• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesionalisme guru di Madrasahh Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profesionalisme guru di Madrasahh Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

SITI KHOLIFAH

204018203278

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Kholifah

Nim : 204018203278

Jurusan : Kependidikan Islam

Fakutas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 September 2011

.

(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk

Memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Siti Kholifah NIM: 204018203278

Dibawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Yefnelti Z, M.Ag Drs. Hasyim Asy`ari, M.Pd NIP: 195311011982032001 NIP: 196610091993031004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25

Oktober 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (S1) pada Jurusan Manajemen

Pendidikan Islam.

Jakarta, 05 Desember 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil

NIP. 195605301985031002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. H. Mu`arif Sam, M.Pd

NIP. 196507171994031005 . . .

Penguji I

Dr. Sururin, M.Ag

NIP. 197103191998032001

Penguji II

Drs. H. Masyhuri, A.M., M.Pd NIP. 195005181987031002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(5)

i

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.

Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan profesinya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya sebagai guru. Tujuannya agar dapat memenuhi kewajibannya, yaitu mengajar, mendidik, dan membimbing siswa. Untuk itu, guru senantiasa harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi sosial, pribadi, maupun profesional. Salah satunya dengan mengikuti berbagai program peningkatan profesionalisme guru dan tidak lupa untuk menerapkannya di lapangan atau dalam proses belajar mengajar maupun dalam penampilan serta sikapnya di lingkungan masyarakat. Karena sikap guru menjadi cerminan atau teladan bagi siswa dan masyarakat di sekitarnya.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor, dengan metode deskriptif analisis. Yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi seluas-luasnya tentang variabel yang bersangkutan, sebagai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah guru yang berjumlah 69. Namun, dalam hal ini kuesioner disebarkan kepada siswa karena mereka yang akan menilai para guru.

(6)

ii Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Sang

pemilik kerajaan langit dan bumi, Maha Berilmu dan Maha Mengetahui, yang

memberikan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan

izin dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat

dan seluruh manusia yang menyerukan kebenaran.

Skripsi dengan judul “Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor” adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan

Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi

ini tidak mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Nurlena Rifa`i, M.A., Ph.D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan

Islam dan sekaligus ketua program studi Manajemen Pendidikan Drs. Mu’arif

Sam M.Pd, Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam.

3. Ibu Dra.Yefnelty Z, M.Ag, dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Hasyim

Asy’ari, M.Pd, dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya

untuk membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat serta motivasi

(7)

iii MAN 2 Kota Bogor.

5. Seluruh staf administrasi dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

yang telah banyak membantu penulis dalam proses birokrasi jurusan.

6. Suamiku tercinta, Firman Syah, S.Sos.I yang senantiasa menyayangi

sekaligus memotivasi sehingga penulis terus bersemangat.

7. Kedua orang tuaku tercinta Almarhumah Ibuku Marhamah dan Ayahku

Nasikin serta Ibu Sulastri yang telah memberikan segenap do’a, perhatian

serta kasih sayangnya kepada penulis.

8. Kakak dan Adikku tersayang Mas Ipul dan Bulloh, yang tidak

bosan-bosannya memberikan saran dan kritik serta motivasinya kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat KI-MP senasib seperjuangan terutama Susi, Alin, Amin, Ka

Vita, dan Dewi doank. Makasih ya sob atas kebersamaan dan motivasinya.

10. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik

yang bersifat membangun dan sangat berguna demi perbaikan di masa yang akan

datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua yang membacanya, khususnya bagi penulis pribadi. Aamiiin.

Wassalaamu ’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 10 Desember 2011

(8)

iv Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Profesionalisme Guru ... 6

B. Kompetensi Profesional Guru ... 9

C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional ... 14

D. Ciri-Ciri Guru Profesional... 17

E. Tugas dan Peran Guru ... 17

F. Kode Etik Profesi Guru ... 21

G. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru ... 21

1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru ... 22

2. Pembinaan Guru ... 25

(9)

v

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Metode Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 2 Kota Bogor ... 36

1. Sekilas Tentang MAN 2 Kota Bogor ... 36

2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 2 Kota Bogor ... 37

3. Keadaan Guru MAN 2 Kota Bogor ... 38

4. Sarana dan Prasarana ... 41

B. Analisa Data ... 42

1. Deskripsi Data ... 42

2. Analisis dan Interpretasi Data ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran-Saran ... 62

(10)

vi

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah... 33

Tabel 3 Kategori Penilaian... 35

Tabel 4 Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor ... 38

Tabel 5 Keadaan Guru Honorer MAN 2 Kota Bogor ... 40

Tabel 6 Guru Mengaitkan Materi Yang Diajarkan Dengan Pengalaman Siswa ... 42

Tabel 7 Cara Mengajar Guru Sesuai Dengan Kemampuan Siswa... 43

Tabel 8 Tingkat Pemahaman Siswa Terhadap Materi Yang Diajarkan Guru ... 43

Tabel 9 Referensi Yang Digunakan Tidak Hanya Dari Satu Sumber... 44

Tabel 10 Guru Menjelaskan Materi Yang Tidak Dikuasainya Pada Pertemuan Berikutnya ... 44

Tabel 11 Penerapan Teknik Mengajar Secara Bervariasi ... 45

Tabel 12 Penerapan Teknik Mengajar Sesuai Karakteristik Siswa... 45

Tabel 13 Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Disertai Metode Tanya Jawab... 46

Tabel 14 Mengembangkan Alat/Media Belajar ... 46

Tabel 15 Penerapan Alat/Media Belajar Sesuai Karakteristik Siswa ... 47

Tabel 16 Guru Mengajukan Pertanyaan Kepada Siswa Pada Akhir PBM ... 47

Tabel 17 Pelaksanaan Evaluasi Belajar... 48

Tabel 18 Pertanyaan Sesuai Dengan Topik Yang Telah Diajarkan ... 48

Tabel 19 Guru Mengulas Kembali Soal-Soal Yang Tidak Dikuasai Siswa... 49

Tabel 20 Keluwesan Guru Dalam Mengajar... 49

Tabel 21 Guru Menguasai Materi Yang Diajarkan... 50

Tabel 22 Guru Memiliki Pengetahuan Yang Luas... 50

Tabel 23 Guru Berbagi Pengalaman Belajar Kepada Siswa ... 51

Tabel 24 Guru Terampil Dalam Mengajar... 51

(11)

vii

Tabel 29 Menghukum Siswa Yang Tidak Disiplin... 54

Tabel 30 Guru Menjelaskan Materi Disertai Contoh-Contoh Pengalaman Siswa ... 54

Tabel 31 Guru Memberi Kebebasan Berpendapat Kepada Siswa ... 55

Tabel 32 Memberikan Tugas Pekerjaan Rumah Yang Sesuai Dengan Topik . 55 Tabel 33 Guru Mensyaratkan Kebersihan Kelas Pada Saat PBM Berlangsung ... 56

Tabel 34 Penerapan Pola Tempat Duduk Siswa ... 56

Tabel 35 Memantau Siswa Ke Setiap Sudut Kelas ... 57

Tabel 36 Nilai Rata-Rata Skor Penilaian Berdasarkan Indikator... 58

(12)

viii 2. Pedoman Wawancara

3. Hasil Wawancara

4. Skor Perhitungan Kuesioner Profesionalisme Guru Di MAN 2 Kota Bogor

5. Surat Pengajuan Proposal Skripsi

6. Surat Bimbingan Skripsi

7. Surat Keterangan MAN 2 Kota Bogor

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari

kehidupan. Oleh karenanya pendidikan selalu menjadi bahan pembicaraan atas

maju atau mundurnya perkembangan suatu bangsa.

Masa depan bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan

upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk mencerdaskan generasi

muda. Sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945 alenia ke-4, salah satu cita-cita kemerdekaan nasional Indonesia

adalah keinginan untuk mencerdaskan bangsa. Semangat tersebut seharusnya

memberikan spirit dan komitmen semua elemen bangsa, khususnya para

penyelenggara negara, untuk menyatukan visi dan misi serta tekad dalam

membangun mutu pendidikan nasional.1

Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan,

karena harus didesain sedemikian rupa melalui perencanaan yang sistematis.

Ketika berbicara pembelajaran, maka tidak bisa lepas dari peran dan fungsi guru,

karena guru merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran.

Mohammad Surya mengemukakan satu pandangan bahwa upaya mencapai

1

(14)

pendidikan berkualitas harus dimulai dengan guru yang berkualitas. Upaya

meningkatkan kualitas pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata,

hanya menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.2

Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu mewujudkan kinerja

profesional. Karena guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap

upaya pendidikan. Dengan kesadaran tersebut, diharapkan guru akan senantiasa

melaksanakan tugasnya secara baik dan benar.

Guru profesional adalah guru yang berkemampuan dalam meminimalisir

kesalahan-kesalahan. Hal ini biasa terjadi saat kegiatan belajar mengajar.3 Melalui

sikap guru yang profesional tersebut, maka kompetensi guru dapat terwujud.

Sebab, kompetensi sendiri dinilai penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya.

Sebagaimana dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang

menyatakan bahwa kompetensi adalah keadaan memiliki kecakapan dan

pengetahuan yang memadai dalam suatu hal atau pekerjaan.4

Guru juga semestinya peka di setiap saat baik terkait sekolah, ilmu

pengetahuan, maupun murid. Yakni tanggap terhadap perubahan-perubahan yang

ada, baik di dalam maupun di luar lingkungan kelas dan sekolah.

Pembaharuan ilmu pengetahuan ke depan harus terus ditingkatkan.

Mengingat penemuan-penemuan tentang sesuatu yang baru akan terus

berlangsung dan berkembang. Semua sejalan dengan tuntutan kebutuhan

masyarakat dalam menghadapi perkembangan zaman.

Di sinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu

pengetahuan dan kualitas pendidikannya, sehingga apa yang diberikan kepada

siswa tidak tertinggal dengan perkembangan zaman.

Dengan ini, nantinya apa yang menjadi cita-cita dunia pendidikan dalam

menghasilkan prestasi belajar siswa secara baik dapat terwujud.

2

Mohammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. 1, h.4

3

Masykur Arif Rahman, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Diva Press, Juli 2011), cet. I, h. 10

4

(15)

Seorang guru yang profesional dituntut sejumlah persyaratan minimal,

antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai. Yakni

pentingnya kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru yang ditempuh. Poin

lainnya yaitu memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang

ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak

didiknya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan

komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri

secara terus-menerus.5

Guru sebagai agen pembelajaran, wajib memenuhi kualifikasi pendidikan

minimum, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Sebagaimana tertulis dalam

Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 8 yang menyebutkan bahwa:

”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani, serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional”.6

Kualifikasi pendidikan guru dijenjang pendidikan usia dini, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah minimal D-4 atau S1. Artinya kelayakan profesi

seorang guru baru dapat diakui apabila ia telah berlatar belakang pendidikan

setingkat dengan D-4 atau S1.7

Setiap guru harus meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi

paedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Dengan kompetensi

tersebut, guru diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

dengan baik serta mampu mengembangkan profesinya.

MAN 2 Kota Bogor yang terletak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan

Bogor Timur Kota Bogor merupakan salah satu lembaga pendidikan yang peduli

terhadap keberlangsungan proses pendidikan di lingkungan sekitar. Banyak siswa

dari berbagai latar belakang lingkungan keluarga mengikuti proses pembelajaran

di sekolah tersebut. Pada akhirnya, mereka dapat memperoleh binaan, bimbingan,

5

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 50

6

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2006, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, h. 88

7

(16)

serta didikan dari para guru.

Sebagai lembaga pendidikan formal, MAN 2 Kota Bogor bermaksud

memberikan layanan secara optimal terkait berbagai kegiatan kependidikan,

terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar dan hasil dari pembelajaran

siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh

sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya. Sebagian besar ditentukan oleh

kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.

Berdasarkan data dan pengamatan yang diperoleh, terdapat beberapa

kelemahan di MAN 2 Kota Bogor, yaitu:

1. Beberapa guru masih ada yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan

minimum.

2. Kualifikasi dan latar belakang tidak sesuai dengan bidang tugas guru.

3. Kurang disiplin seperti guru terlambat saat masuk kelas.

4. Cara mengajar beberapa guru yang masih monoton.

Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, banyak upaya yang telah dilakukan

oleh MAN 2 Kota Bogor. Caranya dengan meningkatkan kinerja para guru.

