HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI
DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI
(
Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)SKRIPSI
Oleh :
CITRANTY AKRIANA
060309023/PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI
DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI
(
Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)SKRIPSI
Oleh :
CITRANTY AKRIANA
060309023/PKP
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Lily Fauzia, MSi) (Ir. M.Jufri, MSi) Nip : 196308221988032003 Nip : 19601110198803103
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
CITRANTY AKRIANA: Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi
Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi di desa Sidodadi Ramunia,
Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dibimbing oleh Ibu Ir. Hj.
Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
Latar belakang penelitian ini adalah produktivitas padi sawah lahan irigasi relatif rendah, dan adopsi suatu teknologi berpeluang untuk meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian maka untuk dapat meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi peneliti melakukan penelitian : teknologi apa saja yang berhubungan erat dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi. Teknologi Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani di daerah penelitian, 2) Untuk menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian.
Hasil dari peneltian ini adalah : 1) Teknologi yang digunakan adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ditujukan pada kegiatan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pascapanen, 2) Hasil analisis korelasi : terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas
padi sawah lahan irigasi dikarenakan th > tα Ho ditolak.
RIWAYAT HIDUP
CITRANTY AKRIANA, lahir di Tanjung Gading 26 September 1988, anak
kedua dari 3 bersaudara dari Ayahanda H.Bacharudin Djumaya dan Ibunda Hj.
Malayanti Mardzuki.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar dan lulus tahun 2000 dari SDN.1 016396
Tanjung Gading.
2. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 2003 dari
SLTP Swasta F.TANDEAN Tebing Tinggi.
3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus tahun 2006 dari
SMAN.1 Tebing Tinggi.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah :
1. Seksi Kesekretariatan IMASEP di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
2. Melaksanakan penelitian Skripsi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan
Beringin, Kabupaten Deli Serdang pada bulan Oktober 2010.
3. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Hole II
Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi dari tanggal 30 juni sampai 28 juli
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah : “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
ADOPSI TEKNOLOGI DENGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH LAHAN IRIGASI”. (Studi Kasus di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang). Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini pertama-tama penulis mengucapkan terimakasih
kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda H.Bacharudin Djumaya dan
Ibunda Hj. Malayanti Mardzuki yang telah memberikan dukungan moril
dan materil kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing.
2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing.
3. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas
Pertanian USU.
4. Camat Kecamatan Beringin beserta seluruh pegawai.
5. Kepala Desa Sidodadi Ramunia beserta seluruh pegawai kantor desa.
6. Penyuluh Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli
7. Seluruh responden dan instansi yang terkait dengan penelitian ini yang telah
memberikan data-data pendukung kepada penulis selama penelitian.
8. Sahabat-sahabat penulis yang telah banyak mendukung selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2010
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 5
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka………. 7
Landasan Teori ... 11
Kerangka Pemikiran ... 18
Hipotesis Penelitian ... 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19
Metode Pengambilan Sampel ... 19
Metode Pengumpulan Data ... 20
Metode Analisis Data ... 20
Definisi dan Batasan Operasional ... 22
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 24
Keadaan Umum ... 25
Keadaan Penduduk ... 25
Keadaan Potensi Areal Pertanian ... 26
Sarana dan Prasarana ... 26
Umur ... 27
Tingkat Pendidikan ... 27
Pengalaman Bertani ... 28
Luas Lahan ... 28
Jumlah Produksi ... 29
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi yang digunakan di Desa Sidodadi Ramunia ... 32
Pengolahan Lahan ... 33
Pembibitan ... 34
Penanaman ... 36
Pemupukan ... 37
Pemeliharaan ... 40
Pengendalian Gulma ... 42
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 43
Pengairan ... 45
Panen ... 46
Pasca Panen ... 48
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi PTT ... 51
Hubungan Tingkat Adopsi Teknologi dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi ... 53
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 55
Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Menurut
Kabupaten/ Kota Tahun 2009 ... 4
2. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford... 15
3. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut
Kecamatan Tahun 2009 ... 19
4. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010 ... 20
5. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009... 24
6. Batas-batas Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009 ... 25
7. Rincian Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidodadi Ramunia
Tahun 2009 ... 25
8. Keadaan Potensi Areal Pertanian Desa Sidodadi Ramunia
Tahun 2009 ... 26
9. Jumlah Sarana dan Prasarana Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia
Tahun 2009 ... 26
10. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 ... 27
11. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia,
Kecamatan Beringin Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 27
12. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2009 ... 28
13. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2009 ... 28
14. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Berdasarkan Jumlah Produksi Tahun 2009 ... 29
15. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengolahan Lahan Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
16. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pembibitan
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 35
17. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Penanaman
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 36
18. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pemupukan
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 39
19. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pemeliharaan
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 41
20. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengendalian Gulma Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 42
21. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 44
22. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pengairan
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 46
23. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Panen
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 47
24. Penerapan Teknologi PTT Pada Kegiatan Pasca Panen
Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi
Ramunia Tahun 2010 ... 49
25. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi Berdasarkan Jumlah Petani
yang Menerapkan Sesuai Anjuran ... 50
26. Kriteria Penilaian Tingkat Adopsi Teknologi Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi Berdasarkan Skor dan Jumlah Sampel yang Mengadopsi ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2010... 59
2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Petani Sampel di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2010 ... 60
3. Skor Tingkat Adopsi Teknologi PTT Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin,
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 61
4. Hubungan Tingkat Adopsi Teknologi Terhadap Produktivitas Padi
Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin,
Kabupaten Deli Serdang ... 62
5. Korelasi Rank Spearman Tingkat Adopsi Teknologi dengan
Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi……… 63
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
RINGKASAN
CITRANTY AKRIANA: Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi
Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi di desa Sidodadi Ramunia,
Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang dibimbing oleh Ibu Ir. Hj.
Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.
Latar belakang penelitian ini adalah produktivitas padi sawah lahan irigasi relatif rendah, dan adopsi suatu teknologi berpeluang untuk meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian maka untuk dapat meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi peneliti melakukan penelitian : teknologi apa saja yang berhubungan erat dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi. Teknologi Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani di daerah penelitian, 2) Untuk menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian.
Hasil dari peneltian ini adalah : 1) Teknologi yang digunakan adalah teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ditujukan pada kegiatan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pascapanen, 2) Hasil analisis korelasi : terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas
padi sawah lahan irigasi dikarenakan th > tα Ho ditolak.
PENDAHULUAN
Latar BelakangPangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa.
Banyak contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi
mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi
penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak
digunakan untuk menguasai pertahanan musuh. Dengan adanya ketergantungan
pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari cengkraman penjajah/musuh. Dengan
demikian upaya untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan
pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja
tetapi harus disadari sebagai bagian yang sangat mendasar bagi ketahanan
nasional yang harus dilindungi (Baharsjah, 2005).
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang
peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh
penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari
sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya
jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberi arti bahwa
sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan (Novizar, 2000).
Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis membawa
dampak perubahan struktural sosial dan ekonomi, pembangunan pertanian
dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis, terus berkembang yang diarahkan
hal ini dihubungkan dengan kemajuan iptek disektor pertanian untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1984).
Bergesernya pola konsumsi masyarakat yang beralih dari jagung ke beras
menyebabkan posisi beras menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat.
Terkait dengan itu maka pengembangan sistem usahatani padi sawah dapat
digalakan secara intensif. Namun kenyataannya teknologi padi sawah yang
dikembangkan masyarakat selama ini masih sangat sederhana. Potensi wilayah
yang mendukung pengembangan sistem usahatani padi sawah sering terabaikan.
Adanya komplikasi faktor teknis dapat menimbulkan rendahnya produktivitas
padi sawah dan pendapatan masyarakat. Pada sisi lain penelitian telah
menghasilkan berbagai jenis teknologi yang mampu mendorong peningkatan
produktivitas padi sawah. Dengan demikian terdapat adanya kesenjangan antara
produktivitas yang dihasilkan petani dengan produktivitas yang dihasilkan
lembaga penelitian (Kartasapoetra, 1994).
Kesenjangan produktivitas ini merupakan suatu tantangan sekaligus
merupakan peluang yang perlu digapai agar produktivitas padi sawah di daerah
penelitian paling tidak mendekati rata-rata produktivitas padi hasil penelitian.
Untuk mengantisipasi terhindarnya kesenjangan produktivitas yang terus
berlangsung maka perlu dilakukan desain suatu teknologi padi sawah secara
partisipatif, yang akan diterapkan pada sistem usaha tani yang sesuai dengan
agroklimat, potensi serta kemampuan masyarakat dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. Desain teknologi
tersebut diharapkan berpeluang meningkatkan produktivitas dari komoditas yang
bagi petani atau masyarakat secara keseluruhan bahwa begitu mahalnya nilai
partisipasi masyarakat dalam melakukan atau mendesain jenis teknologi yang
kompatibel dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat (Kartasapoetra,
1994).
Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi
penting dalam usahatani padi sawah, disamping lahan, modal (benih, pupuk, dan
pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi varietas
unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apabila tersedia air
yang cukup. Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan mampu
meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi
apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih
tinggi (Syahyuti, 2006).
Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya
kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil di lapangan yang
diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan penguasaan
penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara
utuh sehingga penerapan teknologinya sepotong-sepotong. Seperti penggunaan
pupuk yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal
diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem
pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri (Yusdja, dkk. 2004).
Berbagai upaya terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional
akan beras, diantaranya tetap berupaya melakukan diversifikasi, mencegah laju
mengoptimalkan adopsi teknologi yang telah dikembangkan. Upaya terakhir ini
merupakan upaya yang berkaitan dengan produktivitas tanaman padi (Prabowo,
2008).
Peningkatan produktivitas padi terkait erat dengan penggunaan benih
yang berasal dari varietas unggul. Keberhasilan penggunaan varietas unggul
harus didukung dengan kecukupan air irigasi dan penggunaan pupuk. Karena
interaksi ketiganya memberikan pengaruh terhadap laju perkembangan produksi
padi. Pengolahan lahan sebagai media tumbuh serta pengendalian hama dan
penyakit juga menentukan pencapaian potensi produksi yang dihasilkan
(Novizar, 2000).
Pengembangan padi sawah semakin meningkat terkait dengan kebutuhan
konsumsi beras dan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu titik berat
perbaikan sumberdaya lahan sawah banyak diperuntukkan untuk pemacuan
peningkatan produktivitas (Deptan, 2008).
Salah satu daerah yang potensial di bidang pertanian dan berperan
sebagai daerah penghasil bahan pangan khususnya beras di Sumatera Utara
adalah Kabupaten Deli Serdang, seperti akan dijelaskan pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2009
No .
9.
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang memiliki
luas panen padi sawah sebesar 73.820 Ha, produksi sebesar 347.766 ton, serta
rata-rata produktivitas sebesar 47,11 Kw/Ha. Hal ini membuktikan bahwa
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra produksi padi yang cukup
besar. Di Kabupaten Deli Serdang ini, lahan sawah yang banyak digunakan
adalah lahan sawah irigasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan
irigasi di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Beringin.
Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara
lain:
1. Bagaimana teknologi yang diterapkan oleh para petani di daerah penelitian?
2. Bagaimana hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk menganalisis teknologi yang diterapkan oleh para petani di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat adopsi teknologi dengan
produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk :
1. Mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan.
2. Diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan
kebijakan dalam peningkatan produktivitas pada tanaman padi sawah.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Padi merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan
penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung
bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu, padi (beras) disebut
juga makanan energi (AAK, 1989).
Dalam bahasa latin, padi disebut dengan "Oryza sativa L", masuk dalam
famili Poaccae (Gramincae), Tanaman semak semusim ini merupakan tanaman
yang berbatang basah, dengan tinggi antara 50 cm-1,5 m. Batangnya tegak,
lunak, beruas, berongga, kasar dan berwarna hijau. Padi mempunyai daun
tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30 cm. Ujungnya runcing, tepinya
rata, berpelepah, pertulangan sejajar, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk
berbentuk malai. Buahnya seperti buah batu (keras) dan terjurai pada tangkai.
Setelah tua, warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat
telur, ada yang berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas
dari tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut
beras. Bila beras ini dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan
bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Deptan, 2008).
Padi tumbuh di berbagai lingkungan produksi, diantaranya sawah irigasi,
lahan kering tadah hujan, pasang surut dan lebak atau rawa. Dari berbagai
tipologi ini, lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, desa)
Upaya Peningkatan Produksi Usahatani Padi Sawah
Sistem produksi padi saat ini juga sangat rentan terhadap penyimpangan
ilkim. Penanganan masalah secara parsial yang telah ditempuh selama ini
ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks dan juga tidak efisien.
Suartha (2002), memprediksi bahwa negara kita akan mengalami krisis
pangan khususnya beras, apabila usaha-usaha kita dalam meningkatkan produksi
pangan masih tetap seperti waktu-waktu sebelumnya. Oleh karena itu guna
memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan untuk
mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah
dan meningkatkan efisiensi usaha.
