KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN 2002-2006
SKRIPSI
Oleh:
SRI ANDRIANY SINAGA NIM. 041000058
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN 2002-2006
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
SRI ANDRIANY SINAGA NIM. 041000058
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul:
KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN 2002-2006
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
SRI ANDRIANY SINAGA NIM.041000058
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 November 2008 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Dosen Penguji I
Drs. Jemadi, M.Kes dr. Achsan Harahap, MPH
NIP. 131996168 NIP. 130318031
Dosen Penguji II Dosen Penguji III
drh. Rasmaliah, M.Kes drh. Hiswani, M.Kes NIP. 390009523 NIP. 130318031
Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian. Menurut Departemen Kesehatan (2006), pasien stroke rawat inap di RS Indonesia dengan CFR 20.01%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap di rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi penelitian adalah 942 data penderita dengan besar sampel 281 data penderita yang diambil secara Systematic Random Sampling.
Trend penderita stroke cenderung turun menurut persamaan garis Y= 214,5- 8,7x. Proporsi penderita stroke tertinggi umur 45-64 tahun 51,2%, laki-laki 53,4%, batak 36,7%, Islam 95,0%, tinggal di kota Medan 70,5%, pendidikan tingkat menengah 33,5%, ibu rumah tangga 32,7%, stroke non hemoragik 66,5%, hemiparese sinistra 46,3%, hipertensi 60,4%, onset serangan ≥ 6 jam 64,0%, lama rawatan rata-rata 7,31 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Tidak ada perbedaan umur berdasarkan jenis kelamin (p= 0,052), umur berdasarkan tipe stroke (p= 0,145), jenis kelamin berdasarkan tipe stroke (p= 0,864), tipe stroke berdasakan onset serangan (p=0,683), faktor risiko berdasarkan tipe stroke (p= 0,174), faktor risiko berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,398) dan lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe stroke (p= 0,669). Ada perbedaan tipe stroke berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,003) dan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0.000).
Bagi penderita hipertensi dengan umur 45-64 tahun, untuk selalu melakukan kontrol secara rutin dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya stroke. Penderita stroke sebaiknya dibawa ke rumah sakit jika ada kelainan yang mendadak.. Kepada bagian Rekam Medik hendaknya melengkapi pencatatan data penderita stroke pada kartu status seperti suku, pendidikan, pekerjaan, sisi tubuh yang lumpuh, faktor risiko dan onset serangan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sri Andriany Sinaga
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 17 Februari 1987
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Saudara : 3 (Tiga) Orang
Alamat Rumah : Jl. Manunggal Gg Pribadi No. 2
Medan Denai - Medan
Riwayat Pendidikan
1991-1992 : TK Kutilang Medan
1992-1998 : SD Kemala Bhayangkari Medan
1998-2001 : SLTP Kartika I-1 Medan
2001-2004 : SMU Angkasa I Lanud Medan
2004-2008 : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu
syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat.
Selama penulisan skripsi yang berjudul “ Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006”, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan FKM-USU. 2. Ibu Asfriyati, SKM, MKes, selaku Dosen Penasehat Akademik.
3. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM-USU.
4. Bapak Drs. Jemadi, MKes, selaku Dosen Pembimbing I (Ketua Penguji ) yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan kepada penulis. 5. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH, selaku Dosen Pembimbing II (Penguji I)
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan kepada penulis. 6. Ibu drh. Rasmaliah, MKes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran.
7. drh. Hiswani, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan, kritik dan saran.
8. Para Dosen dan Staf Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Direktur Rumah Sakit Haji Medan, Kepala Bidang Litbang dan kepala bagian Rekam Medik Rumah Sakit Haji Medan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
memberikan doa, motivasi, nasehat dan kasih sayang kepada penulis selama mengikuti perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
11. Kekasihku Hendy Inal Pulungan yang telah setia memberikan motovasi, doa, semangat dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
12. Teman-temanku Nila, Mita, The Chantal-GSH( Amy, Dinda, Fany dan Sari), Ilda, Futri, Efrika, Gifani, Damek, Marta, Pida, teman – teman PBL (Indah, Lidya, Jufri dan Kresna) dan teman- teman LKP (Bang sam, laing dan belina) terima kasih atas persahabatan dan dukungannya.
13. Rekan-rekan stambuk 2004, teman-teman di peminatan Epidemiologi, kakak-kakak dan abang-abang senior yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa apa saja yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kita
semua. Amiiin.