Berdasarkan penjabaran yang di atas, penulis coba untuk melihat dan

menggali lebih jauh bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota

Bogor. Itu semua akan diaktualisasikan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi

dengan judul ”Profesionalisme Guru di MAN 2 Kota Bogor”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?

2. Apakah tingkat profesionalisme guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah

memenuhi persyaratan?

3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses

belajar mengajar?

4. Apa saja upaya yang dilakukan dalam meningkatkan profesionalisme guru

(17)

5. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat upaya

peningkatan profesionalisme guru MAN 2 Kota Bogor?

6. Apakah sarana dan prasarana sebagai penunjang guru dalam pelaksanaan

tugasnya sudah memadai?

C.

Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini terarah, maka Penulis akan

membatasi penelitian ini pada:

1. Penerapan kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor.

2. Pemenuhan syarat profesional guru di MAN 2 Kota Bogor.

3. Pelaksanaan tugas guru dalam proses belajar mengajar.

4. Tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor.

D.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang

ada, maka perumusan masalah yang penulis ambil adalah: Bagaimana profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan untuk para pengelola sekolah MAN

2 Kota Bogor mengenai profesionalisme guru.

2. Bagi peneliti: sebagai bahan kelengkapan wawasan pengetahuan,

keterampilan serta implementasi dari ilmu yang didapat selama menempuh

pendidikan dan aplikasinya dalam kenyataan lapangan.

3. Bagi pembaca: sebagai sarana kelengkapan khazanah ilmu pengetahuan

(18)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Profesionalisme Guru

Agar dapat memahami hakikat profesionalisme guru, penulis akan terlebih

dahulu menelaah hakikat profesi dan hakikat guru.

Secara etimologi, “profesi” berasal dari istilah bahasa Inggris “profession”

atau bahasa Latin “profecus”, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan

mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.8

Profesi yang demikian itu merupakan salah satu tanggung jawab sebagai

pekerja guna menyukseskan sebuah pekerjaan. Tugas yang dapat dilaksanakan

secara baik, maka akan lebih mudah dalam menatap masa depan.

Sedangkan secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu

pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang

ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental

yang dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai

instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.9

Jadi, seseorang yang akan memegang suatu profesi harus memiliki

pengetahuan teoritis yang dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi. Memiliki

pengetahuan teoritis ditambah dengan keahlian khusus, dapat diterapkan dalam

suatu pekerjaan yang ditentukan atau dicita-citakan.

8

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20

9

(19)

Menurut Kunandar, profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan

mensyaratkan studi serta penguasaan khusus yang mendalam. Seperti bidang

hukum, militer, keperawatan, kependidikan dan sebagainya.10 Sedangkan menurut

Moeliono, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

(keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.11

Dari beberapa pengertian profesi di atas, maka dapat dipahami bahwa

profesi merupakan suatu pekerjaan atau jabatan yang mensyaratkan kompetensi

(pengetahuan, sikap, dan keterampilan) diperoleh dari pendidikan dan pelatihan

yang telah diprogram secara khusus. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang

disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang. Untuk itu,

memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang

dikembangkan khusus.

Selanjutnya kata profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para

anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan

terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan

pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.12

Mengenai definisi guru, dalam bahasa sansekerta, secara etimologis, gu

berarti kegelapan dan ru adalah membebaskan diri. Artinya, guru adalah

pembebas kegelapan menuju pencerahan. Dalam versi lain dikatakan, bahwa ‘Gu’

berarti kegelapan, dan ‘ru’ menghalau. Artinya, kata ‘guru’ lebih mangacu kepada

orang yang menghalau kegelapan serta membawa lebih banyak pemahaman dan

pencerahan.13

Di sinilah pentingnya peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa.

Sukses tidaknya siswa, selain dari dirinya sendiri dalam memahami ilmu

pengetahuan, juga tergantung guru dalam memberikan ilmu pengetahuan.

Dalam falsafah lain, kita juga mengenal sehari-hari bahwa guru merupakan

orang yang harus digugu dan ditiru. Yakni seseorang yang memiliki kharisma atau

10

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 45

11

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), cet. 3, h. 13

12

Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 23

13

(20)

wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Guru merupakan orang dewasa

yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan

membimbing peserta didik.14

Jadi, guru adalah orang dewasa yang berkewajiban mendidik dan

membimbing peserta didik. Dituntut berperilaku sesuai dengan apa yang

diajarkan. Sehingga dapat menjadi guru teladan bagi peserta didiknya.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan, Pasal 39 Ayat (2) yang berbunyi pendidik merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik

pada perguruan tinggi.

Setelah kita mengetahui hakikat profesi dan guru maka dapat dipahami

bahwa profesionalisme guru merupakan komitmen para guru dalam meningkatkan

profesinya. Secara terus-menerus, para guru mengembangkan strategi-strategi

yang digunakan dalam mengerjakan tugasnya. Yaitu, untuk dapat memenuhi

kewajiban dalam mengajar, mendidik dan membimbing siswa sekaligus dapat

memperoleh penghasilan dari tugas yang diembannya itu.

Komitmen berarti keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Komitmen

guru untuk bersikap selaras antara perkataan dan perbuatan merupakan pekerjaan

yang berat. Namun sikap seperti ini harus melekat pada guru, sehingga siswa akan

dapat menemukan contoh nyata dari sosok guru yang mereka hadapi setiap hari di

kelas.

Guru profesional akan tercermin dalam penampilannya melaksanakan

tugas-tugas. Ditandai dengan berbagai keahlian, baik dalam penguasaan materi maupun

metode yang digunakan dalam mengajar. Keahlian dimaksud adalah keahlian

yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan secara khusus.

14

(21)

Di samping keahliannya, sifat dan sikap guru profesional ditunjukkan dalam

melaksanakan pengabdian. Memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, jujur,

berwibawa, serta rasa kasih sayang terhadap sesama.

B. Kompetensi Profesional Guru

Sebelum membahas lebih jauh tentang kompetensi profesionalisme guru,

terlebih dahulu mengkaji hakikat kompetensi.

Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang

dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai

kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja tersebut.15

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana

dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Usman kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru

dalam melaksanakan profesi keguruannya.16 Kompetensi juga dapat diartikan

sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang

yang telah menjadi bagian dari dirinya. Sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebaik-baiknya.17

Sedangkan menurut Abdul Majid, kompetensi ialah seperangkat tindakan

intelijensia penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.18

Dari beberapa pengertian kompetensi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kompetensi merupakan penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak saat

menjalankan profesi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kompetensi tidak

hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap. Namun, yang penting

adalah penerapannya dalam pekerjaan.

15

Hamzah, Profesi Kependidikan…, h. 62

16

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 14

17

Kunandar, Guru Profesional…, h. 52

18

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(22)

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

menunjukkan kualitas mengajar guru. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam

bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional untuk menjalankan fungsi guru.

Artinya, guru bukan saja harus pintar, tetapi juga pandai mentransfer ilmunya

kepada peserta didik.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980), memberikan tiga dimensi

umum (dasar) tentang kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru. Yaitu, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional.19

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang

mengutamakan budaya Bangsa Indonesia. Rela berkorban bagi kelestarian

bangsa dan negaranya.20 Menurut Wina Sanjaya, kompetensi pribadi mencakup

antara lain:

a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinannya.

b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama. c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem

nilai, yang berlaku di masyarakat.

d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru. Misalnya sopan santun dan tata krama.

e. Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan serta kritik.21

Kompetensi kepribadian biasanya diidentikkan dengan kepribadian

seseorang. Secara sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang

tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dengan

orang lain. Dan kepribadian seorang guru dinilai penting karena guru

merupakan cerminan perilaku bagi para siswa. Guru yang memiliki bekal

kompetensi pribadi, akan dapat menjadi penuntun yang benar-benar dapat

ditiru dan diteladani oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.

19

Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 45

20

Kunandar, Guru Profesional…, h. 56

21

(23)

2. Kompetensi Sosial

Artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial. Baik

dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah,

bahkan dengan masyarakat luas. Adapun yang mencakup kompetensi sosial

antara lain:

a. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

b. Kemampuan mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

c. Kemampuan menjalin kerja sama, baik secara individual maupun kelompok.22

Seorang guru dituntut untuk mempunyai kepribadian utuh dan kemampuan

berinteraksi dengan lingkungan sekitar secara baik. Juga memberikan contoh

yang baik dalam sifat, sikap dan tutur kata. Karena bagaimana pun guru

merupakan panutan dan suri tauladan bagi anak didik. Kemampuan sosial

dinilai sangat penting. Sebab manusia bukan makhluk individu. Segala

kegiatannya pasti dipengaruhi dan membutuhkan interaksi dengan orang lain.

Maka dari itu sebagai makhluk sosial guru juga harus mampu berinteraksi

dengan lingkungan sekitar.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam. Memungkinkan guru membimbing

peserta didik memenuhi standar kompetensi.23

Secara umum, kompetensi profesional guru dapat diidentifikasikan ke

dalam ruang lingkup sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan. Baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b. Mengerti serta dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan berbagai alat, media dan sumber belajar yang

relevan.

22

Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, h.19

23

(24)

f. Mampu mengorganisasikan juga melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.24

Sementara itu, Soedijarto berpendapat bahwa kompetensi profesional guru

meliputi:

a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran.

b. Mengembangkan program pembelajaran.

c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran.

d. Menilai proses dan hasil pembelajaran.

e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

pembelajaran.25

Kompetensi profesional seorang guru merupakan dasar pijakan guru dalam

melaksanakan tugas sebagai tenaga pengajar. Dimana seorang guru harus

memiliki pengetahuan yang luas untuk menguasai bidang studi yang diajarkan

beserta metodologis. Yaitu, pengetahuan tentang konsep teoritik, memilih metode

mengajar yang tepat, mampu menggunakan media pengajaran dan lain sebagainya

yang berkaitan erat dengan kemampuan mengajar guru.

Guru dapat menerapkan landasan filosofi. Berarti seorang guru harus

mengerti dan memahami ilmu yang diajarkan kepada siswa dan mengetahui apa

yang harus dicapai (tujuan) dari ilmu tersebut. Dan guru harus mengetahui serta

dapat merealisasikan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan akhir.

Psikologi merupakan ilmu jiwa. Yakni, ilmu yang mempelajari tentang jiwa

manusia. Guru dapat menerapkan landasan psikologis berarti seorang guru harus

mengerti atau mempelajari kondisi kejiwaan siswanya. Seperti, kepribadian siswa,

karakteristik atau sifat-sifatnya dan masalah-masalah yang sedang dihadapi siswa.

Tujuannya agar guru dapat menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kemampuan

atau kondisi siswa.

24

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), cet. 1, h. 135

25

(25)

Sosiologi adalah ilmu yang memepelajari hubungan antara manusia dalam

kelompok-kelompok dan struktur sosial. Guru dapat menerapkan landasan

sosilogis. Berarti guru dapat menjalin hubungan dengan baik dan dapat

menciptakan suasana yang akrab. Baik dengan kepala sekolah, sesama guru, siswa

dan orang tua, termasuk juga dengan masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga

suasana menjadi harmonis.

Teori belajar adalah suatu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa

sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam setiap mata

pelajaran. Seorang guru dalam menerapkan teori belajar harus sesuai dengan

perkembangan siswa. Yaitu perubahan tingkah laku, kejiwaan atau karakteristik

yang terjadi pada siswa dari tahap ke tahap.

Metode pembelajaran adalah upaya atau cara yang digunakan dalam proses

pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai

dalam proses pembelajaran untuk tujuan pendidikan. Sedangkan sumber belajar

adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat

digunakan untuk membantu mengoptimalkan hasil belajar. Seperti guru, buku

pelajaran, alat atau media belajar, lingkungan dan sebagainya.

Diagnosis merupakan istilah teknis yang diadopsi dari bidang medis.

Artinya, upaya atau suatu proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang

dialami seseorang melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai

gejala-gejalanya. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar

mengajar berarti upaya mencari kelemahan atau latar belakang yang menyebabkan

terhambatnya keberhasilan pembelajaran, serta mencari alternatif kemungkinan

pemecahannya.

