LAMPIRAN 2
PROSES SELEKSI PENENTUAN SAMPEL BERDASARKAN
KRITERIA
Keramik,Porselen dan Kaca
4 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG √ √ √ √ √ Sampel 4
5 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA √ √ √ √ √ Sampel 5
6
Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
IKAI
Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
26 Barito Pasific Tbk BRPT √ √ √ X √ -
Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
KBRI √ √ X
√ -
58
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
Tbk (rugi) SAIP X
93 KMI Wire and Cable Tbk KBLI √ √ √ √ -
94 Kabelindo Murni Tbk KBLM √ √ √ √ -
95
Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk SCCO √ √ √ √ X -
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
ICBP √ √ √ √ √ Sampel 16
Ultrajaya Milk Industry and Trading
123 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC √ √ √ √ - Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
124 Martina Berto Tbk MBTO √ √ √ √ -
125 Mustika Ratu Tbk MRAT √ √ X √ -
126 Mandom Indonesia Tbk TCID √ √ √ √ X -
127 Unilever Indonesia Tbk UNVR √ √ √ √ √ Sampel 24
Peralatan Rumah Tangga
128 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI √ √ √ √ X -
129 Kedaung Indag Can Tbk KICI √ √ √ √ -
LAMPIRAN 3
DAFTAR NAMA PERUSAHAAN YANG MENJADI SAMPEL
NO nama perusahaan kode
1 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
2 Holcim Indonesia Tbk SMCB
3 Semen Gresik Tbk SMGR
4 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
5 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA
6 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
7 Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST
8 Budi Acid Jaya Tbk BUDI
9 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
10 Malindo Feedmill Tbk MAIN
11 Astra Auto Part Tbk AUTO
12 Gajah Tunggal Tbk GJTL
13 Indospring Tbk INDS
14 Akasha Wira International Tbk ADES
15 Delta Djakarta Tbk. DLTA
16 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ICBP
17 Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF
18 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
19 Siantar Top Tbk STTP
20 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk ULTJ
21 Kimia Farma Tbk KAEF
22 Kalbe Farma Tbk KLBF
23 Merck Tbk MERK
LAMPIRAN 4
DAFTAR HASIL PENGUMPULAN DATA
VARIABEL INDEPENDEN DAN VARIABEL MODERASI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE DAN KINERJA
7 GDST 1 3
8 BUDI 0 2
9 CPIN 1 3
10 MAIN 0 2
11 AUTO 1 2
12 GJTL 1 2
13 INDS 1 2
14 ADES 0 2
15 DLTA 1 2
16 ICBP 0 2
17 INDF 1 2
18 ROTI 0 2
19 STTP 0 2
20 ULTJ 1 2
21 KAEF 0 2
22 KLBF 1 2
23 MERK 1 2
LAMPIRAN 5
DAFTAR HASIL PENGUMPULAN DATA
VARIABEL DEPENDEN
MANAJEMEN LABA
Tahun 2011, 2012 dan 2013
LAMPIRAN 6
OUTPUT HASIL PENGUJIAN DATA SPSS
ANALISIS REGRESI BERGANDA
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
manajemen laba 72 -10,795 12,165 -,30571 4,652673
Csr 72 ,000 1,000 ,61111 ,490919
kinerja lingkungan 72 2,000 5,000 2,93056 1,065812
Valid N (listwise) 72
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 72
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 3,29318892
Most Extreme Differences Absolute ,064
Positive ,057
Negative -,064
Test Statistic ,064
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -8,917 1,188 -7,507 ,000
Csr -1,006 ,857 -,106 -1,174 ,244 ,911 1,097
kinerja
lingkungan 3,148 ,395 ,721 7,976 ,000 ,911 1,097
a. Dependent Variable: manajemen laba
Hasil Uji Autokorelasi
Asymp. Sig. (2-tailed) ,033
a. Median
a. Dependent Variable: manajemen laba
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Hasil Uji F ( Simultan )
Uji Koefisien Determinasi
b. Dependent Variable: manajemen laba
Hasil Uji T dengan Variabel Moderasi
Coefficientsa a. Dependent Variable: manajemen laba
Hasil Uji F dengan Variabel Moderasi
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 766,962 3 255,654 22,577 ,000b
Residual 770,002 68 11,324
Total 1536,963 71
a. Dependent Variable: manajemen laba
Hasil Uji Koefisien Determiniasi (R2) dengan Variabel Moderasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,706a ,499 ,477 3,365049
DAFTAR PUSTAKA
Assih, Prihat dan Gudono. 2000. "Hubungan Tindak Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta". Simposium Nasional Akuntansi II.
Asy „ari, dkk,. 2006 Ilmu Pengetahun Sosial KTSP. Jakarta :Erlangga
Castelo, M. and Lima, L. (206). Corporate Social Responsibilty and Resource Based Perspectives, Journal of Busines Ethics, 69, 11-132.
Chih, et al (2008), The Relationship Between Corporate Social Responsibility and Earnings Management: An Exploratory Study, Volume 104, Issue 4, pp 461-471
Djakman, C. D. 2003. Manajemen Laba dan Peng-aruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 16–17 Oktober 2003: 141–162
.
Dowling, J. and Pfeffer, J. 1975. Organizational Legitimacy: Social Values An Organizational Behavior. Pacific Sociological Journal Review, Vol. 18
Deegan, C. 2002. The Legitimizing Effect Of Social And Environmental Disclosures: A Theoretical Foundation. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 15,
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian, USU Press : Medan.
