• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani terhadap SUTPA 1 Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis (Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani terhadap SUTPA 1 Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis (Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat"

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)

HUBUNGAN

ANTARA JARINGAN KOMUNIKASI DENGAS

SIKAP PETANl

TEKHAUAY

SUTPA i SISTEM

USAi-iA .I 1

BERBASIS PAD1 BERORIENTASI AGKIBl SNIS (Kasus 2 ~ e l o r n ~ o k ~ a n i pada Sebuah Desa di

Kecamatarm Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat

OLEH

:

KhPAZY

AlvN

PROGRAM

PASCASARJANA
(162)

K I M Y A\TY - 2002. I-lubur~gm antam Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani terhadap SUTr'A4 ; Siste~n Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis: (Kasus 2

Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecarnatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Pro\-insi Jawa Barat). Dibimbing oieh NURMALA K. PAIWJAITAN. SARWITITI. dan GARDJITO.

Penelitian ini bertujuan untuk I ) mempelajari jariilgan komunikasi petani padi sau-ah. 2) merrpelajari karakteti~tik informasi teknologi SUTPA, 3) mempelajari sikap p e m i terhadap teknologi SUTPA, dan 4 ) mempelajari hubungan antara jaringall

komunikasi. kankierisiik infom,asi teknologi SUTPA, dm. sikap petani terhadap teknologi tersebut.

Pengambilan sampel dilakukan dengan meiode purposif terhadap kelnmpok

tani yang mensrapkan teknologi SUTPA. Data primer dikumpulkan melalui metode sunreyt sosiornszi dan wawancara mendalam. Metode survey dilakukan dengan b a n w ~ kursic~er terhadap 90 orang petmi responden, dan metode sosiometri untuk andisis jailngm koiniiikasi. sedaqgkan wawancara mendalam digunakan untuk pengumpuIan data secara kualitatif Hubungan antar peubah dianalisis dengan uji

statistik koefisien korelasi .

.

Rank Spearman dan uji Regresi Linear Berganda.

f-IasLsi! pcnelitlm r n e n n ~ j u k k ? ~ hahwa; 1) struktur jaringan komunikasi didominasi bentuk roda dan jaringan informasi yang terjadi melalui komunikasi 2 (dua) tahap, 2) sikap petani terhadap teknologi SUTPA kurang mendukung, 3) terdapat

korelasi yang nyata antara jaringan komunikasi (seperti saluran komunikasi, deajat koneksi, dan derajat integrasi) dengan sifat informasi mengenai teknologi SUTPA. sedangkan derajat diversitas tidak berkorelasi nyata dengan sifat informasi tersebut. Saluran komunikasi, derajat koneksi, derajat integrasi, dan derajat diversitas berkorelasi n?ata dengan intensitas informasi, 4) terdapat korelasi nyata

(163)

SURAT

PERhYATAAN

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tesis yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA JARINGAN KOMUNIKASI DENGAN SIKAP PE'I'AY 1

TERHADAP SUTPA 1 SISTEM USAHA TAN1 BERBASIS PAD1 BERORIENTASI AGaBISNIS (Kasus 2 Kelompok Tani

pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

add& benar r n e r ~ p a k ~ karya sendiri dan belum pemah dipablikasikan. Semw sumber dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya

(164)

HUBUNGAN ANTARA

JAIPIWGAN

KOMUNIKASI DENGAN

SIKAP PETANI TERHADAP SUTPA

1

SISTEM USAHA TAN1

BERBASIS PAD1 BERORIENTASI AGRIBISNIS

(Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di

Kecamatan Ciranjrng Kabupaten Cianjur

Y

rovinsi Jawa Barat)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pda

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

PROGRAM

P . . 4 S C R S a m A

INS'S'lTUT PERTANIAN BOGOR

(165)

Judul Tesis : Hubungan antara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani terhadap SUTPA 1 Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis (Kasus 2 Kelompok Tani pada Sebuah Desa di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

Nama : Khazy Anty

NRP : 99500

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP)

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Nurmala K. Pandiaitan, MS. DEA Ketua

'g

Gardiito, MSc Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Komunikasi 3. Direktur Program Pascasarjana Pembangunan Pertanian dan

Pedesaan

(166)

Puji dan s j l u k x pnulis panjatkan

ke

hadirat Tuhan Yang Maha Kuaw, karrrna ?&at rahmat dan karunia-Nya, pendisan tesis ini &pat diselesaikan. Tema yang iiipilih dalam penelitian ini adalah jaringan komunikasi, dengan judd 'Wubungan

mtara Jaringan Komunikasi dengan Sikap Petani kl* SUTPNSistem Usaha Tani

Berbasis Padi Berorientasi Agribisnis: (Kasus 2 Kelompok Tani p d a Sebuah Desa di

Kecamatm Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat".

Tesis

ini

terwujud berkat bantuan

dari

berbagai pihak. Oleh sebb itu, pda

kesempatan ini penulis mengucqkan terima kasih yang tuIus kepada ibu

Dr.

Numaala

K.

Pandjaitan,

MS,

DEA., seIaku Ketua Komisi Pembimbhg, ibu

Ir. Samititi S,

MS..

d m Bapak

Fr.

Gardiito, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang tehh h y a k mencurahkan waktu, sumbangan pemkhn, pen& pehaiian clan

k e s a k dahm membimbing d m mengadkan penulis guna penyelesaian tesis hi. Ucapan terima kasih disampikm k e p h Bapak Dr.k Djuara P. Lubis, ha., yang klah bedrema sebagai Penguji Luar Komisi.

T

&

kasih juga ditjuLaa kepade

R e h r Univecsitas Andalas dan D i d Politeknik Perbnian Universitas Andalas yang telah memimi izin dm kesempatan kepada penuIis untuk melanjutkan pendidhn pa& Program Pascasarjana lnstiM Pertmian Bogor,

dan

kepada pihak pengeiola dana h i s w a BPPs yang telah membiayai penulis selama mengihiti per,didikm di IPB, serb ~ k a n rnahasiswa Kf4P pada umurnnya dan Angkatan 1999
(167)

Terima kasih in i juga penulis sampaikan kepada ytc. Ayahanda Chizir Achmd

.-

(:I.

lm

:I- Ibunda Yunibar Jusuc keluarga Kakanda Chazbandi (Alm), Chaibuardi BA.,

cao hi:tuarga kedua adik tersayang Yenni dan

E11y

Zabet serta kedua mertua Syafei Phrr {,";lrn) dm Raihanah Abbas (AIrnh) yang telah

banyak

memberikan domngan semi

d;i;i~:~:,! ,., do'a atas kesuksesan dan keselamatan penulis. Orang yang lebih berhak rceneaima penghargaab atas karya semua ini addah

Dta

Netti

Yulkqi,

Msi. buah hati tercinta penulis.
(168)
(169)

SYK a:) tethadap SUTPA

. . .