Medan, Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 35
4.1. Jenis Penelitian ... 35
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 35
4.3.1. Popolasi Penelitian ... 35
4.3.2. Sampel Penelitian ... 36
4.4.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 36
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 37
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 37
BAB 5 HASIL PENELITIAN...38
5.1. Gambaran Umum Lokasi penelitian ...38
5.2.9. Case Fatality Rate (CFR) ...46
5.3. Analisa Statistik ...47
5.3.8. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Stroke ...52
5.3.9. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...53
5.3.10.Case Fatality Rate(CFR) Berdasarkan Tipe Stroke...54
6.7. Lama Rawatan Rata-rata ...68
6.8. Keadaan Sewaktu Pulang...69
6.9. Case Fatality Rate (CFR)...70
6.10. Umur Berdasarkan Jenis Kelamin...71
6.11. Umur Berdasarkan Tipe Stroke...72
6.12. Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe stroke...73
6.13. Tipe Stroke Berdasarkan Onset Serangan...74
6.14. Tipe Stroke Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang...75
6.15. Faktor Risiko Berdasarkan Tipe Stroke ...76
6.16. Faktor Risiko Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ...78
6.17. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Stroke ...79
6.18. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang...80
6.19. Case Fatality Rate(CFR) Berdasarkan Tipe Stroke...81
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ...83
7.1. Kesimpulan ...83
7.2. Saran...84
DFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Metode Kuadrat Terkecil (Least squares) Lampiran 2 Master Data
Lampiran 3 Print Out Hasil Olahan Data
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/On the job training
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tahun di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 40
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 41
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 43
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Sisi Tubuh Yang Mengalami Kelumpuhan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 44
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 44
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Onset Serangan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 45
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 45
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 46
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Case Fatality Rate di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 47
Tabel 5.12. Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 49
Tabel 5.13. Proporsi Tipe Stroke Berdasarkan Onset Serangan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 49
Tabel 5.14. Proporsi Tipe Stroke Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 50
Tabel 5.15. Proporsi Faktor Risiko Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 51
Tabel 5.16. Proporsi Faktor Risiko Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 52
Tabel 5.17. Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 53
Tabel 5.18. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tahun Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 55
Gambar 6.2. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 56
Gambar 6.3. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 57
Gambar 6.4. Diagram Bar Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Suku Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 58
Gambar 6.5. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Agama Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 59
Gambar 6.6. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 60
Gambar 6.7. Diagram Bar Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 61
Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 63
Gambar 6.9. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 64
Gambar 6.10. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Sisi Tubuh Yang Mengalami Kelumpuhan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 65
Gambar 6.12. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Onset Serangan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 67
Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 69
Gambar 6.14. Diagram Bar Case Fatality Rate(CFR) Penderita Stroke Pertahun Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun
2002-2006... 70
Gambar 6.15. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 71
Gambar 6.16. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Umur Berdasarkan Tipe Stroke Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006... 72
Gambar 6.17. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 73
Gambar 6.18. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Tipe Stroke Berdasarkan Onset Serangan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 74
Gambar 6.19. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Tipe Stroke Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 75
Gambar 6.20. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Faktor Risiko Berdasarkan Tipe Stroke Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 76
Gambar 6.21. Diagram Bar Perbedaan Proporsi Faktor Risiko Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 78
Gambar 6.23. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006 ... 80
ABSTRAK
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian. Menurut Departemen Kesehatan (2006), pasien stroke rawat inap di RS Indonesia dengan CFR 20.01%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap di rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi penelitian adalah 942 data penderita dengan besar sampel 281 data penderita yang diambil secara Systematic Random Sampling.
Trend penderita stroke cenderung turun menurut persamaan garis Y= 214,5- 8,7x. Proporsi penderita stroke tertinggi umur 45-64 tahun 51,2%, laki-laki 53,4%, batak 36,7%, Islam 95,0%, tinggal di kota Medan 70,5%, pendidikan tingkat menengah 33,5%, ibu rumah tangga 32,7%, stroke non hemoragik 66,5%, hemiparese sinistra 46,3%, hipertensi 60,4%, onset serangan ≥ 6 jam 64,0%, lama rawatan rata-rata 7,31 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Tidak ada perbedaan umur berdasarkan jenis kelamin (p= 0,052), umur berdasarkan tipe stroke (p= 0,145), jenis kelamin berdasarkan tipe stroke (p= 0,864), tipe stroke berdasakan onset serangan (p=0,683), faktor risiko berdasarkan tipe stroke (p= 0,174), faktor risiko berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,398) dan lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe stroke (p= 0,669). Ada perbedaan tipe stroke berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0,003) dan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p= 0.000).
Bagi penderita hipertensi dengan umur 45-64 tahun, untuk selalu melakukan kontrol secara rutin dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya stroke. Penderita stroke sebaiknya dibawa ke rumah sakit jika ada kelainan yang mendadak.. Kepada bagian Rekam Medik hendaknya melengkapi pencatatan data penderita stroke pada kartu status seperti suku, pendidikan, pekerjaan, sisi tubuh yang lumpuh, faktor risiko dan onset serangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia.1
Sebagai suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju negara
industri, Indonesia memiliki kecenderungan baru dalam pola penyakit di masyarakat
yang memberikan andil besar terhadap pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi
yang memacu terjadinya penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular
adalah stroke.2
Stroke merupakan penyakit neurologik yang banyak dijumpai di
negara-negara industri selain penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di samping itu, stroke
dapat menyebabkan cacat tubuh sehingga terjadi penurunan produktivitas kerja atau
sumber daya manusia yang pada akhirnya dapat menjadi beban sosial baik bagi
keluarganya maupun masyarakat dan negara.3
Di Amerika Serikat (2004), stroke telah mengakibatkan kematian sekitar
150.147 penduduk Amerika. Selain itu, setiap tahunnya sekitar 700.000 penduduk
Amerika Serikat mengalami stroke, dengan proporsi 71,42% diantaranya adalah
stroke serangan pertama dan stroke ulangan dengan proporsi 28,57%.5
Di Australia (2000), terdapat 37.000 penduduk Australia menderita stroke dan
sekitar 12.333 dari penduduk tersebut meninggal dalam jangka waktu 3 bulan
dengan CFR 33,33%. 6
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, stroke tanpa menyebutkan
perdarahan atau infark merupakan penyebab pertama kematian di Rumah Sakit
Umum di seluruh Indonesia sebanyak 4.692 orang dengan Proporsional Mortality Rate (PMR) 4,87%.7 Pada tahun 2006, jumlah pasien stroke yang rawat inap di seluruh rumah sakit Indonesia sebanyak 44.365 orang dan yang meninggal sebanyak
8.878 orang dengan CFR 20,01%.8
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mariati (2000–2004) pasien rawat inap
di RSUP Propinsi Riau, Pekan Baru, proporsi penderita stroke yang rawat inap tahun
2000 sebesar 29,6% (371 orang), tahun 2001 sebesar 37,4% (437 orang), tahun 2002
sebesar 27,4% (452 orang), tahun 2003 sebesar 17,5% (305 orang), tahun 2004
sebesar 18,2% (215 orang) dari seluruh pasien neurologi rawat inap.9
Penelitian Rina (2004) di Rumah Sakit Tembakau Deli PTPN II (Persero)
Medan, proporsi penderita stroke rawat inap tahun 1999 sebesar 52,3% (102 orang),
tahun 2000 sebesar 52,4% (99 orang), tahun 2001 sebesar 46,2% (79 orang), tahun
Hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Haji Medan, proporsi penderita
stroke rawat inap dari tahun 2002 sebesar 30,55% (173 orang), tahun 2003 sebesar
38,92% (223 orang), tahun 2004 sebesar 40,32% (224 orang), tahun 2005 sebesar
20,76% (162 orang) dan tahun 2006 sebesar 17,44% (160 orang).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan
tahun 2002-2006.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah Sakit
Haji Medan tahun 2002-2006.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah Sakit
Haji Medan tahun 2002-2006.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend penyakit stroke rawat inap di Rumah Sakit Haji
Medan tahun 2002-2006.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke berdasarkan
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke berdasarkan sisi tubuh
yang mengalami kelumpuhan.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke berdasarkan faktor
risiko.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke berdasarkan onset
serangan.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke berdasarkan lama
rawatan rata-rata.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita stroke berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
i. Untuk mengetahui distribusi Case Fatality Rate (CFR) penderita stroke pertahun.
j. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan jenis
kelamin.
k. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan tipe
stroke.
l. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan
tipe stroke.
m. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi tipe stroke berdasakan onset
serangan.
n. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi tipe stroke berdasarkan
o. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi faktor risiko berdasarkan tipe
stroke.
p. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi faktor risiko berdasarkan
keadaan sewaktu pulang.
q. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi lama rawatan rata-rata
berdasarkan tipe stroke.
r. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi lama rawatan rata-rata
berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
s. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) berdasarkan tipe stroke.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai informasi bagi pihak Rumah Sakit Haji Medan mengenai
karakteristik penderita stroke yang di rawat inap agar dapat
meningkatkan penyediaan fasilitas perawatan dan pengobatan stroke.
1.4.2. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pihak lain untuk melakukan
penelitian selanjutnya dan referensi bagi perpustakaan Fakultas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian.2
Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease
(CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan
stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).2
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak
(brain attack),merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).11
2.2. Anatomi Pembuluh Darah Otak
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2%
(sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan
50% glukosa yang ada di dalam darah arterial (Gambar 2.1.).12
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang
otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi
(Gambar 2.2).12,13
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan
serabut-serabut saraf ke target organ (gambar 2.3.).4
Gambar 2.2. Pembuluh Darah di Otak
Gambar 2.3. Bagian Otak dan Fungsi Otak
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan
pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan
2.3. Stroke Non Hemoragik
2.3.1. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik4,14
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
i. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack(TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
ii. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
iii. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
iv. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
b. Berdasarkan Kausal:
i. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
ii. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
2.3.2. Gejala Stroke Non Hemoragik13,14,15
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:
a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
i. Buta mendadak (amaurosis fugaks).
ii. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.
iii. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
i. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol. ii. Gangguan mental.
v. Bisa terjadi kejang-kejang.
c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
i. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan.
Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
ii. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
iii. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia). d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
i. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
ii. Meningkatnya refleks tendon.
iii. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
iv. Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar (vertigo).
v. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
vi. Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
pasien sulit bicara (disatria).
vii. Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
ix. Gangguan pendengaran.
x. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
i. Koma
ii. Hemiparesis kontra lateral.
iii. Ketidakmampuan membaca (aleksia). iv. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
i. Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara
kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau
sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya
kerusakan otak.
ii. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu
Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya
iii. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
iv. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.
v. Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan
gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat
dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
tidak boleh melihat jarinya).
vi. Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
vii.Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan
yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.
viii.Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan
massa di otak.
2.3.3. Diagnosis Stroke Non Hemoragik14
Diagnosis didasarkan atas hasil:
a. Penemuan Klinis
i. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak.
Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
ii. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti
hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
i. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan
intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
ii. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
2.4. Stroke Hemoragik
2.4.1. Klasifikasi Stroke Hemoragik11,14
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti
hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa
dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya
darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena
pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV
(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
c. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
2.4.2. Gejala Stroke Hemoragik11,14
a. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala
berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan
sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).
b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher
dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk
mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah
terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi
demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena
pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria,
albuminuria, dan perubahan pada EKG.
c. Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit
neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu
2.4.3. Diagnosis Stroke Hemoragik2,4,14
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), Elektroensefalografi (EEG),
Ultrasonografi (USG), dan Angiografi cerebral. b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan
tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR Angiografi
atau Digital Substraction Angiography(DSA). c. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak
antero-posterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
CT-Scan dan EEG.
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk
memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem
skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk
1. Skor Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik (Djoenaidi, 1988)
2. Guy's Hospital Score (1985)
Gejala/Tanda Klinis dan Skor
1. Derajat kesadaran 24 jam setelah MRS Mengantuk + 7.3
Tak dapat dibangunkan + 14.6 2. Babinski bilateral + 7.1
3. Permulaan serangan
Sakit kepala dalam 2 jam setelah serangan atau kaku kuduk: + 21.9 4. Tekanan darah diastolik setelah 24 jam + (tekanan darah diastolik x 0.17) 5. Penyakit katub aorta/mitral -4.3
6. Gagal jantung - 4.3 7. Kardiomiopati - 4.3 8. Fibrilasi atrial - 4.3
9. Rasio kardio-torasik > 0.5 (pada x-foto toraks) - 4.3 10. Infark jantung (dalam 6 bulan) - 4.3
11. Angina, klaudikasio atau diabetes - 3.7 12. TIA atau stroke sebelumnya - 6.7 13. Anemnesis adanya hipertensi - 4.1
Pembacaan:
Skor : < + 25: Infark (stroke non hemoragik) > + - 5: Perdarahan (stroke hemoragik)
+ 14: Kemungkinan infark dan perdarahan 1 : 1 < + 4: Kemungkinan perdarahan 10%
3. Siriraj Hospital Score (Poungvarin, 1991) Versi orisinal:
= (0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x tekanan darah diastolik) – (0.99 x atheromal) – 3.71.
Versi disederhanakan:
= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah diastolik) – (3 x atheroma) – 12.
Kesadaran:
Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2 Muntah:
tidak = 0 ; ya = 1
Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1
Tanda-tanda ateroma:
tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1
(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten) Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak < -1: Infark otak
2.5. Epidemiologi Stroke
2.5.1. Distribusi Frekuensi Stroke a. Menurut Orang
Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001, terdapat
264 orang penderita stroke iskemik pada usia 18-45 tahun, yang disebabkan oleh
kelebihan lemak, merokok, hipertensi dan riwayat stroke.16
Berdasarkan data penderita stroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan
Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi pada tahun 2002,
terdapat 501 pasien, yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebesar 3,59%, usia 30-50
tahun sebesar 20,76%, usia 51-70 tahun sebesar 52,69% dan usia 71-90 tahun sebesar
22,95%.17
Hasil penelitian Syarif. R di Rumah Sakit PTP Nusantara II Medan tahun
1999-2003 menunjukkan bahwa dari 220 sampel yang diteliti, berdasarkan suku
penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar bersuku Jawa sebanyak 120 orang
(54,5%) dan yang terendah suku Minang sebanyak 3 orang (1,4%), berdasarkan status
perkawinan penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar berstatus kawin
sebanyak 217 orang (98,6%) dan yang berstatus tidak kawin sebanyak 3 orang
(1,4%).10
b. Menurut Tempat
Di China (2005), terdapat 1,5 juta penderita stroke dan 1 juta penderita stroke
meninggal dunia dengan CFR 66,66%.19 Di India, angka prevalensi stroke sebesar 8,6
per 100.000 populasi pertahun.20
Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan
stroke, 125.000 orang meninggal dunia dengan CFR 25% dan yang mengalami cacat
ringan atau berat dengan proporsi 75% (375.000 orang).21
c. Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030.19
Berdasarkan Penelitian Misbach di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun
2000-2003, menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke tahun 2000 sebanyak 641
orang, tahun 2001 sebanyak 722 orang, tahun 2002 sebanyak 706 orang dan tahun
2003 sebanyak 522 orang. Di RSU Banyumas, terjadi peningkatan penderita stroke
yang dirawat inap pada tahun 1997-2000. Pada tahun1997 terdapat penderita stroke
sebanyak 255 orang, tahun 1998 sebanyak 298 orang, tahun 1999 sebanyak 393 orang
dan tahun 2000 sebanyak 459 orang.22
2.5.2. Determinan Stroke
Faktor risiko stroke terdiri dari dua kategori, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
i. Usia
semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko
paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia
65-45 tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia <45 tahun.12
Menurut penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan
dengan desain case control, umur berpengaruh terhadap terjadinya stroke dimana pada kelompok umur ≥45 tahun risiko terkena stroke dengan OR:
9,451 kali dibandingkan kelompok umur < 45 tahun.23
ii. Jenis Kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki banyak
menderita stroke dibandingkan perempuan.3Insiden stroke 1,25 kali lebih
besar pada laki-laki dibanding perempuan.11
iii. Ras/bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit
putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup.3 Pada
tahun 2004 di Amerika terdapat penderita stroke pada laki-laki yang
berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%
sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang
berkulit hitam sebesar 58,7%.5
iv. Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya
terkena stroke.12 Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun
1997-2001 riwayat stroke pada keluarga meningkatkan risiko terkena
stroke sebesar 29,3%.16
b. Faktor risiko yang dapat dirubah:
i. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi
meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Makin
tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya
kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya
penyumbatan/perdarahan otak.3 Sebanyak 70% dari orang yang terserang
stroke mempunyai tekanan darah tinggi.6
ii. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak
sekuat hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga
berpengaruh terhadap terjadinya stroke.24 Menurut penelitian Siregar F
(2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke dengan OR:
3,39. Artinya risiko terjadinya stroke pada penderita diabetes mellitus 3,39
iii. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah fibrilasi
atrium/atrial fibrillation (AF), karena memudahkan terjadinya penggumpalan darah di jantung dan dapat lepas hingga menyumbat
pembuluh darah di otak. Di samping itu juga penyakit jantung koroner,
kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca operasi jantung juga
memperbesar risiko stroke.3 Fibrilasi atrium yang tidak diobati
meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.12
iv. Transient Ischemic Attack (TIA)
Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali
serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan
benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke
dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena
stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama.12 Risiko TIA untuk
terkena stroke 35-60% dalam waktu lima tahun.24
v. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus.3 Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas
dapat meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang
semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.12
juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi
terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung
maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko
stroke 1,31-2,9 kali.3,11
vii. Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam Malik
Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 4 kali.23 Merokok menyebabkan penyempitan
dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan
jantung), sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis,
mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.12
viii.Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes melitus, mempengaruhi berat badan
dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan
lain-lain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke.3 Konsumsi alkohol
berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.24
ix. Stres
Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat
menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain
memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena stroke
sebesar 2 kali.12
x. Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan
akan mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan
dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke.
Hasil pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang
menangani narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba
dengan suntikan berisiko terkena stroke.3
2.6. Pencegahan Stroke
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
2.6.1. Pencegahan Primordial2
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko
stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial
dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye
tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang
dapat menarik perhatian masyarakat.
2.6.2. Pencegahan Primer11,12
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke
bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup
sehat bebas stroke, antara lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium,
infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular
aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan
susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.
2.6.3. Pencegahan Sekunder25
Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke.
Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke
tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan
sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar
antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra
indikasi terhadap asetosal (aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi
obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.
2.6.4. Pencegahan Tertier12
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke
agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan
pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier
dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan
diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara
dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang
pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan
sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan,
seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah
terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita
dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung,
tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami
akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses
rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan
melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke
menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup,
hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas
sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Penderita Stroke
1. Sosiodemografi (Umur,Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Tempat Tinggal,)
2. Tipe Stroke
3. Sisi tubuh yang lumpuh 4. Faktor Risiko
5. Onset Serangan 6. Lama Rawatan
7. Keadaan Sewaktu Pulang 8. Case Fatality Rate (CFR)
3.2. Defenisi Operasional
Semua variabel di bawah ini didasarkan pada kartu status yang bersumber dari
data rekam medik pasien rawat inap stroke, pusat data Rekam Medik Rumah Sakit
Haji Medan.
3.2.1. Penderita stroke adalah pasien yang berdasarkan diagnosa dokter dinyatakan
menderita stroke dan telah dirawat inap sesuai dengan yang tercatat pada kartu
status.
3.2.2. Umur adalah usia penderita stroke sesuai yang tercatat pada kartu status,
yaitu:13
3.2.3. Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita stroke yang
dibedakan atas laki-laki dan perempuan seperti yang tercatat pada kartu status,
yaitu:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4. Suku adalah suatu istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak
yang khas pada penderita stroke seperti yang tercatat pada kartu status, yaitu:
1. Batak (Mandailing, Karo, Simalungun dan Toba) 2. Melayu
3. Jawa 4. Aceh 5. Minang 6. Nias
7. Tidak Tercatat
3.2.5. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita stroke seperti yang tercatat
pada kartu status, yaitu:
1. Islam
2. Kristen (Protestan dan Katolik)
3.2.6. Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditamatkan oleh penderita stroke
seperti yang tercatat pada kartu status, yaitu:
1. Pendidikan Tingkat Rendah ( Tidak sekolah sampai SMP sederajat) 2. Pendidikan Tingkat Menengah ( SMA sederajat)
3.2.7. Pekerjaan adalah aktivitas utama penderita stroke seperti yang tercatat di kartu
status, yaitu:
1. PNS/ABRI/POLRI 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Pensiunan
5. Ibu Rumah Tangga
6. Lain-lain (Petani dan Pelajar) 7. Tidak Tercatat
3.2.8. Tempat Tinggal adalah daerah dimana penderita stroke tinggal menetap
seperti yang tercatat pada kartu status, yaitu:
1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan
3.2.9. Tipe Stroke adalah jenis kerusakan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
serangan stroke seperti yang tercatat pada kartu status, yaitu:
1. Hemoragik 2. Non Hemoragik
3.2.10. Sisi tubuh yang mengalami kelumpuhan adalah daerah kelumpuhan yang
diderita oleh penderita stroke seperti yang tercatat pada kartu status, yaitu:
1. Hemiparese dextra 2. Hemiparese sinistra 3. Hemiparese duplex 4. Tidak Tercatat
3.2.11. Faktor risiko adalah tanda yang potensial menyebabkan seseorang menderita
stroke seperti yang tercatat pada kartu status, yaitu:
3.2.12. Onset Serangan adalah interval waktu sejak penderita mengalami serangan
stroke hingga mendapat pertolongan medis seperti yang tercatat pada kartu
status, yaitu:
1. < 6 Jam 2. ≥ 6 Jam 3. Tidak Tercatat
3.2.13. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita stroke yang dirawat
inap dihitung dari tanggal mulai dirawat sampai keluar dari rumah sakit
seperti yang tercatat pada kartu status.
3.2.14. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita stroke ketika pulang dari
perawatan rawat inap di Rumah Sakit seperti yang tercatat pada kartu status,
yaitu:
1. Pulang berobat jalan (PBJ)
2. Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 3. Meninggal dunia
3.2.15. Case Fatality Rate (CFR) penderita stroke adalah angka kematian karena stroke yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah kematian penderita stroke
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain
case series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan dengan pertimbangan
tersedianya data yang dibutuhkan dan banyak kasus penderita stroke rawat inap di
Rumah Sakit tersebut. Selain itu juga karena Rumah Sakit ini masih berada di
wilayah kota Medan sehingga memudahkan penulis melakukan penelitian.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Desember 2008, dimulai dengan
survei awal, pencarian literatur, penulisan proposal, pengumpulan data, pengolahan
dan analisa data, penulisan skripsi dan ujian skripsi sampai perbaikan skripsi.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari data penderita stroke di Rumah
Sakit Haji Medan tahun 2002-2006, diperoleh berdasarkan rumus penentuan sampel:
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Derajat ketepatan yang diinginkan (0,05)
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 281
orang.26
4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Systematic Random Sampling, yaitu kelipatan dari hasil bagi keseluruhan populasi dengan jumlah sampel yang ditentukan, yaitu 942/281 = 3,44 ≈ 3. Untuk memulai
pengambilan nomor sampel pertama, terlebih dahulu dilakukan pengundian dari
sampel yang diambil dari daftar elemen yang disusun secara acak yaitu dari angka N
n =
1+ N(d)2
942 n =
1+ 942 (0,05)2
pengambilan sampel dimulai dari nomor 8 dan seterusnya dengan kelipatan 3 yaitu
8,11,14…..dst, sampai diperoleh jumlah sample sebanyak 281 data penderita stroke.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam
medik penderita stroke di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang dikumpulkan dicatat dan diolah dengan bantuan komputer
menggunakan program SPSS. Data dianalisa secara statistik deskriptif dengan
menggunakan uji chi square, t-Test, Anova dan Kruskal Wallis kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, diagram pie, diagram batang
BAB 5
HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1. Lokasi dan Sejarah Berdirinya27
Berdirinya Rumah Sakit Haji Medan berawal dari keinginan masyarakat
Sumatera Utara khususnya di Kotamadya Medan yang menginginkan sebuah rumah
sakit yang bernafaskan islam. Hal ini disebabkan karena rumah sakit yang telah ada
dirasakan belum membawakan dakwah atau misi Islam menyeluruh. Sementara
beberapa rumah sakit yang membawakan misi dari agama lain sudah lebih dulu ada di
kota Medan. Gagasan mendirikan rumah sakit yang bernafaskan Islam dicetuskan
oleh Gubernur KDH Sumatera Utara H. Raja Inal Siregar pada kegiatan Safari
Ramadhan 1410 H. Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden RI Soeharto
menandatangani Prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni : Jakarta, Surabaya,
Ujung Pandang dan Medan melalui surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Provinsi Sumatera Utara no. 445. 05/ 712. K. Tanggal 7 maret 1991, dibentuk panitia
pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dengan peletak batu pertama oleh Bapak
Menteri Agama RI H. Munawir Sjadzali dan Gubernur H. Raja Inal Siregar pada
tanggal 11 maret 1991.
Pada tanggal 4 Juni 1992, Presiden Soeharto meresmikan Rumah Sakit Haji
Medan yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit Haji – Medan Estate dan pada tanggal 3
5.1.2. Pelayanan Unggulan27
Rumah Sakit Haji Medan memiliki visi untuk mewujudkan Rumah Sakit Haji
Medan sebagai rumah sakit yang bernafaskan islam dalam segala kegiatannya di
Sumatera Utara. Rumah Sakit dengan luas tanah sebesar 6 Ha dan luas bangunan
sebesar 12.000 m2 ini, memiliki sarana kamar 5 kelas yaitu kelas utama A dan B,
kelas I, II dan III, memiliki ranjang bayi, ruang ICU dan ruang Stroke Care Unit. Sarana penunjang lainnya terdiri dari Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rehabilitasi
Medis, Gizi, Binatu dan Pemeliharaan sarana rumah Sakit. Pelayanan di Rumah Sakit
Haji terdiri dari pelayanan rawat jalan, rawat inap dan perawatan intensif. Pelayanan
rawat jalan memiliki 13 poliklinik dan 1 instalasi gawat darurat. Pada pelayanan
rawat inap, stroke termasuk penyakit urutan keempat setelah penyakit Gastroentritis,
Dypepsia dan Diabetes melitus dari 10 penyakit terbanyak. Pada pasien stroke,
diberikan pelayanan berupa pemeriksaan di laboratorium, dilakukan CT-Scan dan
pemulihan di rehabilitasi medis yang ditangani oleh dokter ahli neurologi dan bedah
5.2. Distribusi Proporsi Penderita Stroke
5.2.1. Proporsi Penderita Stroke Berdasarkan Tahun
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tahun di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006
No. Tahun Frekuensi %
1. 2002 173 18,4
2. 2003 223 23,7
3. 2004 224 23,8
4. 2005 162 17,2
5. 2006 160 16,9
Jumlah 942 100
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke rawat
inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006 tertinggi adalah pada tahun 2004
yaitu 23,8% (224 kasus), diikuti pada tahun 2003 yaitu 23,7 % (223 kasus), tahun
2002 yaitu 18,4% (173 kasus), 2005 17,2 % (162 kasus) dan yang terendah pada
tahun 2006 yaitu 16,9% (160 kasus). Terjadi kenaikan kasus dari tahun 2002-2004
kemudian terjadi penurunan kasus dari tahun 2005-2006.
5.2.2. Sosiodemografi
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, diperoleh distribusi kasus berdasarkan
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006
No. Sosiodemografi Frekuensi %
2. Kristen (Protestan dan Katolik)
267
1. Pendidikan Tingkat Rendah 2. Pendidikan Tingkat Menengah 3. Pendidikan Tingkat Tinggi 4. Tidak Tercatat
Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke rawat
inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006 tertinggi pada kelompok umur
45-64 tahun yaitu 51,2% (144 orang), kemudian diikuti kelompok umur ≥ 65 tahun
34,2% (996 orang) dan terendah pada kelompok umur < 45 tahun 14,6% (41 orang).
