• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tipe Stroke Dengan Abnormalitas Gambaran Elektro Kardiografi Pada Penderita Stroke Akut Yang Dirawat 01 RSUP. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tipe Stroke Dengan Abnormalitas Gambaran Elektro Kardiografi Pada Penderita Stroke Akut Yang Dirawat 01 RSUP. H. Adam Malik Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TIPE STROKE DENGAN ABNORMALITAS

GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAFI PADA

PENDERITA STROKE AKUT YANG DIRAWAT

01 RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

OLEH

CUT ARIA ARINA

Nemer Register CHS : 14229

PROGRAM STUDIILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

RSUP H. ADAM MALIK

ME DAN

2006

J

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

ABSTRAK

Latar Belakang: Pada kebanyakan negara - negara industri, penyakit jantung

dan serebrovaskular masih merupakan penyebab morbiditas, kecacatan dan

kematian terbanyak. Penderita stroke mengalami peningkatan resiko mengalami

perubahan gambaran elektrokardiografl (EKG). Resiko terpenting dari perubahan

ini adalah terjadinya peningkatan resiko kematian tiba - tiba.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, berlangsung dari

Desember 2005 sampai Maret 2006 di Departemen Neurologi, Fakultas

Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan. Diagnosa stroke ditegakkan

berdasarkan anamnese, pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan neurologis dan

neuroimaging. Pemeriksaan elektrokardiografi dilakukan satu kali pada fase akut

stroke.

Hasll: Dua puluh tUjuh orang penderita stroke dan 27 orang individu kontrol

diteliti pada penelitian ini, yang terdiri dari 15 orang (55,6%) laki - laki and 12

orang (44,4%) perempuan, rerata umur 58 tahun. Pada kelompok penderita

stroke, tipe stroke yang terbanyak adalah stroke iskemik (SI)

「・

セオ

ュャ。。

17 orang

(62,9%), perdarahan intra· serebraf (PIS), 7 orang (25,9%), perdarahan

subarakhnoid (PSA), 3 orang (11,1 %). Dijumpai perbedaan yang bermakna

antara gambaran EKG normal dan abnormal antara kelompok penderita stroke

dengan kelompok kontrol (p=O,012). Tidak dijumpai perbeclaan yang bermakna

antara gambaran EKG normal dan abnormal pada individu dengan dan tanpa

faktor resiko.

Keslmpulan: Tidak dijumpai hUbungan yang signifikan antara abnormalitas

gambaran EKG dengan tipe stroke.

Kata

kunci:

Penyakit

serebrovaskular,

elektrokardiografi,

perdarahan

subarakhnoid, perdarahan intraserebral, stroke iskemik

xiv

(17)

ABSTRACT

Background: Cerebrovascular disease dan heart disease are still major causes

of morbidity, disability and death in most industrialised countries. After a stroke

patients are at increased risk of developing electrocardiographic changes. The

most important consequence of these changes ls an increased susceptibility to

sudden death.

Methods: This was cross sectional study, conducted from December 2005 to

March 2006 in Department of Neurology, School of Medicine, University of

Sumatera Utara, Medan. The diagnosis of stroke was based on patient history,

general

and

neurological

physical

・ ク 。ュゥョ。 エ ゥッョ セ ~

and

neuroimaging.

Electrocardiographic examination was done once

at

the acute phase

of

stroke.

Results: Twenty seven stroke patients and 27 controls were inclUded in this

study. They were consisted of 15 (55,6%) male and 12 (44,4%) female, mean of

age was 58 years old. In stroke patients the most common type of stroke was

ischaemic stroke, was found in 17 patients (62,9%), intracerebral hemorrhage in

7 patients (25,9%), subarakhnoid hemorrhage in 3 patients (11,1%). There was

significant difference between normal and abnormal electrocardiography in

stroke patients and controls (p=0,012). There were no significant difference

between normal and

abnormal

electrocardiography in individu

with

and without

risk factors.

Conclusion: There were no significant difference between abnormality of the

electrocardiography and the

type

of stroke

Keywords:

Cerebrovascular

disease,

electrocardiography,

subarachnoid

hemorrhage, intracerebral hemorrhage, ischaemic stroke

xv

(18)

1

BABI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak yang ketiga di

Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker, demikian juga di

berbagai negara di

dunia

(Hacke dkk, 2003; Blecic, 2001; Sacco, 2001;

Caplan, 2000; James dkk, 2000).

Oi Indonesia, menurut

Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1995, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecacatan yang utama yang harus ditangani segera, tepat dan cermat

(Kelompok Studi Serebrovaskuler dan

Neurogeriatri

Perdossi,1999).

Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat

dengan bertambahnya usia dan merupakan penyebab kecacatan yang

utama diantara semua orang dewasa dan kecacatan yang memerlukan

fasilitas perawatan jangka panjang diantara populasi usia tua (Johnson

dan Kubal, 1999; Adam dan Victor, 2001; Gilroy, 2000; Hacke dkk, 2003).

Sekitar 20% penderita stroke yang selamat membutuhkan perawatan di

rumah sakit dan 15% fainnya membutuhkan bantuan untuk melakukan

aktifitas sehari - hari (Kapral dkk, 1999).

Berbagai komplikasi dapat terjadi setelah serangan stroke, salah

satu diantaranya adalah komplikasi kardiovaskular (Adams dkk, 1998).

Guideline

stroke secara seragam merekomendasikan bahwa pada

(19)

2

penderita stroke akut harus dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi

(EKG) (Adams dkk, 2003; Khechinashvili dan Asplund, 2002).

Moons dkk (2002) menyatakan bahwa penyakit jantung dan

penyakit serebrovaskular masih merupakan penyebab utama morbiditas,

disabilitas dan kematian pada kebanyakan negara industri.

EKG merupakan alat yang sederhana, sangat berguna dan

tersedia untuk mendiagnosa kelainan jantung (Mieghem dkk, 2004; Okin

dkk, 2004). EKG yang dilakukan segera setelah penderita tiba di rumah

sakit dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki resiko

tinggi yang memerlukan penanganan segera (Savonitto dkk, 2005).

James dkk (2000) 'menyatakan bahwa setelah stroke, penderita

mengalami peningkatan resiko untuk mengalami perubahan gambaran

EKG, aritmia dan kerusakan miokard.

Kerusakan

miokard

yang

terjadi

sehubungan

dengan

lesi

intraserebral merupakan fenomena yang sering dibicarakan. Pada

kebanyakan kasus, kerusakan miokard ini bersifat sementara ditandai

dengan adanya perbaikan klinis,

echocardiography

dan histologi dalam

waktu 2 minggu setelah adanya lesi intraserebral akut (Raymer dan Choi,

1997).

Banyak klinisi yang berhati - hati dengan perubahan gambaran

EKG yang sering terjadi pada penderita dengan lesi intraserebral.

Fenomena ini terjadi pada 50-90% penderita dengan lesi intraserebral

(Raymer dan Choi,1997)

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)

Referensi

Dokumen terkait

penulisan artikel, hanya sumber--sumber yang sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar pustaka?. digunakan yang dimuat dalam

[r]

Oleh sebab itu di samping model pembelajaran yang cocok dan proses pembelajaran yang benar perlu ada sistem penilaian yang baik dan terencana (Surapranata, 2005: 1)...

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan penulis di dapat hasil sebagai berikut: selama kehamilan trimester III pada UK 28 minggu ibu dengan Kekurangan Energi Kronis

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Dharampal, dkk, 2012) peran orang tua berperan aktif dalam memberikan bimbingan tentang pendidikan menstruasi melalui

Kutipan yang diambil dari naskah yang merupakan kutipan dari suatu sumber lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, di kutip dengan menyebutkan nama penulis asli dan

Figure 3: Time series of reference BA areas derived from multitemporal pairs of Landsat TM/ETM+ images for the study sites International Archives of the Photogrammetry, Remote

Meski pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) telah menjadi prioritas kebijakan dalam pe- mantapan kawasan hutan, di tingkat tapak pem- bentukan wilayah KPH masih