Upaya peningkatan produksi, dapat mengandalkan pada pertanaman
sawah irigasi. Namun, dengan berbagai kendala upaya yang telah dilakukan
belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produksi
beras nasional. Dalam jangka panjang, pengembangan lahan potensial dengan
mengembangkan berbagai teknologi (benih, sistem usaha, dan infrastruktur lain)
tetap dilakukan secara terencana, bertahap, dan konsisten (Kartasapoetra, 1994).
Sejalan dengan upaya jangka panjang, upaya jangka pendek dengan
mengoptimalkan lahan sawah konvensional perlu ditingkatkan. Upaya tersebut
hanya dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dengan penggunaan
teknologi. Penggunaan teknologi yang intensif di masa lalu dilakukan dengan
dorongan kebijakan pemerintah yang berupa pembangunan dan rehabilitasi
pestisida, kebijakan harga dasar gabah, penyediaan kredit usahatani, dan
peningkatan lembaga penyuluhan (Notohadiprawiro, 2006).
Pada saat ini dengan keterbatasan yang ada, tidak semua kebijakan
sejenis di masa lalu dapat dilakukan. Oleh karena itu selain keterlibatan
pemerintah, diperlukan juga keterlibatan masyarakat. Karena keterbatasan dana,
pemerintah diharapkan melakukan upaya-upaya yang lebih fokus yang sulit jika
mengharapkan keterlibatan masyarakat, karena upaya tersebut membutuhkan
dana besar. Selain itu, pada dasarnya pembangunan pertanian adalah bagian
integral dari pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan juga koordinasi
pemerintah karena kebijakan yang dilakukan akan melibatkan banyak institusi
lintas departemen dan lintas daerah. Pada pihak lain, peran petani dan
kelembagaan petani yang telah ada, perlu lebih diberdayakan. Hal-hal yang
sudah dapat dilakukan petani terus dikembangkan, pemerintah hanya
mendukung dengan regulasi dan petunjuk operasional sesuai persyaratan teknis
yang diperlukan sesuai standar (Yusdja, dkk. 2004).
Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide
atau alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi. Adopsi
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu
inovasi sejak mengenal, menaruh minat, memilih sampai menerapkan inovasi
tersebut (Levis, 1996).
Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan
pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam
membangun pertanian di negara ini. Segala sarana dan prasarana pertanian
bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi, teknologi memang
diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus
berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang
lebih maju (Slamet, 2003).
Proses penerimaan inovasi terdapat 5 (lima) tahapan yang dilalui
sebelum seseorang bersedia menerapkan suatu inovasi yang diperkenalkan
kepadanya, yaitu :
1. Sadar, adalah seseorang belajar tentang ide baru, produk, atau praktek baru. Dia
hanya mmpunyai pengetahuan umum mengenai ide baru tersebut, tidak
mengetahui kualitasnya dan pemanfaatannya secara khusus.
2. Tertarik, adalah seseorang tidak hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, tetapi
ingin mendapatkan informasi lebih banyak dan lebih mendetail.
3. Penilaian, adalah seseorang menilai semua informasi yang diketahuinya dan
memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya.
4. Mencoba, adalah seseorang sekali dia putuskan bahwa dia menyukai ide tersebut,
dia akan mengadakan percobaan. Hal ini mungkin terlaksana dalam kurun waktu
yang lama dan dalam skala yang terbatas.
5. Adopsi atau menerapkan, adalah tahap seseorang meyakini akan kebenaran atau
keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya dan mungkin juga
mendorong penerapan orang lain.
Suhardiyono (1992) menyatakan bahwa dalam menunjang pembangunan
pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara
efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi.
penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih
pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan
kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk
mengambil keputusan.
Landasan Teori
Marchlup dan Chamberlin mengemukakan bahwa produktivitas batas
dalam arti produk batas fisis; jadi artinya jumlah produksi in natura, yang
ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat produksi kepada produksi total
seorang pengusaha; produktivitas batas dalam arti nilai daripada produk batas
fisis; jadi artinya produk batas fisik kali harga per satuan; produktivitas batas
dalam arti jumlah uang, yang ditambahkan oleh kesatuan terakhir sebuah alat
produksi, kepada hasil total berupa uang pengusaha yang bersangkutan (Ginting,
2002).
Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa usahatani yang bagus
sebagai usahatani yang produktif dan efisien sering dibicarakan sehari-hari.
Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi.
Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara
konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur
banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan
(input). Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan
kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan
Oleh karena itu, secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi
(usaha) dan kapasitas (tanah).
Penelitian Mosher (1997), menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai
aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi
dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka
peroleh dari pengelolaan atas lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang
diperoleh juga tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.
Senada dengan Alimoeso (2008), yang menyatakan bahwa di samping perluasan
areal, upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan menaikkan
produktivitas dan stabilitas hasil, serta menekan senjang hasil dan kehilangan
hasil pada saat panen dan pascapanen. Peningkatan produksi padi dapat
dilakukan dengan : 1) memperluas areal tanam, 2) meningkatkan produktivitas,
3) mengamankan produksi, dan 4) memperkuat kelembagaan. Perluasan areal
tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra produksi padi dan
pemanfaatan lahan secara optimal melalui peningkatan indeks pertanaman.
Peningkatan produktivitas antara lain dilakukan dengan menggunakan benih
varietas unggul bermutu; pengamanan produksi dengan memberikan bantuan
sarana pascapanen; dan perbaikan sistem kelembagaan dengan memperbaiki
sistem lembaga permodalan dan menguatkan peran gabungan kelompok tani dan
kemitraan.
Soeharsono (1989), menyatakan bahwa kualitas dari seorang manusia
(pendidikan, ketrampilan dan keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya
kemampuan produksi akan rendah, tetapi produktivitas dalam produksi pun akan
rendah. Rendahnya tingkat produksi mengakibatkan tingkat penghasilan yang
rendah pula. Sementara dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya
manusia, kemampuan dalam pengembangan teknologi akan semakin rendah
pula, sehingga membutuhkan dana investasi yang cukup besar untuk melakukan
penelitian dan perkembangan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Supadi
(1995), bahwa perbedaann letak geografis dan letak administratif dapat
mendorong perkembangan yang berbeda pada suatu wilayah. Hal ini terlihat
dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun kondisi
masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan
mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi
produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga
petani dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Penyebab semakin berkurangnya produktivitas padi sawah antara lain
adalah ketidakterpaduan pengelolaan lahan dan kurangnya perhatian terhadap
upaya pelestarian lahan dan lingkungan. Di satu sisi, usaha pelestarian lahan
sawah secara intensif dan terus-menerus telah berlangsung selama
bertahun-tahun sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat kesuburan dan sifat fisik
tanah. Di sisi lain, terabaikannya penggunaan bahan organik dan intensifnya
pemberian pupuk kimia untuk mengejar hasil tinggi telah menurunkan bahan
organik tanah. Akibat lebih lanjut dari kondisi ini adalah menurunnya
sehingga mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air irigasi (BPTP Deli
Serdang, 2004).
Untuk mengatasi masalah ini, Badan Litbang pertanian telah
menghasilkan suatu model melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) yang tujuan utamanya meningkatkan produktivitas baik lahan maupun
hasil, dan melestarikan sumberdaya lahan untuk keberlanjutan sistem produksi.
Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bersifat spesifik lokasi
dengan memperhatikan asupan teknologi (mengintegrasikan teknologi asli
petani dengan teknologi maju) dan keseimbangan ekologis tanaman dengan
lingkungannya sehingga usahatani dapat berkelanjutan dan menguntungkan dari
segi ekonomi (BPTP Deli Serdang, 2004).
Pendekatan PTT merupakan alternatif pengelolaan padi secara intensif
dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan sawah
irigasi dan produktivitas padi (Zaini, et al., 2003).
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) diartikan sebagai penerapan
teknologi secara terpadu dan tepat pada seluruh rangkaian usahatani mulai dari
pengolahan lahan, pembibitan, sampai pada rangkaian pengolahan hasil yang
bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan daya
tahan tanaman dari gangguan organisme pengganggu tanaman serta
memanfaatkan sumberdaya alam dengan menerapkan teknologi yang
disesuaikan dengan kondisi daerah, kebutuhan petani, dan ramah lingkungan
Desa Sidodadi Ramunia merupakan sentra produksi tanaman padi sawah,
dan merupakan lokasi penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Dalam
menjalankan usahataninya petani di desa tersebut dibina oleh penyuluh pertanian
lapangan.
Dalam penelitian ini, terdapat 2 variabel yang saling berhubungan, yaitu
tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi. Oleh
karena itu, peneliti memutuskan untuk memakai metode analisis korelasi linier
sederhana.
Korelasi Linier Sederhana
Korelasi dapat didefinisikan sebagai tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih. Tingkat hubungan antara dua variabel ini disebut dengan
korelasi sederhana.
Dua variabel bisa memiliki korelasi positif, korelasi negatif, atau tidak
berkorelasi. Hal ini terjadi baik untuk korelasi linier maupun non linier.
Korelasi positif
Dua variabel dikatakan berkorelasi positif jika mereka cenderung
berubah bersama-sama pada arah yang sama, yaitu jika mereka naik atau turun
secara bersama. Jika semua titik tepat berada pada satu garis (kurva) maka
korelasi akan dikatakan positif sempurna.
Dua variabel dikatakan berkorelasi negatif jika mereka cenderung
berubah pada arah yang berlawanan. Jika semua titik tepat berada pada satu
garis (kurva) maka korelasi akan dikatakan negatif sempurna.
Tidak berkorelasi
Dua variabel tidak berkorelasi jika mereka berubah tidak berhubungan
satu sama lain, atau korelasi bernilai nol.
Untuk sebuah ketepatan pengukuran tingkat korelasi antara Y dan X kita
menggunakan parameter yang disebut dengan koefisien korelasi yang
dilambangkan dengan ρ dan diestimasi dari sampel yang dinotasikan dengan r.
Koefisien korelasi sampel didefinisikan dengan rumus :
Nilai dari hubungan statistika dua peubah berada pada selang tutup (-1,
1). Untuk membaca besarnya derajat keeratan dari hubungan statistika dua
peubah, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yakni :
1. Lihatlah tanda dari derajat keeratan tersebut, positif atau negatif. Hubungan
statistika kedua peubah akan negatif apabila salah satu variabel memiliki
hubungan yang bertolak belakang dengan peubah lainnya. Atau dengan kata
lain, apabila nilai satu peubah membesar maka nilai peubah lainnya
mengecil. Sedangkan hubungan statistika kedua peubah akan bernilai positif
jika hubungan kedua peubah searah atau dengan kata lain apabila suatu
sebaliknya jika satu peubah mengecil nilainya maka peubah lainnya ikut
mengecil.
2. Lihat besarnya nilai dari derajat keeratan, Untuk membaca nilai dari derajat
keeratan dapat digunakan klasifikasi hubungan statistika dua peubah
(asosiasi, korelasi, dan korelasi pangkat) menurut Guilford pada tabel 2
berikut ini :
Tabel 2. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Hubungan Statistika dua
peubah
Keterangan
< 0,2
0,2 ≤ r < 0,4 0,4 ≤ r < 0,7 0,7 ≤ r < 0,9 0,9 ≤ r < 1
Tidak terdapat hubungan antara kedua peubah
Hubungan kedua peubah lemah
Hubungan kedua peubah sedang
Hubungan kedua peubah kuat
Hubungan kedua peubah sangat kuat
Sumber : Diktat Ekonometrika, 2008
Sebagai catatan penting, nilai hubungan statistika dua peubah sama
dengan 1 memiliki makna bahwa terdapat hubungan yang sempurna antara
kedua peubah, dengan kata lain, nilai suatu peubah dapat dengan tepat/pasti
dijelaskan oleh peubah lainnya. Nilai r = -1 menunjukkan suatu hubungan linier
negatif yang sempurna, sedangkan nilai r = +1 menunjukkan suatu hubungan
linier positif yang sempurna. Semakin besar nilai mutlak dari r, semakin kuat
hubungan linier kedua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi (r) dua peubah
sama dengan nol menunjukkan tidak adanya hubungan diantara dua peubah
Korelasi Rank Spearman
Korelasi ini mengasumsikan bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan
hasil pengamatan numerik atau nonnumerik. Setiap data Xi maupun Yi
ditetapkan peringkatnya relative terhadap X dan Y yang lain dari terkecil sampai
terbesar. Peringkat terkecil diberi nilai 1. Jika diantara nilai-nilai X atau Y
terdapat angka sama, masing-masing nilai sama diberi peringkat rata-rata dari
posisi yang seharusnya. Dan terakhir, jika data terdiri atas hasil pengamatan
nonnumerik bukan angka, data tersebut harus dapat diperingkat seperti yang
telah dijelaskan di atas.
Rumus :
Dimana :
rs = Koefisien Korelasi Spearman
di = Menunjukkan Perbedaan Setiap Rank
n = Menunjukkan Jumlah Pasangan Ranking
Dengan Kriteria Uji :
Ho = Tidak ada hubungan antara kedua variabel
H1 = Ada hubungan antara kedua variabel
Kaidah Keputusan :
Jika th ≤ tα, berarti terima Ho (tidak ada hubungan)
Kerangka Pemikiran
Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda, yaitu
tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun, dan hanya satu
kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi
dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung
uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun,
suhu sekitar 23 ºC, ketinggian antara 6-650 dpl.
Tingkat adopsi teknologi petani sangat membantu dan berhubungan
dengan cara berpikir petani dalam usahataninya. Dengan mengadopsi suatu
teknologi yang tepat untuk usahataninya, petani dapat memperoleh hasil yang
tinggi dari usaha pertaniannya. Dalam pertimbangan tersebut, para petani harus
yakin mampu mengelola usahataninya semaksimal mungkin.
Tingkat adopsi teknologi, dapat memberi pengaruh tinggi, sedang,
ataukah rendah pada tingkat produktivitas. Jika petani mau mengadopsi apa
yang disarankan penyuluh, artinya petani tersebut mau menerapkannya dalam
usahataninya.
Teknologi yang diadopsi oleh para petani tentunya akan mampu
meningkatkan produktivitas padi. Teknologi yang digunakan oleh petani untuk
meningkatkan produktivitas padinya adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu
pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen, dan pascapanen.
Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
3.
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Beberapa tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
(pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen)
berhubungan nyata terhadap produktivitas padi sawah lahan irigasi di daerah
penelitian.
Usahatani Padi Sawah
Petani
Tingkat Adopsi Teknologi (PTT)
Tinggi Sedang Rendah
METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin,
Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara
purposive (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta
jangkauan peneliti seperti pernyataan dari Notohadiprawiro (2006), terhadap
desa tersebut karena desa tersebut merupakan sentra produksi padi sawah
terbesar dibandingkan dengan desa lainnya seperti dijelaskan pada tabel 3
berikut :
Tabel 3. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2009
Pasar V Kebun Kelapa
Atas Kabu
Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian sampel adalah petani yang melakukan usahatani padi
di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang.
Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Proportional Stratified
Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari keseluruhan
populasi yang ada dimana setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya
ditetapkan secara proporsional. Strata dalam hal ini terdiri atas luas lahan.
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel di Desa Sidodadi
Ramunia. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel.
Penentuan petani sampel diambil dengan distribusi sebagai berikut :
Tabel 4. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010
No Kelas Interval
Berdasarkan Luas Lahan (Ha) Populasi Sampel
1 ≤ 1 Ha 295 295/478 x 30 = 19
3 > 1 Ha 178 178/478 x 30 = 11
Jumlah 478 30
Sumber : Analisis Data Primer
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani
dengan bantuan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data
sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik, Dinas Pertanian, Kantor Camat
Kecamatan Beringin, instansi terkait lainnya, buku serta literatur yang
Metode Analisis Data
Untuk menguji identifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif
dengan menjelaskan teknologi apa saja yang diterapkan oleh para petani di
daerah penelitian.
Untuk menguji identifikasi masalah 2 diuji dengan metode scoring
dengan menghitung tingkat adopsi petani padi sawah terhadap paket teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam upaya meningkatkan produktivitas
padi sawah lahan irigasi, dengan skor penerapan :
- Menggunakan semua teknologi anjuran skor 3
- Menggunakan 1-2 teknologi anjuran skor 2
- Tidak menggunakan teknologi anjuran skor 1
Berdasarkan penentuan skala rating, tingkat adopsi dapat diukur dengan
parameter :
- ≤ 16 = tingkat adopsi rendah
- 17 sampai dengan 23 = tingkat adopsi sedang
- 24 sampai dengan 30 = tingkat adopsi tinggi
(Mardikanto, 1994).
Dengan menggunakan rumus Rank Spearman terhadap masing-masing
tingkat adopsi teknologi yang berhubungan dengan produktivitas padi sawah
Rumus :
Keterangan :
Σ XiYi =Penjumlahan antara variabel X dan Y
Σ Xi =Penjumlahan Variabel X (pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, pascapanen)
Σ Yi =Penjumlahan variabel Y (produktivitas padi) Σ Xi ² =Penjumlahan variabel X²
Σ Yi ² =Penjumlahan variabel Y²
Dimana
: t
hKaidah Keputusan :
Jika th ≤ tα, berarti terima Ho (tidak ada hubungan antara ke 2 variabel)
Jika th > tα, berarti tolak Ho (ada hubungan antara ke 2 variabel)
Analisis Korelasi Rank Spearman ini akan diselesaikan dengan
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat
defenisi dan batasan operasional antara lain:
Defenisi
1. Usahatani padi sawah merupakan usahatani dalam melaksanakan dan
mengelola tanaman padi pada sebidang tanah atau lahan.
2. Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide atau
alat teknologi yang baru yang disampaikan lewat pesan komunikasi.
3. Inovasi adalah gagasan, tindakan, atau teknologi termasuk barang yang
dinggap baru oleh seseorang.
4. Usahatani adalah kegiatan atau upaya petani untuk menggunakan atau
memanfaatkan faktor faktor produksi alam, tanah, tenaga kerja, modal, dan
ruang dalam suatu usaha pertanian secara efisien sehingga dapat diperoleh
hasil berupa produksi maupun keuntungan finansial secara optimal.
5. Tingkat adopsi adalah tingkat penerapan teknologi budidaya padi sawah sesuai
anjuran dengan parameter sebagai berikut :
≤ 16 = tingkat adopsi rendah
17 sampai dengan 23 = tingkat adopsi sedang
24 sampai dengan 30 = tingkat adopsi tinggi
6. Luas lahan adalah luas area yang diusahakan petani yang dinyatakan dalam satuan
hektar (ha).
7. Produksi adalah hasil yang diperoleh petani spadi sawah atas usahataninya, yang
8. Produktivitas adalah perbandingan produksi padi sawah dengan luas lahan yang
dimiliki oleh petani sampel, yang dinyatakan dalam satuan ton/ha.
9. Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan untuk
mengoptimalkan potensi secara terpadu, sinergi, dan partisipatif dalam upaya
meningkatkan produksi padi di setiap daerah.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Petani sampel adalah petani yang membudidayakan padi sawah dan
merupakan anggota kelompok tani.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Sidodadi Ramunia adalah sebuah desa di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang. Jarak ke ibukota kecamatan ± 1 km. Jarak ke ibukota
kabupaten/kota ± 5 km. Desa Sidodadi Ramunia merupakan desa yang sebagian
besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama usahatani padi.
Desa Sidodadi Ramunia mempunyai total luas wilayah sebesar 779
Ha/m². Dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 5. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009
No. Keterangan Luas Wilayah
Luas Prasarana Umum Lainnya
266
Tabel 5 menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi Ramunia luas wilayah
yang terbesar terdapat pada luas pemukiman yaitu sebesar 266 (Ha/m2), dan
yang terkecil terdapat pada luas kuburan yaitu sebesar 1 (Ha/m2).
Adapun batas-batas desa Sidodadi Ramunia adalah dapat dilihat pada
Tabel 6. Batas-batas Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009
Desa Karang Anyar
Desa Kwala Namu
Sungai Ular
Desa Pasar V Kebun Kelapa
Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2010
Masyarakat desa Sidodadi Ramunia mayoritasnya adalah sebagai petani
dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :
Keadaan Umum
Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk tahun 2010 di WKPP Sidodadi Ramunia berjumlah
11.521 orang. Mata pencaharian sebagai petani 1.435 orang, dan buruh tani
sebanyak 634 orang, dengan petani pemilik sebanyak 5 orang.
Keadaan Potensi Areal Pertanian
Keadaan Potensi Areal Pertanian di Desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Keadaan Potensi Areal Pertanian Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2009
No. Keterangan Luas
Sarana dan prasarana di Desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat pada Tabel
9 berikut :
Tabel 9 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh petani di desa Sidodadi Ramunia cukup memadai dibidang
pertaniannya, perekonomiannya, dan sosialnya.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi karakteristik
sosial dan karakteristik ekonomi yang terdiri dari : umur, tingkat pendidikan,
pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bertani, luas
lahan, dan jumlah produksi.
Untuk melihat persentase umur para petani padi di daerah penelitian,
dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini :
Tabel 10. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009
Umur (Tahun)
Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase
(%)
Tabel 10 menunjukkan kisaran umur petani seimbang yaitu pada kisaran
umur 25-54 tahun dengan persentase 50% sebanyak 15 orang, dan pada kisaran
umur >54 tahun dengan persentase 50% sebanyak 15 orang.
Untuk melihat persentase tingkat pendidikan dapat dilihat dari Tabel 11
Tabel 11. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009
Tingkat Pendidikan
(Tahun)
Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase
(%)
Tabel 11 menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan tamatan SD
terdapat 17 orang (56,67%) petani, pada tamatan SLTP terdapat 8 orang
(26,67%) petani, sedangkan pada tamatan SLTA terdapat 5 orang (16,67%)
petani. Berdasarkan data ini dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan petani
sampel berada pada tingkat pendidikan yang dapat digolongkan masih rendah
karena tingkat pendidikan SD lebih tinggi persentasenya daripada SLTP dan
SLTA. Untuk melihat persentase pengalaman bertani padi di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini:
Tabel 12. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2009
Pengalaman Bertani (Tahun)
Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase
(%)
Tabel 12 menunjukkan bahwa pada pengalaman bertani 4-19 tahun
dengan persentase 23,33% sebanyak 7 orang, data kisaran terbesar terdapat pada
20-35 tahun dengan persentase sebesar 46,67% sebanyak 14 orang, dan kisaran
Untuk melihat persentase luas lahan padi di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 13 di bawah ini :
Tabel 13. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Luas Lahan Tahun 2009
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase
(%)
Tabel 13 menunjukkan kisaran luas lahan terbesar berada pada kelompok luas
lahan <1 Ha dengan persentase 73,33% sebanyak 22 orang, sedangkan yang terkecil
berada pada kelompok luas lahan ≥1 Ha dengan persentase 26,67% sebanyak 8 orang.
Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan
inovasi dibanding dari pada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan
keefektifan dan efesiensi dalam penggunaan sarana produksi (Soekartawi, 1986).
Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini
pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha
pertanian (Ginting, 2002)
Untuk melihat persentase jumlah produksi padi di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini :
Tabel 14. Distribusi Petani Padi di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Berdasarkan Jumlah Produksi Tahun 2009
Jumlah Produksi
(Ton)
Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase
Sumber : Diolah dari lampiran 1
Tabel 14 menunjukkan bahwa kisaran jumlah produksi terbesar pada 1-5 ton
dengan persentase 56,67% sebanyak 17 orang, sedangkan 5-10 ton dengan persentase
36,67% sebanyak 11 orang, dan kisaran jumlah produksi terkecil berada pada >10 ton
dengan persentase 6,67% sebanyak 2 orang. Produksi merupakan sejumlah hasil dalam
satuan lokasi dan waktu tertentu. Hasil merupakan output yang diperoleh dari hasil
pengelolaan input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani
(Soekartawi, 1998).
Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan para
petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan
teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang
diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan
teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi
produk olahan di sektor hilir, baik itu untuk skala kecil, menengah, maupun besar
(Van Den Ban, 2000).
Ada beberapa faktor penyebab penurunan produksi antara lain : 1) modal
usaha rendah, 2) tingginya harga benih bermutu, 3) ketersediaan sarana produksi
tidak tepat waktu, 4) tingkat kesuburan lahan rendah, 5) tidak adanya kepastian
harga gabah, 6) infrastruktur belum memadai.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah diperlukan suatu
terobosan inovasi teknologi yang efektif dan efisien dan mudah diadopsi oleh
petani. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan model pengelolaan
telah teruji mampu meningkatkan produktivitas lahan 1-2 Ton/Ha (Badan
Litbang, 2004).
Model Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu merupakan suatu pendekatan
inovatif dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani padi sawah melalui
perakitan paket teknologi padi sawah yang memiliki efek sinergistik dan
dilakukan secara partisipatif bersifat spesifik lokasi (BPTP Deli Serdang, 2004).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada petani yang melakukan usahatani padi di Desa
Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat adopsi teknologi dengan produktivitas padi sawah lahan irigasi.
Teknologi yang digunakan di Desa Sidodadi Ramunia
Teknologi pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan dalam
engolah/memproses input pertanian sehingga menghasilkan output/hasil pertanian
sehingga berdayaguna dan berhasilguna baik berupa produk bahan mentah, setengah
jadi maupun siap pakai.
Teknologi yang digunakan di Desa Sidodadi Ramunia adalah teknologi
budidaya padi sawah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), suatu
pendekatan untuk mengoptimalkan potensi secara terpadu, sinergi, dan partisipatif
dalam upaya meningkatkan produksi padi di suatu daerah, atau suatu pendekatan yang
mempertimbangkan keserasian dan sinergisme antara komponen teknologi produksi
(budidaya) dengan sumber lingkungan setempat.
Penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) terhadap budidaya
padi sawah lahan irigasi dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Teknologi Anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Teknologi Uraian Kegiatan
- menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur
lumpur,
- permukaan tanah diratakan untuk mempermudah
mengontrol dan mengendalikan air.
2. Pembibitan - jenis bibit yang bersertifikat, seperti bibit Ciherang,
- menggunakan 1 jenis bibit pada setiap lahan yang
diusahakan,
- pembibitan untuk ditanam 15 hari setelah semai.
3. Penanaman - penanaman yang dianjurkan adalah menggunakan sistem
jarak tanam legowo 4:1,
- bibit ditanam pada kedalaman 5 cm,
- tiap lubang penanaman bibit ditanam satu satu.
4. Pemupukan - pemupukan pertama sebelum tanam menggunakan
pupuk organik (kompos, kandang)
- menggunakan pupuk N,P dan K,
- menggunakan pupuk anorganik sesuai dosis urea
ditaburkan dengan ukuran 5 kg/ rante (±125kg/ha), SP-36
sebanyak 6kg (±150kg/ha), ZA sebanyak 2kg/rante
(±50kg/ha).
5. Pemeliharaan - membutuhkan air yang cukup dengan kondisi tanah yang
basah, untuk mempermudah pemeliharan,
- melakukan penyiangan pada tanaman,
bibit yang rusak/mati segera diganti dengan bibit baru.
6. Pengendalian Gulma
- pengendalian gulma dilakukan 2 kali dengan semaksimal
mungkin,
- pengendalian gulma yang pertama dilakukan pada umur
padi 3 minggu dengan menggunakan herbisida,
- pengendalian gulma yang kedua dilakukan pada umur
sekitar 6 minggu setelah tanam secara manual dengan
menggunakan landak/gosrok.
7. Pengendalian Hama dan Penyakit
- pengendalian ganjur seperti nyamuk yang masuk kedalam
batang padi sehingga tidak mengeluarkan malai (bakal
padi), cukup dengan diairi dengan air hingga batang padi
tenggelam supaya hama keluar yang sering terjadi pada
musim hujan,
- pengendalian terhadap wereng dengan penggunaan
perangkap yaitu lampu minyak dilakukan di atas wadah
berisi air sehingga diharapkan wereng terkumpul,
- pengendalian bercak coklat dan blast adalah lebih
mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan,
yaitu dengan cara pemilihan bibit yang bersertifikat
dengan mutu yang terjamin, serta menggunakan
pestisida sesuai anjuran.
8. Pengairan - air sungai ditampung pada suatu bendungan,
- air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan
pertanian di sekitarnya,
- pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan
air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang
sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup.
9. Panen - sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan
karena serangan hama atau penyakit lalu gugur, buah
mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning
kecoklatan, batang berwarna kuning agak coklat, butir
gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya
sudah menunduk,
- pemanenan dapat dilakukan 110-115 hari, pemanenan
dapat dilakukan sesuai jenis bibitnya, dan untuk bibit
Ciherang setelah berumur 110 hari,
- menggunakan sabit pemotong dan perontokkan
dilakukan dengan Power Tresher (alat mesin perontok)
yang diberi alas berupa terpal atau juga dihalaman rumah
yang sudah dibersihkan.
10. Pasca Panen - dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari sekitar
2-3 hari agar gabah tahan lama disimpan,
- dilakukan penggilingan dengan alat mesin penggiling,
penggilingan biasanya dilakukan sebanyak 2 kali,
- penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam
Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Desa Sidodadi Ramunia
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi sawah lahan irigasi.
Tingkat adopsi terhadap teknologi PTT tersebut dapat dilihat pada analisis skor
dari masing-masing kegiatan sebagai berikut :
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan yang dianjurkan sesuai dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) di Desa Sidodadi Ramunia yakni dengan cara pengolahan dilakukan dua
minggu sebelum tanam, dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur
lumpur dan permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan
mengendalikan air.
Petani padi sawah di Desa Sidodadi Ramunia kurang menerapkan teknologi PTT
terhadap budidaya yang dianjurkan, disebabkan petani menganggap pengolahan lahan yang
dianjurkan ini rumit dan susah dilaksanakan dan memerlukan waktu, modal, tenaga yang
banyak serta keterampilan. Menghemat biaya, waktu dan resiko yang berat, maka petani
memilih pengolahan lahan dengan cara mereka sendiri yakni kebiasaan yang dilakukan oleh
petani. Petani juga berpendapat bahwa hasil padi sawah yang diperoleh adalah sama
walupun mereka mengikuti anjuran dari PPL. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam
melaksanakan kegiatan pengolahan lahan dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini :
Tabel 16. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Pengolahan Lahan Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010
Kegiatan (Pengolahan Lahan)
Skor Penerapan Jumlah
1 2 3
(Orang)
Persentase (%) 3,33% 66,67% 30% 100%
Sumber : Diolah dari lampiran 3
Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani dalam melaksanakan teknologi
pengolahan lahan sesuai dengan anjuran adalah 9 orang (30%), yaitu cara pengolahan
dilakukan dua minggu sebelum tanam, dengan menggunakan traktor tangan, sampai
terbentuk struktur lumpur dan permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol
dan mengendalikan air, sedangkan 20 orang (66,67%) melakukan salah satu diantara
teknologi pengolahan tanah yang dianjurkan tersebut, yaitu menggunakan traktor tangan,
sementara 1 orang (3,33%) melakukan teknologi pengolahan tanah tidak sesuai anjuran,
yaitu dengan menggunakan bajak.
Menurut Junandar (2008), pengolahan lahan merupakan bagian terpenting dalam
usahatani padi sawah, karena pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar
lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur, dengan begitu gulma akan mati dan
membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi
jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga
perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah
diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air
dan mempermudah perawatan tanaman.
Pembibitan
Jenis bibit tanaman padi sawah yang dianjurkan adalah jenis bibit yang bersertifikat,
seperti bibit Ciherang, menggunakan 1 jenis bibit pada setiap lahan yang diusahakan, dan
Pemilihan bibit yang diterapkan oleh petani padi sawah di daerah penelitian sebagian
mengikuti sesuai anjuran dan lainnya menggunakan bibit hasil dari pertanaman sebelumnya
sehingga produksi, produktivitas dan kualitas padi dapat menurun. Untuk mengetahui tingkat
adopsi petani dalam melaksanakan kegiatan pembibitan dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah
ini :
Tabel 17. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Pembibitan Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010
Kegiatan (Pembibitan)
Skor Penerapan Jumlah
1 2 3
Jumlah Petani (Orang)
2 24 4 30
Persentase (%) 6,67% 80% 13,33% 100%
Sumber : Diolah dari lampiran 3
Tabel 17 menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani dalam melaksanakan teknologi
pembibitan sesuai dengan anjuran adalah 4 orang (13,33%), yaitu menggunakan bibit
Ciherang, menggunakan 1 jenis bibit pada setiap lahan yang diusahakan, dan pembibitan untuk
ditanam 15 hari setelah semai, sedangkan 24 orang (80%) melakukan dua diantara teknologi
pembibitan yang dianjurkan tersebut, yaitu menggunakan bibit ciherang, menggunakan 1 jenis
bibit pada setiap lahan yang diusahakan, namun pembibitan dilakukan 10 hari setelah semai,
sementara 2 orang (6,67%) melakukan teknologi pembibitan tidak sesuai anjuran, yaitu
menggunakan bibit CR-64, bibit yang digunakan untuk ditanam berumur antara 20 hari setelah
semai dengan jumlah bibit sekitar 3 bibit pada setiap lubang tanam.
Menurut Rumiati dan Soemardi (1982), penggunaan bibit unggul dapat mempengaruhi
peningkatan produktivitas padi karena benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat
dengan akar yang banyak, benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan
yang baik akan menghasilkan hasil produksi yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan
produktivitas padi.
Penanaman
Penanaman yang dianjurkan adalah menggunakan sistem jarak tanam legowo
4:1 bibit ditanam pada kedalaman 5 cm, tiap lubang penanaman bibit ditanam satu satu.
Di daerah penelitian, petani dapat mengandalkan tradisi penanaman yang sudah
dijalankan turun temurun yaitu penanaman dengan sistem tegel dengan jarak tanam 20
x 20 cm, disebabkan petani menganggap penanaman yang dianjurkan ini memerlukan
waktu dan tenaga yang banyak serta biaya, akibatnya banyak bibit yang terbuang sia
sia.
Untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam melaksanakan kegiatan
penanaman dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :
Tabel 18. Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penanaman Terhadap Budidaya Padi Sawah Lahan Irigasi di Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2010
Kegiatan (Penanaman)
Skor Penerapan Jumlah
1 2 3
Jumlah Petani (Orang)
1 28 1 30
Persentase (%) 3,33% 93,33% 3,33% 100%
Sumber : Diolah dari lampiran 3
Tabel 18 menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani dalam melaksanakan
teknologi penanaman sesuai dengan anjuran adalah 1 orang (3,33%), yaitu Penanaman
yang dianjurkan adalah menggunakan sistem jarak tanam legowo 4:1 bibit ditanam pada
(93,33%) melakukan salah satu diantara teknologi penanaman yang dianjurkan tersebut,
yaitu tiap lubang penanaman ditanam satu satu, namun menggunakan sistem jarak
tanam tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm, sementara 1 (3,33%) melakukan
teknologi penanaman tidak sesuai anjuran, yaitu menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm
tetapi tidak teratur.
Menurut Assauri (1987), penggunaan sistem jarak tanam secara legowo dapat
mempengaruhi peningkatan produktivitas padi, karena semua barisan rumpun tanaman
berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman
pinggir), pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah, menyediakan ruang
kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi, dan
penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Pemupukan
Pemupukan yang dianjurkan terhadap pemupukan pertama dilakukan sebelum
tanam, atau pupuk dasar. Pupuk yang digunakan pada pemupukan awal ini sebaiknya
digunakan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, atau pupuk organik lainnya).
Kebutuhan pupuk organik ini tergantung pada kondisi dan tingkat kesuburan tanah yang
akan ditanam. Pemupukan ini diperlukan untuk menyediakan hara tanaman padi selama
umur produktifnya. Pupuk kompos diberikan sebelum penanaman bibit, pemberian
pupuk kompos sebelum tanam dilakukan secara penyebaran. Pemupukan yang
dilakukan sebagian petani padi sawah di daerah penelitian secara teratur berharap agar
produksi padi sawah dapat meningkat, disamping menambah kesuburan tanah serta
menghindari hama penyakit yang menyerang tanaman padi. Proses pemupukan
waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Tepat jenis adalah jenis pupuk yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Yaitu pupuk organik (kompos atau pupuk kandang)
dan pupuk anorganik (N,P dan K). Tepat jumlah berarti jumlah masing masing pupuk
yang digunakan tidak kurang dan tidak berlebihan.
Dampak kelebihan pupuk akan mengakibatkan rusaknya pertumbuhan tanaman
bahkan kematian tanaman. Tepat waktu dimaksudkan pemupukan dilakukan pada awal
pertumbuhan dan saat perkembangan tanaman. Saat ini tanaman memerlukan bantuan
hara yang lebih tinggi. Tepat cara merupakan hal yang penting juga untuk diperhatikan.
Mekanisme dan tata cara pemberian pupuk harus sesuai dengan karakteristik pupuk dan
sifat tanaman. Tepat tempat merupakan peran pendukung dalam proses pemupukan.
Penyimpanan yang baik dan mudah dijangkau serta jarak antara penyimpanan dan
kebun berdekatan.
Pemupukan kimia (anorganik) yang di anjurkan adalah urea ditaburkan dengan
ukuran 5kg/rante (±125kg/ha), SP-36 sebanyak 6kg (±150kg/ha), ZA sebanyak
2kg/rante (±50kg/ha), penggunaan pupuk kimia tersebut dapat dicampurkan bersamaan
dan penggunaan pupuk kimia tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan
tanaman dan keadaan fisik tanah (kesuburan tanah).
Perilaku petani terhadap pemupukan tanaman padi sawah sungguh sangat
memperihatinkan, dimana kebutuhan pupuk terhadap tanaman yang diusahakan sangat
tergantung pada kapasitas keuangan petani yang bersangkutan, akhirnya pemupukan
yang dilakukan tidak sesuai anjuran dan tidak terkontrol, misalnya over dosis atau
kurang dosis. Untuk mengetahui tingkat adopsi petani dalam melaksanakan kegiatan