• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES

DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA

PEKANBARU TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

FRENKI NIM. 091000205

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES

DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA

PEKANBARU TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FRENKI NIM. 091000205

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES DAN TINJAUAN SANITASI

LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA PEKANBARU TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

FRENKI NIM. 091000205

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 November 2011

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Evi Naria, M.Kes dr.Devi Nuraini Santi,M.Kes NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 1970219 199802 2 001

Penguji II Penguji III

DR.dr.Wirsal Hasan,MPH DR.Dra.Irnawati Marsaulina,MS NIP. 19491119 198701 1 001 NIP. 196550 199403 2 002

Medan, November 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei

yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit scabies disebut kutu badan.Skabies mudah menyebar baik secara kontak langsung dengan penderita maupun secara tidak langsung melalui pakaian, sprei, handuk, bantal ataupun kasur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri ( kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk, tempat tidur dan sprei) dengan kejadian skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru tahun 2011.

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain case control. Populasi penelitian adalah kasus yaitu santri yang menderita scabies sebanyak 36 orang dan control adalah santri yang tidak menderita scabies sebanyak 36 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian (p=0,025), kebersihan kulit (p=0,000), kebersihan tangan dan kuku (p=0,029), kebersihan genitalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034), kebersihan tempat tidur dan sprei (p=0,000) dengan kejadian scabies.Keadaan fisik lingkungan asrama santri meliputi kelembaban, ventilasi, pencahayaan,100% memenuhi syarat dan kepadatan hunian ruang tidur 80.0% padat dan 20.0% tidak padat.Sanitasi dasar meliputi air bersih, sarana pembuangan limbah, jamban dan sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi pondok pesantren dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan di pondok pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru dan bagi santri agar perlu meningkatkan kebersihan diri dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit menular scabies.

(5)

ABSTRACT

Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a mite belongs to the class of Arachnida. This mite is very small and can only be seen through a microscope. Scabies is also called body lice. Scabies spreads easily either through a direct contact with the patient (sufferer) or indirect contact through clothing, bed linen, towels, pillows or mattresses.

The purpose of this analytical survey study with case-control design was to analyze the relationship between personal hygiene of santri (cleanliness of clothing, skin, hands and nails, genitalia, towels, bed and bed linen) and the incident of scabies based on a review of environmental sanitation in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru in 2011.

The populations of this study were 36 santris suffering from scabies and the control group comprised 36 santris who were not suffering from scabies.

The result of this study showed that there was a significant relationship between cleanliness of clothing (p = 0.025), skin (p = 0.000), hands and nails (p = 0.029), genitalia (p = 0.000), towels (p = 0.034), bed and bed linen (p = 0.000) and the incident of scabies. The physical environment of the dormitory for the santris including humidity, ventilation, and lighting has met the standard requirement (100%), the bedrooms was 80% densely occupied and 20% less densely occupied. The sanitation including clean/drinking water, waste disposal facility, latrines and garbage disposal facility belongs to the unhealthy category.

The management of the Pondok Pesantren is suggested to provide further information about the incident of scabies through extension and training to the health workers working in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru, and the santris need to improve their self-hygiene and to maintain the cleanliness of their environment in order to be avoided from the infectious disease of scabies.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Frenki

Tempat/Tanggal Lahir : Benai / 15 Januari 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Komp.Villa Taman Raya Raudha Blok E/19 Kel. Delima Kec. Tampan kota Pekanbaru

RIWAYAT PENDIDIKAN :

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr . dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagi pembimbing I (satu) penyusunan skripsi ini.

(8)

Terimakasih penulis ucapkan kepada Pimpinan Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru yang telah memberi izin penelitian dan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua, abang dan teman-teman seperjuangan yang telah memberi motivasi serta dukungan doa dan kasih sayang kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan sekripsi ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skrisi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, November 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Personal Hygiene ... 8

2.1.2 Kebutuhan Personal Hygiene ... 11

2.1.3 Kebersihan Diri ... 11

2.2 Penyakit Kulit Infeksi ... 12

2.2.1 Pengertian Skabies ... 12

2.2.2 Etiologi ... 13

2.2.3 Patogenesis... 14

2.2.4 Cara Penularan ... 15

2.2.5 Gejala Klinis ... 16

2.2.6 Klasifikasi Skabies ... 17

2.2.7 Pengobatan Skabies ... 19

2.2.8 Prognosis ... 19

2.3 Lingkungan ... 20

2.4 Hygiene Dan Saniatasi Lingkungan... 20

2.5 Kondisi Fisik Rumah ... 24

2.5.1. Ventilasi ... 24

2.5.2. Kelembaban ... 25

2.5.3. Pencahayaan ... 25

2.5.4. Kepadatan Penghuni ... 26

(10)

