• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam

Pemberian ASI Eksklusif

di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

Tahun 2011

Oleh :

VISHALINI SREETHARAN

080100435

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006 cakupan ASI Eksklusif di Sumatera Utara cumaan 33.92%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki anak berusia antara 6 hingga 12 bulan di Kelurahan Padang Bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan ialah 100 orang ibu .

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 20-30 tahun 63%, pendidikan ibu terbanyak SMP/SMA 50%, dan ibu yang tidak bekerja (IRT) 55%.

Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pekerjaan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memberikan nilai p<0.05.

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang Bulan dan masyarakat agar lebih aktif dalam mendukung kepenting pemberian ASI eksklusif secara efektif.

(3)

ABSTRACT

Based on the data from the District Health North Sumatera 2006 the prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at stake which is only 33.92%. The knowledge, attitude and practice regarding exclusive breastfeeding of 100 mothers in Puskesmas Padang Bulan, Medan were investigated using a questionnaire. The research done was an analytical cross sectional design which is targeted on mothers with child of 6 to 12 months old.

The results of the univariate analyse shows that the prevalence of Exclusive Breastfeeding among mothers is 50% and the majority age of mothers in this analysis is among 20-30 years old (63%). Besides, it is also learned that 50 % of mothers received moderate level of education where they mostly completed their SMP or SMA. The majority respondants from this research are housewives (55%)

The outcome of bivariate results from this research indicates 3 factors to influence the practice of Exclusive Breastfeeding which is the mother's occupation, knowledge and attitude with a p-value of less than 0.05.

It is recommended that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people who realize and to socialize on benefits of Exclusive Breastfeeding practice and to do futher counceling, monitoring, and evaluating in hope to boost the effectiveness and implementation of Exclusive Breastfeeding.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga enulis dapat memyenlesaikan karya tulis ilmiah

ini, sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan

Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Padang

Bulan Tahun 2011. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis

telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK

USU.

2. dr. Zulkarnain Rangkuti, Msi, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah

ini dpaat diselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes

dan dr. Vita Camellia, Sp.KJ selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedoketeran Universitas Sumatera Utara yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan

4. Orang tua dan ahli keluarga lain yang mendoakan serta memberikan semangat

kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikannya.

5. Teman sejawat Endah Galih Harina atas masukan dan bantuannya dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman sejawat Nova Susanti atas masukan dan bantuannya dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah

(5)

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga

Tuhan selalu membalas semua kebaikkan yang selama ini diberikan kepada

penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru

dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis dalam

melaksanakan penelitian yang berjudul "Hubungan Tingkat Pengetahuan,

Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Asi Eksklusif di wilayah Kerja

Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011" ini. Harapan penulis semoga penelitian

ini mendapat persetujuan untuk pelaksanaan demi memberikan sumbangan

bagi perkembangan ilmi pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini

berguna bagi kita semua.

Medan, 13 Desember 2011

(6)

Halaman

1.1.Latar Belakang ………..

1.2.Rumusan Masalah ………... 1.3.Tujuan Penelitian ………... 1.4.Manfaat Penelitian………...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...

2.1. Perilaku………... 2.1.1 Konsep Perilaku ... 2.1.2 Domain Perilaku... 2.2. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)...

2.3. Keunggulan ASI dan Menyusui... 2.4. Produksi ASI... 2.8. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI... 2.8.1 Makanan Ibu... 2.8.2 Ketenteraman Jiwa dan Pikiran Ibu...

7

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….

(7)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 4.4. Metode Pengumpulan Data... 4.4.1. Data Primer dan Data Sekunder... 4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas... 4.5. Pengolahan dan Analisis Data...

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan...

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100

ml... 20

3.1. Aspek Pengukuran Variable Penelitian... 28

4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner... 35

5.1. Distribusi Responden Mengikut Tingkat Pendidikan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan 2011... 40

5.2. Distribusi Bilangan dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Padang Bulan, 2011... 41

5.3. Distribusi Bilangan dan Persentasi Pengetahuan

Responden Bagi Tiap Pertanyaan Pengetahuan Tentang

ASI eksklusif... 42

5.4. Distribusi Bilangan dan Persentasi Sikap Responden Tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Padang Bulan, 2011... 43

5.5. Distribusi Bilangan dan Persentasi Sikap Responden Bagi

Tiap Pertanyaan Sikap Tentang ASI Eksklusif... 44

5.6. Distribusi Bilangan dan Persentasi Tingkat Pemberian ASI Eksklusif oleh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan, 2011...

44

5.7. Distribusi Bilangan dan Persentasi Tindakan Responden

Bagi Tiap Pertanyaan Tindakan Pemberian ASI eksklusif... 45

5.8. Pengaruh Umur Responden Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan,

2011... 46

(9)

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Padang Bulan, 2011... 47

5.10. Pengaruh PekerjaanRespondem Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian... 26

5.1. Distribusi Kelompok Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011...

39

5.2. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang

Bulan Tahun 2011... 40

5.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011...