Evadewi. 2014. pengaruh CSR dan manajemen laba dalam kaitannya dengan political cost perspective dan mengukur earnings management menggunakan pendekatan discretionary accruals.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1). Medan
Fischer, M. & Rosenzweig, K. 1995. Attitude of Students and Accounting Practitioners Concern-ing The Ethical Acceptability of Earnings Mana-gement. Journal of Business Ethics, 14(6): 433–444.
Fombrun C, Gardbreg N. and Barnet M. (200) Oportunity Platforms and safety Nets: Corporate Citzenship and Reputational Risk. Busines and Society Review, 105, 85-106.
Gideon SB Boediono, 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI.
Haryudanto ,2011 “:Pengaruh Manajemen Laba Terhadap tingkat corporate Social Responsibility Dan Nilai Perusahaan”
Hastuti, Sri. 2011. Titik Kritis Manajemen Laba Pada Perubahan Tahap Life Cycle Perusahaan: Analisis Manajemen Laba Riil Dan Manajemen Laba Akrual. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia 8 (2): 107-122
Healy, P., Wahlen , J., 1999. A review of the earnings management literature and its implications for standard setting, Accounting Horizons 13, p. 365-383.
Heltzer (2013) , The asymmetric relationship between corporate environmental responsibility and earnings management: Evidence from the United States.
Herawati, Titin. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Terhadap. Universitas Negeri Padang, Skripsi diterbitkan.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
ISO 26000 (2011) terkait dengan Guidance Standard on Social Responsibility
Jiambalvo, J. 1996. Discussion of Causes and Con-sequenses of Earnings Manipulation: An Ana-lysis of Firms Subject to Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research, 13(1): 37–47.
Jones, 1991 , Earnings Management During Import Relief Investigations
Journal of Accounting Research Vol. 29 No. 2 Autumn 1991 Printed in U.S.A.
Kinney Jr, W R, Palmrose, Z, & Scholz, A, 2004, „Auditor independence, non -audit services, and restatements: was the U.S. government right?‟, Journal of Accounting Research, vol,42, no.3, pp561-588.
Mulford, C. W. & Comiskey, E. E. 2002. The Finan-cial Numbers Game: Detecting Creative Account-ing Practices. NY: John Wiley & Sons.
Permana, Dian dan Rahmawati, Irma.2007. Pengetahuan Sosial KTSP. Bandung : acarya media utama
Purwamitha, Armytha Maharani dan Nur Cahyonowati. 2011. “Hubungan Corporate Social Disclosure and Earnings Management : Studi Empiris berdasarkan Political Cost Hypothesis”. eprints.undip.ac.id. Diakses pada 9 Desember 2013.
Roychowdury, 2006. Earnings management through real activities manipulation Journal of Accounting and Economics 42 (2006) 335–370
Salno dan Baridwan (2000:19),”teori earning management: definisi, pola dan faktor yang mendorong manajemen melakukan earning management”.
Saputro, Julianto Agung dan Lilis Setiawati. 2003. Kesempatan Bertumbuh dan Manajemen Laba : Uji HipotesisPolitical Cost. SimposiumNasional Akuntansi VI. Surabaya
Schipper, K. 1989. Earnings Management. Accounting Horizons 3, 91-106.
Schroeder, R. G. & Clark, M.W. 1998. Accounting Theory: Text and Reading. Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons.
Scott, W. R. 2006. Financial Accounting Theory. 4th Edition. Canada: Person Education.
Setiawati, Lilis, dan Ainun Na'im. 2000.Manajemen Laba. Jurnal Ekonomidan Bisnis Indonesia.Vol. 15. No.4. pp. 424-441.
Suharto, Edi. 2008. “Corpotare Social Responsibility: What is and Benefits for Corporate”, Seminar Dua Hari CSR(Corporate Social Responsibility): Strategy, Management and Leadership, Jakarta, 13 – 14 Februari 2008.
Sugiri, S. 1998. Earning Management: Teori, Model dan Bukti Empiris. Jakarta.
Sweeney, A. 1994. Debt Covenant Violations and Managers‟ Accounting Responses. Journal of Accounting and Economics, 17(3): 281–308.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
Watts dan Zimmerman 1978 Positive Accounting Theory, Political Costs And Social Disclosure Analyses: A Critical Look
Wirartha, I Made, 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta
Yip, Erica; Van Staden, Chris; and Cahan, Steven, “Corporate Social Responsibility Reporting and Earnings Management: The Role of Political Costs”. Australasian Accounting Business and Finance Journal, 5(3), 2011, 17-34.
Yuliarti .2014 . Perempuan di Portal Berita Online: Representasi Perempuan dalam Website www.solopos.com Jurnal Komunikasi Massa Vol. 7 No. 1, Januari 2014: 33-40
www.idx.co.id
www.sahamoke.com
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian eksplanatif
(explanative research) yang bertujuan menggambarkan suatu generalisasi atau
menjelaskan hubungan antara satu variabel dengan variabel variabel yanng lain.
Oleh karena itu, penelitian eklplanatif menggunakan hipotesis (Wirartha, 2006:
160). Hubungan tersebut bisa berupa hubungan korelasional atau saling
berhubungan, sumbangan atau kontribusi suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kausal yang berguna
untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel
lainnya, dalam hal ini yaitu variabel independen dengan variabel dependen.