Semua hal yang disebutkan di atas merupakan sesuatu yang dapat

menunjang terbentuknya kompetensi profesional guru. Kompetensi tersebut dapat

berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan, sehingga mampu melahirkan

keluaran pendidikan bermutu.

Guru yang dapat atau mampu mengembangkan semua aspek kompetensi di

atas dengan baik, niscaya ia tidak hanya memperoleh keberhasilan, tetapi juga

(26)

C. Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang

dibayangkan sebagian orang. Modal guru dalam penguasaan materi dan

menyampaikannya kepada siswa belumlah cukup. Karena guru profesional harus

memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya,

menjaga kode etik guru dan lain sebagainya.

Menurut Kunandar yang dikutip dari Sidi (2003), mengatakan bahwa

seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara

lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi

keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan

produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan

selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi

profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya.26

Semua itu tidak lain dalam rangka membantu kelancaran dari tugas dan

tanggung jawab yang diemban oleh guru. Apalagi terkait dengan masa depan anak

didiknya dalam meraih masa depan.

Pendapat lain, Oemar Hamalik mengatakan bahwa guru profesional harus

memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki bakat sebagai guru. 2. Memiliki keahlian sebagai guru.

3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat.

5. Berbadan sehat.

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila.

8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.27

Dengan memenuhi itu semua, seorang guru dapat menjalankan tugas

mengajar secara baik dan profesional. Terlebih lagi, persyaratan yang sudah

terperinci di atas selalu menjadi pegangan dan dijalani oleh guru.

26

Kunandar, Guru Profesional…, h. 50

27

(27)

Sedangkan Uzer Usman menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:

a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Memiliki klien/objek layanan yang tetap. Seperti dokter dengan pasiennya dan guru dengan muridnya.

c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.28

Ditambah dengan ketiganya yang merupakan bagian penting seorang guru,

pendidikan di kelas diharapkan berhasil baik sesuai dengan cita-cita bangsa.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Guru menjelaskan

bahwa guru harus:

1. Disiplin.

2. Berorientasi kualitas.

3. Rajin dan antusias.

4. Berpikir positif.

5. Fleksibel.

6. Rasional.

7. Etis.

8. Kompeten.

9. Strategi.

Sedangkan menurut Wirawan, persyaratan profesi mencakup antara lain:

a. Pekerjaan Penuh b. Ilmu Pengetahuan

c. Aplikasi Ilmu Pengetahuan d. Lembaga Pendidikan Profesi e. Perilaku Profesional

f. Standar Profesi g. Asosiasi Profesi h. Kode Etik Profesi.29

Pekerjaan penuh memiliki maksud bahwa suatu profesi merupakan

pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya agar masyarakat

dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Contoh: masyarakat membutuhkan

guru. Tanpa guru mereka tidak dapat mengembangkan wawasan pengetahuan.

28

Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 15

29

(28)

Ilmu pengetahuan berarti untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu

pengetahuan atau sains tertentu.

Aplikasi ilmu pengetahuan. Bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh harus

dipraktekkan atau diterapkan secara terampil di lapangan.

Lembaga pendidikan profesi. Ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk

pekerjaan profesi berasal dari lembaga pendidikan tinggi yang khusus

mengajarkan, menerapkan, dan meneliti serta mengembangkan ilmu tersebut.

Perilaku profesional. Yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu

ketika melaksanakan profesional. Artinya, bahwa penyandang profesi harus

memiliki dan mempraktekkan perilaku profesional pada saat melaksanakan tugas.

Asosiasi Profesi. Profesional mengorganisir diri dalam suatu organisasi

profesi. Profesi merupakan organisasi inklusif yang beranggotakan hanya

profesional bidang tertentu.

Kode etik profesi adalah kumpulan norma-norma yang merupakan pedoman

perilaku profesional dalam melaksanakan profesinya.

Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh

melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian

juga dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan seperti

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan fakultas keguruan lain di luar

lembaga IKIP.

D. Ciri-Ciri Guru Profesional

Dalam dunia pendidikan, selain beberapa syarat yang telah disebutkan, guru

juga memiliki ciri-ciri profesional.

Ciri-ciri yang dimaksud bertujuan agar guru mampu melaksanakan tugas

kegiatan belajar mengajar secara benar dan baik. Yakni mengikuti aturan yang

sudah dibuat oleh pemerintah maupun yang berhubungan dengan keputusan oleh

pihak sekolah.

Ciri-ciri profesional yang dimaksud seperti dikatakan Anwar Jasin yaitu:

1. Tingkat pendidikan spesialisnya menuntut seseorang melaksanakan jabatan

(29)

keputusan, mahir dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan.

2. Motif dan tujuan utama memilih jabatan adalah pengabdian kepada

kemanusiaan.

3. Terdapat kode etik jabatan yang secara sukarela diterima menjadi pedoman

perilaku dan tindakan kelompok profesional yang bersangkutan.

4. Terdapat semangat kesetiakawanan seprofesi (kelompok) misalnya dalam

bentuk tolong menolong antara anggota-anggotanya, baik dalam suka

maupun dalam duka.30

E. Tugas dan Peran Guru

Pada dasarnya, terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh

guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat

berkaitan dengan kompetensi profesionalnya.

Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu

tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.31

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk mengembangkan

profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti

mendidik, mengajar dan melatih anak didik.

Tugas guru di bidang kemanusiaan adalah menanamkan nilai-nilai

kemanusiaan kepada anak didik. Hal ini dimaksudkan agar anak didik mempunyai

sifat kesetiakawanan sosial.

Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mendidik dan mengajar

masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.

Abu Ahmadi mengelompokkan tugas guru sebagai profesi seperti berikut:

1. Tugas Educational (Pendidikan)

Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan pada pembentukan ”kepribadian” anak didik. Menjadi manusia yang mempunyai sopan santun tinggi, mengenal kesusilaan, dapat menghargai pendapat orang lain, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap sesama, rasa sosial berkembang, dan lain-lain.

30

Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd dan Dr. Ali Idrus, M.Pd, ME, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), h. 97

31

(30)

2. Tugas Instrucsional (Pengajaran)

Di sini kewajiban pendidik dititikberatkan pada perkembangan kecerdasan dan daya intelektual anak didik. Menekankan perkembangan kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor, sehingga anak dapat menjadi manusia yang cerdas dan sekaligus terampil. 3. Tugas Managerial (Pelaksanaan)

Pendidik berkewajiban mengelola kehidupan lembaganya (kelas atau sekolah yang diasuh bagi guru), yaitu meliputi:

a. Personal atau anak didik, yang lebih erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak.

b. Material atau sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan, dan lain-lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. c. Operasional atau tindakan yang dilakukan menyangkut metode mengajar,

pelaksanaan mengajar, sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin bagi terlaksananya proses belajar mengajar. Dan dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak didik.32

Dari uraian tentang tugas guru di atas, dapat diketahui bahwa tugas guru

tidak hanya berkecimpung dalam lembaga pendidikan saja, seperti mendidik,

mengajar, dan melatih siswa, serta mengelola sarana dan prasarana yang

berhubungan dengan belajar mengajar. Namun, seorang guru juga bertugas

mendidik, mengajar masyarakat, serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan agar

menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila.

Di samping tugas-tugas yang begitu kompleks tersebut, guru juga

memegang peranan yang strategis, terutama dalam upaya membentuk

watak-watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

Menurut Sardiman peran-peran tersebut antara lain sebagai informator,

organisator, motivator, direktor/pengarah, inisiator, transmiter, fasilitator,

mediator, dan evaluator.33

Peranan guru dapat dikatakan besar dalam membentuk kepribadian murid di

sekolah. Karenanya, dalam memberikan suatu pengertian dan pelajaran

semestinya guru memberikan contoh terlebih dahulu.

Adapun menurut Wina Sanjaya, peranan seorang guru mencakup:

1. Guru sebagai sumber belajar. 2. Guru sebagai fasilitator.

32

Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta Rineka Cipta, 2001), h. 242

33

(31)

3. Guru sebagai pengelola. 4. Guru sebagai demonstrator. 5. Guru sebagai pembimbing. 6. Guru sebagai motivator. 7. Guru sebagai evaluator.34

Informator. Yaitu guru harus dapat memberikan informasi perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain juga sejumlah bahan pelajaran untuk

setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Organisator. Dalam hal ini guru memiliki kegiatan mengelola akademik,

menyusun tata tertib sekolah, dan kalender akademik, serta lainnya.

Motivator. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan

aktif belajar. Dalam upaya ini, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar

belakangi anak didik malas belajar dan turunnya prestasi di sekolah.

Direktor/pengarah. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang

dicita-citakan.

Inisiator. Maksudnya, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan

dalam pendidikan dan pengajaran. Ide-ide ini harus kreatif dan dapat dicontoh

oleh anak didik.

Transmiter yang berarti dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak

selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

Fasilitator. Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang

memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Sehingga akan tercipta

lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

Mediator. Dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

Misalnya, dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah dan mengatur

jalannya diskusi. Memberikan jalan keluar dari kemacetan dalam kegiatan diskusi

siswa. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media.

Evaluator. Berarti memberikan penilaian atas segala tindakan yang

dilakukan anak didik, baik penilaian dalam belajar maupun kepribadian anak

didik.

34

(32)

Selain beberapa peran yang telah disebutkan oleh Wina Sanjaya di atas,

menurut Trianto guru dan dosen juga berperan sebagai pemimpin pembelajar dan

agen pembaharu.

Sebagai pemimpin pembelajar berarti guru harus mampu menerapkan

prinsip-prinsip kepemimpinan dalam proses pembelajaran serta menyeimbangkan

pembebasan dan keterlibatan kelas. Sedangkan sebagai agen pembaharu berarti

guru dan dosen dapat merubah atau memperbaiki kesenjangan yang terlibat antara

nilai dan tujuan dengan pernyataan atau hasil yang dicapai.

Demikianlah beberapa peran yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dengan

terlaksananya peranan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar

mengajar. Agar mampu menciptakan keluaran atau lulusan yang sesuai dengan

tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

F. Kode Etik Profesi Guru

Secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik.35 Dimana secara profesional,

guru harus berpegang pada kode etik dalam menjalankan tugasnya. Dengan

demikian, semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dapat terlaksana secara

baik dan benar.

Etik adalah sistem nilai-nilai yang menyatakan apa yang benar dan apa yang

salah; apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.36 Karenanya,

guru yang senantiasa berpedoman pada kode etik diharapkan senantiasa berjalan

sesuai tatanan aturan secara benar. Sehingga tugas yang ada di sekolah dan selama

di kelas dalam memberikan ilmu kepada para siswa secara profesional.

Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan yang harus

dilaksanakan oleh guru.37

Dari sinilah guru memiliki kedudukan sangat penting dan tanggung jawab

yang besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Dengan

ini, maka guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode etik

agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman bagi

35

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi…, h. 151

36

Wirawan, Profesi dan Standar…, h. 16

37

(33)

guru untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi).

Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik adalah untuk

menjamin agar tugas pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya

dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.38

G. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Apalagi profesi

guru yang sehari-hari menangani benda hidup, berupa anak-anak atau siswa

dengan karakteristik yang tidak sama. Pekerjaan sebagai guru menjadi lebih berat

tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan

kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Oleh karena itu, peningkatan

profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi setiap institusi pendidikan demi

meningkatkan efektifitas kerja guru.

1. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru

Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, perlu dibuat program

pengembangan tenaga guru melalui Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Guru

(PPTG). Pada umumnya, PPTG dan tenaga kependidikan dimaksudkan agar guru

mampu merespon perubahan dan tuntutan perkembangan iptek, kemajuan

kemasyarakatan, termasuk perubahan sistem pendidikan serta pembelajaran secara

mikro.39

Dari PPTG ini, terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan pendidikan dan

kegiatan pelatihan.

a) Pendidikan

Secara umum pendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan dan

dilakukan secara sistematis, terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, serta

sesuai dengan tingkatan masing-masing. Tujuannya guna menyampaikan,

menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan, sikap, nilai, kecakapan atau

38

Udin S. Saud & Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h.75

39

(34)

keterampilan yang dikehendaki.40 Dengan berpedoman pada konsep

pendidikan tersebut, diharapkan dapat berjalan lancar sesuai visi dan misi.

Sedangkan pendidikan pegawai adalah kegiatan pengembangan sumber

daya manuasia untuk meningkatkan total dari pegawai di luar pada bidang

pekerjaan atau jabatan saat itu.41

Jadi, pendidikan guru adalah kegiatan pengembangan guru untuk lebih

meningkatkan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimilikinya

saat ini.

Dalam hal ini, terdapat dua jenis pendidikan tenaga guru. Yaitu,

pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan.42

1) Pendidikan Prajabatan

Pendidikan prajabatan tenaga guru merupakan pendidikan persiapan

mahasiswa untuk meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

pekerjaannya nanti.

2) Pendidikan Dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai

mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak upaya yang dapat dilakukan

dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan selama masa

pengabdiannya sebagai guru. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara

formal seperti kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau

kegiatan ilmiah lainnya. Atau pun dapat juga secara informal melalui

media massa baik televisi, radio, koran, majalah, maupun publikasi yang

lain.

b) Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja

40

Agus M. Hardjana, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 13

41

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. 3, h. 102

42

(35)

pekerja dalam tugas yang diserahkan kepada mereka.43 Dengan adanya

pelatihan tersebut diharapkan supaya pekerja dapat lebih luwes dan cermat saat

melaksanakan tugas dan menyelesaikan kewajibannya sebagai karyawan.

Ada dua tujuan program latihan karyawan. Pertama, latihan dan

pengembangan yang dilakukan untuk menutup ”gap” antara kecakapan atau

kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program

tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja

karyawan.44

Pelatihan di sini sangat menentukan keberhasilan atau tidaknya pekerjaan

yang diemban. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pekerja, sudah

semestinya berbagai pelatihan senantiasa diperogramkan.

Pelatihan-pelatihan yang dimaksud antara lain mencangkup:

1) Pelatihan-pelatihan untuk pelaksanaan program-program baru.

2) Pelatihan-pelatihan untuk menggunakan alat-alat atau fasilitas-fasilitas baru.

3) Pelatihan-pelatihan untuk para pegawai yang akan menduduki job atau tugas-tugas baru.

4) Pelatihan-pelatihan untuk pengenalan proses atau prosedur kerja yang baru.

5) Pelatihan bagi pegawai-pegawai baru, dan sebagainya.45

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan guru di lembaga

formal bukan hanya berlangsung tiga atau lima tahun. Setelah menjabat, guru pun

perlu menjalani pendidikan lagi. Seperti mengikuti penataran, lokakarya, seminar

atau belajar sendiri melalui media massa baik televisi, radio, koran dan

sebagainya. Selain itu, guru juga perlu mengikuti berbagai pelatihan, baik di

dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan demi meningkatkan efektivitas dan

efisiensi kerja.

Di sisi lain, Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) diadakan.

Karena melalui PLPG inilah, guru akan lebih memaksimalkan kinerja yang

selama ini sudah baik.

43

Hardjana, Training SDM…, h.12

44

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2001), cet. 15. h. 103

45

(36)

Mohammad Saroni dalam karyanya Personal Branding; Guru Meningkatkan

Kualitas dan Profesionalitas Guru, mengatakan bahwa pendidikan profesi sangat

penting untuk melihat kesesuaian antara bidang studi dengan latar belakang

pendidikan guru, guna meningkatkan profesionalisme guru, standar kualitas guru

yang senantiasa dikedepankan, pemenuhan standar kualitas guru, serta dalam

rangka meningkatkan kompetensi guru.46

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, dapat dilakukan dengan

mengikuti kegiatan kuliah, mengikuti kegiatan atau program pendidikan

profesionalitas, dan belajar secara mandiri.

PLPG yang diadakan harus dapat memberikan jaminan untuk terpenuhinya

standar kompetensi guru. Adapun model dilaksanakan dengan Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Juga disertai workshop

Subject Specific Pedagogic (SSP) untuk mengembangkan dan mengemas

perangkat pembelajaran.47

Sebagaimana disebutkan dalam Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan

Latihan Profesi Guru (PLPG), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Kementerian Pendidikan Nasional, bahwasannya tujuan dari diadakannya PLPG

adalah untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan

kelulusan guru peserta sertifikasi.

Penyelenggaraan PLPG sendiri dilaksanakan oleh LPTK dalam jangka

waktu kegiatan selama minimal 10 hari dan bobot 90 jam. Materi PLPG disusun

dengan memperhatikan empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, profesional,

kepribadian, dan sosial. Materi tersebut dapat berupa buku, diktat, atau modul.48

2. Pembinaan Guru

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) mengharuskan

46

Mohammad Saroni, Personal Branding; Guru Meningkatkan Kualitas Dan Profesionalitas Guru, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I, h. 205

47

Website http://www.bahtiar.net/2011/01/sertifikasi-guru-2011-pendidikan dan-latihan-profesi-guru-plpg/

48

(37)

orang untuk terus belajar. Lebih-lebih bagi guru, yang mempunyai tugas mendidik

dan mengajar. Sedikit lengah dalam belajar, akan ketinggalan perkembangan,

termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru harus

senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru.

Menurut Gouzali Saidam, pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan

atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan

berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.49

Harapannya, para guru akan lebih memiliki inovasi yang bagus di masa

akan datang. Konsep pendidikannya pun akan semakin lebih baik.

Pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada

guru, terutama dalam wujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala

sekolah, penilik sekolah dan pengawas, serta pembina lainnya untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar.50

Adanya pembinaan yang seperti ini dan dilakukan dengan kontinyu, tingkat

profesionalisme guru dapat dipertahankan dan dikembangkan.

Jadi, tujuan pembinaan guru untuk meningkatkan kemampuan profesional

guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan,

terutama bercorak layanan profesional kepada guru dapat dilaksanakan. Jika

proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan

demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar

pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.51

Artinya, pembinaan guru merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk menyempurnakan dan memberikan inovasi terhadap hasil kerja guru.

Dalam hal ini proses tersebut dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dan hasil

belajar demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun teknik-teknik pembinaan guru seperti disebutkan dalam Buku

Pedoman Pembinaan Guru, yang dikeluarkan meliputi kunjungan kelas,

pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar kelas, penerbitan buletin

49

Gouzali Saidam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), cet. 2, h. 408

50

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 9

51

(38)

profesional, dan penataran.52

Kunjungan kelas, yaitu kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala

sekolah dengan mengunjungi ke setiap kelas pada saat guru mengajar di kelas.

Pertemuan pribadi, yakni pertemuan antara kepala sekolah dengan guru

untuk berdialog atau bertukar pikiran mengenai usaha peningkatan kemampuan

profesional.

Sedangkan rapat dewan guru, merupakan pertemuan antara semua guru

dengan kepala sekolah. Pertemuan itu dipimpin oleh kepala sekolah atau

seseorang yang ditunjuk olehnya untuk membicarakan segala hal bersangkutan

dengan penyelenggaraan pendidikan, terutama proses belajar mengajar.

Sementara kunjungan antar sekolah, yaitu kunjungan yang dilakukan oleh

guru-guru bersama kepala sekolah ke sekolah-sekolah lain. Tujuannya untuk

belajar dari pencapaian keberhasilan serta menghindari kegagalan yang dialami

oleh sekolah tersebut.

Penerbitan buletin, yaitu selebaran berkala yang terdiri dari beberapa

lembar berisi tulisan mengenai topik-topik tertentu terkait usaha proses belajar

mengajar.

Dan pembinaan dalam kelompok kerja, ialah pertemuan yang dihadiri oleh

guru dan kepala sekolah untuk membicarakan suatu masalah. Terutama

menyangkut kegiatan belajar mengajar, kemudian mencari solusi.

3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Penunjang

Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pengembangan profesi

guru, maka penyediaan sarana bagi kelancaran tugas-tugas profesi merupakan

sesuatu yang sangat penting. Sehebat apa pun kualitas SDM tanpa ditunjang

sarana yang memadai, tampaknya hasil maksimal akan sulit diharapkan. Oleh

sebab itu, tersedianya sarana pendukung tidak dapat diabaikan.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan. Khususnya dalam proses

52

(39)

kegiatan belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta peralatan

dan media pembelajaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas

yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau

pengajaran. Seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, dan

sebagainya.53

Keduanya secara sekilas tidak ada hubungan. Namun, adanya keduanya

dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Bila salah satu unsur di antaranya

tidak ada, maka kurang lengkap dan mengakibatkan tidak sempurnanya sarana

dan prasarana sekolah.

Adapun menurut Departemen Agama sarana dan prasarana yang perlu

diadakan meliputi sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana pokok mencangkup

seperangkat peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan lengkap dengan

petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis), dan buku-buku yang

relevan. Sedangkan sarana penunjang terdiri dari peralatan atau perlengkapan

kerja. Seperti alat tulis kantor (ATK), mesin ketik/komputer, filing kabinet, ruang

kerja, serta sarana pendukung terkait tugas keprofesiannya.54

Lengkapnya sarana dan prasarana membuat semua pihak sekolah dapat

melangsungkan belajar dengan baik dan terwujud pendidikan yang maju.

53

Fachrudin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 156

54

(40)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana kompetensi profesional guru di MAN 2 Kota Bogor?

2. Apakah guru-guru di MAN 2 Kota Bogor sudah memenuhi syarat

profesional?

3. Bagaimana pelaksanaan tugas guru di MAN 2 Kota Bogor dalam proses

belajar mengajar? dan

4. Bagaimana tingkat profesionalisme guru di MAN 2 Kota Bogor?

B.

Waktu dan Tempat

Penelitian tentang profesionalisme guru ini dilaksanakan di MAN 2 Kota

Bogor, tepatnya di Jalan Raya Pajajaran No. 6 Kelurahan Baranangsiang

Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini

dimulai dari April hingga Mei 2011.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai persamaan pada

karakteristik umum. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh

(41)

sumber daya yang dimiliki peneliti, maka dibatasi pada populasi terjangkau yaitu

siswa kelas XI yang terbagi dalam 9 kelas. Seluruhnya berjumlah 400 siswa.

Ditentukannya populasi terjangkau pada kelas XI, karena kelas X

merupakan murid baru, sehingga belum mampu memberi penilaian terhadap guru.

Sedangkan kelas XII tidak diizinkan oleh kepala sekolah karena khawatir

mengganggu keseriusan belajar untuk menghadapi UN.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple

random sampling. Yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada.

Atas pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana,

maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa atau 15% dari total

populasi.

D.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode deskriptif analisis. Secara bahasa, deskripsi menguraikan tentang suatu

masalah secara jelas dan terperinci.55 Sedangkan analisis adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.56

Metode deskriptif analisis adalah metode yang meneliti dan menemukan

informasi seluas-luasnya tentang variabel mandiri. Di sini penulis berusahan

mencari jawaban tentang seberapa besar prosentase guru profesional, seberapa

baik kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan keprofesionalan guru,

dan lain sebagainya.

Penulis juga menggunakan kuantitatif untuk memperkuat pembuktian

hipotesis. Yakni, suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif

atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis

proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih

variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah

diformulasikan dalam kerangka teoritis.57

55

Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix, Agustus 2010), cet. 5, hal. 184

56

Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 44

57

Gambar

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Angket Untuk Siswa
Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Untuk Kepala Sekolah
Tabel 3 Kategori Penilaian
Tabel 4 Keadaan Guru PNS MAN 2 Kota Bogor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan pelaksanaan manajemen supervisi di MAN I Karanganyar untuk meningkat profesionalisme guru yaitu kepala madrasah melaksanakan

Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh profesionalisme kepala sekolah, profesionalisme guru

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat tentang pelatihan kerajinan batik bagi guru guru SD se-Kota Yogyakarta adalah ingin mengenalkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Profesionalisme Guru-guru Pendidikan Agama Islam yang telah Tersertifikasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri se-Kota Malang berada pada kategori

Bagaimana pendapat bapak apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan dari hasil kerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidikalang.. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk

Skripsi ini membahas tentang Peranan Guru Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan di Perpustakaan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Makassar. Pokok permasalahan skripsi ini adalah 1.

Dampak strategi kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan profesionaliseme kinerja guru di MAN 1 Kota Serang yaitu dorongan dan motivasi kepala madrasah untuk mengikuti pelatihan

Bony Irawan, S.Pd., M.Pd Kata Kunci: Persepsi, Profesionalisme Guru Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap profesionalisme guru biologi di SMA Negeri 3