PENGEMBANGAN INDEKS KEPEKAAN EKOLOGI (IKE)
EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP TUMPAHAN
MINYAK
MUARIF
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Pengembangan Indeks Kepekaan Ekologi (IKE) Ekosistem Mangrove Terhadap Tumpahan Minyak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN
MUARIF. Pengembangan Indeks Kepekaan Ekologi (IKE) Ekosistem Mangrove Terhadap Tumpahan Minyak. Dibimbing oleh ARIO DAMAR, SIGID HARIYADI, DEWAYANY SUTRISNO dan MENNOFATRIA BOER.
Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang rentan terkena tumpahan minyak. Pembersihan tumpahan minyak yang masuk ke dalam ekosistem mangrove sangat sulit dan membutuhkan biaya yang mahal. Indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove adalah suatu metode alternatif untuk mengendalikan tumpahan minyak melalui upaya mencegah tumpahan minyak memasuki kawasan ekosistem mangrove yang memiliki kepekaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan variable-variabel utama indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak, mengembangkan formulasi indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak, dan menguji coba formulasi indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak di kawasan mangrove Segara Anakan Kabupaten Cilacap dan Pesisir Kabupaten Indramayu.
Tahapan penelitian ini meliputi perumusan variabel-variabel kunci indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove, perumusan formulasi indeks, dan ujicoba indeks. Perumusan variabel indeks dilakukan melalui studi literatur, survei pakar, analisis cluster, dan uji statistik. Data yang digunakan berupa data sekunder dari berbagai laporan penelitian dan jurnal, serta data primer yang merupakan hasil survey di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Indramayu.
Penelitian ini menghasilkan delapan variabel kunci indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove, yang meliputi keberadaan nursery habitat (KNH), jenis flora mangrove (JMg), umur flora mangrove (UMg), lama penggenangan pasang (LPP), kerapatan pohon mangrove (KPM), jumlah jenis flora mangrove (JJM), keberadaan flora mangrove yang dilindungi (KML), dan keberadaan fauna yang dilindungi (KFL). Formulasi IKE ekosistem mangrove yang terbentuk berdasarkan variabel-variabel kunci dan pembobotan berdasarkan nilai rangking adalah:
Indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove ini mampu memenuhi kriteria indeks yang baik, antara lain: (1) variabel-variabel indeks ini mampu mewakili karakteristik ekosistem mangrove (lingkungan, flora, fauna, dan fungsi ekologi); (2) indeks ini memiliki kemampuan menilai kepekaan ekologi ekosistem mangrove dengan baik, terbukti pada ujicoba menggunakan data sekunder indeks ini mampu membedakan tingkat kepekaan ekosistem mangrove dalam empat kategori, yaitu kurang peka, cukup peka, peka, dan sangat peka; dan (3) formulasi indeks sederhana sehingga mudah untuk digunakan. Kapasitas indeks ini mampu menilai berbagai karakteristik ekosistem mangrove, sehingga indeks ini dapat diterapkan pada seluruh lokasi mangrove di Indonesia.
Hasil penelitian ini juga menggambarkan sebaran indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu tergolong peka dan Kabupaten Cilacap tergolong peka dan sangat peka. Keberadaan ekosistem mangrove dengan tingkat kepekaan ekologi yang tinggi di Kabupaten Cilacap dan Indramayu
IKEem=0,18KNH+0,12JMg+0,15UMg+0,13LPP+0,09KPM+0,09JJM
membutuhkan upaya pencegahan terjadinya tumpahan minyak sehingga tidak menimbulkan kerugian ekologi dan juga kerugian ekonomi yang tinggi.
SUMMARY
MUARIF. Development of Ecological Sensitivity Index (ESI) of Mangrove Ecosystem to Oil Spill. Supervised by ARIO DAMAR, SIGID HARIYADI, DEWAYANY SUTRISNO and MENNOFATRIA BOER.
Mangrove is a coastal ecosystem that is vulnerable when it is exposed to oil spills. Cleaning up oil spills in mangrove ecosystems is very difficult and highly costly. Ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystem is an alternative tool to control oil spill by protecting highly sensitive areas from oil spill. The objectives of this research were to define key variables of the ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystem to oil spills, developing formulations of ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystems to oil spill, and assessing the formulations of ecological sensitivity index (ESI) mangrove ecosystem to oil spills in Cilacap Regency and Indramayu Regency.
The steps of this research included defining the key variables of ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystems, defining ESI formulations, and assessing ESI formulations. Formulation of the index variable was conducted by literature studies, expert surveys, cluster analysis, and statistical tests. Secondary data (research reports and journals) and primary data (surveys in Cilacap Regency and Indramayu Regency) were collected.
This research resulted in eight key variables of ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystem, namely the existence of nursery habitat (ENH), the kind of flora mangrove (KFM), age of mangrove flora (AMF), length of tide inundation (LTI), the density of mangrove trees (DMT), the number of mangrove species (NMS), the existence of protected mangrove flora (EPM), and the presence of protected fauna (EPF). ESI formulation of mangrove ecosystems was formed based on key variables and weighting based on the value of the ranking as follows:
Ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystem had the criteria of the best index including: (1) variable index is able to represent the characteristics of mangrove ecosystems (environment, flora, fauna, and ecological functions); (2) This index has the ability to assess the ecological sensitivity of mangrove ecosystem well and by using secondary data this index is able to distinguish the level of sensitivity of mangrove ecosystem in four categories, namely, low sensitive, moderately sensitive, sensitive and very sensitive; and (3) the index formulation is simple and easy to use. The capacity of this index is that it is able to assess various characteristics of mangrove ecosystem, so this index can be applied in any location of mangrove in Indonesia.
Results also showed that the distribution of ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystem in Indramayu Regency was categorized as sensitive and that in Cilacap Regency was categorized as sensitive and very sensitive. High level of ecological sensitivity of mangrove ecosystems in Cilacap Regency and Indramayu Regency indicated the need of efforts to prevent oil spills in order to avoid high ecological and economic losses.
ESIme=0.18ENH+0.12KFM+0.15AFM+0.13LTI+0.09DMT+0.09NMS
Through oil spill control based on the level of ecological sensitivity index (ESI) of mangrove ecosystem, the policy control of oil spills in mangrove ecosystems would put priority on effective oil spill prevention and response. Prevention aspect implied planning activities to prevent oil spills in activities which are potential to cause oil spills. Effective response implied activities to respond quickly to effectively prevent oil spread and clean up oil contamination in affected regions.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
PENGEMBANGAN INDEKS KEPEKAAN EKOLOGI (IKE)
EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP TUMPAHAN
MINYAK
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2016
MUARIF
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Penguji pada Ujian Tertutup: Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Prof (Ris) Dr Ir Ngurah N Wiadnyana, DEA
Penguji pada Sidang Promosi: Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
D"B/H ,>#<@?(H #)&):3#-?H #6#-4H.5/5&(HH -5?(?A#1H
4&85E#H#9' 6H C16'4H)4F-H
2H H
H C9)$H
-:=H =+5H (H #@CH
*#@C"6!:5%#:
52*?(H#!()&H
.+: .:.: B2.*0)5
*+2:
;5%H .:.:#5$2!H :
)+2:
26:.+.': 26!: )%+&):B2#:!GH 1!0!.:):62):
.:.:(: /7!):+H
!#26!:+$:
)%:"!): .375,:7%!:
)%: !): 70470:
)%:C0C?H
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Disertasi ini disusun sebagai laporan hasil penelitian tentang Pengembangan Indeks Kepekaan Ekologi (IKE) Ekosistem Mangrove terhadap Tumpahan Minyak yang diaplikasikan di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Indramayu..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Ario Damar MSi, Bapak Dr Ir Sigid Hariyadi MSc, Ibu Prof (Ris) Dr Ir Dewayany Sutrisno M.App.Sc., dan Bapak Prof Dr Ir Menofatria Boer selaku pembimbing, atas segala bimbingan, saran, arahan dan masukannya dalam penyusunan disertasi ini. Penulis juga mengucapkan terismakasih kepada Prof Dr Ir Cecep Kusmana MS dan Prof (Ris) Dr Ir Ngurah N Wiadnyana sebagai penguji luar komisi, atas masukannya yang berharga bagi penyempurnaan disertasi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Koordinator Kopertis IV, Rektor Universitas Djuanda, dan Dekan Faperta Universitas Djuanda yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 di Sekolah Pascasarjana IPB. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ketua dan Sekretaris serta seluruh staf pengajar Jurusan Perikanan Universitas Djuanda atas kerjasamanya selama penulis menyelesaikan studi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman SPL angkatan 2011 (Maartianus Baroleh, Taryono, Mujio, Dori Rahmawani, dan Yar Johan) atas kerjasamanya selama studi di PS SPL IPB. Penghargaan penulis sampaikan Bapak M Sam’un, Bapak Setyono, Bapak Burhanudin M, Ibu Lilik K, Ibu Amula N, Sdr Aldiano, dan Sdr Ardi atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan disertasi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Suci Rahayu, Yu Muriah, Mas Rohim, dan Mas Roat atas segala doa dan dukungannya. Ucapan terimakasih yang tulus juga disampaikan kepada istri dan anak-anak yang telah bersabar dan selalu mendoakan penulis. Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan tersebut dengan balasan yang terbaik di dunia maupun di akhirat.
