• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI

INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)

OLEH

Tengku Apriansya Ramadhan 080503082

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional

di Indonesia (suatu studi perbandingan)” adalah benar hasil karya saya sendiri

yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada

Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 10 Mei 2012

Yang membuat pernyataan,

NIM: 080503082

(3)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya, serta sholawat dan

salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Rasulullah Muhammad

SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

“Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi

perbandingan)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan

yang disebabkan keterbatasan penulis, untuk itu penulis memohon maaf dan

menerima kritik serta saran dari seluruh pihak untuk mendorong dan memotivasi

penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan

bantuan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak yang telah

turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk kedua

orangtua penulis Tengku Ikhsan dan Zulfifah Hanum yang selalu melimpahkan

kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moril dan materi, serta do’a yang tidak

pernah putus kepada ALLAH SWT. Beserta ketiga saudara penulis yang penulis

cintai dan sayangi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua

(4)

iii Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu

Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan meluangkan waktu untuk

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak selaku dosen pembaca dan penilai yang

telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan masukan dan dukungan

bagi penulis, khususnya dini, ambition boys, dr say, teman-teman futsal dan

teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan dan keinginan penulis adalah agar penelitian ini dapat memberikan

manfaat serta kontribusi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan ilmu

pengetahuan bidang akuntansi.

Medan, 10 Mei 2012

Penulis,

Tengku Apriansya Ramadhan

(5)

iv ABSTRAK

KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)

Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan cara menghilangkan perhitungan bunga dan menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bank. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menetapkan perbankan di Indonesia telah menganut dual banking system yang bertujuan agar bank-bank konvensional yang ada di Indonesia membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia periode 2008-2010. Indikator yang digunakan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non Performing Loan (NPL), Total Assets Turnover (TATO). Metode yang digunakan adalah dengan uji t statistik Independent sample t-test.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional. Rasio ROA, LDR, OER, dan NPL perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih buruk dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional. Sedangkan rasio DER, NIM/NOM, dan TATO perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional.

Secara keseluruhan, kinerja perbankan konvensional lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah. Perbedaan ini terjadi karena market share perbankan syariah yang lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, sistem pengendalian investasi yang belum efisien, dan biaya operasional perbankan syariah yang cukup tinggi.

(6)

v ABSTRACT

PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING AND CONVENTIONAL BANKING IN INDONESIA (A COMPARATIVE STUDY)

The development of Islamic banking industry in Indonesia started in 1992 by eliminating the calculation of interest and applying Islamic principles in banking activities. Law No. 10 of 1998 set banks in Indonesia have to adopted the dual banking system that aims the conventional banks in Indonesia to open sharia business unit, or even fully convert into Islamic banks to fulfill people needs for the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with Islamic principles

The purpose of this study is to compare the performance of Islamic banking with conventional banking in Indonesia 2008-2010 period. The Indicators that used to compare the financial performance is the financial ratios Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non-Performing Loans (NPL), Total Assets Turnover (TATO). The method that used is the statistic t test Independent sample t-test.

.

The results of the study indicate a significant difference between the performance of Islamic banking and conventional banking. ROA, LDR, OER, and NPL ratios of Islamic banking showed worse quality compared with conventional banking ratios. However the ratio of DER, NIM/NOM, and TATO of Islamic banking showed better quality than the conventional banking ratios.

Overall, the performance of conventional banking is better than the performance of Islamic banking. This difference occurs because the market share of Islamic banking is very small compared to the conventional banking, investment control system is inefficient, and Islamic banking operational costs are quite high.

(7)

vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional ... 7

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional ... 7

2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana ... 8

2.1.3. Sistem Penyaluran Dana ... 10

2.2. Bank Syariah ... 11

2.2.1. Pengertian Bank Syariah ... 11

2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah ... 12

2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah ... 18

2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 20

2.4. Penelitian Terdahulu ... 23

2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 29

(8)

vii BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 39

3.6.1.4. Uji Autokorelasi ... 40

3.6.2. Pengujian Beda Dua Rata-Rata ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia ... 42

4.2. Gambaran Umum Perbankan Syariah Indonesia ... 43

4.3. Hasil Penelitian ... 45

4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 45

4.3.1.1. Uji Normalitas ... 45

4.3.1.2. Uji Heterokedastisitas ... 47

4.3.1.3. Uji Autokorelasi ... 48

4.3.1.4. Multikolinearitas ... 49

4.3.2. Pengujian Uji Beda Dua Rata-Rata ... 50

4.4. Pembahasan ... 52

4.4.1. Analisis Rasio ROA ... 52

4.4.1.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 52

4.4.1.2. Pengujian Hipotesis ... 53

4.4.2. Analisis Rasio LDR ... 53

4.4.2.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 53

4.4.2.2. Pengujian Hipotesis ... 54

4.4.3. Analisis Rasio DER ... 54

4.4.3.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 54

4.4.3.2. Pengujian Hipotesis ... 55

4.4.4. Analisis Rasio OER ... 55

4.4.4.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 55

4.4.4.2. Pengujian Hipotesis ... 56

4.4.5. Analisis Rasio NIM ... 56

(9)

viii

4.4.5.2. Pengujian Hipotesis ... 57

4.4.6. Analisis Rasio NPL ... 58

4.4.6.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 58

4.4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 58

4.4.7. Analisis Rasio TATO ... 59

4.4.7.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 59

4.4.7.2. Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.8. Analisi Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan ... 59

4.4.8.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 59

4.4.8.2. Pengujian Hipotesis ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 64

5.2.1. Bagi Perbankan Syariah ... 65

5.2.2. Bagi Perbankan Konvensional ... 66

5.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nama Judul Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah ... 2

Tabel 2.1 Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil ... 17

Tabel 2.2 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .. 21

Tabel 3.1 Nama Bank yang Akan Diteliti ... 32

Tabel 3.2 Interval, Kategori dan Skor dari Kinerja Keuangan ... 35

Tabel 3.3 Peringkat dan Skor ROA ... 36

Tabel 3.4 Peringkat dan skor LDR ... 36

Tabel 3.5 Peringkat dan skor DER ... 36

Tabel 3.6 Peringkat dan skor OER ... 36

Tabel 3.7 Peringkat dan skor NIM/NOM ... 37

Tabel 3.8 Peringkat dan skor NPL ... 37

Tabel 3.9 Peringkat dan skor TATO ... 37

Tabel 4.1 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas ... 50

Tabel 4.3 Statistik Grup ... 51

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nama Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram ... 46

Gambar 4.2 Uji Normalitas P-Plot ... 46

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran i Interval, Kategori dan Skor dari Kinerja Keuangan ... 69

Lampiran ii Rasio Keuangan Bank ... 71

Lampiran iii Penjabaran Kinerja Keuangan ... 72

Lampiran iv Hasil Uji Asumsi Klasik ... 73

(13)

iv ABSTRAK

KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)

Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan cara menghilangkan perhitungan bunga dan menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bank. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menetapkan perbankan di Indonesia telah menganut dual banking system yang bertujuan agar bank-bank konvensional yang ada di Indonesia membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia periode 2008-2010. Indikator yang digunakan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non Performing Loan (NPL), Total Assets Turnover (TATO). Metode yang digunakan adalah dengan uji t statistik Independent sample t-test.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional. Rasio ROA, LDR, OER, dan NPL perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih buruk dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional. Sedangkan rasio DER, NIM/NOM, dan TATO perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional.

Secara keseluruhan, kinerja perbankan konvensional lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah. Perbedaan ini terjadi karena market share perbankan syariah yang lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, sistem pengendalian investasi yang belum efisien, dan biaya operasional perbankan syariah yang cukup tinggi.

(14)

v ABSTRACT

PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING AND CONVENTIONAL BANKING IN INDONESIA (A COMPARATIVE STUDY)

The development of Islamic banking industry in Indonesia started in 1992 by eliminating the calculation of interest and applying Islamic principles in banking activities. Law No. 10 of 1998 set banks in Indonesia have to adopted the dual banking system that aims the conventional banks in Indonesia to open sharia business unit, or even fully convert into Islamic banks to fulfill people needs for the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with Islamic principles

The purpose of this study is to compare the performance of Islamic banking with conventional banking in Indonesia 2008-2010 period. The Indicators that used to compare the financial performance is the financial ratios Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non-Performing Loans (NPL), Total Assets Turnover (TATO). The method that used is the statistic t test Independent sample t-test.

.

The results of the study indicate a significant difference between the performance of Islamic banking and conventional banking. ROA, LDR, OER, and NPL ratios of Islamic banking showed worse quality compared with conventional banking ratios. However the ratio of DER, NIM/NOM, and TATO of Islamic banking showed better quality than the conventional banking ratios.

Overall, the performance of conventional banking is better than the performance of Islamic banking. This difference occurs because the market share of Islamic banking is very small compared to the conventional banking, investment control system is inefficient, and Islamic banking operational costs are quite high.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 menandakan

dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

dikatakan cukup terlambat mengingat negara Indonesia memiliki penduduk

muslim terbesar di dunia sedangkan di negara-negara lain perbankan syariah

sudah berkembang sejak tahun 1970-an dan 1980-an. Undang-Undang No.7

Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan

usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci

dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank

berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan ini dijadikan sebagai dasar hukum

beroperasinya bank syariah di Indonesia.

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, perbankan di

Indonesia secara resmi telah menganut dual banking system yang artinya

bank-bank konvensional yang ada di Indonesia dianjurkan membuka unit usaha syariah

atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah. Namun, dengan

dikeluarkannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tidak berarti industri

perbankan syariah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan persaingan

dengan bank konvensional yang cukup ketat dan market share bank syariah di

Indonesia pada tahun 2008 relatif masih kecil, yaitu sekitar 2,14% dari total aset

bank secara nasional. Akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah (BUS),

(16)

2 Sejalan dengan hal tersebut, jaringan kantor bank syariah, termasuk layanan

syariah juga menunjukkan peningkatan sebesar 1014 unit menjadi 1.470 layanan

syariah di tahun 2008.

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah Kelompok Bank 2006 2007 2008 2009 2010

Bank Umum Syariah 3 3 5 6 11

Unit Usaha Syariah 20 26 27 25 23

BPRS 105 114 131 138 150

Jumlah Layanan Syariah 456 1195 1470 1929 1277 (Sumber : Bank Indonesia, 2012)

Perbedaan mendasar antara perbankan konvensional dan syariah terletak

pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah

kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan

kepada nasabah (Muhammad, 2005). Kegiatan operasional bank syariah

menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak

menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun

membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan

riba yang diharamkan.

Bank syariah yang dipilih adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank

Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah(BRIS),

sedangkan bank konvensional yang dipilih adalah Bank Mandiri(BM), Bank

Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia ( BCA), Bank Rakyat Indonesia

(BRI) yang dianggap sebagai 4 bank terbesar di Indonesia. Data yang digunakan

untuk mengukur kinerja bank adalah laporan tahunan bank periode 2008 – 2010.

(17)

3 Pengukuran kinerja keuangan bank yang digunakan adalah rasio keuangan

yang terdiri dari Return on Assets (ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to

Deposit Ratio (LDR) (mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER)

(mewakili rasio leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi),

Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio

operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas aktiva

produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio aktivitas). Oleh karena

itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Bank

Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)”. 1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan

perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan

perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional secara

keseluruhan?

1.3. Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bank syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah 4 bank syariah

yang terdapat di Indonesia dan laporan keuangannya sudah

dipublikasikan sejak tahun 2008. Bank Syariah yang dipilih adalah Bank

Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega

(18)

4 dipilih adalah Bank Mandiri (BM), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank

Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang dianggap

sebagai 4 bank terbesar di Indonesia.

2. Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan

tahunan bank periode 2008 – 2010. Data dari masing-masing bank

didapatkan melalui publikasi di internet.

3. Pengukuran kinerja keuangan bank yang gunakan dalam penelitian ini

hanya mencakup rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets

(ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to Deposit Ratio (LDR)

(mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER) (mewakili rasio

leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi), Net

Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio

operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas

aktiva produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio

aktivitas). Pengukuran kinerja juga tidak mencakup aspek manajemen,

sumber daya manusia, jumlah outlet dan faktor eksternal yang lain.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Menganalisa dan meneliti kinerja keuangan perbankan syariah jika

dibandingkan dengan perbankan konvensional berdasarkan

masing-masing rasio keuangan.

2. Menganalisa dan meneliti kinerja perbankan syariah jika dibandingkan

(19)

5 1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian mengenai perbandingan kinerja

keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional antara lain:

1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh ilmu

pengetahuan baru dan pengalaman baik mengenai perbankan syariah

maupun perbankan konvensional.

2. Bagi bank konvensional, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menjadi acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah

Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.

3.

Bagi bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk

meningkatkan dan mempertahankan kinerjanya, sekaligus memperbaiki

apabila ada kelemahan dan kekurangan.

1.6. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah serta tujuan dan manfaat penulisan. Selanjutnya disajikan pula

hipotesis yang merupakan dugaan awal dari hasil penelitian.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan secara singkat teori yang melandasi penelitian,

termasuk pembahasan tentang pengertian dan perbedaan bank syariah dan bank

konvensional. Pembahasan berikutnya adalah mengenai teori pengukuran kinerja

(20)

6 Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan secara detil tentang metode penelitian yang digunakan.

Penjelasan dimulai dari metode pengumpulan data, dilanjutkan dengan metode

analisis data.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi analisa permasalahan berdasarkan data yang telah diolah pada

bab sebelumnya.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan

kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran kepada pihak-pihak yang

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang

perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan

Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10

Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank

umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan

menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam

(22)

8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana

Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah

kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah

mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.

Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk

menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:

− Dana sendiri

− Dana dari deposan

− Dana pinjaman

− Sumber dana lain

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara

memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya

dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut

dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh

masyarkat adalah seperti:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Setiap pemegang

rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro.

(23)

9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat

dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi

atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan

diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama

seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung

dari bank yang bersangkutan.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu

(jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.

Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam

prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito,

dan Deposit on call.

Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai

kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi

bank dan nasabah.

Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain:

pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank

Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima

(24)

10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil

dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan

lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui

pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit.

Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari

kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan,

bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah.

Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan

investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki

jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit

jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun.

3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka

memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.

4. Kredit Produktif

Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau

perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali

(25)

11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi

bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih

kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan

disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil

komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk

membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread

pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu

bank.

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah

bank yang beroperasi dengan tidak berorientasi pada bunga. Bank syariah

juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi

SAW. Antonio dan Perwataatmadja (1997; 1) membedakan menjadi dua

pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai

dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya

mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut

(26)

12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya

berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan

prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan

menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung

jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan

diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun

aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad

penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau

tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang

titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau

kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang

(27)

13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan

tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil

usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang

berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan

usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan

atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas

kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi

dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang

cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis

usaha, waktu, dan daerah bisnis.

(28)

14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal

mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko

akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua

orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua

orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan

modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau

mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang

atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah

dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

(29)

15 a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan

pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan

pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh

pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat

tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam

suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian

memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan

dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga

bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa

pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu

tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara

umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan

kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika

bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain

untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini

(30)

16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak

kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al

muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si

penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya

melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain

yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah dalam perbankan

biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check,

dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu

(31)

17 d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai

ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan

untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha

kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq

dan shadaqah.

Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

c). Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

d). Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

e). Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

a). Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

b). Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan

c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

d). Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

e). Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam

(32)

18 2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya

di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka

mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian

disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),

dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem

operasional tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank

konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang

mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan,

yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut

menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi

tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan

pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi

nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah

terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana

modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan,

dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed

(33)

19 untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan.

Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik

modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan

syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah

atau equity participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi

dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai

dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima

titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan

tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat,

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang

mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal)

dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank.

Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai

investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari

bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi

bank seperti halnya pada bank konvensional.

(34)

20 Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan

dengan tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang

dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini

dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah,

salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi

adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama

dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek

transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang,

maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang

ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan

prinsip bagi hasil.

2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain

sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut

aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional

(35)

21 Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvesional

a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja

b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

c). Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

e). Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis

(Sumber : Antonio, 2001; 34)

1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi

dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.

Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah

dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi

tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban

hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik

dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus

memenuhi ketentuan akad.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada

perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah

(36)

22 negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi

syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip

syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah

Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan

Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank

konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur

yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional

adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi

mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan

garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat

Dewan Komisaris pada setiap bank, hal ini untuk menjamin efektivitas

dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena

itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh

Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas

Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari

kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan

(37)

23 diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan dan tidak

semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank

syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

5. Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai

dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,

harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif

muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional

(fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana

informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal

reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan

syariah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perbankan

dengan menggunakan indikator rasio keuangan, antara lain:

1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara bank

domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi yang

berorientasi pasar (market-oriented economy) di Hungaria periode

1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang dibagi

kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan komitmen

terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa,

dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi,

(38)

24 2. Samad dan Hasan (2000), melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan

menggabungkan metode inter-temporal dan inter-bank. Metode inter

temporal digunakan untuk membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia

Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode lebih baik

dibandingkan awal periode. Metode inter-bank digunakan untuk

membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia

selama periode 1984-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB

mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8

bank konvensional.

3. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja

keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam

bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam

penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan

modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF,

hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih

baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank

konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen,

sedang bank konvensional hanya lima persen.

4. Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni (2006), melakukan penelitian

dengan membandingkan kinerja keuangan bank syariah dan bank

(39)

25 moneter. Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah rasio

keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari kinerja

keuangan bank secara keseluruhan antara bank syariah dan bank

konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio profitabilitas.

2. H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio likuiditas.

3. H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio leverage.

4. H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio efisiensi.

5. H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio operasional.

6. H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio kualitas

aktiva produktif.

7. H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio aktivitas.

8. H8 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

(40)

26 2.6. Kerangka Konseptual

Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan

fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan

kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan

rasio profabilitas, likuiditas, leverage, efisiensi, operasional, kualitas aktiva

produktif, dan aktivitas.

Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja

keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya

perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang lingkup opersional

tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang

berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis

membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.

Diperbandingkan

(41)

27 2.7. Rasio Keuangan

2.7.1. Rasio Profitabilitas

Menurut Harmono (2009) rasio profitabilitas digunakan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa

efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Analisis rasio rentabilitas

bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha

dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return

on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan

yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari

segi penggunaan aset. Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24

Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai barikut:

ROA =Laba Sebelum Pajak

Total Aktiva

2.7.2. Rasio Likuiditas

Menurut Harmono (2009) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan

untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan

dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali

semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan

tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk

(42)

28 tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan

to Deposit Ratio (LDR).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit

yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini

digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali

kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan

kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi

rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Berdasarkan SE BI No

3/30DPNP tgl 14 Desember 2001 rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

LDR = Total Pembiayaan

Total Dana Pihak Ketiga

2.7.3. Rasio Leverage

Menurut Harmono (2009) rasio solvabilitas adalah rasio untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika

perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar

kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan

tidak mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya

menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Rasio

leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio

(DER).

(43)

29 2.7.4. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan

pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio

yang digunakan adalah Operating Efficiency (OER) atau BOPO.

Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

OER = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional

2.7.5. Rasio Operasional

Rasio operasional menunjukkan bagaimana efisiensi sebuah

perusahaan dalam kegiatan operasinya dan penggunaan dari aktiva. Ada

beberapa cara untuk mengukur operasi. Dalam penelitian ini rasio yang

digunakan adalah Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin

(NOM). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004

rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

NIM =Pendapatan Bunga−Beban Bunga

Rata-rata Aktiva Produktif

NOM =(Pendapatan Operasional−Distribusi bagi Hasil) – Biaya Operasional Rata-rata Aktiva Produktif

2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif

Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang

(44)

30 maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana

antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening

administratif.

Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:

1. Prospek usaha

2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur

3. Kemampuan membayar

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai

prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan

mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas

kredit ditetapkan menjadi:

a. Lancar (Pass)

b. Dalam perhatian khusus (special mention)

c. Kurang lancar (sub standard)

d. Diragukan (doubtful)

e. Macet (loss)

Non Performing Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan

kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank melakukan

peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil

resiko kredit (Masyhud Ali, 2004). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN

DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(45)

31 2.7.7. Rasio Aktivitas

Menurut Harmono (2009) rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui

seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang

dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Singkatnya, dengan

rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam

memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini

rasio yang digunakan adalah Total Assets Turnover (TATO).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(46)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang

perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan

Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10

Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank

umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan

menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam

(47)

8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana

Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari

masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah

kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah

mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.

Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk

menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:

− Dana sendiri

− Dana dari deposan

− Dana pinjaman

− Sumber dana lain

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara

memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya

dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut

dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh

masyarkat adalah seperti:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat

dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Setiap pemegang

rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro.

(48)

9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat

dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi

atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan

diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama

seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung

dari bank yang bersangkutan.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu

(jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.

Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam

prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito,

dan Deposit on call.

Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai

kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi

bank dan nasabah.

Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain:

pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank

Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima

(49)

10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil

dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan

lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui

pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit.

Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari

kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan,

bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah.

Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan

investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki

jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit

jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun.

3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka

memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.

4. Kredit Produktif

Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau

perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali

(50)

11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi

bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih

kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan

disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil

komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk

membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread

pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu

bank.

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah

bank yang beroperasi dengan tidak berorientasi pada bunga. Bank syariah

juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi

SAW. Antonio dan Perwataatmadja (1997; 1) membedakan menjadi dua

pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip

syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai

dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya

mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut

(51)

12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya

berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan

prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak

lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan

barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan

menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung

jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan

diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun

aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad

penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau

tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang

titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau

kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang

(52)

13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan

tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil

usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang

berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan

usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan

atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas

kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi

dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang

cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis

usaha, waktu, dan daerah bisnis.

(53)

14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal

mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko

akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua

orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua

orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan

modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau

mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang

atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah

dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

(54)

15 a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan

pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan

pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh

pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat

tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam

suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian

memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan

dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga

bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa

pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu

tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara

umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan

kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika

bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain

untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini

(55)

16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak

kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al

muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si

penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya

melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain

yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah dalam perbankan

biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check,

dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah
Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil
Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama ini pungutan Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

14 Dari keadaan atau fenomena yang terjadi pada siswa kelas X, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional siswa di kelas

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa ada Perbedaan antara pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher Jambi dengan

4.1.1 Mempraktikan aktivitas (misalnya menceritakan kembali, bermain peran, dsb) seperti dalam kisah Perjanjian Lama  Mengamati gambar dan cerita pembaptisan bayi 

Apakah Anda melakukan kegiatan olahraga, gerak badan, atau hobi dengan intensitas tinggi selama setidaknya 10 menit berturut-turut yang membuat Anda terengah-engah atau

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukan penelitian tentang pembuatan glukosa dari tandan kosong kelapa sawit melalui proses hidrolisis enzimatis serta mengamati

saginata biasanya lebih aktif (motile) daripada T. solium, dan bisa bergerak keluar dari feses menuju ke rumput. saginata dapat bertahan hidup dalam air dan atau

Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka, kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang