Pengetahuan Yang Luas... 50
Tabel 23 Guru Berbagi Pengalaman Belajar Kepada Siswa ... 51
Tabel 24 Guru Terampil Dalam Mengajar... 51
vii
Tabel 29 Menghukum Siswa Yang Tidak Disiplin... 54
Tabel 30 Guru Menjelaskan Materi Disertai Contoh-Contoh Pengalaman Siswa ... 54
Tabel 31 Guru Memberi Kebebasan Berpendapat Kepada Siswa ... 55
Tabel 32 Memberikan Tugas Pekerjaan Rumah Yang Sesuai Dengan Topik . 55 Tabel 33 Guru Mensyaratkan Kebersihan Kelas Pada Saat PBM Berlangsung ... 56
Tabel 34 Penerapan Pola Tempat Duduk Siswa ... 56
Tabel 35 Memantau Siswa Ke Setiap Sudut Kelas ... 57
Tabel 36 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator... 58
viii 2. Pedoman Wawancara
3. Hasil Wawancara
4. Skor Perhitungan Kuesioner Profesionalisme Guru Di MAN 2 Kota Bogor
5. Surat Pengajuan Proposal Skripsi
6. Surat Bimbingan Skripsi
7. Surat Keterangan MAN 2 Kota Bogor
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari
kehidupan. Oleh karenanya pendidikan selalu menjadi bahan pembicaraan atas
maju atau mundurnya perkembangan suatu bangsa.
Masa depan bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan
upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk mencerdaskan generasi
muda. Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945 alenia ke-4, salah satu cita-cita kemerdekaan nasional Indonesia
adalah keinginan untuk mencerdaskan bangsa. Semangat tersebut seharusnya
memberikan spirit dan komitmen semua elemen bangsa, khususnya para
penyelenggara negara, untuk menyatukan visi dan misi serta tekad dalam
membangun mutu pendidikan nasional.1
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan,
karena harus didesain sedemikian rupa melalui perencanaan yang sistematis.
Ketika berbicara pembelajaran, maka tidak bisa lepas dari peran dan fungsi guru,
karena guru merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran.
Mohammad Surya mengemukakan satu pandangan bahwa upaya mencapai
1
pendidikan berkualitas harus dimulai dengan guru yang berkualitas. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata,
hanya menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.2
Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja
profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap
upaya pendidikan. Dengan kesadaran tersebut, diharapkan guru akan senantiasa
melaksanakan tugasnya secara baik dan benar.
Guru profesional adalah guru yang berkemampuan dalam meminimalisir
kesalahan-kesalahan. Hal ini biasa terjadi saat kegiatan belajar mengajar.3 Melalui
sikap guru yang profesional tersebut, maka kompetensi guru dapat terwujud.
Sebab, kompetensi sendiri dinilai penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya.
Sebagaimana dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
menyatakan bahwa kompetensi adalah keadaan memiliki kecakapan dan
pengetahuan yang memadai dalam suatu hal atau pekerjaan.4
Guru juga semestinya peka di setiap saat baik terkait sekolah, ilmu
pengetahuan, maupun murid. Yakni tanggap terhadap perubahan-perubahan yang
ada, baik di dalam maupun di luar lingkungan kelas dan sekolah.
Pembaharuan ilmu pengetahuan ke depan harus terus ditingkatkan.
Mengingat penemuan-penemuan tentang sesuatu yang baru akan terus
berlangsung dan berkembang. Semua sejalan dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat dalam menghadapi perkembangan zaman.
Di sinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu
pengetahuan dan kualitas pendidikannya, sehingga apa yang diberikan kepada
siswa tidak tertinggal dengan perkembangan zaman.
Dengan ini, nantinya apa yang menjadi cita-cita dunia pendidikan dalam
menghasilkan prestasi belajar siswa secara baik dapat terwujud.
2
Mohammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. 1, h.4
3
Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, Juli 2011), cet. I, h. 10
4
Seorang guru yang profesional dituntut sejumlah persyaratan minimal,
antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai. Yakni
pentingnya kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru yang ditempuh. Poin
lainnya yaitu memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang
ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak
didiknya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan
komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri
secara terus-menerus.5
Guru sebagai agen pembelajaran, wajib memenuhi kualifikasi pendidikan
minimum, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Sebagaimana tertulis dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 8 yang menyebutkan bahwa:
”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”.6
Kualifikasi pendidikan guru dijenjang pendidikan usia dini, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah minimal D-4 atau S1. Artinya kelayakan profesi
seorang guru baru dapat diakui apabila ia telah berlatar belakang pendidikan
setingkat dengan D-4 atau S1.7
Setiap guru harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi
paedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Dengan kompetensi
tersebut, guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya.