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini yaitu corporate
social responsibility disclosure. Sedangkan variabel dependennya yaitu
manajemen laba
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari catatan-catatan dan Data
yang diperlukan adalah data sekunder yang didapat dari www.idx.co.iddan data
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dan waktu penelitian ini dilakukan
Tabel 3.1
1. Pengajuan Judul nnnnnnnn 2. Pengumpulan
Walizer dan Wienir berpendapat defenisi operasional adalah seperangkat
petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur
suatu variabel atau konsep defenisi operasional tersebut membantu kita untuk
mengklafisikasikan gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari variabel.
Operasional merupakan salah satu instrumen dari riset karena merupakan salah
satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Defenisi dari operasional
menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang
memudahkan pengukuran variabel tersebut. Sebuah defenisi operasional juga bisa
dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian.
3.4 Skala Pengukuran Variabel
3.4.1 Variabel Dependen
Manajemen laba didefinisikan sebagai perbuatan manajer yang
mengurangi kualitas dari laporan keuangan (Kinney Jnr, Palmrose & Scholz 2004
et al (2008) Mendefinisikan manajemen laba sebagai kegiatan mengubah laporan
kinerja ekonomi perusahaan oleh manajemen untuk mempengaruhi beberapa
stakeholder atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual.
Manajemen laba akrual dapat ditunjukkan dengan adanya discretionary accruals.
Untuk mengestimasi discretionary accruals, penelitian ini menggunakan
Modifikasi Model Jones (Dechow, 1995) seperti yang dipakai dalam penelitian
Midiastuti dan Machfoedz (2003), Heltzer (2010), dan Hastuti (2011) yang
meregresi total akrual dari pendapatan (REV) dikurangi piutang usaha (REC),
ditambah plant, property, and equipment (PPE). Deteksi 34
manajemen laba menggunakan model Jones yang dimodifikasi karena menurut
Dechow, et al. (1995) model tersebut lebih mampu mendeteksi earnings
management dibandingkan model yang lain (Saputro dan Setiawati, 2003;
Midiastuty Machfoedz, 2003; Hastuti, 2011). Berikut langkah-langkah
perhitungan model modifikasi model Jones :
A. Menghitung total akrual (TACC) :
TACC = NI – CFO
Dimana :
TACC = Total Accrual
NI = Net Income (Laba bersih)
CFO= Cash Flow Operations ( Aliran Kas dari Kegiatan Operasi)
B. Menentukan koefisien dari regresi Total Akrual (TACC)
TACC/At-1 = β1(1/At-1) + β2 (ΔREV/At-1) + β3 (PPE/At-1) + e
Dimana :
At-1 = Total Aset perusahaan pada akhir tahun t-1
ΔREV = perubahan pendapatan perusahaan
PPE = Property, Plant, and Equipment
e = error
C. Menentukan Non-Discretionary Accrual (NDACC)
Discretionary Accrual dicari dengan mengurangkan Total Accrual (TACC)
dengan Non-Discretionary Accrual (NDACC). Regresi yang dilakukan pada total
akrual pada persamaan nomor (2) akan menghasilkan koefisien β1, β2, β3, dan β4.
Koefisien tersebut kemudian dimasukkan dalam persamaan berikut untuk
menentukan Non-Discretionary Accrual :
NDACC = β1(1/At-1) + β2 ((ΔREV-ΔREC)/At-1) + β3 (PPE/At-1) + e
Dimana :
NDACC = Non-Discretionary Accrual perusahaan
ΔREC = perubahan piutang bersih (accounts receivable)
D. Menentukan Discretionary Accrual (DACC) perusahaan
DACC = (TACC/ At-1)- NDACC
Dimana :
DACC = Discretionary Accrual perusahaan
Perubahan pendapatan dimasukkan ke dalam model tersebut untuk
mengendalikan perubahan dalam non discretionary accruals yang disebabkan
oleh perubahan kondisi. Pendapatan digunakan sebagai kontrol terhadap
lingkungan perusahaan karena pendapatan merupakan ukuran objektif dari operasi
perusahaan sebelum manipulasi manajer (Jones, 1991) dalam Hastuti (2011).
semua penjualan kredit disebabkan oleh earnings management, mengingat lebih
mudah bagi manajer untuk merekayasa earnings dengan penjualan kredit
dibandingkan dengan penjualan tunai (Dechow, et al., 1995). Property, plant, and
equipment merupakan bagian dari total akrual yang berhubungan dengan biaya
depresiasi yang non discretionary (Jones, 1991 dalam Hastuti, 2011).
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah CSR Disclosure
(Pelaporan CSR) adalah data yang diungkapkan perusahaan berkaitan dengan
aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan yang meliputi tema lingkungan, energi,
kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk,
keterlibatan masyarakat, dan umum di dalam data tahunan perusahaan (Hackston
dan Milne, 1996 dalam Purwamitha dan Cahyonowati, 2011).
