• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean OSPF Dalam Jaringan Kampus USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean OSPF Dalam Jaringan Kampus USU"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

STUDI IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL

PERUTEAN OSPF DALAM JARINGAN KAMPUS USU

O

L

E

H

NAMA

: AHMAD FAUSAN

NIM

: 040402051

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

STUDI IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL

PERUTEAN OSPF DALAM JARINGAN KAMPUS USU

O L E H :

NAMA : AHMAD FAUSAN

NIM : 040402051

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Sidang pada tanggal 22 bulan Agustus tahun 2009 di depan Penguji :

(3)

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

STUDI IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL

PERUTEAN OSPF DALAM JARINGAN KAMPUS USU

O L E H :

NAMA : AHMAD FAUSAN

NIM : 040402051

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Sidang pada tanggal 22 bulan Agustus tahun 2009 di depan Penguji :

1. Rahmad Fauzi, ST. MT. : Ketua Penguji : ……….

2. Ir. Arman Sani, MT. : Anggota Penguji : ……….

3. Ali Hanafiah Rambe, ST. MT. : Anggota Penguji : ……….

Diketahui oleh : Disetujui oleh :

Pelaksan Harian Pembimbing Tugas Akhir,

Ketua Departemen Teknik Elektro,

(Prof. DR. Ir. Usman Baafai)

NIP : 194 610 221 973 021 001 NIP : 131 945 3561

(4)

i

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara memiliki jaringan komputer kampus untuk menghubungkan jaringan komputer antar fakultas dan mengakses internet. Jaringan ini memiliki switch layer tiga yang dapat menjalankan protokol routing. Protokol routing yang digunakan pada jaringan ini adalah protokol Open Shorthest Path First

(OSPF) sebagai Interior Gateway Protocol (IGP).

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, peralatanpun kini menjadi komponen penting dalam pembangunan jaringan komputer antara lain router. Namun, sering kali terjadi permasalahan pada jaringan komputer diantaranya

data yang dikirimkan lambat, rusak, bahkan tidak sampai ke tujuan, komunikasi sering mengalami time-out, dan jika terjadi gangguan sangat sulit dilakukan pemantauan dan perawatan jaringan.

Oleh sebab itu, jaringan komputer memerlukan sebuah router yang berfungsi sebagai pengatur jalur lalu-lintas data sehingga tepat pada sasarannya. Namun, harga router tidak murah. Hingga ditemukan sebuah solusi yaitu sistem operasi (OS) yang

dikhususkan untuk networking, yaitu mikrotik router OS yang terbukti murah dan handal dalam melakukan kerjanya sebagai router.

(5)

ii

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, yang penulis beri judul “Studi

Implementasi Mikrotik pada Protokol Perutean OSPF dalam Jaringan Kampus

USU”.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu ayahanda Nasmuddin, ibunda Nursipa, Kakak saya Reni Elpia, serta adik-adik saya, Rona Iriani dan Ahmad Fosma, yang merupakan bagian hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.

Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. M. Zulfin, MT, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Soeharwinto, ST. MT, yang telah memberikan pengarahan, bimbingan

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Syahrawardi, selaku dosen wali penulis atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

(6)

iii

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009. 5. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro

FT-USU

6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU.

7. Rekan-rekan yang memberikan sumbangsih ilmu, pikiran, tenaga, alat, tempat, dan transportasi dalam pengerjaan tugas akhir ini yaitu Bang Juliman, M. Salman, Lutfi Abdurrahman, Jhoni Hidayat, dan Nursyamsi.

8. Teman-teman angkatan ’04, Tosa, Hafiz, Rudi, Salman, Aris, Bismo, Aulia, Luthfi, Daus, Harry, Muhfi, Adi, Fahmi, Hans, Ijal, Juan, Roy, Dodi Barus, Anhar, Wahyu, Eko, Ronal Trimayudi, Ai, Adi, Augus, Sabri, dan teman-teman ’04 lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

9. Rekan-rekan junior di Elektro Teguh, M. Azhari Siregar, Iqri, Luthfi Abdurrahman, Prindi Wibowo, Fachrurrazy Nasution, Salman Alfarisi, Rahmuddin, Mutiara Siregar, Dedi, Khoirul Irpan, Diana, Harpen Hidayat, dan Apri dan Junior lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan dan kekurangan, namun penulis tetap berharap semoga tugas akhir ini bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pengembangan selanjutnya.

Medan, Agustus 2009 Penulis,

(7)

iv

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penulisan... 2

1.4 Batasan Masalah... 3

1.5 Metode Penulisan... ... 3

1.6 Sistematika Penulisan... 4

(8)

v

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

2.3.4 Lapis Transpor (Transport Layer)... 10

2.3.5 Lapis Sesi (Session Layer)... 10

2.3.6 Lapis Presentasi (Presentation Layer)... 11

2.3.7 Lapis Aplikasi (Application Layer)... 11

2.4 Jenis-Jenis Jaringan Komputer... 11

2.4.1 Local Area Network (LAN)... 11

2.10 Beberapa Protokol Perutean IGP... 19

2.10.1 Routing Information Protocol (RIP)... 19

(9)

vi

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

2.10.3 Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)... 21

2.10.4 Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) III. ROUTING OSPF 3.1 Umum... 23

3.2 Hubungan OSPF dengan Router Lain... 25

3.3 Media Kerja Protokol OSPF... 26

3.4.5 Menjaga Kemutakhiran Informasi Routing……….. 33

3.5 Tipe-tipe Router OSPF... 34

3.5.1 Internal Router... 35

(10)

vii

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

3.5.3 Area Border Router (ABR)... 36

3.7 Kelebihan dan Kekurangan OSPF………....….... 40

IV. IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF JARINGAN KAMPUS USU 4.1 Pengenalan Mikrotik... 41

4.2 Manajemen Bandwidth pada Mikrotik... 42

4.3 Menu Manajemen Bandwidth pada Mikrotik... 43

4.3.1 Menu Interface... 43

4.3.2 Menu IP... 44

4.4 Syarat Instalasi Mikrotik... 45

(11)

viii

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009. Routing OSPF... 57 4.7 Hasil Konfigurasi Mikrotik Router OS dalam Tabel Routing 59

4.8 Fungsi Mikrotik dari Tabel Routing yang dihasilkan... 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 73

5.2 Saran... 74

(12)

ix

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.3 Tampilan layar sistam operasi yang akan diinstal dalam VM... 47

Gambar 4.4 Tampilan layar untuk nama virtual machine yang digunakan... 48

Gambar 4.5 Tampilan layar tipe jaringan yang inginkan Ditambahkan... 48

Gambar 4.6 Tampilan layar besarnya kapasitas untuk instalasi... 49

Gambar 4.7 Tampilan layar dari VMware... 49

Gambar 4.8 Tampilan layar dari remove harddisk... 50

Gambar 4.9 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal... .. 50

Gambar 4.10 Tampilan layar tipe disk yang akan dikreasi... 51

Gambar 4.11 Tampilan layar penyimpanan informasi... 51

Gambar 4.12 Tampilan layar saat proses berlangsung... 51

Gambar 4.13 Tampilan layar harddisk yang sudah berganti jadi IDE... 52

Gambar 4.14 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal... 52

Gambar 4.15 Tampilan layar tipe jaringan yang ingin ditambahkan... 53

Gambar 4.16 Tampilan layar bridge networking setelah di add……….. 53

Gambar 4.17 Tampilan layar untuk pengaturan cd rom... 54

Gambar 4.18 Tampilan layar boot mikrotik... 54

Gambar 4.19 Tampilan layar aplikasi atau paket yang akan diinstal... 55

Gambar 4.20 Tampilan layar intallasi paket mikrotik... 55

Gambar 4.21 Tampilan layar saat mikrotik login... 56

Gambar 4.22 Tampilan layar setelah dilakukan login... 56

Gambar 4.23 Tampilan layar mikrotik setelah diinstal dan dapat digunakan.. 57

(13)

x

Ahmad Fausan : Studi Implementasi Mikrotik Pada Protokol Perutean Ospf Dalam Jaringan Kampus USU, 2009.

