• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI

DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI

(

Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

CITRANTY AKRIANA

060309023/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI

DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI

(

Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

CITRANTY AKRIANA

060309023/PKP

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Lily Fauzia, MSi) (Ir. M.Jufri, MSi) Nip : 196308221988032003 Nip : 19601110198803103

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

CITRANTY AKRIANA: Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi

Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi di desa Sidodadi Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dibimbing oleh Ibu Ir. Hj.

Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah produktivitas padi sawah lahan irigasi relatif rendah, dan adopsi suatu teknologi berpeluang untuk meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian maka untuk dapat meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi peneliti melakukan penelitian : teknologi apa saja yang berhubungan erat dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi. Teknologi Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani di daerah penelitian, 2) Untuk menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian.

Hasil dari peneltian ini adalah : 1) Teknologi yang digunakan adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ditujukan pada kegiatan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pascapanen, 2) Hasil analisis korelasi : terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas

padi sawah lahan irigasi dikarenakan th > tα Ho ditolak.

(4)

RIWAYAT HIDUP

CITRANTY AKRIANA, lahir di Tanjung Gading 26 September 1988, anak

kedua dari 3 bersaudara dari Ayahanda H.Bacharudin Djumaya dan Ibunda Hj.

Malayanti Mardzuki.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar dan lulus tahun 2000 dari SDN.1 016396

Tanjung Gading.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 2003 dari

SLTP Swasta F.TANDEAN Tebing Tinggi.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus tahun 2006 dari

SMAN.1 Tebing Tinggi.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah :

1. Seksi Kesekretariatan IMASEP di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

2. Melaksanakan penelitian Skripsi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Oktober 2010.

3. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Hole II

Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi dari tanggal 30 juni sampai 28 juli

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah : “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT

ADOPSI TEKNOLOGI DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI”. (Studi Kasus di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang). Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini pertama-tama penulis mengucapkan terimakasih

kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda H.Bacharudin Djumaya dan

Ibunda Hj. Malayanti Mardzuki yang telah memberikan dukungan moril

dan materil kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian USU.

4. Camat Kecamatan Beringin beserta seluruh pegawai.

5. Kepala Desa Sidodadi Ramunia beserta seluruh pegawai kantor desa.

6. Penyuluh Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli

(6)

7. Seluruh responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini yang telah

memberikan data-data pendukung kepada penulis selama penelitian.

8. Sahabat-sahabat penulis yang telah banyak mendukung selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu

diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan

skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2010

(7)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka………. 7

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 18

Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Pengambilan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 20

Definisi dan Batasan Operasional ... 22

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 24

Keadaan Umum ... 25

Keadaan Penduduk ... 25

Keadaan Potensi Areal Pertanian ... 26

Sarana dan Prasarana ... 26

(8)

Umur ... 27

Tingkat Pendidikan ... 27

Pengalaman Bertani ... 28

Luas Lahan ... 28

Jumlah Produksi ... 29

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi yang digunakan di Desa Sidodadi Ramunia ... 32

Pengolahan Lahan ... 33

Pembibitan ... 34

Penanaman ... 36

Pemupukan ... 37

Pemeliharaan ... 40

Pengendalian Gulma ... 42

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 43

Pengairan ... 45

Panen ... 46

Pasca Panen ... 48

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi PTT ... 51

Hubungan Tingkat Adopsi Teknologi dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi ... 53

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 55

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Menurut

Kabupaten/ Kota Tahun 2009 ... 4

2. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford... 15

3. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut

Kecamatan Tahun 2009 ... 19

4. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010 ... 20

5. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009... 24

6. Batas-batas Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009 ... 25

7. Rincian Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidodadi Ramunia

Tahun 2009 ... 25

8. Keadaan Potensi Areal Pertanian Desa Sidodadi Ramunia

Tahun 2009 ... 26

9. Jumlah Sarana dan Prasarana Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia

Tahun 2009 ... 26

10. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin

Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 ... 27

11. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia,

Kecamatan Beringin Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 27

12. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia

Kecamatan Beringin Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2009 ... 28

13. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia

Kecamatan Beringin Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2009 ... 28

14. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia

Kecamatan Beringin Berdasarkan Jumlah Produksi Tahun 2009 ... 29

15. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengolahan Lahan Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

(10)

16. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pembibitan

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 35

17. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Penanaman

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 36

18. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pemupukan

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 39

19. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pemeliharaan

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 41

20. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengendalian Gulma Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 42

21. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 44

22. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengairan

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 46

23. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Panen

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 47

24. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pasca Panen

Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi

Ramunia Tahun 2010 ... 49

25. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi Berdasarkan Jumlah Petani

yang Menerapkan Sesuai Anjuran ... 50

26. Kriteria Penilaian Tingkat Adopsi Teknologi Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi Berdasarkan Skor dan Jumlah Sampel yang Mengadopsi ... 51

(11)
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2010... 59

2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2010 ... 60

3. Skor Tingkat Adopsi Teknologi PTT Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 61

4. Hubungan Tingkat Adopsi Teknologi Terhadap Produktivitas Padi

Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang ... 62

5. Korelasi Rank Spearman Tingkat Adopsi Teknologi dengan

Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi……… 63

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

(14)

RINGKASAN

CITRANTY AKRIANA: Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi

Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi di desa Sidodadi Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dibimbing oleh Ibu Ir. Hj.

Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Latar belakang penelitian ini adalah produktivitas padi sawah lahan irigasi relatif rendah, dan adopsi suatu teknologi berpeluang untuk meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian maka untuk dapat meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi peneliti melakukan penelitian : teknologi apa saja yang berhubungan erat dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi. Teknologi Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani di daerah penelitian, 2) Untuk menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian.

Hasil dari peneltian ini adalah : 1) Teknologi yang digunakan adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ditujukan pada kegiatan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pascapanen, 2) Hasil analisis korelasi : terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas

padi sawah lahan irigasi dikarenakan th > tα Ho ditolak.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa.

Banyak contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi

mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi

penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak

digunakan untuk menguasai pertahanan musuh. Dengan adanya ketergantungan

pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan

demikian upaya untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan

pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja

tetapi harus disadari sebagai bagian yang sangat mendasar bagi ketahanan

nasional yang harus dilindungi (Baharsjah, 2005).

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang

peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh

penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari

sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya

jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberi arti bahwa

sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan (Novizar, 2000).

Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis membawa

dampak perubahan struktural sosial dan ekonomi, pembangunan pertanian

dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis, terus berkembang yang diarahkan

(16)

hal ini dihubungkan dengan kemajuan iptek disektor pertanian untuk

menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1984).

Bergesernya pola konsumsi masyarakat yang beralih dari jagung ke beras

menyebabkan posisi beras menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat.

Terkait dengan itu maka pengembangan sistem usahatani padi sawah dapat

digalakan secara intensif. Namun kenyataannya teknologi padi sawah yang

dikembangkan masyarakat selama ini masih sangat sederhana. Potensi wilayah

yang mendukung pengembangan sistem usahatani padi sawah sering terabaikan.

Adanya komplikasi faktor teknis dapat menimbulkan rendahnya produktivitas

padi sawah dan pendapatan masyarakat. Pada sisi lain penelitian telah

menghasilkan berbagai jenis teknologi yang mampu mendorong peningkatan

produktivitas padi sawah. Dengan demikian terdapat adanya kesenjangan antara

produktivitas yang dihasilkan petani dengan produktivitas yang dihasilkan

lembaga penelitian (Kartasapoetra, 1994).

Kesenjangan produktivitas ini merupakan suatu tantangan sekaligus

merupakan peluang yang perlu digapai agar produktivitas padi sawah di daerah

penelitian paling tidak mendekati rata-rata produktivitas padi hasil penelitian.

Untuk mengantisipasi terhindarnya kesenjangan produktivitas yang terus

berlangsung maka perlu dilakukan desain suatu teknologi padi sawah secara

partisipatif, yang akan diterapkan pada sistem usaha tani yang sesuai dengan

agroklimat, potensi serta kemampuan masyarakat dalam mengatasi

permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Desain teknologi

tersebut diharapkan berpeluang meningkatkan produktivitas dari komoditas yang

(17)

bagi petani atau masyarakat secara keseluruhan bahwa begitu mahalnya nilai

partisipasi masyarakat dalam melakukan atau mendesain jenis teknologi yang

kompatibel dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat (Kartasapoetra,

1994).

Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi

penting dalam usahatani padi sawah, disamping lahan, modal (benih, pupuk, dan

pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi varietas

unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apabila tersedia air

yang cukup. Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan mampu

meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi

apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih

tinggi (Syahyuti, 2006).

Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya

kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil di lapangan yang

diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan penguasaan

penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara

utuh sehingga penerapan teknologinya sepotong-sepotong. Seperti penggunaan

pupuk yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal

diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem

pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri (Yusdja, dkk. 2004).

Berbagai upaya terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional

akan beras, diantaranya tetap berupaya melakukan diversifikasi, mencegah laju

(18)

mengoptimalkan adopsi teknologi yang telah dikembangkan. Upaya terakhir ini

merupakan upaya yang berkaitan dengan produktivitas tanaman padi (Prabowo,

2008).

Peningkatan produktivitas padi terkait erat dengan penggunaan benih

yang berasal dari varietas unggul. Keberhasilan penggunaan varietas unggul

harus didukung dengan kecukupan air irigasi dan penggunaan pupuk. Karena

interaksi ketiganya memberikan pengaruh terhadap laju perkembangan produksi

padi. Pengolahan lahan sebagai media tumbuh serta pengendalian hama dan

penyakit juga menentukan pencapaian potensi produksi yang dihasilkan

(Novizar, 2000).

Pengembangan padi sawah semakin meningkat terkait dengan kebutuhan

konsumsi beras dan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu titik berat

perbaikan sumberdaya lahan sawah banyak diperuntukkan untuk pemacuan

peningkatan produktivitas (Deptan, 2008).

Salah satu daerah yang potensial di bidang pertanian dan berperan

sebagai daerah penghasil bahan pangan khususnya beras di Sumatera Utara

adalah Kabupaten Deli Serdang, seperti akan dijelaskan pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2009

No .

(19)

9.

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang memiliki

luas panen padi sawah sebesar 73.820 Ha, produksi sebesar 347.766 ton, serta

rata-rata produktivitas sebesar 47,11 Kw/Ha. Hal ini membuktikan bahwa

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi padi yang cukup

besar. Di Kabupaten Deli Serdang ini, lahan sawah yang banyak digunakan

adalah lahan sawah irigasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan

irigasi di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Beringin.

Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara

lain:

1. Bagaimana teknologi yang diterapkan oleh para petani di daerah penelitian?

2. Bagaimana hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas

(20)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk menganalisis teknologi yang diterapkan oleh para petani di daerah

penelitian.

2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan

produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

1. Mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara Medan.

2. Diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan

kebijakan dalam peningkatan produktivitas pada tanaman padi sawah.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Padi merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan

penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung

bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu, padi (beras) disebut

juga makanan energi (AAK, 1989).

Dalam bahasa latin, padi disebut dengan "Oryza sativa L", masuk dalam

famili Poaccae (Gramincae), Tanaman semak semusim ini merupakan tanaman

yang berbatang basah, dengan tinggi antara 50 cm-1,5 m. Batangnya tegak,

lunak, beruas, berongga, kasar dan berwarna hijau. Padi mempunyai daun

tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30 cm. Ujungnya runcing, tepinya

rata, berpelepah, pertulangan sejajar, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk

berbentuk malai. Buahnya seperti buah batu (keras) dan terjurai pada tangkai.

Setelah tua, warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat

telur, ada yang berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas

dari tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut

beras. Bila beras ini dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan

bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Deptan, 2008).

Padi tumbuh di berbagai lingkungan produksi, diantaranya sawah irigasi,

lahan kering tadah hujan, pasang surut dan lebak atau rawa. Dari berbagai

tipologi ini, lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, desa)

(22)

Upaya Peningkatan Produksi Usahatani Padi Sawah

Sistem produksi padi saat ini juga sangat rentan terhadap penyimpangan

ilkim. Penanganan masalah secara parsial yang telah ditempuh selama ini

ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks dan juga tidak efisien.

Suartha (2002), memprediksi bahwa negara kita akan mengalami krisis

pangan khususnya beras, apabila usaha-usaha kita dalam meningkatkan produksi

pangan masih tetap seperti waktu-waktu sebelumnya. Oleh karena itu guna

memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan untuk

mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah

dan meningkatkan efisiensi usaha.

Upaya peningkatan produksi, dapat mengandalkan pada pertanaman

sawah irigasi. Namun, dengan berbagai kendala upaya yang telah dilakukan

belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produksi

beras nasional. Dalam jangka panjang, pengembangan lahan potensial dengan

mengembangkan berbagai teknologi (benih, sistem usaha, dan infrastruktur lain)

tetap dilakukan secara terencana, bertahap, dan konsisten (Kartasapoetra, 1994).

Sejalan dengan upaya jangka panjang, upaya jangka pendek dengan

mengoptimalkan lahan sawah konvensional perlu ditingkatkan. Upaya tersebut

hanya dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dengan penggunaan

teknologi. Penggunaan teknologi yang intensif di masa lalu dilakukan dengan

dorongan kebijakan pemerintah yang berupa pembangunan dan rehabilitasi

(23)

pestisida, kebijakan harga dasar gabah, penyediaan kredit usahatani, dan

peningkatan lembaga penyuluhan (Notohadiprawiro, 2006).

Pada saat ini dengan keterbatasan yang ada, tidak semua kebijakan

sejenis di masa lalu dapat dilakukan. Oleh karena itu selain keterlibatan

pemerintah, diperlukan juga keterlibatan masyarakat. Karena keterbatasan dana,

pemerintah diharapkan melakukan upaya-upaya yang lebih fokus yang sulit jika

mengharapkan keterlibatan masyarakat, karena upaya tersebut membutuhkan

dana besar. Selain itu, pada dasarnya pembangunan pertanian adalah bagian

integral dari pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan juga koordinasi

pemerintah karena kebijakan yang dilakukan akan melibatkan banyak institusi

lintas departemen dan lintas daerah. Pada pihak lain, peran petani dan

kelembagaan petani yang telah ada, perlu lebih diberdayakan. Hal-hal yang

sudah dapat dilakukan petani terus dikembangkan, pemerintah hanya

mendukung dengan regulasi dan petunjuk operasional sesuai persyaratan teknis

yang diperlukan sesuai standar (Yusdja, dkk. 2004).

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide

atau alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi. Adopsi

merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu

inovasi sejak mengenal, menaruh minat, memilih sampai menerapkan inovasi

tersebut (Levis, 1996).

Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan

pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam

membangun pertanian di negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian

(24)

bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi, teknologi memang

diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus

berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang

lebih maju (Slamet, 2003).

Proses penerimaan inovasi terdapat 5 (lima) tahapan yang dilalui

sebelum seseorang bersedia menerapkan suatu inovasi yang diperkenalkan

kepadanya, yaitu :

1. Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk, atau praktek baru. Dia

hanya mmpunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak

mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus.

2. Tertarik, adalah seseorang tidak hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, tetapi

ingin mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih mendetail.

3. Penilaian, adalah seseorang menilai semua informasi yang diketahuinya dan

memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya.

4. Mencoba, adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut,

dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu

yang lama dan dalam skala yang terbatas.

5. Adopsi atau menerapkan, adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau

keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga

mendorong penerapan orang lain.

Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa dalam menunjang pembangunan

pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara

efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi.

(25)

penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih

pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan

kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk

mengambil keputusan.

Landasan Teori

Marchlup dan Chamberlin mengemukakan bahwa produktivitas batas

dalam arti produk batas fisis; jadi artinya jumlah produksi in natura, yang

ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi kepada produksi total

seorang pengusaha; produktivitas batas dalam arti nilai daripada produk batas

fisis; jadi artinya produk batas fisik kali harga per satuan; produktivitas batas

dalam arti jumlah uang, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat

produksi, kepada hasil total berupa uang pengusaha yang bersangkutan (Ginting,

2002).

Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa usahatani yang bagus

sebagai usahatani yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari.

Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi.

Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara

konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur

banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan

(input). Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan

kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan

(26)

Oleh karena itu, secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi

(usaha) dan kapasitas (tanah).

Penelitian Mosher (1997), menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai

aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi

dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka

peroleh dari pengelolaan atas lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang

diperoleh juga tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.

Senada dengan Alimoeso (2008), yang menyatakan bahwa di samping perluasan

areal, upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan menaikkan

produktivitas dan stabilitas hasil, serta menekan senjang hasil dan kehilangan

hasil pada saat panen dan pascapanen. Peningkatan produksi padi dapat

dilakukan dengan : 1) memperluas areal tanam, 2) meningkatkan produktivitas,

3) mengamankan produksi, dan 4) memperkuat kelembagaan. Perluasan areal

tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra produksi padi dan

pemanfaatan lahan secara optimal melalui peningkatan indeks pertanaman.

Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan menggunakan benih

varietas unggul bermutu; pengamanan produksi dengan memberikan bantuan

sarana pascapanen; dan perbaikan sistem kelembagaan dengan memperbaiki

sistem lembaga permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok tani dan

kemitraan.

Soeharsono (1989), menyatakan bahwa kualitas dari seorang manusia

(pendidikan, ketrampilan dan keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya

(27)

kemampuan produksi akan rendah, tetapi produktivitas dalam produksi pun akan

rendah. Rendahnya tingkat produksi mengakibatkan tingkat penghasilan yang

rendah pula. Sementara dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya

manusia, kemampuan dalam pengembangan teknologi akan semakin rendah

pula, sehingga membutuhkan dana investasi yang cukup besar untuk melakukan

penelitian dan perkembangan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Supadi

(1995), bahwa perbedaann letak geografis dan letak administratif dapat

mendorong perkembangan yang berbeda pada suatu wilayah. Hal ini terlihat

dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun kondisi

masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan

mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi

produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga

petani dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Penyebab semakin berkurangnya produktivitas padi sawah antara lain

adalah ketidakterpaduan pengelolaan lahan dan kurangnya perhatian terhadap

upaya pelestarian lahan dan lingkungan. Di satu sisi, usaha pelestarian lahan

sawah secara intensif dan terus-menerus telah berlangsung selama

bertahun-tahun sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat kesuburan dan sifat fisik

tanah. Di sisi lain, terabaikannya penggunaan bahan organik dan intensifnya

pemberian pupuk kimia untuk mengejar hasil tinggi telah menurunkan bahan

organik tanah. Akibat lebih lanjut dari kondisi ini adalah menurunnya

(28)

sehingga mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air irigasi (BPTP Deli

Serdang, 2004).

Untuk mengatasi masalah ini, Badan Litbang pertanian telah

menghasilkan suatu model melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT) yang tujuan utamanya meningkatkan produktivitas baik lahan maupun

hasil, dan melestarikan sumberdaya lahan untuk keberlanjutan sistem produksi.

Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bersifat spesifik lokasi

dengan memperhatikan asupan teknologi (mengintegrasikan teknologi asli

petani dengan teknologi maju) dan keseimbangan ekologis tanaman dengan

lingkungannya sehingga usahatani dapat berkelanjutan dan menguntungkan dari

segi ekonomi (BPTP Deli Serdang, 2004).

Pendekatan PTT merupakan alternatif pengelolaan padi secara intensif

dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan sawah

irigasi dan produktivitas padi (Zaini, et al., 2003).

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) diartikan sebagai penerapan

teknologi secara terpadu dan tepat pada seluruh rangkaian usahatani mulai dari

pengolahan lahan, pembibitan, sampai pada rangkaian pengolahan hasil yang

bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan daya

tahan tanaman dari gangguan organisme pengganggu tanaman serta

memanfaatkan sumberdaya alam dengan menerapkan teknologi yang

disesuaikan dengan kondisi daerah, kebutuhan petani, dan ramah lingkungan

(29)

Desa Sidodadi Ramunia merupakan sentra produksi tanaman padi sawah,

dan merupakan lokasi penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Dalam

menjalankan usahataninya petani di desa tersebut dibina oleh penyuluh pertanian

lapangan.

Dalam penelitian ini, terdapat 2 variabel yang saling berhubungan, yaitu

tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi. Oleh

karena itu, peneliti memutuskan untuk memakai metode analisis korelasi linier

sederhana.

Korelasi Linier Sederhana

Korelasi dapat didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara dua

variabel atau lebih. Tingkat hubungan antara dua variabel ini disebut dengan

korelasi sederhana.

Dua variabel bisa memiliki korelasi positif, korelasi negatif, atau tidak

berkorelasi. Hal ini terjadi baik untuk korelasi linier maupun non linier.

Korelasi positif

Dua variabel dikatakan berkorelasi positif jika mereka cenderung

berubah bersama-sama pada arah yang sama, yaitu jika mereka naik atau turun

secara bersama. Jika semua titik tepat berada pada satu garis (kurva) maka

korelasi akan dikatakan positif sempurna.

(30)

Dua variabel dikatakan berkorelasi negatif jika mereka cenderung

berubah pada arah yang berlawanan. Jika semua titik tepat berada pada satu

garis (kurva) maka korelasi akan dikatakan negatif sempurna.

Tidak berkorelasi

Dua variabel tidak berkorelasi jika mereka berubah tidak berhubungan

satu sama lain, atau korelasi bernilai nol.

Untuk sebuah ketepatan pengukuran tingkat korelasi antara Y dan X kita

menggunakan parameter yang disebut dengan koefisien korelasi yang

dilambangkan dengan ρ dan diestimasi dari sampel yang dinotasikan dengan r.

Koefisien korelasi sampel didefinisikan dengan rumus :

Nilai dari hubungan statistika dua peubah berada pada selang tutup (-1,

1). Untuk membaca besarnya derajat keeratan dari hubungan statistika dua

peubah, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yakni :

1. Lihatlah tanda dari derajat keeratan tersebut, positif atau negatif. Hubungan

statistika kedua peubah akan negatif apabila salah satu variabel memiliki

hubungan yang bertolak belakang dengan peubah lainnya. Atau dengan kata

lain, apabila nilai satu peubah membesar maka nilai peubah lainnya

mengecil. Sedangkan hubungan statistika kedua peubah akan bernilai positif

jika hubungan kedua peubah searah atau dengan kata lain apabila suatu

(31)

sebaliknya jika satu peubah mengecil nilainya maka peubah lainnya ikut

mengecil.

2. Lihat besarnya nilai dari derajat keeratan, Untuk membaca nilai dari derajat

keeratan dapat digunakan klasifikasi hubungan statistika dua peubah

(asosiasi, korelasi, dan korelasi pangkat) menurut Guilford pada tabel 2

berikut ini :

Tabel 2. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Hubungan Statistika dua

peubah

Keterangan

< 0,2

0,2 ≤ r < 0,4 0,4 ≤ r < 0,7 0,7 ≤ r < 0,9 0,9 ≤ r < 1

Tidak terdapat hubungan antara kedua peubah

Hubungan kedua peubah lemah

Hubungan kedua peubah sedang

Hubungan kedua peubah kuat

Hubungan kedua peubah sangat kuat

Sumber : Diktat Ekonometrika, 2008

Sebagai catatan penting, nilai hubungan statistika dua peubah sama

dengan 1 memiliki makna bahwa terdapat hubungan yang sempurna antara

kedua peubah, dengan kata lain, nilai suatu peubah dapat dengan tepat/pasti

dijelaskan oleh peubah lainnya. Nilai r = -1 menunjukkan suatu hubungan linier

negatif yang sempurna, sedangkan nilai r = +1 menunjukkan suatu hubungan

linier positif yang sempurna. Semakin besar nilai mutlak dari r, semakin kuat

hubungan linier kedua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi (r) dua peubah

sama dengan nol menunjukkan tidak adanya hubungan diantara dua peubah

(32)

Korelasi Rank Spearman

Korelasi ini mengasumsikan bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan

hasil pengamatan numerik atau nonnumerik. Setiap data Xi maupun Yi

ditetapkan peringkatnya relative terhadap X dan Y yang lain dari terkecil sampai

terbesar. Peringkat terkecil diberi nilai 1. Jika diantara nilai-nilai X atau Y

terdapat angka sama, masing-masing nilai sama diberi peringkat rata-rata dari

posisi yang seharusnya. Dan terakhir, jika data terdiri atas hasil pengamatan

nonnumerik bukan angka, data tersebut harus dapat diperingkat seperti yang

telah dijelaskan di atas.

Rumus :

Dimana :

rs = Koefisien Korelasi Spearman

di = Menunjukkan Perbedaan Setiap Rank

n = Menunjukkan Jumlah Pasangan Ranking

Dengan Kriteria Uji :

Ho = Tidak ada hubungan antara kedua variabel

H1 = Ada hubungan antara kedua variabel

Kaidah Keputusan :

Jika th ≤ tα, berarti terima Ho (tidak ada hubungan)

(33)

Kerangka Pemikiran

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda, yaitu

tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun, dan hanya satu

kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi

dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung

uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun,

suhu sekitar 23 ºC, ketinggian antara 6-650 dpl.

Tingkat adopsi teknologi petani sangat membantu dan berhubungan

dengan cara berpikir petani dalam usahataninya. Dengan mengadopsi suatu

teknologi yang tepat untuk usahataninya, petani dapat memperoleh hasil yang

tinggi dari usaha pertaniannya. Dalam pertimbangan tersebut, para petani harus

yakin mampu mengelola usahataninya semaksimal mungkin.

Tingkat adopsi teknologi, dapat memberi pengaruh tinggi, sedang,

ataukah rendah pada tingkat produktivitas. Jika petani mau mengadopsi apa

yang disarankan penyuluh, artinya petani tersebut mau menerapkannya dalam

usahataninya.

Teknologi yang diadopsi oleh para petani tentunya akan mampu

meningkatkan produktivitas padi. Teknologi yang digunakan oleh petani untuk

meningkatkan produktivitas padinya adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu

(34)

pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian gulma,

pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen, dan pascapanen.

Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

3.

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Beberapa tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

(pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan,

pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen)

berhubungan nyata terhadap produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah

penelitian.

Usahatani Padi Sawah

Petani

Tingkat Adopsi Teknologi (PTT)

Tinggi Sedang Rendah

(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta

jangkauan peneliti seperti pernyataan dari Notohadiprawiro (2006), terhadap

desa tersebut karena desa tersebut merupakan sentra produksi padi sawah

terbesar dibandingkan dengan desa lainnya seperti dijelaskan pada tabel 3

berikut :

Tabel 3. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2009

Pasar V Kebun Kelapa

Atas Kabu

(36)

Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian sampel adalah petani yang melakukan usahatani padi

di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang.

Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Proportional Stratified

Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari keseluruhan

populasi yang ada dimana setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya

ditetapkan secara proporsional. Strata dalam hal ini terdiri atas luas lahan.

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel di Desa Sidodadi

Ramunia. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima

berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel.

Penentuan petani sampel diambil dengan distribusi sebagai berikut :

Tabel 4. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010

No Kelas Interval

Berdasarkan Luas Lahan (Ha) Populasi Sampel

1 ≤ 1 Ha 295 295/478 x 30 = 19

3 > 1 Ha 178 178/478 x 30 = 11

Jumlah 478 30

Sumber : Analisis Data Primer

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani

dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data

sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik, Dinas Pertanian, Kantor Camat

Kecamatan Beringin, instansi terkait lainnya, buku serta literatur yang

(37)

Metode Analisis Data

Untuk menguji identifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif

dengan menjelaskan teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani di

daerah penelitian.

Untuk menguji identifikasi masalah 2 diuji dengan metode scoring

dengan menghitung tingkat adopsi petani padi sawah terhadap paket teknologi

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam upaya meningkatkan produktivitas

padi sawah lahan irigasi, dengan skor penerapan :

- Menggunakan semua teknologi anjuran skor 3

- Menggunakan 1-2 teknologi anjuran skor 2

- Tidak menggunakan teknologi anjuran skor 1

Berdasarkan penentuan skala rating, tingkat adopsi dapat diukur dengan

parameter :

- ≤ 16 = tingkat adopsi rendah

- 17 sampai dengan 23 = tingkat adopsi sedang

- 24 sampai dengan 30 = tingkat adopsi tinggi

(Mardikanto, 1994).

Dengan menggunakan rumus Rank Spearman terhadap masing-masing

tingkat adopsi teknologi yang berhubungan dengan produktivitas padi sawah

(38)

Rumus :

Keterangan :

Σ XiYi =Penjumlahan antara variabel X dan Y

Σ Xi =Penjumlahan Variabel X (pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, pascapanen)

Σ Yi =Penjumlahan variabel Y (produktivitas padi) Σ Xi ² =Penjumlahan variabel X²

Σ Yi ² =Penjumlahan variabel Y²

Dimana

: t

h

Kaidah Keputusan :

Jika th ≤ tα, berarti terima Ho (tidak ada hubungan antara ke 2 variabel)

Jika th > tα, berarti tolak Ho (ada hubungan antara ke 2 variabel)

Analisis Korelasi Rank Spearman ini akan diselesaikan dengan

(39)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat

defenisi dan batasan operasional antara lain:

Defenisi

1. Usahatani padi sawah merupakan usahatani dalam melaksanakan dan

mengelola tanaman padi pada sebidang tanah atau lahan.

2. Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide atau

alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi.

3. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau teknologi termasuk barang yang

dinggap baru oleh seseorang.

4. Usahatani adalah kegiatan atau upaya petani untuk menggunakan atau

memanfaatkan faktor faktor produksi alam, tanah, tenaga kerja, modal, dan

ruang dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh

hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal.

5. Tingkat adopsi adalah tingkat penerapan teknologi budidaya padi sawah sesuai

anjuran dengan parameter sebagai berikut :

≤ 16 = tingkat adopsi rendah

17 sampai dengan 23 = tingkat adopsi sedang

24 sampai dengan 30 = tingkat adopsi tinggi

6. Luas lahan adalah luas area yang diusahakan petani yang dinyatakan dalam satuan

hektar (ha).

7. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani spadi sawah atas usahataninya, yang

(40)

8. Produktivitas adalah perbandingan produksi padi sawah dengan luas lahan yang

dimiliki oleh petani sampel, yang dinyatakan dalam satuan ton/ha.

9. Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan untuk

mengoptimalkan potensi secara terpadu, sinergi, dan partisipatif dalam upaya

meningkatkan produksi padi di setiap daerah.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

2. Petani sampel adalah petani yang membudidayakan padi sawah dan

merupakan anggota kelompok tani.

(41)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Sidodadi Ramunia adalah sebuah desa di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang. Jarak ke ibukota kecamatan ± 1 km. Jarak ke ibukota

kabupaten/kota ± 5 km. Desa Sidodadi Ramunia merupakan desa yang sebagian

besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama usahatani padi.

Desa Sidodadi Ramunia mempunyai total luas wilayah sebesar 779

Ha/m². Dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 5. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009

No. Keterangan Luas Wilayah

Luas Prasarana Umum Lainnya

266

Tabel 5 menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi Ramunia luas wilayah

yang terbesar terdapat pada luas pemukiman yaitu sebesar 266 (Ha/m2), dan

yang terkecil terdapat pada luas kuburan yaitu sebesar 1 (Ha/m2).

Adapun batas-batas desa Sidodadi Ramunia adalah dapat dilihat pada

(42)

Tabel 6. Batas-batas Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009

Desa Karang Anyar

Desa Kwala Namu

Sungai Ular

Desa Pasar V Kebun Kelapa

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2010

Masyarakat desa Sidodadi Ramunia mayoritasnya adalah sebagai petani

dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

(43)

Keadaan Umum

Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk tahun 2010 di WKPP Sidodadi Ramunia berjumlah

11.521 orang. Mata pencaharian sebagai petani 1.435 orang, dan buruh tani

sebanyak 634 orang, dengan petani pemilik sebanyak 5 orang.

Keadaan Potensi Areal Pertanian

Keadaan Potensi Areal Pertanian di Desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat

pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Keadaan Potensi Areal Pertanian Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009

No. Keterangan Luas

Sarana dan prasarana di Desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat pada Tabel

9 berikut :

(44)

Tabel 9 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan oleh petani di desa Sidodadi Ramunia cukup memadai dibidang

pertaniannya, perekonomiannya, dan sosialnya.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi karakteristik

sosial dan karakteristik ekonomi yang terdiri dari : umur, tingkat pendidikan,

pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bertani, luas

lahan, dan jumlah produksi.

Untuk melihat persentase umur para petani padi di daerah penelitian,

dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini :

Tabel 10. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

Umur (Tahun)

Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase

(%)

Tabel 10 menunjukkan kisaran umur petani seimbang yaitu pada kisaran

umur 25-54 tahun dengan persentase 50% sebanyak 15 orang, dan pada kisaran

umur >54 tahun dengan persentase 50% sebanyak 15 orang.

Untuk melihat persentase tingkat pendidikan dapat dilihat dari Tabel 11

(45)

Tabel 11. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009

Tingkat Pendidikan

(Tahun)

Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase

(%)

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan tamatan SD

terdapat 17 orang (56,67%) petani, pada tamatan SLTP terdapat 8 orang

(26,67%) petani, sedangkan pada tamatan SLTA terdapat 5 orang (16,67%)

petani. Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan petani

sampel berada pada tingkat pendidikan yang dapat digolongkan masih rendah

karena tingkat pendidikan SD lebih tinggi persentasenya daripada SLTP dan

SLTA. Untuk melihat persentase pengalaman bertani padi di daerah penelitian

dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini:

Tabel 12. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2009

Pengalaman Bertani (Tahun)

Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase

(%)

Tabel 12 menunjukkan bahwa pada pengalaman bertani 4-19 tahun

dengan persentase 23,33% sebanyak 7 orang, data kisaran terbesar terdapat pada

20-35 tahun dengan persentase sebesar 46,67% sebanyak 14 orang, dan kisaran

(46)

Untuk melihat persentase luas lahan padi di daerah penelitian dapat dilihat pada

Tabel 13 di bawah ini :

Tabel 13. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2009

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase

(%)

Tabel 13 menunjukkan kisaran luas lahan terbesar berada pada kelompok luas

lahan <1 Ha dengan persentase 73,33% sebanyak 22 orang, sedangkan yang terkecil

berada pada kelompok luas lahan ≥1 Ha dengan persentase 26,67% sebanyak 8 orang.

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan

inovasi dibanding dari pada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan

keefektifan dan efesiensi dalam penggunaan sarana produksi (Soekartawi, 1986).

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini

pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha

pertanian (Ginting, 2002)

Untuk melihat persentase jumlah produksi padi di daerah penelitian

dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini :

Tabel 14. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Jumlah Produksi Tahun 2009

Jumlah Produksi

(Ton)

Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase

(47)

Sumber : Diolah dari lampiran 1

Tabel 14 menunjukkan bahwa kisaran jumlah produksi terbesar pada 1-5 ton

dengan persentase 56,67% sebanyak 17 orang, sedangkan 5-10 ton dengan persentase

36,67% sebanyak 11 orang, dan kisaran jumlah produksi terkecil berada pada >10 ton

dengan persentase 6,67% sebanyak 2 orang. Produksi merupakan sejumlah hasil dalam

satuan lokasi dan waktu tertentu. Hasil merupakan output yang diperoleh dari hasil

pengelolaan input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani

(Soekartawi, 1998).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para

petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan

teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang

diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan

teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi

produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar

(Van Den Ban, 2000).

Ada beberapa faktor penyebab penurunan produksi antara lain : 1) modal

usaha rendah, 2) tingginya harga benih bermutu, 3) ketersediaan sarana produksi

tidak tepat waktu, 4) tingkat kesuburan lahan rendah, 5) tidak adanya kepastian

harga gabah, 6) infrastruktur belum memadai.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah diperlukan suatu

terobosan inovasi teknologi yang efektif dan efisien dan mudah diadopsi oleh

petani. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan model pengelolaan

(48)

telah teruji mampu meningkatkan produktivitas lahan 1-2 Ton/Ha (Badan

Litbang, 2004).

Model Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu merupakan suatu pendekatan

inovatif dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani padi sawah melalui

perakitan paket teknologi padi sawah yang memiliki efek sinergistik dan

dilakukan secara partisipatif bersifat spesifik lokasi (BPTP Deli Serdang, 2004).

(49)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada petani yang melakukan usahatani padi di Desa

Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi.

Teknologi yang digunakan di Desa Sidodadi Ramunia

Teknologi pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan dalam

engolah/memproses input pertanian sehingga menghasilkan output/hasil pertanian

sehingga berdayaguna dan berhasilguna baik berupa produk bahan mentah, setengah

jadi maupun siap pakai.

Teknologi yang digunakan di Desa Sidodadi Ramunia adalah teknologi

budidaya padi sawah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), suatu

pendekatan untuk mengoptimalkan potensi secara terpadu, sinergi, dan partisipatif

dalam upaya meningkatkan produksi padi di suatu daerah, atau suatu pendekatan yang

mempertimbangkan keserasian dan sinergisme antara komponen teknologi produksi

(budidaya) dengan sumber lingkungan setempat.

Penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) terhadap budidaya

padi sawah lahan irigasi dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Teknologi Anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Teknologi Uraian Kegiatan

(50)

- menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur

lumpur,

- permukaan tanah diratakan untuk mempermudah

mengontrol dan mengendalikan air.

2. Pembibitan - jenis bibit yang bersertifikat, seperti bibit Ciherang,

- menggunakan 1 jenis bibit pada setiap lahan yang

diusahakan,

- pembibitan untuk ditanam 15 hari setelah semai.

3. Penanaman - penanaman yang dianjurkan adalah menggunakan sistem

jarak tanam legowo 4:1,

- bibit ditanam pada kedalaman 5 cm,

- tiap lubang penanaman bibit ditanam satu satu.

4. Pemupukan - pemupukan pertama sebelum tanam menggunakan

pupuk organik (kompos, kandang)

- menggunakan pupuk N,P dan K,

- menggunakan pupuk anorganik sesuai dosis urea

ditaburkan dengan ukuran 5 kg/ rante (±125kg/ha), SP-36

sebanyak 6kg (±150kg/ha), ZA sebanyak 2kg/rante

(±50kg/ha).

5. Pemeliharaan - membutuhkan air yang cukup dengan kondisi tanah yang

basah, untuk mempermudah pemeliharan,

- melakukan penyiangan pada tanaman,

(51)

bibit yang rusak/mati segera diganti dengan bibit baru.

6. Pengendalian Gulma

- pengendalian gulma dilakukan 2 kali dengan semaksimal

mungkin,

- pengendalian gulma yang pertama dilakukan pada umur

padi 3 minggu dengan menggunakan herbisida,

- pengendalian gulma yang kedua dilakukan pada umur

sekitar 6 minggu setelah tanam secara manual dengan

menggunakan landak/gosrok.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

- pengendalian ganjur seperti nyamuk yang masuk kedalam

batang padi sehingga tidak mengeluarkan malai (bakal

padi), cukup dengan diairi dengan air hingga batang padi

tenggelam supaya hama keluar yang sering terjadi pada

musim hujan,

- pengendalian terhadap wereng dengan penggunaan

perangkap yaitu lampu minyak dilakukan di atas wadah

berisi air sehingga diharapkan wereng terkumpul,

- pengendalian bercak coklat dan blast adalah lebih

mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan,

yaitu dengan cara pemilihan bibit yang bersertifikat

dengan mutu yang terjamin, serta menggunakan

pestisida sesuai anjuran.

8. Pengairan - air sungai ditampung pada suatu bendungan,

- air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan

(52)

pertanian di sekitarnya,

- pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan

air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang

sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup.

9. Panen - sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan

karena serangan hama atau penyakit lalu gugur, buah

mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning

kecoklatan, batang berwarna kuning agak coklat, butir

gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya

sudah menunduk,

- pemanenan dapat dilakukan 110-115 hari, pemanenan

dapat dilakukan sesuai jenis bibitnya, dan untuk bibit

Ciherang setelah berumur 110 hari,

- menggunakan sabit pemotong dan perontokkan

dilakukan dengan Power Tresher (alat mesin perontok)

yang diberi alas berupa terpal atau juga dihalaman rumah

yang sudah dibersihkan.

10. Pasca Panen - dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari sekitar

2-3 hari agar gabah tahan lama disimpan,

- dilakukan penggilingan dengan alat mesin penggiling,

penggilingan biasanya dilakukan sebanyak 2 kali,

- penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam

(53)

Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Desa Sidodadi Ramunia

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi.

Tingkat adopsi terhadap teknologi PTT tersebut dapat dilihat pada analisis skor

dari masing-masing kegiatan sebagai berikut :

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan yang dianjurkan sesuai dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) di Desa Sidodadi Ramunia yakni dengan cara pengolahan dilakukan dua

minggu sebelum tanam, dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur

lumpur dan permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan

mengendalikan air.

Petani padi sawah di Desa Sidodadi Ramunia kurang menerapkan teknologi PTT

terhadap budidaya yang dianjurkan, disebabkan petani menganggap pengolahan lahan yang

dianjurkan ini rumit dan susah dilaksanakan dan memerlukan waktu, modal, tenaga yang

banyak serta keterampilan. Menghemat biaya, waktu dan resiko yang berat, maka petani

memilih pengolahan lahan dengan cara mereka sendiri yakni kebiasaan yang dilakukan oleh

petani. Petani juga berpendapat bahwa hasil padi sawah yang diperoleh adalah sama

walupun mereka mengikuti anjuran dari PPL. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam

melaksanakan kegiatan pengolahan lahan dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini :

Tabel 16. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Pengolahan Lahan Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010

Kegiatan (Pengolahan Lahan)

Skor Penerapan Jumlah

1 2 3

(54)

(Orang)

Persentase (%) 3,33% 66,67% 30% 100%

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani dalam melaksanakan teknologi

pengolahan lahan sesuai dengan anjuran adalah 9 orang (30%), yaitu cara pengolahan

dilakukan dua minggu sebelum tanam, dengan menggunakan traktor tangan, sampai

terbentuk struktur lumpur dan permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol

dan mengendalikan air, sedangkan 20 orang (66,67%) melakukan salah satu diantara

teknologi pengolahan tanah yang dianjurkan tersebut, yaitu menggunakan traktor tangan,

sementara 1 orang (3,33%) melakukan teknologi pengolahan tanah tidak sesuai anjuran,

yaitu dengan menggunakan bajak.

Menurut Junandar (2008), pengolahan lahan merupakan bagian terpenting dalam

usahatani padi sawah, karena pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar

lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur, dengan begitu gulma akan mati dan

membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi

jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga

perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah

diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air

dan mempermudah perawatan tanaman.

Pembibitan

Jenis bibit tanaman padi sawah yang dianjurkan adalah jenis bibit yang bersertifikat,

seperti bibit Ciherang, menggunakan 1 jenis bibit pada setiap lahan yang diusahakan, dan

(55)

Pemilihan bibit yang diterapkan oleh petani padi sawah di daerah penelitian sebagian

mengikuti sesuai anjuran dan lainnya menggunakan bibit hasil dari pertanaman sebelumnya

sehingga produksi, produktivitas dan kualitas padi dapat menurun. Untuk mengetahui tingkat

adopsi petani dalam melaksanakan kegiatan pembibitan dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah

ini :

Tabel 17. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Pembibitan Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010

Kegiatan (Pembibitan)

Skor Penerapan Jumlah

1 2 3

Jumlah Petani (Orang)

2 24 4 30

Persentase (%) 6,67% 80% 13,33% 100%

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani dalam melaksanakan teknologi

pembibitan sesuai dengan anjuran adalah 4 orang (13,33%), yaitu menggunakan bibit

Ciherang, menggunakan 1 jenis bibit pada setiap lahan yang diusahakan, dan pembibitan untuk

ditanam 15 hari setelah semai, sedangkan 24 orang (80%) melakukan dua diantara teknologi

pembibitan yang dianjurkan tersebut, yaitu menggunakan bibit ciherang, menggunakan 1 jenis

bibit pada setiap lahan yang diusahakan, namun pembibitan dilakukan 10 hari setelah semai,

sementara 2 orang (6,67%) melakukan teknologi pembibitan tidak sesuai anjuran, yaitu

menggunakan bibit CR-64, bibit yang digunakan untuk ditanam berumur antara 20 hari setelah

semai dengan jumlah bibit sekitar 3 bibit pada setiap lubang tanam.

Menurut Rumiati dan Soemardi (1982), penggunaan bibit unggul dapat mempengaruhi

peningkatan produktivitas padi karena benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat

dengan akar yang banyak, benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan

(56)

yang baik akan menghasilkan hasil produksi yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan

produktivitas padi.

Penanaman

Penanaman yang dianjurkan adalah menggunakan sistem jarak tanam legowo

4:1 bibit ditanam pada kedalaman 5 cm, tiap lubang penanaman bibit ditanam satu satu.

Di daerah penelitian, petani dapat mengandalkan tradisi penanaman yang sudah

dijalankan turun temurun yaitu penanaman dengan sistem tegel dengan jarak tanam 20

x 20 cm, disebabkan petani menganggap penanaman yang dianjurkan ini memerlukan

waktu dan tenaga yang banyak serta biaya, akibatnya banyak bibit yang terbuang sia

sia.

Untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam melaksanakan kegiatan

penanaman dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :

Tabel 18. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penanaman Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010

Kegiatan (Penanaman)

Skor Penerapan Jumlah

1 2 3

Jumlah Petani (Orang)

1 28 1 30

Persentase (%) 3,33% 93,33% 3,33% 100%

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Tabel 18 menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani dalam melaksanakan

teknologi penanaman sesuai dengan anjuran adalah 1 orang (3,33%), yaitu Penanaman

yang dianjurkan adalah menggunakan sistem jarak tanam legowo 4:1 bibit ditanam pada

(57)

(93,33%) melakukan salah satu diantara teknologi penanaman yang dianjurkan tersebut,

yaitu tiap lubang penanaman ditanam satu satu, namun menggunakan sistem jarak

tanam tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm, sementara 1 (3,33%) melakukan

teknologi penanaman tidak sesuai anjuran, yaitu menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm

tetapi tidak teratur.

Menurut Assauri (1987), penggunaan sistem jarak tanam secara legowo dapat

mempengaruhi peningkatan produktivitas padi, karena semua barisan rumpun tanaman

berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman

pinggir), pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah, menyediakan ruang

kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi, dan

penggunaan pupuk lebih berdaya guna.

Pemupukan

Pemupukan yang dianjurkan terhadap pemupukan pertama dilakukan sebelum

tanam, atau pupuk dasar. Pupuk yang digunakan pada pemupukan awal ini sebaiknya

digunakan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, atau pupuk organik lainnya).

Kebutuhan pupuk organik ini tergantung pada kondisi dan tingkat kesuburan tanah yang

akan ditanam. Pemupukan ini diperlukan untuk menyediakan hara tanaman padi selama

umur produktifnya. Pupuk kompos diberikan sebelum penanaman bibit, pemberian

pupuk kompos sebelum tanam dilakukan secara penyebaran. Pemupukan yang

dilakukan sebagian petani padi sawah di daerah penelitian secara teratur berharap agar

produksi padi sawah dapat meningkat, disamping menambah kesuburan tanah serta

menghindari hama penyakit yang menyerang tanaman padi. Proses pemupukan

(58)

waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Tepat jenis adalah jenis pupuk yang digunakan

sesuai dengan kebutuhan tanaman. Yaitu pupuk organik (kompos atau pupuk kandang)

dan pupuk anorganik (N,P dan K). Tepat jumlah berarti jumlah masing masing pupuk

yang digunakan tidak kurang dan tidak berlebihan.

Dampak kelebihan pupuk akan mengakibatkan rusaknya pertumbuhan tanaman

bahkan kematian tanaman. Tepat waktu dimaksudkan pemupukan dilakukan pada awal

pertumbuhan dan saat perkembangan tanaman. Saat ini tanaman memerlukan bantuan

hara yang lebih tinggi. Tepat cara merupakan hal yang penting juga untuk diperhatikan.

Mekanisme dan tata cara pemberian pupuk harus sesuai dengan karakteristik pupuk dan

sifat tanaman. Tepat tempat merupakan peran pendukung dalam proses pemupukan.

Penyimpanan yang baik dan mudah dijangkau serta jarak antara penyimpanan dan

kebun berdekatan.

Pemupukan kimia (anorganik) yang di anjurkan adalah urea ditaburkan dengan

ukuran 5kg/rante (±125kg/ha), SP-36 sebanyak 6kg (±150kg/ha), ZA sebanyak

2kg/rante (±50kg/ha), penggunaan pupuk kimia tersebut dapat dicampurkan bersamaan

dan penggunaan pupuk kimia tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan

tanaman dan keadaan fisik tanah (kesuburan tanah).

Perilaku petani terhadap pemupukan tanaman padi sawah sungguh sangat

memperihatinkan, dimana kebutuhan pupuk terhadap tanaman yang diusahakan sangat

tergantung pada kapasitas keuangan petani yang bersangkutan, akhirnya pemupukan

yang dilakukan tidak sesuai anjuran dan tidak terkontrol, misalnya over dosis atau

kurang dosis. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam melaksanakan kegiatan

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Menurut    Kabupaten/ Kota Tahun 2009 No Kabupaten/ Kota Luas Panen Produksi Rata-Rata Produktivitas
Tabel 3. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2009 No
Tabel 4. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010
Tabel 5. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009     No.              Keterangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solo sebagai kota heritage tersusun oleh elemen elemen pembentuk kota antara lain kawasan hunian khususnya kampung, kawasan karya (tempat kerja, industri,

Bagi peserta yang berkeberatan dengan keputusan ini, diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barangpasa MTs N lebus Tahun. Anggaran zln

bahwa dalam rangka pelaksanaan layanan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin di Kabupaten Bantul melalui program JAMKESOS yang diselenggarakan oleh Badan

Terkait dengan hal tersebut di atas, Panitia Pengadaan Alat Pengolah Data pada Perwakilan BPKP Provinsi Maluku akan mengadakan PELELANGAN ULANG. Demikian untuk

Dalam perkembangannya, ilmu forensik tidak semata-mata bermanfaat dalam penegakkan hukum, tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam

Konseptual Materi Teorema Phytagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Blitar Tahun

Pemahaman merupakan proses pengetahuan yang dimiliki atau pada.. diri

Berangkat dari permasalahan yang ada pada teks iklan McDonald’s versi ”kelaparan tengah malam”, peneliti menangkap adanya permasalahan di dalam pelayanan kepada konsumen dalam