49

5.4. Hubungan Sikap Terhadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Informed Concern Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5 Hasil Penelitian SPSS

(12)

ABSTRAK

Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006 cakupan ASI Eksklusif di Sumatera Utara cumaan 33.92%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat observasional analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh Ibu yang memiliki anak berusia antara 6 hingga 12 bulan di Kelurahan Padang Bulan. Jumlah sampel yang dibutuhkan ialah 100 orang ibu .

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi prevalens pemberian ASI eksklusif 10%. Karakteristik umur ibu terbanyak pada usia 20-30 tahun 63%, pendidikan ibu terbanyak SMP/SMA 50%, dan ibu yang tidak bekerja (IRT) 55%.

Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pekerjaan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memberikan nilai p<0.05.

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Padang Bulan sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Padang Bulan dan masyarakat agar lebih aktif dalam mendukung kepenting pemberian ASI eksklusif secara efektif.

(13)

ABSTRACT

Based on the data from the District Health North Sumatera 2006 the prevalence of Exclusive Breastfeeding in Indonesia is still at stake which is only 33.92%. The knowledge, attitude and practice regarding exclusive breastfeeding of 100 mothers in Puskesmas Padang Bulan, Medan were investigated using a questionnaire. The research done was an analytical cross sectional design which is targeted on mothers with child of 6 to 12 months old.

The results of the univariate analyse shows that the prevalence of Exclusive Breastfeeding among mothers is 50% and the majority age of mothers in this analysis is among 20-30 years old (63%). Besides, it is also learned that 50 % of mothers received moderate level of education where they mostly completed their SMP or SMA. The majority respondants from this research are housewives (55%)

The outcome of bivariate results from this research indicates 3 factors to influence the practice of Exclusive Breastfeeding which is the mother's occupation, knowledge and attitude with a p-value of less than 0.05.

It is recommended that Padang Bulan District of Health, to increase the campaign on Exclusive Breastfeeding in order to increase the people who realize and to socialize on benefits of Exclusive Breastfeeding practice and to do futher counceling, monitoring, and evaluating in hope to boost the effectiveness and implementation of Exclusive Breastfeeding.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pemberian ASI ekslusif sehingga 6 bulan pertama kehidupan merupakan

suatu misi primer dalam program kesehatan masyarakat sedunia yang

direkomendasikan oleh World Health Organisation (WHO). Menurut WHO ASI

ekslusif berarti pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada

bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam

tahap ASI eksklusif ini. Pada tahun 2001

hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa

ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

Pemberian ASI memainkan peran penting dalam survival anak di

negara-negara berkembang dimana ia menyumbang dalam system imunitas dan

meningkatkan resistensi terhadap penyakit. Pemberian ASI bukan hanya

memanfaat bagi si bayi malah turut member manfaat dalam kesehatan ibu.

Manfaat kesehatan adalah seperti ibu mengalami laktasi amenorrhea,

pengembalian uterus ke ukuran asalnya, pencegahanan perdarahan postpartum.

Pemberian ASI oleh ibu-ibu juga akan mengurangkan resiko ibu untuk menghidap

kanker payudara dan ovarium serta berkurangnya resiko ibu terhadap

osteoporosis di kemuadian hari. Pemberian ASI juga dapat membantu dalam

kepuasaan dan kestabilan emosi postpartum (Ampeire, 2007).

Menurut laporan WHO tahun 2000, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal

karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi di seluruh

dunia diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan

pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hampir 90% kematian anak balita

(15)

infeksi saluran pernapasan akut, penyakit yang dapat dicegah dengan ASI

eksklusif (Anonim, 2004).

Dari hasil penelitian United Nation Child’s Fund (UNICEF) dari tahun

2003 hingga 2008 didapati peratus bayi Indonesia yang mendapat ASI ekslusif

selama 6 bulan pertama ialah sebanyak 32% dan didapati 50% anak diberikan asi

ekslusif sehingga usia 23 bulan. Tetapi bila dibandingakan dengan negara

berkembang lain seperti Bangladesh didapati 43% anak diberikan asi eksklusif

selama 6 bulan dan 91% anak mendapat ASI sehingga usia 23 bulan(UNICEF,

2008).

Pengetahuan ibu tentang menyusui berkaitan dengan tingkat pendidikan.

Ibu yang mendapatkan informasi tentang menyusui dari seseorang, dokter,

tetangga, televisi, majalah dan buku lebih banyak yang melanjutkan menyusui

daripada ibu yang tidak mendapatkan informasi (Ludvigsson, 2003).

Penelitian deskriptif terhadap ibu-ibu yang melahirkan di RS Maldives

didapatkan hasil bahwa kelompok yang memberikan ASI eksklusif memiliki

pengetahuan yang adekuat dibanding yang tidak dan bermakna secara statistik.

Kelompok ini juga memiliki sikap yang positif dan dukungan keluarga yang lebih

tinggi dibandingkan kelompok yang tidak memberikan ASI secara eksklusif tapi

hubungan ini tidak bermakna secara statistik (Shafeeq, 2000). Perbedaan

penelitian Shafeeq (2000) dengan penelitian ini adalah pada pemilihan sampel

penelitian karena penelitian tersebut membatasi responden dengan kriteria

primigravida. Penelitian cross sectional terhadap wanita umur 15 – 49 tahun oleh

Hizel et al. (2001) di Turki didapatkan hasil 60.6% ibu memiliki pengetahuan

yang baik tentang menyusui eksklusif tapi hanya 13.5% yang memiliki sikap

positif. Umur ibu, pekerjaan, pendidikan dan keyakinan tradisional tidak memiliki

pengaruh yang bermakna terhadap pemberian makanan tambahan (Hizel et al,

2001).

Air susu ibu sudah terbukti sangat bermanfaat tapi pada kenyataannya

cakupan pemberian ASI eksklusif sampai saat ini masih rendah (Santo et al.,

2007). Hasil Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 1991

(16)

yaitu baru mencapai 53,7% dan hasil SKDI tahun 1994 turun menjadi 47,3%

sedangkan SKDI tahun 1997 cakupan ASI eksklusif dilaporkan sebesar 52%.

SKDI tahun 2002-2003 didapatkan data jumlah pemberian ASI eksklusif pada

bayi di bawah usia 2 bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada.

Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 46%

pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Seiring menurunnya

cakupan ASI eksklusif secara otomatis pemakaian susu formula meningkat 3 kali

lipat antara tahun 1997-2002 (Anonim,2005).

Stimuli yang diterima melalui pendidikan kesehatan dan adanya

kebijakan pemerintah yang mendukung terjadinya perubahan perilaku ini

merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap. Sikap akan menimbulkan respon lebih jauh lagi

yaitu berupa tindakan terhadap stimulus tadi (Notoatmodjo, 1997). Perubahan

sikap akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami

dan diterima. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan salah satu

komponen yang dapat mempengaruhi sikap (Iin Dwi, 2008). Pembentukan sikap

juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap

penting, media massa, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri

individu yang bersangkutan (Azwar, 2003).

Walaupun pendidikan kesehatan terhadap ibu telah dilakukan dalam

program promosi kesehatan namun perilaku pemberian ASI eksklusif ternyata

masih rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

melihat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan pemberian

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

Mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan

pemberian ASI eksklusif.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat diharapkan dan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.3.1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam

pembentukan tindakan pemberian ASI eksklusif sehingga dapat diupayakan

adanya pendidikan kesehatan yang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku

yang positif.

1.3.2. Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

2. Untuk mengetahui sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif

3. Untuk mengetahui hubungan umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan ibu

dalam pemberian ASI eksklusif.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

a. Untuk pengelola program KIA di puskesmas

Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang hubungan antara

pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif sehingga

dapat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi dalam melakukan upaya

promotif-preventif bidang kesehatan khususnya dalam menurunkan angka

kesakitan dan kematian bayi dan anak.

b. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten

Merupakan bahan masukan dalam rangka penyusunan dan pengambilan

(18)

sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian

bayi dan anak.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam pengembangan program kesehatan bayi dan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Perilaku berdasarkan pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktivitias dari pada manusia itu sendiri. Dengan begitu

perilaku manusia adalah bentangan yang sangat luas, mencakup : berjalan,

berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, perilaku

manusia adalah segala kegiatan manusia itu sendiri, baik ynag dapat diamati

secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo,

2003).

Perilaku terbentuk dari dua faktor utama, yaitu faktor eksternal (stimulus)

yang berasal dari luar diri manusia, dan faktor internal (respon) yang berasal dari

dalam diri manusia itu sendiri. Faktor eksternal didapatkan dari lingkugan, seperti

social, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Faktor internal menentukan

respon seseorang terhadap stimulus yang ia terima, seperti perhatian, pengamatan,

persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya (Iin Dwi, 2008).

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), membagi perilaku

dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective),

psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanhutnya oleh para ahli

pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain

diukur sebagai berikut :

a) Pengetahuan (knowledge)

b) Sikap (attitude)

(20)

2.1.2. Domain Perilaku

2.1.2.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obejek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui

pengalaman orang lain (Azwar, 2003).

Menurut Rogers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2003), mengunkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut

terjadi proses beururutan, yakni :

a) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest (merasa tertarik ) terhadap stimulus atau objek tersebut.

c) Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap bail dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden suudah lebih baik

lagi.

d) Trial (percobaan), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

2.1.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Hasan (2009), pengetahuan yang cukup dalam dominan kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

(21)

Tahu diartikan sebagai mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah

mengingatkan kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar mengenai objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi secara benar, orang yang telah paham terhadap objek yang

dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d) Analisis (analysis)

Kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa

untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya untuk menjabarkan suatu

materi dalam struktur organisasi.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalm suatu keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

(22)

2.1.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena dipengaruhi oleh

faktor-faktor, antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di

pungkirin bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pila

pengetahuan dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingajat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan

(Hasan, 2009).

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung (Notoatmodjo, 1997).

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang, akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar

ada 4 kategori yaitu pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proposi,

ketiga hilangnya cirri-ciri lama, keempat timbulnya cirri-ciri baru. Ini

terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek piskologis atau mental

taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Hasan, 2009).

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu

hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Anita,

2010).

(23)

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang bail seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara

psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaan dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam

kehidupannya (Hasan, 2009).

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sanagat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu selalu

menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh

dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang (Notoatmodjo,

2005).

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepatkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

(Notoadmodjo, 2005).

2.1.2.4. Cara memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan memungkinkan seseorang memechakan masalah yang

dihadapinya. Menurut Notoadmodjo (2005), cara yang digunakan untuk

memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara tradisional dan cara

moden. Cara tradisional dapat diperoleh mulai cara coba salah (trial and error)

dimana cara ini telah banyak dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan

mungkin sebelumnya adanya peradaban, cara kekuasaan atau otoritas yaitu cara

memperoleh pengetahuan melalui jalan pikiran dimana cara ini sejalan dengan

(24)

Sedangkan cara moden yanitu cara baru dalam memperoleh pengetahuan

ini lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian atau

lebih popular disebut metodologi penelitian (Notoadmodjo, 2005).

2.1.2.5.Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoadmodjo, 2003).

2.1.2.6.Variable-variable Yang Mempengaruhi Pengetahuan

 Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun.

 Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung. Bekerja bagi orang tua akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga (Notoadmodjo, 2005)

 Sumber informasi

Sumber informasi adalah semua bentuk infomasi yang dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Sumber informasi kesehatan

biasanya berasal dari petugas kesehatan, media ceta, media elektronik,

keluarga maupun masyarakat sekitar. Sumber informasi kesehatan yang

tepat mempunyai peranan besar dalam meningkatkan pengetahuan

individu atau seseorang untuk menerapkan informasi yang ada dalam

kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2005).

2.1.3.1. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek.(Azwar, 2003).

Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo(2005), sikap merupakan

kumpulan dari gejala dalam merespons suatu stimulus sehingga melibatkan

(25)

Menurut Newcob dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku. (Notoatmodjo, 2003).

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude).

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri daro berbagai tingakatan,

seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima dan

memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu subjek.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segera resiko adalah sikap yang paling tinggi.

2.1.4.1. Tindakan Atau Praktik

Berdasarkan kualitasnya, Notoatmodjo (2003) membagi tingkatan

tindakan atau praktik dibedakan menjadi 4, yaitu :

(26)

Persepsi merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah praktek tingkat pertama.

b) Respon terpimpin (guided responce)

Respon terpimpin merupakan sesuatu yang sesuai dengan urutan yang

benar sesuai dengan contoh, merupakan indicator praktek tingkat dua.

c) Mekanisme (mechanism)

Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan praktek tingkat ketiga.

d) Adaptasi (adaptation)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya

tindakan sudah dimodfikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo,

2007).

2.2. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein,laktosa dan garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu yang

sangat penting sebagai makanan optimum bagi bayinya ( Arifin, 2004). Menurut

WHO Global Bank Data (1996), pemberian ASI dapat dibagikan kepada beberapa

kategori yang didefinisikan sebagai berikutnya iaitu :

a) ASI eksklusif berarti si bayi hanya menerima air susu ibu dari ibunya atau

air susu yang telah diekspresi dan tidak menerima sama sekali makanan

atau cairan yang lain kecuali syrup yang mengandungi vitamin, mineral

atau obat selama enam bulan pertama kehidupan.

b) ASI predominan berarti sumber nutrisi utama bayi adalah air susu ibu.

Malah bayi juga menerima air dan minuman lain (yang berperisa seperti

(27)

yang berbentuk cairan selain minuman jus buah dan air glukosa, tidak

tergolong dibawah definisi ini.

c) ASI Penuh berarti bayi menerima ASI eksklusif serta ASI predominant

bersamaan.

d) ASI Komplementari membawa maksud bayi menerima air susu ibu serta

makanan yang solid atau semi solid.

2.3. Keunggulan ASI dan Menyusui

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan alamiah secara

semulajadi untuk bayi, serta ASI juga praktis, ekonomis, dan mudah dicerna. ASI

memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

pencernaan bayi. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan

susu formulir dan bagi bayi, dikarenakan ususnya belum cukup sempurna maka

laktosa dalam air susu ibu akan dipermentasi menjadi asam laktat yang

bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Selain

itu ASI juga merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan

asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin serta memudahkan

terjadinya pengendapan calsium-cassienat. Tambahan pula, ASI memudahkan

penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium,magnesium dan ASI

mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6

bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, dan

merupakan pemancu system imun bayi dimana ASI bertindak sebagai anti infeksi

terutama terhadap infeksi stapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI

tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi

(Siregar, 2004).

Proses pemberian ASI dapat mengeratkan hubungan psikologis antara ibu

dan bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, ASI juga dapat mempengaruhi

sifat emosi ibu yaitu dengan menimbulkan suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa

ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya serta terjalinnya hubungan

yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit antara ibu dan anak

(28)

(Anonim, 2005). Tambahan pula, dengan menyusui ,rahim ibu akan berkontraksi

dengan lebih cepat dan dapat menyebabkan pengembalian keukuran rahim

sebelum hamil. Ibu-ibu yang menyusui juga mendapat manfaat dari segi

mempercepat berhentinya pendarahan post partum dan juga kesuburan ibu

menjadi berkurang untuk bebeberapa bulan dengan tujuan boleh menjarangkan

suatu kehamilan dengan yang berikutnya. ASI juga dapat mengurangi

kemungkinan kanker payudara serta kanker rahim di masa depan kelak bagi

ibu-ibu (Siregar, 2004).

2.4. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh

isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar

Pituitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang

mengandalkan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung

pada Let Down Replex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar

pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitoksin, yang dapat

merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan

susu dapat mengalir secara lancar. Kegagalan dalam perkembangan payudara

secara fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi (Barnes, 1997).

Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon

tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting semakin

mengecil.Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam

cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di

gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang

mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel

myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet

dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih

besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus

lactiterous (Arora, 2000). Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah

putingnya,yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam)

mulut bayi. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu

(29)

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam

alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan

anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat, dari masa laktasi (Barnes,1997). Komposisi kolostrum dari hari ke hari

berubah. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,

lebih kuning dibandingkan ASI Matur. Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk

membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Kolostrum lebih banyak

mengandung protein dibandingkan ASI Mature (Pisacane, 2005). Protein ASI

Matur yang utama adalah globulin dan pada kolostrum protein yang utama

adalah casein, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap

infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat

memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Kolustrum

mempunyai kadar karbohidrat dan lemaknya yang lebih rendah dibandingkan

dengan ASI Mature.Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58

kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan Kolostrum

mengandung vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Didapati

bila kolustrum dipanaskan ia menggumpal, manakala ASI Mature tidak dan pH

kolustrum lebih alkalis dibandingkan ASI Mature (Kusumawati, 2010).

Disamping itu, kolustrum mengandung lemak yang tinggi yaitu cholestrol dan

lecitin di bandingkan ASI Mature. Kolostrum mengandung trypsin inhibitor,

sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, dan ini

menambahkan kepada kadar antibodi pada bayi. Volume kolostrum berkisar

150-300 ml/24 jam (Siregar, 2004).

Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi),merupakan ASI peralihan dari

colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa

laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi

pada minggu ke 3– ke 5 (Li Y, 1999). Kadar protein semakin rendah, sedangkan

kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi beserta volumenya juga semakin

(30)

Menurut Siregar (2004), Air Susu Mature, yang disekresi pada hari ke 10

dan seterusnya, dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang

mengatakan bahwa dari minggu ke 3 sampai ke 5 komposisi ASI baru

konstan.ASI Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi dan merupakan

satu-satunya makanan yang harus diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan

pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi

(Kusumawati, 2010). Dari penelitian Kusumawati (2010), dunyatakan air susu

matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung

casienat,riboflaum dan karotin. Air susu matur tidak menggumpal bila dipanaskan

dan volume yang disekresi adalah sekitar 300 – 850 ml/24 jam dan terdapat anti

microbaterial factor, yaitu:

• Antibodi terhadap bakteri dan virus.

• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)

• Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)

• Faktor resisten terhadap staphylococcus.

• Complement ( C3 dan C4)

2.4.1. Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI

mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak

bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus

bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia

minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama

4 – 6 bulan pertama (Kusumawati, 2010). Karena itu selama kurun waktu tersebut

ASI mampu memenuhi lkebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran

(31)

dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan

produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5

menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama

15-25 menit .Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan

mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari ( Rossita, 2000). Akan tetapi

penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan

terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter

selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang

sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari

penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume

air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat

kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya

memproduksi sejumlah kecil ASI (Rossita, 2000).

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam

sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan

kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin

dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi

ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya,

yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai

sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa

peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat

meningkatkan produksi air susunya (Dias, 2007). Produksi ASI dari ibu yang

kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan

akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana

ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi

berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI (Siregar, 2004).

2.5. Komposisi ASI

Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature karena

kolostrum mengandungi lebih banyak imunoglobin A (IgA), laktoterin dan sel-sel

darah putih, dan kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi.

(32)

dan mineral-mineral sepeerti natrium (Na) dan seng (Zn) yang lebih banyak

(Roelis, 2008). Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya

berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk

gumpalan yang relatif keras dalam lambung bay (Rossita, 2000). Walaupun

kandungan total protein ASI lebih sedikit berbanding susu sapi, namun bagian

protein ‘whey’-nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak

dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi

yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan

diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung

lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase) (Barnes, 1997). Kandungan total

lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu

yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat

encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu

mulai menyusui (Santo, 2007). Air susu berikutnya disebut ‘hind milk’,

mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan

memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting

diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini. Laktosa (gula susu)

merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni.

Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan erdapat lebih banyak

dibandingkan dengan susu sapi (Siregar, 2004).

Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian

laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut

membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga

membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih

sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan

mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya ASI juga

mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan

susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi. Apabila makanan

yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat

sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya

(33)

pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari (Nagib,

1998). Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu,

meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang

terlarut lemak (Siregar, 2004).

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi

Energi (K Cal) Protein (g) - Kasein/whey - Kasein (mg)

(34)

2.6. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa

kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

2.6.1. Pada masa Kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan

ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya

pemberian susu botol. Turut dilakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan

payudara serta keadaan puting susu untuk menilai apakah ada kelainan atau tidak.

Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Perawatan

payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan

memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan gizi atau makanan juga ditambah

mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada

saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal

ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil

untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya ( Kong, 1999).

2.6.2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara

menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi

pada payudara ibu. Tambahan pula, kontak langsung antara bayi-ibu selama 24

jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas diberikan

kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah

melahirkan (Rossita, 2000).

2.6.3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi,

yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan

gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan

(35)

ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi

ASI tidak terhambat (Roelis, 2002). Pengertian dan dukungan keluarga terutama

suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui. Rujuk ke Posyandu atau

Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti

payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompk pendukung ASI

terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi

mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan

MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas (Nordiati, 1997).

2.7. Makanan Bayi Berusia 0-6 bulan

Ibu-ibu seharusnya bersyukur bila payudaranya, ternyata dapat

memproduksi air susu yang berlimpah, karena anugerah tuhan ini tidak dimiliki

oleh semua ibu. Meskipun demikian, diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang

melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalm jumlah yang cukup untuk

keperluan bayinya, secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan

pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI

cukup tanpa makanan tambahan selama 3 bulan pertama (Winarho, 1990).

Dalam usia 0-6 bulan bayi sepenuhnya mendapat makanan berupa ASI dan

tidak perlu di beri makanan lain, kecuali jka ada tanda-tanda produksi ASI tidak

mencukupi.Keadaan gizi anak pada waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan

gizi semasa hamil (Suharyono, 1989). Ibu yang semasa hamilnya menderita

gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang gizinya tidak baik, juga

kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan dalam

pertumbuhannya, atau mungkin anak akan lahir mati (Scott, 2005). Hanya

makanan yang memenuhi syarat gizi bagi anak dan bagi ibunya yang dapat

membantu syarat gizi bagi wanita hamil dan pengaturan makanan anak yang

sesuai merupakan masalah pokok yang perlu dihayati oleh para ibu.

Menyusui adalah cara makan bayi yang tradisional dan ideal, yang

biasanya sanggup memenuhi kebutuhan gizi seseorang bayi untuk masa hidup

empat sampai enam bulan pertama. Bahkan setelah diperkenankan bahan

makanan tambahan yang utama, ASI masih tetap merupakan sumber utama yang

(36)

makanan yang paling utama. Pemberian ASI masa ini memberikan beberpa

keuntungan (Scott, 2005). Betapa pun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai

makanan bayi, manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat

ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu jika kebaikan dan mutu

ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan

akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi (Iin Dwi, 2008). ASI sebagai

makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini sesuai

dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada

usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6

bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 4 bulan pertama. Adapun

makanan bayi umur 0-6 bulan adalah seperti susui bayi segera 30 menit setelah

lahir.Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada period

ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah

makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan

menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. Juga

dianjurkan supaya memberikan kolostrum kepada bayi (Scott, 2005). Selain itu,

juga haruslah berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara

bergantian, tiap kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap

sampai kosong merangsang produksi ASI yang cukup.Berikan ASI setiap kali

meminta/menangis tanpa jadwal dan ASI diberi 0-10 kali setiap hari, termasuk

pada malam hari (Soenarto, 1999).

