SKRIPSI
KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI
INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)
OLEH
Tengku Apriansya Ramadhan 080503082
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional
di Indonesia (suatu studi perbandingan)” adalah benar hasil karya saya sendiri
yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 10 Mei 2012
Yang membuat pernyataan,
NIM: 080503082
ii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya, serta sholawat dan
salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Rasulullah Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi
perbandingan)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan
yang disebabkan keterbatasan penulis, untuk itu penulis memohon maaf dan
menerima kritik serta saran dari seluruh pihak untuk mendorong dan memotivasi
penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.
Penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dan
bantuan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak yang telah
turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terutama untuk kedua
orangtua penulis Tengku Ikhsan dan Zulfifah Hanum yang selalu melimpahkan
kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moril dan materi, serta do’a yang tidak
pernah putus kepada ALLAH SWT. Beserta ketiga saudara penulis yang penulis
cintai dan sayangi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
iii Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu
Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan meluangkan waktu untuk
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak selaku dosen pembaca dan penilai yang
telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman mahasiswa yang selalu memberikan masukan dan dukungan
bagi penulis, khususnya dini, ambition boys, dr say, teman-teman futsal dan
teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan dan keinginan penulis adalah agar penelitian ini dapat memberikan
manfaat serta kontribusi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan ilmu
pengetahuan bidang akuntansi.
Medan, 10 Mei 2012
Penulis,
Tengku Apriansya Ramadhan
iv ABSTRAK
KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)
Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan cara menghilangkan perhitungan bunga dan menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bank. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menetapkan perbankan di Indonesia telah menganut dual banking system yang bertujuan agar bank-bank konvensional yang ada di Indonesia membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia periode 2008-2010. Indikator yang digunakan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non Performing Loan (NPL), Total Assets Turnover (TATO). Metode yang digunakan adalah dengan uji t statistik Independent sample t-test.
Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional. Rasio ROA, LDR, OER, dan NPL perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih buruk dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional. Sedangkan rasio DER, NIM/NOM, dan TATO perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional.
Secara keseluruhan, kinerja perbankan konvensional lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah. Perbedaan ini terjadi karena market share perbankan syariah yang lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, sistem pengendalian investasi yang belum efisien, dan biaya operasional perbankan syariah yang cukup tinggi.
v ABSTRACT
PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING AND CONVENTIONAL BANKING IN INDONESIA (A COMPARATIVE STUDY)
The development of Islamic banking industry in Indonesia started in 1992 by eliminating the calculation of interest and applying Islamic principles in banking activities. Law No. 10 of 1998 set banks in Indonesia have to adopted the dual banking system that aims the conventional banks in Indonesia to open sharia business unit, or even fully convert into Islamic banks to fulfill people needs for the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with Islamic principles
The purpose of this study is to compare the performance of Islamic banking with conventional banking in Indonesia 2008-2010 period. The Indicators that used to compare the financial performance is the financial ratios Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non-Performing Loans (NPL), Total Assets Turnover (TATO). The method that used is the statistic t test Independent sample t-test.
.
The results of the study indicate a significant difference between the performance of Islamic banking and conventional banking. ROA, LDR, OER, and NPL ratios of Islamic banking showed worse quality compared with conventional banking ratios. However the ratio of DER, NIM/NOM, and TATO of Islamic banking showed better quality than the conventional banking ratios.
Overall, the performance of conventional banking is better than the performance of Islamic banking. This difference occurs because the market share of Islamic banking is very small compared to the conventional banking, investment control system is inefficient, and Islamic banking operational costs are quite high.