MAN 2 Kota Bogor yang terletak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan
Bogor Timur Kota Bogor merupakan salah satu lembaga pendidikan yang peduli
terhadap keberlangsungan proses pendidikan di lingkungan sekitar. Banyak siswa
dari berbagai latar belakang lingkungan keluarga mengikuti proses pembelajaran
di sekolah tersebut. Pada akhirnya, mereka dapat memperoleh binaan, bimbingan,
5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 50
6
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, h. 88
7
serta didikan dari para guru.
Sebagai lembaga pendidikan formal, MAN 2 Kota Bogor bermaksud
memberikan layanan secara optimal terkait berbagai kegiatan kependidikan,
terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran
siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh
sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya. Sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
Berdasarkan data dan pengamatan yang diperoleh, terdapat beberapa
kelemahan di MAN 2 Kota Bogor, yaitu:
1. Beberapa guru masih ada yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan
minimum.
2. Kualifikasi dan latar belakang tidak sesuai dengan bidang tugas guru.
3. Kurang disiplin seperti guru terlambat saat masuk kelas.
4. Cara mengajar beberapa guru yang masih monoton.
Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, banyak upaya yang telah dilakukan
oleh MAN 2 Kota Bogor. Caranya dengan meningkatkan kinerja para guru.
Berdasarkan penjabaran yang di atas, penulis coba untuk melihat dan
menggali lebih jauh bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota
Bogor. Itu semua akan diaktualisasikan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi
dengan judul ”Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?
2. Apakah tingkat profesionalisme guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah
memenuhi persyaratan?
3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses
belajar mengajar?
4. Apa saja upaya yang dilakukan dalam meningkatkan profesionalisme guru
5. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat upaya
peningkatan profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor?
6. Apakah sarana dan prasarana sebagai penunjang guru dalam pelaksanaan
tugasnya sudah memadai?
C.
Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah, maka Penulis akan
membatasi penelitian ini pada:
1. Penerapan kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor.
2. Pemenuhan syarat profesional guru di MAN 2 Kota Bogor.
3. Pelaksanaan tugas guru dalam proses belajar mengajar.
4. Tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor.
D.
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang
ada, maka perumusan masalah yang penulis ambil adalah: Bagaimana profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?
E.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk para pengelola sekolah MAN
2 Kota Bogor mengenai profesionalisme guru.
2. Bagi peneliti: sebagai bahan kelengkapan wawasan pengetahuan,
keterampilan serta implementasi dari ilmu yang didapat selama menempuh
pendidikan dan aplikasinya dalam kenyataan lapangan.
3. Bagi pembaca: sebagai sarana kelengkapan khazanah ilmu pengetahuan
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Profesionalisme Guru
Agar dapat memahami hakikat profesionalisme guru, penulis akan terlebih
dahulu menelaah hakikat profesi dan hakikat guru.
Secara etimologi, “profesi” berasal dari istilah bahasa Inggris “profession”
atau bahasa Latin “profecus”, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.8
Profesi yang demikian itu merupakan salah satu tanggung jawab sebagai
pekerja guna menyukseskan sebuah pekerjaan. Tugas yang dapat dilaksanakan
secara baik, maka akan lebih mudah dalam menatap masa depan.
Sedangkan secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental
yang dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.9
Jadi, seseorang yang akan memegang suatu profesi harus memiliki
pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi. Memiliki
pengetahuan teoritis ditambah dengan keahlian khusus, dapat diterapkan dalam
suatu pekerjaan yang ditentukan atau dicita-citakan.
8
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20
9
Menurut Kunandar, profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan
mensyaratkan studi serta penguasaan khusus yang mendalam. Seperti bidang
hukum, militer, keperawatan, kependidikan dan sebagainya.10 Sedangkan menurut
Moeliono, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.11
Dari beberapa pengertian profesi di atas, maka dapat dipahami bahwa
profesi merupakan suatu pekerjaan atau jabatan yang mensyaratkan kompetensi
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan) diperoleh dari pendidikan dan pelatihan
yang telah diprogram secara khusus. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang. Untuk itu,
memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus.
Selanjutnya kata profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.12
Mengenai definisi guru, dalam bahasa sansekerta, secara etimologis, gu
berarti kegelapan dan ru adalah membebaskan diri. Artinya, guru adalah
pembebas kegelapan menuju pencerahan. Dalam versi lain dikatakan, bahwa ‘Gu’
berarti kegelapan, dan ‘ru’ menghalau. Artinya, kata ‘guru’ lebih mangacu kepada
orang yang menghalau kegelapan serta membawa lebih banyak pemahaman dan
pencerahan.13
Di sinilah pentingnya peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa.
Sukses tidaknya siswa, selain dari dirinya sendiri dalam memahami ilmu
pengetahuan, juga tergantung guru dalam memberikan ilmu pengetahuan.
Dalam falsafah lain, kita juga mengenal sehari-hari bahwa guru merupakan
orang yang harus digugu dan ditiru. Yakni seseorang yang memiliki kharisma atau
10
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 45
11
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. 3, h. 13
12
Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 23
13
wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru merupakan orang dewasa
yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan
membimbing peserta didik.14
Jadi, guru adalah orang dewasa yang berkewajiban mendidik dan
membimbing peserta didik. Dituntut berperilaku sesuai dengan apa yang
diajarkan. Sehingga dapat menjadi guru teladan bagi peserta didiknya.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan, Pasal 39 Ayat (2) yang berbunyi pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi.
Setelah kita mengetahui hakikat profesi dan guru maka dapat dipahami
bahwa profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan
profesinya. Secara terus-menerus, para guru mengembangkan strategi-strategi
yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya. Yaitu, untuk dapat memenuhi
kewajiban dalam mengajar, mendidik dan membimbing siswa sekaligus dapat
memperoleh penghasilan dari tugas yang diembannya itu.
Komitmen berarti keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Komitmen
guru untuk bersikap selaras antara perkataan dan perbuatan merupakan pekerjaan
yang berat. Namun sikap seperti ini harus melekat pada guru, sehingga siswa akan
dapat menemukan contoh nyata dari sosok guru yang mereka hadapi setiap hari di
kelas.
Guru profesional akan tercermin dalam penampilannya melaksanakan
tugas-tugas. Ditandai dengan berbagai keahlian, baik dalam penguasaan materi maupun
metode yang digunakan dalam mengajar. Keahlian dimaksud adalah keahlian
yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus.
14
Di samping keahliannya, sifat dan sikap guru profesional ditunjukkan dalam
melaksanakan pengabdian. Memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, jujur,
berwibawa, serta rasa kasih sayang terhadap sesama.
B. Kompetensi Profesional Guru
Sebelum membahas lebih jauh tentang kompetensi profesionalisme guru,
terlebih dahulu mengkaji hakikat kompetensi.
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang
dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai
kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja tersebut.15
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana
dikemukakan sebagai berikut:
Menurut Usman kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam melaksanakan profesi keguruannya.16 Kompetensi juga dapat diartikan
sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya. Sehingga ia dapat melakukan
perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebaik-baiknya.17
Sedangkan menurut Abdul Majid, kompetensi ialah seperangkat tindakan
intelijensia penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.18
Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kompetensi merupakan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak saat
menjalankan profesi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kompetensi tidak
hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap. Namun, yang penting
adalah penerapannya dalam pekerjaan.
15
Hamzah, Profesi Kependidikan…, h. 62
16
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 14
17
Kunandar, Guru Profesional…, h. 52
18
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas mengajar guru. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional untuk menjalankan fungsi guru.
Artinya, guru bukan saja harus pintar, tetapi juga pandai mentransfer ilmunya
kepada peserta didik.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980), memberikan tiga dimensi
umum (dasar) tentang kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.19
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang
mengutamakan budaya Bangsa Indonesia. Rela berkorban bagi kelestarian
bangsa dan negaranya.20 Menurut Wina Sanjaya, kompetensi pribadi mencakup
antara lain:
a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya.
b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama. c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem
nilai, yang berlaku di masyarakat.
d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru. Misalnya sopan santun dan tata krama.
e. Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan serta kritik.21
Kompetensi kepribadian biasanya diidentikkan dengan kepribadian
seseorang. Secara sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang
tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dengan
orang lain. Dan kepribadian seorang guru dinilai penting karena guru
merupakan cerminan perilaku bagi para siswa. Guru yang memiliki bekal
kompetensi pribadi, akan dapat menjadi penuntun yang benar-benar dapat
ditiru dan diteladani oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
19
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 45
20
Kunandar, Guru Profesional…, h. 56
21
2. Kompetensi Sosial
Artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial. Baik
dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,
bahkan dengan masyarakat luas. Adapun yang mencakup kompetensi sosial
antara lain:
a. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.
b. Kemampuan mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
c. Kemampuan menjalin kerja sama, baik secara individual maupun kelompok.22
Seorang guru dituntut untuk mempunyai kepribadian utuh dan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara baik. Juga memberikan contoh
yang baik dalam sifat, sikap dan tutur kata. Karena bagaimana pun guru
merupakan panutan dan suri tauladan bagi anak didik. Kemampuan sosial
dinilai sangat penting. Sebab manusia bukan makhluk individu. Segala
kegiatannya pasti dipengaruhi dan membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Maka dari itu sebagai makhluk sosial guru juga harus mampu berinteraksi
dengan lingkungan sekitar.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam. Memungkinkan guru membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi.23
Secara umum, kompetensi profesional guru dapat diidentifikasikan ke
dalam ruang lingkup sebagai berikut:
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan. Baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
b. Mengerti serta dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan berbagai alat, media dan sumber belajar yang
relevan.
22
Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h.19
23
f. Mampu mengorganisasikan juga melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.24
Sementara itu, Soedijarto berpendapat bahwa kompetensi profesional guru
meliputi:
a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran.
b. Mengembangkan program pembelajaran.
c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran.
d. Menilai proses dan hasil pembelajaran.
e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran.25
Kompetensi profesional seorang guru merupakan dasar pijakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar. Dimana seorang guru harus
memiliki pengetahuan yang luas untuk menguasai bidang studi yang diajarkan
beserta metodologis. Yaitu, pengetahuan tentang konsep teoritik, memilih metode
mengajar yang tepat, mampu menggunakan media pengajaran dan lain sebagainya
yang berkaitan erat dengan kemampuan mengajar guru.
Guru dapat menerapkan landasan filosofi. Berarti seorang guru harus
mengerti dan memahami ilmu yang diajarkan kepada siswa dan mengetahui apa
yang harus dicapai (tujuan) dari ilmu tersebut. Dan guru harus mengetahui serta
dapat merealisasikan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan akhir.
Psikologi merupakan ilmu jiwa. Yakni, ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Guru dapat menerapkan landasan psikologis berarti seorang guru harus
mengerti atau mempelajari kondisi kejiwaan siswanya. Seperti, kepribadian siswa,
karakteristik atau sifat-sifatnya dan masalah-masalah yang sedang dihadapi siswa.
Tujuannya agar guru dapat menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kemampuan
atau kondisi siswa.
24
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), cet. 1, h. 135
25
Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosial. Guru dapat menerapkan landasan
sosilogis. Berarti guru dapat menjalin hubungan dengan baik dan dapat
menciptakan suasana yang akrab. Baik dengan kepala sekolah, sesama guru, siswa
dan orang tua, termasuk juga dengan masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga
suasana menjadi harmonis.
Teori belajar adalah suatu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa
sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam setiap mata
pelajaran. Seorang guru dalam menerapkan teori belajar harus sesuai dengan
perkembangan siswa. Yaitu perubahan tingkah laku, kejiwaan atau karakteristik
yang terjadi pada siswa dari tahap ke tahap.
Metode pembelajaran adalah upaya atau cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
Media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai
dalam proses pembelajaran untuk tujuan pendidikan. Sedangkan sumber belajar
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat
digunakan untuk membantu mengoptimalkan hasil belajar. Seperti guru, buku
pelajaran, alat atau media belajar, lingkungan dan sebagainya.
Diagnosis merupakan istilah teknis yang diadopsi dari bidang medis.
Artinya, upaya atau suatu proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang
dialami seseorang melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai
gejala-gejalanya. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar berarti upaya mencari kelemahan atau latar belakang yang menyebabkan
terhambatnya keberhasilan pembelajaran, serta mencari alternatif kemungkinan
pemecahannya.
Semua hal yang disebutkan di atas merupakan sesuatu yang dapat
menunjang terbentuknya kompetensi profesional guru. Kompetensi tersebut dapat
berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan, sehingga mampu melahirkan
keluaran pendidikan bermutu.
Guru yang dapat atau mampu mengembangkan semua aspek kompetensi di
atas dengan baik, niscaya ia tidak hanya memperoleh keberhasilan, tetapi juga
C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang. Modal guru dalam penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa belumlah cukup. Karena guru profesional harus
memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya,
menjaga kode etik guru dan lain sebagainya.
Menurut Kunandar yang dikutip dari Sidi (2003), mengatakan bahwa
seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara
lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi
keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan
selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi
profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya.26
Semua itu tidak lain dalam rangka membantu kelancaran dari tugas dan
tanggung jawab yang diemban oleh guru. Apalagi terkait dengan masa depan anak
didiknya dalam meraih masa depan.
Pendapat lain, Oemar Hamalik mengatakan bahwa guru profesional harus
memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki bakat sebagai guru. 2. Memiliki keahlian sebagai guru.
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.27
Dengan memenuhi itu semua, seorang guru dapat menjalankan tugas
mengajar secara baik dan profesional. Terlebih lagi, persyaratan yang sudah
terperinci di atas selalu menjadi pegangan dan dijalani oleh guru.
26
Kunandar, Guru Profesional…, h. 50
27
Sedangkan Uzer Usman menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:
a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
b. Memiliki klien/objek layanan yang tetap. Seperti dokter dengan pasiennya dan guru dengan muridnya.
c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.28
Ditambah dengan ketiganya yang merupakan bagian penting seorang guru,
pendidikan di kelas diharapkan berhasil baik sesuai dengan cita-cita bangsa.
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Guru menjelaskan
bahwa guru harus:
1. Disiplin.
2. Berorientasi kualitas.
3. Rajin dan antusias.
4. Berpikir positif.
5. Fleksibel.
6. Rasional.
7. Etis.
8. Kompeten.
9. Strategi.
Sedangkan menurut Wirawan, persyaratan profesi mencakup antara lain:
a. Pekerjaan Penuh b. Ilmu Pengetahuan
c. Aplikasi Ilmu Pengetahuan d. Lembaga Pendidikan Profesi e. Perilaku Profesional
f. Standar Profesi g. Asosiasi Profesi h. Kode Etik Profesi.29
Pekerjaan penuh memiliki maksud bahwa suatu profesi merupakan
pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya agar masyarakat
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Contoh: masyarakat membutuhkan
guru. Tanpa guru mereka tidak dapat mengembangkan wawasan pengetahuan.
28
Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 15
29
Ilmu pengetahuan berarti untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu
pengetahuan atau sains tertentu.
Aplikasi ilmu pengetahuan. Bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh harus
dipraktekkan atau diterapkan secara terampil di lapangan.
Lembaga pendidikan profesi. Ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk
pekerjaan profesi berasal dari lembaga pendidikan tinggi yang khusus
mengajarkan, menerapkan, dan meneliti serta mengembangkan ilmu tersebut.
Perilaku profesional. Yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu
ketika melaksanakan profesional. Artinya, bahwa penyandang profesi harus
memiliki dan mempraktekkan perilaku profesional pada saat melaksanakan tugas.
Asosiasi Profesi. Profesional mengorganisir diri dalam suatu organisasi
profesi. Profesi merupakan organisasi inklusif yang beranggotakan hanya
profesional bidang tertentu.
Kode etik profesi adalah kumpulan norma-norma yang merupakan pedoman
perilaku profesional dalam melaksanakan profesinya.
Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh
melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian
juga dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan seperti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan fakultas keguruan lain di luar
lembaga IKIP.
D. Ciri-Ciri Guru Profesional
Dalam dunia pendidikan, selain beberapa syarat yang telah disebutkan, guru
juga memiliki ciri-ciri profesional.
Ciri-ciri yang dimaksud bertujuan agar guru mampu melaksanakan tugas
kegiatan belajar mengajar secara benar dan baik. Yakni mengikuti aturan yang
sudah dibuat oleh pemerintah maupun yang berhubungan dengan keputusan oleh
pihak sekolah.
Ciri-ciri profesional yang dimaksud seperti dikatakan Anwar Jasin yaitu:
1. Tingkat pendidikan spesialisnya menuntut seseorang melaksanakan jabatan
keputusan, mahir dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan.
2. Motif dan tujuan utama memilih jabatan adalah pengabdian kepada
kemanusiaan.
3. Terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima menjadi pedoman
perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan.
4. Terdapat semangat kesetiakawanan seprofesi (kelompok) misalnya dalam
bentuk tolong menolong antara anggota-anggotanya, baik dalam suka
maupun dalam duka.30
E. Tugas dan Peran Guru
Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh
guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat
berkaitan dengan kompetensi profesionalnya.
Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu
tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.31
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk mengembangkan
profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti
mendidik, mengajar dan melatih anak didik.
Tugas guru di bidang kemanusiaan adalah menanamkan nilai-nilai
kemanusiaan kepada anak didik. Hal ini dimaksudkan agar anak didik mempunyai
sifat kesetiakawanan sosial.
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.
Abu Ahmadi mengelompokkan tugas guru sebagai profesi seperti berikut:
1. Tugas Educational (Pendidikan)
Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan ”kepribadian” anak didik. Menjadi manusia yang mempunyai sopan santun tinggi, mengenal kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap sesama, rasa sosial berkembang, dan lain-lain.
30
Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd dan Dr. Ali Idrus, M.Pd, ME, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), h. 97
31
2. Tugas Instrucsional (Pengajaran)
Di sini kewajiban pendidik dititikberatkan pada perkembangan kecerdasan dan daya intelektual anak didik. Menekankan perkembangan kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor, sehingga anak dapat menjadi manusia yang cerdas dan sekaligus terampil. 3. Tugas Managerial (Pelaksanaan)
Pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaganya (kelas atau sekolah yang diasuh bagi guru), yaitu meliputi:
a. Personal atau anak didik, yang lebih erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak.
b. Material atau sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. c. Operasional atau tindakan yang dilakukan menyangkut metode mengajar,
pelaksanaan mengajar, sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses belajar mengajar. Dan dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.32
Dari uraian tentang tugas guru di atas, dapat diketahui bahwa tugas guru
tidak hanya berkecimpung dalam lembaga pendidikan saja, seperti mendidik,
mengajar, dan melatih siswa, serta mengelola sarana dan prasarana yang
berhubungan dengan belajar mengajar. Namun, seorang guru juga bertugas
mendidik, mengajar masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan agar
menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.
Di samping tugas-tugas yang begitu kompleks tersebut, guru juga
memegang peranan yang strategis, terutama dalam upaya membentuk
watak-watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Menurut Sardiman peran-peran tersebut antara lain sebagai informator,
organisator, motivator, direktor/pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator,
mediator, dan evaluator.33
Peranan guru dapat dikatakan besar dalam membentuk kepribadian murid di
sekolah. Karenanya, dalam memberikan suatu pengertian dan pelajaran
semestinya guru memberikan contoh terlebih dahulu.
Adapun menurut Wina Sanjaya, peranan seorang guru mencakup:
1. Guru sebagai sumber belajar. 2. Guru sebagai fasilitator.
32
Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta Rineka Cipta, 2001), h. 242
33
3. Guru sebagai pengelola. 4. Guru sebagai demonstrator. 5. Guru sebagai pembimbing. 6. Guru sebagai motivator. 7. Guru sebagai evaluator.34
Informator. Yaitu guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain juga sejumlah bahan pelajaran untuk
setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
Organisator. Dalam hal ini guru memiliki kegiatan mengelola akademik,
menyusun tata tertib sekolah, dan kalender akademik, serta lainnya.
Motivator. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan
aktif belajar. Dalam upaya ini, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar
belakangi anak didik malas belajar dan turunnya prestasi di sekolah.
Direktor/pengarah. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan.
Inisiator. Maksudnya, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan
dalam pendidikan dan pengajaran. Ide-ide ini harus kreatif dan dapat dicontoh
oleh anak didik.
Transmiter yang berarti dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak
selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
Fasilitator. Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sehingga akan tercipta
lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.
Mediator. Dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Misalnya, dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah dan mengatur
jalannya diskusi. Memberikan jalan keluar dari kemacetan dalam kegiatan diskusi
siswa. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media.
Evaluator. Berarti memberikan penilaian atas segala tindakan yang
dilakukan anak didik, baik penilaian dalam belajar maupun kepribadian anak
didik.
34
Selain beberapa peran yang telah disebutkan oleh Wina Sanjaya di atas,
menurut Trianto guru dan dosen juga berperan sebagai pemimpin pembelajar dan
agen pembaharu.
Sebagai pemimpin pembelajar berarti guru harus mampu menerapkan
prinsip-prinsip kepemimpinan dalam proses pembelajaran serta menyeimbangkan
pembebasan dan keterlibatan kelas. Sedangkan sebagai agen pembaharu berarti
guru dan dosen dapat merubah atau memperbaiki kesenjangan yang terlibat antara
nilai dan tujuan dengan pernyataan atau hasil yang dicapai.
Demikianlah beberapa peran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan
terlaksananya peranan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar
mengajar. Agar mampu menciptakan keluaran atau lulusan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
F. Kode Etik Profesi Guru
Secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik.35 Dimana secara profesional,
guru harus berpegang pada kode etik dalam menjalankan tugasnya. Dengan
demikian, semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dapat terlaksana secara
baik dan benar.
Etik adalah sistem nilai-nilai yang menyatakan apa yang benar dan apa yang
salah; apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.36 Karenanya,
guru yang senantiasa berpedoman pada kode etik diharapkan senantiasa berjalan
sesuai tatanan aturan secara benar. Sehingga tugas yang ada di sekolah dan selama
di kelas dalam memberikan ilmu kepada para siswa secara profesional.
Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan yang harus
dilaksanakan oleh guru.37
Dari sinilah guru memiliki kedudukan sangat penting dan tanggung jawab
yang besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Dengan
ini, maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode etik
agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman bagi
35
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi…, h. 151
36
Wirawan, Profesi dan Standar…, h. 16
37
guru untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi).
Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik adalah untuk
menjamin agar tugas pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya
dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.38
G. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi
guru yang sehari-hari menangani benda hidup, berupa anak-anak atau siswa
dengan karakteristik yang tidak sama. Pekerjaan sebagai guru menjadi lebih berat
tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan
kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Oleh karena itu, peningkatan
profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi setiap institusi pendidikan demi
meningkatkan efektifitas kerja guru.
1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru
Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, perlu dibuat program
pengembangan tenaga guru melalui Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru
(PPTG). Pada umumnya, PPTG dan tenaga kependidikan dimaksudkan agar guru
mampu merespon perubahan dan tuntutan perkembangan iptek, kemajuan
kemasyarakatan, termasuk perubahan sistem pendidikan serta pembelajaran secara
mikro.39
Dari PPTG ini, terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan pendidikan dan
kegiatan pelatihan.
a) Pendidikan
Secara umum pendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan dan
dilakukan secara sistematis, terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, serta
sesuai dengan tingkatan masing-masing. Tujuannya guna menyampaikan,
menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau
38
Udin S. Saud & Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h.75
39
keterampilan yang dikehendaki.40 Dengan berpedoman pada konsep
pendidikan tersebut, diharapkan dapat berjalan lancar sesuai visi dan misi.
Sedangkan pendidikan pegawai adalah kegiatan pengembangan sumber
daya manuasia untuk meningkatkan total dari pegawai di luar pada bidang
pekerjaan atau jabatan saat itu.41
Jadi, pendidikan guru adalah kegiatan pengembangan guru untuk lebih
meningkatkan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimilikinya
saat ini.
Dalam hal ini, terdapat dua jenis pendidikan tenaga guru. Yaitu,
pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan.42
1) Pendidikan Prajabatan
Pendidikan prajabatan tenaga guru merupakan pendidikan persiapan
mahasiswa untuk meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti.