...

IIuhrtngan an-m reuoan

...

KESIILTFULAN

DAN

SARAN

Kesimpdan

...

Sarai?

...

(170)
(171)

i J

FTAR GAMBAU

2. Skema kerangka pemiki~wr : i-Iubungan antam Jaringan Komunikasi Dengan Sikap Petani Te; haC.ip SUTPA / Sistem Usaha Tani Behasis

...

(172)

...

2

.

Kuesioner penelitian 127
(173)

PENDAHULUAN

Fzmbangunan pertanian, khususnya sub-sektor pertanian tanaman pangan

mei.lttmt Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, bertujuan untuk me-

ningkatkan pmduksi pangan secara tens-menerus, baik s e c m kuantitatif maupun

seam kualitatif. Adapun tujuan tersebut disusun d a h rangka; memantapkan swasembada pangan dan kebhanan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan,

memenul~i kebutuhan industri pakan ternak dalam negeri, meningkatan pendapatan

kesempatan kerja (Anonim, 1993).

Usaha yang diternpuh pemerintah dalam mngka mencapai sasaran atau target

tersebut, dilakukan dengan berbagai bentuk program intensiljkasi mulai dari Demonstrasi Massal Swasembada Beras @emas SSB), Bimbingan klassal (Bimas),

Tntens-i Massal @mas), I n k m i h i khusus (Insus), Supra Insus yang dikend dengan istilah "teknologi paket 10 D", pengkajian program Sistem Usaha Tani Berbasis Padi Berorientasi Agri bisnis (SUTPA), clan Zain sebagainya.

*-

Meldui program-program tersebut, teiah diintduksi berbagai teknoiogi pertanian yang menunjang pernbangunan pertanian itu sendiri seperti pernbangunan

(174)

petani untuk b e ~ o c o k tanam secara baik dm Gtnsr yang tergabung d a l m kelompok

tani mtuk mempermudah dm memperlancar sisfem komunikasi di antara anggota kelompok.

M a m rangka rnenerapkan teknolo:$ ~wrtankn rnutakhir, Departemen Pertanian metalui Badan Penelitian dan Pengemhangan Pertatlian telah rnelakukan - pengkajian progrerrti ' Sistem Usaha Tani Brzbsis Padi Berorientaei Agribisnis

(SUTPA). Pengkajian p r o w SUTPA dilakukan pada wilayah-wilayah h h i g a s i tehis yang petmbya sudah sering mendapat bimbigan inhmifikasi khusus, seperti

S u p Insus dari Bimas.

Pengkajian program SUTPA dimulai p d a tahun 199511 996 di 14 pmpinsi

44,OM HE, tenrzasuk

di

Kecamatan Ckmjang Kabupaten Cianjur. Sebagai salah satu upaya untuk m j a w a b b e h e tantangan yang sedang d b b p i , maka pada tahun 1W1997 dan t a b u 199711 998 program SUTPA d i k e m h g h

menjadi seluas M.000

Ha

pada

dsherah

sentra pradultsi padi di 19 ptopinsi di Indonesia. Pmgembmgm program SWTPA

ini

~~

perwujudan dari sektor pertanian yang bmpetitif dan modem

ddam

ran& menciptakan petmi yang pwgresif

dan

kcmemi1 ymg brientasi @Kmis.

Keunttmgan agronomis dipemleh dengan d i t e q b m y a kkndog: yang

tercakup

di dalam p q p m SUTPA, dapat dilihat p& beberapa hasil penelitian

yanrig dihkukm deb Suphdi dm Malian (I 9 5 ) ; S- (1%); Mudjisihono,

D.

Prayitno.

M.

TRamrin dan T.

F-Djaafar

(1999) antam lain, 1) umur panen lebih
(175)

meningkat menjadi 300% bahkan lebih, dan 5

:: rneilc~&emat

penggunaan air, sem 6 ) memberikan kemudahan dalam menge rjakan pel~yia; igan, pemupukan, pengendalian

W p e n y a k i t dan panen. Sdanjutnya dari .l.apmn Hasil Pengicajian program SUTPA oleh Manti, Zadry

H,

Nasrul H, S y W Z. dan Amril B (1998) menyimpd-

kan bahwa penerapan teknologi pmduksi

?-;d

spesifik lokrtsi

dan

penerapan

-? telinoiogi alat tanan-benih langsung (Atabels.2 sistem tanam benih langsung -

(Tabela) pada program SUTPA merupakan terobsan dalam rangka rneningkatkan prodllktivitas, produksi padi smk migheaat biaya produksi dm polda

g i i b y a mampu meningkatkan pendapatm petani sata dayn saing komoditi

itu sendiri.

SUTPA yang

dirasakan

petani, terdapat beberap2 h d d a atau

keEemahan

yang

ditemui di lapangan (tenrtama pada tehlogi Tabeh dm Atahla). B e k a p kendala a t m kelemahan-kelemahan yang teridentilikasi oleh MMisibono d(1999) antara lain; 1) pengolahan

tanah

hams lebii sempuma yaitu

tiagkat

semplana dan permukaamya rata, 2) kebuhhn be& kbih banyak 3)

tidzrk

dapat

melakukan

phalian dalam hal pengabran air irigasi, 5 ) pemakaian kbkida yang tidak tepat,

6 ) petmi masih mempunyai persepsi yang sama antam s k k m Tapin &$an Tabla, ?) k o m m b i mtara petani dengan Satgas rnaupun pewpenwwal TaMa kurang la=, dan 8) jumlah A-la yang mash kabtas.

(176)

intmduksi paket teknologi yang tercaktkup dalam program SIJTPA belum sepcnuknya

diterapkan petani sesuai rencanz awal. Hal ini disebabkan oleh antara lain informasi mengenai teknologi SUTPA yang diketahui petani masih terbatas, sehingga belum memacu petani untuk rnentjkuti dan melanjutkan program tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahw4 dikarenakan oleh sistem informasi mengenai suatu

teknotogi barn yang diterima petani selarna ini, menyebabkan petani tidak dapat menerapkan teknologi tersebut dengan sepenuhnya secara kpat dan benar. Oleh sebab itu masih diperlukan upays untuk lebih meningkatkan apresiasi petani terhadap p r o m S t ! P A ddm percepata alib teknologi SUTP A tersebut.

Berkenaan dengan apa y ang dikernukakan oleh Rogers (1 983) bahwa, suatu innvasi atau teknologi baru tidak akm berarti dan tidak b e r m a b bagi masyamkat petani, apabila tidak d i k o m d , b i k a n atau disebarluaskan kepada m e d a h s e s menyebarluaskan atau difusi inovasi tersebut, diperlukan suatu sistem dan s a e g i komunikasi yang tepat, agar informasi mengenai inovasi yang diterima petani dapat menambah kepcayaan, keyakkm dan pemahaman lebih baik clan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat E k d i (1 993) b&wa, salah satu tujuan komunilrasi adalab

untuk mengubah sikap seseorang, supaya dapat bertindak atau b e r t i l a k u seswi yang diharapkan.