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional ... 7
2.1.1. Pengertian Bank Konvensional ... 7
2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana ... 8
2.1.3. Sistem Penyaluran Dana ... 10
2.2. Bank Syariah ... 11
2.2.1. Pengertian Bank Syariah ... 11
2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah ... 12
2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah ... 18
2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 20
2.4. Penelitian Terdahulu ... 23
2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 29
vii BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis
3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 39
3.6.1.4. Uji Autokorelasi ... 40
3.6.2. Pengujian Beda Dua Rata-Rata ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia ... 42
4.2. Gambaran Umum Perbankan Syariah Indonesia ... 43
4.3. Hasil Penelitian ... 45
4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 45
4.3.1.1. Uji Normalitas ... 45
4.3.1.2. Uji Heterokedastisitas ... 47
4.3.1.3. Uji Autokorelasi ... 48
4.3.1.4. Multikolinearitas ... 49
4.3.2. Pengujian Uji Beda Dua Rata-Rata ... 50
4.4. Pembahasan ... 52
4.4.1. Analisis Rasio ROA ... 52
4.4.1.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 52
4.4.1.2. Pengujian Hipotesis ... 53
4.4.2. Analisis Rasio LDR ... 53
4.4.2.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 53
4.4.2.2. Pengujian Hipotesis ... 54
4.4.3. Analisis Rasio DER ... 54
4.4.3.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 54
4.4.3.2. Pengujian Hipotesis ... 55
4.4.4. Analisis Rasio OER ... 55
4.4.4.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 55
4.4.4.2. Pengujian Hipotesis ... 56
4.4.5. Analisis Rasio NIM ... 56
viii
4.4.5.2. Pengujian Hipotesis ... 57
4.4.6. Analisis Rasio NPL ... 58
4.4.6.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 58
4.4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 58
4.4.7. Analisis Rasio TATO ... 59
4.4.7.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 59
4.4.7.2. Pengujian Hipotesis ... 59
4.4.8. Analisi Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan ... 59
4.4.8.1. Analisis Deskripsi Kedua Variabel ... 59
4.4.8.2. Pengujian Hipotesis ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64
5.2. Saran ... 64
5.2.1. Bagi Perbankan Syariah ... 65
5.2.2. Bagi Perbankan Konvensional ... 66
5.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
ix DAFTAR TABEL
Nama Judul Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah ... 2
Tabel 2.1 Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil ... 17
Tabel 2.2 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .. 21
Tabel 3.1 Nama Bank yang Akan Diteliti ... 32
Tabel 3.2 Interval, Kategori dan Skor dari Kinerja Keuangan ... 35
Tabel 3.3 Peringkat dan Skor ROA ... 36
Tabel 3.4 Peringkat dan skor LDR ... 36
Tabel 3.5 Peringkat dan skor DER ... 36
Tabel 3.6 Peringkat dan skor OER ... 36
Tabel 3.7 Peringkat dan skor NIM/NOM ... 37
Tabel 3.8 Peringkat dan skor NPL ... 37
Tabel 3.9 Peringkat dan skor TATO ... 37
Tabel 4.1 Hasil Uji Autokorelasi ... 49
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas ... 50
Tabel 4.3 Statistik Grup ... 51
x DAFTAR GAMBAR
Nama Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 26
Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram ... 46
Gambar 4.2 Uji Normalitas P-Plot ... 46
xi DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Interval, Kategori dan Skor dari Kinerja Keuangan ... 69
Lampiran ii Rasio Keuangan Bank ... 71
Lampiran iii Penjabaran Kinerja Keuangan ... 72
Lampiran iv Hasil Uji Asumsi Klasik ... 73
iv ABSTRAK
KINERJA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA (SUATU STUDI PERBANDINGAN)
Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan cara menghilangkan perhitungan bunga dan menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bank. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 menetapkan perbankan di Indonesia telah menganut dual banking system yang bertujuan agar bank-bank konvensional yang ada di Indonesia membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia periode 2008-2010. Indikator yang digunakan untuk melakukan perbandingan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non Performing Loan (NPL), Total Assets Turnover (TATO). Metode yang digunakan adalah dengan uji t statistik Independent sample t-test.
Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional. Rasio ROA, LDR, OER, dan NPL perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih buruk dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional. Sedangkan rasio DER, NIM/NOM, dan TATO perbankan syariah menunjukkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan rasio perbankan konvensional.
Secara keseluruhan, kinerja perbankan konvensional lebih baik dibandingkan kinerja perbankan syariah. Perbedaan ini terjadi karena market share perbankan syariah yang lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, sistem pengendalian investasi yang belum efisien, dan biaya operasional perbankan syariah yang cukup tinggi.
v ABSTRACT
PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING AND CONVENTIONAL BANKING IN INDONESIA (A COMPARATIVE STUDY)
The development of Islamic banking industry in Indonesia started in 1992 by eliminating the calculation of interest and applying Islamic principles in banking activities. Law No. 10 of 1998 set banks in Indonesia have to adopted the dual banking system that aims the conventional banks in Indonesia to open sharia business unit, or even fully convert into Islamic banks to fulfill people needs for the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with Islamic principles
The purpose of this study is to compare the performance of Islamic banking with conventional banking in Indonesia 2008-2010 period. The Indicators that used to compare the financial performance is the financial ratios Return on Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt Equity Ratio (DER), Operating Efficiency (OER), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM), Non-Performing Loans (NPL), Total Assets Turnover (TATO). The method that used is the statistic t test Independent sample t-test.