CSR Disclosure dapat ditemukan pada annual report maupun
sustainability report. CSR Disclosure diukur dengan menghitung item yang
dicantumkan di annual report maupun sustainability report, dan dihitung dengan
menggunakan CSDI (Corporate Social Disclosure Index). Jumlah item dalam
CSDI dapat dihitung berdasarkan pedoman indikator yang dikeluarkan oleh
Global Reporting Initiative (GRI) versi 3.1.GRI versi 3.1 terdiri dari beberapa
indikator yaitu :
1. Indikator Kinerja Ekonomi
2. Indikator Kinerja Lingkungan
3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja
5. Indikator Kinerja Sosial
6. Indikator Tanggungjawab Produk
Pemberian skor untuk tiap item pengungkapan menggunakna ukuran variabel
dikotomi atau dummy, yang ditandai dengan kode 0 dan 1. Nilai 0 diberikan
apabila ada informasi atau item yang tidak diungkapkan. Sedangkan nilai 1
diberikan bila perusahaan mengungkapkan item yang sesuai dengan kategori
pada pedoman GRI versi 3.1. Kemudian perhitungan CSDI ini dilakukan dengan
membagi jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item keseluruhan
(Evadewi, 2014):
CSR disclosure = jumlah skor item pengungkapan yang di ungkapkan
Jumlah item perusahaan
3.4.3 Kinerja Lingkungan
Variabel moderating pada penelitian ini adalah kinerja lingkungan
perusahaan, kinerja lingkungan ini ditunjukkan dengan peringkat PROPER yang
diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. PROPER (Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) merupakan sebuah
tool pengendalian lingkungan yang digunakan Kementrian Lingkungan Hidup
untuk memotivasi dan mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk
melaksanakan CSR dengan baik.
Kriteria penilaian PROPER dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. kriteria ketaatan yang digunakan untuk pemeringkatan biru (taat), merah
adalah penilaian ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan
hidup.
2. kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond
compliance) untuk pemeringkatan hijau dan emas, apabila perusahaan
memperlihatkan kinerja pengelolaan lingkungan hidup melebihi yang
dipersyaratkan.
Tabel 3.2
Kriteria peringkat PROPER
PERINGKAT KETERANGAN
Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggula lingkungan
(environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa,
melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggungjawab terhadap masyarakat;
Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery) dan melakukan tanggungjawab sosial dengan baik;
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan;
Merah Pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam pertauran perundang-undangan; Hitam Sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang
mengakibatkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan atau tidak melaksanakan sanksi administrasi.
Sumber : Laporan Penilaian PROPER 2011
Masing-masing peringkat PROPER akan diwakili oleh skor dari angka 1 - 5.
a) Emas : Sangat sangat baik; skor = 5
b) Hijau : Sangat baik; skor = 4
c) Biru : Baik; skor = 3
d) Merah : Buruk; skor = 2
3.5 Populasi dan Sampel
Menurut (Erlina, 2011: 81) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 hingga 2013.
Sampel adalah sebagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi (Erlina, 2011: 82). Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu tipe
pemilihan sampel yang secara tidak acak dan metode pengambilan sampel
berdasarkan syarat dan suatu kriteria tertentu. Jadi sampel dipilih berdasarkan
kriteria dan pertimbangan yang menurut peneliti mewakili dan sesuai dengan
populasi yang diinginkan dalam penelitian yaitu :
1. Perusahaan yang bergerak dalam sektor manufaktur yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia dan listed berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian 2011-2013.
2. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang telah diaudit selama periode
penelitian 2011-2013 dan memiliki data laporan keuangan yang lengkap di
Bursa Efek Indonesia.
3. Perusahaan tersebut tidak mengalami rugi pada tahun 2011-2013.
4. Laporan keuangan mengunakan mata uang rupiah.
5. Perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam program PROPER
Berdasarkan kriteria penelitian sampel tersebut maka didapat sampel
perusahaan berjumlah 24 perusahaan dengan 3 tahun pengamatan, sehingga
total objek pengamatan keseluruhan menjadi 72.
Tabel 3.3
Keramik,Porselen dan Kaca
4 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG √ √ √ √ √ Sampel 4
5 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA √ √ √ √ √ Sampel 5
6
Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
IKAI
Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
57
Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
KBRI √ √ X
√ -
58
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
90 Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM X √ -
Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk SCCO √ √ √ √ X -
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
ICBP √ √ √ √ √ Sampel 16
Ultrajaya Milk Industry and Trading
120 Pyridam Farma Tbk PYFA √ √ √ √ -
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
124 Martina Berto Tbk MBTO √ √ √ √ -
sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2011). Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data seperti berikut ini:
a. Daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
untuk tahun 2011-2013 yang diperoleh dari www.idx.co.id.
b. Laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan (financial
report) perusahaan yang terpilih menjadi sampel yang diperoleh dari
www.idx.co.id.
c. Data mengenai peringkat PROPER diperoleh dari situs
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi
dengan mengumpulkan dan menganalisis data sekunder atau data untuk
perusahaan manufaktur pada tahun 2011 hingga 2013 yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara yaitu internet dari Bursa Efek Indonesia melalui
laporan tahunan dan laporan keuangan yang telah diaudit dan diterbitkan setiap
tahunnya yang diunduh melalui situs www.idx.co.id dan www.sahamok.com
3.8 Teknik Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis regresi linier berganda. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 16. Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan pengujian dalam
penelitian ini:
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif (descriptive statistic) memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(Ghozali, 2006:29). Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat
menghasilkan estimator linier yang BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dalam uji asumsi klasik ini
model analisis yang digunakan akan menghasilkan estimator yang tidak
bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik sebagai berikut:
3.8.2.1Uji Normalitas
Menurut Ghozali, (2006:110) Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan F
mengasumsikan baha nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil.