2.7. Kerangka Konsep ... 28

2.8. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Tempat Penelitian... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1. Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1. Data Primer ... 31

3.4.2. Data Sekunder ... 31

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.5.1. Variabel Independen ... 31

3.5.2. Definisi Dependen ... 32

3.6. Aspek Pengukuran ... 34

3.7. Metode Analisa Data... 39

3.7.1 Analisa Univariat ... 39

3.7.2 Analisa Bivariat... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Pesantren ... 40

4.1.1. Lokasi ... 40

4.1.2. Sarana dan Prasarana ... 40

4.2 Analisis Univariat ... 41

4.3.Analisis Bivariat ... 56

4.4.Gambaran Kondisi Fisik Asrama santri ... 56

4.5 Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren ... 61

BAB V PEMBAHASAN 5.1.Gambaran Karakterisitik Responden ... 63

5.2.Hubungan Kebersihan Kulit dengan Kejadian Skabies ... 64

5.3.Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan kejadian Skabies... 65

5.4 Hubungan Kebersihan Genitalia dengan kejadian Skabies ... 66

5.5. Hubungan Kebersihan Pakaian dengan Kejadian Skabies ... 67

5.6. Hubungan Kebersihan Handuk dengan Kejadian Skabies ... 68

(11)

5.8. Gambaran Sanitasi Asrama Pesantren ... 70

5.8.1. Kelembaban ... 70

5.8.2. Ventilasi ... 70

5.8.3. Pencahayaan... 71

5.8.4. Kepadatan Penghuni ... 72

5.9. Gambaran Sanitasi Dasar Pesantren ... 73

5.9.1. Sarana Air Bersih ... 73

5.9.2. Jamban ... 75

5.9.3. Sarana Pembuangan Air Limbah ... 76

5.9.4. Sarana Pembuangan Sampah ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN Kuesioner

Lembar Observasi Master Data

Output Hasil Penelitian

Surat Balasan Peneltian dari Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru Surat Permohonan izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden pada pesantren Darel Hikmah kota

Pekanbaru ... 41 Tabel 4.2 Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel Hikmah

kota Pekanbaru ... 42 Tabel 4.3 Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Responden pada pesantren

Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 44 Tabel 4.4 Distribusi Kebersihan Genitalia Responden pada pesantren Darel

Hikmah kota Pekanbaru ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Kebersihan Pakaian responden pada pesantren Darel

Hikmah Kota Pekanbaru ... 48

Tabel 4.6 Distribusi Kebersihan Handuk responden berdasarkan pada pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 50

Tabel 4.7 Distribusi Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei responden berdasarkan Kasus dan Kontrol pada pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 52

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene santri pada pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 54

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Santri pada Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru ... 56

Tabel 4.10 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kelembaban pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru ... 59

Tabel 4.11 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Ventilasi pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru ... 60

(13)

Tabel 4.13 Distribusi Bangunan Fisik Ruangan tidur Berdasarkan Kepadatan Hunian Ruang Tidur pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru . 61

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei

yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit scabies disebut kutu badan.Skabies mudah menyebar baik secara kontak langsung dengan penderita maupun secara tidak langsung melalui pakaian, sprei, handuk, bantal ataupun kasur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri ( kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk, tempat tidur dan sprei) dengan kejadian skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru tahun 2011.

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain case control. Populasi penelitian adalah kasus yaitu santri yang menderita scabies sebanyak 36 orang dan control adalah santri yang tidak menderita scabies sebanyak 36 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian (p=0,025), kebersihan kulit (p=0,000), kebersihan tangan dan kuku (p=0,029), kebersihan genitalia (p=0,000), kebersihan handuk (p=0,034), kebersihan tempat tidur dan sprei (p=0,000) dengan kejadian scabies.Keadaan fisik lingkungan asrama santri meliputi kelembaban, ventilasi, pencahayaan,100% memenuhi syarat dan kepadatan hunian ruang tidur 80.0% padat dan 20.0% tidak padat.Sanitasi dasar meliputi air bersih, sarana pembuangan limbah, jamban dan sarana pembuangan sampah termasuk kategori tidak sehat.

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan bagi pondok pesantren dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang kejadian scabies melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan di pondok pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru dan bagi santri agar perlu meningkatkan kebersihan diri dan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyakit menular scabies.

(16)

ABSTRACT

Scabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, a mite belongs to the class of Arachnida. This mite is very small and can only be seen through a microscope. Scabies is also called body lice. Scabies spreads easily either through a direct contact with the patient (sufferer) or indirect contact through clothing, bed linen, towels, pillows or mattresses.

The purpose of this analytical survey study with case-control design was to analyze the relationship between personal hygiene of santri (cleanliness of clothing, skin, hands and nails, genitalia, towels, bed and bed linen) and the incident of scabies based on a review of environmental sanitation in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru in 2011.

The populations of this study were 36 santris suffering from scabies and the control group comprised 36 santris who were not suffering from scabies.

The result of this study showed that there was a significant relationship between cleanliness of clothing (p = 0.025), skin (p = 0.000), hands and nails (p = 0.029), genitalia (p = 0.000), towels (p = 0.034), bed and bed linen (p = 0.000) and the incident of scabies. The physical environment of the dormitory for the santris including humidity, ventilation, and lighting has met the standard requirement (100%), the bedrooms was 80% densely occupied and 20% less densely occupied. The sanitation including clean/drinking water, waste disposal facility, latrines and garbage disposal facility belongs to the unhealthy category.

The management of the Pondok Pesantren is suggested to provide further information about the incident of scabies through extension and training to the health workers working in the Pesantren Darel Hikmah, the city of Pekanbaru, and the santris need to improve their self-hygiene and to maintain the cleanliness of their environment in order to be avoided from the infectious disease of scabies.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat.Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2004)

(18)

Menurut H.L.Blum (1974), dalam buku Soekidjo (2003) menjelaskan bahwa derajat kesehatan di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan prilaku adalah merupakan factor yang mempunyai pengaruh paling besar yang merugikan kesehatan masyarakat, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat di bidang kesehatan dan ekonomi.

(19)

Pesantren atau Pondok Pesantren adalah sekolah Islam berasrama (Islamic

boarding school) dan pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak

ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum. Para pelajar pesantren disebut sebaga disediakan oleh pesantren. Selama tinggal berpisah dengan orang tua maka santri akan tinggal bersama-sama dengan teman-teman dalam satu asrama, kehidupan berkelompok yang akan dijalani dengan berbagai macam karakteristik para santri dan dalam kehidupan berkelompok masalah yang dihadapi adalah pemeliharaan kebersihan, yaitu kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan lingkungan dan kebersihan pakaian (Badri, 2008).

Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri (Depkes, 2007). Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk (Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)

(20)

pakaian, handuk, dan perlengkapan pribadi meningkatkan risiko penularan (Badri, 2008).

Kejadian penyakit skabies disebuah pondok pesantren di jakarta mencapai 78,70%, dikabupaten Pasuruan kejadian penyakit skabies sebesar 66,70% (Depkes, 2000). Kejadian penyakit skabies tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian penyakit skabies di negara berkembang yang hanya 6-27% atau prevalensi penyakit skabiesdi Indonesia sebesar 4,60-12,95% saja (Notobroto, 2005).

Data yang diperoleh dari Poliklinik Pesantren Darel Hikmah tiap tahunnya angka kejadian penyakit scabies pada santri tetap terjadi dari tahun ke tahun (Ponpes, 2010). Terdapat kejadian penyakit scabies 86 kasus pada tahun 2008, dan 98 kasus pada tahun 2009, serta 115 kasus pada tahun 2010 dari 474 santri.

1.2.Perumusan Masalah

(21)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dan tinjauan sanitasi lingkungan Pondok Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan kulit santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

b. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan tangan dan kuku santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

c. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan genitalia santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

d. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan pakaian santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

e. Untuk megetahui Hubungan kebersihan handuk santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

f. Untuk mengetahui Hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

g. Untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi skabies

(22)
(23)

1.4. Manfaat Penelitian a.Bagi Peneliti

Dapat memberikan suatu masukan yang berkaitan dengan penyakit kulit infeksi seperti scabies dan meningkatkan pengetahuan terhadap pola pencegahan penyakit kulit infeksi

b.Bagi Santri

(24)

BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

2.1. Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008).

Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003).

(25)

Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000)

Usaha – usaha itu adalah : a.Kebersihan Kulit

Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003)

Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasitadalah Skabies( DJuanda, 2000).

(26)

menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006). b.Kebersihan tangan dan kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.2). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).

c. Kebersihan Genitalia

(27)

ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).

2.1.1. Kebutuhan Personal Hygiene

Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang di perhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum ( Tarwoto & Wartonah, 2003).

2.1.2. Kebersihan diri

Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai berikut :

(28)

b) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.

c) Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi sumber infeksi.

d) Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih dengan sabun/ detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di setrika (Wolf, 2000)

2.2 Penyakit Kulit Infeksi

Penyakit kulit infeksi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh karena

parasit,contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu Skabies, Pedikulosis,

Creeping Eruption (Arif, M, dkk, 2000)

2.2.1 Pengertian Skabies

(29)

kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).

2.2.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,

superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara

morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata.

Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron,

sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat

untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,

sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

keempat berakhir dengan alat perekat.

(30)

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang

terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam

terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan

sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .

Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3

pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan

betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk

dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).

2.2.3 Patogenesis.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi

kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang

terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan

waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas

dari lokasi tungau (Handoko,2001)

2.2.4 Cara Penularan.

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak

(31)

dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan

penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan

orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan

melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan

lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu

tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak

kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam

melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan

kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air

bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita

jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada

(Benneth, 1997).

Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur

yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas

asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh

masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak

langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum

yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).

2.2.5 Gejala Klinis Skabies

(32)

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

(33)
[image:33.612.166.478.81.358.2]

Gambar 2. Ruam Pada Skabies

2.2.6 Klasifikasi Skabies

(34)

gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.(d). Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies. (e).Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun selular. (f). Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (g). Skabies krustosa ( Norwegian Scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei

di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes

dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan

penderita imunosupresif (Emier, 2007). 2.2.7 Pengobatan Skabies

(35)

air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).

2.2. 8 Prognosis.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan

memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000 ).

2.3 Lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan

berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan asrama dari sampah (Ponpes, 2008).

(36)

menggantung pakaian di kamar, tidak dibawah terik matahari, dan saling bertukar pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)

2.4Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi,social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi :

a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun kwantitasnya.

b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah

c. Mendirikan rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah-rumah tangga yang sehat.

d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk (Entjang, 2000)

Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada factor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 1986).

(37)

a.Penyediaan air Bersih

Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan seperti :

a. Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

b. Syarat Bakteriologis : Air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.

c. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia (Notoatmodjo, 2003).

(38)

b.Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman ( Dirjen P2M & PL, 1998).

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare, cholera, dysentri, ascariasis, dan sebagainya.kotoran manusia merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran pernafasan.

c.Pengelolaan Sampah

Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali bungan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000)

Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus memenuhi criteria sebagai berikut :

1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup

2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup

(39)

4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu

5. Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

d.Pengelolaan Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industry dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).

Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk SPAL tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka. Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vector dan bernilai negative dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

2.5Kondisi Fisik Rumah 2.5.1. Ventilasi

(40)

Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian udara didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai (Soejadi,2003).

2.5.2 Kelembaban

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tentang persyaratan kesehatan rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dpersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.

Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikur berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan tungau

Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai

pejamu baru (Soedjadi, 2003). 2.5.3. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).

(41)

khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah terutama ruangan tidur.

Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan (Kepmenkes RI,1999).

2.5.4. Kepadatan Penghuni

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).

Tingkat kepadatan penghuni di ponpes cenderung padat namun dalam batas toleransi persyaratan.Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak dari satu santri kepada santri lainnya (Soejadi, 2003).

Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari :

(42)

2.6. Pesantren

(43)

2.7. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Personal Hygiene Santri 1. Kebersihan Kulit 2. Kebersihan Tangan

dan Kuku. 3. Kebersihan Genitalia. 4. Kebersihan Pakaian 5. Kebersihan Handuk

6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies

Sanitasi Lingkungan Pesantren

1. Kelembaban 2. Ventilasi 3. Pencahayaan 4. Kepadatan Hunian

(44)

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

2. Ada hubungan Kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

3. Ada hubungan kebersihan genitalia dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

4. Ada Hubungan Kebersihan Pakaian dengan kejadian penyakit kulit infeksi pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

5. Ada hubungan Kebersihan handuk dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan adalah jenis survey analitik dengan desain Case control study yaitu untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies dan tinjauan sanitasi lingkungan Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada Pondok Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2011

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

a. Kasus adalah semua santri yang menderita skabies Kelas II dan III Tsanawiyah berdasarkan diagnosis rekam medik periode januari – Mei 2011 b. Kontrol adalah semua santri yang tidak menderita skabies Kelas II dan III

tsanawiyah dan tidak satu asrama dengan penderita skabies. 3.3.2 Sampel

(46)

b. Kontrol adalah santri yang berada dalam pesantren namun tidak menderita penyakit scabies dalam penelitian ini diambil sesuai dengan jumlah kasus yaitu 36 orang, kemudian dilakukan matching (umur, kelas,dan jenis kelamin)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer berupa personal hygiene santri dan sanitasi lingkungan pesantren dari peninjauan langsung pada objek penelitian yaitu kelapangan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data poliklinik dari pesantren yang terkait dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene dan sanitasi lingkungan pesantren yang dilihat dari kebersihan kulit,kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan pakaian, handuk, tempat tidur dan sprei, penyediaan air bersih, sarana pembuangan limbah, sarana pembuangan kotoran, pengelolaan sampah, ventilasi, kelembaban, pencahayaan dan kepadatan hunian kamar.

3.5.2 Variabel Dependen

(47)

3.5.3 Definisi Operasional

1. Personal hygiene adalah kebersihan pribadi seorang individu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatannya.

2. Kebersihan kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit

3. Kebersihan tangan dan kuku adalah prilaku individu dalam menjaga kebersihan tangan dan kuku seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah kekamar mandi, serta memotong kuku agar tetap pendek.

4. Kebersihan genitalia adalah prilaku santri dalam mejaga kebersihan genetalia dengan cara membersihkan dan mengganti celana dalam

5. Kebersihan pakaian adalah prilaku santri dalam mengganti pakaian serta mencuci pakaian

6. Kebersihan handuk adalah prilaku santri berdasarkan frekuensi mencuci handuk dan menjemurnya.

7. Kebersihan tempat tidur dan sprei adalah prilaku santri berdasarkan frekuensi menjemur kasur dan bantal, mengganti sprei dan sarung bantal.

8. Kelembaban adalah keadaan lembab dalam ruangan yang berkisar 40%-70% diukur dengan alat Hygrometer.

9. Ventilasi adalah luas penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

(48)

11. Kepadatan hunian ruangan tidur adalah luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang (Permenkes No.829/Menkes/SK/II/1999).

12. Penyediaan air bersih merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi syarat fisik, biologi, dan kimia

13. Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk menampung kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu.

14. Sampah merupakan suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan aktivitas manusia yang tidak terpakai lagi.

15. Air limbah merupakan adalah sisa air yang dibuang berasal dari rumah tangga dan industri.

(49)

3.6 Aspek pengukuran 1. Kebersihan Kulit

Pengukuran variabel Kebersihan kulit didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 2. Kebersihan Tangan dan Kuku

Pengukuran variabel Kebersihan tangan dan kuku didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 3. Kebersihan Genitalia

Pengukuran variabel Kebersihan genitalia didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

(50)

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 4. Kebersihan Pakaian

Pengukuran variabel Kebersihan Pakaian didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 5. Kebersihan Handuk

Pengukuran variabel Kebersihan handuk didasarkan pada skala ukur ordinal dari 6 pertanyaan dengan total skor 12, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

(51)

a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 9

b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 – 74 % atau 5 – 8 c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau < 5 7. Kelembaban

Cara pengukuran dengan menggunakan alat yaitu hygrometer. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Tidak memenuhi syarat apabila < 40% atau > 70% 2. Memenuhi syarat apabila 40% - 70%

8. Ventilasi

Adapun pengukuran ventilasi dengan menggunakan meteran. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Tidak memenuhi syarat apabila < 10% dari luas lantai 2. Memenuhi syarat apabila ≥ 10% dari luas lantai

9. Pencahayaan

Adapun pengukuran pencahayaan adalah dengan melakukan observasi di dalam asrama. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Cukup, sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal

(52)

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Cara pengukuran dengan menggunakan meteran (observasi) dan dibandingkan dengan SK Menteri Kesehatan No.829/1999. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal dibagi dalam 2 kategori yaitu:

1. Padat < 4 meter persegi/penghuni

2. Tidak padat ≥ 4 meter persegi / penghuni

11. Penilaian sanitasi dasar lingkungan pesantren dengan mempergunakan Kepmenkes RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “sehat” apabila skor ≥ 334 dan “tidak sehat” apabila skor < 334

Adapun komponen yang dinilai pada lembar observasi dihitung berdasarkan nilai x bobot dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sarana air bersih yaitu ada,milik sendiri, tidak berbau,tidak berwarna, tidak berasa dengan skor 100

2. Jamban yaitu : ada,leher angsa, septic tank dengan skor 100

3. Sarana pembuangan air limbah yaitu ada, dialirkan keselokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut dengan skor 100

(53)

12. Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies

Kejadian scabies adalah santri yang menderita penyakit scabies di Pondok Pesantren Darel Hikmah selama 3 bulan terakhir yang tinggal di asrama berdasarkan rekam medis poliklinik pesantren dan pernah mendapat obat skabies.Didasarkan pada skala ukur ordinal dari 2 pertanyaan, alternatife jawaban ‘Ya’ diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol) kemudian dikategorikan sebagai berikut :

(54)

3.7 Metode Analisa Data 3.7.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel personal hygiene dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisa Bivariat

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru 4.1.1. Lokasi

Pesantren Darel Hikmah terletak dijalan raya HR.Subrantas/ jalan Manyar Sakti km 12 Kelurahan Simpang baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Lokasi Pesantren Darel Hikmah ditengah kota Pekanbaru yang relatif ramai dan berdekatan dengan UNRI (Universitas Riau) ± 300 meter dan UIN Suska (Universitas Islam Negeri) kurang lebih 500 meter.

Pesantren Darel Hikmah berdiri tahun 1987 dengan pendirinya adalah Bapak H.Abdullah, Dr. H. Satria Efendi M.Zein, (Dosen Pasca Sarjana UIN Sahid Jakarta).Luas seluruh bangunan 35. 325 m2.

4.1.2. Sarana dan Prasarana

No Fasilitas Jumlah Luas

1 Ruang Kelas Belajar 26 8 x 8

2 Ruang Komputer 1 8 x 8

3 Ruang Perpustakaan 1 5 x 6

4 Laboratorium IPA 1 8 x 8

5 Ruang Kepala Madrasah 1 3,5 x 3,5

6 Ruang Waka kurikulum 1 3,5 x 3,5

7 Ruang Wakakesiswaan 1 3,5 x 3,5

8 Ruang Guru 2 8 x 8

9 Ruang TU 1 3,5 X 3,5

10 Kamar Mandi WC guru 1 5 x 6

11 Kamar mandi WC Siswa 15 1,5 x 1

12 Ruang Ibadah Masjid 1 20 x 30

13 Asrama Putra 2 15 x 40

14 Asrama Putri 3 15 x 40

15 Ruang Tamu 1 2 x 3

16 Gedung Serbaguna 1 15 x 30

17 Klinik Kesehatan 1 8 x 8

18 Ruang Sanggar Seni 1 4 x 6

19 Kantin dan Rumah makan 2 8 x 8

(56)

4.2 Analisis Univariat

4.2.1. Analisis Univariat Karakteristik Responden

[image:56.612.119.494.235.452.2]

Adapun gambaran karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Distribusi Karakteristik

Responden

Jumlah (Orang)

Persentase (%) 1. Umur

12 – 13 tahun 40 55.6

14 -16 tahun 32 44.4

Total 72 100.0

2. Jenis Kelamin

Laki - laki 56 77.8

Perempuan 16 22.2

Total 72 100.0

3. Pendidikan

Kelas 2 MTs 40 55.6

Kelas 3 MTs 32 44.4

Total 72 100.0

(57)

4.2.2 Personal Hygiene Santri 4.2.2.1. Kebersihan Kulit

[image:57.612.122.517.235.639.2]

Adapun gambaran kebersihan kulit respoden pada peneltian ini dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Kulit Kontrol Kasus

1. Mandi 2x sehari Jumlah % Jumlah %

a. Ya 36 100 27 75.0

b. Tidak 0 0 9 25.0

Total 36 100 36 100

2. Mandi menggunakan sabun

a. Ya 36 100 36 100

b. Tidak 0 0 0 0

Total 36 100 36 100

3. Menggosok badan saat mandi

a. Ya 36 100 34 94.4

b. Tidak 0 0 2 5.6

Total 36 100 36 100

4. Menggunakan sabun sendiri

a. Ya 32 88.9 26 72.2

b. Tidak 4 11.1 10 27.8

Total 36 100 36 100

5. Mandi setelah olahraga

a. Ya 31 86.1 18 50.0

b. Tidak 5 13.9 18 50.0

Total 36 100 36 100

6. Teman pernah memakai sabun

a. Ya 21 58.3 26 72.2

b. Tidak 15 41.7 10 27.8

(58)
(59)

4.2.2.2. Kebersihan Tangan dan Kuku

[image:59.612.124.472.205.653.2]

Adapun gambaran kebersihan tangan dan kuku responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Kebersihan Tangan dan Kuku Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Tangan

Kuku

Kontrol Kasus

1. Mencuci tangan

setelah membersihkan tempat tidur

Jumlah % Jumlah %

a. Ya 34 94.4 35 97.2

b. Tidak 2 5.6 1 5.8

Total 36 100 36 100

2. Mencuci tangan

setelah membersihkan kamar mandi

a a. Ya 36 100 35 97.2

b. Tidak 0 0 1 5.8

Total 36 100 36 100

3. Memotong Kuku

sekali seminggu

a. Ya 20 55.6 9 25.0

b. Tidak 16 44.4 27 75.0

Total 36 100 36 100

4. Mencuci tangan

sesudah BAB/BAK pakai sabun

a. Ya 22 61.1 13 36.1

b. Tidak 14 38.9 23 63.9

Total 36 100 36 100

5. Mencuci tangan

setelah menggaruk badan

a. Ya 5 13.9 9 25.0

b. Tidak 31 86.1 27 75.0

Total 36 100 36 100

6. Menyikat kuku pakai

sabun

a. Ya 21 58.3 13 36.1

b. Tidak 15 41.7 23 63.9

(60)
(61)

4.2.2.3. Kebersihan Genitalia

[image:61.612.122.476.232.701.2]

Adapun gambaran kebersihan genitalia responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4 Distribusi Kebersihan Genitalia Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Genitalia Kontrol Kasus 1. Mengganti pakaian

dalam sesudah mandi

Jumlah % Jumlah %

a.Ya 30 83.3 19 52.8

b.Tidak 6 16.7 17 47.2

Total 36 100 36 100

2. Mencuci pakaian dalam

a.Ya 35 97.2 32 88.9

b.Tidak 1 2.8 4 11.1

Total 36 100 36 100

3. Membersihkan alat genital

a.Ya 36 100 32 94.4

b.Tidak 0 0 4 5.6

Total 36 100 36 100

4. Menjemur pakaian dalam dibawah terik matahari

a.Ya 16 44.4 11 30.6

b.Tidak 20 55.6 25 69.4

Total 36 100 36 100

5. Membersihakn alat genital sesudah BAB/BAK

a. Ya 35 97.2 32 88.9

b. Tidak 1 2.8 4 11.1

Total 36 100 36 100

6. Merendam pakain dalam disatukan sesama teman

a. Ya 1 2.8 3 8.3

b. Tidak 35 97.2 33 91.7

(62)
(63)

4.2.2.4. Kebersihan Pakaian

[image:63.612.122.473.204.644.2]

Adapun gambaran kebersihan pakaian responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini.

Tabel 4.5 Distribusi Kebersihan Pakaian Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011

No Kebersihan Pakaian Kontrol Kasus 1. Mengganti pakaian 2x

sehari

Jumlah % Jumlah %

a. Ya 28 77.8 21 58.3

b. Tidak 8 22.2 15 41.7

Total 36 100 36 100

2. Bertukar pakaian sesama teman

a. Ya 14 38.9 28 77.8

b. Tidak 22 61.1 8 22.2

Total 36 100 36 100

3. Mencuci pakaian

menggunakan detergen

a. Ya 35 97.2 33 91.7

b. Tidak 1 2.8 3 8.3

Total 36 100 36 100

4. Menyetrika baju

a. Ya 35 97.2 28 77.8

b. Tidak 1 2.8 8 22.2

Total 36 100 36 100

5. Merendam pakaian disatukan sesama teman

a. Ya 3 8.3 27 75.0

b. Tidak 33 91.7 9 25.0

Total 36 100 36 100

6. Menjemur pakaian dibawah terik matahari

a. Ya 32 88.9 8 22.2

b. Tidak 4 11.1 28 77.8

(64)
(65)

4.2.2.5. Kebersihan Handuk

[image:65.612.120.476.205.677.2]

Adapun gambaran kebersihan handuk responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Kebersihan Handuk Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Handuk Kontrol Kasus 1. Menggunakan Handuk

sendiri

Jumlah % Jumlah %

a. Ya 30 83.3 14 38.9

b. Tidak 6 16.7 22 61.1

Total 36 100 36 100

2. Menjemur handuk setelah mandi

a. Ya 30 83.3 16 55.6

b. Tidak 6 16.7 20 44.4

Total 36 100 36 100

3. Mencuci handuk

disatukan sesama teman

a. Ya 5 13.9 12 33.3

b. Tidak 31 86.1 24 66.7

Total 36 100 36 100

4. Menggunakan handuk bergantian sesama teman

a. Ya 9 25.0 29 80.6

b. Tidak 27 75.0 7 19.4

Total 36 100 36 100

5. Menjemur handuk dibawah terik matahari

a. Ya 24 66.7 19 52.8

b. Tidak 12 33.3 17 47.2

Total 36 100 36 100

6. Menggunakan handuk yang kering

a. Ya 25 69.4 20 55.6

b. Tidak 11 30.6 16 44.4

(66)
(67)

4.2.2.6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

[image:67.612.120.464.205.696.2]

Adapun gambaran kebersihan tempat tidur dan sprei responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Kebersihan Tempat tidur dan Sprei Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

No Kebersihan Tempat tidur dan sprei

Kontrol Kasus

1. Sprei digunakan

untuk tidur bersama sama

Jumlah % Jumlah %

a.Ya 18 50.0 22 61.1

b.Tidak 18 50.0 14 38.9

Total 36 100 36 100

2. Tidur ditempat tidur sendiri

a.Ya 30 83.3 25 69.4

b.Tidak 6 16.7 11 30.6

Total 36 100 36 100

3. Teman pernah tidur ditempat sendiri

a.Ya 21 58.3 32 88.9

b.Tidak 15 41.7 4 11.1

Total 36 100 36 100

4. Menjemur kasur

sekali seminggu

a.Ya 28 77.8 8 22.2

b.Tidak 8 22.2 28 78.8

Total 36 100 36 100

5. Mengganti sprei

sekali seminggu

a.Ya 33 91.7 6 16.7

b.Tidak 3 8.3 30 83.3

Total 36 100 36 100

6. Mencuci sprei

disatukan sama teman

a. Ya 8 22.2 26 72.2

b. Tidak 28 77.8 10 27.8

(68)
(69)

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Santri pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011

No Personal Hygiene Kontrol Kasus Total

Jumlah % Jumlah % 1. Kebersihan

Pakaian

1. Baik 24 66.7 14 38.9 38

2. Sedang 12 33.3 19 52.8 31

3. Buruk 0 0 3 8.3 3

Total 36 100.0 36 100.0 72

2. Kebersihan Kulit

1. Baik 35 97.2 22 61.1 57

2. Sedang 1 2.8 13 36.1 14

3. Buruk 0 0 1 2.8 1

Total 36 100.0 36 100.0 72

3. Kebersihan Tangan Kuku

1. Baik 17 47.2 7 19.4 24

2. Sedang 16 44.4 21 58.3 37

3. Buruk 3 8.3 8 22.2 11

Total 36 100.0 36 100.0 72

4. Kebersihan Genitalia

1. Baik 23 63.9 8 22.2 38

2. Sedang 13 36.1 22 61.1 28

3. Buruk 0 0 6 16.7 6

Total 36 100.0 36 100.0 72

5. Kebersihan Handuk

1. Baik 9 25.0 3 8.3 12

2. Sedang 24 66.7 23 63.9 47

3. Buruk 3 8.3 10 27.8 13

Total 36 100 36 100 72

6. Kebersihan tempat tidur dan sprei

1. Baik 29 80.6 3 8.3 31

2. Sedang 7 19.4 24 66.7 31

3. Buruk 0 0 9 12.5 9

(70)

Dari Tabel 4.8. diatas diketahui bahwa kebersihan pakaian pada kelompok kasus baik sebanyak 14 orang (38.9 %), sedangkan pada kelompok control kebersihan pakaian baik sebanyak 24 orang (66.7%).

Untuk proporsi kebersihan Kulit pada kelompok Kasus yang baik sebanyak 22 orang (61.1%),sedangkan pada kelompok control Baik sebanyak 35 orang (97.2%).

Untuk proporsi Kebersihan tangan dan kuku pada kelompok kasus baik sebanyak 7 orang (19.4%), sedangkan pada kelompok control baik sebanyak 17orang (47.2%).

Untuk proporsi kebersihan genitalia pada kelompok kasus baik sebanyak 8 orang (22.2%), sedangkan pada kelompok control baik sebanyak 23 orang (63.9%)

Untuk proporsi kebersihan handuk pada kelompok kasus baik sebanyak 3orang(8.3%), sedangkan pada kelompok kontrol baik sebanyak 9 orang (25.0%)

(71)

4.3. Analasis Bivariat.

4.3.1. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies

[image:71.612.107.535.290.691.2]

Adapun hasil analisis bivariat personal hygiene santri dengan kejadian scabies yang meliputi kebersihan pakaian, kulit, tangan dan kuku, genitalia, handuk serta tempat tidur dan sprei disajikan pada tabel 4.9. berikut ini.

Tabel 4.9. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011

No Personal Hygiene Kontrol Kasus Total

Jumlah % Jumlah % P Value

1. Kebersihan Pakaian

0.025

1. Baik 24 66.7 14 38.9 38

2. Sedang 12 33.3 19 52.8 31

3. Buruk 0 0 3 8.3 3

Total 36 100.0 36 100.0 72

2. Kebersihan Kulit

0.000

1. Baik 35 97.2 22 61.1 57

2. Sedang 1 2.8 13 36.1 14

3. Buruk 0 0 1 2.8 1

Total 36 100.0 36 100.0 72

3. Kebersihan Tangan Kuku

0.029

1. Baik 17 47.2 7 19.4 24

2. Sedang 16 44.4 21 58.3 37

3. Buruk 3 8.3 8 22.2 11

Total 36 100.0 36 100.0 72

4. Ke

Gambar

Gambar 1.Sarcoptes Scabiei
Gambar 2. Ruam Pada Skabies
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
Tabel 4.2. Distribusi Kebersihan Kulit Responden pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada seluruh santri putra, santri putri dan semua pihak yang berada di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta agar senantiasa menjaga personal hygiene dan selalu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku dan kebersihan handuk paling banyak masuk dalam kategori buruk, sedangkan kebersihan

Pada variabel personal hygiene (tabel 2) dapat disimpulkan bahwa ada sebanyak 27 santri (79,4%) yang kurang baik melakukan personal hygiene mengalami kejadian

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan

Personal hygiene tentang kebersihan sehari-hari pada santri Wustho (SMP) kelas 1 di Pondok Pesantren Al-Falah Putra Banjarbaru mempunyai personal hygiene baik yaitu

Diharapkan bagi pengelola pesantren Al Mukhlishin Tanjung Morawa dapat meningkatkan pola personal hygiene khususnya kebersihan handuk dan tempat tidur para santri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku dan kebersihan handuk paling banyak masuk dalam kategori buruk, sedangkan kebersihan

1 menunjukkan hasil analisis data dari 15 artikel penelitian mengenai faktor risiko personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit skabies pada santri pondok pesantren di Indonesia