.
The results of the study indicate a significant difference between the performance of Islamic banking and conventional banking. ROA, LDR, OER, and NPL ratios of Islamic banking showed worse quality compared with conventional banking ratios. However the ratio of DER, NIM/NOM, and TATO of Islamic banking showed better quality than the conventional banking ratios.
Overall, the performance of conventional banking is better than the performance of Islamic banking. This difference occurs because the market share of Islamic banking is very small compared to the conventional banking, investment control system is inefficient, and Islamic banking operational costs are quite high.
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 menandakan
dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat
dikatakan cukup terlambat mengingat negara Indonesia memiliki penduduk
muslim terbesar di dunia sedangkan di negara-negara lain perbankan syariah
sudah berkembang sejak tahun 1970-an dan 1980-an. Undang-Undang No.7
Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan
usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank
berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan ini dijadikan sebagai dasar hukum
beroperasinya bank syariah di Indonesia.
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, perbankan di
Indonesia secara resmi telah menganut dual banking system yang artinya
bank-bank konvensional yang ada di Indonesia dianjurkan membuka unit usaha syariah
atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah. Namun, dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tidak berarti industri
perbankan syariah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan persaingan
dengan bank konvensional yang cukup ketat dan market share bank syariah di
Indonesia pada tahun 2008 relatif masih kecil, yaitu sekitar 2,14% dari total aset
bank secara nasional. Akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah (BUS),
2 Sejalan dengan hal tersebut, jaringan kantor bank syariah, termasuk layanan
syariah juga menunjukkan peningkatan sebesar 1014 unit menjadi 1.470 layanan
syariah di tahun 2008.
Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah Kelompok Bank 2006 2007 2008 2009 2010
Bank Umum Syariah 3 3 5 6 11
Unit Usaha Syariah 20 26 27 25 23
BPRS 105 114 131 138 150
Jumlah Layanan Syariah 456 1195 1470 1929 1277 (Sumber : Bank Indonesia, 2012)
Perbedaan mendasar antara perbankan konvensional dan syariah terletak
pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah
kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan
kepada nasabah (Muhammad, 2005). Kegiatan operasional bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak
menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun
membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan
riba yang diharamkan.
Bank syariah yang dipilih adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank
Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah(BRIS),
sedangkan bank konvensional yang dipilih adalah Bank Mandiri(BM), Bank
Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia ( BCA), Bank Rakyat Indonesia
(BRI) yang dianggap sebagai 4 bank terbesar di Indonesia. Data yang digunakan
untuk mengukur kinerja bank adalah laporan tahunan bank periode 2008 – 2010.
3 Pengukuran kinerja keuangan bank yang digunakan adalah rasio keuangan
yang terdiri dari Return on Assets (ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to
Deposit Ratio (LDR) (mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER)
(mewakili rasio leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi),
Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio
operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas aktiva
produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio aktivitas). Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Bank
Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)”. 1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan
perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan
perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional secara
keseluruhan?
1.3. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bank syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah 4 bank syariah
yang terdapat di Indonesia dan laporan keuangannya sudah
dipublikasikan sejak tahun 2008. Bank Syariah yang dipilih adalah Bank
Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega
4 dipilih adalah Bank Mandiri (BM), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang dianggap
sebagai 4 bank terbesar di Indonesia.
2. Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan
tahunan bank periode 2008 – 2010. Data dari masing-masing bank
didapatkan melalui publikasi di internet.
3. Pengukuran kinerja keuangan bank yang gunakan dalam penelitian ini
hanya mencakup rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets
(ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to Deposit Ratio (LDR)
(mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER) (mewakili rasio
leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi), Net
Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio
operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas
aktiva produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio
aktivitas). Pengukuran kinerja juga tidak mencakup aspek manajemen,
sumber daya manusia, jumlah outlet dan faktor eksternal yang lain.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa dan meneliti kinerja keuangan perbankan syariah jika
dibandingkan dengan perbankan konvensional berdasarkan
masing-masing rasio keuangan.
2. Menganalisa dan meneliti kinerja perbankan syariah jika dibandingkan
5 1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian mengenai perbandingan kinerja
keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional antara lain:
1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh ilmu
pengetahuan baru dan pengalaman baik mengenai perbankan syariah
maupun perbankan konvensional.