Sehubungan dengan pernyataan di atas Rogers ( 1 983) dan Gonzalez (I 993) m e n y d a n bahwa, "ketika suatu inovasi mulai diperkenalkan kepada petani, pada umumnya mereka tidak akan segera mengadopsi inovasi tersebut". Sejurnlah petani

(177)

bahwa sikap yang terbentuk psda diri seworang a h menentukan tindakan iner~!i& walaupun tirtdakan atau tingkahlaku yang tamp& belum dapat dijadikan sehagai indikato r sikap yang sesungguhnya

Dapat dipahami bahwa sikap yang tdentuk polda diri seseorang sebagai

akumulasi dari informasi mengenai sesuatu yang disbpinya, melalui saliXlg tiliar men& kifomasi dengan individu b. Menufu"fllogers

dan

Kincaid (1C;SI) alan Rogers (1 9831, proses tukar menukar W m i tersebut merupakan inti dari aktiviltas komunikasi yang dilak- partisipan rlalrun memapi d i n g pengeltian d m

p e ~ a n s e c a r a b e r s a m a

Suatu inovasi atau kkmlogi hana ti* selalu diadopsi atau ditohk sewra

lmgsung oleh p e d , hid i g disebhkan oleh inovasi tembut juga k*eman Eegm

k e h yang dapat menimbulkan suatu "keti-m", yaitu adanya keunimmm

dan

kerugian bagi petaxli yang akan mengadopsinya %hubungan dengan adanya

ketidakpastian tersebut, maka seseorang akan WZDW

untuk

mencari i n f b d

lebih jauh ahu infomasi pendukmg kbih bmyak mengenai inovasi tersebut, sebgai u p y a untuk menghilangkm k e t i w atau setidak-tidaknya mengmmgi k e t i d a k p s h a b u t u n e meq$s&rmasikan

dan menguatkan

keputusan yang h ditetqkan.
(178)

jaringan infomasi yang interaktif. Nubungan-hubungan komunikasi yang terpola tersebut rnenciptakan suatu 'Ijzrirlgan komunikasi" di antara petani di &lam kelompok dan memungkinkan suaw inovasi dapat terdifusi secara baik dan dapat diadopsi oleh petani.

Mernperhatikan b e b e q a Mtor tersebut di atas, maka peneiitian ini di-

rancang dengan tujuan untuk memplajari dm menganalisis hubungan jaringan komunikasi pet& padi sawah yang meneqkan teknologi SUTPA dengan sikap

mereka terhadap teknologi

SUTPA

tersebut.

BerdasaFkm u_.aian di atsts, maka penelitian ini diamhkan mtuk menelusuri

I . Bagaimana bentuk j m a n kornunikasi petani padi sawah yang pemafi

mengikuti program SUTPA ?

2. Bagaimana kai-akteristik informasi teblogi SUTPA

di

Iingkungan petani ysng

pemah mengikuti program SUTPA ?

3. Bagaimana sikap petaai yang p d mengikuti prograrn SUTPA terhadap teknologi tersebut?

(179)

Tujuan

Penelitian

umum Pcjm pmelitim ini &a!& mtilk mengck!.!=l;i hubungan jaringan k o m u n h i dengan si kap petani terhdap SUTPk Sebgkan seam khusus

peneiitian ini - krtujum untuk;

I. MernpeIajari jaringan kcmunikasi petani padi sawah ying pemah mengikuti program

SUTPA.

2. MempeIajari karaktetistik inhnnasi teknologi SUTPA di lingkungan petani ymg

p a h mengikuti program

SUTPA

3. Mempelajari sikap pet& yang pen& menghti program SUTPA

terhadap

teknologi mebut.

4. MempeIajari hubungan autara jarhgan komunikasi, karakteristik infmm~lsi dan

sikap petani terfieadap teknologi SUTPk

Kegunaan Penelitisrn

Hasii penelitian ini diharapkan mmjadi bahan naasukan yang

berarti

hgi;

1. Pihak yang berkepentingan dahn penyebaran atau difwi inovasi @an,

khususnya SUTPA

2. Bagi peneliti, hasil sMi ini dapat menambah masukan d a h n pengembangan

(180)

TINJAUAN

PUSTAKA

Tinjauan tearitis terhadap penelitian mengenai "Hubungan mtara Janngan

Komunikasi dengan Sikap Petmi terhadap Teknologi SUTPA" meliputi; 1) komunikasi, anrata lain; pengertian kornunikasi, jarkgan komunikasi, komunikasi

dm difusi inovasi, 2) sikap, antara lain; pgertian s i l q , kompomn g G 4 , -or-

f&or ymg mempengaruhj sikap dan pengukuran sikap, 3) hubungan j-an komunikasi dengan sikap,

dm

4) SUTPA

-

sistem usaha &mi &&asis pa& berorientasi agribisnis.

Komunikasi

Pengertian

Komunikasi

Komunlkasi didefisikan sebagai suatu p m x s penyampian

informrrsi,

ide,

emosi, ketemmpihn,

dm

lain dagainya dari sumber

ke

penerima mehdui

penggmm simbo1, angka, g d i k dan lain sebagahya (Arih, 1988). Kmudim

Zarrden (1990), memberikan definisi komufiihi seb@ suatu pmses mengrrrmkan * *

infbmasi, ide, sikap dim emosi oleh seseorang

kepsda

orang fain. Komunikasi

.

wbagai suatu p y a t a m antar manusia, baik secara perorangan maupun secara
(181)

Littlejohn (1 996), memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses yang

: ; kernbuat admya kebersamaan bagi dua individu atau lebih, yang semuladirnonopoli . Jeh satu atau beberapa individu saja. Selanjutnya Kincaid rian Schramm (1987),

: ;.lendekisikan komunikasi sebgai proses d i n g membagi atau menggunakan

: lfomasi secara bemama dan saling bemubungan di antam partisipan &lam proses

; i;fomasi. . .-

G o d e s &lam Jahi (1 993), menyatakan bahwa kcnnunikasi adalah sebagai

proses yang mana partisipan-partisipmya d i n g membuat dan ding bertukar t a d a infomasi dmi seseorang kepada yang l h y a &xi waktu

ke

waktu

KO-

b:mmnikasi

temhut

menjehkan bahwa, proses komunikasi setenamp nmupkan proses pertukar;vl infbrmasi (sharing of infomulion) di antara i d @ . D e w i;.cmikiaa, Rogers dan W d(1 98 1 ) dan Rogers (1 983), menjelaskan Mwrr, poses

komunikasi merupakan proses pertdamn inhmasi seam $ems menerus, di mana

setiap infomasi merupakan akumulasi dari hfomi-hformasi sebelunmya yang akhhya a k a menimbullran kesamaan pengedhn diaatara partisipan.

