• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Singkat Kedatangan Orang India Tamil di Kota Medan dan Kampung Kubur

2.1.2. Hubungan Sosial di Bidang Keagamaan

Adaptasi yang dilakukan oleh warga Tamil pasti akan menimbulkan hubungan sosial di tengah masyarakat di Kampung Kubur, hubungan sosial tersebut diantaranya adanya hubungan di bidang keagamaan. Hubungan tersebut dengan sendirinya akan muncul di tengah masyarakat akibat faktor kesamaan dari agama yang mereka yakini. Tetapi sejauh ini tidak ada organisasi yang dapat menghimpun warga Tamil dalam satu kesatuan. Mereka pada umumnya lebih terikat oleh kesatuan berdasarkan agama, terutama dikalangan penganut Hindu, Budha dan Katolik. Sementara mereka yang beragama Islam (Muslim) lebih

cenderung melebur menjadi komunitas muslim dimana mereka tinggal atau bermukim.

Adapun bentuk beradaptasi yang dilakukan warga Tamil di Kota Medan dalam bidang keagamaan adalah bagi penganut agama Hindu mereka terhimpun dalam satu wadah yaitu Kuil yang terdapat di Kota Medan. Semua penganut Hindu yang juga bukan dari Warga Tamil saja secara kultural menyatu dalam suatu perhimpunan Shri Mariamman Kuil. Shri Mariamman Kuil ini terletak di daerah Kampung Madras dimana kuil ini dibangun pada tahun 1884. Kuil Shri Mariamman merupakan sebuah payung atau tonggak bagi kuil-kuil lain yang terdapat di Kota Medan.

Hampir semua kuil yang dibangun warga Tamil di Kota Medan menggunakan nama Shri Mariamman, yang mana ini juga menghimpun pemuda-pemudi yang aktif di kuil dalam sebuah perhimpunan muda-mudi kuil. Bagi warga Tamil yang beragama Budha mereka terhimpun dalam suatu wadah yaitu Vihara dan Organisasi yang disebut Adi-Dravida Sabah, sementara untuk kaum remaja mereka tergolong kedalam sebuah organisasi bernama muda-mudi Budha Tamil. Kaum Budha Tamil juga memiliki sejumlah Vihara sebagai tempat beribadah, diantaranya adalah Vihara Badhi Gaya dan Vihara Lokasanti yang berada di Kampung Anggrung serta Vihara Ashoka yang berada di Kawasan Polonia, dan sejumlah Vihara di tempat-tempat lain. Kaum Budha Tamil secara kelembagaan menyatu dalam suatu wadah Perwalian Umat Budha Indonesia (Walubi) yang berpusat di Vihara Borobudur.

Warga Tamil Katolik memiliki sebuah gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1912, yang anggotanya sebagian besar tergolong Tamil Adi – Dravida. Tengku Lukman Sinar (2001:76) menyebutkan bahwa sejak tahun 1912 telah ada missionaris Katolik Khusus untuk orang-orang India Tamil di Medan ada juga sebuah gereja lain yang dibangun pada tahun 1935 oleh seorang Pastor Reverend Father James (Sami, 1980:83). Ada juga Warga Tamil Kristen dan Katolik yang bermukim di sebuah lokasi yang disebut Kampung Kristen. Pastor James Bharata Putra datang ke Indonesia pada tahun 1967 dan bertugas di Medan sejak 1972, saat itu Pastor James Bharata Putra pernah mendirikan sekolah khusus untuk orang-orang India Tamil yang miskin dengan nama Lembaga Sosial dan Pendidikan Karya Dharma.

Namun saat ini sekolah itu telah di ambil oleh Yayasan Don Bosco, dan menjadi sebuah sekolah dasar dengan St. Thomas, kemudian Pastor James membeli sebidang tanah di kawasan Tanjung Selamat pada 1979 yang direncanakan untuk tempat pemukiman baru bagi orang-orang Tamil Katolik yang tinggal disekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001 Pastor James juga membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik, yang kemudian diresmikan oleh Uskup Agung Medan yaitu Mgr. A.G.P Batubara, OFM, Cap dan disebelah banguan Kapel itu sekarang berdiri sebuah gedung yang dibangun dengan nama Graha Bunda Man Annai Velangkani. Bagi warga Tamil beragama Islam atau muslim sejak 1887 sudah memiliki sebuah Lembaga Sosial yang bernama South Indian Moslem Foundation and Welfare Comitte pada zaman Kesultanan Deli Warga Tamil yang beragama Islam (Muslim) mendapat 2 (dua) bidang tanah dari Sultan Deli, yang mana 2 (dua) bidang tanah ini diberikan khusus untuk tempat

membangun Mesjid dan perkuburan bagi warga Tamil Islam (Muslim) di Kota Medan.

Sementara lembaga Sosial South Indian Moslem Foundation and Walfare Comitter membangun 2 (dua) buah mesjid, satu terletak di Jalan Kejaksaan Kebun Bunga dan satu lagi di Jl. Zainul Arifin. Tanah wakaf atau tanah perkuburan yang diberikan oleh Sultan Deli tersebut berada dilokasi kebun bunga cukup luas sekitar 4000 meter persegi sedangkan lokasi Mesjid Gaudiyah memiliki luas sekitar 1000 meter persegi. Saat ini sebagian dari tanah wakaf yang berada di mesjid Gaudiyah dimanfaatkan untuk lokasi pembangunan ruko yang disewakan kepada orang lain dan kemudian uangnya digunakan untuk kemakmuran mesjid dan meyantuni kaum Muslim Tamil yang miskin. Sampai sekarang yayasan yang menaungi mesjid itu terus dilakukan dan saat ini telah di urus oleh oleh Keturunan Tamil Muslim.

Pada tahun 1970-an setiap tahunnya dilakukan Perayaan hari besar keagamaan yang menghadirkan orang-orang Tamil Muslim di seluruh kota Medan bahkan warga Tamil yang tinggal di Tebing Tinggi hingga Pematang Siantar. Kesempatan seperti ini juga sekaligus dijadikan sebagai forum silahturahmi bagi warga Tamil Muslim. Namun perayaan seperti ini saat ini sudah tidak pernah lagi berlangsung. Selain dalam hubungan sosial yang berbasis keagamaan yang disebutkan di atas, tetapi pada tahun 1960-an terdapat sejumlah organisasi yang bertujuan mempromosikan kebudayaan dan pendidikan Tamil, diantaranya adalah The Deli Hindu Sabah, Adi-Dravida Hindu Sabah, Khrisna Sabah yang bergerak di bidang keagamaan, sosial dan aktifitas Kebudayaan (Mani, 1980:63)

Juga ada The Indian Boy Scout Movement, Indonesian Hindu Youth Organization, dan North Sumatera Welfare Association dan lain-lan.

Pada masa sekarang ini hampir semua organisasi sosial tersebut sudah tidak aktif lagi. Tetapi sampai saat ini masih bisa kita menemukan beberapa Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh orang Tamil di kota Medan, antara lain Perguruan Raksana dan Lembaga Kursus Bahasa Inggris Harcourt International yang memiliki 5 buah cabang di kota Medan. Tetapi sebuah keprihatinan muncul di kalangan generasi tua Tamil saat ini melihat kenyataan bahwa semakin lama warga Tamil kehilangan identitas kebudayaan Tamil. Sebagian besar generasi muda Tamil tidak bisa berbahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak tidak mampu lagi menggunakan bahasa Tamil di lingkungan keluarga. Pelaksanaan peribadatan di kuil-kuil Hindu saat ini juga tidak lagi sepenuhnya dilakukan menurut ketentuan penggunaan mantra-mantra yang berbahasa Tamil maupun sansekerta, bahkan sebuah upacara penyucian kuil (Kumbhabisegam) yang dilakukan di Shri Mariamman Kuil yang berada di Kampung Durian pada tanggal 13 Juli 2003 harus di pimpin oleh Pendeta yang khusus diundang dari Malaysia (Lubis, 2009).