Untuk menguji normalitas, peneliti menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian yang digunakan adalah
nilai p-value, apabila nilai p-value>0,05, maka dapat dinyatakan
bahwa data berdistribusi normal, dan apabila jika p-value<0,05
maka dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
3.8.2.2Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali, (2006:91) uji multikolonieritas bertujuan untuk
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel
independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual
variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
b. Menganalisis matrik korelasi varariabel-variabel
independen. Jika antar variabel independen ada korelasi
yang cukup tinggi (umumnya di atas 90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya
korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti
bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat
disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih
variabel independen.
c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance
dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
mankah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
menjadi variabel dependen dan diregress terhadap variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipaki untuk
menunjukkjan adanya multikolinearitas adalah nilai
Tolerance<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10.
3.8.2.3Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2006:105) uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidkasamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamtan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili
berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di studentized). Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan si bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas.
3.8.2.4Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006:95) uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada data time series karena “gangguan”
pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi
“gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode
Pada data crosssection, masalah autokorelasi relatif jarang
terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal
dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik
adalah yang bebas dari autokorelasi. Cara menguji autokorelasi
adalah dengan melihat model regresi linier berganda terbebas dari
autokorelasi apabila nilai Durbin Watson berada dibawah angka 2.
3.8.3 Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda. Adapun persamaaan regresi berganda untuk pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai beikut:
DACC= α0 + β1CSR_DISC+ ε (1)
DACC= α0 + β1CSR_DISC +β2PROPER + b3[{CSR*PROPER}] + ε (2)
DACC = Earnings Management, menggunakan proksi
Discretionary Accruals (DACC)
a = konstanta
β 1- β2 = Koefisien regresi variabel independen
CSR_DISC =Corporate social responsibility disclosure
PROPER = Peringkat PROPER
CSR * PROPER = Interaksi CSR dengan PROPER (Moderat)
3.8.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5
karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya
sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R Square
maupun Adjusted R Square cukup tinggi (diatas 0,5), sedangkan
sampel dengan data item tertentu yang disebut data silang (cross
section) pada umumnya memiliki R Square maupun Adjusted R
Square agak rendah (di bawah 0,5), namun tidak menutup
kemungkinan data jenis cross section memiliki nilai R Square
maupun Adjusted R square yang cukup tinggi.
3.8.3.2 Uji Parsial dengan T-Test
T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dilihat
pada tabel Coefficients. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari
p-value (pada kolom Sig.) pada masing-masing variabel independen,
jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan,
3.8.3.3Uji Simultan dengan F-Test
Hasil F-test dapat dilihat dari hasil regresi pada tabel
ANOVA. Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika
p-value (pada kolom sig.) lebih kecil dari level of significant yang
ditentukan, atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel. F
tabel dihitung dengan cara df1=k-1, dan df2=n-k, k adalah jumlah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik, pengujian menggunakan regresi berganda dan
diakhiri dengan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 16.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Objek penelitian ini adalah perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2011 sampai dengan 2013, dimana jumlah
perusahaan keuangan tersebut adalah 130 perusahaan. Dari jumlah tersebut,
perusahaan yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel tersebut adalah
4.2Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif (descriptive statistic) memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2006:29).
Berikut ini ditampilkan hasil analisis statistik deskriptif dari variabel corporate
social responsibility disclosure , kinerja lingkungan dan manajemen laba .
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
manajemen laba 72 -10,795 12,165 -,30571 4,652673
Csr 72 ,000 1,000 ,61111 ,490919
kinerja lingkungan 72 2,000 5,000 2,93056 1,065812
Valid N (listwise) 72
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2015
Dari pengujian deskriptif statistik yang tersaji pada table 4.1 menunjukkan hasil
sebagai berikut:
1. Variabel manajemen laba memiliki nilai terendah yaitu -10,795 , nilai
tertinggi 12,165 dengan nilai rata-rata -0,30571 dan standar deviasi
4,652673.
2. Variabel corporate social responsibility disclosure memiliki nilai
terendah yaitu 0,000 , nilai tertinggi 1 dengan nilai rata-rata 0,61111 dan
3. Variabel kinerja lingkungan memiliki nilai terndah yaitu 2, nilai tertinggi 5
dengan nilai rata-rata 2,93056 dan standar deviasi 1,065812.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan grafik berupa histogram dan P-Plot serta uji
Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas yang pertama dengan
melihat grafik histogram berikut.
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa distribusi data memiliki kurva
berbentuk lonceng ke atas dimana distribusi data tidak menceng ke kiri atau
menceng ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara
normal.
Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan
garfik PP Plot berikut ini.
Gambar 4.2 Normal P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
P-Plot, peneliti juga memperoleh kesimpulan bahwa tampilan pada
dapat dilihat dari titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta
penyebarannya mendekati garis diagonal sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara
normal.
Uji normalitas yang ketiga dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Tabel 4.2
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 3,29318892
Most Extreme Differences Absolute ,064
Positive ,057
Negative -,064
Test Statistic ,064
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Diolah dari SPSS,2015
Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan besarnya
Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 0,064 dan signifikan 0,200. Hal ini menunjukkan
bahwa data tersebut telah berdistribusi normal karena nilai Asymp.