Komudmi pssda hakekatnya bukan hanya ilmu peqebhuan, tetapi juga

me~upakan seni w a d . Berkenaan dengan pernyataan -but, maka K i n d dan Schrarnm (1 987), k q m d q a t bahwa untuk d a p t krkormmilcasi dmgm baik, setiap partisipan dituntut tidak hanya memahami proses M o m n n i k a i ~ tetapi juga harus

(182)

den* jheriramunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi atau p e m , pendapal, idc , konsepsi, pengetah an, perasam, sikap, dan perbutan ke@ orang

lain seem timbal balik, baik sebagai sumber (yaitu penympai pesan) maupun sebagai pmcr7ma pesan.

Eiogixs clan Kincaid ( 1 98 f ) dan Rogers ( 1 983) mengatakan bahwa, proses

- . sling n~::mbuat dan d i n g

tukar

mnukar inforrnasi d i antara jmtkipn &ah agar +

didapadcan smtu saling pengeman dan pemahamafi secara bersama mengenai suatu obyek di anma mereka Selanjutnya Gonzales dalam Jahi (1

W3),

menjelaskan

5ahwa p&lpan y m g rneIakukan transhi atau d i n g tukslr menukar infomi

dengan m i y a sendiri telah memberikan kontribusi pada proses tumbuh-

k e m h g n j a s a b g pengertian,

Ihi beberap pengertian komunikasi di atas, &pat diEarik suatu kesimpulm

tentang penkertian komunikasi sesuai dengan penelitian hi, yaitu kom-i m q a k a n i n u i sosid berupa proses d i n g

tukar

menukar informi, ide, emosi, keterampilan d m lain sehagainya, dalam m e n w tujum

kesamaan

pengertian atau makna dari a p y m g di- tersebut.

Jaringan

Komunikasi

Salah satu cara untuk memahami tingkahlaku manusia adalah dengan

mengamati dan memahami hubungan-hubungsn sosid yang tercipta b n a adanya

(183)

Secara sea l ~rhana, difinisi jaringan komunikasi adalah -'siapa berbicara dengan siapa m u kepada siapa" (Beebe dm Masterson, 1 994). Selanj utnya Gonzales

dalam Jahi (19S3) mengatidcan bafiwa, hub- siqa dcngan siapa dapat

diilustmsikan d a l m sebuah sosiogram yang berguna

unak

menelusuri jmhgan informasi a t a ~ ~ u r l :fifusi suatu inovasi. Kernudiam DeVito (1 997), mendefmisikan jaringan k o m e i h i sebagai suatu s a l m atau jalan tertentu yang di-n unt&

rnenemkan p e w dari satu orang ke orang lain

Sehubungau dengan terbentuknya j m kmunikasi, maka Rogers dan

Tiogers (1976) menjefaskan bahwa, istiiah jahgm

dalam konteks ZEomunikasi

mengacu pada suatu pengelompokkztn sej- iradividu a&lu iairmya yang ber-

interaksi sab ssma lain menurut pola hubmgm tmtah dari waktu ke waktu. Selanjutnya pengesiian jaringan komuaikasi menu& ROW dan Kincaid (I 98 1) dan

Rogers (19831, midah jaringan yang tedki atas sekumpuhn individu ding membentuk hubungan relatif stabil melalui jaringan Wrmasi terpola pada

kurun

w a k t u ~ t u d a h m m g l c a m e n c a p a i t u j u a a y m g ~ s e c a r a b e r s a m a

Bedas&m beberrrpa Pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat d i e kesimpulan bahwa p n g a h jaingm k o m m h s i secm W spesifik

sesuai dengan pnelitbn ini, p i t u suatu mngkah hubungsln

di

antara individu di dalam suatu sistem sosial, sebagai &'bat dmi terjsdinya pmhhm irrfbnnasi di

anma individu -but, sehingga mudmtuk suatu pda jruingm komunikasi. Dengan & m & h Jaringan komunikasi ke1ompk tani yang pernah menerapkan

(184)

yang terbentuk kr..:.~,~ I. terjadinya komunikasi mu pertukaran informasi di antm 'petani dalam mem bicerdcan teknotogi SUTPA.

Mempelajiu+ t ir~gkahlaku manusia berdasatkan proses komuniki yang tejadi di mtara partisi pan menurut Rogers dan Kinmid (1 9811, adahh meldui pendebtan d i s i s jalxgan komunikasi. Analisis

-

j

kom-i merupakan - suatu m d e pec;:!itiar, untuk mengidentifibi s l n h r komunikasi suatu

sistem,

dalam maraa hubungm mengenai aliran atau jmingaa kornlmhsi dimalisis dengan menggunakan bebempa jenis hubungan iaterpemd sebagai unit andisis.

Lebih lanjut dijehskan M w a , ada beberap ha1 yang perlu d i b k a n di

dahm adisis jaringan komunikasi antam

lain;

I) i d e n t i h i klik (clique) dan

menentukan bagahma clique

ini

mem- ti@dMa komunikasi dalam sistem, 2) identiiikasi perman k o r n m i s p i @ q x r h pantam (liaison), jembatan (bridge) dan pencilan (isolate), dan 3) mqukw beberapa indeks s t d d u r komunikasi seperti derajat koneksi iedividu, h j a t htepi, demjat diversitas,

&d,

clique

dm

atau seluruh sistem. Sedangkan hdhtm jahgm k o m u n W di tingkat individu terdiri atas; 1) demjat Ired individu (ilpdivichral mlufecfedness),

2) derajat in-i individu (individual Wgration), dan 3) demjat perbedsaanya

(individual diversity). IndiWr t e d t

di

atas d d a h sebagai pubah jaingan atau "netuwrk varhbles '' (Rogers dan Kin+ 1981 ).
(185)

memahami tentang -i: txl-.i~r dan bentuk kornmikasi yang mereka jalankan.

Badasarkan ha1 terse1:-.;t r-~ska Kmch, Crutchfield dan Bailachey (1 962) dm Rogers

(1 983) berpendapat

t

i ! h ~ i . keadaan a b u t disebabkan oleh

ada

banyak xkali

kemungkhan hubwpm cx~tar individu di dalam kelompok yang t h n t u k dan

hubungan tersebut yar;; d.zn memkntuk jaringan hemp jaringan kornunikasi.