Gambar 4.25 Skema Sederhana Jaringan Kampus USU... 59

Gambar 4.26 Tampilan tabel routing dari FT... 59

Gambar 4.27 Tampilan tabel routing dari BIRO, PSI, PERPUS, MIPA, dan FT 60 Gambar 4.28 IP address dan interface dari router MIPA... .. 61

Gambar 4.29 IP address dan Interface dari router PERPUS... 62

Gambar 4.30 IP address dan Interface dari router PSI... 63

Gambar 4.31 IP address dan Interface dari router BIRO... 64

Gambar 4.32 Routing OSPF Neighbor dan Interface dari FT... 65

Gambar 4.33 Routing OSPF Interface dari PERPUS ……… 66

Gambar 4.34 Routing OSPF Neighbor dari PSI………. 67

Gambar 4.35 Routing OSPF Interface dari PSI……….. 68

Gambar 4.36 Routing OSPF Neighbor dari BIRO……… 69

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini perkembangan jaringan komputer begitu cepat, hal ini terterbukti dengan semakin banyaknya organisasi yang memanfaatkan jaringan komputer untuk berkomunikasi baik itu dalam jangkauan kecil yang seringkali disebut sebagai Local Area Network (LAN), maupun dalam jangkauan lebih luas yang seringkali disebut sebagai Wide Area Network (WAN).

Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai salah satu lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri yang ada di provinsi Sumatera Utara sampai dengan saat ini telah memiliki 12 fakultas. Dimana mempunyai ruang kuliah, laboratorium, ruang dosen di gedung fakultas masing-masing. Selain itu juga di lingkungan USU terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis), seperti UPT Pusat Komputer atau PSI (Pusat Sistem Informasi), UPT Perpustakaan. Saat ini Universitas Sumatera Utara telah memiliki sistem backbone jaringan yang disebut cyber campus yang berpusat di gedung Pusat Komputer dan Informasi. Jaringan cyber campus ini menghubungkan jaringan antar fakultas untuk mengakses database akademik, administrasi USU dan akses inernet dengan kecepatan 100 Mbps yang terkoneksi ke provider penyedia layanan internet yaitu ASTINET. Konfigurasi backbone cyber

(15)

2

menggunakan protokol routing OSPF dengan pusat jaringan terletak di Pusat Komputer dan Informasi (PSI) menggunakan wireless LAN.

Sering kali terjadi permasalahan pada jaringan komputer antara lain data yang dikirimkan lambat, rusak dan bahkan tidak sampai ke tujuan. Komunikasi sering mengalami time-out, hingga masalah keamanan. Oleh sebab itu, jaringan komputer memerlukan sebuah router, yaitu alat yang berfungsi sebagai pengatur jalur lalu-lintas data sehingga tepat pada sasarannya. Router mampu menjawab tantangan daripada permasalahan jaringan komputer itu sendiri. Dengan berbagai fasilitas yang dimiliki router, maka komunikasi pada jaringan komputer dapat berjalan dengan baik.

Namun, harga router tidak murah, hal ini sesuai dengan kinerja yang dihasilkan dari router itu sendiri. Hingga ditemukannya sebuah solusi yaitu Sistem Operasi yang dikhususkan untuk networking, yaitu MikroTik Router OS yang terbukti murah dan handal dalam melakukan kerjanya sebagai router. Banyak digunakan di ISP (Internet Service Provider) sebagai Limit bandwidth, router pada warnet, Gateway pada Kantor, hingga pada kafe sebagai hotspot.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:

1. Bagaimana prinsip kerja jaringan LAN?

2. Bagaimana prinsip / prosedur dari protokol OSPF?

(16)

3

4. Apa hasil implementasi mikrotik pada protokol perutean OSPF?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari Tugas Akhir ini adalah:

a. Memberikan gambaran sederhana mengenai dasar - dasar jaringan komputer.

b. Memahami cara kerja routing protocol terutama protokol routing OSPF

c. Memberikan penyajian informasi protocol routing yang digunakan pada jaringan kampus USU dalam sebuah tabel routing menggunakan mikrotik. d. Mengenalkan dan memberikan langkah-langkah dalam penggunaan mikrotik

router OS, sehingga diperoleh suatu pengetahuan dasar tentang mikrotik router OS.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah:

1. Hanya membahas tentang protokol routing OSPF.

2. Tidak membahas perangkat-perangkat jaringan komputer secara terperinci. 3. Konfigurasi mikrotik tidak dibahas secara mendetail.

4. Tidak membahas tentang komunikasi data secara mendetail.

1.5 Metode Penulisan

(17)

4

• Studi Literatur, berupa studi kepustakaan, kajian dari buku - buku teks pendukung dan jurnal – jurnal dari internet.

• Studi lapangan, berupa mencari data yang diperlukan untuk menunjang analisis TA.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Dasar Jaringan Komputer

Bab ini membahas tentang jenis-jenis jaringan komputer,Lapis OSI, IP Addres, Subneting, Routing, dan jenis - jenis routing.

BAB III Protokol Routing OSPF

Bab ini berisi tentang pengenalan Protokol Routing OSPF

BAB IV Implementasi Mikrotik pada Protokol Perutean OSPF

(18)

5

Bab ini menyajikan bagaimana penggunaan / instalasi dari mikrotik dan hasil implementasinya dalam tabel routing.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari Tugas Akhir yang disajikan dan saran dari penulis.

BAB II

DASAR JARINGAN KOMPUTER

2.1 Umum

Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehinggga dapat saling berbagi informasi, program-program, penggunaan bersama perangkat keras seperti printer, hard disk dan sebagainya. Selain itu jaringan komputer dapat diartikan sebagai kumpulan sejumlah terminal komunikasi berbeda diberbagai lokasi yang terdiri dari lebih dari satu komputer yang saling berhubungan. Tujuan dibangunnya suatu jaringan komputer adalah membawa informasi secara tepat dan tanpa adanya kesalahan dari sisi pengirim (transmitter) menuju kesisi penerima (receiver) melalui media komunikasi. Manfaat yang didapat dalam membangun jaringan komputer yaitu sharing resources bertujuan agar seluruh program peralatan atau peripheral lainnya dapat dimanfaatkan oleh setiap orang yang ada pada jaringan komputer tanpa terpengaruh oleh lokasi maupun pengaruh dari pemakai.[3]

(19)

6

Salah satu hal penting dari komunikasi antara dua komputer adalah pemodelan komunikasi ini ke suatu bentuk representasi deskriptif. Artinya, representasi tersebut bisa menjelaskan bagaimana mekanisme komunikasi antara dua komputer tadi berlangsung. Salah satu model yang sering dipakai adalah open system interconnection basic reference model (OSI basic reference model atau selanjutnya

dikenal dengan model OSI)[1 ].

2.3 Model OSI

Model OSI adalah deskripsi abstrak dari komunikasi antar komputer sekaligus desain protokol jaringan yang ada di dalamnya. Dalam model OSI ini, suatu entitas dalam jaringan komputer dibagi ke dalam tujuh lapis (layer), yang di setiap lapis ini satu atau lebih entitas menjalankan fungsinya masing-masing secara berbeda, sehingga model OSI ini sering disebut juga dengan model referensi 7 lapis. Tujuh lapis pada model OSI tersebut adalah[1]:

1. Lapis fisik (physical layer) 2. Lapis taut data (data link layer) 3. Lapis jaringan (network layer) 4. Lapis transpor (transport layer) 5. Lapis sesi (session layer)

6. Lapis presentasi (presentation layer)

7. Lapis aplikasi (application layer)

(20)

7

komputer satu dengan komputer yang lainnnya dengan meneruskan data melalui lapis-lapis yang lain. Masing-masing lapis aplikasi tidak peduli bagaimana lapis-lapis yang lain berfungsi, tetapi bergantung kepada lapis-lapis tersebut untuk mendapatkan layanan.

Proses yang terjadi ketika suatu data dikirim dari aplikasi komputer sumber adalah pergerakan menurun dari data yang sudah berbentuk paket data melalui semua lapis. Ketika paket data telah mencapai lapis fisik, paket data tersebut siap dikirimkan melalui media komunikasi. Pada layer fisik, bit-bit paket data bisa berupa analog maupun digital, dan bisa dalam berbagai bentuk (contoh: listrik, cahaya, gelombang radio, dsb.). Dalam setiap pergerakan melalui lapis-lapis tadi, paket data dibungkus (di-enkapsulasi) dengan informasi yang ditambahkan sebagai header atau trailer. Namun yang patut dicatat, data di dalam paket data tidak ada yang berubah.

(21)

8

2.3.1 Lapis Fisik (Physical Layer)

Lapis fisik ini mendefinisikan semua spesifikasi listrik dan fisik untuk seluruh perangkat komunikasi. Berikut ini termasuk di dalamnya: rancangan pin, tegangan, dan spesifikasi kabel. Hub, pengulang (repeater), adapter jaringan (network adapter), dan Adapter Bus Hos (HBA yang dibagai dalam Storage Area Network) adalah perangkat-perangkat penting dalam lapis fisik ini. Fungsi dan layanan utama yang disediakan adalah:

Pendirian (establishment) dan pengakhiran (termination) dari suatu sambungan ke perantara komunikasi

• Keikutsertaan (partisipasi) dalam suatu proses di mana sumber daya komunikasi dibagi secara mangkus di antara para pemakai. Contohnya adalah resolusi pendirian (contention resolution) dan kendali aliran (flow control). • Modulasi atau penukaran (konversi) antara representasi digital data yang ada

di peralatan para pemakai (user) dan sinya-lsinyal koresponden yang dikirimkan melalui saluran komunikasi. Sinyal-sinyal ini dioperasikan melalui kabel fisik (contoh: tembaga dan serat optik) atau secara nirkabel (contoh: gelombang radio)

Standar Ethernet lapis fisik berada di lapis ini, di samping tergabung juga ke dalam lapis paut-data. Hal yang sama berlaku pada jaringan lokal lainnya, seperti token ring, fiber distributed data interface (FDDI), IEEE 802.11, dan juga jaringan

pribadi (personal area network) seperti bluetooth dan IEEE 802.15.4.

(22)

9

Lapis taut data menyediakan kemampuan fungsional dan prosedural untuk melakukan pengiriman data antarentitas jaringan serta mendeteksi sekaligus membetulkan kesalahan yang mungkin terjadi di lapis fisik. Contoh media yang paling dikenal adalah Ethernet. Contoh lainnya High-Level Data Link Control (HDLC), Analog-to-Digital Converter Control Protocol (ADCCP) untuk jaringan alih paket (packet switched networks), dan Aloha untuk LAN. Pada IEEE 802 LAN, dan beberapa jaringan non-IEEE 802 seperti FDDI, layer ini terpecah menjadi lapis Media Access Control (MAC) dan lapis IEEE 802.2 Logical Link Control (LLC),

yang berfungsi menyusun bit-bit dari layer fisik menjadi bentuk potongan-potongan data yang dikenal dengan sebutan bingkai data (data frame)[1].

Lapis taut data adalah lapis yang menjadi tempat beroperasinya jembatan (bridge) dan saklar (switch) jaringan. Ketersambungan (konektivitas) disedikan hanya kepada simpul-simpul jaringan yang tersambung secara lokal dan membentuk domain lapis 2 untuk penerusan paket data baik secara unicast maupun broadcast. Protokol lain dimasukkan ke dalam bingkai data untuk

menciptakan terowongan (tunnel), dan terpisah dengan 2 domain penerus tadi.

2.3.3 Lapis Jaringan (Network Layer)

(23)

10

beroperasi di lapis ini serta melaksanakan pengiriman data melalui jaringan yang lebih luas. Skema ini disebut dengan skema pengalamatan logis, yang nilainya ditentukan oleh desainer jaringan. Contoh yang protokol yang paling dikenal adalah protokol Internet (IP).

2.3.4 Lapis Transpor (Transport Layer)

Lapis transpor menyediakan transfer data transparan di antara para pengguna terakhir (end-user). Lapis transpor membebastugaskan lapis di atasnya dari berbagai penanganan masalah, sambil menyediakan transfer data yang andal. Lapis transpor mengendalikan keandalan dari pautan yang diberikan melalui kendali aliran, segmentasi/desegmentasi, dan pengendalian kesalahan. Beberapa protokol

berorientasi pada keadaan dan koneksi. Ini artinya bahwa lapis transpor dapat tetap meneruskan paket dan mengirimkan ulang paket data yang gagal.

Contoh protokol yang paling sering ditemui di lapis 4 ini adalah Transmission Control Protocol (TCP). Lapis transpor adalah lapis yang mengubah pesan-pesan ke

dalam segmen-segmen TCP atau User Datagram Protocol (UDP), Stream Control Transmission Protocol (SCTP), dsb. Analogi di dunia nyata dari lapis 4 ini adalah

Kantor Pos, yang mengurus masalah pengiriman dan penggolongan surat serta bingkisan (parsel) yang akan dikirim.

2.3.5 Lapis Sesi (Session Layer)

(24)

11

baik yang bersifat dupleks maupun semidupleks, serta melakukan prosedur pemeriksaan, penundaan, pengakhiran, maupun pengulangan (restart). Model OSI memberikan tanggung jawab kepada lapis ini untuk pengaturan sesi yang bersifat "graceful close" yang sebenarnya merupakan milik dari TCP, pemeriksaan sesi, serta pemulihan (recovery), yang biasanya jarang dipakai pada protokol Internet.

2.3.6 Lapis Presentasi (Presentation Layer)

Lapis presentasi mengubah bentuk data untuk menyediakan antarmuka standar bagi lapis aplikasi. Encoding MIME, kompresi data, enkripsi

data, serta manipulasi yang mirip dari presentasi dilakukan pada lapis ini untuk memberikan data sebagai layanan sampai pengembang protokol melihat kecocokan di dalamnya. Contoh mengubah arsip teks berkode EBCDIC ke dalam arsip berkode ASCII, atau melakukan serialisasi objek dan struktur data (contoh : XML).

2.3.7 Lapis Aplikasi (Application Layer)

Lapis aplikasi menyediakan akses kepada pengguna (user) untuk memperoleh informasi pada jaringan melalui suatu aplikasi. Lapis ini adalah (interface) antarmuka utama bagi para pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi dan jaringan. Beberapa contoh protokol lapis aplikasi adalah Telnet, aplikasi yang memanfaatkan File Transfer Protocol (FTP), aplikasi yang memanfaatkan Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), dan aplikasi yang memanfaatkan Hypertext

Transfer Protocol (HTTP). Aplikasi yang dibangun untuk memanfaatkan suatu

(25)

12

2.4 Jenis-jenis Jaringan Komputer

Terdapat beberapa jenis jaringan komputer diantaranya adalah :

2.4.1 Local Area Network (LAN)

LAN adalah jaringan pribadi didalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN sering digunakan pada komputer-komputer pribadi dan workstation dalam kantor perusahaasn atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama resources (misalnya printer) dan saling tukar informasi.[1]

Gambar 2.2 Local Area Network

Secara garis besar ada beberapa tahapan dalam membangun jaringan LAN, diantaranya :

• Menentukan teknologi tipe jaringannya (Ethernet, Fast Ethernet, Token Ring, FDDI)

• Memilih model perkabelan (Fiber, UTP, Coaxial)

• Menentukan bentuk topologi jaringan (Bus, Ring, dan Star)

(26)

13

Memilih Sistem Operasi Server (Windows NT, 2000, XP, atau Linux)

2.4.2 Metroplitan Area Network (MAN)

Sebuah MAN, biasanya meliputi wilayah yang lebih besar dari LAN. Misalnya antar gedung dalam suatu daerah (wilayah seperti propinsi atau negara bagian). Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagaui contoh yaitu jaringan beberapa kantor cabang sebuah bank di dalam sebuah kota besar yang dihubungkan antara satu dengan lainnya[1].

Gambar 2.3 Metroplitan Area Network

(27)

14

Wide Area Network (WAN) adalah jaringan yang biasanya sudah

menggunakan media wireless, sarana satelit ataupun kabel serat optik, karena jangkauannya yang lebih luas, bukan hanya satu kota atau antar kota dalam suatu wilayah tetapi mulai menjangkau area atau wilayah otoritas negara lain.

Sebagai contoh jaringan komputer City Bank yang ada di Indonesia ataupun yang ada dinegara lain, yang saling berhubungan, jaringan ATM, Master Card, Visa Card atau Cirrus yang tersebar di seluruh dunia.

Gambar 2.4 Wide Area Network

(28)

15

2.5 IP Address

IP Address (Alamat IP) adalah identitas khusus yang digunakan untuk memberikan tanda atau alamat pada sebuah paket data atau pada suatu sistem komputer. Konsep dasar pengalamatan (IP Address) di internet adalah awalan (prefix) pada IP Address dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemilihan rute paket data ke alamat tujuan. Sebelum memasuki aspek-aspek lebih jauh tentang IP Address, penting untuk mengerti lebih dahulu beberapa hal fundamental dari IP Address itu sendiri. Untuk IPv4 digunakan bilangan 32 Bit[5].

Kelas-kelas IP address yang umum digunakan terdiri dari :

• Kelas A : 1 – 126, dengan batasan 1.0.0.0 – 126.255.255.254

Dengan Broadcast Address 126.255.255.255 Subnet Mask-nya : 255.0.0.0

• Kelas B : 128 – 191, dengan batasan 128.0.0.0 – 191.255.255.254

Dengan Broadcast Address 191.255.255.255

Subnet Mask-nya : 255.255.0.0

• Kelas C : 192 – 223, dengan batasan 192.0.0.0 – 223.255.255.254

Dengan Broadcast Address 223.255.255.255 Subnet Mask-nya : 255.255.255.0

(29)

16

Tabel 2.1 Kelas Alamat IP

Kelas Network ID Host ID Default Subnet Mask

A xxx.0.0.1 xxx.255.255.254 255.0.0.0 B xxx.xxx.0.1 xxx.xxx.255.254 255.255.0.0 C xxx.xxx.xxx.1 xxx.xxx.xxx.254 255.255.255.0

2.6 Subneting

Sebuah jaringan dapat dipecahkan menjadi beberapa jaringan baru, proses ini disebut subneting. Tujuan dari subneting yaitu untuk mereduksi trafik jaringan, mengoptimalkan perfomransi jaringan, memudahkan dalam manajemen jaringan dan mengefektifkan jaringan yang dibatasi area geografis luas. Melalui subneting sebuah alamat jaringan (network address) tunggal dipecah menjadi subnetwork atau disingkat subnet. Sebagai contoh network 192.168.10.0, 168.20.0 dan 192.168.30.0 merupakan subnet network tunggal 192.168.8.0. Subnet address dibuat dengan meminjamkan bit porsi host dan menjadikannya sebagai

subnet. Jumlah bit yang dipinjam bervariasi tergantung pada nilai subnet mask.[2]

2.7 Routing

Routing (perutean) merupakan sebuah proses untuk meneruskan paket-paket

(30)

17

sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang diterima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya. Jadi router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN)[5].

2.8 Jenis-Jenis Routing

Berikut ini merupakan jenis-jenis routing antara lain : 1. Routing Statis

2. Routing Default 3. Routing Dinamis

2.8.1 Routing Statis

Routing statis terjadi jika admin secara manual menambahkan route-route di routing table dari setiap router.

Routing statis memiliki kentungan-keuntungan berikut:

1. Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada CPU router (router lebih murah dibandingkan dengan routeng dinamis)

2. Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara router.

3. Routing statis menambah keamanan, karena administrator dapat memilih untuk mengisikan akses routing ke jaringan tertentu saja.

(31)

18

• Administrasi harus benar-benar memahami internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat mengkonfigurasikan router dengan benar.

Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork, Administrasi harus menambahkan sebuah route kesemua router secara manual.

Routing statis tidak sesuai untuk network-network yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan full-time sendiri.

2.8.2 Routing Default

Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual

menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg hanya

memiliki satu jalur keluar.

2.8.3 Routing Dinamis

Routing dinamis adalah ketika routing protocol digunakan untuk menemukan network dan melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih mudah

daripada menggunakan routing statis dan default, tapi akan membedakan dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link jaringan

2.9 Routing Protocol

(32)

19

protocol) adalah protokol-protokol yang digunakan untuk merawat tabel routing pada

router-router. Ada dua kategori protokol routing yaitu Interior Gateway Protocol

(IGP) dan Exterior Gateway Protocol (EGP). Interior Gateway Protocol (IGP) merupakan protokol routing yang menangani routing jaringan internet dalam suatu autonomous system (AS). Sedangkan Exterior Gateway Protocol (EGP) merupakan

protokol routing yang menangani routing jaringan internet antar automous system. Exterior Gateway Protocol (EGP) diperlukan karena Interior Gateway Protocol

tidak dirancang untuk suatu jaringan yang sangat besar sehingga jaringan internet perlu dibentuk ke dalam suatu hirarki dengan membagi jaringan internet tersebut ke dalam autonomous systems. Autonomous System (AS) secara umum didefinisikan sebagai jaringan internet yang berada dalam satu kendali administrasi dan teknis[4].

Routing digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda. Jika network tidak memiliki router, maka jelas tidak bisa melakukan routing.

2.10 Beberapa Protokol Perutean IGP

Beberapa protokol perutean populer yang masuk kelompok Interior Gateway Protocol (IGP) adalah:

Routing Information Protocol (RIP)

Open Shortest Path First (OSPF)

Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)

Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)

(33)

20

Routing Information Protocol (RIP) mengirim routing table yang lengkap ke

semua interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.

RIP v1 menggunakan clasfull routing, yang berarti semua alat di jaringan harus menggunkan subnet mask yang sama. Ini karena RIP v1 tidak mengirim update dengan informasi subnet mask di dalamnya. RIP v2 menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dan bisa mengirim informasi subnet mask bersama dengan update-update dari route. Ini disebut classless routing.

2.10.2 Open shortest Path First (OSPF)

Open shortest Path First (OSPF) merupakan protokol IRP yang membuat

(34)

21

memanfaatkan algoritma Dijkstra dalam pemilihan rute terbaiknya. OSPF sangat baik dalam penanganan jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, karena pemeliharaan tabel perutean yang dibuat OSPF bersifat otomatis. Dibandingkan dengan protokol RIP, konsumsi sumber daya memori pada perute OSPF lebih besar. Untuk melihat pembahasan lebih lengkap mengenai OSPF akan dibahas pada bab tiga yang khusus membahas mengenai mekanisme kerja protokol OSPF[10].

OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Protokol routing link-state.

2. Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328. 3. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.

4. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.

5. OSPF adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork.

6. OSPF lebih effisien daripada RIP.

7. Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System (AS). 8. Menggunakan protokol broadcast.

2.10.3 Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)

(35)

22

keterbatasan hop count dan ketidakmampuan untuk memilih jalur terbaik berdasarkan parameter-parameter lain seperti bandwidth, reliability,delay, dan load. IGRP telah meningkatkan maximum hop count yang bisa digunakan sampai sebesar 255, tetapi hop count IGRP tidak digunakan untuk memilih jalur terbaik mencapai prefix network. Hop count hanya digunakan untuk membatasi diameter network,

setiap network dengan hop count yang melebihi maksimum dianggap tidak terjangkau (unreachable). Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol jenis distance-vector milik cisco (cisco-proprietary). Artinya semua

router harus router cisco untuk menggunakan IGRP dijaringan. IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, denga nilai default 100. Ini membantu kekurangan pada RIP.

2.10.4 Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)

Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah sebuah routing

protocol distance-vector milik cisco (cisco-proprietary) yang sudah ditingkatkan,

yang memberi suatu keunggulan dibanding IGRP. Keduanya menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk menggambarkan kumpulan dari router-router yang contiguous (berentetan, sebelah menyebelah) yang menjalankan routing protocol yang sama dan berbagi informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet

mask kedalam update route-nya. Sehingga memungkinkan kita menggunakan VLSM

dan melakukan perangkuman (summarization) . EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop maksimum 255. Berikut fitur EIGRP yang jauh lebih baik dari IGRP yaitu :

(36)

23

2. Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien .

3. Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP).

4. Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing update Algoritma (DUAL).

BAB III

PROTOKOL OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF)

3.1 Umum

OSPF merupakan sebuah protokol perutean berjenis IGP (interior gateway protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu organisasi atau

(37)

24

OSPF merupakan protokol perutean yang menggunakan konsep perutean hierarki, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Dengan menggunakan konsep perutean hierarki ini sistem penyebaran informasi dalam protokol OSPF menjadi lebih teratur dan tersegmentasi atau tidak menyebar ke mana-mana secara sembarangan. Efek dari keteraturan penyebaran perutean ini adalah penggunaan bandwith jaringan menjadi lebih bagus, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih akurat dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi.

(38)

25

Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat baik untuk memelihara jaringan berskala sedang hingga besar. Pengguna OSPF biasanya memang para administrator jaringan berskala sedang hingga besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi jarak jauh yang perlu juga dijangkau dari pusat, dan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, umumnya akan memilih untuk menggunakan protokol routing ini.

3.2 Hubungan OSPF dengan Router Lain

Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau router tetangga.

Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan dengan neighbour router. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol. Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik

(39)

26

Paket hello berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Paket hello pada umumnya dikirim dengan menggunakan alamat multicast untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protokol hello ini dan juga akan mengirimkan paket hello-nya secara berkala. Cara kerja dari hello protokol dan pembentukan perute tetangga terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media dimana router OSPF jalankan.

3.3 Media Kerja Protokol OSPF

Penjelasan 3.1 menyebutkan bahwa ospf harus membentuk hubungan dulu dengan router tetangganya untuk dapat saling berkomunikasi seputar informasi routing. Untuk membentuk sebuah hubungan dengan router tetangganya. OSPF mengandalkan hello protokol. Namun uniknya cara kerja Hello protokol pada OSPF berbeda-beda pada setiap jenis media. Ada beberapa jenis media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Media tersebut adalah sebagai berikut:

Broadcast Multiaccess

Point-to-point

point-to-multipoint

(40)

27

3.3.1 Broadcast Multiaccess

Media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam jaringan lokal atau LAN seperti misalnya ethernet, FDDI, dan token ring. Dalam kondisi media seperti ini, OSPF akan mengirimkan traffic multicast dalam pencarian router-router tetangganya. Namun ada yang unik dalam proses pada media ini, yaitu akan terpilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR).

3.3.2 Point-to-Point

Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai tetangganya. Dalam proses pencarian neighbour

ini, router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan-pesan lainnya menggunakan alamat multicast bernama AllSPF Routers (224.0.0.5).

3.3.3 Point-to-Multipoint

(41)

28

Pada jaringan jenis ini, traffic OSPF juga dikirimkan menggunakan alamat IP multicast. Tetapi yang membedakannya dengan media berjenis broadcast

multi-access adalah tidak adanya pemilihan Designated dan Backup Designated Router

karena sifatnya yang tidak meneruskan siaran (broadcast).

3.3.4 Non-broadcast Multiaccess (NBMA)

Media berjenis Nonbroadcast multi-access ini secara fisik merupakan sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis Point-to-Point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke banyak tujuan, tidak hanya ke satu titik saja. Contoh dari media ini adalah X.25 dan frame relay yang sudah sangat terkenal dalam menyediakan solusi bagi kantor-kantor yang terpencar lokasinya. Di dalam penggunaan media ini pun dikenal dua jenis penggunaan, yaitu jaringan partial mesh dan fully mesh.

OSPF melihat media jenis ini sebagai media broadcast multiaccess. Namun pada kenyataannya, media ini tidak bisa meneruskan broadcast ke titik-titik yang ada di dalamnya. Maka, dalam penerapan OSPF pada media ini, dibutuhkan konfigurasi DR dan BDR yang dilakukan secara manual. Dalam media jenis ini yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki koneksi langsung ke seluruh router tetangganya. Semua traffic yang dikirimkan dari router-router tetangga akan digandakan oleh DR dan BDR untuk masing-masing router dan dikirim dengan menggunakan alamat unicast atau layaknya proses OSPF pada media Point-to-Point.

3.4 Mekanisme Kerja OSPF

(42)

29

awal hingga dapat saling bertukar informasi ada lima langkah. Berikut ini adalah langkah-langkahnya :

1. Membentuk Perute yang Bersebelahan (Adjacency Router) 2. Memilih DR dan BDR (jika diperlukan)

3. Mengumpulkan State-state dalam Jaringan

4. Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan 5. Menjaga Kemutakhiran Informasi Perutean

3.4.1 Membentuk Perute yang Bersebelahan (Adjacency Router)

Adjacency router arti harafiahnya adalah router yang bersebelahan atau yang

terdekat. Jadi proses pertama dari router OSPF ini adalah menghubungkan diri dan saling berkomunikasi dengan para router terdekat atau perute tetangga. Untuk dapat membuka komunikasi, Hello protokol akan bekerja dengan mengirimkan paket hello. Misalkan ada dua buah router, Router A dan B yang saling berkomunikasi OSPF. Ketika OSPF kali pertama bekerja, maka kedua router tersebut akan saling mengirimkan paket hello dengan alamat multicast sebagai tujuannya. Di dalam Hello packet terdapat sebuah field yang berisi identitas (ID) tetangga. Misalkan

router B menerima paket hello lebih dahulu dari router A. Maka router B akan mengirimkan kembali Hello packet-nya dengan disertai ID dari router A. Ketika router A menerima hello packet yang berisikan ID dari dirinya sendiri, maka Router

(43)

30

akan segera menganggap perute A sebagai adjacent router-nya. Sampai di sini adjacency router telah terbentuk dan siap melakukan pertukaran informasi perutean.

Contoh pembentukan adjacency router di atas hanya terjadi pada proses OSPF yang berlangsung pada media Point-to-Point. Namun, prosesnya akan lain lagi jika OSPF berlangsung pada media broadcast multiaccess seperti pada jaringan ethernet. Karena media penyiaran akan meneruskan paket-paket hello ke seluruh

perute yang ada dalam jaringan, maka adjacency router-nya tidak hanya satu. Proses pembentukan adjacency akan terus berulang sampai semua router yang ada di dalam jaringan tersebut menjadi adjacent router.

Jika semua router menjadi adjacent router, maka komunikasi OSPF akan meramaikan jaringan. Bandwidth jaringan menjadi tidak efisien terpakai karena jatah untuk data yang sesungguhnya ingin lewat di dalamnya akan berkurang. Untuk itu pada jaringan broadcast multiaccess akan terjadi lagi sebuah proses pemilihan router yang menjabat sebagai “juru bicara” bagi router-router lainnya. Router juru bicara ini sering disebut dengan istilah Designated Router (DR). Selain perute juru bicara, disediakan juga cadangan untuk router juru bicara ini. Router ini disebut dengan istilah Backup Designated Router (BDR). Langkah berikutnya adalah proses pemilihan DR dan BDR, jika memang diperlukan.

3.4.2 Memilih DR (Designated Router) dan BDR (Backup Designated

Router)

(44)

31

jaringan tersebut. Semua paket pesan yang ada dalam proses OSPF akan disebarkan oleh DR dan BDR. Maka itu, pemilihan DR dan BDR menjadi proses yang sangat kritikal. Sesuai dengan namanya, BDR merupakan “bayangan” dari DR. Artinya BDR tidak akan digunakan sampai masalah terjadi pada router DR. Ketika router DR bermasalah, maka posisi juru bicara akan langsung diambil oleh router BDR. Sehingga perpindahan posisi juru bicara akan berlangsung dengan halus.

Proses pemilihan DR/BDR tidak lepas dari peran penting paket hello. Di dalam Hello packet ada sebuah field berisikan ID dan nilai Prioritas dari sebuah router. Semua router yang ada dalam jaringan broadcast multi-access akan menerima semua Hello dari semua router yang ada dalam jaringan tersebut pada saat kali pertama OSPF berjalan. Router dengan nilai Prioritas tertinggi akan menang dalam pemilihan dan langsung menjadi DR. Router dengan nilai prioritas di urutan kedua akan dipilih menjadi BDR. Status DR dan BDR ini tidak akan berubah sampai salah satunya tidak dapat berfungsi baik, meskipun ada perute lain yang baru bergabung dalam jaringan dengan nilai prioritasnya lebih tinggi.

(45)

32

3.4.3 Mengumpulkan State-state dalam Jaringan

Setelah terbentuk hubungan antar router-router OSPF, kini saatnya untuk bertukar informasi mengenai keadaan (state) dan jalur-jalur yang ada dalam jaringan. Pada jaringan yang menggunakan media broadcast multiaccess, DR-lah yang akan melayani setiap router yang ingin bertukar informasi OSPF dengannya. DR akan memulai lebih dulu proses pengiriman ini.

Pada jaringan Point-to-Point ada sebuah fasa yang menentukan router yang lebih dulu melakukan pengiriman data link-state OSPF. Fase ini akan memilih siapa yang akan menjadi tuan (master) dan siapa yang menjadi budak (slave) dalam proses pengiriman. Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dahulu, sedangkan router slave akan mendengarkan lebih dulu. Fase ini disebut dengan istilah Exstart State. Router master dan slave dipilih berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Ketika sebuah router mengirimkan paket hello, ID perute masing-masing juga dikirimkan ke router tetangga.

Setelah membandingkan dengan miliknya dan ternyata lebih rendah, maka router tersebut akan segera terpilih menjadi master dan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Setelah fase Exstart lewat, maka router akan memasuki fase Exchange. Pada fase ini kedua buah router akan saling mengirimkan paket deskripsi

(46)

33

router mulai mengirimkan informasi keadaan (state) secara lengkap ke router tetangganya.

Setelah loading state selesai, maka router-router yang tergabung dalam OSPF akan memiliki informasi keadaan yang lengkap dan penuh dalam basis data keadaannya. Fase ini disebut dengan istilah full state. Sampai fase ini proses awal OSPF sudah selesai, namun basis data keadaan (state database) belum bisa digunakan untuk proses penerusan (forwarding) data. Maka dari itu, router akan memasuki langkah selanjutnya, yaitu memilih rute-rute terbaik menuju ke suatu lokasi yang ada dalam basis data keadaan tersebut.

3.4.4 Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan

Setelah informasi seluruh jaringan berada dalam basis data, maka kini saatnya untuk memilih rute terbaik untuk dimasukkan ke dalam tabel perutean. Jika sebuah rute telah masuk ke dalam tabel perutean, maka rute tersebut akan terus digunakan. Untuk memilih rute-rute terbaik, parameter yang digunakan oleh OSPF adalah beban (cost). Metrik cost biasanya akan menggambarkan seberapa dekat dan cepatnya sebuah rute.

Router OSPF akan menghitung semua cost yang ada dan akan menjalankan algoritma Shortest Path First untuk memilih rute terbaiknya. Setelah selesai, maka rute tersebut langsung dimasukkan dalam tabel routing dan siap digunakan untuk penerusan ( forwarding) paket data.

(47)

34

Ketika sebuah rute sudah masuk ke dalam tabel perutean, router tersebut harus juga menjaga keadaan (state) basis datanya. Hal ini bertujuan kalau ada sebuah rute yang sudah tidak valid, maka router harus tahu dan tidak boleh lagi menggunakannya. Ketika ada perubahan link-state dalam jaringan, perute OSPF akan melakukan pembanjiran (flooding) terhadap perubahan ini. Tujuannya adalah agar seluruh router dalam jaringan mengetahui perubahan tersebut. Sampai di sini semua proses OSPF akan terus berulang-ulang. Mekanisme seperti ini membuat informasi rute-rute yang ada dalam jaringan terdistribusi dengan baik, terpilih dengan baik dan dapat digunakan dengan baik pula. Selain itu dengan konsep hierarki, administrator dapat membatasi ukuran basis data link-state-nya, sehingga menjadi tidak terlalu besar. Dengan demikian, proses CPU juga bisa menjadi lebih ringan.

Melihat titik-titik kelemahan OSPF dalam melayani jaringan yang berkembang pesat, maka para pencipta routing protokol ini juga tidak membiarkannya saja. Untuk itu, routing protokol ini dilengkapi dengan sistem hirarki yang berupa pengelompokan router-router OSPF dalam area. Dengan membagi-bagi router dalam jaringan menjadi tersegmen, maka akan banyak keuntungan yang akan didapat, khususnya untuk menangani masalah ketika jaringan semakin membesar dan perangkatnya semakin kehabisan tenaga. Untuk tujuan inilah konsep area diciptakan dalam routing protokol OSPF.

3.5 Tipe-Tipe Router OSPF

(48)

35

Tipe-tipe router ini dikategorikan berdasarkan letak dan perannya dalam jaringan OSPF yang terdiri dari lebih dari satu area. Di mana letak sebuah router dalam jaringan OSPF juga sangat berpengaruh terhadap fungsinya. Jadi dengan demikian, selain menunjukkan lokasi di mana router tersebut berada, nama-nama tipe router ini juga akan menunjukkan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa tipe router OSPF berdasarkan letaknya dan juga sekaligus fungsinya:

1. Internal Router

2. Backbone Router

3. Area Border Router (ABR)

4. Autonomous System Boundary Router (ASBR)

3.5.1 Internal Router

Router yang digolongkan sebagai internal router adalah router-router yang berada dalam satu area yang sama. Router-router dalam area yang sama akan menanggap router lain yang ada dalam area tersebut adalah internal router. Internal router tidak memiliki koneksi-koneksi dengan area lain, sehingga fungsinya hanya

memberikan dan menerima informasi dari dan ke dalam area tersebut. Tugas internal router adalah me-maintain database topologi dan routing table yang akurat untuk setiap subnet yang ada dalam areanya. Router jenis ini melakukan flooding LSA informasi yang dimilikinya ini hanya kepada router lain yang dianggapnya sebagai internal router.

(49)

36

Salah satu peraturan yang diterapkan dalam routing protokol OSPF adalah setiap area yang ada dalam jaringan OSPF harus terkoneksi dengan sebuah area yang dianggap sebagai backbone area. Backbone area biasanya ditandai dengan penomoran 0.0.0.0 atau sering disebut dengan istilah area 0. Router-router yang sepenuhnya berada di dalam area 0 ini dinamai dengan istilah backbone router. Backbone router memiliki semua informasi topologi dan routing yang ada dalam

jaringan OSPF tersebut.

3.5.3 Area Border Router (ABR)

(50)

37

resource processing dari router dan juga tidak memakan banyak bandwidth hanya

untuk update ini.

3.5.4 Autonomous System Boundary Router (ASBR)

Sekelompok router yang membentuk jaringan yang masih berada dalam satu hak administrasi, satu kepemilikan, satu kepentingan, dan dikonfigurasi menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi data sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam satu AS, router-router di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan memberikan informasi.

Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk bertukar informasi routing adalah sama pada semua router di dalamnya. Jika menggunakan OSPF, maka semuanya tentu juga menggunakan OSPF.

3.6 Jenis Area dalam OSPF

Setelah membagi-bagi jaringan menjadi bersistem area dan membagi router-router di dalamnya menjadi beberapa jenis berdasarkan posisinya dalam sebuah area, OSPF masih membagi lagi jenis-jenis area yang ada di dalamnya. Jenis-jenis area OSPF ini menunjukkan di mana area tersebut berada dan bagaimana karakteristik area tersebut dalam jaringan. Berikut ini adalah jenis-jenis area dalam OSPF:

1. Backbone Area

(51)

38 3. Stub Area

4. Totally Stub Area

5. Not So Stubby Area (NSSA)

3.6.1 Backbone Area

Backbone area adalah area tempat bertemunya seluruh area-area lain yang ada

dalam jaringan OSPF. Area ini sering ditandai dengan angka 0 atau disebut Area 0. Area ini dapat dilewati oleh semua tipe LSA kecuali LSA tipe 7 yang sudah pasti akan ditransfer menjadi LSA tipe 5 oleh ABR.

3.6.2 Standard Area

Area jenis ini merupakan area-area lain selain area 0 dan tanpa disertai dengan konfigurasi apapun. Maksudnya area ini tidak dimodifikasi macam-macam. Semua router yang ada dalam area ini akan mengetahui informasi Link State yang sama karena mereka semua akan saling membentuk adjacent dan saling bertukar informasi secara langsung. Dengan demikian, semua router yang ada dalam area ini akan memiliki topology database yang sama, namun routing table-nya mungkin saja berbeda.

3.6.3 Stub Area

Stub dalam arti harafiahnya adalah ujung atau sisi paling akhir. Istilah ini

(52)

39

yang letaknya berada paling ujung dan tidak ada cabang-cabangnya lagi. Stub area merupakan area tanpa jalan lain lagi untuk dapat menuju ke jaringan dengan segmen lain. Area jenis ini memiliki karakteristik tidak menerima LSA tipe 4 dan 5. Artinya adalah area jenis ini tidak menerima paket LSA yang berasal dari area lain yang dihantarkan oleh router ABR dan tidak menerima paket LSA yang berasal dari routing protokol lain yang keluar dari router ASBR (LSA tipe 4 dan 5). Jadi dengan kata lain, router ini hanya menerima informasi dari router-router lain yang berada dalam satu area, tidak ada informasi routing baru di router. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana area jenis ini dapat berkomunikasi dengan dunia luar kalau tidak ada informasi routing yang dapat diterimanya dari dunia luar. Jawabannya adalah dengan menggunakan default route yang akan bertugas menerima dan meneruskan semua informasi yang ingin keluar dari area tersebut. Dengan default route, maka seluruh traffic tidak akan dibuang ke mana-mana kecuali ke segmen jaringan di mana IP default route tersebut berada.

3.6.4 Totally Stub Area

Mendengar namanya saja, mungkin sudah bisa menangkap artinya bahwa area jenis ini adalah stub area yang lebih diperketat lagi perbatasannya. Totally stub area tidak akan pernah menerima informasi routing apapun dari jaringan di luar

jaringan mereka. Area ini akan memblokir LSA tipe 3, 4, dan 5 sehingga tidak ada informasi yang dapat masuk ke area ini. Area jenis ini juga sama dengan stub area, yaitu mengandalkan default route untuk dapat menjangkau dunia luar.

3.6.5 Not So Stubby Area (NSSA)

(53)

40

Maksudnya adalah sebuah stub area yang masih memiliki kemampuan spesial, tidak seperti stub area biasa. Kemampuan spesial ini adalah router ini masih tetap mendapatkan informasi routing namun tidak semuanya. Informasi routing yang didapat oleh area jenis ini adalah hanya external route yang diterimanya bukan dari backbone area. Maksudnya adalah router ini masih dapat menerima informasi yang berasal dari segmen jaringan lain di bawahnya yang tidak terkoneksi ke backbone area. Misalnya memiliki sebuah area yang terdiri dari tiga buah router. Salah satu router terkoneksi dengan backbone area dan koneksinya hanya berjumlah satu buah

saja. Area ini sudah dapat disebut sebagai stub area. Namun nyatanya, area ini memiliki satu segmen jaringan lain yang menjalankan routing protokol RIP misalnya. Jika masih mengonfigurasi area ini sebagai Stub area, maka area ini tidak menerima informasi routing yang berasal dari jaringan RIP. Namun konfigurasilah dengan NSSA, maka area ini bisa mengenali segmen jaringan yang dilayani RIP.

3.7 Kelebihan dan Kekurangan OSPF

Berikut ini merupakan kelebihan dari OSPF antara lain : 1. tidak menghasilkan routing loop

2. mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus 3. dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan 4. membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.

5. waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat

(54)

41 1. Lebih rumit

2. Membutuhkan lebih banyak sumber memory dan processor (membutuhkan basis data yang besar). Jika router tersebut tidak dilengkapi dengan memori dan processor yang tinggi, maka masalah akan terjadi pada router ini.

(55)

42

BAB IV

IMPLEMENTASI MIKROTIK PADA PROTOKOL PERUTEAN OSPF

JARINGAN KAMPUS USU

4.1 Pengenalan Mikrotik

Saat ini sudah banyak sistem operasi yang dapat digunakan sebagai router, mulai yang paling sederhana hingga yang sangat canggih. Dari sekian banyak system operasi tersebut yang paling populer dan mulai banyak digunakan adalah mikrotik. Mikrotik mudah digunakan, dan sanggat canggih sehingga tidak memerlukan kemampuan teknis yang tinggi, sehingga para pemula pun akan mudah untuk menggunakannya.

Mikrotik dibuat oleh MikroTikls sebuah perusahaan di kota Riga, Latvia. Dengan nama merek dagang Mikrotik mulai didirikan tahun 1995 yang pada awalnya ditujukan untuk perusahaan jasa layanan Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP) yang melayani pelanggannya menggunakan teknologi nirkabel atau wireless.

(56)

43

berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan wireless. Berikut ini merupakan kelebihan dari mikrotik antara lain :

1. Tangguh dalam masalah jaringan. 2. Fitur-fiturnya lebih banyak

3. Sistem keamanan tingkat tinggi.

4. Tidak terlalu membutuhkan spesifikasi komputer yang besar.

Sedangkan untuk kekurangan dari mikrotik adalah :

1. Mikrotik mengeluarkan sertifikasi, namun sertifikasi tersebut masih kurang populer dibanding dengan vendor lain seperti cisco yang sudah diakui international

2. Kurang bagus untuk menangani jaringan sekala yang lebih besar karena dukungan hardware-nya.

4.2 Manajemen Bandwidth pada Mikrotik

Kualitas pelayanan (QoS) berarti bahwa router harus memproiritaskan dan membentuki lalu lintas jaringan. QoS tidak membatasi, ini lebih pada penyediaan kualitas. Berikut ini adalah beberapa feature dari mekanisme kontrol Bandwidth Mikrotik Router OS.

1. Membatasi tingkat data untuk IP tertentu, subnet, protokol, port. 2. Memperioritaskan beberapa arus paket tertentu

(57)

44

4. Berbagi lalu lintas yang tersedia diantara para pengguna secara adil, atau tergantung pada muatan saluran.

4.3 Menu Manajemen Bandwidth pada Mikrotik

Menu menajemen Bandwidth pada mikrotik antara lain :

4.3.1 Menu Interface

Menu interface merupakan gerbang trafik keluar atau masuk ke mikrotik. Secara default mikrotik hanya mengenali interface yang secara fisik memang ada. Nama interface tersebut dapat diubah dengan tujuan dapat memudahkan dalam mengidentifikasi fungsi. Berikut ini merupakan parameter-parameter di dalam interface antara lain :

1. Interface list (cost-cost)

Options ini digunakan untuk mensetting interface broadcast atau interface

point-to-point. Setiap interface mempunyai suatu cost.