2) Pendidikan Dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak upaya yang dapat dilakukan
dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan selama masa
pengabdiannya sebagai guru. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara
formal seperti kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau
kegiatan ilmiah lainnya. Atau pun dapat juga secara informal melalui
media massa baik televisi, radio, koran, majalah, maupun publikasi yang
lain.
b) Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja
40
Agus M. Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 13
41
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. 3, h. 102
42
pekerja dalam tugas yang diserahkan kepada mereka.43 Dengan adanya
pelatihan tersebut diharapkan supaya pekerja dapat lebih luwes dan cermat saat
melaksanakan tugas dan menyelesaikan kewajibannya sebagai karyawan.
Ada dua tujuan program latihan karyawan. Pertama, latihan dan
pengembangan yang dilakukan untuk menutup ”gap” antara kecakapan atau
kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program
tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
karyawan.44
Pelatihan di sini sangat menentukan keberhasilan atau tidaknya pekerjaan
yang diemban. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pekerja, sudah
semestinya berbagai pelatihan senantiasa diperogramkan.
Pelatihan-pelatihan yang dimaksud antara lain mencangkup:
1) Pelatihan-pelatihan untuk pelaksanaan program-program baru.
2) Pelatihan-pelatihan untuk menggunakan alat-alat atau fasilitas-fasilitas baru.
3) Pelatihan-pelatihan untuk para pegawai yang akan menduduki job atau tugas-tugas baru.
4) Pelatihan-pelatihan untuk pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru.
5) Pelatihan bagi pegawai-pegawai baru, dan sebagainya.45
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan guru di lembaga
formal bukan hanya berlangsung tiga atau lima tahun. Setelah menjabat, guru pun
perlu menjalani pendidikan lagi. Seperti mengikuti penataran, lokakarya, seminar
atau belajar sendiri melalui media massa baik televisi, radio, koran dan
sebagainya. Selain itu, guru juga perlu mengikuti berbagai pelatihan, baik di
dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan demi meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja.
Di sisi lain, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) diadakan.
Karena melalui PLPG inilah, guru akan lebih memaksimalkan kinerja yang
selama ini sudah baik.
43
Hardjana, Training SDM…, h.12
44
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2001), cet. 15. h. 103
45
Mohammad Saroni dalam karyanya Personal Branding; Guru Meningkatkan
Kualitas dan Profesionalitas Guru, mengatakan bahwa pendidikan profesi sangat
penting untuk melihat kesesuaian antara bidang studi dengan latar belakang
pendidikan guru, guna meningkatkan profesionalisme guru, standar kualitas guru
yang senantiasa dikedepankan, pemenuhan standar kualitas guru, serta dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru.46
Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, dapat dilakukan dengan
mengikuti kegiatan kuliah, mengikuti kegiatan atau program pendidikan
profesionalitas, dan belajar secara mandiri.
PLPG yang diadakan harus dapat memberikan jaminan untuk terpenuhinya
standar kompetensi guru. Adapun model dilaksanakan dengan Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Juga disertai workshop
Subject Specific Pedagogic (SSP) untuk mengembangkan dan mengemas
perangkat pembelajaran.47
Sebagaimana disebutkan dalam Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional, bahwasannya tujuan dari diadakannya PLPG
adalah untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan
kelulusan guru peserta sertifikasi.
Penyelenggaraan PLPG sendiri dilaksanakan oleh LPTK dalam jangka
waktu kegiatan selama minimal 10 hari dan bobot 90 jam. Materi PLPG disusun
dengan memperhatikan empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional,
kepribadian, dan sosial. Materi tersebut dapat berupa buku, diktat, atau modul.48
2. Pembinaan Guru
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mengharuskan
46
Mohammad Saroni, Personal Branding; Guru Meningkatkan Kualitas Dan Profesionalitas Guru, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I, h. 205
47
Website http://www.bahtiar.net/2011/01/sertifikasi-guru-2011-pendidikan dan-latihan-profesi-guru-plpg/
48
orang untuk terus belajar. Lebih-lebih bagi guru, yang mempunyai tugas mendidik
dan mengajar. Sedikit lengah dalam belajar, akan ketinggalan perkembangan,
termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru harus
senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru.
Menurut Gouzali Saidam, pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan
atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.49
Harapannya, para guru akan lebih memiliki inovasi yang bagus di masa
akan datang. Konsep pendidikannya pun akan semakin lebih baik.
Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada
guru, terutama dalam wujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala
sekolah, penilik sekolah dan pengawas, serta pembina lainnya untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar.50
Adanya pembinaan yang seperti ini dan dilakukan dengan kontinyu, tingkat
profesionalisme guru dapat dipertahankan dan dikembangkan.
Jadi, tujuan pembinaan guru untuk meningkatkan kemampuan profesional
guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan,
terutama bercorak layanan profesional kepada guru dapat dilaksanakan. Jika
proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan
demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar
pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.51
Artinya, pembinaan guru merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menyempurnakan dan memberikan inovasi terhadap hasil kerja guru.
Dalam hal ini proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dan hasil
belajar demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun teknik-teknik pembinaan guru seperti disebutkan dalam Buku
Pedoman Pembinaan Guru, yang dikeluarkan meliputi kunjungan kelas,
pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar kelas, penerbitan buletin
49
Gouzali Saidam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), cet. 2, h. 408
50
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 9
51
profesional, dan penataran.52
Kunjungan kelas, yaitu kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah dengan mengunjungi ke setiap kelas pada saat guru mengajar di kelas.
Pertemuan pribadi, yakni pertemuan antara kepala sekolah dengan guru
untuk berdialog atau bertukar pikiran mengenai usaha peningkatan kemampuan
profesional.
Sedangkan rapat dewan guru, merupakan pertemuan antara semua guru
dengan kepala sekolah. Pertemuan itu dipimpin oleh kepala sekolah atau
seseorang yang ditunjuk olehnya untuk membicarakan segala hal bersangkutan
dengan penyelenggaraan pendidikan, terutama proses belajar mengajar.
Sementara kunjungan antar sekolah, yaitu kunjungan yang dilakukan oleh
guru-guru bersama kepala sekolah ke sekolah-sekolah lain. Tujuannya untuk
belajar dari pencapaian keberhasilan serta menghindari kegagalan yang dialami
oleh sekolah tersebut.
Penerbitan buletin, yaitu selebaran berkala yang terdiri dari beberapa
lembar berisi tulisan mengenai topik-topik tertentu terkait usaha proses belajar
mengajar.
Dan pembinaan dalam kelompok kerja, ialah pertemuan yang dihadiri oleh
guru dan kepala sekolah untuk membicarakan suatu masalah. Terutama
menyangkut kegiatan belajar mengajar, kemudian mencari solusi.
3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Penunjang
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pengembangan profesi
guru, maka penyediaan sarana bagi kelancaran tugas-tugas profesi merupakan
sesuatu yang sangat penting. Sehebat apa pun kualitas SDM tanpa ditunjang
sarana yang memadai, tampaknya hasil maksimal akan sulit diharapkan. Oleh
sebab itu, tersedianya sarana pendukung tidak dapat diabaikan.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan. Khususnya dalam proses
52
kegiatan belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta peralatan
dan media pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran. Seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, dan
sebagainya.53
Keduanya secara sekilas tidak ada hubungan. Namun, adanya keduanya
dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Bila salah satu unsur di antaranya
tidak ada, maka kurang lengkap dan mengakibatkan tidak sempurnanya sarana
dan prasarana sekolah.
Adapun menurut Departemen Agama sarana dan prasarana yang perlu
diadakan meliputi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok mencangkup
seperangkat peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan lengkap dengan
petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis), dan buku-buku yang
relevan. Sedangkan sarana penunjang terdiri dari peralatan atau perlengkapan
kerja. Seperti alat tulis kantor (ATK), mesin ketik/komputer, filing kabinet, ruang
kerja, serta sarana pendukung terkait tugas keprofesiannya.54
Lengkapnya sarana dan prasarana membuat semua pihak sekolah dapat
melangsungkan belajar dengan baik dan terwujud pendidikan yang maju.
53
Fachrudin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 156
54
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Bagaimana kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor?
2. Apakah guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah memenuhi syarat
profesional?
3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses
belajar mengajar? dan
4. Bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?
B.
Waktu dan Tempat
Penelitian tentang profesionalisme guru ini dilaksanakan di MAN 2 Kota
Bogor, tepatnya di Jalan Raya Pajajaran No. 6 Kelurahan Baranangsiang
Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini
dimulai dari April hingga Mei 2011.
C.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai persamaan pada
karakteristik umum. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh
sumber daya yang dimiliki peneliti, maka dibatasi pada populasi terjangkau yaitu
siswa kelas XI yang terbagi dalam 9 kelas. Seluruhnya berjumlah 400 siswa.
Ditentukannya populasi terjangkau pada kelas XI, karena kelas X
merupakan murid baru, sehingga belum mampu memberi penilaian terhadap guru.
Sedangkan kelas XII tidak diizinkan oleh kepala sekolah karena khawatir
mengganggu keseriusan belajar untuk menghadapi UN.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple
random sampling. Yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada.
Atas pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana,
maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa atau 15% dari total
populasi.
D.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode deskriptif analisis. Secara bahasa, deskripsi menguraikan tentang suatu
masalah secara jelas dan terperinci.55 Sedangkan analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.56
Metode deskriptif analisis adalah metode yang meneliti dan menemukan
informasi seluas-luasnya tentang variabel mandiri. Di sini penulis berusahan
mencari jawaban tentang seberapa besar prosentase guru profesional, seberapa
baik kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan keprofesionalan guru,
dan lain sebagainya.
Penulis juga menggunakan kuantitatif untuk memperkuat pembuktian
hipotesis. Yakni, suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif
atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis
proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih
variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah
diformulasikan dalam kerangka teoritis.57
55
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Agustus 2010), cet. 5, hal. 184
56
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 44
57