Akhirnya penulis berharap semoga disertasi ini bermanfaat dan memberikan peran nyata bagi pembangunan di Indonesia, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan.
Bogor, Agustus 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Perkembangan Penelitian yang Terkait dengan Indeks Kepekaan Ekologi 5
Kebaruan (Novelti) 9
Kerangka Pendekatan Studi 9
2 PENGEMBANGAN VARIABEL-VARIABEL INDEKS KEPEKAAN
EKOLOGI (IKE) EKOSISTEM MANGROVE 11
Pendahuluan 11
Metode 12
Hasil dan Pembahasan 14
SIMPULAN 20
PENGEMBANGAN INDEKS KEPEKAAN EKOLOGI (IKE) EKOSISTEM
MANGROVE 22
Pendahuluan 22
Metode 24
Hasil dan Pembahasan 26
Simpulan 31
4. APLIKASI INDEKS KEPEKAAN EKOLOGI (IKE) EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN CILACAP DAN PESISIR KABUPATEN
INDRAMAYU 32
Pendahuluan 32
Metode 33
Hasil dan Pembahasan 40
Simpulan 57
5. PEMBAHASAN UMUM 58
Indeks Kepekaan Ekologi (IKE) Ekosistem Mangrove 58 Pemanfaatan Indeks Kepekaan Ekologi (IKE) Ekosistem Mangrove dalam
Pengelolaan Sumber daya Pesisir 62
6. SIMPULAN DAN SARAN 64
Simpulan 64
Saran 65
DAFTAR ISI (lanjutan)
LAMPIRAN 73
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan penelitian yang terkait dengan indeks kepekaan ekologi 6 2 Variabel-Variabel IKE ekosistem mangrove terhadapTumpahan Minyak 14 3 Pengelompokkan variabel-variabel IKE ekosistem mangrove 16 4 Kriteria tingkat kepekaan variabel-variabel IKE ekosistem mangrove 23
5 Distribusi variabel pada setiap cluster 28
6 Seleksi kombinasi variabel berdasarkan uji Wilcoxon dan nilai rangking 29 7 Pengelompokkan karakteristik variabel hasil analisis cluster dan variabel
hasil uji Wilcoxon 29
8 Nilai bobot variabel-variabel utama IKE ekosistem mangrove 30
9 Keberadan nursery habitat di lokasi studi 42
10 Dominansi jenis flora mangrove di lokasi studi 43 11 Sebaran umur flora mangrove di lokasi studi 46
12 Lama penggenangan pasang di lokasi studi 46
13 Kerapatan mangrove tingkat pohon 49
14 Jumlah jenis flora mangrove di lokasi studi 51
15 Keberadaan flora mangrove dilindungi di lokasi studi 53 16 Keberadaan fauna mangrove dilindungi di lokasi studi 54 17 Indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove di lokasi studi 55
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran penelitian 3
2. Kerangka pendekatan penelitian indeks kepekaan ekologi (IKE)
ekosistem mangrove 10
3. Persentase persetujuan pakar terhadap variabel-variabel IKE ekosistem
mangrove 18
4. Rataan nilai rangking variabel-variabel IKE ekosistem mangrove 19
5. Pendekatan Studi Perumusan Formula IKE ekosistem mangrove 25
6. Dendogram hasil analisis cluster variabel IKE ekosistem mangrove 27
7. Tahapan penelitian dan pendekatan studi aplikasi IKE ekosistem
mangrove 33
8. Lokasi penelitian di Segara Anakan Kabupaten Cilacap 34
9. Lokasi penelitian di Kabupaten Indramayu 34
10. Skema metode garis berpetak pada pengambilan data mangrove 35
11. Pendekatan pengolahan data spasial IKE ekosistem mangrove
(A: Cilacap, B: Indramayu) 38
12. Pendekatan penyusunan peta IKE ekosistem mangrove
(A:Cilacap, B:Indramayu) 39
13. Keberadaan nursery habitat di ekosistem mangrove Cilacap 41
14. Keberadaan nursery habitat di ekosistem mangrove Indramayu 41
15. Sebaran jenis flora mangrove (dominan) di Cilacap 44
16. Sebaran jenis flora mangrove (dominan) di Indramayu 44
17. Sebaran umur flora mangrove di Cilacap 45
xv
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
19. Sebaran lama penggenangan pasang pada eksosistem mangrove di
Cilacap 50
20. Sebaran lama penggenangan pasang pada eksosistem mangrove di
Indramayu 51
21. Sebaran kerapatan mangrove di Cilacap 52 22. Sebaran kerapatan mangrove di Indramayu 52 23. Sebaran jumlah jenis flora mangrove di Cilacap 55 24. Sebaran jumlah jenis flora mangrove di Indramayu 55 25. Sebaran keberadaan flora mangrove dilindungi di Cilacap 57 26. Sebaran keberadaan flora mangrove dilindungi di Indramayu 58 27. Sebaran keberadaan fauna mangrove dilindungi di Cilacap 59 28. Sebaran keberadaan fauna mangrove dilindungi di Indramayu 60 29. Peta sebaran IKE ekosistem mangrove di Kabupaten Cilacap 62 30. Peta sebaran IKE ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu 62
DAFTAR LAMPIRAN
1. Profil Para Pakar sebagai Responden Penelitian 81 2. Data sekunder variabel-variabel IKE ekosistem mangrove 82 3. Hasil uji Statistik Kombinasi 8 variabel dengan kombinasi 12 variabel 85 4. Sumber Data Variabel Indeks Kepekaan Ekologi (IKE) Ekosistem
Mangrove 86
5. Korelasi antara variabel-variabel utama IKE ekosistem mangrove
menggunakan data sekunder 92
6. Korelasi antara variabel-variabel utama IKE ekosistem mangrove
menggunakan data primer 93
7. Sebaran IKE ekosistem mangrove berdasarkan data sekunder pada 100
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan pesisir Indonesia sangat rawan terhadap pengaruh kejadian tumpahan minyak. Kilang-kilang minyak lepas pantai yang tersebar di perairan pesisir dan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) yang menjadi jalur lalu lintas kapal tanker menjadikan peluang cukup tinggi terjadinya tumpahan minyak. Tumpahan minyak telah terjadi tercatat sebanyak 26 kali yang berlokasi di 11 wilayah pesisir sejak 1975 sampai 2015. Lokasi-lokasi tersebut adalah Selat Malaka, NAD, Riau, Batam, Cilacap, Cirebon, Indramayu, Gresik, Surabaya, Bali, dan Laut Timor (Lendon, 2009; Mauludiyah dan Mukhtasor, 2009; Sucipto, 2012; dan Andrianto, 2015).
Tumpahan minyak dapat menimbulkan dampak pencemaran yang serius terhadap lingkungan pesisir, baik lingkungan perairan maupun daratan. Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat peka apabila terkena tumpahan minyak di antara beragam ekosistem pesisir (Sloan 1993; Kankara dan Subramanian 2007). Minyak akan terjebak pada mangrove sehingga upaya membersihkannya sangat sulit. Pencemaran minyak dapat menyebabkan kematian mangrove dan biota perairan di dalamnya serta merusak habitat beserta segenap fungsi ekologis dan sistem penunjang kehidupan yang ada di kawasan mangrove (Duke dan Pinzon 1986; Taylor 1991; Garrity et al. 1994; Soemodihardjo dan Soeroyo 1994).
Indonesia memiliki hutan mangrove yang luas sebagai negara maritim dan kepulauan. Hasil analisis citra diperoleh luas hutan mangrove Indonesia pada tahun 2009 sebesar 3.244.018,460 Ha (Saputro et al. 2009). Indonesia memiliki sebaran luas hutan mangrove yang berbeda-beda di setiap provinsinya Provinsi yang memiliki hutan mangrovw yang cukup luas di antaranya yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (1.634.003,454 ha), Provinsi Kalimantan Timur (364.254,989 ha), Provinsi Riau (206.292,642 ha), Provinsi Sumatera Selatan (149.707,431 ha), Provinsi Kalimantan Barat (149.344,189 ha), dan Provinsi Maluku (139.090,920 ha) (Saputro et al. 2009). Pada Tahun 2011 luasan mangrove tersebut mengalami penurunan menjadi 3.112.989 Ha yang merupakan 22,6% dari total mangrove dunia (Giri et al. 2011). Keberadaan Mangrove yang luas tersebut telah memberikan andil yang sangat berharga bagi keberlanjutan sumber daya pesisir dan lautan.
2
bantalan rel kereta api, furniture, tannin kulit kayu dan arang); buah mangrove (untuk aneka makanan dan obat-obatan), ikan, kepiting, madu, dan lain-lain. Mangrove juga memiliki fungsi sosial yang penting sebagai area konservasi, pendidikan, ekowisata, dan identitas budaya. Dengan demikian, nilai penting yang disumbangkan mangrove bukan hanya berdampak positif bagi keberlanjutan sumber daya pesisir dan laut semata, akan tetapi juga mampu memberikan dukungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Tumpahan minyak di kawasan mangrove akan mengakibatkan kerusakan pada fungsi ekologis, ekonomi, maupun sosial yang dimiliki mangrove sehingga akan menimbulkan nilai kerugian yang sangat besar. Keberadaan minyak di dalam ekosistem mangrove sulit dibersihkan sehingga upaya mencegah masuknya pencemaran minyak ke dalam eksistem ini harus menjadi pertimbangan utama.
Upaya mengatasi tumpahan minyak yang masuk ke dalam mangrove sangat sulit (Hoff et al. 2002) dan mahal biayanya (Fingas 2001). Penanganan kejadian tumpahan minyak yang sangat sulit pada ekosistem mangrove mengindikasikan pentingnya upaya pencegahan tumpahan minyak di kawasan mangrove. Upaya pencegahan tumpahan minyak yang memasuki mangrove dapat dilakukan melalui pendeteksian wilayah yang akan terkena pengaruh buruk tumpahan minyak dan wilayah yang dapat diproteksi dari tumpahan minyak. Informasi indeks kepekaan ekologi (IKE) secara spasial berguna untuk pengendalian pencemaran minyak, yaitu melalui pendeteksian wilayah yang akan terkena pengaruh buruk tumpahan minyak dan wilayah yang dapat diproteksi dari pencemaran minyak.
Perumusan indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove dinilai penting karena sampai saat ini belum ada penelitian yang secara khusus merumuskan variabel-variabel kunci dan formulasi IKE ekosistem mangrove. Penelitian Schallier et al. (2013) yang merumuskan metodologi pemetaan indeks kepekaan lingkungan di Laut Baltik, terkait dengan kepekaan ekologi mangrove masih bersifat umum yaitu dengan memasukan mangrove sebagai unsur yang diperhitungkan dalam unsur kepekaan ekologi sebagai habitat yang memiliki kepekaan ekologi yang sangat peka, tanpa menguraikan variabel-variabel pembentuknya dan formulasi indeksnya. Formulasi indeks kepekaan telah banyak dirumuskan pada penelitian-penelitian indeks kepekaan lingkungan (IKL) seperti penelitian Dahuri et al. (1998), Ismudi et al.(2002), DNV (2011), Ali (2009), Rikardi (2013), Damar et al. (2013), PKSPL (2014), KLHK (2015), akan tetapi penelitian-penelitian tersebut belum merumuskan formula indeks yang spesifik untuk kepekaan ekologi dari ekosistem mangrove.
3
Perumusan Masalah
Mangrove merupakan salah satu ekosistem di pesisir yang rawan apabila terkena tumpahan minyak. Upaya mengatasi tumpahan minyak yang masuk ke dalam mangrove sangat sulit, karena mangrove sulit untuk diakses (Hoff et al. 2002). Penggunaan dispersan dapat meningkatkan toksisitas, baik terhadap biota yang hidup di mangrove, maupun terhadap masyarakat pesisir yang berdekatan dengan kawasan mangrove (Peters et al. 1997; Petersen et al. 2002). Upaya membersihkan minyak di garis pantai adalah proses pembersihan yang paling mahal biayanya (Fingas 2001). Penanganan kejadian tumpahan minyak yang sangat sulit pada ekosistem mangrove mengindikasikan pentingnya upaya pencegahan tumpahan minyak di kawasan mangrove. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pendeteksian wilayah yang akan terkena pengaruh buruk tumpahan minyak dan wilayah yang dapat diproteksi dari tumpahan minyak.
Komponen-komponen ekosistem akan mengalami tingkat gangguan yang berbeda dan tergantung kepada tingkat kepekaannya. Komponen ekologi mangrove secara umum dapat dikelompokkan sebagai komponen biotik dan komponen abiotik (Gambar 1). Komponen biotik baik flora maupun fauna yang tidak memiliki kemampuan adaptasi pada saat terjadi tumpahan minyak akan mengalami gangguan yang serius, sebaliknya biota yang mampu beradaptasi akan kurang peka terhadap dampak tumpahan minyak. Menurut Hardjosoewarno (1989), Lin dan Mendelson (1998), dan Petersen et al. (2002), kepekaan mangrove terhadap minyak secara ekologi selain dipengaruhi oleh daya tahan (kemampuan adaptasi) biota mangrove juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya minyak tinggal dan tingkat kemudahan membersihkan tumpahan minyak di ekosistem mangrove. Substrat lumpur merupakan salah satu komponen abiotik mangrove yang akan menyebabkan minyak terjebak di dalam ekosistem mangrove dan sulit dibersihkan (Fingas 2001; Souza et al. 2009).
Ekosistem mangrove yang mengalami gangguan secara ekologis akan menyebabkan fungsi sosial ekonomi mangrove juga akan terganggu. Fungsi sosial ekonomi mangrove yang terganggu mengindikasikan terjadinya gangguan terhadap komponen sosial, ekonomi dan budaya di masyarakat yang memiliki keterkaitan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian BIOTIK E KO SI ST E M P E R A IR A N P E SI SI R (E ST U A R IA , P E R A IR A N L A U T ) PRODUKTIVITAS
PERAIRAN PRODUKSI PERIKANAN
T U M PA H A N M IN Y A K SOSIAL BUDAYA EKONOMI ABIOTIK KEPENDUDUKAN SUBSTRAT HIDRO
OSEANOGRAFI FLORA FAUNA KELEMBAGAAN
E K O S IS T E M M AN G RO V E SOSIAL EKONOMI
KEPEKAAN Derajat tidak toleran suatu habitat, komunitas, atau spesies terhadap gangguan (dari luar) yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian (Tyler-Walters et al, 2001)
KEPEKAAN EKOLOGI KEPEKAAN SOSIAL EKONOMI
KOMUNITAS MANGROVE
(Charles, 2001)
Jasa Lingkungan Nilai Ekonomi
Jasa Lingkungan
Nilai Ekonomi
Pengelolaan
RUANG LINGKUP STUDI
KERENTANAN
Peluang suatu sumberdaya terkena gangguan (dari luar) (Tyler-Walters and Jackson,
4
dengan ekosistem mangrove. Menurunnya produktivitas perikanan di kawasan lain yang memiliki konektivitas ekologi dengan ekosistem mangrove, juga akan menjadi pemicu gangguan sosial ekonomi di masyarakat nelayan. Gambaran ini menunjukkan indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove menjadi indikator penting yang harus diperhitungkan dalam pengendalian tumpahan minyak yang masuk ke dalam ekosistem mangrove.
Indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove merupakan salah satu komponen yang diperhitungkan dalam memetakan indeks kepekaan lingkungan (IKL) pesisir. Komponen lain dari indeks kepekaan lingkungan (IKL) adalah indeks kerentanan (IK) dan indeks sosial (IS). Istilah yang identik dengan indeks kepekaan ekologi (IKE) dalam beberapa penelitian IKL di antaranya kepekaan sumberdaya biologi (NOOA 2002), nilai konservasi (Dahuri et al. 1998, Ismudi et al.2002, indeks sumberdaya biologi (DNV 2011), produktivitas pesisir (Ali 2009), dan indeks ekologi (IE) (Rikardi 2013), Damar et al. 2013, PKSPL 2014, KLHK 2015). Penelitian-penelitian tersebut sebagian besar telah merumuskan formula indeks kepekaan lingkungan (IKL), akan tetapi belum mengembangkan formula-formula indeks dari komponen pembentuk IKL, seperti formula indeks kerentanan (IK), formula indeks ekologi (IE) dan formula indeks sosial (IS), termasuk formula untuk indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove.
Permasalahan yang timbul dalam merumuskan indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove adalah:
1. Apa variabel-variabel yang menentukan indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak?
2. Bagaimana menentukan indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan Minyak?
3. Bagaimana mengaplikasikan indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove yang diperoleh bagi pengendalian tumpahan minyak di suatu kawasan mangrove?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Merumuskan variable-variabel utama indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak
2. Mengembangkan formulasi indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak
3. Menguji coba formulasi indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak di kawasan mangrove Segara Anakan Kabupaten Cilacap dan Pesisir Kabupaten Indramayu
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
5 2. Menggambarkan tingkat kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove yang dapat menjadi informasi yang berguna bagi pengelolaan sumber daya pesisir
3. Menghasilkan peta indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove yang berguna untuk pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan.