2. Retransmit Interval Time

Nilai waktu (second) antara balasan dari pengumuman link-state untuk router tetangganya.

3. Transmit Delay Time

Nilai perkiraan yang diperlukan untuk mengirimkan paket terbaru dari link-state pada suatu interface tertentu. Options harus memiliki nilai lebih dari nol.

(58)

45

Nilai antara 0 dan 255 yang digunakan untuk menspesifikasikan nilai priority untuk sebagai designated router. Jika terdapat dua interface, maka yang menjadi designated router mempunyai nilai priority yang lebih tinggi.

5. Hello Interval Time

Panjang waktu (second) yang digunakan untuk mengirimkan paket Hello ke router yang terdekat.

6. Router Dead Interval Time

Batas waktu (second) untuk mendapat paket Hello dari router yang terdekat sebelum router tetangga tersebut dinyataka down.

7. Authentication key

Digunakan oleh authentifikasi OSPF untuk mengecek authentication di dalam header paket OSPF.

8. Authtype 0 | 1 | none | simple

OSPF menspesifikasikan skema pembuktian per area. Setiap interface dalam satu area harus mempunyai authentifikasi yang sama meskipun kemungkinan menggunakan authentifikasi yang berbeda.

4.3.2 Menu IP

Menu IP adalah menu utama dengan berbagai pilihan yang berhubungan dengan konfigurasi internet protokol. Dalam mengkonfigurasi manajemen bandwidth sub menu yang sering digunakan antara lain address, router, dan firewall

(59)

46

Sub menu ini adalah bagian utama yang digunakan untuk membuat router bekerja. Mikrotik saat ini hanya mendukung ipv4 dengan subnet mask. Mikrotik dapat menggunakan alamat Ip secara statis dan dinamis

2. Sub Menu Router

Sub menu ini menampilkan kondisi tabel routing. Daftar routing bisa bersifat permanen, statis, dan dinamis.

3. Sub Menu Firewall

Sub menu ini berisi kondisi konfigurasi paket filter dan fitur mengatur fungsi keamanan untuk mengatur data dari dan ke router.

4.4 Syarat Instalasi Mikrotik

Persyaratan minimal komputer yang dibutuhkan untuk Mikrotik adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan prosesor setidaknya 100 MHz atau lebih seperti Intel Pentium, Cyrix 6X86, AMD K5 atau prosesor yang lebih baru dari Intel IA-32 (i386). 2. Memori (RAM) minimal 64 Mb dan maksimum 1 Gb.

3. Media penyimpanan (Hard Drive) menggukanan sistem standar kontroler IDE dan ATA. Penggunaan SATA, SCSI dan USB tidak didukung. Sisa media penyimpanan adalah minimal sebesar 64 Mb.

4. Jika instalasi menggunakan media CD, standar kontrolernya adalah ATA/ATAPI.

(60)

47

4.5 Tahap-Tahap ( Tutorial ) Instalasi Mikrotik dengan Vmware

Pada tahap instalasi mikrotik dengan menggunakan Vmware, penulis melakukan beberapa langkah-langkah / tutorial. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Langkah awalnya adalah dengan mendownload mikrotik ISO. Setelah itu dipilih new virtual machine.

Gambar 4.1 Tampilan layar untuk pilihan VMware 2. Langkah selanjutnya adalah dengan memilih typical

(61)

48

3. Berikutnya memilih sistem operasi linux karena mikrotik turunan dari linux, sedangkan untuk versi sendiri dipilih other linux.

Gambar 4.3 Tampilan layar sistam operasi yang akan diinstal dalam virtual machine.

4. Setelah itu beri nama dan lokasi tempat virtual machine (VM) berada

(62)

49

5. Sedangkan untuk network connection pilih bridge networking

Gambar 4.5 Tampilan layar tipe jaringan yang inginkan Ditambahkan

6. Langkah keenam adalah memilih besar partisi untuk instalasi VMware.

(63)

50

7. Jika semuanya sudah dilakukan maka vmware akan terlihat seperti ini.

Gambar 4.7 Tampilan layar dari Vmware

8. Ini merupakan gambar remove harddisk, sudah tidak ada lagi harddisk dan dicoba add.

(64)

51

9. Setelah add pilih sesuai yang ingin ditambahkan, sedangkan untuk saat ini ditambahkan harddisk

Gambar 4.9 Tampilan layar tipe hardware yang akan diinstal

10. Sedangkan untuk tipe disknya pilih IDE

(65)

52

11. Selanjutnya buat nama file untuk disk yang dipilih tadi.

Gambar 4.11 Tampilan layar penyimpanan informasi

12. Kemudian tunggu proses yang terjadi.

(66)

53

13. Seperti ini contoh hasilnya, harddisk sudah berganti jadi IDE

Gambar 4.13 Tampilan layar harddisk yang sudah berganti jadi IDE

14. Supaya dapat berfungsi sebagai router dibutuhkan gateway, ditambahkan hardware lagi kali ini untuk menambah ethernet adapter.

(67)

54

15. Setelah itu pilih bridge networking untuk tipe jaringan yang akan ditambahkan.

Gambar 4.15 Tampilan layar tipe jaringan yang ingin ditambahkan

16. Sampai terlihat hasil akhir seperti ini.

(68)

55

17. Selanjutnya setting cd rom supaya memanggil file ISO yg sudah didownload tadi dengan cara double klik pada cd rom.

Gambar 4.17 Tampilan layar untuk pengaturan cd rom

18. Setelah itu jika sudah selesai maka mikrotik dijalankan dengan menekan tanda panah warna hijau atau play.

(69)

56

19. Inilah tampilan aplikasi-aplikasi yang akan diinstal dengan menekan tombol ‘a’ atau all artiny untuk memilih semua aplikasi yang ada dalam mikrotik.

Gambar 4.19 Tampilan layar aplikasi atau paket yang akan diinstal 20. Untuk melakukan instalasi tekan ‘i’ (install), Tunggu sekitar 15 menit

instalasi akan selesai dan meminta reboot.

(70)

57

21. Setelah selesai reboot maka akan tampil seperti di bawah ini untuk:

mikrotik login: admin

password :

Gambar 4.21 Tampilan layar saat mikrotik login

22. Selanjutnya jika sudah login maka tampilannya adalah

Gambar

Gambar 4.2 Tampilan layar konfigurasi yang disediakan
Gambar 4.4  Tampilan layar untuk nama virtual machine yang digunakan
Gambar 4.6 Tampilan layar besarnya kapasitas untuk instalasi
Gambar 4.7 Tampilan layar dari Vmware
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika router digunakan pada jaringan komputer USU dan dikonfigurasi dinamik routing , maka dapat membuat kinerja jaringan komputer USU semakin baik dan membantu/meringankan kerja

Winbox adalah sebuah software jaringan yang berfungsi sebagai konektivitas dan konfigurasi Mikrotik dengan menggunakan MAC address atau protocol IP. Dengan winbox user

Dalam proses ini di lakukan beberapa langkah dalam melakukan implementasi jaringan yang terdiri dari konfigurasi router Mikrotik RB750 R2 menggunakan aplikasi

Dalam proses ini di lakukan beberapa langkah dalam melakukan implementasi jaringan yang terdiri dari konfigurasi router Mikrotik RB750 R2 menggunakan aplikasi

Router adalah perangkat jaringan yang digunakan untuk membagi protocol kepada anggota jaringan yang lainnya melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing, dengan adanya router

Dalam metode routing DSDV, setiap node yang berada dalam jaringan , akan memelihara tabel routing ke node tetangganya, tabel routing yang dimiliki oleh setiap node

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING MENGGUNAKAN METODE FAILOVER DENGAN ROUTING OSPF OPEN SHORTEST PATH FIRST PADA MIKROTIK SKRIPSI Oleh: WIBOWO HADI SAPUTRO 0834010264 PROGRAM STUDY