Krech gt (i W2) lcbih Ianjut mengataksln bahwa, sbuktw komunikasi ya!ag

terbmtuk di &lam suatu kelompk, d i m oleh status hirarkhi

Wtu

pehdaan status atau tingkatan status dari yang paling bawah sampai paling atas), di

mana ar-ggota kelompok y m g

be*

(ras atau jabatam-ya) bi1a k d a ddam suatu

situasi yang krpaksa

akan

~nelakukan kontak atau Womunikasi pertama dengau

sesama anggota lain c h i kelompoknya dm dengsrn adanya status hirarkhi demikian akan mempengadi efisiemi perneeahan d a b yang muncul dahn astern sosial

tersebut.

Semen- itu Rogers (1983), mengatakan bahwa strulctur k o m ~ i yang e n t u k pa& suatu sistem, d h m a k m

~~

besar d u i individu di d a b sistem tersebut Ixrsiht homofili. Mereka rnehhkm ptoses komunikasi kngm

sesama mereka yang mempunyai

kesamaan

dengan m y 4 sehingga m b e n t u k

kelompok kezil bmqa clique. Selanjutup dijelaskan bahwa, metode d i s k jaringan dilIakukan dengan cara mengelompkhn para individu dalam clique tertentu

(186)

orang yang bmtatm Iebih rendah u n d tidak membicarakan atau mengkritik tugas

dari orang yang bmtatw Iebih tinggi dari mereka atau sebaliknya.

Selanjutnya hasiI studi yang dilakukan oleh Heinicke dm Bales t a h h p kestabilan status dan ekktivitas kelompk menyimpulkan b a h ~ a , "ketompok yang

status M i n y a stabil, terbukti Lebih efektiif dalam Mubungan atau

bedcomunikasi bila dibandingkan -lump& di mana hubungan status di

Ekntuk m u m dari struktur jarhgan komunikasi yang tehentuk pada suatu

sistem, menurut k e c h et a1 (1962) dan DeVi (1997) mtara lain k k n t u k ;

Melakukan anedisis j a r i r e kmmikssi ti& hanya mmgidentiiikasi stnrZrtur komunhinya, tetapi juga dapt memahami gambaan in-i, srrah dm

kkwrrsi komi~nikasi yang terjadi serta spesifik individu dalam sistem wsial,

Pensro

spesifik iEtdividu tersebut mtara lslin bintang (scar), pemntara (Iiaison), jemhatan (brddge), daln pencilan (id&). Perlunya identi-i individu yang
(187)

memperlancar atau menghambat penyebaran suatu inovasi (Rogers dan Kincaid.

1 98 1 ). Selain peranan individu yang terdapat di &lam struktur jaringan komunikasi tersebut, juga t d a p a t clique yaitu kelompok kecil di &lam sistem.

Lebi lanjut Rogers dm iCincaid (1 98 1 ), menjelaskan bahwa clique addah

bagian dari sistem alau sub-sistem berupa kelompok kecil, dimana para anggotanya relatif :ebih scrhg berinteraksi satti sama lain dibandhgkan dengan anggota lamnya di dalam sistem. Bridge adalah anggota kelompok clalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok tersebut dengan kelompok lainnya. Individu ini membantu untuk ding xiernbexi informasi

di

antam kelospok dm mengkoodinasi-

kan kelompok. Liaison, addah sama perannya dengan bridge, tetapi individu itu sendie b ~3nggc)ta h A d salah satu kelomp~k. kdividu ini juga m e m h t u d a l m

membagihgikan informasi yang reievan di antara anggota kelompok d a h u sistem.

Sedan* Isolate, adalah anggota kelompok yang mempunyai kontak minimal dengan wamg lain di dalam kelompok atau hanya dengan satu orang saja atau tidak

sama sekali. Orang ini menyembunyikan diri

dalsm

kelompok ahu diasingkan oleh

r e h y a

Sefanjutnya Rogers dan Kincaid (1 981) menjelaskan bahwa, derajat koneksi

individu ( i n d i v i b l comctedness) atau h j a t keterhubungan iadividu atau tingkat keterkaitan individu, yang didemsib sebagai jurnlah hubungan komunikasi secara lmgsmg ymg d i 1 i k i oleh seorang individu dengan i~diVi.d~

laifl

Mam suatu

sistem di- dengan jumlah kemungkinan hubungan sejenis di dalam suatu sistem, yaitu N-I, dimma

N

addah jumlah individu di dalam jaringan. r)erajzt
(188)

hubungan komunikasi tidak langsung diantara individu-individu auggota jaringan icomunikasi pribadi dibagi dengan jurnlah hubungan yang mugkin diantara anggota i aringan tersebut. sedangkan derajat diversitas atau derajat pefkdam individu

(individual diversip) disebut juga tingkd keragaman individu, didefisikan sebagai proporsi hubungan yang menyimpang yang dimiliki individu dari sumbw-sumber i n f o m i di dalarn sistem.

Adapun cara pengumpub data jaringan komunikasi adalah h g a n metode sosiometri, yaitu meto& penyelidikan yang didasarkan p d a "siapa b t e r a k s i

d e w siapa" atau "dari siapa

-ran&

mendapatkan informasi tertentu, sesering q a k a h mereka m e n d i s k w h topik tersebut". Data sosiomesi yang dituang dalan

bentuk skema atau gambar miometri disebut dewsosiopm. p-bar sosiogrer=

clapat

memperlihatkan, opinion leacder lpemimpin opini yaug disebut juga pemuka penclapat), bridge, liaison, isdate, jumlah clique yang ada dalm suatu j-m, arah

jaringan informasi, struldur j a k g q k e p h h n atau frekuensi -h ('Rogers dm Kincaid 1 98 1 ; G o d e s &Earn Jahi 1 993).

Komumikasi

dan

Difusi imvasi

%bagaimam yang d h h h u i , bahw masyarakat petani dipdesaan, krinteraksi dengan dam, dengan cara beke j a atau kTkasya dari w a b

ke

waktu. M w k a hidup bersma sew mggota rnasyarakat yang mempunyai padmgan dm

penilaian temadap dam, k ~ a , waktu dm hu- dengan alam (Levis, 1%).

(189)

msnfjnt-lya atau tidak berarti apa-apa bsgi petani, apabila inovasi tersebut tidak dikcm ~4kasikan ke ddam alam m a s m a t pedesaan tersebut. Lebi h Ianjut dikata- krtl : bal;.wa suatu inovasi yang telah teruji, perlu disebarluaskan agar rnasyarakat

&pat n:rmgenal, mengetahui, dan menentukan akankah mengadopsi atau menolak

teImo1n::i tersebut.

Kehubungan dengan difisi inovasi, menurut Rogers (1983), Zahapan yang umum dilakukan proses pengambilan keputusan inovasi meliputi; a) tahap

pengemian, b) tahq persuasi, c ) tahap p e n g m b i h kepuiusaa, d)

tahap

implemmntasi, dan e) tahap k o n h m i .

Tahap pengenalan, adalah tahap memperkenalkan keberadaan suatu hovasi kepada o~.ang lain dan mereka memperoleh bekapa pmgertk tentang bagahma kegunm~ madkt inovasi tersebut Tabp p u a s i , a & M b b p yang rnenunjukkm gejda di mana individu mulai membentuk sikap sdca atau tidak-suka

t d a p iaovasi, Tahq keputusan, merupakan tahap individu melakukan aktivitas

yang

akan

ay- u t u k membuat suatu pilihan mewxima atau menolak.

Tahap implementasi, aid& tahap individu melakukan a p yang flldah mefupakau keputusannya, yaitu menerapkan inovasi atau tidak m e n e q b n

Tahap

konhmsi,

yaitu

tahap

individu mencari pguatan atau pngukuhm

terhadap

keputusrrn yang

te1ah dibuatnya, Pada tahap ini mungkin irmdividu y m g akan menolak keputusan yang telafi dibuat sebelumnya, jika dia d ipada i n f o m i yang krtenmngan dengan inovasi yang telah diterapkan atau yang pemah ditolahya atau

(190)

.A~'d!>ila seseorang akan melakukan pengambilan keputusan t e h d a p suatu

inova+. hiisanya melakukan usaha pencarian informasi lebih banyak, baik dari

media ~nassa ataupun dari orang yang

Serada

di sekitar m e ~ k a Meialui infonnasi

yang iiiyraleh, seseorang akan melakukan saling t u k menukar infomasi yang merek:i pil-~yai, sehingga ha1 ini akan menambah pnguatan pada diri media

rnengnai ir~formasi tersebut. +

Prore pertdamn informasi rnefllpkm inti dari aktivitas komunikasi, hd ini

memungkH:kan fllatu inovasi dapat terdihi dan diadopsi oleh peiani rnelalui

hubuflgan jltringan komur_ik~?~i yang terjadi.

Behempa penelitian mengenai jaringan komunikasi diiakukan antam lain oleh; S v d i (19721, mengenai penyeharm i n o w i dan' lapisan atas ke lapisan bawah di sebuah

desa

di J a w Barat menyimpkm bahwa, jengan komunikasi yang h-kntuk pada suatu kelompok sqpt k m a n b dalarn proses adopsi inovasi

atau penyetapan inovasi p e h a n . D e m W juga Wmya dengan h i 1 penelitian Angelina (1992) di Kabupaten Bogor menyhnpubn Wwa, jaringan kornunikasi sangat bemanfaat dalam pengabpsian unsur-mur p s a ~ usahatani.

(191)

Sikap m e 1uli~4 kan konsep yang paling penting dalam psikologi sosial, karena sikap adahh sa;;th 5 - tu unsur kepribadian yang mempunyai pengsruh besar dalarn

Ciri -rang. Sehagai suatu gejala psikologis, slLap memilii -defhisi

yang dikemukakan dcngan berbagai tinjauan oleh para sthli.

Menurut Rakhmat (I 999), sikq hanydab sejenis motif sosiogenis yang dipernleh melaliii proses belajar, sedangkm h x b &

4

(1 %2) menyatakan bahwa, sikap &ah kecendYmgan seseorang untuk mengetahui, rnemakm dan bertifidak tehxhp obyek yang disikapi dm terorganisir di Mam suatu s i s m yang

berlaugsung s c a m rerus menerus. Sehjutnya dijehskan bahwa sikap merupakan

&i yang tertutup dan mmya men

cerminkan

opini atau p d q m t sewrang

seam impEsit, t e q i sebdiknya a p yang seseorang belum tentu menggambadm sikap atau atti&& yang sebenamya

Fishbein dan Ajzen ( 1 975) berpeadapat bclhwa, sikap merupakan predisposisi (keadaan yaag mudah terpenganrh) emosional yang dipeIajari

untuk menanggapi

atau h d c s i seem konsisten k r h l a p s u m obyek, bdc ddam h t u k tanggapan positif maupun tanggapan negatif. Kemudian Allport (1 % 1) dolnm Triadis (1 97 1 ) menyatakan S&wa, s i b p merupakan k a b n dm kesiapan mm*A yang temwni-
(192)

Fazio dan Roskos-Ewoidser! ( I 3'34) dalam Baron dm Byrne (1 997) menekankan bahwa sikap merupakan m s i s i di antam obyek sikap dan evaluasi dari obyek sikap

tersebut.

Kemudian M m a t E 1 999) mengatakan bahwa, sikap bukadah tingkahhku,

tetapi merupakan kecenderugga:~ -mtuk merasa, berpikir, berpersepsi, krtindak dm

be&igkahlaku dengan cara-zsn tertentu terhadap d q e k sikap, baik berupa benda,

orang, kekmpok, ternpat. situasi ataupun gag-, Lebih Ianjut dijelaskan bahwa,

sikap mempunyai daya p d o m n g atau motivasi bukan sekedar &aman masa lalu, tetsrpi menenPakan apakah weorang harus setuju atau tidak setuju temadap sesuatu, menentukan apa yang disuh, diharapkan dan diingkbn serta mengesrunpingkan apa yang ti& dEngidm dm

harus

dihindmi. Shp ~ 1 a t i f lebib menetap, timbul

dari pengalaman dan mengandung aspek evduatif, 6 y a mengatdung nilai

menyenangkan atau tidak rnenyenangkan. Fishkin

dm

Ajzen (1975) berpendapat

bahwa, sikap tidak identik den- #pons dalm bentuk thgkahlaku yang dapsrt

diamati.

Sikap tidak dapat diamd

secara

hgsung, tehpi dapat disimpuhn dari konsisbensi tingkahlaku yang dapt diamati.

l k r i kbetapa definisi di atas dapat disimpdkm bahwsikap berkenaan dengan k-nan p i h , perasaan dan kecendenmgan untuk beltindak atau kecenchingan untuk bedngkahlaku seseorang dalam merespons obyek sikap yang

krsifat permanen dm dhyatakan den* pemyataan setuju atau ketidak-setuiuan

(193)

Komponen Sikap

Sikap juga dibzfinisikan sebssai siltern atau organkasi ymg bersifht mtnetap

dari komponen kognisi, afeksi dm kor,asi. Komponen kognisi rnenunjuk kepada pengetahuan mengenai obyek; mencamp hh, pengetahw dan kepercayaan (beliej) tenbng -7- suatu obyek. Kompnt:~: akksi menunjuk kepada yrasaan ymg mempakan fungsi evaluatif terhadap obyek mengenai, baik - b u d , mendukung

-

tidak mendukung, Sementara komponm konasi menlmjuk kepada kesiapan merespons obyek atau 'hiat'' atau kecendenmgan bahdak sehubungan dengarz obyek srkap (Krech

a

aJ

; 1962).

Azwar (1 988) menjelaskan bahwa, komponen kognisi berisikan persepsi, kepnxyaan dm s w t i p y n g dirniliki individu mengeaai sesuatu obyek sikap.

Kepercaym datang dari apa yang telafl d i l W atau apa yrtng telah d i k d u i ,

Komponen kognisi sering disamakan d e n p padagan

(0-1,

tenrtaEa rnenyangkut masalah issu kontroversial. Kompnm afeksi m m p a b peperrrsaan

individu terhadap obyek sikap. Secm umum komponen

ini

d k a m a h dengan

p e w yang dimiliki

terhadap

sesuatu, namun peugeaiaa perasaan prihdi sering- Mi sangat hbeda perwujudamya bila dikaitkan dengan sikap. Komponen konasi menunjukkan bagaimam Mingkahlaku atau k d m q p n khgkahlaku yang
(194)

sikap seseomng akan dicerminhnya dala,n hcntuk tingkahlaku telhadap obyek

yang disikapi.

Fishbein dan Azjen (1 975) menyatakm hFlhwa, komponen afeksi mempakan

bagian esensial dari sikap. Hal ini b e d baham sesuatu yang menjadi pikiran seseorang tidak akan lepas dari perasaamya yang menyerbi apa yang menjadi pikirannya t e r s e b ~ c h i memungkinkan mxdomngnya untuk bertingkddaku. Sehjutnya dijelaskan bahwa sikap sebagai suatu sistem yang menekankan pada keterkaitan antara ketiga komponen yang terkait, yaitu pengduan individu tentang obyek mempengmhi p m a n dan kecendmmgm k r h d a k terhadap obyek

tersebut. Peiubahan

dalam

pengetahan tentang

obyek

akan

m e n i m b u h perubahan dalam perasam tentang obyek dan selanjutnya a h n mempengaruhi kecenderung- annya unruk bettindak sehubungan b g a n obyek yang disikapinya.

Fabr-faktor yang

Mempengaruhi

SWp

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975),

sikap

bukan bwaan dari labit melainkan sesuatu yang dipelajari, artinya bahwa kesiapan untuk merespons

secara

konsisten untuk mendukung atau

tidak

mendukung terhadap suatu obyek melalui pengalaman clan pengaruh lingkungm.
(195)

Sikap terbentuk oleh pengalaman individu dalmn hi:bungannya dengan obyek sikap. Pengalaman mengarahkan pa& pembentuka? keyrkinan yang knmriasi tentang .

obyek, tindakan dm atau peristiwa tertentu ('Fishbci!~ dan Ajzen 1975).

Azwar (1988) menjelaskan bahm hkz01~-hktor ekstemal yang dianggap

sangat berpengruvh dalam mengarahkan sikap kl:~ada b e n d yaug dikehendaki,

-

mtara lain: peran komwrikator, ethitivitas kornw'kasi, dan organisasi komunikasi,

serta pendekatan komunikasi persuasif Dalam kaifan tersebut, Krech gZ(1%2) menyatakan bahm & empat fhktor pembentuk sikap, yaitu; a) keingiuan individu,

b) informasi, c ) keterlibatan individu dalam kelompok, dan d) k e p r i b d h . Lebih lanjut dijelaskan, bahwa;

a). Keinghan individu. Slkap dapat terbmtuk

dalam

proses pencapaim keinginan dan kepuasan individu, artinya sikap dipandang memiliki nilai i-tal yang dapat mempermudah atau merighambat proses pencapah tujuan, pemenuhan keinginan dan pencapah

kep-

individu. Seseorang akan mengemkmgkan

sikap positif k h d q suatu obyek tertentu, apabila dengan sikapnya yang psitif

stkan

men* pada p m a p h tujuaa, pemenuhan

keinginan

dm akhirnya dapat mencapai kepuasan. Tetapi sebalhya orang

akan

rnengembangh s h p

negatif t e b h p suatu obyek tertentu apabila deagan sikap negatiftddap suatu o b ~ k tertmtu akan menghamhat pencapaim tujuaa, pemenuhan keinginan, dan pencapaim kepuasan.

b). Infomasi. Sikap t e m t u k deh perkembangan pengetahurn subyek tenkqg

obyek sehubungan dengan infbmzasi tentang obyek yang s e m h ktambah.

(196)

dalam diri individu. Sikap terhadap obyek berkembang ke arah yang lehih positif-mendukung obyek atau ke arah yang lebih negatif-tidak mendukung obyek, tergantung pada perkembafigan infor.nasi yang &pat diterima individu. Apabila informasi y m g diterima memperkuat keyakinan tentang obyek, maka akan mengarah pada terbentuknya sikap yang semakin positif terhadap obyek. Sebaliknya apabila infomasi yang diterima mernperiemah keyakinan &an

obyek,

akan

mengarahkan pada pernbentdan slkap yang semakin negatif techadap obyek. Lebih lanjut Littlejohn (1 996) menambatikan bahwa, terjadinya

petubahan sikap seseomng discbahkan h n a terakumulasinya informasi rnengenai suatu obyek sikap.

c).

Kcter!ihetm hdividu. Sikap jvga drtn,net tertKntuk o!eh keter-tcaitan individu dengan individu lain atau dengan kelompok. Sikap i d ~ r i d u krkaitan dengan ketedibatan individu dalam kelompk. Sikap individu dipengaruhhi oleh keyakinan, nilai, dm norma kelompok. Sikap individu sebagian terbentuk oleh dukmgan dari kelompok di mana hdividu terlibert di dalamnya, dm sikap individu sering merupakan refleksi atau cerminan dari sikap kelompok,

keyakinan, nilai dm norma keiompok tmkmtu.

(197)

kepribadiannya, seperti Wlihat pada sikap kesukuan, sikap ~k.lig: t .s, sikap poli tik

dm sebagainya yang menek&. pada aspek pribadi.

Menurut EfFendi (1 983), untuk mmgukur sikap beberapa

ha

I jxrlu dipertim- ..-

-.-

bangkan t&ap cirisiri umum sikap, antam lain; I) sikap bukan pmbawaan sejak lahir, tetapi krkntuk dari interaksi dengan lingktmgamya; 2) sikap dapat bmbah, kmna s h p sebagai hasil belajar, 3) sikap ti& b e d i m d i r i , senantiasa befgantung

pada

obyek; 4) sikap berhubungan dengan waktu, b e d pada wk-h

sudah terpeauhi, 6 ) sikap magandung f&ktor-f&or motivasi dan emasi, ha1 inilah

yang membdakan mnyadengan pengetah~~anya.

Salah soltu teknik pengulruran sikap yang disebut "me Method of Sumared

Rating" (popder dengan sicah model Liiert) rneqmkm mwe pcmyataan sikap yang menggunakan respon subyek s e w dasar penen- nilai shhnya. $Ma

Likert krisikan qemngkat pmyatsan (statement) yang merupakan pendapat seseorang tentang suatu obyek sikap dan metmempathnnya pada suatu skala kontinum (Likert, 1967). Selanjutnya dijelaskan b a h w m a g d w sikap seseorang, individu diminta memberikan persetujuan atau ketidak-setujuan terhadap obyek

(198)

Metode Likert biasanya digunakan untuk pernyataan &lam jumldr ksar dan dalam memberikan respon subyek diizinkan memilih dalarn lima kategcri, yaitu;

sangat sstuj u, setuj u, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju t Azwdr, 1 988).

Lekih lanjut dikatakan bahwa, subyek yang sangat sehju terhadap obyek tertentu, akan memilih pertimbangan yang tertinggi, yaitu sangat setuju dan ~ M i i . . i ~ y a Jadi

"statemerzl jmorable" yang direspon sangat setuju, d i b i nilai pertknkngn = 4,

setuju = 3, ragu-ragu = 2, tidak setuju = 1 dan sangat tidak setuju = 0.

Menurut tikert (1

%7),

untuk memenuhi mutu kese1uruba.n skaia sikap, prlu

dipehatikan kriteria operasional sebagai berikut;

a). Setiap pemyataan harus rnerupakan gambmm sikap terhadap satu aspk dari

obyek sikap.

bj. Keseiuruhan perangkat pernyataan hams mewakili semua aspek dari ob4-ek sikap.

c). Setiap pemyatam harus memiliki

s

U

4-3-2-14 unaJr pernyahan yang positif,

dan skala 0- 1-2-3-4 untuk pernyataat~ yang negatX

d). Setiap prnyataan hams mampu mem- subjek yang mempuuyai sikap

yang positif atau sikap negatif terhadap suatu objek.

e).

Setiap pemyataan

secara

terpisah hemMaya seluruh perangkat

pernyahan tersebut.

Defisi jaringan komunikasi yang dikemukakan okh Rogers h n Kincaid

(199)

saling berhubmgan rnelalui jaringan in formasi yang terpola dm mempunyai Gngl;;;. t stmktur tertentu yang s& stabil.

Berkenaan dengan pendapt K m h gZ(1962) bahwa, terbentuknyz ~ i k a p disebabkan oleh perkembangan pengetahurn sehubungan dmgan semakin

bs,-

tambahnya infbrmasi mengenai suatu obyek, maka hal senada juga dikemtikak~~~1

oleh IittleJohn (1996) Gahwa, apabila dihubangkan dengan suatu infonnasi, z d a

sikap &pat dip&& sebagai suatu akumulasi dari inhmsi mengenai suatu obyek, seseorang, situasi atau pengalaman, di mana &p keping infbmasi tersebut dievaluasi bedasarkan sistem kognisi yang Mah terbentuk mbelumny~ Dengan demikian &pat M a n h%wa, informasi h u yang mssuk ke dakm sistern kognisi seseomg akan m e m p p e n g ~ rian

a h

mequbab sikap orang tersebut dm

perubahan yang tg'adi terhadap sikap

ini pada

gilirannya akan mengamh pa& perubah tin- orang tersebut

Rogers dan Kincaid (198 1) mengatahu bahwa, dari sudut ilmu hmunikatsi sikap memberi

~~

tinpkahblnl

komunikan (sebgai penerima) sebe1um dan sesudah menaha informasi. Wmgd blok ukur

dari

bdmgsmgnya komunikasi

tejadi pubahan sikap dan pendapat komunikan sesuai kehendak

korouni-

kator (sebagai sumber).
(200)

m e m h t u mempe&ncar proses adopsi program keluarga be~ncana (Qnzde:.

dalam Jahi, 1993). Selain itu hasil penelitian lain rnengtrngkapkan M w a Iaki-Jaka

penderita m g a n jantung di Arnerika lebih cepat sembuh dan dapat kembali bekeja scper~i sediakah, dimana para isti m e ~ k a memperoleh lebih bmyd dukungan dari -got. jaringan wsial

di

w a n mereka (Rogers dm Kincaid 1981).

Kemudian penelitian Rogers dan Kincaid (1981) di Chiia menyimpukm bahwa, dengan mernmfdan kekmpk dalam b e n d jaringan komunikasi dalam

membentuk tingkahlafiu individu ymg dlehendaki menunj- h i 1 yang smgat nyata terhadap p e m w daim diri mereka masingmasing. Melalui dinamika kelompok =ponden dimin@ rnengkritik tinglkahlaku mereka dm tingkahlaku orang lain urrtuk rnemotivasi perubahan

di

d a m diri mereb sendiri.

Penelitian Harmonis (1 997) menyhpdcm Wwa, peubah komunikasi

kelompok menjadi pub& yang sangat dominan dalarn membentuk kesenjangan

mtara pengetahuan dan tingkhhku, s d m g h n antam pengetah- dan s h p ; sikap dan tingkatilaku tidak tdapat kesenjanpan yang signifikan.

Hasil penelitian Shobaruddin (1 992) mengenai

3tdi

hubungan pola mj an

kommikasi dengm iklim dm budaya kaja" menyhpulkan bahwa, pola j-an

komunikasi ~u~ signifikan terhadap usaha tern& sapi perah. Dengan kata

Gambar

Tabel 2. Jurnlah petani responden 'berdadm pndiciiiran f o d
Tabel 4. Jurnlah petani responden wm.:C;an mab pencaharian sampingan.
Tabel 7. Jumiah petani responden bedasarkan derajat koneksi individu.
Tabel 9. --- iu~ni;:h petani responden berdasarkan derajat diversitas inbividu. -
+3

Referensi

Dokumen terkait

 Bumi,bulan & matahari berada dalam satu garis lurus.  Bulan menghalang cahaya matahari sampai ke bumi.  Sebahagian bumi mengalami gerhana penuh manakala. yang lain

Oleh: Alfiatun Nisa NIM. Di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sekarang sedang berkembang gaya hidup yang Islami. Hal ini dapat didukung dengan

seorang pelaku usaha tidak memiliki perizinan, pelaku usaha tersebut masih bisa menjual produksinya. Begitupun sebaliknya, apabila suatu pelaku usaha memiliki perizinan

5 Saya merasa, hubungan antara bawahan dengan atasan dapat meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik. 6 Saya dapat berhubungan baik dengan sesama rekan kerja saya

[r]

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Kedalaman tanah penting dalam menentukan tingkat bahaya erosi (TBE) serta menentukan kemampuan penggunaan lahan (KPL) dan identifikasi hutan dan lahan kritis. Dalam kaitannya

Yang dimaksud dengan asas pengakuan terhadap kearifan tradisional masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya daerah aliran sungai adalah trrenerimaan oleh