Perkembangan Penelitian yang Terkait dengan Indeks Kepekaan Ekologi
Penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan indeks kepekaan ekologi (IKE) banyak berhubungan dengan penelitian-penelitian tentang indeks kepekaan lingkungan (IKL) di kawasan pesisir (Tabel 1). Penelitian indeks kepekaan lingkungan (IKL) pertama kali dikembangkan oleh NOOA (National Oceanic and Atmospheric Administration) pada tahun 1979. NOOA mengembangkan teknik pemetaan indeks kepekaan lingkungan dengan menggunakan pengelompokan kepekaan habitat pantai ke dalam 10 rangking kepekaan tanpa mengunakan formula persamaan indeks. Mangrove dikategorikan sebagai habitat sangat peka dengan nilai rangking 10 dalam rangking kepekaan yang disusun oleh NOOA. Penentuan rangking kepekaan NOOA tidak menguraikan variabel-variabel untuk menentukan kepekaan ekologi dari ekosistem mangrove. NOOA telah menerbitkan panduan indeks kepekaan lingkungan pada tahun 1993 yang kemudian direvisi pada Tahun 1997 dan direvisi kembali pada Tahun 2002. Pendekatan NOOA (2002) telah menjadi acuan banyak peneliti dalam memetakan IKL di berbagai negara, diantaranya Masaki et al. (2001), Kankara dan Subramanian (2007), Carvalho dan Gherardi (2008), Souza et al. (2009), Oyedepo dan Adeofun (2011), Andrade dan Szlafsztein (2012), dan lain-lain.
Tim Faperikan IPB (1995) mengembangkan indeks kepekaan lingkungan (IKL) dalam bentuk persamaan IKL=TK*NK*NS (TK:tingkat kerentanan, NK:nilai konservasi, NS: nilai sosial). Nilai konservasi (NK) dalam konsep IKL ini identik dengan indeks kepekaan ekologi (IKE). Variabel nilai konservasi (NK) mangrove dalam penelitian ini terdiri atas jumlah dan jenis pohon mangrove. Metode ini selanjutnya dikembangkan oleh PKSPL IPB pada penelitian-penelitian IKL sebagai berikut:
- PKSPL IPB mengembangkan metode ini dengan memasukan jumlah spesies, persentase kelompok INP, dan diameter batang sebagai variabel-variabel nilai konservasi (NK) mangrove (Ismudi et al. 2002).
- Formulasi IKL mengalami perubahan menjadi IKL=IK*IE*IS (IK:indeks kerentanan, IE:indeks ekologi, IS: indeks sosial), dimana variabel indeks ekologi mangrove terdiri atas jenis mangrove, jumlah pohon, tinggi pohon, keliling pohon, anakan, semai, penutupan , distribusi, ketebalan (Damar et al. 2013).
- Formulasi IKL dikembangkan lagi menjadi IKL=1/3(IK+IE+IS), dan variabel kepekaan ekologi mangrove terdiri atas diversitas, densitas pohon, densitas anakan, perlindungan, jumlah spesies dilindungi, frekuensi perjumpaan spesies dilindungi, paparan pasang surut, jenis mangrove (PKSPL 2014).
6
Stjernholm et al. (2011) mengembangkan Indeks Kepekaan lingkungan sebagai jumlah dari indeks prioritas (ESI=∑PI). Indeks prioritas merupakan fungsi dari kepekaan relatif spesies, kelimpahan relatif spesies, waktu dan indeks residensi minyak, dengan formula persamaan indeks PI=AV*WF (PI=indeks prioritas, AV=nilai kepekaan suatu elemen, WF=faktor pembobotan). Penelitian ini tidak merumuskan variabel-variebel kepekaan ekosistem mangrove.
Tabel 1. Perkembangan penelitian yang terkait dengan indeks kepekaan ekologi
Perkembangan penelitian Bidang diteliti Formula Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) Keberadaan unsur mangrove dalam analisis Indeks Variabel Kepekaan Ekologi mangrove Formula Kepekaan Ekologi mangrove Penelitian NOOA sejak Tahun 1979 (NOOA 2002) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di pesisir
Tidak ada Ada Tidak ada Mangrove
digolongkan habitat sangat peka dengan nilai kepekaan 10 Penelitian Tim Faperikan (1995) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Indramayu IKL=TK*NK*NS TK:Tingkat kerentanan NK:Nilai konservasi NS:Nilai sosial
Ada Jumlah jenis flora
mangrove Nilai konservasi jumlah jenis mangrove Penelitian PKSPL IPB Tahun 1998 (Dahuri et al.1998) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Selat Lombok IKL=TK*NK*NS TK:Tingkat kerentanan NK:Nilai konservasi NS:Nilai sosial
Ada Jumlah jenis flora
mangrove
Nilai konservasi jumlah jenis mangrove
Mosbech et al.
(2000) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Greenland PI=AV*WF PI=indeks prioritas, AV=nilai kepekaan suatu elemen, WF=faktor pembobotan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Penelitian PKSPL IPB Tahun 2002 (Ismudi et al.2002) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Batam IKL=TK*NK*NS TK:Tingkat kerentanan NK:Nilai konservasi NS:Nilai sosial
Ada jumlah spesies,
persentase kelompok INP, dan diameter batang Rata-rata nilai konservasi dari variabel-variabel mangrove Penelitian Ali et
al. (2008)
Indeks Kerentanan Pesisir di Kepulauan Sertibu
ei=∑wj n
j
rij
ei = indeks kerentanan wj = bobot parameter (asumsi semua bobot parameter sama) rij = Peringkat dari setiap parameter pesisir
Tidak ada Tidak ada Mangrove
dikelompokk an ke dalam klas produktivitas pesisir dengan nilai 3 (sangat rentan) Penelitian Nwankwoala dan Nwaogu (2009) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Nigeria
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Mangrove
dikelompokk an ke dalam klas kepekaan pengunaan lahan 3 (peka) Penelitian PKSPL IPB Tahun 2013 (Damar et al.2009) Indeks Kerentanan Pesisir di Kepulauan Matak dan IKL=IK*IE*IS IK:Indeks kerentanan IE:Indeks ekologi IS:Indeks sosial
Ada Diversitas, densitas
7 Perkembangan penelitian Bidang diteliti Formula Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) Keberadaan unsur mangrove dalam analisis Indeks Variabel Kepekaan Ekologi mangrove Formula Kepekaan Ekologi mangrove Musi Banyuasin frekuensi perjumpaan spesies dilindungi, paparan pasang surut, jenis mangrove Penelitian
PKSPL IPB Tahun 2013 (Damar et al.2010) Indeks Kerentanan Pesisir di Kepulauan Matak dan Musi Banyuasin IKL=IK*IE*IS IK:Indeks kerentanan IE:Indeks ekologi IS:Indeks sosial
Ada Diversitas, densitas
pohon, densitas anakan, perlindungan, jumlah spesies dilindungi, frekuensi perjumpaan spesies dilindungi, paparan pasang surut, jenis mangrove Rata-rata nilai indeks ekologi dari variabel-variabel mangrove Penelitian DNV (2011) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Australia
ESI = 0.3 PSI + 0.5 BRI + 0.2 HRI Physical sensitivity index (PSI) Biological resource index (BRI) Human-use resource index (HRI)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Penelitian PKSPL IPB Tahun 2013 (Damar et al.2012) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) pesisir Di Lampung Timur, Pesisir Utara Jawa bagian barat, dan kepulauan Seribu
IKLi =0.25NK +0.25NE +0.5NS
Ada Diversitas, densitas
pohon, densitas anakan, perlindungan, jumlah spesies dilindungi, frekuensi perjumpaan spesies dilindungi, paparan pasang surut, jenis mangrove Rata-rata nilai indeks ekologi dari variabel-variabel mangrove Penelitian Schallier et al.
(2013), Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) Kerentanan=Keterpa paran*Kepekaan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Penelitian Rikardi (2013) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) Mangrove di Subang IKL=0,3IK+0,3IE+0, 4IS IK:Indeks nilai kerentanan
IE:Indeks nilai ekologi IS:Indeks nilai sosial
zonasi mangrove, kerapatan mangrove, keragaman mangrove, umur mangrove, satwa yang dilindungi dan status perlindungan mangrove
IE=∑wj n
j
rij
IE = indeks ekologi wj = bobot parameter (asumsi semua bobot parameter sama) rij = Peringkat dari setiap parameter pesisir Penelitian PKSPL IPB Tahun 2013 (Damar et al.2013) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) pesisir Di Seram IKL=IK*IE*IS IK:Indeks kerentanan IE:Indeks ekologi IS:Indeks sosial
Ada Jenis mangrove,
8 Perkembangan penelitian Bidang diteliti Formula Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) Keberadaan unsur mangrove dalam analisis Indeks Variabel Kepekaan Ekologi mangrove Formula Kepekaan Ekologi mangrove Penelitian PKSPL IPB Tahun 2014 Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Madura
IKL=1/3(IK+IE+IS)
IK:Indeks kerentanan IE:Indeks ekologi IS:Indeks sosial
Ada Diversitas, densitas
pohon, densitas anakan, perlindungan, jumlah spesies dilindungi, frekuensi perjumpaan spesies dilindungi, paparan pasang surut, jenis mangrove Rata-rata nilai indeks ekologi dari variabel-variabel mangrove Penelitian KLHK (2015) Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) di Bali
IKL=IK*IE*IS IK:Indeks kerentanan IE:Indeks ekologi IS:Indeks sosial
Ada Kerapatan
mangrove dan dominansi spesies Rata-rata nilai indeks ekologi dari variabel-variabel mangrove
Ali et al. (2008) menentukan tingkat kerentanan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) dengan persamaan ei=∑nj wjrij (ei= indeks kerentanan wj = bobot parameter ke-j rij = peringkat dari setiap parameter dinamika pesisir). Bobot dari masing-masing parameter diasumsikan sama. Penelitian Ali et al. (2008) tidak merumuskan variabel-variabel kepekaan ekosistem mangrove.
Nwankwoala dan Nwaogu (2009) memetakan indeks kepekaan lingkungan (IKL) di Nigeria. Penelitian ini tidak merumuskan formula indeks kepekaan lingkungan. Pemetaan kepekaan lingkungan dilakukan dengan membagi kawasan dalam 10 kelas kepekaan penggunaan ruang terhadap tumpahan minyak. Mangrove termasuk dalam kategori penggunaan ruang yang peka terhadap tumpahan minyak dengan kelompok klas kepekaan 3 (tiga).
DNV (2011) menyusun indeks kepekaan lingkungan (IKL) berdasarkan tiga komponen utama yaitu: indeks sensitivitas fisik (physical sensitivity index (PSI), indeks sumberdaya biologi (biological resource index (BRI), dan indeks sumberdaya yang digunakan oleh manusia (human-use resource index (HRI)). Persamaan indeks kepekaan lingkungan (IKL) yang dibentuk berupa persamaan ESI = 0.3 PSI + 0.5 BRI + 0.2 HRI.
Schallier et al. (2013), merumuskan faktor faktor yang menentukan kerentanan lingkungan meliputi keterpaparan (untuk pantai dan perairan terbuka), kepekaan ekologi (untuk habitat) dan kepekaan sosial ekonomi (untuk berbagai pemanfaatan sosial ekonomi di kawasan pesisir). Kerentanan lingkungan diformulasikan melalui persamaan: Kerentanan=Keterpaparan*Kepekaan. Penelitian ini juga tidak merumuskan variabel-variabel kepekaan ekologi mangrove.
9 Penelitian pengembangan indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove ini berupaya merumuskan variabel-variabel utama dan formula indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove. Variabel-variabel kepekaan ekologi mangrove dikembangkan melalui studi literatur, survei pakar, dan uji statistik sehingga diperoleh variabel-variabel utama indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove yang sederhana, obyektif dan valid secara ilmiah. Formula indeks yang terbentuk menggunakan pembobotan berdasarkan nilai rangking yang diusulkan para pakar, sehingga bobot setiap variabel mencerminkan nilai penting variabel tersebut dalam menentukan tingkat kepekaan ekologi mangrove. Keterbaruan dari penelitian ini melingkupi variabel-variabel utama dan formula indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak.
Kebaruan (Novelti)
Kebaruan (novelti) dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini berhasil menetapkan variabel-variabel kunci yang dapat dipertimbangkan sebagai acuan dalam menentukan indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak.
2. Penelitian ini juga mengembangkan kebaharuan formulasi indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak.
Kerangka Pendekatan Studi
Penelitian ini meliputi 3 tahap, yaitu (1) tahap penentuan variabel-variabel utama Indeks Kepekaan Ekologi (IKE), (2) penentuan formula IKE mangrove, dan (3) ujicoba IKE mangrove di Kawasan Segara Anakan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Indramayu. Penentuan variable-variabel kepekaan ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak dilakukan melalui studi pustaka. Pustaka yang menjadi bahan kajian berupa textbook, laporan penelitian, skripsi, thesis, disertasi dan jurnal ilmiah.
Variabel-variabel kepekan ekosistem mangrove yang diperoleh melalui studi pustaka diseleksi melalui survei pakar. Reduksi variabel dilakukan untuk mendapatkan variabel yang lebih ringkas (sederhana) dan mewakili sebagai variabel penentu IKE mangrove. Menurut Dale dan Bayeler (2001) indikator yang ideal adalah besifat sederhana akan tetapi mampu menangkap kompleksitas ekosistem. Seleksi dan reduksi variabel dilakukan melalui analisis cluster dan uji statistik.
TUJUAN PENDEKATAN STUDI METODE OUTPUT
1. Merumuskan
variable-variabel utama IKE ekosistem
mangrove terhadap tumpahan minyak
2. Mengembangkan IKE ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak
3. Mengaplikasikan IKE ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak di Kab. Cilacap dan Kab. Indramayu
PETA IKE EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGENDALIAN TUMPAHAN MINYAK DI PESISIR
CILACAP DAN INDRAMAYU
KRITERIA IKE MANGROVE
ANALISIS SPASIAL
Gambar 2 Kerangka pendekatan penelitian indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove
IKE Ekosistem Mangrove Di Kawasan Segara
Anakan Kab. Cilacap dan pesisir
Indramayu Formula IKE Ekosistem Mangrove
terhadap Tumpahan Minyak
PUSTAKA
DATA PRIMER
Studi Literatur
Variabel–variabel utama IKE Ekosistem
Mangrove terhadap Tumpahan Minyak Studi
Literatur
VARIABEL-VARIABEL IKE MANGROVE
SCREENING & RANGKING
VARIABEL-VARIABEL UTAMA IKE MANGROVE Analisis
Statistik
DATA SEKUNDER
DATA SPASIAL
REDUKSI VARIABEL
FORMULA IKE MANGROVE
APLIKASI IKE MANGROVE PENGELOMPOKAN
Survei Pakar
Studi Literatur
2
PENGEMBANGAN VARIABEL-VARIABEL INDEKS
KEPEKAAN EKOLOGI (IKE) EKOSISTEM MANGROVE
Pendahuluan
Tumpahan minyak yang memasuki ekosistem mangrove dapat menyebabkan gangguan pada flora, fauna dan segenap fungsi ekosistem mangrove. Gangguan tersebut dapat berupa dampak besar seperti kematian flora dan fauna dalam jumlah besar, atau dampak kecil pada ekosistem mangrove. Besar atau kecilnya dampak negatif tersebut menggambarkan karakteristik kepekaan ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak.
Sifat peka atau tidak peka ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak dapat diukur dalam sebuah indeks. Indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak adalah sebuah pendekatan yang betujuan untuk mengetahui gambaran respon ekosistem mangrove secara ekologis terhadap tumpahan minyak. Respon tersebut dapat bersifat sangat peka, peka, cukup peka, kurang peka, atau bahkan tidak peka terhadap tumpahan minyak. Nilai indeks tersebut harus mampu mewakili dan menggambarkan dengan benar kepekaan ekologi mangrove di suatu area terhadap tumpahan minyak.
Ketepatan suatu indeks dalam menggambarkan kondisi lingkungan yang mengalami gangguan ditentukan oleh ketepatan dalam memilih variabel-variabel pembentuknya. Variabel-variabel yang relevan akan memberikan jaminan ketepatan dalam menilai kepekaan ekologi suatu ekosistem mangrove. Basis yang harus diperhatikan dalam mengembangkan variabel IKE ekosistem mangrove adalah variable-variabel tersebut harus memiliki kriteria yang sesuai dengan kaidah-kaidah variabel pembentuk indeks yang baik.
Salah satu kriteria variabel pembentuk indeks yang baik adalah variabel harus bersifat obyektif (Hilty, 2000). Suatu Variabel IKE ekosistem mangrove disebut bersifat obyektif apabila variabel tersebut memiliki alasan yang kuat secara ilmiah dan relevan sebagai variabel kepekaan ekologi mangrove. Hal ini berarti penentuan variabel IKE ekosistem mangrove harus didukung oleh alasan ilmiah yang kuat. Kajian yang mendalam untuk mendapatkan alasan ilmiah yang kuat tentang hubungan variabel-variabel dengan kepekaan ekologi mangrove terhadap tumpahan minyak dapat dilakukan melalui metode studi literatur.
Variabel yang dirumuskan akan menjadi lebih kuat statusnya apabila didukung oleh kesepakatan pendapat pakar. Pendapat pakar akan bersifat akurat apabila pakar yang dimaksud adalah pakar yang memiliki latar belakang keilmuan yang mendalam dan sesuai dengan obyek kajian ini. Pakar yang dipilih adalah pakar yang memiliki keterkaitan dengan pengelolaan mangrove, yaitu pakar di bidang mangrove, ekosistem pesisir, pencemaran, di bidang biologi laut, dan pengelolaan sumber daya pesisir.
12
Metode
Pendekatan dalam penelitian tahap ini adalah perumusan variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove yang obyektif dan akurat. Penelitian tahap ini meliputi 2 tahap, yaitu tahap penentuan variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove berbasis studi literatur dan tahap penetapan variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove berdasarkan pendapat pakar.
Studi Literatur
Menurut Onwuegbuzie et al. (2012), studi literatur adalah kajian terhadap dokumen tertulis yang menyajikan kasus pendapat secara logika didasarkan pada pemahaman yang komprehensif dan pengetahuan saat ini tentang topik penelitian. Studi literatur juga merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, jurnal-jurnal, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
Menurut Zed (2008), ada tiga alasan penggunaan studi literatur dalam penelitian, yaitu:
1. Persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab melalui studi pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengaharapkan datanya dari riset lapangan. 2. Studi pustaka/teks diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, yaitu studi
pendahuluan (prelimanry research) untuk memahami lebih dalam gejala baru yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat.
3. Data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitian.
Dalam penelitian ini studi literatur digunakan untuk menentukan calon-calon variabel IKE ekosistem mangrove, membantu dalam pengelompokan variabel dan untuk menentukan kriteria setiap variabel. Studi literatur dilakukan melalui telaah mendalam terhadap 23 buah literatur yang terkait dengan tumpahan minyak di kawasan mangrove.
Survei Pakar
Survei pakar adalah survei dan mengumpulkan pendapat dari para pakar tentang topik tertentu (Yousuf, 2007). Survei pakar telah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti akunting, teknik, kesehatan, ekologi dan lain-lain (McBride et al. 2012). Penelitian ini mengaplikasikan survei pakar dalam bidang ekologi untuk memperoleh variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak.
Peranan survei pakar sangat penting untuk memvalidasi variabel-variabel yang diusulkan sebagai variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove. Menurut Cloquell-Ballester et al. dalam Donnelly et al. (2007) menyebutkan variabel indeks yang menjadi indikator harus divalidasi dan diterima oleh partisipan. Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pakar, dengan tujuan untuk memperoleh kepastian kebenaran ilmiah dari setiap variabel.
13 itu Donnelly et al. 2007 mempersyaratkan variabel-variabel pembentuk indeks harus dinyatakan valid secara ilmiah.
Pakar adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang masalah pada tingkat yang sesuai dan detail serta mampu mengkomunikasikan pengetahuan mereka (Meyer dan Booker 2001). Pakar adalah seorang ahli yang memiliki pengetahuan yang mendalam terkait subyek yang tengah dibahas (O’Hagan et al. 2006). Pakar memiliki tingkat relevansi dan kedalaman pengalaman dalam kaitannya dengan topik yang dikaji (Fazey et al. 2005). Termasuk pakar adalah profesional seperti ilmuwan dan manajer dari lembaga teknis serta anggota berpengalaman masyarakat (Krueger et al. 2012). Kemampuan pakar didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang banyak pada tugas-tugas yang relevan dengan umpan balik berkualitas tinggi (Ericsson, 2004). Penelitian ilmiah adalah suatu bentuk tertentu dari pengalaman (Fazey et al. 2006). Para pakar sesuai kedalaman pengetahuannya dan keluasan pengalamannya akan mampu menganalisis setiap variabel dengan baik.
Faktor penting dalam tahap penelitian ini adalah menjaring partisipasi pakar. Menurut Crance (1978) dalam Day dan Bobeva (2005) survei pakar tidak ada batasan yang pasti terkait jumlah pakar yang berpartisipasi. Cooke dan Goossens (2000) dalam penelitiannya hanya menggunakan partisipasi 4-8 pakar, sedangkan Clayton (1997) berpendapat 5-10 ahli mencukupi untuk suatu penelitian survei pakar. Dengan demikian yang paling penting dalam survei pakar adalah menjaring partisipasi pakar yang memiliki keahlian sesuai bidang penilitian.
Penelitian ini berhasil menjaring partisipasi 10 orang pakar internasional yaitu terdiri atas 5 orang guru besar dan 5 orang doktor. Bidang keahlian para pakar meliputi biologi dan ekologi mangrove, biologi laut, pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, oseanografi dan lingkungan (oil spill). Sebaran pakar berdasarkan institusinya adalah FPIK IPB, Fahutan IPB, Texas A&M University, Universidade Federal Fluminense (UFF) Brazil, James Cook University, Australia, University of Auckland, New Zealand, Annamalai University, India, The Integrated Coastal and Marine Area Management Project Directorate (ICMAM-PD), India, dan University of Ruhuna, Sri Langka (Lampiran 1). Jumlah pakar yang mencukupi dan kualitas pakar yang memiliki keilmuan dan pengalaman yang baik serta sesuai dengan bidang penelitian ini, menjadi dasar yang menentukan keakuratan penelitian ini.
Tanggapan para pakar pada penelitian ini diharapkan akan memberikan umpan balik positif bagi peneliti untuk mendapatkan informasi dari para pakar terkait dengan persetujuan terhadap variabel yang telah dirumuskan dan memberikan skor rangking yang menunjukkan kekuatan keterkaitan setiap variabel dengan kepekaan mangrove terhadap pencemaran minyak. Kedua informasi yang diperoleh akan menjadi dasar peneliti menetapkan variabel-variabel IKE ekosistem mangrove yang valid.
Pengolahan dan Analisis Data
14
disetujui oleh pakar apabila mendapat respon lebih besar dari 50 % pakar yang berpartisipasi.
Analisis data bersifat deskriptif dengan menganalisis variabel yang diperoleh dengan dengan kriteria-kriteria variabel indeks yang baik. Rangking dianalisis untuk mengetahui tingkat nilai penting variabel dalam indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove.
Hasil dan Pembahasan
Variabel-variabel IKE ekosistem mangrove terhadapTumpahan Minyak
[image:30.595.62.480.108.805.2]Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam perumusan variabel adalah variabel-variabel IKE ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak yang terpilih harus bersifat obyektif. Variabel-variabel yang bersifat obyektif diperoleh melalui kajian dari berbagai literature tentang tumpahan minyak, khususnya tumpahan minyak di kawasan mangrove. Pendekatan studi literatur merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove beserta alasan ilmiah dalam memilihnya. Hasil studi literatur diperoleh 26 variabel yang berperan dalam menentukan IKE ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak (Tabel 2). Tabel 2 Variabel-Variabel IKE ekosistem mangrove terhadapTumpahan Minyak
No Variabel Alasan obyektif Pustaka
1 Tipe Pasang surut (TPs)
Pasang surut membantu pencucian minyak di ekosistem mangrove
Brown (2007), Burnsa et al. (1999), Petersen
et al. (2002) 2 Rentang Pasang
surut (RPs)
Amplitudo pasut kecil menjadi perangkap yang baik untuk tumpahan minyak yang masuk ke ekosistem mangrove. Potensi kerusakan biologi lebih besar selama pasang tinggi dibanding pasang terendah..
Peters et al. (1997), O'Sullivan Jacques (2001)
3 Tinggi
Gelombang (TGl)
Gelombang rendah menjadi perangkap yang baik untuk tumpahan minyak yang masuk ke ekosistem mangrove
Petersen et al. (2002), Oyedepo dan Adeofun (2011) 4 Curah hujan
(CHj)
Minyak akan lebih banyak tercuci pada curah hujan yang tinggi.
IPIECA (1993)
5 Jumlah hari hujan (JHH)
Minyak akan lebih banyak tercuci pada jumlah hari hujan yang tinggi.
IPIECA (1993)
6 Jenis Substrat (JSb)
Sedimen yang berpotensi mengendapkan minyak akan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam membersihkan minyak
Ali et al. (2008)
7 Lama waktu penggenangan air pasang (LPP)
Lama waktu penggenangan menentukan lama waktu minyak tinggal di ekosistem mangrove
Petersen (2002)
8 Tipologi
mangrove (TMg)
Tipologi mangrove tepi di daerah pasang rendah mampu bertahan hidup, sedangkan di daerah yang terkena pasang tertinggi mengalami kematian
IPIECA (1993).
9 Jenis flora mangrove (JMg)
Jenis flora mangrove yang memiliki akar nafas lebih mudah terganggu (mati)
15
No Variabel Alasan obyektif Pustaka
10 Jumlah jenis flora mangrove (JFM)
Jumlah jenis yang banyak memiliki nilai ekologi tinggi, sehingga kerugian ekologis lebih tinggi
Faperikan IPB (1995)
11 Kondisi ekosistem mangrove (KEM)
Mangrove yang terkena gangguan dan stress akan lebih peka terhadap tumpahan minyak
Garity et al. (1994)
12 Umur flora mangrove (UFM)
Bibit dan anakan mangrove lebih peka apabila terkena minyak dibanding pohon dewasa
Lin dan Mendelsson (1998), Clark (1986), Hoff et al. (2002)
13 Kerapatan pohon mangrove (KPM)
Pohon adalah tumbuhan mangrove yang memiliki tinggi lebih dari 1,5 m dengan diameter 10 cm atau lebih. Tumpahan minyak pada ekosistem mangrove dengan kerapatan pohon tinggi sulit dibersihkan
Peterson et al. (2002), Souza et al. (2009)
14 Kerapatan anakan mangrove (KAM)
Anakan adalah permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai yang berdiameter kurang dari 10 cm. Minyak sulit tercuci pada kerapatan anakan yang tinggi dan anakan mangrove lebih peka apabila terkena minyak
Lin dan Mendelsson (1998), Clark (1986), Hoff et al. (2002)
15 Kerapatan semai mangrove (KSM)
Semai adalah permudaan mulai dari kecambah sampai setinggi kurang dari 1,5 m. Minyak sulit tercuci pada kerapatan semai yang tinggi dan bibit mangrove lebih peka apabila terkena minyak
Lin dan Mendelsson (1998), Clark (1986), Hoff et al. (2002)
16 Perbandingan kerapatan anakan dan pohon mangrove (PAP)
Ekosistem mangrove dengan kerapatan anakan mangrove yang lebih besar dibanding kerapatan pohon, akan lebih peka apabila terkena minyak
Lin dan Mendelsson (1998), Clark (1986), Hoff et al. (2002)
17 Keberadaan flora mangrove yang dilindungi (KML)
Setiap spesies tanaman yang langka atau terancam punah memiliki fungsi tertentu dalam lingkungan alam, sehingga apabila populasi spesies tersebut terganggu (menurun) maka sistem alam dari lingkungan juga akan terganggu
Messmer et al.
(1998)
18 Keberadaan flora invansif (KFI)
Flora invansif akan memberikan gangguan ekologi, sehingga ekosistem mangrove lebih peka apabila terkena tumpahan minyak
Ministry of Water, Land and Air Protection (2004) 19 Jenis Fauna
mangrove (JFM)
Fauna mangrove mati akibat dampak langsung dari minyak. Udang lebih peka dibanding ikan, dan ikan lebih peka dibanding kerang (Anadara) terhadap IPIECA (1993) Zooplankton memiliki kemampuan pulih yang cepat, Kerang dan infauna lambat pulih pasca tumpahan minyak.
Fingas (2001), Kolyuchkina et al.
(2012), Duke dan Burn (1999)
20 Ruang hidup fauna di dalam ekosistem mangrove (RFM)
Fauna asosiasi yang hidup di bagian bawah mangrove (perairan dan substrat) akan terperangkap minyak Liang substrat kepiting memiliki residu tumpahan minyak yang tinggi
Duke dan Burn (1999),
Culbertson et al. (2007), Melville
et al. (2009) 21 Kemampuan
gerak fauna mangrove (GFM)
Beberapa spesies yang mampu melarikan diri dari lingkungan yang tercemar minyak, oleh karena itu ikan dewasa tidak mudah mati.
16
No Variabel Alasan obyektif Pustaka
Organisma yang hidup pasif di substrat (seperti bivalva dan polychaeta) akan terjebak apabila terkena tumpahan minyak
Sindermann (2006)
22 Umur fauna mangrove (UFM)
Larva atau jurvenil lebih peka terhadap minyak dibanding fauna dewasa
Fingas (2001)
23 Keberadaan fauna dilindungi (KFL)
Setiap spesies hewan yang langka atau terancam punah memiliki fungsi tertentu dalam lingkungan alam, sehingga apabila populasi spesies tersebut terganggu (menurun) maka sistem alam dari lingkungan juga akan terganggu
Messmer et al. (1998)
24 Keberadaan
Nurseryhabitat
(KNH)
Kerusakan mangrove akibat tumpahan minyak akan merurunkan kualitas nursery habitat
Peters et al. (1997)
25 Keberadaan
Spawning ground
(KSG)
Kerusakan mangrove akibat tumpahan minyak akan mengganggu pemijahan fauna
Peters et al. (1997)
26 Status perlindungan ekosistem mangrove (SLM)
Ekosistem mangrove yang dilindungi memiliki nilai ekologi yang penting, sehingga dinilai peka apabila terkena tumpahan minyak
IPIECA (2012)
[image:32.595.86.485.596.784.2]Dua puluh enam variabel IKE ekosistem mangrove tersebut menggambarkan karakteristik ekosistem mangrove yang kompleks. Kompleksitas ekosistem digambarkan adanya variabel yang terkait dengan unsur lingkungan, flora, fauna dan ekosistem (Tabel 3). Kompleksitas variabel lebih detail dapat dirinci dengan memperhatikan karakteristik yang lebih spesisifik dan keterkaitan variabel dengan kondisi ekosistem mangrove apabila terkena tumpahan minyak. Kompleksitas detail variabel-variabel tersebut meliputi karakteristik lingkungan, karakteristik flora, karakteristik vegetasi, karakteristik nilai dan fungsi ekologi, karakteristik fauna, dan karakteristik perlindungan. Beragamnya karakteristik yang ada dalam variabel-variabel tersebut menggambarkan variabel-veriabel IKE ekosistem mangrove terpilih akan mampu mewakili karakteristik ekosistem mangrove, sehingga indeks yang terbentuk akan memberikan nilai yang akurat dalam menentukan tingkat kepekaan ekologi suatu ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak.
Tabel 3 Pengelompokkan variabel-variabel IKE ekosistem mangrove Kategori Kelompok Variabel Karakteristik Kelompok Variabel Variabel
Lingkungan Lingkungan Ekosistem Mangrove
-menggambarkan kondisi lingkungan berupa aspek oseanografi, iklim,
lingkungan fisik, dan posisi ekosistem mangrove - kondisi lingkungan
ekosistem mangrove akan mempengaruhi lama minyak tinggal di dalam ekosistem mangrove
a.Tipe Pasang surut (TPS) b. Rentang Pasang surut
(RPS)
c.Tinggi Gelombang (TGl) d. Curah hujan (CHj) e. Jumlah hari hujan (JHH) f. Jenis substrat (JSb) g.Lama penggenangan
pasang (LPP)
17 Kategori Kelompok Variabel Karakteristik Kelompok Variabel Variabel
Flora Kerapatan Vegetasi Mangrove
- menggambarkan karakteristik kerapatan vegetasi mangrove - kerapatan mangrove baik
pohon, anakan, maupun semai akan mempengaruhi kesulitan dalam
membersihkan minyak di mangrove
a.Kerapatan pohon mangrove (KPM) b.Kerapatan anakan mangrove (KAM) c.Kerapatan semai
mangrove (KSM) d.Perbandingan kerapatan
anakan dan pohon mangrove (PAP)
e.Kondisi ekosistem mangrove (KEM) Sifat khusus
flora
- Sifat flora yang langka dan invasif
a. Keberadaan flora mangrove yang dilindungi (KML) b. Keberadaan flora invasif
(KFI) Keragaman
jenis flora
- Berkaitan dengan banyaknya jenis flora di ekosistem mangrove
- Jumlah Jenis flora mangrove (JJM)
Jenis Flora - karakteristik jenis-jenis flora di mangrove
- jenis yang berbeda memiliki kepekaan yang berbeda terhadap minyak
- Jenis flora mangrove (JMg)
Stadia pertumbuhan flora
-Mencakup stadia pohon, anakan, dan semai mangrove
-Stadia umur yang berbeda memiliki kepekaan yang berbeda terhadap minyak
- Umur flora mangrove (UFM)
Fauna Jenis fauna - karakteristik jenis fauna yang hidup di ekosistem mangrove
- berkaitan dengan tingkat gangguan minyak terhadap fauna mangrove
- Jenis fauna mangrove (JFM)
Ruang gerak fauna
- Berkaitan dengan habitat dan kemampuan gerak fauna
- Fauna pada ruang hidup yang sama memiliki kemampuan gerak yang relatif sama, sehingga peluang terhindar dari minyak akan sama
a.Kemampuan gerak fauna mangrove (GFM) b.Ruang hidup fauna
mangrove (RFM)
Stadia hidup fauna
-Mencakup stadia jurvenil, anakan, dan dewasa - Stadia umur yang berbeda
memiliki kepekaan yang berbeda terhadap minyak
- Umur fauna mangrove (UFM)
Sifat khusus fauna
- sifat fauna yang langka dan dilindungi
- Keberadaan fauna
18
Kategori Kelompok Variabel Karakteristik Kelompok Variabel Variabel
Ekosistem Karakteristik Fungsi Ekologi
- menggambarkan fungsi ekologis mangrove - fungsi ekologi mangrove
menurun apabila terkena tumpahan minyak
a.Keberadaan nursery habitat (KNH) b.Keberadaan Spawning
ground (KSG)
Status ekosistem mangrove
- menggambarkan status perlindungan ekosistem mangrove
- pencemaran minyak akan menurunkan kualitas perlindungan
- Status perlindungan ekosistem mangrove (SLM)
Tanggapan Pakar terhadap Variabel IKE Ekosistem Mangrove Terpilih
Tujuan pertama dari survei pakar adalah untuk mengetahui tingkat persetujuan pakar terhadap variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekoosistem mangrove yang telah dipilih sebelumnya. Persetujuan pakar berperan penting untuk memvalidasi variabel (Cloquell-Ballester et al. dalam Donnelly et al. 2007). Hasil survei pakar menunjukkan bahwa seluruh variabel disetujui oleh sebagian besar pakar, dengan persentase 80-100%. Dengan demikian 26 variabel tersebut merupakan variabel yang tepat dipilih sebagai variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak karena selain dipilih berbasis literatur ilmiah, juga mendapat persetujuan pakar internasional. Hasil survei pakar tersebut disajikan secara detail dalam Gambar 3.
Variabel yang disetujui oleh seluruh pakar (100%) adalah sebanyak 17 variabel yamg meliputi: tipe pasang surut, tinggi gelombang, curah hujan, jumlah hari hujan, lama waktu penggenangan pasang, jumlah jenis flora mangrove, umur mangrove, kerapatan pohon mangrove, kerapatan anakan mangrove, kerapatan semai mangrove, tipologi mangrove, keberadaan flora mangrove yang dilindungi, keberadaan flora invasif, umur fauna mangrove, keberadaan fauna yang dilindungi, keberadaan nursery habitat, dan Keberadaan spawning ground. Sebanyak delapan variabel disetujui oleh 90% pakar, yaitu rentang pasang surut, jenis substrat, jenis flora mangrove, perbandingan kerapatan anakan dan pohon mangrove, jenis fauna mangrove, ruang hidup fauna mangrove, kemampuan gerak fauna mangrove, dan status perlindungan ekosistem mangrove. Variabel kondisi ekosistem mangrove mendapat persetujuan dari 80% responden, yang juga masih tergolong jumlah persentase yang tinggi. Keberadaan pengakuan (persetujuan) dari para pakar
Gambar 3 Persentase persetujuan pakar terhadap variabel-variabel IKE ekosistem mangrove
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
80%
KNH KS
G T M G U M G L P P T P S K M L K S M U F M K A M C H J K F L T G L
JJM JH
H K P M K F I
RPS SL
M J F M R F M J M G J S B G F M P A P K E M
19 internasional terhadap variabel dengan tingkat persetujuan (persentase) yang tinggi memperkuat validitas variabel-variabel IKE ekosistem mangrove terpilih.
Rangking Kepekaan Variabel IKE Ekosistem Mangrove
Rangking kepekaan variabel Indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove menunjukkan tingkatan nilai penting setiap variabel dalam menentukan kepekaan ekosistem mangrove secara ekologi terhadap tumpahan minyak. Nilai tersebut diperoleh dari pendapat para pakar dalam menetapkan urutan rangking variabel-variabel IKE ekosistem mangrove. Gambar 4 menyajikan rataan nilai rangking variabel-variabel IKE ekosistem mangrove. Semakin tinggi rataan nilai rangking menunjukkan semakin tinggi rangking variabel tersebut atau semakin penting variabel tersebut dalam menentukkan kepekaan ekosistem mangrove secara ekologi terhadap tumpahan minyak.
Berdasarkan rataan nilai rangking dalam Gambar 4, variabel-variabel indeks kepekaan ekologi (IKE) ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak dapat dikelompokkan menjadi lima kelas. Kelima kelas tersebut adalah sebagai berikut: 1 Kelompok variabel dengan rataan nilai rangking lebih besar dari 20, yaitu terdiri atas variabel keberadaan nursery habitat, keberadaan spawning ground, tipologi mangrove, dan umur flora mangrove.
2 Kelompok variabel dengan rataan nilai rangking antara 17,5 sampai 20, yaitu terdiri atas variabel kerapatan semai mangrove, lama waktu penggenangan air pasang, keberadaan flora mangrove yang dilindungi, tipe pasang surut, rentang pasang surut, kerapatan anakan mangrove, umur fauna mangrove, dan status perlindungan ekosistem mangrove.
3 Kelompok variabel dengan rataan nilai rangking antara 15 sampai 17,5, yaitu terdiri atas variabel curah hujan, keberadaan fauna mangrove yang dilindungi, kerapatan pohon mangrove, jumlah jenis flora mangrove, kondisi ekosistem mangrove, tinggi gelombang, kemampuan gerak fauna mangrove, dan jumlah hari hujan.
4 Kelompok variabel dengan rataan nilai rangking antara 12,5 sampai 15, yaitu variabel perbandingan kerapatan anakan dengan kerapatan pohon mangrove 5 Kelompok variabel dengan rataan nilai rangking antara 10 sampai 12,5, yaitu
variabel keberadaan flora invasif.
Gambar 4 Rataan nilai rangking variabel-variabel IKE ekosistem mangrove
2 2 ,7 0 2 0 ,7 0 2 0 ,1 0 2 0 ,1 0 1 9 ,8 0 1 9 ,8 0 1 9 ,7 0 1 9 ,5 0 1 9 ,3 0 1 8 ,6 0 1 8 ,4 0 1 7 ,8 0 1 7 ,4 0 1 7 ,1 0 1 7 ,0 0 1 6 ,9 0 1 6 ,7 0 1 6 ,6 0 1 6 ,3 0 1 6 ,0 0 1 5 ,7 0 1 5 ,5 0 1 5 ,5 0 1 5 ,0 0 1 4 ,5 0 1 0 ,1 0 KNH K S G T M G U M G L P P T P S K M L
RPS KS
M S L M U F M K A M C H J K F L J F M R F M J M G J S B T G L
JJM JH
H K P M K E M G F M P A P K F I
RATAAN NI LAI RANGKI NG
20
Variabel keberadaan nursery habitat, keberadaan spawning ground, tipologi mangrove, dan umur flora mangrove merupakan variabel-variabel yang tergolong kedalam kelompok rangking sangat tinggi (kelompok variabel dengan rataan nilai rangking lebih besar dari 20). Keempat variabel tersebut juga mendapat persetujuan seluruh pakar (100%) sebagai variabel IKE ekosistem. Hal ini menggambarkan status keempat variabel tersebut sangat penting dalam menentukan kepekaan ekosistem mangrove secara ekologi terhadap tumpahan minyak.
Peranan keempat variabel tersebut dalam menentukan kepekaan ekosistem mangrove terhadap tumpahan minyak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Variabel keberadaan nursery habitat, keberadaan spawning ground merupakan variabel yang yang menggambarkan fungsi ekologi mangrove yang sangat penting bagi keberlanjutan sumber daya hayati di kawasan pesisir. Peters et al. (1997) menjelaskan hutan mangrove sebagai habitat berbagai jenis organisme, kerusakannya juga dapat membahayakan biota yang bergantung pada mangrove, sebagai akibat rusaknya spawining ground dan nursery habitat.
Umur tanaman akan mempengaruhi kepekaan mangrove terhadap minyak (Hardjosoewarno, 1989, Lin dan Mendelssohn, 1998).. Menurut Getter dan Ballou (1985), anakan mangrove lebih peka dibandingkan pohon karena penyerapan hidrokarbon minyak bumi tinggi pada bibit dan rendah pada pohon dewasa.
Tipologi mangrove menggambarkan karakter yang unik terhadap tumpahan minyak. Pengamatan IPIECA, (1993) pada kejadian tumpahan minyak di Selat Malaka mendapatkan ekosistem mangrove dengan tipologi mangrove tepi memiliki kerentanan yang tinggi terhadap tumpahan minyak, akan tetapi secara alami kepekaannya rendah (mangrove mampu bertahan hidup) karena minyak mudah tercuci oleh gelombang dan pasut. Sebaliknya pada ekosistem mangrove di belakangnya ditemukan kematian mangrove yang tinggi.
Flora invasif sebagai salah satu variabel IKE ekosistem mangrove disetujui oleh seluruh pakar (100%), akan tetapi para pakar menilai keberadaan flora invasif tidak terlalu besar mempengaruhi kepekaan ekosistem mangrove (termasuk kedalam kelompok variabel dengan rataan nilai rangking antara 10 sampai 12,5). Dengan demikian gangguan dari luar seperti flora invasif dinilai tidak berdampak penting pada kepekaan mangrove terhadap tumpahan minyak, sebaliknya faktor internal yang dinilai paling berperan seperti keberadaan nursery habitat, tipologi mangrove, umur flora mangrove, keberadaan spawning ground.
SIMPULAN
PENGEMBANGAN INDEKS KEPEKAAN EKOLOGI (IKE)
EKOSISTEM MANGROVE
Pendahuluan
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem penting di kawasan pesisir, sehingga keberadaan dan kelestariannya harus tetap terjaga. Kondisi sulitnya mengatasi tumpahan minyak yang memasuki mangrove, menjadikan tumpahan minyak menjadi salah satu ancaman yang serius bagi kelestarian ekosistem mangrove. Indeks kepekaan Ekologi (IKE) ekosistem mangrove merupakan salah satu alat penting yang dibutuhkan