2. Bagi bank konvensional, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah
Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.
3.
Bagi bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untukmeningkatkan dan mempertahankan kinerjanya, sekaligus memperbaiki
apabila ada kelemahan dan kekurangan.
1.6. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah serta tujuan dan manfaat penulisan. Selanjutnya disajikan pula
hipotesis yang merupakan dugaan awal dari hasil penelitian.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan secara singkat teori yang melandasi penelitian,
termasuk pembahasan tentang pengertian dan perbedaan bank syariah dan bank
konvensional. Pembahasan berikutnya adalah mengenai teori pengukuran kinerja
6 Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan secara detil tentang metode penelitian yang digunakan.
Penjelasan dimulai dari metode pengumpulan data, dilanjutkan dengan metode
analisis data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi analisa permasalahan berdasarkan data yang telah diolah pada
bab sebelumnya.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan
kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran kepada pihak-pihak yang
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional
2.1.1. Pengertian Bank Konvensional
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana
Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.
Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:
− Dana sendiri
− Dana dari deposan
− Dana pinjaman
− Sumber dana lain
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut
dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh
masyarkat adalah seperti:
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Setiap pemegang
rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro.
9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat
dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi
atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan
diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama
seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung
dari bank yang bersangkutan.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
(jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.
Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam
prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito,
dan Deposit on call.
Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai
kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi
bank dan nasabah.
Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain:
pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank
Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima
10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan
lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui
pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit.
Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari
kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan,
bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah.
Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:
1. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki
jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit
jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun.
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
4. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau
perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali
11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi
bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih
kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.
Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan
disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil
komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk
membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread
pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu
bank.
2.2. Bank Syariah
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah
bank yang beroperasi dengan tidak berorientasi pada bunga. Bank syariah
juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi
SAW. Antonio dan Perwataatmadja (1997; 1) membedakan menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut
12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya
berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung
jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan
diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun
aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad
penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau
tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang
titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau
kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang
13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan
tabungan.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi
dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.
14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih.
2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang
atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
15 a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat
tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa
pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara
umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika
bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini
16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri.
Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al
muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah dalam perbankan
biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check,
dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu
17 d. Ar-Rahn
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
e. Al-Qardh
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha
kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq
dan shadaqah.
Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil
Bagi Hasil Bunga
a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
c). Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak
d). Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
e). Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
a). Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
b). Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan
c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
d). Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
e). Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam
18 2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya
di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian
disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem
operasional tersebut meliputi:
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank
konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang
mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan,
yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut
menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi
tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.
Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan
pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi
nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah
terdiri atas:
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana
modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan,
dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed
19 untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan.
Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik
modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.
Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan
syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah
atau equity participation pada saham perseroan bank.
b. Titipan (Wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi
dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai
dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima
titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan
tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Investasi (Mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang
mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal)
dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank.
Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai
investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari
bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi
bank seperti halnya pada bank konvensional.
20 Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
dengan tiga model, yaitu:
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini
dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah,
salam dan istishna’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi
adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama
dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek
transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang,
maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil.
2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain
sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut
aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.
Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional
21 Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvesional
a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja
b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
c). Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat
d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan
e). Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented
d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis
(Sumber : Antonio, 2001; 34)
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.
Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah
dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi
tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban
hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik
dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus
memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah
22 negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi
syariah.
Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip
syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah
Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan
Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur
yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi
mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat
Dewan Komisaris pada setiap bank, hal ini untuk menjamin efektivitas
dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena
itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas
Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari
kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan
23 diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan dan tidak
semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank
syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungan dan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai
dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,
harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif
muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional
(fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana
informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal
reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan
syariah.
2.4. Penelitian Terdahulu
Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perbankan
dengan menggunakan indikator rasio keuangan, antara lain:
1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara bank
domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi yang
berorientasi pasar (market-oriented economy) di Hungaria periode
1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang dibagi
kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan komitmen
terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa,
dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi,
24 2. Samad dan Hasan (2000), melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan
menggabungkan metode inter-temporal dan inter-bank. Metode inter
temporal digunakan untuk membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia
Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode lebih baik
dibandingkan awal periode. Metode inter-bank digunakan untuk
membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia
selama periode 1984-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB
mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8
bank konvensional.
3. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja
keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam
bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam
penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan
modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF,
hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih
baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank
konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen,
sedang bank konvensional hanya lima persen.
4. Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni (2006), melakukan penelitian
dengan membandingkan kinerja keuangan bank syariah dan bank
25 moneter. Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah rasio
keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari kinerja
keuangan bank secara keseluruhan antara bank syariah dan bank
konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio profitabilitas.
2. H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio likuiditas.
3. H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio leverage.
4. H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio efisiensi.
5. H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio operasional.
6. H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio kualitas
aktiva produktif.
7. H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio aktivitas.
8. H8 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan
26 2.6. Kerangka Konseptual
Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan
rasio profabilitas, likuiditas, leverage, efisiensi, operasional, kualitas aktiva
produktif, dan aktivitas.
Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja
keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya
perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang lingkup opersional
tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang
berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis
membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.
Diperbandingkan
27 2.7. Rasio Keuangan
2.7.1. Rasio Profitabilitas
Menurut Harmono (2009) rasio profitabilitas digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa
efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Analisis rasio rentabilitas
bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return
on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
segi penggunaan aset. Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24
Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai barikut:
ROA =Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva
2.7.2. Rasio Likuiditas
Menurut Harmono (2009) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan
dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali
semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan
tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk
28 tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan
to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Berdasarkan SE BI No
3/30DPNP tgl 14 Desember 2001 rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
LDR = Total Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga
2.7.3. Rasio Leverage
Menurut Harmono (2009) rasio solvabilitas adalah rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika
perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar
kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan
tidak mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya
menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Rasio
leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio
(DER).
29 2.7.4. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio
yang digunakan adalah Operating Efficiency (OER) atau BOPO.
Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
OER = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional
2.7.5. Rasio Operasional
Rasio operasional menunjukkan bagaimana efisiensi sebuah
perusahaan dalam kegiatan operasinya dan penggunaan dari aktiva. Ada
beberapa cara untuk mengukur operasi. Dalam penelitian ini rasio yang
digunakan adalah Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin
(NOM). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004
rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
NIM =Pendapatan Bunga−Beban Bunga
Rata-rata Aktiva Produktif
NOM =(Pendapatan Operasional−Distribusi bagi Hasil) – Biaya Operasional Rata-rata Aktiva Produktif
2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang
30 maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana
antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening
administratif.
Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:
1. Prospek usaha
2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur
3. Kemampuan membayar
Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai
prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan
mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas
kredit ditetapkan menjadi:
a. Lancar (Pass)
b. Dalam perhatian khusus (special mention)
c. Kurang lancar (sub standard)
d. Diragukan (doubtful)
e. Macet (loss)
Non Performing Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan
kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank melakukan
peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil
resiko kredit (Masyhud Ali, 2004). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN
DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
31 2.7.7. Rasio Aktivitas
Menurut Harmono (2009) rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui
seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang
dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Singkatnya, dengan
rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini
rasio yang digunakan adalah Total Assets Turnover (TATO).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional
2.1.1. Pengertian Bank Konvensional
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana
Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.
Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:
− Dana sendiri
− Dana dari deposan
− Dana pinjaman
− Sumber dana lain
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut
dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh
masyarkat adalah seperti:
1. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Setiap pemegang
rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro.
9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat
dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi
atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan
diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama
seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung
dari bank yang bersangkutan.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
(jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.
Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam
prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito,
dan Deposit on call.
Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai
kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi
bank dan nasabah.
Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain:
pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank
Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima
10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan
lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui
pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit.
Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari
kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan,
bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah.
Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:
1. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki
jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit
jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun.
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
4. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau
perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali
11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi
bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih
kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.
Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan
disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil
komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk
membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread
pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu
bank.
2.2. Bank Syariah
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah
bank yang beroperasi dengan tidak berorientasi pada bunga. Bank syariah
juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi
SAW. Antonio dan Perwataatmadja (1997; 1) membedakan menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut
12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya
berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).
Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung
jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan
diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun
aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad
penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau
tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang
titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau
kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang
13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan
tabungan.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi
dua jenis:
1). Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.
14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih.
2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang
atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
15 a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat
tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam
suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa
pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara
umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan
kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika
bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini
16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri.
Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al
muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al-Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah dalam perbankan
biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check,
dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu