KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA PEMBUAT SANDAL DI KELURAHAN TEGAL SARI II MEDAN
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 051000125 DANIEL ROMANENKO
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA PEMBUAT SANDAL DI KELURAHAN TEGAL SARI II MEDAN
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 051000125
DANIEL ROMANENKO
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul:
KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA PEMBUAT SANDAL DI KELURAHAN TEGAL SARI II MEDAN
TAHUN 2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM : 051000125 DANIEL ROMANENKO
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 JUNI 2009, dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dra. Lina Tarigan, Apt, MS
NIP : 131 803 345 NIP : 132 148 541
dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
Penguji II Penguji III
Ir. Kalsum, M.Kes
NIP : 131 964 120 NIP : 132 307 954
Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes
Medan, JUNI 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Abstrak
Usaha pembuatan sandal yang terdapat di Kelurahan Tegal Sari II untuk memenuhi kebutuhan sandal yang ada di masyarakat. Usaha tersebut merupakan industri rumah tangga dan bersifat informal.
Setiap pekerja memiliki resiko kerja, untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal ditinjau dari sikap kerja dan fasilitas kerja di Kelurahan Tegal Sari II Kecamatan Medan Area dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 11 lokasi pembuatan sandal di Kelurahan Tegal sari II dan sampelnya 9 lokasi pembuatan sandal dengan 40 orang pekerja pembuat sandal dimana 15 orang pekerja atasan dan 25 orang pekerja bawahan. Data diperoleh dari wawancara dengan alat Bantu kuesioner Nordic Body Map, pengamatan sikap kerja dengan bantuan media foto serta pengukuran fasilitas kerja dengan bantuan meteran. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pekerja bekerja dengan sikap duduk membungkuk serta bekerja dengan kursi tanpa sandaran. Ditemukan gangguan kesehatan yang dialami pekerja pembuat sandal bagian atasan di punggung sebanyak 14 orang (93,33%), pinggang 15 orang (100%), bokong 12 orang (80%). Pada pekerja pembuat sandal bagian bawahan gangguan kesehatan yang dialami pekerja di punggung 22 orang (88%), pinggang 24 orang (96%), tangan kanan 17 orang (68%).
Disarankan pada pekerja pembuat sandal agar saat bekerja diselingi istirahat dan relaksasi, dan sebaiknya menggunakan kursi yang memakai sandaran saat bekerja. Sebaiknya pekerja pembuat sandal menggunakan meja kerja untuk menghindari sikap kerja yang membungkuk.
Abstract
The Sandal manufacture in Tegal Sari II sub-district to fulfill the society needed. That manufacture are home industry which is informally.
Every worker had work risk, to know the health complaint of workers interm of work action and facilities in Tegal Sari II sub-district, Medan Area District. The research was done by descriptively and cross sectional approaching. The populations are located in 11 locations of the sandals manufacture in Tegal Sari II sub-district and samples are located in 9 locations which has 40 workers interm of 15 peoples as a superiors and 25 peoples as a subordinates. The data were gotten by doing interview with quetionare of Nordic Body Map, the work action observation by using photo media and measurement of work facilities by using measurement equipment also. Based on the result, that every worker worked with setting of sit was bent over and worked by using chair without backseat. It found the health trouble which was on the workers who had trouble on superiors that were pain 14 peoples (93,33%), waist 15 peoples (100%), buttock 12 peoples (80%). The workers who had trouble on subordinates that were pain 22 peoples (88%), waist 24 peoples (96%), right hand 17 peoples (68%).
It is suggested to the workers so that when they were working it is absolutely doing with relaxation and take a rest, and it is better using backseat when worked. It is better using table of work for avoiding the bent over action when they were working.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Daniel Romanenko
Tempat/Tanggal Lahir : Bajubang, 29 Mei 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jln. Suka baru No.21 Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD YKPP Bajubang : 1993-1999
2. SLTP YKPP Jambi : 1999-2002
3. SMU Negeri 3 Jambi : 2002-2005
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat
Allah SWT atas berkat, rahmat dan limpahan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Pembuat Sandal Di Kelurahan Tegal II Medan Tahun 2009”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, telah banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses pendidikan di Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankan
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra.Lina Tarigan, Apt,MS, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas Sumatera Utara
sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran dan saran yang membangun.
3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen
Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan pikiran, petunjuk, saran dan bimbingan pada penulis.
4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji II dan Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji III Skripsi yang telah banyak memberi masukan terhadap penyusunan skrpsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh Staf pegawai di lingkungan FKM
Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Drs. Marihot Tampubolon selaku sekretaris Balitbang Kota Medan yang
telah memeberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
8. Bapak Khairul Buhari , S.sos selaku Camat Medan Area yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
9. Bapak Bakri, Bapak Sahrudin, Bang Armen, Bang Ade, Bang Zulkifli, Bang Helvian, Bang Muhammad Ali, Bang Novisal, Bang Ferry selaku pemilik usaha
pembuatan sandal di Kelurahan Tegal Sari II yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
10.Sahabat-sahabat tersayang Wawan, Izal, Dhani, Ade, Hendy, Cici, Nepa, Nisa,
Welly, Dytha, Ecy, Icha, Hesty, Arin sebagai tempatku berbagi ilmu, dukungan, motivasi, dan yang selalu mendoakanku. Persahabatan ini memberikan banyak
arti buat penulis.
11.Noni, Erna, Jenny, Nathalia, Winda, Decy, Evan, Ayuk, Ika dan teman-teman dipeminatan K3 serta semua rekan stambuk 2005.
12.Teman-teman PBL (Vina, Anita, Rani, Ade, Kak Nadya) dan teman-teman LKP yang telah melewati pengalaman baru bersama.
13.Buat teman-teman B’Budi, Andre, Dila, Dimas, Hadi, Ferry, Roy, Yogi, Deddy, Ari, Adam terima kasih atas semua bantuan dan doanya selama ini.
14.semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan
Terimakasih yang tidak akan pernah habis-habisnya kepada yang tercinta,
Ayahanda H. Tembal Siregar dan Ibunda Hj. Masdewana Harahap, Kakakku Eva dan Meiry serta Abangku Batara yang telah memberikan segenap kasih sayang, cinta dan perhatiannya kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya, setidaknya bagi penulis sendiri dan sebagai bahan
bacaan di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2009
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Sektor Informal ... 6
2.2. Ergonomi ... 7
2.2.1. Definisi ergonomi ... 7
2.2.2. Faktor-faktor ergonomi ... 8
2.3. Gangguan Kesehatan akibat duduk ... 17
2.3.1. Keluhan muskuloskeletal ... 18
2.4. Kerangka Konsep ... 21
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 22
3.2. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ... 22
3.2.1. Lokasi penelitian ... 22
3.2.2. Waktu penelitian ... 22
3.3. Populasi Dan Sampel ... 22
3.3.1. Populasi ... 22
3.3.2. Sampel ... 22
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4.1. Data Primer ... 23
3.4.2. Data Sekunder ... 23
3.5. Defenisi Operasional ... 23
3.6. Teknik Analisa Data ... 24
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 25
4.2.1. Fasilitas kerja Pembuat Sandal Bagian Atasan ... 26
4.2.2. Fasilitas Kerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan ... 27
4.3. Karakteristik Pekerja Sandal Bagian Atasan ... 28
4.3.1. Umur ... 28
4.3.2. Masa Kerja ... 28
4.4. Karakteristik Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan ... 29
4.4.1. Umur ... 29
4.4.2. Masa Kerja ... 30
4.5. Hasil Pengamatan Sikap Kerja ... 31
4.5.1. Sikap Kerja Pembuat Sandal Bagian Atasan ... 31
4.5.2. Sikap Kerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan ... 33
4.6.Keluhan Kesehatan Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan ... 36
4.7. Keluhan Kesehatan Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan ... 42
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Sikap kerja ... 50
5.1.1. Sikap Kerja Pada Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan... 50
5.1.2. Sikap Kerja Pada Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan ... 51
5.2. Keluhan Kesehatan ... 52
5.2.1.Keluhan Kesehatan Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan ... 52
5.2.2.Keluhan Kesehatan Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan ... 54
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 55
6.2. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Kelompok Umur Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II
Medan Tahun 2009 ... 28
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Masa Kerja Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II
Medan Tahun 2009. ... 29 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan
Menurut Kelompok Umur Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II
Medan Tahun 2009 ... 29 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan
Menurut Masa Kerja Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II
Medan Tahun 2009. ... 30 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan
Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses Pola Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan
Tahun 2009.. ... 37
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses Penjahitan Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan
Tahun 2009. ... 39 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan
Menurut Keluhan Kesehatan Yang DialamiOleh Pekerja
di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009. ... 40
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses Pengeleman Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan
Tahun 2009. ... 42 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan
Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses
Pemasangan Tapak Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009. ... 44
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses
Pemasangan Kayu Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009. ... 45 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan
Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Oleh Pekerja
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Sikap Posisi Duduk ... 13
Gambar 4.1. Kegiatan Bagian Pola dan Pemotongan. ... 31
Gambar 4.2. Kegiatan Bagian Pola dan Pemotongan. ... 31
Gambar 4.3. Kegiatan Bagian Penjahitan ... 33
Gambar 4.4. Kegiatan Bagian Penjahitan ... 33
Gambar 4.5. Kegiatan Pengeleman ... 34
Gambar 4.6. Kegiatan Pengeleman ... 34
Gambar 4.7. Kegiatan Bagian Pemasangan ke Kayu ... 35
Gambar 4.8. Kegiatan Bagian Pemasangan ke Kayu ... 35
Gambar 4.9. Kegiatan Bagian Pemasangan Tapak ... 36
Gambar 4.10. Kegiatan Bagian Pemasangan Tapak ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian FKM USU
Abstrak
Usaha pembuatan sandal yang terdapat di Kelurahan Tegal Sari II untuk memenuhi kebutuhan sandal yang ada di masyarakat. Usaha tersebut merupakan industri rumah tangga dan bersifat informal.
Setiap pekerja memiliki resiko kerja, untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal ditinjau dari sikap kerja dan fasilitas kerja di Kelurahan Tegal Sari II Kecamatan Medan Area dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 11 lokasi pembuatan sandal di Kelurahan Tegal sari II dan sampelnya 9 lokasi pembuatan sandal dengan 40 orang pekerja pembuat sandal dimana 15 orang pekerja atasan dan 25 orang pekerja bawahan. Data diperoleh dari wawancara dengan alat Bantu kuesioner Nordic Body Map, pengamatan sikap kerja dengan bantuan media foto serta pengukuran fasilitas kerja dengan bantuan meteran. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pekerja bekerja dengan sikap duduk membungkuk serta bekerja dengan kursi tanpa sandaran. Ditemukan gangguan kesehatan yang dialami pekerja pembuat sandal bagian atasan di punggung sebanyak 14 orang (93,33%), pinggang 15 orang (100%), bokong 12 orang (80%). Pada pekerja pembuat sandal bagian bawahan gangguan kesehatan yang dialami pekerja di punggung 22 orang (88%), pinggang 24 orang (96%), tangan kanan 17 orang (68%).
Disarankan pada pekerja pembuat sandal agar saat bekerja diselingi istirahat dan relaksasi, dan sebaiknya menggunakan kursi yang memakai sandaran saat bekerja. Sebaiknya pekerja pembuat sandal menggunakan meja kerja untuk menghindari sikap kerja yang membungkuk.
Abstract
The Sandal manufacture in Tegal Sari II sub-district to fulfill the society needed. That manufacture are home industry which is informally.
Every worker had work risk, to know the health complaint of workers interm of work action and facilities in Tegal Sari II sub-district, Medan Area District. The research was done by descriptively and cross sectional approaching. The populations are located in 11 locations of the sandals manufacture in Tegal Sari II sub-district and samples are located in 9 locations which has 40 workers interm of 15 peoples as a superiors and 25 peoples as a subordinates. The data were gotten by doing interview with quetionare of Nordic Body Map, the work action observation by using photo media and measurement of work facilities by using measurement equipment also. Based on the result, that every worker worked with setting of sit was bent over and worked by using chair without backseat. It found the health trouble which was on the workers who had trouble on superiors that were pain 14 peoples (93,33%), waist 15 peoples (100%), buttock 12 peoples (80%). The workers who had trouble on subordinates that were pain 22 peoples (88%), waist 24 peoples (96%), right hand 17 peoples (68%).
It is suggested to the workers so that when they were working it is absolutely doing with relaxation and take a rest, and it is better using backseat when worked. It is better using table of work for avoiding the bent over action when they were working.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia Sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam upaya mencapai
visi tersebut ditetapkan program-program unggulan, salah satunya program kesehatan dan keselamatan kerja.1
Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik
industri formal maupun industri rumah tangga, pertanian, perdagangan dan perkebunan. Hal ini akan menimbulkan lapangan kerja baru dan menyerap tambahan
angkatan kerja baru yang sebagian besar berada di sektor informal tetapi belum dapat menyerap keseluruhannya.2
Sektor informal berperan penting dalan pembangunan ekonomi nasional
Mengacu pada data Biro Pusat Statistik, sektor informal menyumbang sekitar 74 persen terhadap kesempatan kerja pada tahun 1985, berkurang menjadi 72 persen pada tahun 1990 dan 65 persen pada 1998. Pengurangan ini sangat kecil, artinya
sektor informal merupakan penampung angkatan kerja dominan. Bahkan pasca krisis krisis ekonomi, diperkirakan penyerapan tenaga kerja di sektor ini meningkat.
Mengingat peran sektor informal yang cukup positif dalam pembangunan sudah sewajarnya nasib para pekerja diperhatikan. Bebrapa kebijakan baik langsung maupun tak langsung, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui
Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja di
sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada
pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan kepada kegiatan sektor informal dan memihak kepada kepentingan masyarakat. Akan tetapi, meski peranannya penting, pembicaraan tentang sektor informal tampak lebih
menimbulkan persoalan daripada memecahkannya.
Di Indonesia masalah ketidaksesuaian dari aspek ergonomi antara sarana
dengan manusia serta pengaruhnya terhadap kesehatan belum mendapat perhatian yang serius. Masih banyak industri dari berbagai sektor terutama sektor informal belum menjadikan ergonomi sebagai prioritas dalam merancang lingkungan kerja.
Bahkan tidak jarang, karena ketidaktahuan, tenaga kerja sektor informal beresiko lebih besar dalam hal timbulnya gangguan kesehatan yang diderita akibat
pekerjaannya.
3
Penerapan ergonomi yang benar di tempat kerja bertujuan agar pekerja dalam bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, aman, produktif dan sejahtera.
Sebaliknya apabila penerapan ergonomi dilakukan dengan tidak benar malah berakibat timbulnya keluhan, penyakit kerja dari pekerja akibat pekerjaannya.
4
Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain nyeri, kelelahan bahkan kecelakaan. Wuwul (2008) melakukan penelitian pada 16 sampel pekerja mebel di Basudewo Semarang dan
mendapatkan hasil bahwa sekitar 44% pekerja merasakan keluhan pegal pada tangan dan pergelangan tangan, pekerja yang merasakan keluhan pegal pada siku sebanyak
19% pekerja, pekerja yang merasakan keluhan pegal pada bahu dan leher sebanyak
37%.
Menurut hasil penelitian Samara (2004) seperti yang dikutip oleh Aisah Riski
(2007) pada pekerja bagian penjahit sepatu sebanyak 251 responden didapatkan keluhan nyeri tengkuk sebesar 37,5%, bahu kanan 53,8%, bahu kiri 47,4% dan pinggang sebesar 45%.2,6
Pembuat sandal bekerja sesuai jumlah borongan yang diberikan atau yang
diterima. Jam kerja dan waktu istirahat pekerja tidak dapat diatur, apabila pekerja mendapat banyak pesanan maka pekerja bekerja lebih lama.
Di Kelurahan Tegal Sari II terdapat 11 usaha pembuatan sandal yang bergerak di sektor informal yang ada di kota Medan. Tenaga kerja yang ada di satu usaha
pembuatan sandal adalah anggota keluarga atau kerabat dari pemilik usaha dan masyarakat umum di sekitar daerah tersebut.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui bahwa proses pembuatan sandal meliputi pembuatan bagian atasan yaitu pembuatan pola, penjahitan. Saat pembuatan pola pembuat sandal bekerja dengan cara duduk dilantai tanpa
menggunakan meja kerja. Kemudian pada saat penjahitan, pembuat sandal bekerja dengan menggunakan kursi tanpa sandaran dan mesin jahit. Setelah itu dibuat bagian
atas sendal tersebut kemudian dibuat bagian bawahan yaitu pengeleman, pemasangan ke kayu dan pemasangan tapak. Pada saat ini, posisi pembuat sandal duduk dilantai tanpa menggunakan meja kerja.
pembuat sandal bekerja dengan membungkukkan badan, keadaan ini bisa
berlangsung sekitar 3-4 jam. Lalu kursi kerja yang digunakan dibuat tanpa memiliki sandaran serta meja kerja tidak disediakan oleh pemilik sandal.
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin melakukan penelitian mengenai
keluhan kesehatan pekerja pembuat sandal di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun
2009.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal di Kelurahan Tegal Sari
II Medan Tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal di
Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sikap kerja pekerja pembuat sandal bagian atasan.
c. Untuk mengetahui fasilitas kerja yang digunakan pekerja pembuat sandal bagian
atasan
d. Untuk mengetahui fasilitas kerja yang digunakan pekerja pembuat sandal bagian
bawahan
e. Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal bagian atasan
f. Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal bagian
bawahan.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan kepada pihak pegusaha dalam menerapkan sikap kerja dan
peralatan kerja yang baik untuk kenyamanan dalam bekerja dan peningkatan
produktivitas.
b. Sebagai bahan informasi atau referensi di perpustakaan dan diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti lain yang membutuhkan serta mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Sektor Informal
Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi (unorganized), tidak
teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar (unregistered).
Sektor informal memiliki karakteristik seperti :
a. Jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil
b. Kepemilikan oleh individu atau keluarga
c. Teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja d. Tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah
e. Produktivitas tenaga kerja yang rendah
f. Tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal.
Perbedaan kesempatan memperoleh penghasilan antara sektor formal dan
informal pada pokoknya didasarkan atas perbedaan anatra pendapatan dari gaji dan
pendapatan dari usaha sendiri.
4
Sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi dari pertumbuhan
kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka yang memasuki
kegiatan ini di kota, bertujuan mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada
2.2. Ergonomi
2.2.1. Definisi Ergonomi
Ergonomi atau disebut rancang-bangun faktor manusia adalah studi untuk
peningkatan teori dan fisik dalam hal bekerja yang berguna untuk memastikan suatu tempat kerja aman dan produktif.
Fungsi spesial di ergonomi adalah untuk mendisain atau meningkatkan tempat
kerja, stasiun-kerja, perkakas, peralatan, dan prosedur dari para pekerja supaya tidak sampai pada batas melelahkan, kegelisahan, dan luka-luka atau kerugian juga secara
efisien menuju keberhasilan tujuan dari pribadi dan perusahaan. Tujuannya adalah kepada peningkatan nafkah dari pekerjaan di dalam kemampuan teori dan fisik dari karyawan.
Ahli ergonomi, ahli industri, dokter K3, para profesional keselamatan dan kesehatan lainnya dapat bekerja sama untuk meningkatkan perancangan pekerjaan
dan stasiun pekerjaan yang mempunyai karakteristik tak aman atau sudah menyebabkan luka-luka atau kerugian.7
Meskipun istilah ergonomi di berbagai Negara berbeda-beda namun
mempunyai misi dan tujuan yang sama. Dua misi pokok ergonomi adalah :
a. Penyesuaian antara perlatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang
menggunakan. Kondisi tenaga kerja ini bukan saja aspek fisiknya saja (ukuran anggota tubuh : tangan, kaki, tinggi badan), tetapi juga kemampuan intelektual atau berfikirnya. Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh ergonomi adaalh
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok, maka
kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proses kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.
Dari urian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama ergonomi ialah mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan kerja (meningkatkan produksi kerja). Di samping itu, ergonomi juga dapat mengurangi
beban kerja, karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.
2.2.2. Faktor-faktor Ergonomi
8
a. Anthropometri
istilah anthtropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran. Anthropometri dapat didefenisikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data anthropometri sangat penting
dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Anthropometri
juga dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok ditempat pekerjaan yang bersuhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan
kelincahan,dll. Menurut Pulat (1992) yang dikutip oleh Juleiva (2005), data anthropometri dapat digunakan untuk mendesai pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat kerja dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumer.
1. Anthropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia
yang berada dalam posisi diam yang dilakukan dalam posisi berdiri dan posisi duduk. Dimensi yang diukur diambil secara linier (lurus) dan
lakukan pada permukaan tubuh.
2. Anthropometri dinamis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang sedang bergerak dalam berbagai posisi tubuh sehingga lebih kopleks
dan sulit untuk diukur.
Menurut Nurmianto (1991) yang dikutip oleh Juleiva (2005) dalam mengukur
data anthropometri banyak ditemui perbedaan-perbedaan atau sumber validitas yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang pada akhirnya akan digunakan dalam perancangan suatu produk. Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi dimensi
tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya perbedaan antar populasi yaitu : 1. Keacakan/random
2. Jenis kelamin 3. Suku bangsa 4. Usia
5. Jenis Pekerjaan 6. Pakaian
7. Faktor kehamilan pada wanita.
Adapun pendekatan dalam penggunaan data anthopometri yaitu:
1. Pilihlah standar deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud
3. Pilihlah nilai persentil yang sesuai
4. Pilihlah jenis kelamin yang sesuai.
Karena anthropometri juga berfungsi mendesain alat kerja, ukuran
kenyamanan dan efisiensi maksimal sebaiknya kontruksi dan ukuran dari kursi/meja harus disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia yang akan menggunakannya.
9
1. Ukuran Kursi
a. Tinggi kursi duduk
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas
duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-54 cm. b. Panjang alas duduk.
Diukur dari permukaan garis proyeksi permukaan dengan sandaran duudk
pada permukaan atas alas duduk sampai ke bagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 40 cm.
c. Lebar alas duduk
Lebar alas duduk harus lebih besar dari pinggul. Ukuran yang dianjurkan 40-44 cm.
d. Sandaran Pinggang
Tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat pada bagian atas sandaran
dan pada bagian bawah setinggi pinggul. e. Sandaran tangan
ukuran untuk panjang sandaran tangan sebaiknya 21 cm, sesuai dengan
2. Ukuran Meja
a. Tinggi meja
Tinngi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada waktu kerja. Diusulkan adalah 68-74cm yang diukur dari permukaan daun sampai ke lantai.
b. Lebar meja
ukuran yang diusulkan kurang dari 80 cm tidak melebihi jarak jangkauan tangan.
c. Tebal daun meja
Jarak antara permukaan bawah daun meja dengan permukaan atas alas duduk >15 cm.
d. Permukaan meja
Rata dan tidak menyilaukan.6
b. Sikap Tubuh Dalam Bekerja
Posisi tubuh dalam bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap tubuh. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipenaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatan.
Ada bebreapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani,
melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan
sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
10
a. Sikap kerja duduk
Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan mempelajari
mekanika sistem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat di dalam geraknya. Menurut Tichauler (1978) yang dikutip (Panero dan Zelnik) sumbu
penyangga dari batang tubuh yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar koronal, melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberosities) di atas permukaan tempat duduk.11
Posisi duduk pada otot rangka (muscolusskeletal) dan tulang belakang (vertebral) terutama pada pinggang (sacrum, lumbar dan thoracic) harus dapat
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri (back pain) dan terhindar cepat lelah (fatigue). Selain itu, ketika duduk kaki harus berada pada alas kaki dan dalam sikap duduk dapat bergerak dengan relaksasi. Menurut Richard Ablett(2001) saat ini
belakang (back pain) karena berbagai sebab, dan karena back pain ini mengakibatkan
40% orang tidak masuk kerja.
Suatu perancangan tempat duduk harus diupayakan sedemikian rupa sehingga
berat badan yang disanggah oleh tulang duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Alas yang tepat pada landassan tempat duduk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Harus juga diupayakan agar subjek yang sedang duduk di atas tempat duduk tersebut
dapat mengubah-ubah posisi atau postur tubuhnya untuk mengurangi rasa ketidaknyamanannya. Sehubungan dengan hal ini data antropometrik yang tepat
sangat diperlukan untuk dapat menentukan pengukuran yang tepat dan jarak bersih yang diperlukan.
12
11
Sumber : Pheasant, S, 1991. Ergonomics, Work And Health Gambar Sikap Posisi Duduk
b. Sikap kerja berdiri setengah duduk
Berdasarkan hasil penelitian Gempur (2003) bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi berdiri
setengah duduk tanpa sandaran duduk dan setengah duduk pakai sandaran menunjukkan bahwa tersapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok.
c. Sikap kerja posisi berdiri
Bekerja dengan posisi berdiri terus-menerus sangat mungkin akan terjadi
penumpukkan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai.
Seperti dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu
ketika bekerja, apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki.
Desain alas kaki untuk kerja berdiri, ukuran alas kaki harus lebih longgar dai ukuran telapak kaki, apabila bagian alas kaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelanagan kaki, dan hal itu terjadi pada jangka waktu yang lama,
c. Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja yang ada juga mempengaruhi proses kerja di dalam suatu industri. Setiap hari menusia terlibat pada suatu kondisi lingkungan yang
berbeda-beda dimana perbedaan kondisi tersebut sangat mempengaruhi terhadap kemampuan manusia. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai suatu hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung.
Kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi aspek ergonomis, antara lain adalah :
1. Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur kerja adalah jika perubahan temperatur kerja
tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh.
2. Kelembaban
Adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya suatu
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran (karena sistem penguapan).
Kelembaban yang normal berkisar 60-70%.
3. Penerangan
Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakinatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara
membuka mata lebar-lebar. Intensitas cahaya untuk membaca sekitar 300-700 lux, pekerjaan di kantor 400-600 lux, pekerjaan yang memerlukan ketelitian 800-1200
lux dan pekerjaan di gudang 80-170 lux.
4. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga karena dalan
jangka panjang akan mengganggu ketenangan kerja, menimbulkan kesalahan komunikasi dan dapat merusak pendengaran. Aspek yang menentukan tingkat
gangguan kepada manusia yaitu : lama bunyi tersebut terdengar, intensitas bunyi (dB) dan frekuensi suara yang menunjukkan jumlah gelombang suara setiap detiknya (Hz). Intensitas kebisingan yang melebihi 85dB dari 8 jam secara
5. Sirkulasi Udara
Oksigen terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Udara dikatakan kotor apabila oksigen
dalam udara tersebut telah berkurang dan terus bercampur dengan gas-gas, debu atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, kotornya udara disekitar dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan dan ini tidak boleh dibiarkan terlalu
lama, karena mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan serta sirkulasi udara.
2.3. Gangguan Kesehatan Akibat Duduk
9
Menurut harian Samara (2004) yang dikutip oleh Aisah Rizki (2007) bekerja di kantor, pabrik, di pasar dan di rumah tidak terlepas dari posisi duduk. Tukang jahit,
tukang sepatu, tukang sandal, tukang kasir, murid sekolah dan penjaga tol juga tidak terlepas dari bekerja dengan posisi duduk yang ternyata bisa menimbulkan masalah
kesehatan.
Duduk memang bisa mengurangi rasa penat. Tetapi apabila dilakukan dalan jangka watu yang lama dan posisi statis justru bisa menimbulkan gangguan pada
leher, bahu, punggung dan lengan. Ini terjadi karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa kecukupan kesempatan pemulihan, dan
leher, yang disebut juga Varicose Veins. Oleh karena itu, perlu menerapkan duduk
dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk.
Duduk lama dengan posisi yang salah juga akan menyebabkan nyeri pinggang
bawah karena otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila hal ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulpolus. Duduk
dengan mencondongkan kepala ke depan dapat menyebabkan gangguan pada leher, duduk dengan lengan terangkat dan menyebabkan nyeri bahu dan leher dan duduk
tanpa sokongan lengan bawah dapat menyebabkan rasa nyeri pada bahu dan pinggang.
2.3.1. Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang disebut dengan keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) atau
cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
2. Keluhan Menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal terjadi pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20% maka peredaran darah ke otot berkurang
menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa
nyeri otot.
Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip Aisah (2007), menjelaskan bahwa
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :
1. Peregangan otot yang berlebihan.
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang
besar seperti aktivitas mendorong, mengangkat, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal ini sering terjadi maka
2. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus-menerus tanpa memeperolah kesempatan untuk relaksasi. 3. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja yang tidak alamiah pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
Kelompok usia lanjut juga cenderung menderita nyeri leher dan punggung yang disebabkan oleh metastasis karsinoma, nyeri leher akibat rheumatoid arthritis,
dan nyeri posttraumatik. Pada kelompok usia muda, ligamentum flavum di bagian posterior dari canalis spinalis bersifat fleksibel dan elastis, tetapi di saat usia bertambah lanjut elastisitasnya akan berkurang. Akibatnya, suatu gerakan
hiperekstensi seperti pada gerakan whiplash (fleksi-ekstensi) pada kecelakaan kenderaan bermotor akan menyebabkan trauma pada spinal cord sehingga
menyebabkan nyeri leher. Nyeri bahu pada usia lanjut juga dapat disebabkan oleh adanya pengalihan nyeri dari tempat yang lain (referred pain).
6
Keluhan nyeri pada kaki dapat disebabkan kelainan PSD (penyakit sendi
berlebih (overuse) adalah Achilles tendonitis. Lebih sering dijumpai pada kaum
wanita yang disebabkan oleh sering memakai sepatu tumit tinggi dengan ruang sepatu bagian depan yang sempit. Hallux valgus sering menyebabkan nyeri dan kadang bisa
menjadi ulkus serta mengalami infeksi sekunder.
Nyeri pada leher dan punggung dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih
cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s syndrome atau ankylosing spondylitis yang bermanifestasi sebagai nyeri punggung dan nyeri sendi
sakroiliaka. Pada kelompok usia pertengahan, penyebab nyeri leher umumnya bersumber dari myofascial pain syndrome dan nyeri posttraumatic. Sedangkan penyebab nyeri punggung pada kelompok ini sering berupa hernia dari diskus
intervertebralis. Pada kelompok usia lanjut, penyebab tersering dari nyeri leher dan punggung dapat berupa PSD, fraktur osteoporotik, ataupun spinal stenosis.
2.4. Kerangka Konsep
16
Sikap Kerja
1. Bagian Pembuatan Atasan 2. Bagian Pembuatan Bawahan
1. Bagian Pembuatan Atasan 2. Bagian Pembuatan Bawahan
Fasilitas Kerja Pekerja Pembuat
Sandal
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh keluhan kesehatan pekerja pembuat
sandal di Kelurahan Tegal Sari II Medan tahun 2009.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Tegal Sari II Medan Area. Alasan penentuan lokasi :
a. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama.
b. Pemilik tempat usaha bersedia tempat usahanya menjadi tempat
penelitian. 3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sejak bulan Februari-Juni 2009.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja pembuat sandal di 11 lokasi usaha pembuatan sandal yang terletak di Kelurahan Tegal Sari II Medan.
3.3.2. Sampel
1. Pekerja pembuat sandal bagian atasan yaitu 15 orang.
2. Pekerja pembuat sandal bagian bawahan yaitu 25 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data diperoleh dengan cara wawancara tentang keluhan kesehatan yang mereka alami dengan menggunakan kuesioner yang bersumber dari Nordic Body Map
dan observasi untuk melihat sikap kerja dan fasilitas kerja.
3.4.2. Data sekunder
Data diperoleh dari pemilik usaha pembuatan sandal mengenai jumlah pekerja, berapa lama jam kerja, produksi sandal per hari.
3.5. Defenisi Operasional
a. Keluhan kesehatan yaitu keluhan kesehatan yang dirasakan pekerja pembuat sandal pada saat bekerja sehubungan dengan sikap kerja dan fasilitas kerja saat
membuat sandal.
b. Sikap kerja pembuat sandal yaitu posisi tubuh pembuat sandal pada saat mengambil dan menggunakan fasilitas saat membuat sandal.
c. Fasilitas kerja pembuat sandal yaitu alat dan perlengkapan kerja yang digunakan pembuat sandal saat membuat sandal antara lain gunting, mesin jahit, kursi, pisau.
d. Pekerja yaitu orang yang mekakukan kegiatan pembuat sandal di Kelurahan Tegal Sari II Medan.
e. Bagian pembuatan atasan yaitu bagian pembuatan pola, dan penjahitan atasan
f. Bagian pembuatan bawahan yaitu bagian pengeleman, menarik lipatan dan
pemasangan tapak.
3.6. Teknik Analisa Data
Hasil yang diperoleh dari wawancara akan diolah dan disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan keluhan kesehatan pada pekerja pembuat sandal ditinjau dari sikap kerja
BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Usaha pembuatan sandal terletak di Kelurahan Tegal Sari II Medan Kecamatan Medan Area. Usaha Pembuatan sandal merupakan salah satu sektor
informal yang terdapat di daerah itu. Usaha pembuatan sandal ini berdiri sendiri tidak berada di bawah naungan pemerintah.
Pekerja pembuat sandal yang berada di daerah tersebut ada yang tetap dan ada yang tidak tetap. Pekerja tidak tetap biasanya direkrut bila pemilik sandal menerima banyak pesanan. Dalam penelitian ini ada 9 usaha pembuatan sandal yang dijadikan
sampel penelitian. Jumlah tenaga kerja disetiap usaha pembuatan sandal rata-rata 5-6 orang. Rata-rata hasil produksi per hari sekitar 60-100 pasang sandal.
Usaha pembuatan sandal merupakan sektor informal yang jam kerjanya tidak terikat. Pekerja dapat kapan saja masuk untuk bekerja. Usaha pembuatan sandal ini tidak ada sistem shift kerja. Pekerja pembuat sandal bekerja sesuai dengan banyaknya
borongan yang diberikan oleh pemilik usaha sandal. Rata-rata pekerja bekerja 7-8 jam sehari sesuai dengan borongan yang diterima. Biasanya pekerja pembuat sandal
bekerja sampai malam bahkan bisa sampai pagi hari bila sedang banyak pesanan. Untuk waktu istirahat, pemilik usaha sandal membebaskan pada pekerjanya dalam mengambil istirahat. Biasanya waktu istirahat pekerja pembuat sandal rata-rata
30 menit-1 jam. Istirahat dilakukan secara bergantian antar pekerja pembuat sandal. Kondisi tempat kerja pekerja pembuat sandal yang disediakan pemilik sangat
yang dibutuhkan untuk membuat sandal diletakkan di dekat pekerja atau disekitar
lutut seperti mesin jahit, gunting, martil, pisau di ruangan kerja yang tidak terlalu luas yang berukuran ± 4 x 6 m.
Pekerja pembuat sandal mendapatkan upah sesuai dengan banyaknya borongan yang telah dikerjakan. Semakin banyak borongan yang dikerjakan maka semakin besar pula upah yang diterima pekerja pembuat sandal dari pemilik usaha
sandal.
4.2. Fasilitas Kerja
4.2.1. Fasilitas kerja Pembuat Sandal Bagian Atasan
Pada pembuatan sandal bagian atasan ada beberapa alat dan perlengkapan kerja yang digunakan pekerja, yaitu :
1. Pulpen yang digunakan untuk menggambar pola pada pada bahan kulit.
2. Gunting yang terbuat dari besi dengan panjang bervariasi antara 20-23 cm yang
digunaakn untuk menggunting atau memotong pola.
3. Pisau dengan panjang antara 18-20 cm, yang digunakan untuk memotong pola. 4. Mesin Jahit yang digunakan untuk menjahit pola sandal. Ukuran mesin jahit yang
digunakan pekerja adalah :
a. Tinggi mesin jahit antara 72-74 cm
b. Tebal daun meja antara 2,3-2,5 cm c. Lebar meja antara 40-41 cm 5. Kursi dengan ukuran :
4.2.2. Fasilitas Kerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan
1. Kakak tua yang digunakan untuk menarik bagian tepi sepatu agar lengket ke cetakan kayu, ukurannya 15 cm.
2. Martil yang digunakan untuk memukul paku pembuat lubang ke landasan ukurannya 18-20 cm.
3. Kompor yang digunakan untuk mengeringkan lem agar lebih rekat dengan tapak
sandal.
4. Paku pembuat lubang yang digunakan untuk membuat lubang masuk sandal.
Ukurannya antara 8-9 cm.
5. Landasan yang digunakan untuk alas paku pembuat lubang.
6. Ambleng yang berbentuk segitiga digunakan untuk melipat bahan sandal.
7. Gerinda yang digunakan untuk menghaluskan bagian tapak sandal. 8. Kursi dengan ukuran :
a. Tinggi kursi duduk antara 35-47 cm b. Lebar alas duduk antara 22-25 cm
9. Cetakan sepatu yang digunakan untuk membuat ukuran sandal. Ukurannya sesuai
ukuran kaki orang.
10.Cutter yang digunakan untuk memotong bagian yang lebih dari sandal. Ukurannya
antara 17- 20 cm.
11. Lem yang digunakan untuk merekatkan tapak dengan atasan sendal.
12. Kuas yang digunakan untuk mengoleskan lem antara tapak dengan sandal.
Semua peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan sandal diletakkan
disekitar pekerja dengan jarak kurang lebih 25 cm agar pekerja mudah menjangkau peralatan tersebut.sehingga tidak menimbulkan kesulitan pekerja dalam bekerja.
4.3. Karakteristik Pekerja Sandal Bagian Atasan 4.3.1. Umur
Keadaan umur pekerja pembuat sandal bagian atasan di tempat penelitian
pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1. :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Kelompok Umur Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1. ≤ 29 9 60
2. > 29 6 40
Jumlah 15 100
Pembagian kelompok umur didasarkan atas nilai median umur responden
yaitu ≤ 29 tahun. Untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proposi umur.
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada kelompok umur ≤ 29 tahun yaitu 9 orang (60%).
4.3.2. Masa Kerja
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Masa Kerja Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
No. Masa Kerja (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1. ≤ 6 11 73,33
2. > 6 4 26,67
Jumlah 15 100
Masa kerja dibedakan atas nilai tengah (median). Lama masa kerja responden yaitu ≤ 6 tahun. Untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proposi lama masa kerja.
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa frekuensi terbesar responden bekerja selama ≤ 6 tahun yaitu 11 orang (73,33%).
4.4. Karakteristik Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan 4.4.1. Umur
Keadaan umur pekerja pembuat sandal bagian bawahan di tempat penelitian
pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.3. :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan Menurut Kelompok Umur Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1. ≤ 27 19 76
2. > 27 6 24
Pembagian kelompok umur didasarkan atas nilai median umur responden
yaitu ≤ 27 tahun. Untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proposi umur.
Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada kelompok umur ≤ 27 tahun yaitu 19 orang (76%).
4.4.2. Masa Kerja
Keadaan masa kerja pekerja pembuat sandal bagian bawahan di tempat penelitian pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.4. :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan Menurut Masa Kerja Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
No. Masa Kerja (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1. ≤ 6 16 64
2. > 6 9 36
Jumlah 25 100
Masa kerja dibedakan atas nilai tengah (median). Lama masa kerja responden yaitu ≤ 6 tahun. Untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu
yang menyebabkan ketidakseimbangan proposi lama masa kerja.
4.5. Hasil Pengamatan Sikap Kerja
4.5.1. Sikap Kerja Pembuat Sandal Bagian Atasan a. Bagian Pola dan Pemotongan.
Di bagian ini, bahan-bahan dasar pembuat sepatu berupa kulit, voering, spons, foam, sol karet, sol kulit, dan plastik, dipola dan digunting/dipotong sesuai dengan pola dan model yang sudah ditentukan.
Proses kerja pada bagian pola dan pemotongan ini dilakukan di lantai tanpa menggunakan meja kerja. Pekerja bekerja dengan cara duduk dilantai ataupun
kadang-kadang pekerja bekerja sambil berjongkok. Pada saat bekerja pekerja harus membungkuk untuk menggambar dan menggunting pola pada bahan kulit. Waktu yang diperlukan untuk membuat pola sekitar 3 jam untuk seluruh produksi dalam
sehari.
Gambar 4.1. Kegiatan Menggambar pola pada bahan
Gambar 4.1. adalah gambar salah satu pekerja saat menggambar pola dengan
posisi sikap kerja jongkok. Postur tubuh pekerja tersebut bertumpu pada kedua kaki yang terlipat dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan. Pada kegiatan ini bagian
tubuh yang banyak bergerak adalah lengan, yaitu menggambar diatas bahan sesuai dengan pola dan model yang sudah ditentukan.
Gambar 4.2. adalah gambar salah satu pekerja saat menggunting pola dengan
sikap kerja duduk dilantai. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki diluruskan, pada bagian lengan kedua tangan dibawah bahu, dan tubuh bagian belakang bungkuk
ke depan.
b. Bagian Penjahitan
Dibagian ini, kulit sepatu yang sudah digunting atau dipotong kemudian
dibentuk dan dijahit menjadi bagian atas sandal. Bahan sandal yang sudah digunting sesuai dengan pola, diseset tepinya dengan menggunakan pisau atau cutter, kemudian
dilem dan dijahit sesuai dengan model yang diinginkan.
Proses kerja pada bagian penjahitan dilakukan dengan menggunakan mesin jahit dan pekerja duduk di kursi tanpa sandaran. Pekerja pembuat sandal bekerja
Gambar 4.3. dan 4.4. Kegiatan penjahitan
Gambar 4.3.dan 4.4. adalah gambar pekerja saat menjahit pola yang sudah dibentuk dengan sikap kerja duduk. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki adalah duduk, pada bagian lengan adalah kedua tangan dibawah bahu, dan tubuh
bagian belakang bungkuk ke depan.
Selama proses penjahitan tersebut, sikap tubuh para pekerja statis, hanya pada
tubuh bagian lengan dan kaki sedikit bergerak. Alat yang digunakan dalam proses penjahitan ini adalah mesin jahit dan yang bergerak adalah bahan yang dipegang oleh pekerja.
4.5.2. Sikap Kerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan a. Bagian Pengeleman
Bagian atas sandal yang sudah dijahit dilapis dengan voering yang sudah dipotong sesuai dengan pola. Kemudian ditempelkan ke bagian atas sepatu yang sudah dijahit.
harus bekerja dengan sikap tubuh membungkuk dalam waktu yang lama. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengelem pola sekitar 1,5 jam untuk seluruh produksi dalam sehari.
Gambar 4.5. dan 4.6. Kegiatan mengelem produk sandal
Gambar 4.5. dan 4.6. adalah gambar pekerja saat mengelem sandal dengan
sikap kerja duduk. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki dari kedua gambar tersebut sama-sama dilipat, pada bagian lengan adalah kedua tangan dibawah bahu,
dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan. b. Bagian Pemasangan Kayu
Bagian ini dilakukan setelah pengeleman kemudian dipasang ke cetakan
sepatu untuk membentuk menjadi sandal.
Pada proses pembentukan dilakukan di lantai tanpa menggunakan meja kerja.
harus bekerja dengan sikap tubuh membungkuk dalam waktu yang lama. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengelem pola sekitar 2 jam untuk seluruh produksi dalam sehari.
Gambar 4.7. dan 4.8. Kegiatan memasang cetakan sepatu dan menarik lipatan sandal
Gambar 4.7. dan 4.8. adalah gambar pekerja saat memasang cetakan sepatu dengan posisi duduk. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki adalah kedua kaki diluruskan (gambar 4.7.), serta dilipat (gambar 4.8.), pada kedua lengan berada
dibawah bahu dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan.
c. Bagian Pemasangan Tapak
Pada bagian ini dilakukan penghalusan tapak serta pemasangan sol/bagian bawah sandal dengan menggunakan lem, kakaktua, martil, dan gunting.
Sama dengan proses lainnya, pada proses pemasangan tapak dilakukan di
lantai tanpa menggunakan meja kerja. Pekerja bekerja dengan cara duduk di lantai. Karena tidak adanya meja kerja pekerja harus bekerja dengan sikap tubuh
Gambar 4.9. dan 4.10. Kegiatan memasang tapak sandal
Gambar 4.9. dan 4.10. adalah gambar pekerja saat memasang tapak sandal
dengan sikap kerja duduk. Postur tubuh pekerja tersebut pada bagian kaki dari kedua gambar tersebut sama-sama dilipat, pada bagian lengan adalah kedua tangan dibawah
bahu, dan tubuh bagian belakang bungkuk ke depan.
4.6. Keluhan Kesehatan Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan 4.6.1. Keluhan Kesehatan Terkait Sikap Kerja
Untuk mengetahui keluhan kesehatan pekerja terkait otot skeletal menggunakan kuesioner nordic body map yang ditanyakan sesaat setelah bekerja.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses Pola Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
No Keluhan
25. Pergelangan kaki
kiri
0 0 8 100 8 100
26. Pergelangan Kaki
Kanan
1 12,5 7 87,5 8 100
27. Kaki Kiri 2 25 6 75 8 100
Berdasarkan tabel 4.5. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian
atasan pada proses pola yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 5 orang (62,5%), leher bawah 5 orang (62,5%), bahu kanan 5 orang (62,5%), bahu
kiri 5 orang (62,5%), lengan atas kiri 3 orang (37,5%), lengan atas kanan 4 orang (50%), punggung 7 orang (87,5%), pinggang 8 orang (100%), bokong 6 orang (75%), pantat 5 orang (62,5%), siku kanan 1 orang (12,5%), lengan bawah kiri 2 orang
(25%), lengan bawah kanan 3 orang (37,5%), pergelangan tangan kiri 2 orang (25%), pergelangan tangan kanan 3 orang (37,5%), tangan kiri 3 orang (37,5%), tangan
kanan 4 orang (50%), paha kiri 3 orang (37,5%), paha kanan 3 orang (37,5%), lutut kiri 4 orang (50%), lutut kanan 4 orang (50%), betis kiri 2 orang (25%), betis kanan 1 orang (12,5%), pergelangan kaki kanan 1 orang (12,5%), kaki kiri 2 orang (25%),
kaki kanan 3 orang (37,5%).
12. Siku Kanan 1 14,29 6 85,71 7 100
25. Pergelangan kaki
kiri
3 42,86 4 57,14 7 100
26. Pergelangan Kaki
Kanan
2 28,57 5 71,43 7 100
27. Kaki Kiri 5 71,43 2 28,57 7 100
28. Kaki Kanan 5 71,43 2 28,57 7 100
Berdasarkan tabel 4.6. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian
atasan pada proses penjahitan yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 5 orang (71,33%), leher bawah 5 orang (71,33%), bahu kanan 4 orang
(57,14%), bahu kiri 5 orang (71,33%), lengan atas kiri 2 orang (28,57%), lengan atas kanan 2 orang (28,57%), punggung 7 orang (100%), pinggang 7 orang (100%), bokong 6 orang (85,71%), pantat 6 orang (85,71%), siku kiri 1 orang (14,29%), siku
kanan 1 orang (14.29%), lengan bawah kiri 1 orang (14,29%), lengan bawah kanan 1 orang (14,29%), pergelangan tangan kiri 2 orang (28,57%), pergelangan tangan kanan
(57,14%), lutut kanan 4 orang (57,14%), betis kiri 5 orang (71,33%), betis kanan 5
orang (71,33%), pergelangan kaki kiri 3 orang (42,86%), pergelangan kaki kanan 2 orang (28,57%), kaki kiri 5 orang (71,33%), kaki kanan 5 orang (71,33%).
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Atasan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
22. Lutut
Berdasarkan tabel 4.7. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian atasan yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 10 orang (66,67%), leher bawah 10 orang (66,67%), bahu kanan 9 orang (60%), bahu kiri 10
orang (66,67%), lengan atas kiri 5 orang (33,33%), lengan atas kanan 6 orang (40%), punggung 14 orang (93,33%), pinggang 15 orang (100%), bokong 12 orang (80%),
pantat 11 orang (73,33%), siku kiri 1 orang (6,67%), siku kanan 2 orang (13,33%), lengan bawah kiri 3 orang (20%), lengan bawah kanan 4 orang (26,67%), pergelangan tangan kiri 4 orang (26,67%), pergelangan tangan kanan 5 orang
(33,33%), tangan kiri 6 orang (40%), tangan kanan 7 orang (46,67%), paha kiri 7 orang (46,67%), paha kanan 7 orang (46,67%), lutut kiri 8 orang (53,33%), lutut kanan 8 orang (53,33%), betis kiri 7 orang (46,67%), betis kanan 6 orang (40%),
4.7. Keluhan Kesehatan Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan 4.7.1. Keluhan Kesehatan Terkait Sikap Kerja
Untuk mengetahui keluhan kesehatan pekerja terkait otot skeletal
menggunakan kuesioner nordic body map yang ditanyakan sesaat setelah bekerja. Hasil wawancara yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut :
22. Lutut Kanan 2 33,33 4 66,67 6 100
23. Betis Kiri 2 33,33 4 66,67 6 100
24. Betis Kanan 3 50 3 50 6 100
25. Pergelangan kaki
kiri
1 16,67 5 83,33 6 100
26. Pergelangan Kaki
Kanan
1 16,67 5 83,33 6 100
27. Kaki Kiri 4 66,67 2 33,33 6 100
28. Kaki Kanan 4 66,67 2 33,33 6 100
Berdasarkan tabel 4.8. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian
bawahan pada proses pengeleman yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 4 orang (66,67%), leher bawah 4 orang (66,67%), bahu kanan 1 orang
(16,67%), bahu kiri 1 orang (16,67%), lengan atas kiri 2 orang (33,33%), lengan atas kanan 2 orang (33,33%), punggung 6 orang (100%), pinggang 6 orang (100%), bokong 3 orang (50%), pantat 3 orang (50%), lengan bawah kiri 1 orang (16,67%),
lengan bawah kanan 1 orang (16,67%), pergelangan tangan kiri 3 orang (50%), pergelangan tangan kanan 4 orang (66,67%), tangan kiri 4 orang (66,67%), tangan
kanan 5 orang (83,33%), paha kiri 2 orang (33,33%), paha kanan 2 orang (33,33%), lutut kiri 2 orang (33,33%), lutut kanan 2 orang (33,33%), betis kiri 2 orang (33,33%), betis kanan 3 orang (50%), pergelangan kaki kiri 1 orang (16,67%),
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Proses Pemasangan Tapak Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
25. Pergelangan kaki
kiri
3 25 9 75 12 100
26. Pergelangan Kaki
Kanan
3 25 9 75 12 100
27. Kaki Kiri 4 33,33 8 66,67 12 100
Berdasarkan tabel 4.9. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian
bawahan pada proses pemasangan tapak yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 9 orang (75%), leher bawah 9 orang (75%), bahu kanan 7 orang
(58,33%), bahu kiri 7 orang (58,33%), lengan atas kiri 9 orang (75%), lengan atas kanan 9 orang (75%), punggung 11 orang (91,67%), pinggang 11 orang (91,67%), bokong 7 orang (58,33%), pantat 7 orang (58,33%), siku kiri 4 orang (33,33%), siku
kanan 4 orang (33,33%), lengan bawah kiri 4 orang (33,33%), lengan bawah kanan 4 orang (33,33%), pergelangan tangan kiri 4 orang (33,33%), pergelangan tangan kanan
4 orang (33,33%), tangan kiri 7 orang (58,33%), tangan kanan 7 orang (58,33%), paha kiri 5 orang (41,67%), paha kanan 6 orang (50%), lutut kiri 5 orang (41,67%), lutut kanan 5 orang (41,67%), betis kiri 4 orang (41,67%), betis kanan 2 orang
(16,67%), pergelangan kaki kiri 3 orang (25%), pergelangan kaki kanan 3 orang (25%), kaki kiri 4 orang (33,33%), kaki kanan 4 orang (33,33%).
9. Bokong 3 42,86 4 57,14 7 100
25. Pergelangan kaki
kiri
2 28,57 5 71,33 7 100
26. Pergelangan Kaki
Kanan
2 28,57 5 71,33 7 100
27. Kaki Kiri 3 42,86 4 57,14 7 100
28. Kaki Kanan 4 57,14 3 42,86 7 100
Berdasarkan tabel 4.10. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian
bawahan pada proses pemasangan kayu yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 6 orang (85,71%), leher bawah 5 orang (71,33%), bahu kanan 5
orang (71,33%), bahu kiri 5 orang (71,33%), lengan atas kiri 3 orang (42,86%), lengan atas kanan 3 orang (42,86%), punggung 5 orang (71,33%), pinggang 7 orang (100%), bokong 3 orang (42,86%), pantat 4 orang (57,14%), siku kiri 3 orang
(42,86%), siku kanan 3 orang (42,86%), lengan bawah kiri 3 orang (42,86%), lengan bawah kanan 3 orang (42,86%), pergelangan tangan kiri 2 orang (28,57%),
kanan 5 orang (71,33%), paha kiri 3 orang (42,86%), paha kanan 3 orang (42,86%),
lutut kiri 3 orang (42,86%), lutut kanan 3 orang (42,86%), betis kiri 1 orang (14,29%), betis kanan 1 orang (14,29%), pergelangan kaki kiri 2 orang (28,57%),
pergelangan kaki kanan 2 orang (28,57%), kaki kiri 3 orang (42,86%), kaki kanan 4 orang (57,14%).
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pekerja Pembuat Sandal Bagian Bawahan Menurut Keluhan Kesehatan Yang Dialami Pada Oleh Pekerja di Kelurahan Tegal Sari II Medan Tahun 2009.
Kanan
Berdasarkan tabel 4.11. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian bawahan yang mengalami keluhan kesehatan pada leher atas sebanyak 19 orang (76%), leher bawah 18 orang (72%), bahu kanan 13 orang (52%), bahu kiri 13 orang
(52%), lengan atas kiri 14 orang (56%), lengan atas kanan 14 orang (56%), punggung 22 orang (88%), pinggang 24 orang (96%), bokong 13 orang (52%), pantat 14 orang
(56%), siku kiri 7 orang (28%), siku kanan 7 orang (28%), lengan bawah kiri 8 orang (32%), lengan bawah kanan 8 orang (32%), pergelangan tangan kiri 9 orang (36%), pergelangan tangan kanan 12 orang (48%), tangan kiri 16 orang (64%), tangan kanan
17 orang (68%), paha kiri 10 orang (40%), paha kanan 11 orang (44%), lutut kiri 10 orang (40%), lutut kanan 10 orang (40%), betis kiri 7 orang (28%), betis kanan 6
orang (24%), pergelangan kaki kiri 6 orang (24%), pergelangan kaki kanan 6 orang (24%), kaki kiri 11 orang (44%), kaki kanan 12 orang (48%). Berdasarkan tabel 4.6. diatas diketahui bahwa pekerja pembuat sandal bagian bawahan yang mengalami