4.2.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi
antara variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi
terjadi multikolinearitas, maka koefesian regresi tidak dapat ditaksir da nilai
standard erro menjadi tak terhingga. Untuk melihat ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam regresi dapat dilihat dari:
1. Nilai tolerance variabel diatas 0,10
2. Variance Inflation Factor (VIF) variabel dibawah 10.
Uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF
menunjukkan hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
a. Dependent Variable: manajemen laba
Masing-masing variabel independen memiliki nilai
tolerance yang lebih besar dari 0,1 yaitu variabel csr dengan nilai
tolerance 0,911 dan variabel kinerja lingkungan dengan nilai
independen memiliki nilai lebih kecil dari 10 yaitu untuk VIF
corporate social responsibility disclosure 1,097 ; dan VIF
manajemen laba 1.097. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan dasar analitis sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada akan membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat ditunjukkan pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Uji heteroskedastistas
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2016
Dari gambar scatterplot diatas terlihat bahwa titik menyebar secara
acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y tidak mebentuk
pola tertentu atau tidak teratur. Titik yang menyebar menjauh dari titik-titik
yang lain mengindikasikan bahwa adanya data observasi yang sangat berbeda
dengan data penelitian lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitaspada model regresi ini sehingga model ini layak dipakai.
4.2.2.4 Uji Autokolerasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linier ada
kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
mendeteksi masalah dalam autokolerasi diantaranya adalah dengan Runs
Test.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,09446
Cases < Test Value 36
Cases >= Test Value 36
Total Cases 72
Number of Runs 46
Z 2,136
Asymp. Sig. (2-tailed) ,033
a. Median
Hasil output SPSS diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp
sig(2-tailed) lebih besar dari 0,05 yakni 0,033. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa data pada penelitian ini terdapat autokolerasi.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
4.2.3.1 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda dari pengaruh perbedaan permanen, dan
perbedaan temporer terhadap perubahan laba (Y) pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 memiliki
Tabel 4.5
a. Dependent Variable: manajemen laba
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.5 model regresi yang dibentuk dalam penelitian
ini adalah:
CSR_DISC = Corporate Social Responsibility Disclosure
e = Standard error
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing
variabel menjelaskan bahwa:
1. Konstanta (a) sebesar -0,934 diinterpretasikan bahwa apabila
variabel corporate social responsibility disclosure perusahaan sama
2. Koefisien corporate social responsibility disclosure sebesar 1,028
diinterpretasikan bahwa ukuran corporate social responsibility disclosure
regresi positif. Hal ini menggambarkan setiap kenaikan rasio corporate
social responsibility disclosure sebesar 1% akan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan informasi sosial sebesar 1,028
4.2.3.1.1 Uji T ( Uji Parsial)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruhsatu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen.
a. Dependent Variable: manajemen laba
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
Pada tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung untuk masing-masing variabel
independen. Nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel yang
dengan formula = TINV(0,05,70). Dari formula tersebut diperoleh nilai t
tabel sebesar 1,994 .
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, uji t menunjukkan
interpretasi sebagai berikut:
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure
terhadap Manajemen Laba
Pengujian hipotesis pengaruh variabel perbedaan
permanen terhadap perubahan laba pada Tabel 4.5 diperoleh
besarnya t hitung untuk variabel corporate social responsibility
disclosure adalah 0,931 dengan nilai signifikansi sebesar 0,364
sedangkan t tabel sebesar 1,994 dengan tingkat signifikansi 0,05.
Hasil ini menunjukkan bahwa t hitung < t tabel (0,931 < 1,994)
dan nilai signifikansi juga menunjukkan angka yang lebih besar
dari 0,05 (0,364 > 0,05) maka H0 diterima. Hal ini dapat
disimpulkan, corporate social responsibility disclosure tidak
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
4.2.3.3Uji F (Uji Simultan)
Tabel 4.7
a. Dependent Variable: manajemen laba b. Predictors: (Constant), csr
Nilai F tabel dipeoleh melalui fungsi FINV pada Microsoft Excel
dengan formula =FINV(probability,deg_freedom1, deg_freedom2).
Probability yang digunakan 0,05,df1=2, dan df2=111. Df1 diperoleh dari
jumlah variabel dependen dan independen dikurangi 1, sedangkan df2
diperoleh dari jumlah unit analisis dikurangi jumlah variabel.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai F hitung sebesar 0,834 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,364. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai F tabel sebesar 3,977, sehingga dari nilai F
hitung dan F tabel yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai F hitung < F
tabel (0,834 < 3,977) dan tingkat signifikansi > 0,05 (0,364 > 0,05).
Dengan demikian H0 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
variabel X secara bersama-sama atau secara simultan tidak berpengaruh
terhadap Manajemen laba.
4.2.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Tabel 4.8
b. Dependent Variable: manajemen laba
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui besarnya koefisien korelasi
ganda pada kolom R sebesar 0,108. Koefisien determinasinya pada
kolom R Square menunjukkan angka 0,012. Kolom Adjusted R Square
merupakan koefisien determinasi yang telah dikoreksi yaitu sebesar
-0,002 atau sebesar -0,2 % yang menunjukkan bahwa variabel corporate
social responsibility disclosure memberikan kontribusi terhadap
perubahan laba sebesar -0,2 %, sedangkan sisanya 99,8 % dipengaruhi
oleh variabel di luar penelitian.
4.2.4 Pengujian Hipotesis dengan Variabel Moderasi
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk melihat pengaruh arus kas
operasi sebagai variabel moderasi yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Uji yang
dilakukan adalah uji interaksi atau Moderated Regression Analysis.
4.2.4.1Analisis Regresi Berganda dengan Variabel Moderasi
Tabel 4.9
Analisis Regresi Berganda dengan Variabel Moderasi
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.9 model regresi yang dibentuk dalam
penelitian ini adalah:
DACC= -10,774 + 2,048 CSR_DISC +3,880 PROPER + -1,109
[{CSR*PROPER}]+ ε
DACC = Earnings Management, menggunakan proksi
Discretionary Accruals (DACC)
a = konstanta
β 1- β2 = Koefisien regresi variabel independen CSR_DISC =Corporate social responsibility disclosure
PROPER = Peringkat PROPER
CSR * PROPER = Interaksi CSR dengan PROPER (Moderat)
ε = Standard error
Interpretasi yang dihasilkan dari persamaan regresi di atas
sebagai berikut:
1.Nilai konstanta a = -10,774 menyatakan bahwa jika corporate
social responsibility disclosure bernilai nol, maka perubahan laba
adalah sebesar -10,774.
2.Koefisien corporate social responsibility disclosure sebesar 2,048
artinya jika nilai variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan
menaikkan nilai manajemen laba sebesar 2,048 dengan variabel
3.Koefisien kineja lingkungan sebesar 3,880 artinya jika nilai
variabel ini ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai
variabel manajemen laba laba sebesar 3,880 dengan variabel lain
tetap.
4.Koefisien moderat sebesar -1,109 artinya jika nilai variabel ini
ditingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel
manajemen laba sebesar -1,109 dengan variabel lain tetap.
4.2.4.1Uji T (Uji Parsial) dengan Variabel Moderasi
Tabel 4.10
Uji T dengan Variabel Moderasi
Coefficientsa a. Dependent Variable: manajemen laba
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, uji t menunjukkan
interpretasi sebagai berikut:
1. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure
terhadap Manajemen Laba
Pengujian hipotesis pengaruh variabel perbedaan
kas operasi pada Tabel 4.10 diperoleh besarnya t hitung untuk
variabel corporate social responsibility disclosure adalah 0,841
dengan nilai signifikansi sebesar 0,404 sedangkan t tabel sebesar
1,994 dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa t hitung < t tabel (0,841 < 1,994) dan nilai signifikansi juga
menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 (0,404 > 0,05)
maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan, kinerja lingkungan
tidak mempengaruhi hubungan corporate social responsibility
disclosure terhadap manajemen laba.
4.2.4.2Uji F (Uji Simultan) dengan Variabel Moderasi
Tabel 4.11
Uji F dengan Variabel Moderasi
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 766,962 3 255,654 22,577 ,000b
Residual 770,002 68 11,324
Total 1536,963 71
a. Dependent Variable: manajemen laba
b. Predictors: (Constant), moderating x*z, kinerja lingkungan, csr Sumber : data sekunder di olah ,2016
Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh nilai F hitung sebesar 22,577
dan tingkat signifikansi sebesar 0,000.Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan, diperoleh nilai F tabel sebesar 3,977,
sehingga dari nilai F hitung dan F tabel yang diperoleh
tingkat signifikansi > 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel Kinerja
lingkungan mempengaruhi hubungan antara corporate social
responsibility disclosure terhadap manajemen laba.
4.2.4.3Uji Koefisien Determinasi (R2) dengan Variabel
Moderasi
Tabel 4.12
Uji R2 dengan Variabel Moderasi
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), moderating x*z, kinerja lingkungan, csr b. Dependent Variable: manajemen laba
Sumber : data sekunder yang di olah ,2016
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui besarnya koefisien korelasi
ganda pada kolom R sebesar 0,706. Koefisien determinasinya pada kolom R
Square menunjukkan angka 0,499. Kolom Adjusted R Square merupakan
koefisien determinasi yang telah dikoreksi yaitu sebesar 0,477 atau sebesar 4,77
% yang menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility disclosure
yang dimoderasi variabel kinerja lingkungan memberikan kontribusi terhadap
manajemen laba sebesar 4,77%, sedangkan sisanya 95,23% dipengaruhi oleh
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah corporate social
responsibility disclosure terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode pengamatan yaitu tahun 2011-2013. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Sampel yang
diperoleh sebanyak 24 perusahaan sehingga jumlah pengamatan (n) sebanyak 72
yaitu 24 x 3 tahun pengamatan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari
uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Setelah melakukan uji asumsi klasik, maka dilakukan uji hipotesis yaitu dengan
analisis regresi liniear berganda, uji signifikansi simultan (uji F), uji signifikansi
parsial (uji t), dan juga dilakukan uji koefisien determinasi. Berdasarkan hasil uji
koefisien determinasi yang dilakukan diperoleh nilai adjusted R Square sebesar
0,02 atau sebesar 0,2 % yang menunjukkan bahwa pengaruh variabel corporate
social responsibility disclosure terhadap manajemen laba sebesar 0,2%,
sedangkan sisanya 99,8% dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian. Kemudian
dengan menamambah kinerja lingkungan sebagai variabel moderasi hasil uji
koefisien determinasi yang dilakukan diperoleh nilai adjusted R Square sebesar
0,477 atau sebesar 4,77 % yang menunjukkan bahwa kinerja lingkungan sebagai
disclosure terhadap manajemen laba sebesar 0,8%, sedangkan sisanya 95,23%
dipengaruhi oleh variabel di luar penelitian.
Berdasarkan hasil uji statistik F diperoleh kesimpulan bahwa variabel
corporate social responsibility disclosure tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hal ini terbukti dari pengujian yang dilakukan dimana nilai F hitung < F
tabel, yaitu 0,834 < 3,977. Selain itu tingkat signifikansi yang diperoleh lebih
besar dari 0,05 yakni 0,364 > 0,05. Kemudian dengan menambah variabel
moderasi kinerja lingkungan hasil uji statistik F diperoleh kesimpulan bahwa
kinerja lingkungan mempengaruhi hubungan antara corporate social
responsibility disclosure terhadap manajemen laba. Hal ini terbukti dari pengujian
yang dilakukan dimana nilai F hitung < F tabel, yaitu 22,577 > 3,977. Selain itu
tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 yakni 0,000 < 0,05.
Berdasarkan hasil uji statistik t diperoleh kesimpulan bahwa corporate social
responsibility disclosure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
terbukti dari nilai t hitung < t tabel yaitu 0,931 < 1,994 dan nilai signifikansi
0,364 > 0,05. Corporate social responsibility disclosure tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Kemudian dengan menambah variabel moderasi kinerja
lingkungan hasil uji statistik t diperoleh kesimpulan bahwa kinerja lingkungan
tidak mempengaruhi hubungan antara corporate social responsibility disclosure
terhadap manajemen laba. Hal ini terbukti dari nilai t hitung < t tabel yaitu 0,841
< 1,994 dan nilai signifikansi 0,404 > 0,05. Dengan menambah variabel moderasi
kinerja lingkungan hasil uji statistik t diperoleh kesimpulan bahwa kinerja
disclosure terhadap manajemen laba. Hal ini terbukti dari nilai t hitung < t tabel
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh corporate social
responsibility disclosure terhadap manajemen laba dengan kinerja lingkungan
sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2011-2013. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel
penelitian adalah sebanyak 24 perusahaan pada periode tahun 2011-2013 dimana
total pengamatan adalah 72 perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan di bab empat, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. . variabel independen yaitu corporate social responsibility
disclosure tidak berpengaruh terhadap perubahan laba. .
2. variabel moderasi yaitu kinerja lingkungan mampu memoderasi
hubungan antara variabel independen corporate social
responsibility disclosure terhadap variabel dependen manajemen
laba.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Variabel independen dalam penelitian ini yang menganalis
menggunakan satu variabel yaitu corporate social responsibility
disclosure
2. Periode dalam penelitian ini cukup singkat hanya 3 tahun yaitu
tahun 2011 sampai 2013..
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu :
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan periode
pengamatan yang lebih lama sehingga akan memberikan kemungkinan
yang lebih besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang
mempengaruhi manajemen laba.
3. Menambah kategori perusahaan yang akan diteliti sehingga akan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keagenan
Konsep manajemen laba menurut salno dan baridwan (2000:19)
menggunakan pendekatan teori keagenan ( agency theory) yang menyatakan
bahwa “praktek manajemen laba di pengaruhi oleh konflik kepentingan antara
management ( agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya.” Dalam hubungan keagenan manajer memiliki informasi asimetri
terhadap pihak eksternal perusahaan , seperti kreditor dan investor.
2.1.2 Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba didefinisikan sebagai perbuatan manajer yang
mengurangi kualitas dari laporan keuangan (Kinney Jnr, Palmrose & Scholz 2004
dalam Yip et al, 2011). Schipper (1989, h.92, dalam Yuliarti, 2014)
mendefinisikan earnings management (EM) sebagai campur tangan dalam proses
penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan pribadi.
Pengertian Manajemen Laba menurut ahli
1. Pengertian manajemen laba menurut Schipper (1989) dalam Rahmawati dkk.
dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk
memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan
operasi yang netral dari proses tersebut).
2. Pengertian manajemen labamenurut Assih dan Gudono (2000) manajemen
laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General
Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba
yang dilaporkan.
3. Pengertian manajemen laba menurut Fischer dan Rozenzwig (1995) manajemen
laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan
dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan
dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
4. Pengertian manajemen laba menurut Healy dan Wallen (1999) manajemen laba
terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan
penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga
menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk
mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada
angka akuntansi.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu
sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na‟im, 2000 dalam Rahmawati
dkk, 2006).
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting
dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu
upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan
upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong
dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh
manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra
terhadap manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan
pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk
mengevaluasi return dan resiko portofolionya (Ashari dkk, 1994 dalam Assih,
2004).
Manajemen laba ini terjadi akibat adanya asimetri informasi antara owner
yaitu para pemegang saham dengan agent yaitu para manajer. Healy dan Wahlen
(1999, dalam Roychowdury, 2006) menjelaskan bahwa earnings management
terjadi ketika manajer menggunakan keputusan dalam pelaporan keuangan dalam
penataan transaksi untuk merubah laporan keuangan untuk menyesatkan beberapa
stakeholder tentang kinerja ekonomi pokok perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil kontraktual yang bergantung pada praktek akuntansi yang dilaporkan.
Dengan kata lain, tujuan perusahaan dan stakeholder tidak semestinya harmonis
satu sama lain, maka dari itu perusahaan mempunyai dorongan untuk
stakeholdernya, seperti meyakinkan kreditor untuk memasok tambahan modal
dalam kondisi baik perusahaan (Hong dan Anderson, 2011 dalam Fan, 2013).
Faktor-faktor pendorong manajemen laba
Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
A. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan
bonus besar berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode
akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
B. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit
cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba (Sweeney, 1994 dalam Rahmawati dkk, (2006). Hal ini
untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
C. Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil
tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak