• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH

MARMOT JANTAN (

Cavia porcellus

) DARI EKSTRAK

DAUN JATI BELANDA (

Guazuma ulmifolia

Lamk)

SKRIPSI

OLEH: RIWANDI YUSUF

NIM 071501047

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH

MARMOT JANTAN (

Cavia porcellus

) DARI EKSTRAK

DAUN JATI

BELANDA (

Guazuma ulmifolia

Lamk)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: RIWANDI YUSUF

NIM 071501047

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Pengesahan Skripsi

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus) DARI EKSTRAK DAUN JATI

BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk)

OLEH: RIWANDI YUSUF

NIM 071501047

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Juli 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt

NIP 195008221974121002 NIP 195301011983031004

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt

Pembimbing II NIP 195008221974121002

Drs. Saiful Bahri, M.S .,Apt. Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 195208241983031001 NIP 194909101980031002

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Dekan Fakultas Farmasi

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Penurunan Kadar Kolesterol Darah

Marmot Jantan (Cavia porcelus) dari Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazoma

ulmifolia Lamk)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada

Ayah Muklis siregar dan Ibu Rusdinar Nainggolan tercinta, serta kepada Adikku

Ediman Siregar atas doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil

kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi

ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. dan Bapak

Drs. Saiful Bahri, MS., Apt. yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada,

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa

(5)

2. Ibu Dra. Sudarmi, M.S., Apt., sebagai dosen wali yang telah membimbing

penulis selama masa pendidikan.

3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S.,

Apt., Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., sebagai dosen penguji yang

telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

4. Ibu July selaku pembimbing selama penelitian di laboratorium Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatra Utara.

5. Seluruh Staf Pengajar, Pegawai Tata Usaha, Kakak, Abang, Adek, Febri,

Elysa, Sariaty dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan yang telah

membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki

banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang

dapat menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Juli 2011

Penulis,

(6)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus) DARI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA

(Guazuma ulmifolia Lamk)

ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab arterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Banyak tumbuhan obat yang digunakan, salah satunya adalah daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) suku Sterculiaceae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Jati Belanda terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% BB) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan selama 14 hari. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dengan cara perkolasi dan uji efek penurunan kadar kolesterol ekstrak daun Jati Belanda terhadap marmot jantan yang dibuat hiperkolesterolemia. Ekstrak daun Jati Belanda diberikan secara oral dengan dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Simvastatin digunakan sebagai kontrol positif dengan dosis 0,80 mg/kg BB, dan suspensi Na-CMC 0,5 % sebagai kontrol negatif. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun Jati Belanda diperoleh kadar air 9,90 %, kadar abu total 9,77 %, kadar abu tidak larut dalam asam 0,37 %, kadar sari larut dalam air 25,29 %, kadar sari larut dalam etanol 15,56 %. Pemberian ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan persentase penurunan kadar kolesterol yang paling tinggi dan merupakan dosis yang paling efektif serta lebih kuat dibandingkan dengan simvastatin dosis 0,8 mg/kg BB.

(7)

THE TEST IN LOWERING BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Porcellus) FROM BASTARD CEDAR

LEAVES EXTRACT (Guazoma Ulmifolia Lamk)

ABSTRACT

High cholesterol levels is one of the major risk factors causing atherosclerosis. The treatment for high cholesterol sufferers with chemical drugs is relatively expensive and have side effects so that the community has been using traditional medicine for lowering high cholesterol levels. Many medicinal plants are used, and one of them is bastard cedar’s leaves (Guazuma ulmifolia Lamk) Sterculiaceae family. The aim of this study was to determine the effect of bastard cedar leaves extract against guinea pig blood cholesterol levels which are made hypercholesterolemic by providing food induction of feed mixed with egg yolk (a dose of 1% BW) and goat fat 15 g / 100 g of food during 14 days.

In this research, characterization of simplex has done, extraction simplex powder by using percolation method and test activity of cholesterol-lowering effect bastard cedar extract to male guinea pig that induced hypercholesterolemia were done. Bastard cedar extract was administered orally at a dose of 50, 100, 200, and 400 mg /kg BW. Simvastatin used as a positive control with a dose of 0.80 mg / BW, and the suspension of Na-CMC 0.5% as a negative control.

The result of the characterization of crude drug obtained bastard cedar leaves water content of 9.90%, total ash 9.77%, ash insoluble in acid 0.37%, levels of water soluble extract 25.29%, grade 3 in ethanol-soluble extract 15.56%.

The results of blood cholesterol lowering activity of guinea pig showed that extract of bastard cedar leaves at dose of 100 mg /kg BW gave the highest a reduction in cholesterol levels and have effective dose and more stronger than simvastatin at dose 0.80 mg /kg BW.

(8)

DAFTAR ISI

(9)

2.2 Ekstraksi ... 7

2.3 Kolesterol ... 9

2.3.1 Jenis Kolesterol ... 11

2.3.2 Kolesterol dan Hubungannya dengan Penyakit ... 13

2.4 Obat-obat Penurun Kolesterol ... 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Alat dan Bahan ... 16

3.1.1 Alat ... 16

3.1.2 Bahan ... 16

3.2 Hewan Percobaan ... 16

3.3 PenyiapanSampel ... 16

3.3.1 Pengambilan Sampel ... 16

3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 17

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 17

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 17

3.4.3 Penetapan Kadar Air ... 18

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air ... 19

3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol ... 19

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 19

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam ... 20

3.5 Pembuatan Ekstrak Daun Jati Belanda ... 20

3.6 Uji Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol ... 21

(10)

3.6.1.1 Pembuatan Suspensi CMC 0,5% ... 21

3.6.1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol ... 21

3.6.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin ... 22

3.7 Penyiapan Hewan Uji yang dibuat Hiperkolesterolemia... 22

3.7.1 Pemberian suspensi CMC-Na, Simvastatin, dan Ekstrak Pada Marmot ... 22

3.7.2 Pengambilan Darah Marmot ... 23

3.7.3 Pengujian Efek Penurunan Kadar Kolesterol ... 23

3.7.4 Pengambilan Serum Darah Marmot ... 23

3.8 Analisis Data ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Karakterisasi Simplisia ... 25

4.2 Uji Farmakologi ... 26

4.2.1 Pengaruh Pemberian Makanan Induksi Terhadap Kadar Kolesterol Darah ... 27

4.2.2 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Pada Masing-Masing Pemberian Obat ... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian ... 3

Gambar 2.1 Metabolisme lipid dalam tubuh ... 11

Gambar 2.2 Struktur kolesterol ... 12

Gambar 2.3 Perkembangan plak aterhoskerosis ... 13

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Penurunan rata-rata kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat dibandingkan dengan kontrol ... 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan ... 44

Lampiran 2. Bagan kerja pembuatan ekstrak daun Jati Belanda ... 45

Lampiran 3. Bagan alur penyiapan hewan uji hiperkolesterolemia ... 46

Lampiran 4. Bagan alur pengujian efek penurunan kolesterol ... 47

Lampiran 5. Bagan Alur Pengambilan Darah ... 48

Lampiran 6. Karakteristik tanaman daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk) ... 49

Lampiran 7. Data kadar kolesterol darah marmot selama penelitian ... 52

Lampiran 8. Perhitungan Penetapan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak. 53 Lampiran 9. Hasil SPSS ... 55

Lampiran 10. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) ... 60

Lampiran 11. Pengoperasian Alat Microlab 300 ... 62

Lampiran 12. Reagensia kolesterol ... 63

Lampiran 13. Alat Microlab 300 (E-Merck) dan Marmot ... 64

Lampiran 14. Perhitungan penetapan karakeristik simplisia dan ekstrak .. 66

(13)

UJI PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia porcellus) DARI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA

(Guazuma ulmifolia Lamk)

ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab arterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Banyak tumbuhan obat yang digunakan, salah satunya adalah daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) suku Sterculiaceae. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun Jati Belanda terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan memberikan makanan induksi berupa pakan yang dicampur dengan kuning telur (dosis 1% BB) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan selama 14 hari. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dengan cara perkolasi dan uji efek penurunan kadar kolesterol ekstrak daun Jati Belanda terhadap marmot jantan yang dibuat hiperkolesterolemia. Ekstrak daun Jati Belanda diberikan secara oral dengan dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Simvastatin digunakan sebagai kontrol positif dengan dosis 0,80 mg/kg BB, dan suspensi Na-CMC 0,5 % sebagai kontrol negatif. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun Jati Belanda diperoleh kadar air 9,90 %, kadar abu total 9,77 %, kadar abu tidak larut dalam asam 0,37 %, kadar sari larut dalam air 25,29 %, kadar sari larut dalam etanol 15,56 %. Pemberian ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan persentase penurunan kadar kolesterol yang paling tinggi dan merupakan dosis yang paling efektif serta lebih kuat dibandingkan dengan simvastatin dosis 0,8 mg/kg BB.

(14)

THE TEST IN LOWERING BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Porcellus) FROM BASTARD CEDAR

LEAVES EXTRACT (Guazoma Ulmifolia Lamk)

ABSTRACT

High cholesterol levels is one of the major risk factors causing atherosclerosis. The treatment for high cholesterol sufferers with chemical drugs is relatively expensive and have side effects so that the community has been using traditional medicine for lowering high cholesterol levels. Many medicinal plants are used, and one of them is bastard cedar’s leaves (Guazuma ulmifolia Lamk) Sterculiaceae family. The aim of this study was to determine the effect of bastard cedar leaves extract against guinea pig blood cholesterol levels which are made hypercholesterolemic by providing food induction of feed mixed with egg yolk (a dose of 1% BW) and goat fat 15 g / 100 g of food during 14 days.

In this research, characterization of simplex has done, extraction simplex powder by using percolation method and test activity of cholesterol-lowering effect bastard cedar extract to male guinea pig that induced hypercholesterolemia were done. Bastard cedar extract was administered orally at a dose of 50, 100, 200, and 400 mg /kg BW. Simvastatin used as a positive control with a dose of 0.80 mg / BW, and the suspension of Na-CMC 0.5% as a negative control.

The result of the characterization of crude drug obtained bastard cedar leaves water content of 9.90%, total ash 9.77%, ash insoluble in acid 0.37%, levels of water soluble extract 25.29%, grade 3 in ethanol-soluble extract 15.56%.

The results of blood cholesterol lowering activity of guinea pig showed that extract of bastard cedar leaves at dose of 100 mg /kg BW gave the highest a reduction in cholesterol levels and have effective dose and more stronger than simvastatin at dose 0.80 mg /kg BW.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sebagai

landasan Program pemerintah, telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

melalui Kepmenkes No.131/Menkes/SK/II/2004.

Pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh

obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji

secara ilmiah, dan dimamfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh

masyarakat maupun digunakan dalam kesehatan formal. Obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat (Anonim1).

Melalui kebijakan obat tradisional nasional (KOTRANAS), sumber daya

alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus

digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemamfaatannya. Indonesia

merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya

kedua di dunia setelah Brazilia. Terdapat 30.000 spesies tumbuhan berkhasiat

sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat

tradisional oleh industri obat tradisional (Depkes, 2009).

(16)

merupakan salah satu spesies yang tumbuh di Indonesia. Industri obat tradisional

atau industri jamu banyak menggunakan daun Jati Belanda sebagai bahan utama

ataupun sebagai bahan tambahan jadi jamu pelangsing dan meurunkan ladar

kolesterol. Pada daerah-daerah tertentu di Indonesia penggunaan daun Jati

Belanda secara tradisional sebagai obat pelangsing dan penurun kadar kolesterol

darah baik tunggal maupun campuran sudah banyak dilakukan, tetapi masih

sedikit sekali penelitian yang membahas masalah tersebut (Andriani, Y. 2005).

Kelebihan kolesterol menjadi hal yang sangat ditakuti karena sebagai salah

satu penyebab penyempitan pembuluh darah yang dinamakan aterosklerosis, yaitu

suatu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, terutama di

jantung, otak, mata, dan ginjal. Pada otak, aterosklerosis menyebabkan stroke,

sedangkan pada jantung menyebabkan penyakit jantung koroner (Dalimartha,

2000).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian uji penurunan

kolesterol darah marmot jantan dari ekstrak daun Jati Belanda.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini menggunakan marmot jantan sebagai hewan uji. Pada

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu ekstrak daun Jati Belanda (EDJB) dan

simvastatin sebagai variabel bebas dan kadar kolesterol darah marmot (mg/dl)

(17)

Variabel bebas

Variabel terikat

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

a. apakah EDJB dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat

hiperkolesterolemia.

b. apakah ada perbedaan antara efek penurunan kadar kolesterol dari EDJB

dibandingkan dengan simvastatin

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. EDJB dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat

hiperkolesterolemia.

b. Pemberian EDJB memberikan efek penurunan kolesterol yang sama

(18)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Tujuan Umum

untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak EDJB terhadap kadar

koleserol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui efek EDJB sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat

simvastatin.

b.untuk mendapatkan dosis yang efektif EDJB sebagai penurun kadar

kolesterol darah.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

a. sebagai informasi ilmiah mengenai khasiat EDJB sebagai penurun kadar

kolesterol darah.

b. menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia yang berkhasiat penurun

kadar kolesterol yang didukung oleh penelitian ilmiah.

c. sebagai respon terhadap program pemerintah dalam pengembangan obat

tradisional yang tertuang dalam KOTRANAS.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, sinonim, nama daerah,

habitat dan daerah tumbuh, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan khasiat.

2.1.1 Sistematika Tumbuhan Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Marga : Guazuma

Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk, var. tomantosa. K. Schum (MMI, 1978)

2.1.2 Nama Dearah

Nama Daerah dari tumbuhan Jati Belanda adalah jati belanda (Melayu),

jati londo (Jawa Tengah), Jati Landi dan Jatos Landi (Jawa), Bastard Cedar

(Inggis), Ibixuma (Brazil), Guácimo (spayol), Bois d'orme (Prancis), Guácimo

baba (Cuba), Hapayillo (Peru), Tapaculo (Tamil) (Andriani, 2005).

2.1.3 Habitat dan Daerah Tumbuh

Tumbuhan Jati belanda berasal dari Hindia Barat (kecuali Bahamas) dari

Cuba sampai Trinidad dan Tobago serta dikembangbiakkan di Hindia Belanda

Barat. Serta dari Mexico hingga Ecuador, Peru, Argentina Utara, Paraguay, dan

(20)

seperti pulau Jawa dengan penyebaran tumbuh pada daerah dataran rendah hingga

ketinggian 800 m dpl. Jati Belanda belum dibudidayakan secara komersil (Jaka,

2005).

2.1.4 Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan berupa semak atau pohon. Tinggi 10 m sampai 20 m,

percabangan ramping. Batang tanaman jati belanda keras, berkayu, bercabang, dan

berwarna hijau keputih-putihan. Daunnya tunggal, bulat telur, permukaan kasar,

tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertuakangan menyirip, dan

letaknya berseling. Panjang daun sekitar 4-22,5 cm dan lebar 2-10 cm. Pada bagian

bawah daun berbulu. Panjang tangkai daun sekitar 5-25 mm. Jati belanda

mempunyai daun penumpu yang berbentuk lanset atau berbentuk paku dengan

panjang antara 3-6 mm. Bunga tanaman jati belanda tunggal, bulat, dan muncul

dari ketiak daun. Bunganya berwarna hijau muda. Bentuk bunga agak

ramping,berjumlah banyak, dan beraroma harum. Panjang kelopak bunga sekitar

3-4 mm dengan tajuk terbagi menjadi dua bagian. Tajuknya berwarna ungu tua dan

kadang-kadang menjadi kuning tua. Panjang tajuk sekitar 3-4 mm. Bagian bawah

tajuk berbentuk garis dengan panjang 2-2,5 mm. Buah jati belanda berbentuk

kotak atau agak bulat, keras, permukaan berduri, dan berwrna hitam. Bijinya kecil,

keras, dan berwarna coklat muda, dan berdiameter 2 mm. Akarnya tunggang dan

berwarna putih kecoklatan (MMI, 1978).

2.1.5 Kandungan Kimia

Tanaman Jati Belanda mengandung senyawa aktif seperti tanin dan musilago. Kandungan zat aktif yang juga diketahui pada hampir semua bagian tanaman

(21)

flavonoid, saponin, tanin, sterol, dan karetonoid ( Anonim3, 2011)

2.1.6 Khasiat Tumbuhan

Secara tradisional tumbuhan Jati Belanda bijinya digunakan sebagai obat

mencret atau diare, daunya sebagai pelangsing tubuh, antidiabetes, dan kulit kayu

sebagi wasir, radang paru-paru, batuk dan bronchitis (Jaka 2005).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa

aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Setelah diketahui senyawa aktif

yang dikandung oleh simplisia, akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah

ditembus oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai

halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar sulit untuk

ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Ditjen POM, 2000).

Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) ada beberapa cara, yaitu:

maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infundasi dan dekoktasi.

1. Maserasi

Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam

simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan

seterusnya. Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatannya

(22)

2. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator

dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya

dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan

bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/

penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (Ditjen

POM, 2000).

Keuntungan metode perkolasi adalah proses penarikan zat berkhasiat dari

tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu

yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).

3. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya

dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin

dan kembali ke labu (Ditjen POM, 2000).

4. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet dimana pelarut

akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi

sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan

larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut

akan kembali ke dalam labu (Ditjen POM, 2000).

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada

(23)

6. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama

15-20 menit (Anief, 2000).

7. Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC- 98oC menggunakan pelarut air

selama 30 menit (Agoes, 2007).

2.3 Lipid dan Lipoprotein

Di dalam darah ada tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan fospolipid.

Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka dibuat bentuk yang

terlarut. Zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apoliprotein atu

apoprotein. Setiap jenis senyawa mempunyai apolipoprotein tersendiri. Misalnya

VLDL, IDL, dan LDL mengandung apoprotein B100.

Setiap liporotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida,

fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sferik dan mempunyai inti

trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol

bebas. Setiap lipoprotein berbeda berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi

lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan metode ultrasentrifugasi

dan kepadatan, pada manusia dibedakan menjadi lima bagian yakni kilomikron,

very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low

density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya

(24)

1. Low density lipoprotein (LDL) mengandung kolesterol dan fosfolipid yang

cukup tinggi. LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar

untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering

disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada

dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan

penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat

tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak jenuh yang

masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak

jenuh yang tidak mudah larut.

2. High density lipoprotein (HDL) mengandung protein yang tinggi dan rendah

kolesterol dan fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A,

yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi

utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan

mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu.

Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Guyton,

2006).

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme

eksogen, dan jalur revers cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhunbungan

dengan metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserida, sedang jalur revers

cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol HDL (Dipiro,

(25)

Metabolisme liporotein dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Metabolisme lipid dalam tubuh

2.4 Kolesterol

Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa

(26)

sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan

akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol atau

empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam

tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray,

2003).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut :

1. Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon,

disintesis dari asetil-KoA.

2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.

3. Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen.

4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu

lanosterol.

5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih lanjut,

termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray, 2003).

Gambar 2.1 : Struktur Kolesterol

(27)

Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus

jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol

pada anak-anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak. Kolesterol

secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada

makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak

(Murray, 2003).

2.4.2 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit

Kadar kolesterol normal pada manusia kurang dari 200 mg/dl. Kenaikan

kadar kolesterol di dalam darah merupakan faktor resiko dalam pembentukan

penyakit jantung koroner. Gambar 2.3 menjelaskan bagaimana terjadinya

(28)

Gambar 2.3 Perkembangan plak ateroskerosis

`Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam

darah, menurunkan pula resiko pembentukan aterosklerosis penyebab penyakit

jantung koroner (Sitepoe, 1993).

Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan

hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis

yang paling umum ditemukan (Suyatna. 1995). Aterosklerosis disebabkan oleh

penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh

(29)

encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi, arterosklerosis adalah

penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam pembuluh darah.

Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas

kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006).

Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain

dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma (Suyatna. 1995).

2.5 Obat-Obat Penurun Kolesterol

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat.

Dapat dibedakan dua jenis, yakni :

• Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL dan kolesterol total.

• Hipertrigliseridemia dengan peningkatan kadar trigliserida (Tjay, 2002).

Prinsip utama pengobatan hiperlipidemia ialah mengatur diet yang

mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma (Suyatna,

1995).

Langkah pengaturan diet selalu dimulai dahulu dan tindakan tersebut

mungkin dapat menghindari perlunya penggunaan obat (Katzung, 2002).

2.5.1 Secara Tradisional

Masyarakat Indonesia percaya secara turun temurun menggunakan daun Jati

Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) sebagai obat penurun kolesterol. Cara

pembuatannya yaitu dengan 20 gram daun dan 1 gelas air, dimasak. lalu

setelah dingin, disaring. Hasil saringan diminum 2 kali sehari, pagi

dan sore.

Asem Jawa (Tamarindus indica L), cara meramunya yaitu

(30)

matang panas (200 ml), kemudian diperas, disaring dan diminum

untuk satu kali minum. dianjurkan untuk membuatnya 3 kali

sehari.

Tempuyung (Sonchus arvensis L), cara meramunya yaitu 3

lembar daun tempuyung dilayukan dan dimakan sebagai sayur

atau lalap, dianjurkan untuk 3 kali sehari. Dan banyak lagi

tumbuhan lainnya yang telah teruji secara ilmiah sebagai penurun

kolesterol (Depkes, 2011).

2.5.2 Secara Kimia

Saat ini dikenal 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil

lipid serum yaitu bile acid sequestrans, HMG-CoA reductase

inhibitor, derivat asam fibrat, asam nikotinik, azatimibe, dan asam

lemak omega-3

Bile Acid Sequestrans

Terdapat tiga jenis bile acid sequestrans yaitu cholestyramin,

colestipol, dan colesevelem. Obat ini tidak diserap di usus, dan

bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan akan

dikeluarkan dengan tinja.dengan demikian asam empedu yang

kembali ke hati menurun, hal ini memecahkan kolesterol lebih

banyak untuk menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke

usus. Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik kehati

sehingga kolesterol serum menurun. Obat golongan resin ini dapat

(31)

digunakan untuk pasien dengan hiperkolesterolemia saja.

HMG CoA Reductase Inhibitors

Obat golongan ini ada enam jenis yaitu lofastatin,

simvastatin, fluvastatin, atorvastatin, rosuvastatin,dan pravastatin.

Obat ini bekerja mencegah kerjanya enzim HMG CoA reduktase

yaitu suatu enzim di hati yang berperan pada sintesis kolesterol.

Dengan menurunnya sintesis kolesterol di hati akan menurunkan

sintesis Apo B100, juga meningkatkan reseptor LDL pada

permukaan hati. Dengan demikian kolesterol-LDL darah akan

ditarik ke hati, sehingga akan menurunkan kolesterol-LDL dan

juga VLDL.

Efek samping yang terjadi adalah adanya miositis yang

ditandai dengan nyeri otot dan meningkatnya kadar creatinin

phophokinase. Efek samping lainnya ialah terjadinya gangguan

fungsi hati. Maka penting untuk memantau fungsi hati.

Dampaknya ada kolerasi antara efk samping dengan dosis obat,

makin tinggi dosis makin besar kemungkinan terjadinya efek

samping obat (Sudoyo, 2007).

Simvastatin memiliki duration of action yang panjang.

Kelebihannya meskipun menghambat HMG CoA reduktase,

kolesterol hati tidak langsung drop, karena hepatosit

mengkompensasi setiap penurunan kolesterol dengan

(32)

Karena pada saat reduktase dihambat, hepatosit juga harus

memenuhi permintaan kolesterol dengan penyerapan dari darah.

Sehingga konsentrasi kol-LDl darah menurun dan pembersihan

hati dari plasma meningkat.

Derivat Asam Fibrat

Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, dan

ciprofibrat. Obat ini menurunkan trigliserida plasma, selain

menurunkan sintesis trigliserida di hati. Obat ini bekerja

mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang kerjanya memecahykan

trogliserida. Selain menurunkan kladar trigliserida, obat ini juga

meningkatkan kadar kol-HDL yang diduga melalui peningkatan

Apo A-I, dan A-II.

Asam Nikotinik

Asam nikotinik sebagai sediaan lepas lambat sehingga

absorpsinya di usus berjalan lambat agar efek sampingnya

berkurang. Obat ini diduga mengahambat enzim hormone sensitive

lipase di jaringan adiposa, dengan demikian akan mengurangi

jumlah asam lemak bebas. Diketahui bahwa asam lemak bebas

ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan akan

menmjadi sumber pembentukan VLDL. Dengtan menurunnya

sintesis dalanm hati, akan mengakibatkan penurunan kadar

trigliserida, dan juga kol-LDL di plasma. Pemberian asam nikotinik

(33)

Ezetimib

Ezetimib tergolong obat penuirun lipid yang terbaru dan

bekerja sebagai penghambat seklektif penyerapan kolesterol baik

yang berasal dari makanan maupun dari asam empedu di usus

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah eksperimental meliputi penyediaan

simplisia, pembuatan ekstrak, pengujian farmakologi, dan uji statistik terhadap

data hasil percobaan.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aluminium, deck glass,

foil, freeze dryer, kertas saring, lemari pengering, Microlab 300 (Merck),

mikropipet (Clinicon), neraca listrik, oral sonde, objek gelas, Swing type

centrifuge, seperangkat alat destilasi, penetapan kadar air, perkolator, pisau silet,

rotary evaporator, rak tabung reaksi, tabung reaksi, pemotong kuku, dan alat –

alat gelas laboratorium.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, Daun Jati Belanda, etanol 96%, kloroform, kuning telur, lemak kambing, Natrium

Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC), otak, pakan BR-2, reagensia kolesterol

CYPRESS, simvastatin bahan baku, dan toluen.

3.2 Hewan Uji

Marmot jantan (200-400 mg) berumur 3 bulan dan sudah dikondisikan selama

(35)

3.3 Penyiapan Simplisia 3.3.1 Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan yang digunakan adalah daun

Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk) suku Sterculiaceae yang diperoleh dari

Kota Batu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

3.3.2 Pembuatan simplisia

Setelah simplisia di dapat dari Kabupaten Malang, bahan dicuci, ditiriskan,

ditimbang,lalu dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40o C, kemudian di

timbang lalu di blender kemudian disimpan dalam kantong plastik.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,

penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan abu total, dan

pemeriksaan kadar abu yang tidak larut dalam asam (Ditjen POM, 1995).

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan baik pada daun segar maupun

simplisia meliputi bentuk, ukuran, bau, rasa dan warna.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik pada daun segar dilakukan dengan membuat

irisan tipis secara melintang lalu diletakkan di atas kaca objek yang diteteskan

dengan larutan kloralhidrat dan dipanaskan dengan api kecil lalu ditutup dengan

(36)

Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara

menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah diteteskan dengan

larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah

mikroskop. Hasil pemeriksaan mikroskop daun segar dapat dilihat di lampiran 6,

Gambar 3.3 halaman 30.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi

toluena) (WHO,1992).

Cara kerja :

Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat,

lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30

menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.

Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah

ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena

mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian

besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap

detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan

toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima

dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah

sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air

yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang

diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen. Hasil pemeriksaan kadar air dapat

(37)

3.4.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama

24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1

liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,

kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama

diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah

ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam

persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan

(MMI, 1979). Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam air dapat dilihat di Tabel

3.1 halaman 14.

3.4.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama

24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali

selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring

cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan

sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan

dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam

persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan (MMI, 1979). Hasil pemeriksaan kadar sari larut dalam etanol dapat

dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama

dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian

(38)

suhu 6000oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh

bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen

POM, 1980). Hasil pemeriksaan kadar abu total dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman

14.

3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml

asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam

dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan

dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam

dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1980). Hasil pemeriksaan

kadar abu tidak larut dalam asam dapat dilihat di Tabel 3.1 halaman 14.

3.5 Pembuatan Ekstrak Daun Jati Belanda

Pembuatan ekstrak daun Jati Belanda dilakukan dengan cara perkolasi.

Serbuk simplisia 500 g di masukkan kedalam bejana tertutup, ditambahkan etanol

96% sehingga semua simplisia terendam, aduk-aduk dan diamkan selama 3 jam.

Pindahkan masa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditekan

hati-hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan

diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator,biarkan

selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit,

tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga selalu terdapat

selapis cairan penyari di atas simplisia. Perlokasi dihentikan jika 500 mg perkolat

yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Selanjutnya ekstrak cair

dipekatkan dengan menggunakan rotavapor, setelah didapat ekstrak kental,

(39)

3.6 Uji Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol

Percobaan efek penurunan kadar kolesterol terdiri dari beberapa tahap yaitu

penyiapan bahan, penyiapan hewan uji yang hiperkolesterolemia dan pengujian

efek penurun kadar kolesterol.

3.6.1 Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi Na-CMC (kontrol), bahan uji

(EDJB), dan suspensi simvastatin (pembanding)

3.6.1.1 Pembuatan Suspensi Na-CMC 0,5% (b/v)

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas

sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa

yang transparan (Anief, M. 1995), digerus lalu diencerkan dengan air suling

hingga 100 ml (Gohel, M.,dkk. 2009)

3.6.1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Jati Belanda (EDJB)

Berdasarkan hasil orientasi yang didapat, dosis yang dipakai pada ekstrak

daun Jati Belanda diperoleh empat variasi dosis yaitu dosis 50 mg/kg BB, 100

mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB

.Cara pembuatan suspensi ekstrak :

Ekstrak etanol daun Jati Belanda ditimbang masing-masing sebanyak 50 mg,

100 mg, 200 mg, dan 400 mg dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit

suspensi CMC 0,5% digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi

(40)

3.6.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin

Sebanyak 50 mg simvastatin digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan

Suspensi Na-CMC 0,5 % sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga

homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5 % hingga 625 ml.

3.7 Penyiapan Hewan Uji yang dibuat Hiperkolesterolemia

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah marmot jantan yang sehat

dan dewasa sebanyak 36 ekor yang terlebih dahulu dikarantina selama satu

minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian diukur kadar

kolesterol awalnya lalu dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan

makanan induksi kuning telur (1 % BB) diberikan, serta diberi pakan biasa yang

dicampur dengan lemak kambing 15 g / 100 g jumlah pakan diberikan selama 14

hari berturut-turut secara oral. Diukur kadar kolesterolnya (hasil pada Tabel 4.3

halaman 16 ).

3.7.1 Pemberian suspensi CMC-Na, Suspensi EDJB Dan Suspensi Simvastatin pada marmot yang hiperkolesterolemia.

Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6

hewan uji yaitu :

1. Kelompok A diberikan suspensi Na-CMC 0,5% ( kontrol negatif)

2. Kelompok B diberikan suspensi EDJB dosis 50 mg/kg BB

3. Kelompok C diberikan suspensi EDJB dosis 100 mg/kg BB

4. Kelompok D diberikan suspensi EDJB dosis 200 mg/kg BB

5. Kelompok E diberikan suspensi EDJB dosis 400 mg/kg BB

6. Kelompok F diberikan simvastatin sebagai kontrol positif

Lalu setiap kelompok marmut ditentukan kolesterol darahnya pada hari

(41)

3.7.2 Pengambilan Darah Marmot

Cara pengambilan darah marmot yaitu terlebih dahulu marmot dipuasakan

10-14 jam. Lalu bulu bulu kaki marmut di pangkas, kemudian kuku kaki marmot

disikat dengan sikat gigi basah untuk membuang pasir dan sisa pengotor lainnya.

Lalu kaki dan kuku marmot di bersihkan dengan alkohol. Setelah itu kuku marmot

di potong dengan pemotong kuku sampai berdarah, kemudian darah yang menetes

di tampung dalam tabung reaksi yang bersih sebanyak 1 ml.

3.7.3 Pengambilan Serum Darah Marmot

Darah yang didapat, disentrifugasi selama 10 menit dengan 3000 rpm.

Lapisan serum diambil, yaitu lapisan yang berupa cairan. Dipipet serum sebanyak

0,01 ml kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi reagensia kolesterol 1

ml, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 25 C selama 10 menit. Diukur pada

alat mikrolab dengan panjang gelombang 546 nm.

3.7.4 Pengujian Efek Penurunan Kadar Kolesterol dari EDJB

Pengujian efek penurunan kadar kolesterol menggunakan empat dosis yang

berbeda 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB dengan

pembanding simvastatin dosis 0,775 mg/kg BB marmot dan suspensi Na-CMC

0,5 % sebagai kontrol. Pada kondisi hiperkolesterolemia (setelah hari ke-14)

diberikan obat pada hari ke-15 sampai hari ke-21, dan diberi makanan biasa

(pakan). Pada hari ke -17 dan hari ke-21 diukur kadar kolesterol darah marmot.

Skema prosedur kerja pemberian obat dan pengukuran darah dapat dilihat pada

(42)

3.8 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan metode Anava

(analisis variansi) secara manual dengan taraf signifikansi 95%. Analisis statistik

ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Simplisia

Hasil determinasi tumbuhan dari UPT Materia Medica Indonesia, Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur, diketahui bahwa sampel yang diteliti adalah

Daun Jati Belanda (Guazoma ulmifolia Lamk) Suku : Sterculiaceae.

Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun Jati Belanda diperoleh

kadar air 9,90 %, kadar sari larut dalam air 25,29 %, kadar sari larut dalam etanol

15,56 %, kadar abu total 9,77 %, kadar abu tidak larut dalam asam 0,37 %,. Hasil

penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut

dalam asam, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam

etanol memenuhi persyaratan pada Materia Medika Indonesia edisi II, 1978,

seperti tercantum dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pemeriksaan Penetapan Kadar Simplisia Daun Jati Belanda

Jenis Penetapan Hasil

Pemerik saan

Syarat MMI Ket

Kadar air

Kadar sari larut dalam air Kadar sari larut dalam etanol Kadar abu total

Kadar abu tidak larut dalam asam

Persyaratan kadar air simplisia tidak lebih dari 10%, bila lebih dari 10%

akan menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan menghasilkan toxin. Kadar sari

larut dalam air dan larut dalam etanol bertujuan untuk mengetahui jumlah

komponen aktif yang dapat larut dalam air atau etanol. Antara lain dipengaruhi

(44)

larut dalam asam adalah untuk menjaga adanya kontaminasi dari logam-logam

maupun pasir. Standarisasi bahan baku tanaman diperlukan untuk menjamin

mutu simplisia yang memenuhi persyaratan. Hasil penyarian 500 g serbuk

simplisia daun Jati Belanda dengan pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak cair yang

kemudian di pekatkan dengan menggunakan rotavapor kemudian dikeringkan

dengan menggunakan freeze dryer diperoleh 74 g ekstrak (rendemen 14,8 % ).

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada daun segar Jati Belanda yang dibuat

dengan irisan tipis secara melintang terlihat susunan atanomi adanya rambut

epidermis, rambut penutup berbentuk bintang, epidermis atas, jaringan palisade,

jaringan bunga karang, epidermis bawah, stomata, berkas pembuluh, skelerenkim,

kristal kalsium oksalat, sel lendir, jaringan parenkim dan kolenkim.

Hasil pemeriksaan mikroskopik pada simplisia yang dibuat dengan cara

menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek terlihat pembuluh kayu dengan

penebalan tangga, epidermis atas, rambut kelenjar, rambut penutup bentuk

bintang, epidermis bawah, hablir kalsium oksalat.

4.2 Uji Farmakologi

Hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pradita, (2010),

untuk membuat hewan yang hiperkolesterolem diberikan sebagai bahan

penginduksi adalah kuning telur (1 % BB) dan lemak kambing 15g/100g jumlah

pakan yang diberikan selama 14 hari. Keadaan hiperkolesterolemia tercapai bila

kadar kolesterol darah (KKD) dari marmot diatas 43 mg/dl (Soesanto, 1988).

Hasil orientasi penurunan KKD dengan pemberian EDJB dosis 100 mg/kg BB.

menunjukkan bahwa EDJB dapat menurunkan KKD marmot. Berdasarkan hasil

(45)

dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Hasil pengukuran KKD marmot setelah

puasa selama 12 jam, sebelum marmot diinduksi ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengukuran KKD marmot pada saat puasa

Subset for alpha = 0,05

No Perlakuan Rata-rata KKD

puasa (mg/dl) EDJB dosis 100 mg/kgBB EDJB dosis 200 mg/kg BB EDJB dosis 400 mg/kgBB

Simvastatin

Hasil analisis satistik dari yang tercantum pada Tabel 4.2 diperoleh pada

α = 0,05 ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok. Hal ini

menunjukkan bahwa marmot jantan yang digunakan berada dalam kondisi

fisiologis yang homogen, sehingga dapat digunakan sebagai hewan uji. Marmot

jantan digunakan karena memiliki hormon estrogen dalam jumlah yang sedikit.

Telah diketahui bahwa hormon estrogen berpengaruh terhadap kadar kolesterol

dalam darah (Guyton, 1987).

Pengambilan darah dilakukan dengan memotong kuku kaki marmot

sampai berdarah (Kusumawati, 2004), lalu ditampung dalam tabung serum dan

diukur dengan menggunakan alat spektofotometer Microlab 300. Metode ini

(46)

4.2.1 Pengaruh Pemberian Makanan Induksi Terhadap Kadar Kolesterol Darah

Pada pemberian makanan induksi, ternyata dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah marmot. Dinyatakan hiperkolesterolemia bila kadar KKD berada

diatas 43 mg/dl. Kondisi hiperkolesterolemia dapat ditujukkan pada Tabel 4.3

dbawah ini.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran kadar kolesterol darah marmot

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pemberian makanan

induksi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah marmot. Jadi seluruh marmot

dapat digunakan sebagai hewan uji pada pengujian penurunan kadar kolesterol

menggunakan EDJB. Dalam 100 g kuning telur mengandung 1480 mg kolesterol

dan lemak kambing 375 mg kolesterol (Adriani, 2005). Asam lemak jenuh banyak

terdapat pada lemak hewani (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi dapat

diubah didalam hati menjadi kolesterol sehingga menyebabkan kenaikan kadar

kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis

apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan

lemak jenuh (Silalahi, 2006).

Baraas, 1994, menyebutkan bahwa peningkatan kadar kolesterol dapat

disebabkan oleh beberapa hal. Diet yang terlalu banyak mengandung kolesterol

dan lemak sehingga tubuh tidak mampu untuk mengendalikannya.

Kelompok Rata-rata KKD

(mg/dl) Kontrol CMC-Na

(47)

Disamping itu juga disebabkan karena ekskresi kolesterol ke kolon melalui

asam empedu terlalu sedikit sehingga produksi kolesterol dalam hati terlalu

banyak.

Makanan berlemak yang dikonsumsi terdiri atas trigliserida dan kolesterol.

Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol

dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Lemak yang berasal dari

makanan atau dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserida akan diserap sebagai

asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam

lemak bebas akan di ubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolesterol akan

mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama denga

fosfolipid dan apoliprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron

(Sudoyo,2007).

Aterosklerosis merupakan gangguan arteri yang disebabkan lemak atau

kolesterol dapat menyebabkan penyempitan arteri tungkai yang mencetuskan

pembentukan udem. Penyempitan ini menimbulkan iskemia (tak menerima darah

setempat akibat terhalangnya pemasukan darah) dan terganggunya sirkulasi pada

jantung, otak dan otot. Pada gangguan jantung yang lebih serius, jantung tidak

mampu lagi mengalirkan peredaran darah hingga arteri mendapat terlalu sedikit

darah. Sebagai akibat, darah terbendung di vena paru-paru dan kaki yang

(48)

4.2.2 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Setelah Pemberian Ekstrak Pada hari ke-3 (hari ke-17 perlakuan) setelah pemberian obat EDJB,

ternyata telah terjadi penurunan KKD. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.4 dibawah

ini.

Tabel 4.4 : Uji rata-rata Duncan hari ke-17

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EDJB dosis 100 mg/kg BB 6 39,5000

Simvastatin 6 55,1667

EDJB dosis 200 mg/kg BB 6 62,3333

EDJB dosis 400 mg/kg BB 6 62,8333

kontrol CMC-Na 6 63,5000

EDJB dosis 50 mg/kg BB 6 66,0000

Sig. 1,000 1,000 ,306

Hasil pengukuran kadar kolesterol darah pada hari ke-17 diperoleh

kelompok simvastatin, EDJB 50, 200, dan 400 mg/kg BB masih mengalami

hiperkolesterolemia. Sedangkan pemberian EDJB dosis 100 mg/kg BB sudah

berada dalam kondisi normal.

Hari ke-17 terjadi penurunan, namun penurunan yang terjadi belum pada

batas normal. Berbeda dengan pemberian Na-CMC dimana semua hewan uji

masih berada dalam kondisi hiperkolesterolemia dan lebih tinggi dibandingkan

dengan pemberian EDJB dan simvastatin. Hal ini terjadi karena laju pembersihan

oleh tubuh oleh asam lemak, kolesterol dan trigliserida dalam jaringan lemak

diperbaharui setiap 2-3 minggu, jadi lemak yang disimpan hari ini akan berbeda

dengan kadar lemak periode berikutnya (Guyton, 2006). Berarti pada saat

pemberian obat selama 3 hari setelah hiperkolesterolemia belum terjadi

(49)

2-3 minggu kondisi hiperkolesterolemia. Disimpulkan bahwa pengaruh pemberian

obat terhadap penurunan kadar kolesterol tidak drastis terjadi penurunannya

karena laju pembersihan yang cukup lama.

Pemberian suspensi EDJB yang dilakukan sampai hari ke-21 ternyata

dapat menurunkan kadar kolesterol darah marmot. Hasil pengujian efek

penurunan kadar kolesterol EDJB menunjukkan bahwa penurunan kadar

kolesterol rata-rata pada marmot yang diberi ekstrak daun Jati Belanda dan

simvastatin lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Ini menunjukkan bahwa

suspensi ekstrak daun Jati Belanda mempunyai aktivitas penurunan kadar

kolesterol darah marmot. Hasil di tunjukkan pada Tabel 4.5 yaitu hasil akhir kadar

kolesterol darah marmot.

Tabel 4.5 Uji rata-rata Duncan hari ke-21

Perlakuan N

Hasil pengukuran kadar kolesterol darah pada hari ke-21 diperoleh bahwa

pada pemberian ekstrak daun Jati Belanda dosis 50, 100, 200, dan 400 mg/kg BB

dan pemberian simvastatin dibandingkan dengan pemberian Na-CMC

mempunyai aktivitas menurunkan kadar kolesterol darah. Kadar akhir sudah

normal, tetapi pada dosis 50 mg/kg BB masih dalam batas hiperkolesterolemia

(50)

Gambar 4.1. Grafik perbandingan penurunan rata-rata kadar kolesterol darah marmot setelah pemberian obat dibandingkan dengan kontrol

Gambar 4.1 dapat dilihat KKD marmot dari normal, hiperkolesterolemia,

dan setelah pemberian obat. Setelah hari ke-14 terjadi penurunan setelah

pemberian EDJB, berbeda dengan Na-CMC yang masih berada dalam kondisi

tetap hiperkolesterolemia. Artinya EDJB mampu menurunkan kadar kolesterol

darah marmot.

Tabel 4.6 Persentase penurunan kadar kolesterol darah marmot

Perlakuan Hari ke-14” Hari ke-17” Hari

ke-21”

Dari Tabel 4.6 tersebut di atas terlihat bahwa pada hari ke-17 (3 hari

(51)

tetapi kadar kolesterol darah masih belum normal. KKD akan mencapai normal

pada hari ke-21, dimana persentase penurunan KKD sudah tinggi. Persentase

penurunan KKD pada hari ke-21 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Berikut hasil uji statistik duncan pada Tabel 4.7 pada rata-rata persentase

besar penurunan KKD yang terjadi pada masing-masing perlakuan.

Tabel 4.7 Hasil persentase penurunan KKD yang terjadi pada hari ke-21 duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Na-CMC 6 12,5000

EDJB 50 6 70,7000

EDJB 400 6 80,1167 80,1167

EDJB 200 6 88,2000

Simvastatin 6 89,9667

EDJB 100 6 101,5167

Sig. 1,000 ,078 ,080 1,000

Pada hari ke-21, marmot dengan pemberian EDJB terjadi penurunan

kadar kolesterol sampai dibawah kadar normal. Kemungkinan disebabkan oleh

EDJB yang diberikan dapat menghambat absorbsi kolesterol yang ada dalam

makanan yang diberikan, kemungkinan lain EDJB juga berikatan dengan asam

empedu yang masuk ke usus halus sehingga asam empedu yang kembali ke hati

sedikit, dengan demikian hati akan mengambil kolesterol dari darah untuk

memenuhi kebutuhan asam empedu.

Berikut ditampilkan secara grafik batang persentase rata-rata besar

(52)

Gambar 4.2 Grafik persentase penurunan kadar kolesterol darah Keterangan :

# = Berbeda nyata dengan Na-CMC $ = Berbeda nyata dengan EDJB 50 ^ = Berbeda nyata dengan EDJB 100 & = Berbeda nyata dengan EDJB 200 ! = Berbeda nyata dengan EDJB 400 @ = Berbeda nyata dengan simvastatin 1 = Tidak berbeda nyata dengan Na-CMC 2 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 50 3 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 100 4 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 200 5 = Tidak berbeda nyata dengan EDJB 400 6 = Tidak berbeda nyata dengan simvastatin

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa persentase penurunan KKD yang paling

tinggi ditunjukkan oleh EDJB 100 mg/kg BB. Bila dibandingkan persentase

penurunan KKD dari EDJB 50 dan EDJB 100 maka penurunan kadar keduanya

berbeda signifikan. Jadi, aktivitas penurunan KKD dengan EDJB dosis 100 mg/kg

BB lebih baik dari EDJB dosis 50 mg/kg BB.

$^&!@

#^456

#$456

#2356

#2346

(53)

Persentase penurunan KKD yang ditunjukkan oleh EDJB 200 mg/kg BB

dan EDJB 400 ternyata lebih rendah dibandingkan dengan persentase penurunan

oleh KKD EDJB 100 mg/kg BB. Jadi dapat disimpulkan bahwa dosis yang efektif

pada penurunan KKD marmot oleh EDJB adalah dosis 100 mg/kg BB.

Jika dibandingkan persentase penurunan KKD oleh EDJB 100 mg/kg BB

dibandingkan dengan simvastatin, maka persentase penurunan EDJB 100 mg/kg

BB lebih tinggi dan berbeda signifikan secara statistik.

Dalam penelitian terjadi perbedaan efek penurunan KKD, bahwa semakin

tinggi dosis bukan semakin meningkat penurunan KKD yang terjadi. Hal ini dapat

dijelaskan dengan kurva dosis-respon bahwa pada dosis 200 dan 400 mg/kg BB

menjadi bersifat agonis partial. Agonis partial adalah agonis yang lemah, artinya

agonis yang mempunyai aktivitas instrinsik atau efektivitas yang rendah sehingga

menimbulkan efek maksimal yang lemah. Akan tetapi, obat ini akan mengurangi

efek maksimal yang ditimbulkan oleh agonis penuh. Oleh karena itu agonis

parsial disebut juga antagonis parsial. Jika enzim metabolisme mengalami

kejenuhan pada kisaran dosis terapi, maka pada peningkatan dosis akan terjadi

lonjakan kadar obat dalam plasma, yang disebut farmakokinetik non-linear.

Jadi dengan peningkatan dosis EDJB terjadi perubahan aktivitas instrinsik

sehingga menyebabkan penurunan kurva respon. Anjakan yang sesuai dengan

kurva dosis respon dapat disebabkan oleh perubahan afinitas atau potensi yang

berbeda. Aktivitas Instrinsik adalah ukuran yang digunakan melihat efektivitas

biologi yaitu kemampuan obat berikatan dengan reseptornya. Jika reseptor yang

diduduki oleh obat mencukupi untuk menghasilkan efek farmakologi, kemudian

(54)

Keadaan ini tidak berlaku pada semua obat. Selain afinitas obat dengan reseptor,

harus juga mempunyai sifat kedua yaitu aktivitas intrinsik.

EDJB kemungkinan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan dua

cara. Pertama, EDJB bergabung dengan asam empedu yang diproduksi oleh hati

untuk memecah lemak di dalam usus halus. Sebagian besar asam empedu akan

dikeluarkan sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi. Kolesterol merupakan

bahan dasar pembentuk asam empedu. Untuk menggantikan asam empedu yang

hilang, kolesterol dikeluarkan dari peredaran darah. Peristiwa ini dapat

menurunkan kadar kolesterol. Kedua, EDJB di dalam usus mengikat asam lemak,

garam empedu dan kolesterol dari makanan sehingga menghambat penyerapan zat

tersebut dan membawanya keluar bersama feses. Berkurangnya absorbsi garam

empedu dan kolesterol ke hati ini akan meningkatkan pengambilan kolesterol dari

darah yang akan dipakai untuk sintesis garam empedu yang baru yang akibatnya

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak Daun Jati Belanda dapat menurunkan kadar kolesterol darah

marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

2. Pemberian ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 100 mg/kg BB

memberikan persentase penurunan kadar kolesterol yang paling tinggi dan

merupakan dosis yang paling efektif serta lebih kuat dibandingkan dengan

simvastatin.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh ekstrak

daun Jati belanda terhadap kadar kolesterol HDL, LDL, dan TG darah

marmot.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB. Hal 8; 38-39

Andriani, Y., (2005). Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

Terhadap Bobot Badan Kelinci Yang Diberi Pakan Berlemak. Bengkulu; Jurnal Jurusan Kimia FMIPA. Hal 1-2

Anief. M. (1995). Ilmu Meracik Obat, Teori Dan Praktik. Cet. 5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 107.

Anonim1. (2007). Kepmenkes 381-2007 Kebijakan Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Anonim2. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No: 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Anonim3. (2011). http://herbal.medicalonlinemedia.com/2011/02/guazuma-ulmifolia-Jati -Belanda-effic

Baaras, F. (1993). Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol.

Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Dipiro, (2009). Pharmacotherapy. San Antonio,Texas. Pdf. Hal : 438-441

Ditjen POM. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal:42-46.

Ditjen POM. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 159, 167-171.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 33, 459, 633.

Ditjen POM. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hal : 153

Ditjen POM. (1994)Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Hal :65.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 57, 72, 550.

(57)

Gohel, M., Parikh, R., Popat, A. (2009). Pharmaceutical Suspensions : A Review.

India. Dalam http://www.pharmainfo.net

Guyton, A.C. (1987). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Alih bahasa: P. Adrianto, EGC: Jakarta: hal. 623-630.

Joseph, G. (2002). Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Serial online. [Diakses 22 Februari 2011]; Dimbil dari : URL: Hyperlink.

Heinrich, M. (2007). Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : penerbit buku kedokteran, EGC. Hal: 62-82

Juheini. (2002). Pemamfaatan Herba Seledri (Apium graveolens L.) Untuk Menurunkan Kolesterol Dan Lipid Dalam Darah Tikus Putih Yang Di Beri Diet Tinggi Kolesterol Dan Lemak . Jakarta; Jurusan Farmasi FMIPA.UI. hal 3-4

Katno, Pramono (2000). Tingkat Mamfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional. Fakultas Farmasi, UGM , Hal 1-2

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 433.

Ketaren, S., (1986), Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI Press: hal. 9-10

Kelompok Kerja Ilmiah. (1993). Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta : Penerbit Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.

Murray, R.K.,(2003). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 240-245

Mycek, M. J., Haevery, R. A., and Champe, P. C. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar. Penerjemah: Agoes, A. Edisi II. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman 209.

Pradita, (2010). Uji Efek Ekstrak Temu Giring (Curcuma heyneana Val. & V.Zyp) Sebagai Penurunan Kadar Kolesterol Darah Marmot Secara Pra Klinis. Medan. Fakultas Farmasi. USU.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakara: Penerbit Kanisius. Halaman 85 – 89.

Soesanto, M. (1988). Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah Tropis. UI Press, Jakarta. Halaman 60

Gambar

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian
Gambar 2.1 Metabolisme lipid dalam tubuh
Gambar  2.1 : Struktur Kolesterol
Gambar 2.3 Perkembangan plak ateroskerosis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pemberian perlakuan, berat badan subjek penelitian diukur kembali untuk dibandingkan hasilnya dengan berat badan sebelum pemberian ekstrak daun jati belanda

mengenai efek ekstrak daun jati belanda terhadap penurunan kadar LDL manusia, sehingga dapat menjadi terapi adjuvan yang aman dalam mengatasi dislipidemia.. 1.5 Kerangka Pemikiran

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etil asetat daun binahong terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia,

jamu "X" yang mengandung 20% ekstrak jati belanda terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida darah tikus putih jantan. Hewan coba yang digunakan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etil asetat daun binahong terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia,

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etil asetat daun binahong terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia,

Berdasarkan hasil uji dengan metode pencegahan hiperlipidemia, ekstrak air daun jati belanda dengan dosis 25 mg/kg bb dan 50 mg/kg bb mampu menghambat peningkatan kolesterol

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang