MEHENDI
(Tradisi Seni Hias Tubuh Dalam Pernikahan Orang India dan Perkembangannya)
Studi Etnografi : Tentang Tradisi Mehendi di Daerah Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah, Kota-Medan
SKRIPSI
DIAJUKAN GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK
Disusun oleh:
ERIKA M NADEAK
060905023
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMUTERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan
Oleh:
Nama : Erika M Nadeak
Nim : 060905023
Judul : MEHENDI ( Tradisi Seni Hias Tubuh Dalam Pernikahan Orang India dan Perkembangannya)
Pembimbing Ketua Departemen
( Dra. Nita Savitri, M.Hum ) (
NIP. 19641104 199103 1 002 NIP.19621220198903 1005 Dr. Fikarwin Zuska )
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
MEHENDI (Tradisi Seni Hias Tubuh Dalam Pernikahan Orang
India dan Perkembangannya)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya
nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan
gelar kesarjanaan saya.
Medan, November 201
ABSTRAKSI
Erika M Nadeak.2011. "Mehendi (Tradisi Seni Hias Tubuh Dalam Pernikahan Orang India dan Perkembangannya). Studi Etnografi Tentang Tradisi Mehendi di Daerah Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah, Kota-Medan)”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, halaman, tabel, foto dan beberapa lampiran yang terdiri dari surat penelitian, pedoman wawancara, angket dan gambar.
Tulisan ini menjelaskan bagaimana peranan tradisi Mehendi ini dalam pernikahan India yang kini dapat berkembang menjadi milik umum bukan hanya orang India saja bahkan sudah menjadi “trend” bagi kalangan dunia gaya masa kini yang mana tradisi Mehendi ini merupakan warisan budaya dari India yang sudah ada dan di jalankan sejak zaman nenek moyang mereka dulu dan tradisi ini masih berlanjut hingga saat ini.
Penelitian ini dikaji melalui pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian etnografi Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan observasi tanpa partisipasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci, biasa dan pangkal. Informan kunci ditujukan pada pelukis Mehendi, kepala lingkungan dan lurah dan juga beberapa para pelaku yang pernah menggunakan seni Mehendi ini. Observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana cara pembuatan ukiran Mehendi ini, alat dan bahan apa saja yang digunakan serta siapa saja yang datang kepada para pelukis Mehendi yang ada di daerah Kampung Kubur. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi foto, dan catatan lapangan. Pelukis Mehendi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah seseorang yang dapat mengukirkan ukiran Mehendi pada bagian tubuh baik yang tradisional maupun yang kontemporer dan juga banyak mengetahui mengenai tradisi Mehendi.
Hasil penelitian menunjukkan, tradisi Mehendi merupakan salah satu dari beberapa rangkaian proses pernikahan orang India yang wajib dilakukan pada saat resepsi/acara pernikahan bagi perempuan India yang beragama Hindu, Budha, Islam ataupun Kristen yang mana proses melukiskan Mehendi dalam pernikahan masyarakat India dianggap sebuah tradisi yang diturunkan oleh para leluhur India dan proses ini mereka jadikan sampai saat ini sebagai warisan budaya dari para leluhur yang masih harus dijaga dan dipertahankan bagi masyarakat India di manapun berada karena pemakaian Mehendi dalam acara pernikahan dipercaya bahwa pada saat pernikahan akan terhindar dari segala pengaruh hal-hal yang jahat yang dapat mempengaruhi pesta pernikahan nantinya sehingga sampai saat ini mereka tetap melestarikannya tetapi kini tradisi Mehendi ini telah berkembang bukan hanya milik India saja tetapi sudah menjadi milk umum.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam hal ini, penulis adalah seorang manusia biasa yang memiliki
keterbatasan dan kemampuan dimana selama masa penulisan membutuhkan
perhatian, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang turut memberikan
sumbangsih yang sangat berguna bagi penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Secara umum penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada seluruh jajaran civitas akademik USU, khususnya pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang kiranya telah banyak memberikan kontribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Pada saat ini penulis
bisa menuai atau merasakan buah kebaikan tersebut di penghujung masa studi
penulis di kampus USU, khususnya di Departemen Antropologi Sosial tercinta.
Petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan oleh Bapak dan Ibu Dosen FISIP –
USU, terutama di Departemen Antropologi Sosial, merupakan kenangan yang
tidak penulis lupakan dalam perjalanan hidup penulis, sekalipun di sana terdapat
pahit dan manis perjalanan proses belajar mengajar, akan tetapi penulis menikmati
masa-masa itu.
Dalam penyelesaian skripsi ini dari awal hingga selesai, penulis telah
melibatkan berbagai pihak, telah banyak menerima bimbingan, dorongan, nasehat,
bahkan bantuan secara moral dan material dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.
Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua
Sekretaris Departemen Antopologi FISIP USU dan sebagai ketua Penguji. Ibu
Dra. Sri Alem br. Sembiring, MSi sebagai dosen penasehat akademik yang telah
mendidik dan mengarahkan saya selama kuliah di Departemen Antropologi
Sosial. Ibu Dra. Nita Savitri, MHum sebagai dosen Pembimbing Utama, yang
telah bersedia membimbing penulis selama sebagai mahasiswa di Departemen
Antropologi Sosial dan juga telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih juga karena Ibu telah banyak membantu penulis dalam
proses dari mulai penelitian di lapangan hingga penyelesaian skripsi ini. Ibu telah
membimbing penulis dengan baik dan penuh kesabaran. Bapak Drs. Nurman
Achmad, S.Sos M. Soc.Sc sebagai penguji.
Seluruh dosen FISIP USU khususnya di Departemen Antropologi Sosial
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Antropologi Sosial FISIP
USU. Bapak dan Ibu dosen dan staf Departemen FISIP USU tercinta yang dengan
ketulusan hati memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga
mampu menyelesaikan studi sampai menjadi seorang sarjana.
Rekan-rekan kerabatku mahasiswa Antropologi Sosial FISIP USU,
terkhususnya angkatan 2006: Sari Ariesta Ginting, S.Sos dan Inggrid Indrawati
Sihombing, S.Sos merupakan teman terbaik selama masa perkuliahan, begitu
banyak kenangan yang sudah kita lewati bersama-sama sedih, senang, terharu,
tertawa, menangis, bertengkar, selisih paham, tidak sependapat dan masih banyak
lagi kenangan yang mungkin tidak tersebutkan semuanya dan pasti semua itu
tidak akan terlupakan sampai seumur hidup. Berikut juga dengan kerabat lainnya
Alloynina Ayu Ning Putri Ginting, S.Sos, dan Hemalea Ginting ) Heksanta
Bangun, S.Sos; Helena Damanik, S.Sos; Rebecca, S.Sos; Sidriyani Handayani,
S.Sos; Gabriella Natalia, S.Sos; Lisnawati Tinendung, S.Sos; Mardiana Harahap,
S.Sos; Masridanur, S.Sos; Melda Elisyah Simanjuntak, S.Sos; Lasmi, S.Sos, Sri
Novika Putri, Desi, Kevin Ginting, S.Sos; Noprianto Tarigan, S.Sos; Danielly
Aros, S.Sos; Deny Nitra Silaen, Firman Januari Tambunan, Wilfrid Syahputra
Silitonga, Rikky Hermawan, Nanta, Umar, Hendra Gunadi, Badai, Alvian Azis,
Beny, S.Sos; Ucil dan Fadli Siambaton, S.Sos dan teman-teman yang lain di
Antropologi Sosial stambuk 2006, terima kasih telah menjadi teman seperjuangan
selam kuliah di FISIP USU ini. Terima kasih juga kepada senior-senior saya yang
telah membantu, memberikan dukungan serta motivasi dan perhatian kepada saya
selama di kampus FISIP USU, yaitu: Bang Kia, S.Sos; Bang Ales Turnip, S.Sos;
Bang Arnov, S.Sos; Bang Erwin, S.Sos; Bang Hariman, S.Sos; Bang Erold, S.Sos;
Bang Heri Sianturi, Bang Heri manurung, Bang Andri, Bang Daniel, S.sos; Kak
Tuti, S.sos; Kak Eva, S.sos; Kak Domi, S.sos; Naomi, S.Sos; Kak Tika, S.Sos;
Kak Vivian, S.Sos; Kak Rafika, S.Sos; Kak Ria, Kak Sukma, Kak Sri, S.Sos; Kak
Fera, S.Sos; dan senior-senior lainnya yang tidak dapat disebutkan semuanya dan
tidak ketinggalan juga para junior-junior yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada saya, yaitu Betrin, Duma, Ana, Santa, Ria, Febri, Putri, Helen,
Dea dan masih banyak lagi yang belum tersebutkan satu persatu oleh penulis.
Selain itu, tanpa bantuan dari para informan di lapangan, skripsi ini hanya
akan menjadi diskusi teoritis. Penulis juga berterima kasih kepada semua
informan yang telah memberikan semua informasi yang penulis butuhkan dan
penulis untuk melanjutkan penelitian di lapangan. Rasa terima kasih ini penulis
sampaikan yang sebesar-besarnya kepada mereka.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Camat, yang telah mengizinkan peneliti untuk meneliti di
daerah tersebut. Terima kasih juga kepada Lurah dan Kepala Lingkungan yang
telah memberikan data (jumlah penduduk, distribusi penduduk berdasarkan umur,
distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin, distribusi penduduk berdasarkan
agama, distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian, distribusi penduduk
berdasarkan pendidikan, dan lain-lain) dan informasi tentang daerah Kampung
Kubur ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada terkhususnya kedua orang
tuaku yang tersayang. Kepada Bapakku tercinta B. Nadeak dan Ibundaku tercinta
T. Sitohang yang sangat begitu bararti di dalam hidupku yang telah memberikan
saya kesempatan dan membiayai perkuliahanku walau dengan berpeluh keringat
selama ini. Terima kasih juga buat Abangku J. Nadeak dan kakak iparku T. br
Situmorang yang telah memberikanku keponakan-keponakan yang lucu dan
manis-manis yaitu Ruth Damayanthi br. Nadeak, Resty Anggreani br. Nadeak,
Rouly Maria br. Nadeak, Reynaldo Christian Nadeak dan yang paling imut dan
baru saja lahir yaitu Rafael Nazar Yefta Nadeak dan buat Abangku T. L. Nadeak
dan kakak iparku R.br Siahaan semoga Tuhan memberikan rejeki kepada mereka
agar dapat memberikan keponakan yang lucu buatku, buat Abangku R.E. Nadeak
dan kakak iparku E. br Situmeang yang sebentar lagi akan memberikan
keponakan baru buatku semoga nanti persalinannya lancar yach, sudah tidak sabar
cepat pulang yach kami semua rindu kepadamu dan yang paling teristimewa buat
Abangku Charles Nadeak, S.Sos yang sangat banyak sekali membantu dalam
segala hal baik moril maupun materil dan juga buat calon kakak iparku Anita
Magdalena br. Rajagukguk, SH yang sebentar lagi akan melaksanakan
pernikahannya. Terima kasih buat pemberian doa, motivasi, dan semangat yang
mereka berikan, karena tanpa bantuan mereka penulis tidak akan dapat
menyelesaikan skripsi ini. Kiranya Tuhan selalu memberkati kalian dan selalu
memberikan rezeki yang berlimpah.
Semua kebaikan orang-orang yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini akan tetap penulis kenang selama-lamanya, hingga akhir
hayat penulis. Segala dukungan yang diberikan keluarga penulis baik dukungan
moral dan cinta kasih keluarga penulis, membuat penulis selalu bersemangat
untuk menyelesaikan studi ini. Saudara-saudara penulis dan teman-teman penulis
baik di kuliah, gereja, dan sebagainya, serta orang-orang yang tidak disebutkan
penulis ucapkan selain terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan, terdapat
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangatlah berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dalam
penyempurnaan tulisan ini.
Medan, November 2011
Hormat saya,
RIWAYAT HIDUP
Erika M Nadeak, lahir pada tanggal 27 Maret 1987 di
Medan, beragama Kristen Protestan, anak keenam dari
enam bersaudara dari pasangan ayahanda B. Nadeak
dan Ibunda T.br Sitohang.
Pendidikan formal penulis: Sekolah Dasar Negeri
064983 Medan tamat pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Perguruan Kristen Free Methodist Medan tamat pada tahun 2002, Sekolah
Menengah Atas Perguruan Swasta Eka Prasetya Medan tamat pada tahun 2005.
Kemudian pada tahun 2006 mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara
0B
KATA PENGANTAR
Mehendi merupakan hasil dari seni melukis atau seni yang
mengaplikasikan pasta henna (bubuk pacar) ke permukaan kulit, maka berkas
noda akan tertinggal di kulit dan meninggalkan motif yang diinginkan. Perayaan
Mehendi merupakan salah satu dari beberapa rangkaian proses pernikahan orang
India yang wajib dilakukan pada saat resepsi / acara pernikahan bagi perempan
India yang beragama Hindu, Budha, Islam ataupun Kristen. Proses melukiskan
Mehendi dalam pernikahan masyarakat India dianggap sebuah tradisi yang
diturunkan oleh para leluhur India. Proses inilah yang mereka jadikan sampai saat
ini menjadi warisan budaya dari para leluhur yang masih dijaga dan dipertahankan
bagi masyarakat India dimanapun berada.
Tetapi dewasa ini seni tradisi Mehendi atau mentatokan henna semakin
diminati orang karena keunikan dan beragam motif yang bisa diterapkan. Seni
Mehendi telah berkembang dari fungsi aslinya yang dulu pada awalnya seni
Mehendi dipergunakan sebagai salah satu rangkaian tradisi dalam pernikahan
India kini seni Mehendi ini dapat dipergunakan oleh siapa saja dan kapan saja
bahkan bisa dikatakan populer atau menjadi trend bagi dunia fashion di seluruh
dunia karena telah banyak orang yang bukan asli India telah memakainya.
Semoga dengan tulisan ini dapat menjadi studi perbandingan bagi orang
yang masih mempertahankan adat istiadatnya. Selain itu penulis berharap skripsi
ini dapat berguna khususnya bagi mahasiswa antropologi untuk memperluas
Penulis sadar tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis
berharap pembaca dapat memberi kritik dan masukan, agar skripsi ini dapat lebih
baik lagi. Atas kritik dan sarannya diucapkan terimakasih.
Medan, November 2011
Hormat saya,
Erika. M. Nadeak
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS
ABSTRAKSI ... i
1.2. Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian... 5
1.2.1.Ruang Lingkup Permasalahan... 5
1.2.2.Lokasi Penelitian ... 6
BAB II : GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Kedatangan Orang India Tamil di Kota Medan dan Kampung Kubur ... 28
2.1.1.Hubungan-hubungan Sosial yang dijalin oleh Orang India Tamil ... 29
2.1.2. Hubungan Sosial di Bidang Keagamaan ... 32
2.2. Lokasi-lokasi pemukiman orang Tamil di Kota Medan ... 36
2.3. Komunitas India Tamil di Kampung Kubur ... 38
2.4. Kependudukan dan Komposisi berdasarkan Suku bangsa, Agama, dan Pendidikan... 43
2.6. Sistem Kekerabatan... 50
2.7. Organisasi Kemasyarakatan ... 51
2.8. Sarana dan Prasarana... 51
BAB III : TRADISI MEHENDI DALAM PERNIKAHAN ORANG INDIA 3.1.Tradisi Mehendi sebagai Tradisi dalam Pernikahan ... 54
3.1.1.Peranan Mehendi dalam Pernikahan ... 58
3.1.2.Rangkaian Acara Pernikahan bagi Orang India ... 60
3.2. Pihak-pihak yang berhak menggunakan Mehendi ... 61
3.3. Tata-cara penggunaan Mehendi dalam Pernikahan ... 63
3.4. Makna-makna ukiran Mehendi... 66
3.4.1.Mehendi tradisional ... 69
3.4.2.Pelukis Mehendi tradisional ... 71
BAB IV : PERKEMBANGAN MEHENDI SEBAGAI TREN MASA KINI 4.1. Mehendi sebagai ”gaya hidup” masa kini ... 74
4. Life History Para Pelukis Mehendi
5. Peta Kelurahan Petisah Tengah dan daerah Kampung Kubur
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa (Etnik) ... 43
Tebel 2 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 44
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 45
Tabel 4 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 46
Tabel 5 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48
Tabel 6 : Sarana dan Prasarana Menurut Tempat Peribadatan ... 51
Tabel 7 : Sarana dan Prasarana Menurut Pendidikan ... 52
DAFTAR GAMBAR
Foto 1 : Pintu masuk mesjid Gaudiyah ... 38
Foto 2 : Lokasi pekuburan Kampung Kubur ... 38
Foto 3 : Salah satu pamflet yang ada di Kampung kubur ... 39
Foto 4 : Jalan masuk menuju Kampung Kubur ... 39
Foto 5 : Salah satu pamflet yang ada di Kampung Kubur. ... 41
Foto 6 : Cambride (salah satu gedung tinggi di Kampung Kubur)... 41
Foto 7 : Pemukiman daerah Kampung Kubur. ... 41
Foto 8 : Tangga menuju pemukiman Kampung Kubur. ... 41
Foto 9 : Pemukiman daerah Kampung Kubur. ... 42
Foto 10 : Fasilitas pemukiman Kampung Kubur... 42
Foto 11 : Jenis mata pencaharian warga Kampung Kubur... 49
Foto 15 : Salon yang ada di daerah Kampung Kubur. ... 50
Foto 17 : Daun pacar (inai) ... 64
Foto 18 : Bubuk henna. ... 65
Foto 19 : Ukiran Mehendi dengan desain gelap. ... 67
Foto 25 : Ukiran Mehendi dengan desain kurang gelap. ... 68
Foto 29 : Trend Mehendi saat ini. ... 75
Foto 31 : Alat melukis Mehendi ... 82
Foto 32 : Kegiatan melukis Tato ... 82
ABSTRAKSI
Erika M Nadeak.2011. "Mehendi (Tradisi Seni Hias Tubuh Dalam Pernikahan Orang India dan Perkembangannya). Studi Etnografi Tentang Tradisi Mehendi di Daerah Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah, Kota-Medan)”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, halaman, tabel, foto dan beberapa lampiran yang terdiri dari surat penelitian, pedoman wawancara, angket dan gambar.
Tulisan ini menjelaskan bagaimana peranan tradisi Mehendi ini dalam pernikahan India yang kini dapat berkembang menjadi milik umum bukan hanya orang India saja bahkan sudah menjadi “trend” bagi kalangan dunia gaya masa kini yang mana tradisi Mehendi ini merupakan warisan budaya dari India yang sudah ada dan di jalankan sejak zaman nenek moyang mereka dulu dan tradisi ini masih berlanjut hingga saat ini.
Penelitian ini dikaji melalui pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian etnografi Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan observasi tanpa partisipasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci, biasa dan pangkal. Informan kunci ditujukan pada pelukis Mehendi, kepala lingkungan dan lurah dan juga beberapa para pelaku yang pernah menggunakan seni Mehendi ini. Observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana cara pembuatan ukiran Mehendi ini, alat dan bahan apa saja yang digunakan serta siapa saja yang datang kepada para pelukis Mehendi yang ada di daerah Kampung Kubur. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi foto, dan catatan lapangan. Pelukis Mehendi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah seseorang yang dapat mengukirkan ukiran Mehendi pada bagian tubuh baik yang tradisional maupun yang kontemporer dan juga banyak mengetahui mengenai tradisi Mehendi.
Hasil penelitian menunjukkan, tradisi Mehendi merupakan salah satu dari beberapa rangkaian proses pernikahan orang India yang wajib dilakukan pada saat resepsi/acara pernikahan bagi perempuan India yang beragama Hindu, Budha, Islam ataupun Kristen yang mana proses melukiskan Mehendi dalam pernikahan masyarakat India dianggap sebuah tradisi yang diturunkan oleh para leluhur India dan proses ini mereka jadikan sampai saat ini sebagai warisan budaya dari para leluhur yang masih harus dijaga dan dipertahankan bagi masyarakat India di manapun berada karena pemakaian Mehendi dalam acara pernikahan dipercaya bahwa pada saat pernikahan akan terhindar dari segala pengaruh hal-hal yang jahat yang dapat mempengaruhi pesta pernikahan nantinya sehingga sampai saat ini mereka tetap melestarikannya tetapi kini tradisi Mehendi ini telah berkembang bukan hanya milik India saja tetapi sudah menjadi milk umum.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Medan merupakan kota yang diwarnai dengan budaya berbagai etnis yang
menempatinya, tidak hanya etnis asli Indonesia, tetapi juga berbagai etnis
pendatang seperti India, Tionghoa, dan Arab yang telah bermukim di Indonesia.
Kemajemukan budaya yang terlihat di kota Medan, ditandai dengan adanya 13
etnis yang tinggal di kota Medan, yaitu : Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak
Mandailing, Batak Simalungan, Batak Pak-Pak, Nias, Aceh, Jawa, Minangkabau,
Cina, Arab, dan India / Tamil.
Kedatangan orang-orang India / Tamil dalam jumlah besar dan hingga kini
sekarang menetap dan membentuk komunitas0F
1
di berbagai wilayah Sumatera
Timur dan khususnya Medan terjadi sejak pertengahan abad ke-19, yaitu sejak
dibukanya Industri perkebunan di Tanah Deli. Mereka ingin mengadu nasib
dengan menjadi kuli perkebunan. Menurut catatan Lukman Sinar (2001) pada
tahun 1874 dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina sebanyak
4,476 orang, kuli Tamil 459 orang dan orang Jawa 316 orang.
Perkembangan jumlah kuli semakin meningkat pada tahun-tahun
berikutnya, yang terbanyak adalah kuli Cina (53.806 orang pada tahun 1890 dan
58.516 orang pada tahun 1900); dan kuli Jawa (14.847 orang pada tahun 1890 dan
25.224 orang pada tahun 1900); sementara kuli Tamil bertambah menjadi 2.460
orang pada tahun 1890 dan 3.270 orang pada 1900, inilah perjalan awal masuknya
1
suku bangsa Tamil di kota Medan1F
2
. Pada masa kolonial orang-orang Tamil
bermukim di sekitar lokasi-lokasi perkebunan yang ada di kota Medan, tetapi
setelah masa kemerdekaan mereka pada umumnya berdiam di sekitar kota.
Pemukiman mereka yang tertua di kota Medan terletak di suatu tempat yang
dikenal dengan nama Kampung Madras, tepatnya di sekitar kawasan Jl. Zainul
Arifin (dulu bernama Jalan Calcutta). Kawasan ini lebih dikenal dengan sebutan
Kampung Keling, lokasi perkampungan mereka terletak di pinggiran Sungai
Babura2F
3
. Sejauh ini tidak ada organisasi yang dapat menghimpun warga Tamil
yang berada di Kampung Kubur dalam satu kesatuan yang utuh. Mereka pada
umumnya lebih terikat oleh kesatuan berdasarkan kesamaan agama, terutama di
kalangan pengikut Hindu, Budha dan Katolik, tetapi walaupun begitu
kenyataannya mereka tetap dapat hidup berdampingan dengan rukun. Komunitas
India Tamil telah hadir dan menjadi bagian dalam perkembangan kebudayaan di
Nusantara sejak beberapa abad yang lalu. Banyak keunikan budaya yang dapat
dilihat dari komunitas ini, misalnya dari bentuk pakaian, bahasa, makanan khas
terlebih lagi adat-istiadatnya. Saat ini dapat ditemui nuansa khas India di kota
Medan, tepatnya di kawasan Jl. Zainul Arifin banyak ditemukan toko-toko
kepunyaan etnis India seperti Toko Bombay yang menjual aneka sari India, Toko
Kasturi yang menjual berbagai kebutuhan makanan India, Restoran Cahaya Baru,
De Deli Dar Bar, Restoran Bollywood dan juga toko-toko makanan kecil dan
2
Liha
3
manisan khas India, laundry dan ada juga penjahit orang India, serta yang paling
mendominasi yaitu warung kecil penjual martabak India.
Bentuk adat-istiadat komunitas India Tamil yang paling menarik dapat
dilihat dari acara pernikahannya. Dimana pesta pernikahan bagi masyarakat India
Tamil merupakan peristiwa yang sangat mulia dan penuh ritual sehingga pesta
pernikahan masyarakat India dirayakan selama beberapa hari dimana
menghadirkan kerabat, sahabat, kenalan atau relasi lainnya yang dapat berjumlah
sekitar 400 hingga 1000 orang. Dalam pesta pernikahan masyarakat India Tamil
pada umumnya dilakukan acara secara terstruktur, mulai dari pesta pra pernikahan
hingga pesta pernikahan.
Mehendi merupakan seni ukiran pada bagian tubuh atau yang biasa disebut
tato temporer, yang mana seni ukiran pada tubuh ini merupakan salah satu dari
rangkaian proses pernikahan orang India Tamil yang wajib dilakukan pada saat
resepsi / acara pernikahan bagi perempuan India Tamil baik yang beragama
Hindu, Budha, Islam ataupun Kristen. Proses melukiskan Mehendi dalam
pernikahan masyarakat India Tamil dianggap sebuah tradisi atau adat dalam
pernikahan yang harus dilakukan karena merupakan sebuah tradisi yang
diturunkun oleh para leluhur orang India pada zaman dahulu. Proses inilah yang
mereka jadikan sampai saat ini menjadi warisan budaya dari para leluhur yang
masih dijaga dan dipertahankan bagi masyarakat India dimanapun berada.
Belakangan ini Mehendi (tato temporer asal India) ini semakin banyak
digemari orang khususnya kaum hawa, bahkan saat ini seni Mehendi telah
menjadi fashion di kalangan kaum hawa. Pemakaian Mehendi tidak hanya dalam
remaja putri dan wanita dewasa yang menggunakannya yang bukan dari kalangan
orang India saja, bahkan ada juga ditemui orang tua yang sudah mengajak
putrinya yang masih balita untuk dilukis menggunakan seni Mehendi ini. Saat ini
sangat banyak ditemui hal-hal yang bersifat tradisi menjadi populer di kalangan
masyarakat pada umumnya, contohnya seperti perhiasan yang terbuat dari
batu-batuan, pakaian yang terbuat dari biji-bijian dan ada juga perlengkapan wanita
yang terbuat dari akar-akaran seperti tas wanita dan masih banyak lagi. Mehendi
merupakan salah satu warisan asli India tetapi mengapa saat ini menjadi trend
bagi perempuan yang bukan asli orang India dapat menggunakannya.
Menurut pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Hatib Abdul Kadir, dalam bukunya, Tato (2006) mengatakan kehadiran tato di
Indonesia saat ini mencapai tahap yang makin terbuka dan bergerak cepat
sehingga menjadi trend fashion masyarakat perkotaan, meski prakteknya masih
dilakukan di tempat tertutup.
Mehendi menjadi mode di Barat pada akhir tahun 1990an, dimana mereka
menyebutnya dengan tato henna. Banyak musisi barat dan artis hollywood telah
mengadopsi dan mengubah tradisi Mehendi menjadi tato sementara, seperti aktris
Demi Moore adalah salah satu contoh selebritis yang pertama memakai Mehendi
kemudian Madonna, Naomi Campball dan disusul juga Drew Barrymore yang
tertarik dengan Mehendi3 F
4
Mehendi berbeda dengan tato pada umumnya, perbedaan ini terlihat dari
jenis bahan yang digunakan dan cara pembuatannya juga perbedaan ini terlihat
jelas dari waktu atau lama tato ini dapat bertahan di tubuh seseorang. Banyak
orang meminati Mehendi ini, bahkan bagi umat muslim ada juga yang memakai
seni Mehendi ini yang mana pada umumnya adalah umat muslim sangat rentan
terhadap tato karena dianggap takut menghalangi ibadah mereka (sholat).
Berdasarkan uraian tersebut, maka pentinglah kiranya mengkaji bagaimana suatu
tradisi asli India ini dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini, yang mana
tradisi asli India ini kini telah menjadi trend bagi kaum hawa yang bukan asli
India.
1.2. Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian 1.2.1. Ruang Lingkup Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah melihat peranan Mehendi yang dipakai oleh
perempuan India yang akhirnya menjadi “trend” bagi perempuan yang bukan
India. Rumusan tersebut diuraikan juga ke dalam 3 (tiga) pertanyaan penelitian,
yakni :
1. Bagaimana peranan Mehendi dalam pernikahan yang merupakan
warisan budaya bagi perempuan India?
2. Bagaimana tradisi Mehendi berkembang menjadi milik umum bukan
hanya orang India saja?
3. Bagaimana Mehendi dapat menjadi “trend” bagi kalangan dunia gaya
1.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Jalan Haji Zainul Arifin atau biasa dikenal
dengan nama ( Kampung Kubur), Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Petisah
Tengah, Kota-Medan. Penentuan lokasi peneletian ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa di lokasi ini merupakan salah satu tempat atau pemukiman
etnis India di kota Medan.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana suatu
kelompok masyarakat yang berbudaya dalam menjaga dan melestarikan
kebudayaannya menjadi suatu warisan budaya khususnya bagi orang India yang
berada di Kampung Kubur, Penelitian ini juga bertujuan dapat memberi masukan
khususnya bagi perempuan India agar lebih menghargai dan menjaga warisan
budayanya dan juga dalam dunia seni dapat memberikan suatu bentuk karya seni
baru khususnya seni grafis atau seni ukiran termasuk seni ukiran tubuh.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah diharapkan secara akademis dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan terutama dalam melihat realita
dan permasalahan di tengah masyarakat untuk dijadikan sebagai kajian dan
pembelajaran. Dalam hal ini tentu saja menambah khasanah keilmuan terutama
Antropologi dalam kaitannya dengan judul penelitian ini yakni menggambarkan
tentang kebudayaan atau sebuah tradisi dari India yang menjadi populer “trend”
memperoleh gelar sarjana dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Secara praktis penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan-masukan terhadap masyarakat yang
terkait dalam melestarikan tadisi atau kebudayaan dari India ini secara arif dan
positif agar tradisi ini kedepannya dapat dilestarikan dengan baik sesuai dengan
makna atau arti dari tradisi Mehendi pada awalnya sehingga tidak merugikan bagi
orang India sebagai pemilik tradisi ini dan juga orang lain yang bukan orang India
yang ikut memakai tradisi ini.
1.4. Tinjauan Pustaka
Manusia dengan kemampuan akal dan budinya, telah mengembangkan
berbagai macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya, sehingga ia menjadi
mahluk yang paling berkuasa di muka bumi ini. Namun demikian, berbagai sistem
tindakan tadi harus dibiasakan olehnya dengan belajar sejak ia lahir selama
seluruh jangka waktu hidupnya, sampai saat dia mati. Hal ini mengarah kepada
konsep “kebudayaan” yang menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kesadaran manusia menurut para ahli psiklogi mengandung berbagai
perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengetahuannya, melainkan karena
sudah terkandung dalam organisasinya, dan khususnya dalam gennya sebagai
Koentjaraningrat (1986) membagi 7 (tujuh) macam dorongan naluri,
yaitu :
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup
2. Dorongan sex
3. Dorongan untuk usaha mencari makan
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
6. Dorongan untuk berbakti
7. Dorongan akan keindahan
Dari ke-7 macam dorongan ini, dorongan sex inilah yang timbul pad tiap
individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dorongan
inilah yang menjadi landasan biologi yang mendorong mahluk manusia
untuk membentuk keturunan dengan jalan perkawinan.
Berbicara mengenai pernikahan, setiap suku bangsa di dunia memiliki
cerita dan keunikannya masing-masing. Seperti halnya suku bangsa India Tamil
yang memiliki beberapa ritual yang harus dijalani, yang mana ritual ini adalah
sebuah norma yang terbentuk di kalangan bangsa India Tamil. Norma tersebut
merupakan acuan hidup yang harus dijalani dan dilakukan oleh setiap orang India
Tamil yang ingin melaksanakan pernikahan menggunakan adat-istiadatnya, dan
ritual ini masih dipegang teguh oleh setiap orang India Tamil di belahan bumi ini,
termasuk orang India yang ada di kota Medan mereka sangat memegang teguh
adat-istiadatnya sehingga di manapun mereka berada, mereka tetap melaksanakan
J.J. Honigmann (Koentjaraningrat, 1986:186-187) membedakan adanya
tiga “gejala kebudayaan” yaitu (1) ideas, (2) activities, (3) artifacts. Ada 3 wujud
kebudayaan, yaitu:
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola manusia dalam masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Mehendi merupakan hasil karya dari wujud kebudayaan yang ke-3 yaitu
sebagai benda hasil karya manusia yang berupa seni yang dihasilkan sehingga
dapat dipakai dan dinikmati. Wujud ke-3 dari kebudayaan ini disebut kebudayaan
fisik, yang mana tercipta dari hasil aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam
masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat dan difoto.
Menurut C.Kluckhon (Koentjaraningrat, 1986:203-204) berpendapat
bahwa ada 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari
tiap kebudayaan di dunia, antara lain adalah :
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem Mata Pencaharian hidup
6. Sistem Religi
Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena
kebudayaan merupakan kompleks budi dan daya. Kesenian berasal dari kata
“sani” yang artinya jiwa yang luhur atau ketulusan jiwa. Dalam bahasa Eropa seni
merupakan “art” yang artinya karya seni dari sebuah kegiatan. Seni menurut
kamus New World, ialah :
1. Kemampuan manusia membuat atau melakukan sesuatu; keciptaan
manusia bukan dunia alam
2. Kepandaian (berkria)
3. Kecakapan khusus, atau terapannya (seni memperoleh kawan)
4. Kria, pakaya (seni pekasut, seni tabib)
5. Kerja cipta atau asas-asasnya yakni membuat atau melakukan apa saja
yang menampakkan wujud keindahan dan tanggapan seperti lukisan,
patung, bangunan, musik, sastra, drama, tari dan lain-lain.
6. Cabang kerja cipta apa saja terutama melukis, menggambar, atau kerja
dengan pelantar guris atau gayal apapun
7. Hasil kerja cipta; lukisan, patung dan lain-lain
8. Bahan gambar atau hiasan pendamping tulisan dalam koran, majalah, atau
iklan.
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama atau milik
bersama. Contoh atau bukti dari seni pada zaman dahulu adalah artefak. Semua
bentuk kesenian pada zaman dahulu ditandai dengan kesadaran magis, yang
merupakan awal kebudayaan manusia. Saat ini manusia kebanyakan membuat
karya seni yang digunakan hanya untuk kepuasan pribadi dan menggambarkan
dimana manusia sebagai figure atau sosok yang ingin menemukan hal-hal yang
baru dan semakin lama semakin memiliki cara yang berpikir lebih luas sehingga
sering memunculkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, sehingga
kesenian dan kebudayaan juga dapat mengalami perubahan dan transformasi dari
masa ke masa, seperti Mehendi yang kini telah berkembang dari fungsi aslinya
yang dahulu Mehendi merupakan sebuah rangkaian tradisi dalam pernikahan
tetapi kini sudah menjadi sesuatu yang bukan berbentuk tradisi lagi karena telah
menjadi milik umum. Semakin meningkatnya apresiasi dan budaya telah
menunjukkan bahwa seni dan budaya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Seni adalah kreativitas yang telah ada (alamiah) maupun
dibuat manusia di berbagai macam hal di dunia yang termasuk di dalamnya hal
yang menarik dan membosankan tergantung pandangan masing-masing pribadi.
Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik dapat meliputi seni suara, seni gerak
dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media adalah sebagai sarana
aktivitas seni yang dapat menghasilkan karya seni setelah melalui proses
penciptaan seniman atau orang yang menciptakan sebuah seni berdasarkan
pertimbangan artistik (nilai artistik). Jadi karya seni harus sesuai dengan media
yang dipakai meliputi jenisnya, contoh salah satunya adalah seni rupa (visual art).
Ruang lingkup seni rupa (visual art) sesuai dengan media aktivitas adalah :
1. Seni Murni
2. Seni Lukis
3. Seni Patung
Disain terdiri dari :
1. Disain Grafis (Komunikasi Visual)
2. Disain Interior
3. Disain Produk (Disain Industri)
Kria terdiri dari :
1. Kria Tekstil
2. Kria Kayu
3. Kria Keramik
4. Kria Gelas, dan lain-lain
Terkait mengenai kesenian, Mehendi merupakan hasil karya seni grafik
(gambar) atau ukiran pada bagian tubuh khususnya pada bagian tangan dan kaki,
yang mana seni ukiran pada bagin tubuh ini merupakan sesuatu hal yang menjadi
keharusan yang digunakan pada saat resepsi atau acara pernikahan bagi
perempuan India, tidak terlepas juga bagi perempuan India yang ada di kota
Medan khususnya perempuan India Tamil yang berada di Kampung Kubur yang
memakai Mehendi saat pernikahan. Tidak ada satu orang pun perempuan India
yang tidak memakai Mehendi pada saat akan menikah.
Nilai seni muncul sebagai sebuah entitas yang emosional, individualistik,
dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang maknawi, dapat terlihat contohnya
seperti Mehendi atau tato temporer dari India ini, yang dapat dikategorikan
sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak
yang dapat dilihat, dirasakan, juga menyangkut nilai-nilai estetis, sederhana,
Dalam “General Anthropology” milik Melville Jacobs dan Bernhard J. Stern, tato
merupakan salah satu bentuk dari seni grafis (1952:260). Mehendi tergolong
kedalam bentuk seni grafis karena memiliki nilai-nilai estetis atau nilai-nilai
keindahan khususnya pada bagian tubuh.
Berbicara mengenai keindahan tubuh tidak terlepas dari konsep mengenai
body image atau biasa disebut citra tubuh. Menurut Roberta Honigman dan David
J. Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan
ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian
atas apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan
atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya , apa
yang dipikirkan dan dirasakan belum tentu benar-benar merepresentasikan
keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif
Body image atau citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh,
baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap
yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi
tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan
orang lain (dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan, h.500).
Body image atau citra tubuh terbagi menjadi 2 kategori, ada yang positif
dan ada yang negatif.
Body image yang negatif, yaitu :
1. Suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu, perasaan yang
2. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh
dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi.
3. Individu merasakan malu, self-conscius, dan khawatir akan badannya
4. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya.
Body image yang positif, yaitu :
1. Suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu melihat
tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
2. Individu menghargai badan atau tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil
dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang.
3. Individu merasakan bangga dan menerima bentuk badannya yang unik
dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat
badan, dan kalori.
4. Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya
2008).
Body image atau citra tubuh yang positif dapat menjelaskan bagaimana
orang-orang baik orang India Tamil ataupun orang biasa yang tertarik
menggunakan Mehendi ini, dimana dalam konsep body image atau citra tubuh
yang positif menjelaskan bahwa individu atau seseorang menghargai badan atau
tubuhnya, sehingga para pengantin wanita India memberikan beberapa bagian dari
tubuhnya untuk diukirkan Mehendi dimana mereka menganggap bahwa dengan
keindahan yang juga mengukirkan Mehendi sebelum hari pernikahan merupakan
bagian dari rangkaian tradisi bagi India Tamil , begitu juga bagi wanita biasa yang
bukan orang India yang tertarik untuk menggunakan Mehendi tersebut yang mana
mereka menganggap bahwa Mehendi juga memiliki suatu nilai keindahan. Bagian
tubuh yang diukir sebenarnya bisa dimana saja, namun yang biasanya adalah di
telapak tangan, punggung tangan, punggung kaki, hingga pergelangan, leher
bahkan sampai punggung. Sedangkan yang menjadi trend remaja saat ini adalah di
bagian tangan dan leher, sementara menurut pengantin wanita Tamil bagian
punggung yang diukirkan Mehendi biasanya untuk menyenangkan calon
suaminya.
Ada 3 (tiga) pandangan utama tentang tubuh yang berlaku di Yunani kuno.
Yang pertama, aliran yang didirikan oleh Cyrenaic, percaya bahwa “kebahagiaan
tubuh itu jauh lebih baik daripada kebahagiaan mental”. Aliran yang kedua,
didirikan oleh Epicurus, percaya bahwa “kebahagiaan tubuh memang bagus,
tetapi masih lebih bagus lagi kebahagiaan mental”. Aliran yang terakhir, sekaligus
yang paling tidak populer, didirikan oleh Orpheus, mengatakan bahwa “tubuh
adalah kuburan bagi jiwa” (the body is the tomb of the soul). Pemikiran Romawi
tidak memandang tubuh dengan negatif. Sebagian besar orang Romawi sangat
percaya dengan astrologi dan memandang tubuh dan jiwa adalah bagian dari
kosmis. Kemudian tibalah zaman Renaisans yang mengakiri ide dasar bahwa
“tubuh” adalah “musuh”, dan mulailah bergulir gagasan bahwa tubuh adalah
sesuatu yang indah, bagus, personal, privat, dan sekuler. Pada abad ke-20 dengan
berkembangnya ilmu kedokteran, antropologi, dan psikologi tubuh tidak dianggap
berbahaya dan selalu perlu diawasi, tetapi tubuh dianggap sebagai sesuatu untuk
dinikmati.
Tubuh manusia sudah menjadi topik penting dalam kajian antropologi
sejak awal abad ke-19. Ada 4 (empat) alasan yang bisa menjelaskan mengapa
tubuh menempati posisi penting dalam antropologi, 1) pembahasan antropologi
filsafat tentang tema ontologi manusia. Tema ini otomatis menempatkan
perwujudan bentuk manusia dalam posisi sentral, 2) asal-usul manusia berasal
dari spesies mamalia adalah pertanyaan penting dalam antropologi, 3) sejak masa
Victoria telah berkembang kajian evolusi dalam antropolgi (darwinisme sosial),
yang memberi kontribusi pada studi tubuh, 4) karena dalam masyarakat
pramodern tubuh adalah penanda penting bagi status sosial, posisi keluarga, umur,
gender, dan hal-hal yang bersifat religius. Pada abad yang baru, dengan
pandangan tentang tubuh yang baru membuat para antropolog berhenti untuk
melihat tubuh secara fisik dan mulai melihat tubuh sebagai alat untuk menganalisa
masyarakat .
Dalam hal ini Margaret Mead mengatakan bahwa pembedaan kepribadian
dan aturan-aturan dari dua jenis seks yang berbeda itu diproduksi secara sosial.
Robert Hertz (1970) percaya bahwa pola pikiran masyarakat terefleksi dalam
tubuh. Persoalan-persoalan kosmologi, gender, dan moralitas mewujud menjadi
persoalan-persoalan yang dialami tubuh. Tubuh fisik adalah juga tubuh sosial (the
physical body is also social). Menurut Marcel Mauss (1971) cara untuk
mengetahui peradaban manusia lain adalah dengan mengetahui bagaimana
masyarakat itu menggunakan tubuhnya. Tubuh adalah instrumen yang paling
dengan kultur atau budaya masing-masing, semakin berkembangnya zaman
semakin banyak para tokoh ilmuan ataupun orang-orang yang mengkonsepsikan
mengenai tubuh itu sendiri. Secara faktual fenomena ini dapat terlihat ketika
seseorang wanita India Tamil yang akan menikah dengan menggunakan ukiran
Mehendi pada bagian tubuhnya dimana para wanita India Tamil ini memiliki
konsep tersendiri mengenai tubuhnya. Begitu juga ketika seorang wanita biasa
yang menggunakan ukiran Mehendi ini pada bagian tubuhnya, wanita itu
memiliki konsep tersendiri mengenai tubuhnya misalnya dengan pertimbangan
alasan nilai estetis atau nilai-nilai keindahan.
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling
abstrak dari adat-istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai budaya itu
merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam akal pikiran sebagian
besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai,
berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga
masyarakat tadi. Ini dapat menjelaskan bahwa nilai dari Mehendi tersebut
sangatlah penting dalam pesta pernikahan India Tamil sehingga mereka harus
dapat menjaga tradisi ini. Fenomena ini masih dapat terlihat ketika mengukirkan
Mehendi pada tubuh perempuan India Tamil pada saat pernikahan. Mehendi
adalah salah satu bentuk warisan budaya India Tamil yang masih dijaga dan
dipelihara keberadaannya sampai saat ini.
Fenomena saat ini memperlihatkan bahwa saat ini seni Mehendi telah
berkembang dari fungsi aslinya dulu pada awalnya seni Mehendi dipergunakan
dapat dipergunakan oleh siapa saja dan kapan saja dapat dipakai dan
dipergunakan, bahkan saat ini Mehendi bisa dikatakan populer bagi dunia fashion
di seluruh dunia. Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di
masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya yang mana Mehendi tersebar
menjadi budaya dunia atau (world culture).
Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini (Lucian W.
Pye. 1966)4F
5
. Fenomena yang terjadi terhadap fungsi Mehendi saat ini secara tidak
langsung karena pengaruh globalisasi, yang mana tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu ke seluruh dunia, ini dapat menjelaskan bahwa budaya seni
Mehendi telah menyebar di berbagai belahan dunia dan kini seni Mehendi telah
popular di kalangan dunia fashion.
Williams (Strinati, 2007:3) mengatakan bahwa populer dipandang dari
sudut pandang orang dan bukannya dari mereka yang mencari persetujuan atau
kekuasaan atas mereka. Sekalipun demikian, pengertian awal tidaklah mati.
Budaya populer bukan diidentifikasi oleh rakyat tetapi oleh orang lain. Konsep ini
dapat menjelaskan bahwa seni Mehendi menjadi populer bukan karena bangsa
India sebagai pemilik seni ini, tetapi dikatakan populer ketika orang-orang di luar
dari bangsa India dapat menerima kehadiran Mehendi ini sebagai sesuatu yang
indah yang dapat mereka nikmati.
5
Gambaran mengenai popular itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan
orang kebanyakan atau manusia pada umumnya (common people). Konsep di atas
menunjukkan bahwa pengertian popular adalah sesuatu yang dapat diterima secara
luas ditengah-tengah masyarakat. Budaya merupakan produk atau hasil pemikiran
dan pemahaman manusia yang kemudian menjadi ways of life (gaya hidup) yang
bergulir dari generasi ke generasi selanjutnya seperti cara berprilaku, berpakaian,
berbahasa, beragama dan ritual-ritual (upacara) lainnya. Budaya merupakan hasil
pemikiran panjang manusia, maka di sana ada banyak budaya, karena bahwa
sejatinya pikiran manusia dengan kondisi dan lingkungan tertentu akan berbeda
dengan pikiran manusia lainnya dengan kondisi dan lingkungan yang juga punya
ciri khas tersendiri juga. Budaya populer lebih sering disebut dengan budaya pop
yaitu segala apapun yang terjadi di sekeliling hidup manusia setiap harinya, mulai
dari pakaian, film, musik, makanan, semuanya termasuk dalam bagian dari
kebudayaan populer.
Defenisi dari popular / populer adalah diterimanya oleh banyak orang,
disukai atau disetujuinya oleh masyarakat banyak. Sedangkan defenisi budaya
adalah satu pola yang merupakan kesatuan dari pengetahuan, kepercayaan serta
kebiasaan yang tergantung kepada kemampuan manusia untuk belajar dan
menyebarkannya ke generasi selanjutnya. Selain itu, budaya juga dapat diartikan
sebagai kebiasaan dari kepercayaan, tatanan sosial dan kebiasaan dari kelompok
ras, kepercayaan atau kelompok sosial. Jadi konsep kebudayaan populer adalah
satu kebiasaan yang diterima oleh kelompok-kelompok sosial yang terus berganti
/ berkembang di setiap generasi. Berkembangnya nilai dari seni Mehendi ini yang
India kini telah menjadi popular di kalangan dunia fashion merupakan salah satu
bentuk kebudayaan populer yang terjadi saat ini.
Fashion merupakan faktor yang paling mudah diterima oleh masyarakat
pada umumnya, karena dunia fashion adalah bidang yang paling sangat cepat
berkembang dari masa ke masa. Fashion dapat mudah diserap oleh setiap suku
bangsa yang ada di belahan bumi ini. Ini juga dapat menjelaskan Mehendi ini
begitu mudah juga untuk dapat diterima oleh masyaraakat dunia tidak terlebih
mayarakat Indonesia khususnya perempuan-perempuan yang ada di kota Medan.
1.5. Metode Penelitian
Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif yang
bersifat deskriptif. Dalam hal ini, peneliti akan mencoba mencari tahu lebih dalam
lagi tentang apa itu Mehendi bagi perempuan India Tamil di Kampung Kubur dan
bagaimana perkembangannyasaat ini. Dalam penelitian kualitatif, data-data yang
didapatkan di lapangan bisa berupa kata-kata maupun tindakan. Data yang berupa
kata-kata diperoleh melalui wawancara, sedangkan data yang berupa
tindakan-tindakan diperoleh melalui observasi. Adapun teknik penelitian yang digunakan
dalam pencaharian data-data di lapangan antara lain :
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian
ini. Observasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan data yang dibutuhkan.
Hal-hal yang menjadi fokus observasi adalah bahan dan alat apa saja yang digunakan
Mehendi, dan seperti apa proses transaksi yang terjadi didalamnya, siapa saja
orang yang terlibat dalam proses pelukisan Mehendi ini.
b. Teknik Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (depth Interview). Wawancara mendalam akan terfokus kepada, 1) apa
saja yang diketahui perempuan India Tamil mengenai apa itu Mehendi, 2)
bagaimana fungsi dan kedudukan Mehendi dalam pernikahan perempuan India
Tamil serta tanggapan / asumsi tentang nilai guna Mehendi dalam kehidupan
perempuan India Tamil, 3) bagaimana mereka dapat menjaga dan
mempertahankan warisan budaya mereka ini kedepan. Pertanyaan ini berpedoman
pada interview guide sebagai acuan dalam wawancara.
c. Penentuan Informan
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3, yaitu : Informan pangkal,
Informan Kunci atau pokok dan Informan Biasa. Dalam hal ini peneliti
mengklasifikasikan beberapa informan kedalam kategori-kategori. Oleh karena
itu, yang menjadi kategori Informan Pangkal adalah Kepala Lingkungan gang
batik keris dan Kepala Lurah. Informan pokok atau kunci merupakan informan
yang dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai Mehendi ini,
peneliti memilih berdasarkan kategori-kategori yang telah dibuat yaitu,
perempuan India yang telah menikah dan para pelukis Mehendi yang banyak
mengetahui tentang Mehendi ini dan juga perempuan biasa yang menggunakan
seni Mehendi ini, sedangkan yang menjadi informan yang menjadi Informan biasa
dengan pengetahuannya. Informan biasa dalam penelitian ini adalah perempuan
biasa atau yang bukan orang India asli.
1.6. Teknik Analisis Data
Peneliti bisa melakukan analisis data ketika sedang melakukan wawancara
dan observasi di lapangan. Hal ini berarti bahwa analisis data tidak hanya
dilakukan pada saat setelah pulang dari lapangan saja akan tetapi di lapangan
peneliti sudah mulai mengklasifikasikan data yang didapat.
Setelah pulang dari lapangan, peneliti akan menganalisa data yang sudah
didapat dari lapangan dengan mengumpulkan data yang sejenis kedalam
kategori-kategori yang telah ditentukan (mengklasifikasikan yang sejenis). Setelah itu,
peneliti akan memeriksa ulang data untuk kelengkapan data. Data yang diperoleh
dari lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Data-data yang akan ditulis
diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teori-teori. Dalam menulis dan
menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil observasi yang
peneliti dapat pada saat berada di lapangan sebagai penguat data hasil wawancara
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Singkat Kedatangan Orang India Tamil di Kota Medan dan Kampung Kubur.
Kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar dan hingga sekarang
menetap dan membentuk komunitas di berbagai wilayah Sumatera Timur dan
khususnya Medan terjadi sejak pertengahan abad ke-14, yaitu sejak dibukanya
industri perkebunan di Tanah Deli, mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi
kuli perkebunan. Menurut catatan Lukman Sinar (2001) pada tahun 1874 dibuka
22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina sebanyak 4.476, kuli Tamil 459
orang dan orang Jawa 316 orang. Pada tahun 1873 rombongan pertama orang
Tamil yang datang ke Medan sebanyak 25 orang, mereka dipekerjakan oleh
Nienhuys, seorang keturunan Belanda sebagai pengusaha perkebunan tembakau
yang dikenal sebagai tembakau Deli. Tembakau inilah yang membuat tanah deli
menjadi termasyur di dunia Internasional, yang mana pada akhirnya dikenal
sebagai “Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh
dan tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli
baik sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh
bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu.
Kampung Kubur merupakan salah satu bagian dari deaerah Kampung
Keling yang saat ini telah berganti nama menjadi Kampung Madras yang letaknya
di sekitar kawasan Jl. Zainul Arifin (dulu bernama Jalan Calcuta). Daerah tersebut
di Kota Medan. Pada awalnya Kampung Kubur merupakan tanah wakaf atau
tanah pemberian dari Pemerintah Belanda bagi orang-orang keturunan India yang
beragama Islam (Muslim).
Daerah ini diberi nama Kampung Kubur oleh penduduk setempat karena
pada awalnya daerah ini merupakan sebuah lokasi pekuburan. Lokasi pekuburan
ini letaknya berada tepat di belakang Mesjid Gaudiyah. Mesjid ini terletak di jalan
Zainul Arifin yang dibangun oleh Perkumpulan Etnis India Selatan yang
beragama Islam (South India Muslims Foundation) pada tahun 1887. Masjid
Gaudiyah sangat terkenal dengan arsitekturnya bergaya India yang sangat kental,
sehingga dari gerbangnya saja orang-orang akan langsung menduga bahwa itu
adalah mesjid bergaya India. Dari sebuah tanah wakaf inilah warga India Tamil
membentuk sebuah pemukiman, sebab mereka merasa bahwa tanah ini merupakan
tanah pemberian yang diberikan pada mereka oleh pemerintah Belanda walaupun
hanya sebuah tanah perkuburan, sehingga pada akhirnya mereka menjadikan
sebagai sebuah pemukiman akibat tanah atau lahan yang ada di kota Medan telah
banyak dihuni atau ditempati oleh warga atau suku bangsa yang lainnya.
2.1.1. Hubungan-Hubungan Sosial yang Dijalin oleh orang India Tamil
Komunitas India Tamil telah hadir dan menjadi bagian yang signifikan
dalam perkembangan Kebudayaan di Nusantara sejak beberapa abad yang lalu,
terutama disebagian masyarakat yang ada di pulau Sumatera, interaksi mereka
sudah panjang dalam bilangan sejarah dengan komunitas masyarakat lokal di
Nusantara. Pengaruh kebudayaan India sangat kuat dalam kehidupan bangsa
Indonesia sudah menjadi pengetahuan awam dan tidak diragukan lagi, dan proses
Di Sumatera Utara kehadiran orang-orang India sudah terekam dalam sebuah
prasasti bertarik 1010 saka atau 1088M tentang perkumpulan pedagang Tamil di
Barus yang ditemukan pada tahun 1873 di Situs Lobu Tua (Barus), sebuah kota
purba di pinggir pantai Samudera Hindia.
Pada abad ke-11 Masehi sekumpulan orang Tamil telah tinggal di
Sumatera secara permanen atau semi permanen, mereka adalah para
tukang-tukang yang mahir mengukir prasasti. Keberadaan kaum pedagang Tamil pada
abab ke-11 di pantai barat Sumatera terdesak oleh kekuatan armada
pedagang-pedagang dari Arab/Mesir (Oragma Putrom, 1979). Orang India Tamil yang
terdesak dari Barus kemudian terasimilasi dengan Suku Karo yang tinggal di
Dataran Tinggi Tanah Karo, kemudian akhirnya adanya perkawinan campuran
antara orang India Tamil dengan Suku Karo hingga menjadi keturunan marga
(klen) Sembiring yang terbagi lagi menjadi sub yang lebih kecil seperti (Maha,
Meliala, Brahmana, Depari), Sinulingga, Pandia, Colia, Capah dan sebagainya.
Kehadiran India Tamil juga berada di Nanggroe Aceh Darussalam, kini
mereka telah menyatu sebagai warga Aceh tulen, berbahasa dan beradat istiadat
Aceh. Di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan keberadaan mereka dapat
dilihat dari peninggalan Candi di daerah Portibi, Saba Biara di Simangambat.
Dalam segi bahasa juga India Tamil dapat memberikan istilah seperti ‘banua
holing’, ‘tumbaga holing’ , ‘pijor holing’, dan lain sebagainya. Tetapi kedatangan
orang-orang India dalam jumlah besar hingga sekarang menetap dan membentuk
komunitas di Wilayah Sumatera khususnya medan sejak pertengahan abad ke-19,
datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India Selatan (Tamil
Muslim) dan juga orang Bombay serta Punjabi.
Selain mereka yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan
sebagai kuli, ada juga orang-orang India lain yang datang ke Medan untuk
berpartisipasi memajukan beberapa sektor usaha di Kota Medan, seperti kaum
Chehtiars atau Chethis (yang berprofesi sebagai pembunga uang, pedagang dan
pengusaha kecil), kaum Vellalars dan Mudaliars (Kasta petani yang juga terlibat
dalam usaha dagang), kaum Sikh dan orang-orang Uthar Pradesh. Selain itu juga
terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Bujarah, Meratti (maha Rasthra), dan
lain-lain (Lubis, 2009). Tetapi pada umumnya orang-orang Indonesia tidak dapat
mengenali secara pasti perbedaan-perbedaan dari orang-orang India. Orang
Indonesia lebih sering menyebut mereka sebagai orang Keling. Orang-orang
Punjabi yang beragama Sikh biasanya bekerja sebagai penjaga keamanan,
pengawal di Istana dan kantor-kantor, penjaga tokoh dan lain-lain. Sementara
orang Sikh yang bekerja di perkebunan juga bertugas sebagai penjaga malam dan
pengantar surat juga memelihara ternak sapi untuk memproduksi susu yang saat
ini kita ketahui orang Sikh lah yang menjual susu sapi di Kota Medan.
Ada banyak istilah yang digunakan untuk memanggil orang keturunan
India, ada yang memanggil dengan istilah Keling atau Hulia yang biasanya
digunakan untuk memanggil keturunan India Tamil, ada juga istilah Benggali
untuk menyebut mereka yang penganut Sikh. Saat ini, keturunan India yang ada di
kota Medan bukanlah mereka yang datang langsung dari India, tetapi mereka
adalah generasi yang ketiga atau keempat dari pendatang pada awalnya.
menganggap mereka sudah lahir di Indonesia dan menjadi warga Negara
Indonesia. Seperti menurut salah satu pengakuan informan ( Nirmala Rauter, 50
Tahun) mengatakan bahwa :
“Kebudayaan saya memang India, tapi saya orang Indonesia”.
Dari pernyataan salah seorang dari keturunan India dapat menjelaskan bahwa
mereka lebih mampu beradaptasi dengan penduduk pribumi dibandingkan warga
keturunan Cina. Dalam pandangan kaum awam, warga keturunan di Medan
cenderung eksklusif dan relatif kurang bergaul dengan penduduk pribumi.
Sementara pada awalnya orang-orang Cina yang datang ke Medan juga sebagai
kuli perkebunan, tetapi kemudian saat ini telah berkembang menjadi satu
kelompok yang menguasai perekonomian.
Sementara orang-orang keturunan India yang juga datang dalam kurun
waktu yang sama dan dengan status yang sama, tetapi tidak memperlihatkan
kemajuan penguasaan ekonomi semaju yang diraih orang Cina.
2.1.2. Hubungan Sosial di Bidang Keagamaan
Adaptasi yang dilakukan oleh warga Tamil pasti akan menimbulkan
hubungan sosial di tengah masyarakat di Kampung Kubur, hubungan sosial
tersebut diantaranya adanya hubungan di bidang keagamaan. Hubungan tersebut
dengan sendirinya akan muncul di tengah masyarakat akibat faktor kesamaan dari
agama yang mereka yakini. Tetapi sejauh ini tidak ada organisasi yang dapat
menghimpun warga Tamil dalam satu kesatuan. Mereka pada umumnya lebih
terikat oleh kesatuan berdasarkan agama, terutama dikalangan penganut Hindu,
cenderung melebur menjadi komunitas muslim dimana mereka tinggal atau
bermukim.
Adapun bentuk beradaptasi yang dilakukan warga Tamil di Kota Medan
dalam bidang keagamaan adalah bagi penganut agama Hindu mereka terhimpun
dalam satu wadah yaitu Kuil yang terdapat di Kota Medan. Semua penganut
Hindu yang juga bukan dari Warga Tamil saja secara kultural menyatu dalam
suatu perhimpunan Shri Mariamman Kuil. Shri Mariamman Kuil ini terletak di
daerah Kampung Madras dimana kuil ini dibangun pada tahun 1884. Kuil Shri
Mariamman merupakan sebuah payung atau tonggak bagi kuil-kuil lain yang
terdapat di Kota Medan.
Hampir semua kuil yang dibangun warga Tamil di Kota Medan
menggunakan nama Shri Mariamman, yang mana ini juga menghimpun
pemuda-pemudi yang aktif di kuil dalam sebuah perhimpunan muda-mudi kuil. Bagi
warga Tamil yang beragama Budha mereka terhimpun dalam suatu wadah yaitu
Vihara dan Organisasi yang disebut Adi-Dravida Sabah, sementara untuk kaum
remaja mereka tergolong kedalam sebuah organisasi bernama muda-mudi Budha
Tamil. Kaum Budha Tamil juga memiliki sejumlah Vihara sebagai tempat
beribadah, diantaranya adalah Vihara Badhi Gaya dan Vihara Lokasanti yang
berada di Kampung Anggrung serta Vihara Ashoka yang berada di Kawasan
Polonia, dan sejumlah Vihara di tempat-tempat lain. Kaum Budha Tamil secara
kelembagaan menyatu dalam suatu wadah Perwalian Umat Budha Indonesia
Warga Tamil Katolik memiliki sebuah gereja Katolik yang dibangun pada
tahun 1912, yang anggotanya sebagian besar tergolong Tamil Adi – Dravida.
Tengku Lukman Sinar (2001:76) menyebutkan bahwa sejak tahun 1912 telah ada
missionaris Katolik Khusus untuk orang-orang India Tamil di Medan ada juga
sebuah gereja lain yang dibangun pada tahun 1935 oleh seorang Pastor Reverend
Father James (Sami, 1980:83). Ada juga Warga Tamil Kristen dan Katolik yang
bermukim di sebuah lokasi yang disebut Kampung Kristen. Pastor James Bharata
Putra datang ke Indonesia pada tahun 1967 dan bertugas di Medan sejak 1972,
saat itu Pastor James Bharata Putra pernah mendirikan sekolah khusus untuk
orang-orang India Tamil yang miskin dengan nama Lembaga Sosial dan
Pendidikan Karya Dharma.
Namun saat ini sekolah itu telah di ambil oleh Yayasan Don Bosco, dan
menjadi sebuah sekolah dasar dengan St. Thomas, kemudian Pastor James
membeli sebidang tanah di kawasan Tanjung Selamat pada 1979 yang
direncanakan untuk tempat pemukiman baru bagi orang-orang Tamil Katolik yang
tinggal disekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001 Pastor James juga
membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik, yang kemudian diresmikan
oleh Uskup Agung Medan yaitu Mgr. A.G.P Batubara, OFM, Cap dan disebelah
banguan Kapel itu sekarang berdiri sebuah gedung yang dibangun dengan nama
Graha Bunda Man Annai Velangkani. Bagi warga Tamil beragama Islam atau
muslim sejak 1887 sudah memiliki sebuah Lembaga Sosial yang bernama South
Indian Moslem Foundation and Welfare Comitte pada zaman Kesultanan Deli
Warga Tamil yang beragama Islam (Muslim) mendapat 2 (dua) bidang tanah dari
membangun Mesjid dan perkuburan bagi warga Tamil Islam (Muslim) di Kota
Medan.
Sementara lembaga Sosial South Indian Moslem Foundation and Walfare
Comitter membangun 2 (dua) buah mesjid, satu terletak di Jalan Kejaksaan Kebun
Bunga dan satu lagi di Jl. Zainul Arifin. Tanah wakaf atau tanah perkuburan yang
diberikan oleh Sultan Deli tersebut berada dilokasi kebun bunga cukup luas
sekitar 4000 meter persegi sedangkan lokasi Mesjid Gaudiyah memiliki luas
sekitar 1000 meter persegi. Saat ini sebagian dari tanah wakaf yang berada di
mesjid Gaudiyah dimanfaatkan untuk lokasi pembangunan ruko yang disewakan
kepada orang lain dan kemudian uangnya digunakan untuk kemakmuran mesjid
dan meyantuni kaum Muslim Tamil yang miskin. Sampai sekarang yayasan yang
menaungi mesjid itu terus dilakukan dan saat ini telah di urus oleh oleh Keturunan
Tamil Muslim.
Pada tahun 1970-an setiap tahunnya dilakukan Perayaan hari besar
keagamaan yang menghadirkan orang-orang Tamil Muslim di seluruh kota Medan
bahkan warga Tamil yang tinggal di Tebing Tinggi hingga Pematang Siantar.
Kesempatan seperti ini juga sekaligus dijadikan sebagai forum silahturahmi bagi
warga Tamil Muslim. Namun perayaan seperti ini saat ini sudah tidak pernah lagi
berlangsung. Selain dalam hubungan sosial yang berbasis keagamaan yang
disebutkan di atas, tetapi pada tahun 1960-an terdapat sejumlah organisasi yang
bertujuan mempromosikan kebudayaan dan pendidikan Tamil, diantaranya
adalah The Deli Hindu Sabah, Adi-Dravida Hindu Sabah, Khrisna Sabah yang
Juga ada The Indian Boy Scout Movement, Indonesian Hindu Youth Organization,
dan North Sumatera Welfare Association dan lain-lan.
Pada masa sekarang ini hampir semua organisasi sosial tersebut sudah
tidak aktif lagi. Tetapi sampai saat ini masih bisa kita menemukan beberapa
Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh orang Tamil di kota Medan, antara lain
Perguruan Raksana dan Lembaga Kursus Bahasa Inggris Harcourt International
yang memiliki 5 buah cabang di kota Medan. Tetapi sebuah keprihatinan muncul
di kalangan generasi tua Tamil saat ini melihat kenyataan bahwa semakin lama
warga Tamil kehilangan identitas kebudayaan Tamil. Sebagian besar generasi
muda Tamil tidak bisa berbahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak tidak
mampu lagi menggunakan bahasa Tamil di lingkungan keluarga. Pelaksanaan
peribadatan di kuil-kuil Hindu saat ini juga tidak lagi sepenuhnya dilakukan
menurut ketentuan penggunaan mantra-mantra yang berbahasa Tamil maupun
sansekerta, bahkan sebuah upacara penyucian kuil (Kumbhabisegam) yang
dilakukan di Shri Mariamman Kuil yang berada di Kampung Durian pada tanggal
13 Juli 2003 harus di pimpin oleh Pendeta yang khusus diundang dari Malaysia
(Lubis, 2009).
2.2. Lokasi-lokasi pemukiman orang Tamil di Kota Medan.
Pada masa Kolonial orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi
Perkebunan yang ada disekitar Kota Medan dan Sumatera Timur. Tetapi setelah
masa kemerdekaan, warga Tamil bediam disekitar kota, yaitu disekitar kota
Medan, Binjai, Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi. Pemukiman warga Tamil yang