2.8. Faktor-faktor yang memperoleh Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:

2..1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui

tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat

digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus

menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya

kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja

(37)

gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi

ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori

yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1

liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya

sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang

sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi

kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga

mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang

sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh

jumlah air minum dalam jumlah yang cukup.Dianjurkan disamping bahan

makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan

sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam

ASI (Siregar, 2004).

• Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang

selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai

bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.

Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui

bayinya, reflek tersebut adalah:

• Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi

menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan

aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus

ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke

peredaran darah dan sampai pada kelenjar -kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini

akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Siregar, 2004).

Let-down Reflex (Milk Ejection Reflex)

Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada

payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks

(38)

menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan

lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang

mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan

terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup

mendapat ASI dan akan menangis.Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih

gelisah dan semakin mengganggu let down reflex (Rossita, 2000).

• Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap

kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau

klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung

dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah

pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang

diberikan justru susu buatan atau susu sapi (Arora, 2000). Hal ini memberikan

kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi

lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar

bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu

buatan (Kusumawati, 2010).

• Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan

kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat

mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI

secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan

adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD (Intra-Urethral

Device)atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara

tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang

dapat merangsang produksi ASI (Siregar, 2004).

Perilaku pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti tersebut di atas tapi karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan

kemampuan peneliti, maka hanya faktor pengetahuan dan sikap ibu terhadap

(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KERANGKA KONSEP

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian 3.2. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

a) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu yang mempunyai

bayi umur 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan yang

terkait dengan pengertian ASI eksklusif, cara pemberian, umur bayi yang

akan diberikan ASI eksklusif, serta manfaat diberikannya ASI eksklusif.

b) Sikap adalah segala sesuatu yang dianut oleh ibu yang mempunyai bayi

umur 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan yang menjadi

pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan dalam

pemberian ASI eksklusif.

c) Tindakah pemberian ASI eksklusif adalah tindakan atau perbuatan ibu

yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif. VARIABEL DEPENDEN VARIABEL INDEPENDEN

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu

(40)

3.2.1. Variabel Independen

Variabel pengetahuan dan sikap diukur dengan menggunakan dengan

skala pengukuran berdasarkan Pratomo (1990) sebagai berikut :

1. Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif menggunakan skala ordinal dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi

2. Kurang apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi

2. Sikap responden terhadap ASI eksklusif menggunakan skala ordinal dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi

2. Kurang apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi

3.2.2. Variable dependen

Tindakan pemberian ASI eksklusif diukur dari kualitas pemberian ASI

eksklusif menggunakan skala ordinal, dikategorikan atas :

1. Baik apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi

(41)

Table 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian.

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variable atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo,

2002). Dalam penelitian ini dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI eksklusif

dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kecamatan Padang

(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian cross-sectional melalui survei

dengan menggunakan pendekatan explainatory research yaitu yang menjelaskan

pengaruh antara faktor-faktor atau variable-variabel melalui pengujian hipotesa.

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Padang

Bulan, Medan dengan pertimbangan di kecamatan tersebut cakupan pemberian

ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan yang masih rendah.

Penelitan dimulai dengan penulusuran kepustakaan, survey awal,

konsultasi judul, penyusunana proposal, pengolahan data dan penyusunan hasil

penelitian serta seminar hasil penelitian selama dua semester yaitu dari bulan

Februari sampai dengan November 2011.

4.3. Populasi Dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

anak usia 6-12 bulan, sedangkan yang menjadi populasi terjangkau adalah semua

ibu yang mempunyai anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kecamatan Padang

Bulan.

4.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam peneliian ini adalah ibu yang mempunyai

anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kecamatan Padang Bulan, Kota Medan dan

memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

(43)

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Bertempat tinggal di Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan

2. Bersedia menjadi sampel penelitan dengan menandatangani lembar

persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

3. Ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan

4.3.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Bayi yang mempunyai kontraindikasi untuk menerima ASI.

2. Ibu yang mempunyai kontraindikasi untuk menyusui bayinya.

3. Responden yang tidak melengkapkan formulir kuesioner

selengkapnya.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling

dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan

dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuh (Ardinata,

2010). Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1

maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Yang bisa diringkaskan kepada:

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = derajat kepercayaan

(44)

q = 1-p (proposi ibu yang tidak memberi ASI secara eksklusif)

d = limit dari error atau presisi absolute

Jika ditetapkan = 0,05 atau = 1,96 atau = atau

dibulatkan menjadi 4. Jika tidak diketemukan nilai p dari penerlitian atau

literature lain, maka dapat dilakukan maximal estimation dengan p=0,5. Jika ingin

teliti maka nilai d diobah sekitar 2,5% (0.025) atau lebih kecil lagi.

Makanya, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebesar :

Makanya, besar sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer

dan data sekunder.

4.4.1.1. Data primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada

responden, berpedoman pada kuesioner penelitian tentang karakteristik

responden, tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, sikap ibu mengenai

ASI eksklusif dan tindakan pemberian ASI eksklusif.

4.4.1.2. Data sekunder

Diperoleh dari Kantor Camat Padang Bulan, dan Puskesmas Padang

Bulan, tentang data geografis wilayah, demografi, sarana kesehatan, serta

data-data pendukung lainnya.

4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

(45)

Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh

benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur.

Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran

psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil

pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau

memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama.

Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas

isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan

validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas

untuk menguji apakah pertanyaanpertanyaan itu telah mengukur aspek yang

sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk. Uji validitas dilakukan

dengan mengukur korelasi antara variabel/ item dengan skor total variabel. Cara

mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing

pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product

moment, sebagai berikut :

dimana r : koefisien korelasi product moment

X : skor tiap pertanyaan/ item

Y : skor total

N : jumlah responden

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai tabel kritik, maka pertanyaan tersebut signifikan.

4.4.2.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan .Setiap alat pengukur seharusnya

(46)

waktu ke waktu. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas

yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item

yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk masing-masing item

pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor total untuk masingmasing

item belahan. Selanjutnya skor total belahan pertama dan belahan kedua dicari

korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Angka

korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika

alat ukur tersebut tidak dibelah. Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item

adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh menggunakan rumus :

dimana ,

: reliabilitas internal seluruh instrumen

: korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reabilitas dengan mengunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji

validitas ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian.

Jumlah sampel dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 20 orang.

(47)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Penelitian

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total

Pearson

Correlation

Status

Valid

Alpha Status

Reabilitas

Pengetahuan 1 0.698 Valid 0.869 Reable

2 0.504 Valid Reable

3 0.733 Valid Reable

4 0.631 Valid Reable

5 0.647 Valid Reable

6 0.698 Valid Reable

7 0.504 Valid Reable

8 0.733 Valid Reable

9 0.631 Valid Reable

10 0.647 Valid Reable

Sikap 1 0.477 Valid 0.605 Reable

2 0.448 Valid Reable

3 0.474 Valid Reable

4 0.555 Valid Reable

5 0.467 Valid Reable

Tindakan 1 0.728 Valid 0.705 Reable

2 0.576 Valid Reable

3 0.677 Valid Reable

4 0.576 Valid Reable

(48)

4.5. Pengolahan Dan Analisa Data

Data yang telah dikumpul, diedit dan dikoding secara manual. Teknik

analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistic regresi berganda pada

tingkat kepercayaan 95% (α=0,05), untuk menjelaskan hubungan tingakat

pengetahuan dan sikap ibu mengenai ASI eksklusif terhadap tindakan pemberian

ASI eksklusif (Santoso, 2000).

4.5.1. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian diolah yang meliputi:

1) Editing dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar pertanyaan

yang sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan

pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

2) Coding, setiap data diteliti, selanjutnya adalah memberikan kode

pada jawaban ditepi kanan lembar pertanyaan. Pengisian

berdasarkan jawaban responden.

3) Scoring, setelah dilakukan pengkodean kemudian pemberian nilai

sesuai dengan skor yang ditentukan. Bila jawaban benar diberi skor

2, salah diberi skor 1 dan tidak tahu diberi skor 0.

4) Tabulasi data adalah kelanjutan dari pengkodean pada proses

pengolahan data. Hal ini dilakukan agar lebih mudah penyajian data

dalam bentuk distribusi frekuensi.

5) Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

deskriptif. Setelah data diolah dianalisis dengan komputer dengan

analisis Chi Square Test untuk membuktikan hipotesis ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, selanjutnya

untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan yang ada dilanjutkan

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Penelitian
Tabel 5.1. Frekuensi Responden Mengikut Tingkat Pendidikan Di
Tabel 5.3. Frekuensi  Pengetahuan Responden Bagi Tiap Pertanyaan           Pengetahuan Tentang ASI eksklusif  Pertanyaan Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI.. DI

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Pesantunan.. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan paritas), pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian ASI

Kegiatan : Melakukan proposal penelitian yaitu Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian dan yang telah dilakukan terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu

Untuk itu, penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif, serta menganalisis faktor yang

KONTRAK 2 orang 6,1% BIDAN 1 orang 3,0% 4.3 Hasil Penelitian Uji Bivariat Uji bivariat pada penelitian “hubungan pengetahuan dengan sikap ibu Menyusui dalam pemberian ASI