• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jumlah Terasi Dan Lama Penyimpanan Terhadap Pembuatan Produk Sambal Terasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Jumlah Terasi Dan Lama Penyimpanan Terhadap Pembuatan Produk Sambal Terasi"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUMLAH TERASI DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP PEMBUATAN PRODUK SAMBAL TERASI

SKRIPSI

OLEH :

RAFIKA FITRIA NASUTION 070305047/THP

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH JUMLAH TERASI DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP PEMBUATAN PRODUK SAMBAL TERASI

SKRIPSI

OLEH :

RAFIKA FITRIA NASUTION 070305047/THP

Skripsi Sebagai salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Setyohadi, MSc Mimi Nurminah, STP, MSi

Ketua Anggota

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

RAFIKA FITRIA NASUTION: Pengaruh Jumlah Terasi dan Lama Penyimpanan terhadap Pembuatan Produk Sambal Terasi. Dibimbing oleh SETYOHADI dan MIMI NURMINAH.

Seiring dengan kebutuhan akan cabai maka untuk meningkatkan efesiensi pengolahan dan nilai jual maka dapat dibuat menjadi sambal/saos. Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efesiensinya. Jumlah terasi yaitu 1%, 2%, 3% dan 4% dengan lama penyimpanan 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Penelitian dilakukan pada November – Desember 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total mikroba, pH, total padatan terlarut dan uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah terasi dan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kadar abu, total mikroba, total padatan terlarut dan uji organoleptik. Interaksi kedua faktor itu memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter kecuali kadar air dan total mikroba. Jumlah terasi 3% dan lama penyimpanan 6 hari menghasilkan mutu yang terbaik.

Kata kunci: jumlah terasi, lama penyimpanan.

ABSTRACT

RAFIKA FITRIA NASUTION: The effect of amount of shrimp paste and strage time on the product making.Supervised by SETYOHADI and MIMI NURMINAH.

Along with chili requirement, and to increase the efficiency of processing and market value it can be make into souce. This research was one method to increase the eficiency 1%, 2%, 3% and 4% with storage time of 0, 3, 6 and 9 days. This research was conducted in November - December 2011 in the Laboratory of Food Techonology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using a completely randomized factorial design. The parameters analyzed were moisture content, ask content, vitamin C content, member microbia, pH,TSS and organoleptic values (colour, taste and flavour).

The results showed that the amount of shrimp paste and storage time had highly significant effect on all parameters except the ask content , member microbia, TSS and organoleptic values. Interaction of both factors had no significant effect on all parameters except moisture centent and member mikrobia.The shrimp paste of 3% and 6 days strange produced the best quality.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 03 Mei 1989 dari ayah

Muhammad Nasir Nasution dan ibu Hj. Syamsiah. Penulis merupakan putri empat

dari lima bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Swasta Al - Ulum, Medan dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Mandiri. Penulis

memilih program studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi

Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (IMTHP), sebagai asisten praktikum di

Laboratorium Teknologi Pangan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi

Agriculture Technology Moeslem(ATM).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Dolok

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunianyaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Jumlah Terasi dan Lama Penyimpanan terhadap Pembuatan Produk

Sambal Terasi”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang penulis yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Bapak Ir. Setyohadi MS.c dan Ibu Mimi Nurminah, STP,

M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan

judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua

staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Departemen Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat

disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Mei 2012

(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

DAFTAR ISI... iv

Kandungan dan Manfaat Gizi Cabai ... 5

Standar Mutu Cabai... 8

Sambal Terasi... 9

Prosedur pembuatan sambal terasi ... 9

Standard mutu sambal terasi ... 10

(7)

Bahan Kimia... 21

Penentuan kadar vitamin C ... 25

Penentuan total mikroba ... 25

Penentuan total padatan terlarut ... 25

Penentuan pH ... 26

Penentuan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) ... 26

Skema penelitian ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jumlah Terasi terhadap Parameter yang Diamati ... 28

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati... 30

Kadar Air Pengaruh jumlah terasi terhadap kadar air ... 31

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air ... 33

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar air ... 35

Kadar Abu Pengaruh jumlah terasi terhadap kadar abu ... 37

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C... 39

Pengaruh interaksi jumlaht terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar abu ... 39

Kadar Vitamin C Pengaruh jumlah terasi terhadap kadar vitamin C... 39

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C ... 39

Pengaruh interaksi jumlaht terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C ... 41

Total Mikroba Pengaruh jumlah terasi terhadap total mikroba ... 41

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba... 43

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap total mikroba... 45

pH Pengaruh jumlah terasi terhadap pH... 47

Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH ... 48

Pengaruh interaksi jumlaht terasi dan lama penyimpanan terhadap pH ... 49

Total Padatan Terlarut Pengaruh jumlah terasi terhadap total padatan terlarut ... 50

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut ... 51

(8)

Uji Organoleptik Warna

Pengaruh jumlah terasi terhadap uji organoleptik warna ... 53

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna ... 55

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap organoleptik warna ... 56

Uji Organoleptik Aroma Pengaruh jumlah terasi terhadap uji organoleptik aroma ... 56

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma... 58

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap organoleptik aroma ... 60

Uji Organoleptik Rasa Pengaruh jumlah terasi terhadap uji organoleptik rasa... 60

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik rasa ... 62

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap organoleptik rasa... 64

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 65

Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar per 100 g Bahan ... 6

2. Standard Mutu Cabai ... 8

3. Standar Mutu Sambal Terasi... 10

4. Skala uji hedonik warna... 26

5. Skala uji hedonik terhadap aroma... 26

6. Skala uji hedonik terhadap rasa ... 26

7. Pengaruh jumlah terasi terhadap parameter yang diamati ... 28

8. Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati... 30

9. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap kadar air ... 32

10. Uji LSR efek utama lama penyimpanan terhadap kadar air ... 33

12. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar air ... 35

13. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap kadar abu... 37

14. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C ... 40

15. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasit terhadap total mikroba... 42

16. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba ... 43

17. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap total mikroba... 45

18. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap pH ... 47

19. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap pH... 48

(10)

21. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut ... 51

22. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap uji organoleptik

warna... 53

23. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

organoleptik warna... 55

24. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap uji organoleptik

aroma... 57

25. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

organoleptik aroma ... 58

26. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap uji organoleptik

rasa ... 61

27. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema pembuatan sambal terasi ... 27

2. Hubungan berat terasi dengan kadar air sambal terasi ... 33

3. Hubugan lama penyimpnan dengan kadar air sambal terasi... 34

4. Hubungan interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan dengan kadar air sambal terasi ... 37

5. Hubungan jumlah terasi dengan kadar abu sambal terasi... 38

6. Hubungan lama penyimpanan kadar vitamin C sambal terasi... 41

7. Hubungan jumlah terasi dengan total mikroba sambal terasi ... 43

8. Hubungan lama penyimpanan dengan total mikroba sambal terasi ... 44

9. Hubungan interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan dengan total mikroba sambal terasi ... 46

10. Hubungan jumlah terasi dengan pH sambal terasi ... 48

11. Hubungan lama penyimpanan dengan pH sambal terasi ... 49

12. Hubungan jumlah terasi dengan total padatan terlarut sambal terasi... 51

13. Hubungan lama penyimpanan dengan total padatan terlarut sambal terasi... 52

14. Hubungan jumlah terasi dengan uji organoleptik warna sambal terasi.... 54

15. Hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik warna sambal terasi... 56

16. Hubungan jumlah terasi dengan uji organoleptik aroma sambal terasi... 58

17. Hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik aroma sambal terasi... .. 60

(12)

19. Hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik rasa sambal

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Data pengamatan analisis kadar air... 67

2. Data pengamatan analisis kadar abu ... 67

3. Data pengamatan analisis kadar vitamin C... 68

4. Data pengamatan analisis pH... 68

5. Data pengamatan analisis total mikroba ... 69

6. Data pengamatan analisis uji organoleptik warna ... 69

7. Data pengamatan analisis uji organoleptik aroma ... 70

8. Data pengamatan analisis uji organoleptik rasa... 70

(14)

ABSTRAK

RAFIKA FITRIA NASUTION: Pengaruh Jumlah Terasi dan Lama Penyimpanan terhadap Pembuatan Produk Sambal Terasi. Dibimbing oleh SETYOHADI dan MIMI NURMINAH.

Seiring dengan kebutuhan akan cabai maka untuk meningkatkan efesiensi pengolahan dan nilai jual maka dapat dibuat menjadi sambal/saos. Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efesiensinya. Jumlah terasi yaitu 1%, 2%, 3% dan 4% dengan lama penyimpanan 0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Penelitian dilakukan pada November – Desember 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total mikroba, pH, total padatan terlarut dan uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah terasi dan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kadar abu, total mikroba, total padatan terlarut dan uji organoleptik. Interaksi kedua faktor itu memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter kecuali kadar air dan total mikroba. Jumlah terasi 3% dan lama penyimpanan 6 hari menghasilkan mutu yang terbaik.

Kata kunci: jumlah terasi, lama penyimpanan.

ABSTRACT

RAFIKA FITRIA NASUTION: The effect of amount of shrimp paste and strage time on the product making.Supervised by SETYOHADI and MIMI NURMINAH.

Along with chili requirement, and to increase the efficiency of processing and market value it can be make into souce. This research was one method to increase the eficiency 1%, 2%, 3% and 4% with storage time of 0, 3, 6 and 9 days. This research was conducted in November - December 2011 in the Laboratory of Food Techonology, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using a completely randomized factorial design. The parameters analyzed were moisture content, ask content, vitamin C content, member microbia, pH,TSS and organoleptic values (colour, taste and flavour).

The results showed that the amount of shrimp paste and storage time had highly significant effect on all parameters except the ask content , member microbia, TSS and organoleptic values. Interaction of both factors had no significant effect on all parameters except moisture centent and member mikrobia.The shrimp paste of 3% and 6 days strange produced the best quality.

(15)

PEDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annuum L) merupakan suatu komoditas sayuran

yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan

merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Buah

cabai selain dapat dikonsumsi segar untuk campuran bumbu masak/rempah, juga

dapat diawetkan misalnya, untuk acar, saus dan tepung cabai atau buah kering.

Berdasarkan asal usulnya, cabai (hot pepper) berasal dari Peru. Ada yang

menyebutkan bahwa bangsa Meksiko kuno sudah menggemari cabai, jauh

sebelum Columbus menemukan benua Amerika (1492). Pada saat ini cabai telah

populer diseluruh dunia. Beberapa masakan khas dan populer didunia seperti kari

Thailand, Sous Portugis, Sup Brazil, gulai Afrika, pizza Italia, asam Hongaria,

hingga masakan kapau Minang menggunakan cabai sebagai bahan utama.

Tidak semua negara didunia ini dapat memenuhi kebutuhan penduduknya

akan cabai sehingga dibutuhkan proses pendistribusian agar dapat memenuhi

kebutuhan penduduk didunia. Pemanenan dan penanganan cabai perlu dilakukan

hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu pemasaran secara langsung.

Pemanenan adalah kegiatan akhir dari pertahanan dan merupakan faktor penentu

untuk proses selanjutnya. Pasca panen komoditas cabai ditunjukkan untuk

meningkatkan nilai tambah dari komoditas tersebut, memperkecil tingkat

kehilangan hasil atau kerusakan, meningkatkan daya simpan dan daya guna

menunjang usaha perbaikan gizi masyarakat, penyedian bahan baku industri dan

(16)

Secara rata-rata nasional, fluktuasi harga cabe cukup tinggi diindikasikan

oleh koefisien keragaman harga bulanan untuk periode bulan Januari 2011 sampai

dengan bulan Januari 2012 sebesar 33,19%. Jika dilihat dari rata-rata harga per

bulan periode Januari 2010-Januari 2012, bulan Januari 2011 mencapai harga

tertinggi dengan rata-rata harga Rp.40.361,-/kg. Harga terendah terjadi pada bulan

Juli 2011 dengan harga Rp. 14.119,-/kg.

Mengingat bahwa cabai merupakan jenis buah yang klimakterik, sehingga

harus sangat diperhatikan kriteria panen yang tepat selain itu, setelah panen cabai

akan mengalami pelayuan akibat adanya proses respirasi.

Sambal adalah saus yang disiapkan dari cabai yang dihancurkan sehingga

keluar kandungan airnya dan biasanya ditambah bahan-bahan lain seperti garam,

cuka dan terasi. Sambal adalah salah satu unsur khas hidangan Indonesia, Melayu

ditemukan pula dalam kuliner Asia Selatan dan Asia Timur.

Dengan banyak kebutuhan penduduk akan cabai di dunia maka untuk

meningkatkan efesiensi pengolahan dan nilai jual produk-produk cabai, maka

dapat dibuat menjadi saos/sambal.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Jumlah Terasi dan Lama Penyimpanan

(17)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah terasi dalam

pembuatan sambal terasi selama penyimpanan dan untuk memperoleh jumlah

terasi yang tepat untuk memperoleh mutu sambal terasi dengan nilai organoleptik

yang tinggi selama penyimpanan.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai sebagai sumber informasi bahwa sambal

terasi dengan jumlah terasi tertentu akan menghasilkan warna, aroma dan rasa

yang lebih baik selama penyimpanan dan sebagai sumber data dalam penyusunan

skripsi di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh jumlah terasi terhadap mutu sambal terasi. Ada pengaruh

masa simpan terhadap mutu sambal terasi. Ada interaksi antara jumlah terasi dan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Varietas cabai yang telah dikenal banyak sekali jumlah dan macamnya.

Sistematika diatas dapat memberi gambaran rinci tentang bentuk tanaman yang

dimaksud. Hot beauty termasuk dalam kelompok tanaman yang dapat

menghasilkan biji (Spermatophyta). Biji dihasilkan dari persilangan benang sari

dengan putik dan tertutup daun buah (Angiospermae). Biji yang dihasilkan

berkeping dua (Dicotyledonae). Karena itu, tanaman ini berarti berakar dua

(Nawangsih, dkk., 2005).

Kedudukan tanaman cabaihot beautydalam botani tumbuhan dapat dilihat

pada sistematika berikut ini :

Kingdom : Plantae

Devisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Sub-class : Metachlamydeae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies :Capsicum annuum L(Nawangsih, dkk., 2005).

Tanaman cabai dikenal sebagai tanaman yang tidak begitu tahan terhadap

curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi pada saat tanaman cabai sedang

berbunga dapat mengakibatkan rontoknya bunga sehingga buah pun berkurang.

(19)

dengan baik di daerah dengan kelembaban udara yang tinggi. Untuk cabai kecil,

sedikit lebih tahan terhadap cabai besar (Widodo, 2002).

Kandungan dan Manfaat Gizi Cabai

Nilai gizi bahan adalah merupakan komponen-komponen kimia terbanyak

yang diduga terdapat pada bahan tersebut. Dalam hal menentukan komponen

kimia bahan manakanan, kadar golongan zat gizi yang dimaksud biasanya

meliputi karbohidrat, protein, lemak dan senyawa organik tertentu, vitamin dan

mineral zat besi (Fe), kalsium (Ca), yodium (I), fosfor (P) dan lain-lain

(Syarief dan Irawati, 1988).

Cabai mengandung kurang lebih 1,5% (biasanya antara 0,1 – 1%) rasa

pedas. Rasa pedas tersebut terutama disebabkan oleh kandungan capsaicin dan

dihidrocapsaicin. Pada saat ini, sudah ditemukan kandungan karotenoid, lemak

(9 – 17%), protein (12 – 15%), vitamin A dn C, serta jumlah kecil minyak

menguap. Kandungan minyak mengup mencapai 125 komponen dan 24

diantaranya adalah 4 metil-1 pentil-2 metil butirat, 3d metal-1-pentil-3-metil

butirat, dan isohexyl isocaproat (Sartika, 1999).

Pernyataan Mr. Gibbs didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dr. Watkins. Dr. Watkins menyimpulkan bahwa selain mempunyai rasa pedas,

cabai dapat menunda kelemahan tubuh, memperpanjang usia, dan merupakan obat

perangsang yang kuat (Suparman, 2006).

Dr. Watkins menemukan pula fakta bahwa cabai mampu mencegah

serangan jantung yang dikenal sebagai pembunuh nomor satu di dunia. Cabai

(20)

darah, cabai mempengaruhi muatan-muatan listrik yang ada di seluruh tubuh

untuk mempengaruhi kerja jantung, lalu pembuluh arteri dan kapiler darah, serta

merangsang saraf untuk tetap bekerja (Suparman, 2006).

Sari cabai merupakan penguat semua organ tubuh termasuk jantung,

mengeluarkan cacing, melancarkan peredaran darah, untuk sterilisasi, serta dapat

menambah kesuburan (Suparman, 2006).

Kandungan gizi dari cabai merah segar dapart dilihat pada Table 1 berikut:

Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar per 100 g Bahan Kandungan Gizi Nilai Satuan

Kandungan capsaisin pada cabai bersifat sebagai pembangkit selera.

Capasaisin menstimulus hormon ebdophrin yang memberi efek nikmat. Makanya

ketika seseorang menyantap makanan berbumbu cabai biasanya cenderun

menambah porsi makan (Trubus, 2011).

Kandungan asam askorbat (vitamin C) akan mengalami penurunan selama

penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam

askorbat selama penyimpanan kira-kira tinggal 1/2 sampai 2/3 bagian dari waktu

(21)

tanaman mujdah teroksidasi, misalnya oleh enzim asam askorbat oksidase yang

terdapat dalam jaringan tanaman tersebut (Matto dkk.,1975).

Selain sebagai pembangkit selera makan, cabai dengan rasa pedasnya telah

lama diyakini berkhasiat bagi kesehatan. Rasa pedas pada cabai ditimbulkan oleh

zat capsaicin. Capsaisin terdapat pada biji cabai dan pada plasenta, yakni kulit

cabai bagian dalam yang berwarna putih tempat melekatnya biji. Rasa pedas

tersebut bermanfaat untuk mengatur peredaran darah, memperkuat jantung, nadi

dan syaraf, mencegah flu den demam, membangkitkan semagat dalam tubuh

(tanpa efek narkotik), serta mengurangi nyeri encok dan rematik. Penelitian akhir

di Washington, USA mengatakan bahwa mengkonsumsi cabai secara teratur dapat

menunda kerentaan tubuh. Zat capsaicin ini juga mampu merangsang burung

berkicau untuk gemar bernyanyi (berkicau) dan konon juga dapat merangsang

ayam atau itik untuk bertelur. Capsaicin juga mengandung zat expetoron yang

aktif meredakan batuk, mengencerkan lendir, dan meringankan asam

(Prajnanta, 1999).

Manfaat cabai juga diduga mempunyai efek yang kurang menguntungkan

bagi kesehatan. Orang yang kondisi tubuhnya sangat sensitif apabila memakan

masakan pedas akan mudah mengalami kejang perut dan diare. Menurut

American Journal Epidemic tahun 1994, orang yang gemar masakan pedas

kemungkinan mendapatkan resiko kanker perut 5,5 kali lebih besar dibandingkan

dengan orang yang tidak memakan cabai. Oleh karena itu, meskipun kondisi

tubuh cukup kuat menerima masakan pedas namun kondisi cabai yang berlebihan

(22)

Kandungan asam askorbat (vitamin C) akan mengalami penurunan selama

penyimpanan terutama pada suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam

askorbat selama penyimpanan kira-kira tinggal 1/2 sampai 2/3 bagian dari waktu

panen. Hal ini disebabkan karena asam askorbat yang terdapat dalam jaringan

tanaman mujdah teroksidasi, misalnya oleh enzim asam askorbat oksidase yang

terdapat dalam jaringan tanaman tersebut (Matto dkk.,1975).

Standar Mutu Cabai

Standart mutu cabai menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Standar Mutu SNI Cabai Merah Segar

Karakteristik Satuan Mutu I Mutu II Mutu III

Keseragaman warna % Merah > = 95 Merah > = 95 Merah > = 95

Keseragaman bentuk % 98 seragam 96 seragam 98 seragam

Keseragaman ukuran % 98 normal 96 normal 95 ormal

(23)

b.Cabai merah keriting

% 0 1 2

Catatan:Mutu II 5% dari jumlah buah atau panjang dan diameter buah boleh tidak memenuhi syarat mutu I, tetapi memenuhi syarat mutu II. Mutu III dari jumlah buah atau panjang dan diameter boleh tidak memenuhi syarat mutu II, tetapi memenuhi syarat mutu III.

Sumber : kadinsulsel. (2011).

Sambal Terasi

Sambal adalah saus yang disiapkan dari cabai yang dihancurkan sehingga

keluar kandungan airnya dan biasanya ditambah bahan-bahan lain seperti garam,

cuka dan terasi. Sambal adalah salah satu unsur khas hidangan Indonesia, Melayu

ditemukan pula dalam kuliner Asia Selatan dan Asia Timur (Wikipedia, 2011a).

Sambal yang bahan utamanya adalah cabai, merupakan bahan makanan

yang tak terpisahkan dari kuliner Indonesia. Banyak orang yang merasa tidak

lengkap rasanya jika makan nasi tanpa sambal. Sampai-sampai, orang-orang

menganjurkan membawa sambal botol jika ingin ke luar negeri karena tidak

mudah menemukan sambal di negara-negara Barat (Sintamilia, 2010).

Cara Pembuatan Sambal Terasi

Bahan :

- 10 buahcabai merah.

- 1 buahtomat, buang bagian tengahnya, potong kecil-kecil.

- 2 sdtterasi, sangrai.

- 3 butirbawang merah.

- 2 siungbawang putih.

- 1 cmlengkuas.

(24)

- 1 batangserai, ambil bagian pangkal, memarkan.

- 2 sdmasam jawa, larutkan dalam 3 sdm air, remas-remas lalu ambil

airnya.

- 2 sdmgula merah.

- Garamsecukupnya.

- Minyak goreng.

Cara membuat

1. Terasi disangrai hingga harum, pisahkan.

2. Cabe merah, bawang merah, dan bawang putih, serai, terasi, daun salam

dan lengkuas ditumis hingga layu.

3. Taruh semua bahan di cobek, lalu dihaluskan. Air asam diberikan

sedikit-sedikit.

4. Sambal terasi cocok untuk menemani ayam goring.

(Wikibooks, 2010).

3 Total padatan % min. 40,0

4 Protein % min.0,5

5 Bahan tambahan makanan :

(25)

6 Cemaran logam

6.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 2,0 6.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks. 30,0 6.3 Seng (Zn) mg/kg maks 40,0 6.4 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,03 6.5 Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0/250,0 *)

7 Arsen mg/kg maks. 1,0

8 Cemaran mikroba:

8.1 Angka lempeng total koloni/g maks. 1 x 104 8.2 Coliform APM/g < 3 8.3 Salmonella APM/25 g negatif 8.4 Kapang koloni/g negatif

Sumber : kadinsulsel. (2012).

Blansing

Blansing dapat dilakukan dengan pencelupak bahan yang akan diolah ke

dalam air panas dengan suhu 82-100oC atau dengan pengukusan. Lama perlakuan

blansing tergantung pada jenis komoditi, tebal irisan dan jumlah bahan. Pada

umumnya proses blansing dilakukan selama 5-10 menit. Semakin banyak bahan

yang diblansing dan semakin tebal irisannya, maka semakin lama waktu yang

diperlukan (Satuhu, 1996).

Blansing dilakukan terutama menginaktifkan enzim-enzim didalam bahan

pangan, diantaranya adalah enzim yang paling tahan panas dalam sayur-sayuran.

Perlakuan blansing praktis selalu dilakukan jika bahan pangan dibekukan, karena

pembekuan tidak dapat menghambat kreaktifan enzim dengan sempurna. Blansing

dipengaruhi panas yang diberikan sehingga dapat mematikan mikrobia. Blansing

biasanya dilakukan pada suhu 82oC-93oC selama 3-5 menit

(Winarno, dkk., 1980).

Blansing dengan suhu 81,7-93oC adalah pemanasan yang biasanya

dilakukan pada permukaan bahan yang akan dibekukan, dikeringkan ataupun yang

(26)

dari bahan untuk mengurangi/menghilangkan bau mentah, mengurangi volume

dengan blansing permukaan menjadi lebih lunak sehingga lebih mudah tersusun

dan untuk melayukan jaringan sehingga memudahkan penanganan dan

pengemasan (Purba dan Karo-Karo, 1997).

Bahan yang Ditambahkan Bawang merah

Bawang merah (Allium cepaL. Kelompok Aggregatum) merupakan salah

satu tanaman sayuran yang menjadi menu pokok hampir pada semua jenis

masakan dengan fungsi sebagai penyedap masakan. Fungsi esensial pada bawang

merah menunjukan jumlah penggunaan pada tiap masakan yang memerlukan

penyedap sayuran ini, namun apabila mayoritas masyarakat di Bumi Pertiwi ini

menggunakannya, maka dapat dipastikan bahwa secara keseluruhan jumlah

penggunaan bawang merah sangatlah besar (Sudirja, 2012).

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat.

Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah

juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.

Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah

dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin.

Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat,

amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida

(27)

Bawang putih

Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang

mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di

ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya

batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung

menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan kalau

diiris baunya sangat tajam.

Berakar serabut. Bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya

paying (Hakim, 2008).

Tanaman bawang putih sangat keras dan toleran terhadap suhu rendah,

bahkan hingga titik beku. Diwilayah iklim sedang, bawang putih ditanam pada

musim gugur atau awal musim semi, dan biarkan tumbuh pada kondisi dingin

untuk mendapatkan vernalisasi yang diperlukan untuk pembentukan umbi

(Yamaguci, 1998).

Manfaat bawang putih yang selama ini kita kenal adalah sebagai bumbu

masakan, selain itu ada pula yang menggunakannya sebagai obat antiseptik karena

kandungan antibiotik yang ada di dalamnya (Smanda, 2012).

Tomat

Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah

tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asliAmerika Tengah dan Selatan,

dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat,

dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari

(28)

Tomat termasuk kaya akan garam mineral. Garam garam mineral ini

mampu merangsang keluarnya air liur. Air liur mengandung enzim enzim yang

diperlukan bagi pencernaan. Mineral mineral dari tomat dapat meningkatkan

nafsu makan sedangkan enzim-enzim yang keluar dapat memperlancar

pencernaan. Tomat mengandung tomatine yang bermanfaat sebagai anti radang ,

sedangkan kandungan karoten dan vitamin C dalam tomat bermanfaat sebagai anti

oksidan yang akan melawan radikal bebas (Afandi, 2011).

Cabai rawit

Cabai rawit merupakan salah satu komoditas pilihan untuk usaha tani

komersial. Posisi cabai rawit cenderung makin penting dalam pola konsumsi

makanan, yaitu sebagai sayuran atau bumbu masakan sehari-hari. Hal ini

memberikan indikasi bahwa cabai rawit memiliki peluang pasar yang makin luas,

baik untuk memenuhi pemerintah konsumsi rumah tangga dan industry dalam

negeri maupun sasaran ekspor (Rukmana,2002).

Cabai rawit paling banyak menganung vitamin A dibanding cabai lainnya.

Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI vitamin A, sedangkan cabai rawit kering

260 SI (cabai hijau segar), 470 SI (cabai merah segar), dan 576 SI (cabai merah

kering) (Setiadi, 2000).

Terasi

Terasi adalah produk awetan dari ikan atauudang rebon segar yang telah

diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai dengan proses

(29)

Terasi umumnya berbentuk padat, teksturnya agak kasar, dan mempunyai

kekhasan berupa aroma yang tajam namun rasanya sangat gurih. Terasi yang

diperdagangkan ada 2 macam, yaitu terasi udang dan terasi ikan. Terasi udang

biasanya mempunyai warna cokelat kemerahan, sedangkan terasi ikan berwarna

kehitaman. terasi mempunyai kandungan protein, kalsium dan yodium yang

cukup tinggi. Namun kandungan tersebut tidak begitu banyak berperan, karena

fungsi terasi yang hanya sebagai penyedap mengakibatkan pemakaian terasi

dalam masakan sangat sedikit (Resep masakan Indonesia, 2010).

Terasi merupakan produk awetan ikan-ikan atau rebon yang telah diolah

melalui proses pemeraman atau fermentasi, penggilingan atau penumbukan dan

penjemuran yang berlangsung selama ± 20 hari. Ke dalam produk terasi tersebut

ditambahkan garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet, berbentuk seperti

pasta dan berwarna hitam-coklat, kadang ditambah dengan bahan pewarna

sehingga menjadi kemerahan. Terasi memiliki bau yang tajam dan biasanya

digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi juga sering ditemukan dalam

berbagai resep tradisional Indonesia (Bisnisukm,2007).

Gula

Penambahan gula dalam produk bukanlah untuk menghasilkan rasa manis

saja meskipun sifat ini penting. Jadi gula bersifat menyempurnakan rasa asam dan

citarasa lainnya dan juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari

gula, kemampuan mengurangi kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat air

adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan

(30)

Selama proses osmosis berlangsung beberapa asam dari buah tomat akan

terbawa keluar sehingga dengan adanya larutan gula akan menghasilkan produk

yang lebih manis (Ponting dkk., 1966).

Garam

Garam dapur atau NaCl (Natrium clorida) merupakan racun atau jasad

renik. Mikroba perusak yang terdapat pada buah menjadi mati bila ditambahkan

garam. Jika dikombinasikan dengan asam daya bunuhnya terhadap jasad renik

menjadi lebih kuat (Satuhu, 1996). Garam ditambahkan untuk memantapkan

citarasa. Kebutuhan garam adalah sebanyak 2-5% bobot dari total bahan bakunya

(Suprapti, 2000).

Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh sel membran yang menyebabkan air

dapat masuk atau keluar dari sel membran. Mikroba yang aktif kira-kira

mengandung 80% air. Jika bakteri, ragi atau kapang ditempatkan didalam larutan

garam yang pekat dengan kadar air 30-40%, maka air didalam sel akan keluar

menembus membran dan mengalir kedalam larutan garam. Hal ini disebut dengan

peristiwa osmosis, dimana pada keadaan ini sel mikroba mengalami plasmolisis

dan akan mengalami hambatan dalam perkembangannya

(Winarno dan Rahayu, 1994).

Minyak

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau

hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

(31)

dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,

kedelai, dankanola(Wikipedia, 2012).

Minyak goreng berfortifikasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

gizi mikro masyarakat, sama halnya yang juga diterapkan pada produk garam

beryodium dan produk tepung terigu berzat besi. Diharapkan semua industri

minyak goreng kemasan mulai memproduksi minyak goreng berfortifikasi ini

(Indonesianpalmoil, 2012).

Minyak goreng adalah bagian penting dalam memasak, mulai untuk

menumis hingga menggoreng. Di sisi lain, minyak goreng juga membahayakan

karena dapat memicu kebakaran (Johan, 2012).

Pengemasan

Kemasan gelas ditutup dengan menggunakan penutup yang dibuat dari

kaleng dan aluminium dan dilapisi dengan gabus atau karton, dimana suatu

lempengan aluminium, kaleng kertas, plastik atau resin diletakkan diatasnya

(Desrosier, 1988).

Gelas sebagai alat pengemasan, saat ini masih merupakan jenis kemasan

yang sangat penting dan untuk kemasan yang biasa digunakan adalah botol kaca

yang bermulut lebar, bertutup rapat, bersifat kuat sehingga tahan terhadap panas

dan cahaya. Sifat kimia dari gelas inert, tetapi korosif pada bagian tutupnya dan

mudah pecah karena tekanan dari dalam, benturan atau perbedaan panas yang

mendadak. Oleh karena itu gelas harus dipanaskan secara berlahan-lahan, tidak

boleh langsung pada suhu tinggi karena dapat pecah jika terjadi perbedaan sangat

cepat. Dalam penggunaannya botol harus dsterilisasi terlebih dahulu pada suhu

(32)

mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang ada didalam botol (Winarno,

1980).

Penyimpanan

Kelembaban udara didalam ruang penyimpanan dapat berhubungan

langsung dengan daya tahan kualitas produk yang bersangkutan. Bila udara

kering, uang air akan diserap dari makanan yang disimpan sehingga menyebabkan

pelayuan buah-buahan dan sayuran. Bila udara terlalu lembab makanan akan

menjadi rusak terutama bila suhu berubah-ubah (Desrosier, 1988).

Waktu penyimpanan yang lebih lama akan menyebabkan kerusakan yang

lebih besar, kecuali untuk beberapa bahan tertentu seperti pada keju, minuman

anggur dan lain-lainnya yang tidak rusak karena pemeraman.

Menurut Sitinjak dkk., (1993), laju pendinginan tiap komoditi tergantung 4

faktor yaitu :

a. jumlah bahan

b. beda suhu bahan dengan media pendingin

c. kecepatan aliran media pendingin, dan

d. macam dari media pendingin

Suhu tinggi merusak mutu simpanan buah-buahan dan sayur-sayuran.

Namun suhu tinggi hasil panen tidak dapat dihindarkan terutama bila pemanenan

dilakukan pada hari-hari panas. Pendinginan pendahuluan merupakan upaya

untukmenghilangkan panas lapang. Tujuan umumnya adalah untuk

(33)

mikroorganisme, mengurangi kehilangan air, dan mengurangi beban sistem

pendinginan (Akamine dkk., 1965).

Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah‐ubah sesuai dengan

lingkungannya dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya simpan bahan

pangan dikarenakan kadar air berhubungan erat dengan pertumbuhan

mikroorganisme dan aktivitas (Purnomo, 1995).

Penampakan visual adalah perubahan pada penampakan maupun

komposisi kimia dan citarasa bahan pangan tersebut. Perubahan yang dapat dilihat

dari luar, misalnya perubahan warna, pembuatan lapisan pada minuman atau

makanan cair / padat, pembentukan lendir, pembentukan endapan dan berbagai

perubahan lainnya (Fardiaz, 1992).

Laju respirasi menunjukan pentunjuk yang baik untuk daya simpan buah

setelah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya

metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai

potensi daya simpan buah. Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan

pengukuran perbandingan CO2 terhadap O2, dinamakan Kuosien Respirasi(RQ).

Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur yang pendek. Hal ini

merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan pangan

(Phan dkk., 1993).

Ketika masih terdapat pada tanaman hidup, kehilangan karena transpirasi

dan respirasi diganti oleh aliran cairan tanaman yang mengandung air,

mineral-mineral dan bahan-bahan hasil fotosintesis. Sesudah dipanen tidak ada lagi suplay

makanan sehingga kehilangan substrat dan air tidak dapat digantikan, dan

(34)

Respirasi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob. Dengan adanya

udara (O2), karbohidrat dioksidasi sepenuhnya menjadi air dan karbondioksida

(CO2) dengan produksi ATP (Adeneosin Triphospat), suatu bentuk dimana energi

disimpan dalam sel. Respirasi anaerob berlangsung tanpa O2, menghasilkan

pemecahan sebahagian dari karbohidrat, dan produksi ATP yang lebih sidikit per

unit glukosa dibandingkan dengan respirasi aerob. Produk akhir yang dihasilkan

merupakan persenyawaan dengan Berat Molekul yang lebih besar seperti etyl

alkohol. Substrat biasa bagi respirasi dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat

asam-asam organik, lebih banyak sumber energi lain seperti lemak dan protein

(Apandi, 1984).

Kandungan air suatu bahan tidak dapat digunakan sebagai indikator nyata

dalam menentukan ketahanan simpan. Selama penyimpanan, parameter-parameter

mutu seperti kadar air, cita rasa, tekstur, warna dan sebagainya akan berubah

karena pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara atau

(35)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November hingga Desember 2011 di

Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi

Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabai merah, cabai

rawit, bawang merah, bawang putih, tomat dan terasi yang diperoleh dari pasar

Sukaramai di jalan A.R. Hakim, Medan danPlate Count Agar.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah iodine 0,01, pati

1%, NaOH 0,01 N dan indikator phenolptalein 1%.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol jar, gilingan batu,

timbangan, oven, cawan aluminium, desikator, beaker glass, gelas ukur, pipet

tetes, pipet skala, handrefraktometer, tanur, kurs porselin, tabung reaksi, cawan

(36)

Metoda Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan dua faktor, yang terdiri dari :

Faktor I : Penambahan Terasi (T) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

T1 = 1 %

T2 = 2 %

T3 = 3 %

T4 = 4 %

Faktor II : Lama Penyimpanan (L) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

L1 = 0 hari

L2 = 3 hari

L3 = 6 hari

L4 = 9 hari

Kombinasi perlakuan (Tc) = 4 x 4 = 16 dengan jumlah minimum perlakuan (n)

adalah :

Tc(n-1)≥ 15

16 (n-1)≥ 15

16 n≥ 31

n≥ 1,94…………Dibulatkan menjadi n = 2

(37)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Lengkap (RAL) faktor

dengan model:

Ŷijk= μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf i dan faktor S pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

μ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor P pada taraf ke-i

βj : Efek faktor S pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor P pada taraf ke-I dan faktor S pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-I dan faktor S pada taraf ke-j dalam

ulangan

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least

Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian

Dipilih cabai merah 100g, cabai rawit 10g, bawang merah 25g, bawang

putih 40g, tomat 20g yang segar dan sudah matang. Cabai merah, cabai rawit,

bawang merah, bawang putih dan tomat kemudian dicuci dengan air dan

kemudian di blansing dengan 10 menit. Cabai merah, cabai rawit, bawang merah,

bawang putih, tomat dan terasi dihancurkan dengan menggunakan gilingan batu.

(38)

mendidih. Sambal terasi yang dihasilkan kemudian dikemas dan disimpan

kedalam botol jar (0 hari, 3 hari, 6 hari dan 9 hari).

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter mutu sambal yang dihasilkan yang dihasilkan.

Kadar air (AOAC, 1970)

Bahan ditimbang 5 g (berat awal), diletakkan dalam cawan aluminium.

Diovenkan selama 1 jam dengan suhu 700C dan 2 jam selama suhu 1050C,

didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang beratnya sebagai

berat akhir bahan.

Berat awal

Kadar abu = x 100% Berat kering

Penentuan kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1989)

Penentuan kadar abu dilakukan dengan menggunakan muffle. Bahan

ditimbang sebanyak 5 gr, kemudian dikeringkan dalam oven terlebih dahulu

selama 5 jam dengan suhu 105oC, lalu didinginkan dalam desikator selama 15

menit. Kemudian bahan yang sudah kering dimasukkan ke dalam muffle dengan

suhu 300oC selama 1 jam dan dinaikkan suhu menjadi 500oC selama 3 jam lalu

didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang beratnya. Kadar abu

dihitung dengan rumus :

Berat setelah dikeringkan

(39)

Penentuan kadar vitamin C (Ranganna, 1977)

Ditimbang bahan sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga rata dan disaring

dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyerlalu ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% dan dititrasi dengan Iodium

0,01N. Titrasi dianggap selesai bila telah terbentuk warna biru stabil.

Vitamin C = ml I20,01N x 0,88 x fp x 100

Berat Contoh

Fp = faktor pengencer (10)

ml I20,01N = 0,88 mg vitamin C

Penentuan mikroba metodaTotal Plate Count(Fardiaz, 1992)

Bahan diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan aquadest 9 ml dan diaduk sampai merata. Hasil

pengenceran ini diambil dengan pipet tetes sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan

aquadest 9 ml. Pengenceran ini dilakukan sampai 10000 kali (103).

Dari hasil pengenceran pada tabung reaksi yang terakhir diambil

sebanyak 1 ml dan diratakan pada medium agar PCA yang telah disiapkan di atas

cawan petridish, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 32oC dengan

posisi terbalik. Jumlah koloni yang ada dihitung dengancolony counter.

(40)

Penentuan total padatan terlarut (AOAC, 1978)

Bahan diencerkan terlebih dahulu. Kemudian diteteskan pada lensa alat

hand-refraktometer. Angka yang terbaca antara batas terang dan gelap merupakan

besar TSS bahan dikali dengan faktor pengenceran dalamoBrix.

Penentuan pH

Bahan berupa tablet effervescent dilarutkan dalam air kemudian diukur

pH dengan menggunakan pH-meter.

Uji organoleptik warna, aroma dan rasa (Numerik) (Soekarto,1985)

Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang

terhadap warna dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai

berikut:

Tabel 4. Skala uji hedonik terhadap warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Tabel 5. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa

(41)

Gambar 1. Skema Pembuatan Sambal Terasi

Dipilih cabai merah 100g, cabai rawit 10g, bawang merah 25g, bawang putih 40g, tomat 20g yang masih segar dan

sudah matang 7. 7. Uji organoleptik warna,

aroma dan rasa (numerik) Cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih

dan tomat kemudian di cuci dengan air

Cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, tomat dan terasi dihancurkan dengan gilingan batu

Dimasak dan ditambahkan garam dan gula secukupnya sampai mendidih

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jumlah Terasi terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah

terasi dan lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu,

kadar vitamin C, pH, total padatan terlarut, total mikroba dan uji organoleptik

(warna, aroma dan rasa) seperti pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Pengaruh jumlah terasi terhadap parameter yang diamati

Perlakuan (%) T1= 1% T2= 2% T3= 3% T4= 4% Kadar Air (%bk) 38,27 40,41 41,27 43,25 Kadar Abu (%) 3,36 4,39 5,46 6,18

Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian menunjukan bahwa lama penyimpanan

memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, pH, total

padatan terlarut, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa)

(43)

Tabel 7. Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati

Perlakuan (%) L1= 0 hari L2= 3 hari L3= 6 hari L4= 9 hari Kadar Air (%bk) 35,55 38,76 41,86 47,05 Kadar Abu (%) 4,77 4,84 4,87 4,90

Pengaruh jumlah terasi terhadap kadar air sambal terasi

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa jumlah

terasi memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air

sambal terasi yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jumlah terasi terhadap

kadar air sambal terasi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

(44)

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata pada

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan T2, berbeda nyata terhadap perlakuan T3dan T4. Perlakuan T2

berbeda nyata terhadap perlakuan T3dan T4. Perlakuan T3 berbeda nyata terhadap

perlakuan T4. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan T1 yaitu sebesar

16,063% dan terendah pada perlakuan T4yaitu sebesar 15,47%.

Hubungan antara pengaruh jumlah terasi terhadap kadar air sambal terasi

dapat dilihat pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada jumlah terasi yang lebih

tinggi maka kadar air sambal terasi semakin meningkat. Hal ini karena jumlah air

bebas pada sambal terasi semakin banyak sehingga semakin banyak pula air yang

diuapkan pada saat pemasakan sambal terasi, sesuai dengan literatur Winarno dkk

(1980) yang menyatakan bahwa di dalam bahan pangan air terdapat dalam bentuk

air bebas dan air terikat. Air bebas mudah dihilangkan dengan cara penguapan

atau pengeringan, sedangkan air terikat sangat sukar dihilangkan dari bahan

(45)

Gambar 1. Hubungan pengaruh berat terasi terhadap kadar air sambal terasi

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa lama

penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap

kadar air sambal terasi yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama

penyimpanan terhadap kadar air sambal terasi dapat dilihat pada Tabel 9 berikut

ini.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air

sambal terasi

Jarak

LSR Lama

Rataan

Notasi

0,05 0,01 Penyimpanan 0,05 0,01

- - - L1= 0 hari 35,55 d D

2 0,571 0,786 L2= 3 hari 38,76 c C

3 0,600 0,826 L3= 6 hari 41,86 b B

(46)

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata pada

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan L2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4.

Perlakuan L2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L3

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Kadar air tertinggi diperoleh pada

perlakuan L4 yaitu sebesar 47,05% dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar

35,55%.

Hubungan antara pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air sambal

terasi dapat dilihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pada semakin lama

sambal terasi disimpan maka kadar air sambal terasi semakin meningkat, hal ini

dipengaruhi oleh sifat alamiah produk, kelembaban lingkungan, sifat penyerapan

air dan jumlah mikroorganisme yang ada dalam bahan sehingga menyebabkan

produk menjadi bau tengik dan berlendir serta reaksi - reaksi kimia yang terjadi

dalam bahan. Menurut Syarief dan Halid (1993), kandungan air suatu sambal

tidak dapat digunakan sebagai indikator nyata dalam menentukan ketahanan

simpan. Selama penyimpanan, parameter - parameter mutu seperti kadar air, cita

rasa, warna dan sebagainya akan berubah karena pengaruh lingkungan seperti

(47)

Gambar 2. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air sambal

terasi

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar air

sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi

jumlah terasi dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata

(P<0,05) terhadap total mikroba sambal terasi yang dihasilkan, dapat dilihat pada

(48)

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama

2 1,142 1,573 T1L2 36,48 lm LM

3 1,200 1,653 T1L3 39,27 i HI

4 1,230 1,695 T1L4 43,84 de DE

5 1,257 1,729 T2L1 35,21 no MNO

6 1,272 1,752 T2L2 38,86 ijk HIJK

7 1,283 1,778 T2L3 41,59 f F

8 1,291 1,797 T2L4 45,97 c C

9 1,30 1,81 T3L1 36,34 lmn LMN

10 1,306 1,824 T3L2 39,03 ij HIJ

11 1,306 1,835 T3L3 41,48 fg FG

12 1,310 1,843 T3L4 48,24 b B

13 1,310 1,851 T4L1 37,12 kl JKL

14 1,314 1,858 T4L2 40,67 gh FGH

15 1,314 1,866 T4L3 45,10 cd CD

16 1,318 1,870 T4L4 50,14 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

(49)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan anatara berat terasi

dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar

air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan T4L4sebesar 50,14% dan terendah

terdapat pada perlakuan T1L1sebesar 33,50%.

Hubungan interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar

air dapat dilihat pada Gambar 3 menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah terasi

maka akan semakin besar kadar air pada sambal terasi. Hal ini disebabkan karena

selama penyimpanan bahan menyerap air dari udara sekitarnya. Proses tersebut

akan terus berlangsung selama penyimpanan, akibatnya kadar air akan semakin

meningkat, hal ini sesuai dengan literatur Winarno dkk., (1980) yang menyatakan

bahwa di dalam bahan pangan air terdapat dalam bentuk air bebas dan air terikat.

Air bebas mudah dihilangkan dengan cara penguapan atau pengeringan,

sedangkan air terikat sangat sukar dihilangkan dari bahan pangan tersebut

meskipun dengan cara pengeringan.

Peningkatan kadar air pada lama penyimpanan , hal ini dipengaruhi oleh

sifat alamiah produk, kelembaban lingkungan, sifat penyerapan air dan jumlah

mikroorganisme yang ada dalam bahan sehingga menyebabkan produk menjadi

bau tengik dan berlendir serta reaksi - reaksi kimia yang terjadi dalam bahan.

Menurut Syarief dan Halid (1993), kandungan air suatu sambal tidak dapat

digunakan sebagai indikator nyata dalam menentukan ketahanan simpan. Selama

penyimpanan, parameter - parameter mutu seperti kadar air, cita rasa, warna dan

sebagainya akan berubah karena pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban

(50)

Gambar 3. Hubungan pengaruh interaksi antara jumlah terasi dan lama

penyimpanan terhadap kadar air sambal terasi

Kadar Abu

Pengaruh jumlah terasi terhadap kadar abu sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa jumlah

terasi memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu

sambal terasi. Hasil uji LSR pengaruh berat terasi terhadap kadar abu sambal

terasi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap kadar abu sambal

terasi

(51)

0,05 0,01 Terasi 0,05 0,01

- - - T1= 1% 3,36 d D

2 0,165 0,227 T2= 2% 4,39 c C

3 0,173 0,239 T3= 3% 5,45 b B

4 0,178 0,245 T4= 4% 6,18 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata pada

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan T2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3 dan T4.

Perlakuan T2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3 dan T4. Perlakuan T3

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T4. Kadar abu tertinggi diperoleh pada

perlakuan T4 yaitu sebesar 6,18% dan terendah pada perlakuan T1 yaitu sebesar

3,36%.

Hubungan antara pengaruh jumlah terasi terhadap kadar abu sambal terasi

dapat dilihat pada Gambar 4 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar abu

sambal terasi dengan semakin meningkatnya jumlah terasi. Hal ini disebabkan

karena didalam terasi terkandung mineral-mineral, sehingga semakin banyak

terasi yang di tambahkan maka semakin meningkat kadar abunya, hal ini sesuai

dengan literatur Pomeranz dan Meloan (1987) menyatakan bahwa abu merupakan

(52)

Gambar 4. Hubungan pengaruh berat terasi terhadap kadar abu sambal terasi

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa lama

penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap

kadar abu sambal terasi yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar

abu sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi

jumlah terasi dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap kadar abu sambal terasi yang dihasilkan, sehingga uji LSR

(53)

Kadar Vitamin C

Pengaruh jumlah terasi terhadap kadar kadar vitamin C

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa jumlah

terasi memberi pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar

vitamin C sambal terasi yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa lama

penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar

vitamin C sambal terasi. Hasil uji LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap

kadar vitamin C sambal terasi dapat di lihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap vitamin C

sambal terasi

Jarak

LSR Lama

Rataan

Notasi

0,05 0,01 Penyimpanan 0,05 0,01

- - - L1= 0 hari 45,97 a A

2 0,783 1,078 L2= 3 hari 44,72 b B

3 0,822 1,133 L3= 6 hari 42,26 c C

4 0,843 1,162 L4= 9 hari 40,10 d D

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

(54)

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan L2 dan berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L2

berbeda sangat nyata dengan L3dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3

berbeda sangat nyata dengan L4. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada

perlakuan L1yaitu sebesar 45,97 mg/100gr bahan dan terendah pada perlakuan L4

yaitu sebesar 40,10 mg/100g bahan.

Hubungan antara pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C

sambal terasi dapat dilihat pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin lama

sambal terasi disimpan maka kadar vitamin C pada sambal terasi semakin

menurun. Penurunan kadar vitamin C selama penyimpanan disebabkan

kandungan asam askorbat (vitamin C) akan mengalami penurunan selama

penyimpanan hal ini sesuai dengan literatur (Matto dkk., 1975) yang menyatakan

bahwa terjadinya penurunan kadar vitamin C selama penyimpanan dapat

dijelaskan sebagai berikut, vitamin C merupakan suatu zat yang sangat peka

terhadap pengaruh (O2) dan terhadap peningkatan suhu serta kelembaban ruang

penyimpanan tinggi. Pada penelitian ini, penyimpanan dilakukan dengan

menggunakan suhu kamar, yaitu sekitar 30oC. Vitamin C sangat mudah

teroksidasi dan terdegradasi oleh panas (Winarno, 1980). Semakin lama

penyimpanan, maka proses oksidasi vitamin C akan semakin besar, sehingga

(55)

Gambar 6. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C

sambal terasi

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap kadar

vitamin C sambal terasi

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi

jumlah terasi dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap kadar vitamin C sambal terasi yang dihasilkan, sehingga uji

LSR tidak dilanjutkan.

(56)

Pengaruh jumlah terasi terhadap total mikroba sambal terasi

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa jumlah

terasi memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total

mikroba sambal terasi. Hasil uji LSR pengaruh jumlah terasi terhadap total

mikroba sambal terasi dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah terasi terhadap total mikroba

sambal terasi

Jarak

LSR Jumlah

Rataan

Notasi

0,05 0,01 Terasi 0,05 0,01

- - - T1= 1% 3,83 d D

2 0,129 0,177 T2= 2% 4,26 c C

3 0,135 0,186 T3= 3% 4,67 b B

4 0,138 0,191 T4= 4% 4,79 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata pada

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa perlakuan T1berbeda sangat nyata T2

terhadap perlakuan T2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3 dan T4.

Perlakuan T2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan T3 dan T4. Perlakuan T3

(57)

pada perlakuan T4 yaitu sebesar 4,79 x 103 koloni/g dan terendah pada perlakuan

T1 yaitu sebesar 3,83 x 103koloni/g.

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah terasi maka

total mikroba akan meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Sagoo dkk., (2002)

berkaitan dengan mikroba yang teradapat pada udang yang dapat melakukan

metabolisme secara sempurna. Karena adanya terasi sehingga pertumbuahan

mikroba menjadi meningkat.

Gambar 6. Hubungan pengaruh jumlah terasi terhadap total mikroba sambal

terasi

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba sambal terasi

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa lama

penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap total

mikroba sambal terasi. Hasil uji LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap total

(58)

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total

mikroba sambal terasi

Jarak

LSR Lama

Rataan

Notasi

0,05 0,01 Penyimpanan 0,05 0,01

- - - L1= 0 hari 2,75 d D

2 0,129 0,177 L2= 3 hari 3,67 c C

3 0,135 0,186 L3= 6 hari 5,08 b B

4 0,138 0,191 L4= 9 hari 6,06 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata pada

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan L2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4.

Perlakuan L2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan L4. Perlakuan L3

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4. Total Mikroba tertinggi diperoleh

pada perlakuan L4 yaitu sebesar 6,06 x 103 koloni/g dan terendah pada perlakuan

(59)

Hubungan antara pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba

sambal terasi dapat dilihat pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin lama

penyimpanan sambal terasi memiliki total mikroba yang tinggi. Peningkatan total

mikroba selama penyimpanan disebabkan karena didalam penyimpanan terjadi

kontaminasi yang dapat menimbulkan mikroba tumbuh dan berkembang,

sehingga semakin lama penyimpanan maka total mikroba semakin meningkat. Hal

ini sesuai dengan literatur Winarno dkk., (1980) yang menyatakan bahwa pada

umumnya waktu penyimpanan yang lebih lama akan menyebabkan kerusakan

yang lebih besar, kecuali untuk beberapa bahan tertentu seperti pada keju,

minuman anggur dan lain-lainnya yang tidak rusak karena pemeraman.

Gambar 7. Hubungan pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba

sambal terasi

Pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap total

(60)

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi

jumlah terasi dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata

(P<0,05) terhadap total mikroba sambal terasi yang dihasilkan, dapat dilihat pada

Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jumlah terasi dan lama

penyimpanan terhadap total mikroba

Jarak

LSR Perlakuan

Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - T1L1 2,20 p P

2 0,257 0,354 T1L2 3,15 lm KLM

3 0,270 0,372 T1L3 4,55 gh GH

4 0,277 0,381 T1L4 5,45 e DE

5 0,283 0,389 T2L1 2,65 no NO

6 0,286 0,394 T2L2 3,55 jk K

(61)

8 0,291 0,404 T2L4 6,05 bc BC

9 0,29 0,41 T3L1 2,90 lmn MN

10 0,294 0,410 T3L2 3,85 ij IJ

11 0,294 0,413 T3L3 5,30 ef DEF

12 0,295 0,415 T3L4 6,65 a A

13 0,295 0,416 T4L1 3,25 kl KL

14 0,296 0,418 T4L2 4,15 i I

15 0,296 0,420 T4L3 5,68 cd BCD

16 0,297 0,421 T4L4 6,10 b B

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata pada

taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf

besar)

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara jumlah terasi

dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap

total mikroba. Total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan T3L4yaitu sebesar

6,650% dan terendah pada perlakuan T1L1yaitu sebesar 2,200%.

Hubungan interaksi jumlah terasi dan lama penyimpanan terhadap total

mikroba dapat dilihat pada Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi terasi

maka semakin tinggi total mikroba yang dihasilkan pada sambal terasi, hal ini

sesuai dengan literatur Sagoo dkk., (2002) berkaitan dengan mikroba yang

teradapat pada udang yang dapat melakukan metabolisme secara sempurna.

Gambar

Tabel 4. Skala uji hedonik terhadap warna
Gambar 1. Skema Pembuatan Sambal Terasi
Tabel 6. Pengaruh jumlah terasi terhadap parameter yang diamati
Tabel 7. Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

Defining a concept such as terrorism is an important first step in seeing how terrorism is fun- damentally a communication process. To convey their message to the main target which

This questionnaire is conducted to obtain information as the primary data in doing a research about the analysis of needs of English Teaching Method’s subject in English Department

Jigsaw” dengan harapan peserta didik bisa bekerjasama dengan anggotanya untuk.. menemukan pemecahan persoalan sehingga ada interaksi antar peserta didik yang menjadikan

Lembar observasi aktivitas guru digunakan dengan tujuan kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada tindakan siklus I pada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rantai nilai cabai merah di Kabupaten Bangka Tengah, menghitung besarnya marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan

Kombinasi perlakuan prakultur dengan sukrosa 0,3 M dan pemuatan dalam larutan LS selama 10 menit merupakan metode yang terbaik untuk pembekuan jaringan apeks

Dengan kata lain, riba fadhl adalah jual-beli yang mengandung unsur riba pada barang sejenis dengan adanya tambahan pada salah satu benda

Citra digital merupakan salah satu media digital yang memiliki resiko untuk dimanipulasi. Informasi yang disampaikan dapat disalahgunakan oleh pihak lain, demi