Berdasarkan jenis kelamin proporsi penderita stroke yang di rawat di Rumah
Sakit Haji Medan tertinggi adalah laki-laki yaitu 53,4% (150 orang) dan perempuan
46,6% (131 orang).
Berdasarkan suku proporsi penderita stroke rawat di Rumah Sakit Haji Medan
tertinggi adalah suku batak yaitu 36,7% (103 orang), kemudian diikuti oleh suku jawa
22,8% (64 orang), aceh 13,9% (39 orang), melayu 11,7% (33 orang), tidak tercatat
6,8% (19 orang) dan terendah adalah suku nias 2,1% (6 orang).
Berdasarkan agama penderita stroke rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan
tertinggi adalah beragama Islam yaitu 95,0% (267 orang) dan Kristen 5,0% (14
orang).
Berdasarkan pendidikan proporsi penderita stroke rawat inap di Rumah Sakit
Haji Medan tertinggi adalah pendidikan tingkat menengah yaitu 33,5% (94 orang),
diikuti pendidikan tingkat rendah 25,6% (72 orang), tidak tercatat 23,8% (67 orang)
dan terendah pendidikan tingkat tinggi 17,1% (48 orang).
Berdasarkan pekerjaan penderita stroke rawat inap di Rumah Sakit Haji
Medan tertinggi adalah ibu rumah tangga yaitu 32,7% (92 orang), diikuti oleh
wiraswasta 26,0% (73 orang), PNS/POLRI/ABRI 16,4% (46 orang), tidak tercatat
Berdasarkan tempat tinggal proporsi penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan tertinggi adalah yang bertempat tinggal di kota Medan yaitu 70,5%
(198 orang) dan di luar kota Medan 29,5% (83 orang).
5.2.3. Tipe Stroke
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, diperoleh distribusi kasus berdasarkan tipe
stroke adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006
No. Tipe Stroke Frekuensi %
1. Hemoragik 94 33,5
2. Non Hemoragik 187 66,5
Jumlah 281 100
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke rawat
inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006 berdasarkan tipe stroke tertinggi
adalah stroke non hemoragik yaitu 66,5% (187 orang) dan stroke hemoragik 33,5%
(94 orang).
5.2.4. Sisi Tubuh Yang Mengalami Kelumpuhan
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, diperoleh distribusi kasus berdasarkan Sisi
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Sisi Tubuh Yang Mengalami Kelumpuhan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006
No. Sisi Tubuh Yang Mengalami
Kelumpuhan Frekuensi %
1. Hemiparese dextra 89 31,7
2. Hemiparese sinistra 130 46,3
3. Hemiparese duplex 22 7,8
4. Tidak Tercatat 40 14,2
Jumlah 281 100
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke rawat
inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006 berdasarkan sisi tubuh yang
mengalami kelumpuhan tertinggi adalah hemiparese sinistra yaitu 46,3% (130 orang),
diikuti oleh hemiparese dextra 31,7% (89 orang), tidak tercatat sebanyak 14,2% (40
orang) dan hemiparese duplex 7,8% (22 orang).
5.2.5. Faktor Risiko
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, diperoleh distribusi kasus berdasarkan faktor
risiko adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006
No. Faktor Risiko Frekuensi %
1. Hipertensi 212 60,4
2. Diabetes melitus 80 22,8
3. Penyakit jantung 49 14,0
4. Tidak Tercatat 10 2,8
Jumlah 351 100
Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke rawat
inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006 berdasarkan faktor risiko tertinggi
22,8 % (80 orang), Penyakit Jantung 14,0 (49 orang) dan terendah faktor risiko yang
tidak tercatat 2,8% (10 orang).
5.2.6. Onset Serangan
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita stroke rawat inap di Rumah
Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006, diperoleh distribusi kasus berdasarkan onset
serangan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Onset Serangan di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006
No. Onset Serangan Frekuensi %
1. < 6 Jam 73 26,0
2. ≥ 6 Jam 180 64,0
3. Tidak Tercatat 28 10,0
Jumlah 281 100
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke rawat
inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2002-2006 berdasarkan onset serangan
tertinggi adalah yang mengalami onset serangan ≥ 6 jam yaitu 64,0% (180 orang),
diikuti oleh yang mengalami onset serangan < 6 jam 26,0% (73 orang) dan terendah
adalah yang tidak tercatat 10,0% (28 orang).
5.2.7. Lama Rawatan Rata-rata
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Stroke Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006.
Lama Rawatan
Mean 7,31
SD 6,914
95% Confidence Interval 6,50 – 8,13
Coefisien of variation 94,58