i
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABE INTERVENING
(Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia) Skripsi
Untuk memenuhi sebagaian persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh : Sindy Saumia Desti NIM: 31.420.000256
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEMARANG
2023
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Usulan Penelitian untuk Skripsi
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia) Disusun Oleh:
Sindy Saumia Desti NIM: 31.402.000256
Telah disetujui oleh pembimbing dan selanjutnya dapat diajukan kehadapan sidangpanitia ujian penelitian untuk skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung
Semarang, 24 Mei 2023 Pembimbing,
Semarang, 24 Mei 2023 Pembimbing,
igitally Dsigned by Khoirul Fuad DN: cn=Khoirul Fuad, o=Fakultas Ekonomi, ou=Program Studi Akuntansi, email=khoirulfuad@u nissula.ac.id, c=ID Date: 2023.05.24 14:48:10 +07'00'
Adobe Acrobat Reader version: 2023.001.20174
Khoirul Fuad, SE, M.Si, Ak, CA NIK. 211413023
iii
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Disusun Oleh :
Sindy Saumia Desti NIM : 31402000256
Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal 23 Juni 2023
Penguji II
Drs. Osmad Mutaher,M.Si NIK. 210403050
Pembimbing
Khoirul Fuad, SE,M,Si, Ak, CA NIK. 211413023
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Tanggal 23 Juni 2023
Studi S1 Akuntansi
Provita Wijayanti, SE., M.Si, Ak, CA NIK. 211403012
Penguji I
Dedi Rusdi, SE., M.Si., Ak, CA NIK. 211496006
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING”.Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi banyak mendapat bimbingan,dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak , sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Gunarto SH.,M.Hum., selaku rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Prof Dr. Heru Sulistyo, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Agung Semarang.
3. Ibu Provita Wijayanti , S.E., M.Si, Ak, CA selaku ketua Program Studi Akuntansi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
4. Bapak Khoirul Fuad, S.E, M.Si, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dengan baik dan memberi masukan dalam penulisan skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Keluarga saya yang telah memberikan semangat dan membantu memberikan saran selama penulis berkuliah di Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
7. Teman – teman seperjuangan saya Angkatan S1- Akuntansi
viii (transfer).
8. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
9. Semua pihak lain yang telah membantu menyelesaikan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena adanya keterbatasan dari penulis. Namun penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Semarang, 24 Mei 2023
Sindy Saumia Desti NIM. 31402000256
ix
DAFTAR ISI
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
BAB 1 ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Manfaat Penelitian ... 11
BAB 11 ... 12
2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Teori keagean ... 12
2.1.2 Teori legitimasi ... 14
2.2 Variabel Penelitian ... 14
2.2.1 Tax avoidance ... 14
2.2.2 Komisaris Independen ... 16
2.2.3 Corporate social responsibility ... 17
2.2.4 Manajemen laba ... 18
2.3 Penelitian Terdahulu ... 24
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24
2.5 Pengembangan Hipotesis ... 26
2.5.1 Pengaruh komisaris independen terhadap tax avoidance ... 26
2.5.2 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance ... 27
2.5.3 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba ... 29
2.5.4 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Manajamen Laba ... 30
2.5.5 Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tax Avoidance ... 31
x
2.5.6 Manajemen laba memediasi Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Tax
Avoidance ... 33
2.5.7 Manajemen Laba Memediasi Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance ... 34
BAB III ... 36
3.1 Definisi dan Pengukuran Variabel ... 36
3.1.1 Variabel Independen ... 36
3.1.2 Variabel Intervening ... 37
3.1.3 Variabel dependen ... 38
3.2 Populasi dan Sampel ... 39
3.3 Sumber dan Jenis Data ... 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5 Teknik Analisis ... 40
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 41
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 41
3.5.3 Uji Regresi Linier Berganda ... 45
3.5.4 Uji Kebaikan Model ... 46
3.5.5. Uji Sobel ... 50
BAB IV ... 50
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ... 50
4.2 Analisis Data ... 53
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 53
4.2.2 Asumsi Klasik ... 55
4.2.3 Uji Regresi Linier Berganda ... 60
4.2.4 Uji Kebaikan Model ... 66
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 68
BAB V ... 50
5.1 Kesimpulan... 76
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 82
5.3 Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Penerimaan Pajak Dalam Negeri ... 2
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 4.1 Penggolongan Kriteria Sampel ... 53
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ... 54
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif variabel penelitian ... 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov... 60
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolineritas ... 61
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson... 62
Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser ... 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 64
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 67
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinan ... 68
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis (Uji T) ... 68
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27
Gambar 4.1 Hasil Grafik Histogram ... 59
Gambar 4.2 Hasil Profitability Plot ... 59
Gambar 4.3 Hasil Uji heterokedasitas ... 63
Gambar 4.4 Hasil Uji Sobel………71
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Pajak menurut UU No.28 tahun 2007 tentang tata cara perpajakan pajak adalah kontribusi wajib terhutang kepada negara oleh orang pribadi maupun wajib pajak yang bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang akan digunakan untuk keperluan negara dalam memakmurkan rakyat. Pajak memegang peran yang penting bagi pembangunan nasional negara, dimana hamper 80% pendapatan negara bersumber dari hasil pemungutan pajak. Pendapatan yang diperoleh tersebut akan dialokasikan untuk terlaksananya pembangunan nasional.
Pembangunan ini meliputi segala aspek nasional, mulai dari Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Infrastruktur hingga bidang lingkungan hidup.
Penerimaan pajak negara berasal dari berbagai aspek yaitu pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak penghasilan,pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, bea perolehan ha katas tanah dan bangunan,cukai dan lain -lain. Namun penerimaan pendapatan negara disektor pajak setiap tahun mengalami penurunan hal ini dibuktikan dengan table penerimaan pendapatan negara yang dirilis oleh BPS tahun 2018-2020 :
2
Berdasarkan table tersebut penerimaan negara dari sector pajak masih belum stabil, dibuktikan dengan realisasi penerimaan pajak menurun tiap tahunnya.
Tahun 2018 target penerimaan pajak terealisasi sebesar 93,86% dari target APBN sebesar 1.681,1 triliun dan pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 86,51%
dari target APBN sebesar 1.865,70 triliun. Dimana dari data tersebut terdapat penerimaan pajak salah satunya adalah dari perusahaan manufaktur yang menjadi penyumbang utama pajak negara dengan relisasi penerimaan pajak negara pada tahun 2020 menyumbang sebesar Rp.376,6 triliun atau setara dengan 29,5% dari APBN, namun pada April 2020 menurun sebesar 108,76 trilliun (nasional.kontan.co.id). penurunan dari sector manufaktur tersebut tentunya dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara hal ini semakin diperparah dengan adanya pandemic yang menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi sulit.
Covid-19 menyebabkan penerimaan pajak terutama dari Ppn dalam negeri dan Ppn import menurun yang menyebabkan perekonomian Indonesia terkontraksi secara negative. Penerimaan pajak terhambat akibat pembatasan social kemudian didorong dengan rendahnya daya konsumsi masyarakat serta biaya untuk
pemulihan covid yang membengkak, menyebabkan masyarakat merasakan kesulitan dalam membayarkan pajaknya dan melakukan praktik tax avoidance yang menyebabkan menurunnta penerimaan pendapatan negara.
Tax avoidance sendiri merupakan pelanggaran perpajakan berupa penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah -celah peraturan perpajakkan untuk meringankan beban pajak. Tax avoidance ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kualitas balas jasa dari pajak yang rendah,korupsi,moral pajak yang rendah, transparansi dan akuntabilitas yang rendah,korupsi,administrasi yang lemah dan lain-lain (Hoque,2011) dalam (Rudian,2017). Fenomena ini yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara, dimana pajak tidak dapat mencapai target APBN yang nantinya dapat menghambat pembangunan nasional.
Transaparansi dalam pemungutan pajak menjadi hal penting, karena pemerintah perlu melakukan pengoptimalan penerimaan pajak dengan pengawasan yang ketat terhadap wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakkan agar pembangunan negara dapat terus berjalan. Namun pada praktiknya pemungutan pajak tidak selalu disambut baik oleh para wajib pajak khususnya perusahaan. Pemungutan pajak dianggap tidak menguntungkan bagi perusahaan karena tidak berdampak langsung bagi perusahaan dan masi dianggap seperti upeti yang memberatkan bagi masyarakat/perusahaan. Pemerintah ingin perusahaan dapat membayarkan pajak semaksimalkan mungkin untuk percepatan pembangunan nasional, sedangkan perusahaan ingin membayarkan pajak seminim mungkin guna memaksimalkan labanya. Sebagai contoh dalam kasus penggelapan pajak yang sudah lumrah dilakukan adalah misalnya wajib pajak tidak melaporkan
4
sebagian atau seluruh penghasilanya ke dalam SPT membebankan biaya-biaya yang tidak seharusnya dijadikan pengurangan dalam penghasilan yang bertujuan untuk meminimalkan beban pajak, serta memperbesar biaya dengan cara fiktif. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan kepentingan antara pemerintah dan perusahaan yang menimbulkan konflik agensi.
Konflik agensi dapat ditekan dengan kehadiran komissaris independent, komisaris independent yang merupakan bagian dari dewan komisaris yang bekerja secara independent tanpa adanya campur tangan orang lain sehingga dapat melaksanakan pengawasan dengan maksimal. Kehadiran komisaris independent dapat mengingkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen maupun jajaran direksi, semakin banyaknya jumlah komisaris independent maka akan menciptakan control yang lebih baik terhadap manajer agar tidak melakukan Tindakan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan seperti melakukan tax avoidance. Komisaris independent dapat bertindak untuk mengawasi kebijakan manajemen dan memberikan pengarahan kepada manajemen yang dapat menekan Tindakan memanipulasi laba dengan menghilangkan atau menambahi sehingga informasi keuangan yang disajikan tidak sesuai, yanghal tersebut merupakan upaya untuk melakukan tax avoidance. Tax avoidance dapat diminimalisasi dengan melakukan pengawasan yang ketat terhadap manajemen didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Arry,2017), (Moses,2017) dan (Agung,2016) menunjukkan dengan adanya kehadiran komisaris independent dapt meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen dan kinerja direksi, dimana semakin tinggi proporsi komisaris independent maka menjadikan pengawasan menjadi lebih ketat untuk
meminimalisir praktik tax avoidance. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mulyani et al.,2018) yang mengatakan bahwa komisaris independent tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya memerlukan legitimasi dari lingkungan sekitar, legitimasi penting bagi keberlangsungan aktivitas bisnis dan perkembangan perusahaan. Legitimasi dapat diperoleh dengan melakukan CSR.
CSR berperan dalam menunjukkan mereka bahwa perusahaan mereka adalah perusahaan yang dijalankan dengan nilai dan dasar yang baik, sehingga konsumen percaya bahwa produk atau jasa yang diberikan adalah produk atau jasa yang dibuat oleh perusahaan yang beretika baik. Ketika nama perusahaan terbentuk positif di masyarakat, maka proses branding juga akan semakin mudah. Membayar pajak merupakan salah satu bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar. Sehingga perusahaan yang melakukan penghindaran pajak dinilai tidak bertanggungjawab dan dapat mencederai citra perusahaan yang nantinya dapat merugikan perusahaan. Semakin tinggi hasil CSR yang diungkapkan oleh perusahaan, maka menjadikan citra perusahaan menjadi baik, perussahaan akan berusaha menjaga citra baik tersebut dengan tidak melakukan tax avoidance yang akan merugikan perusahaan. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian (Khairunnisa et al.,2017) yang mengatakan CSR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian (Septiano & Muid,2020) yang menunjukkan bahwa CSR berpengaruh secara negative terhadap penghindaran pajak perusahaan.
6
Salah satu factor penyebab yang memicu terjadinya tax avoidance adalah manajemen laba. Manajemen laba dilakukan sebagi upaya manajemen untuk mengatur laba sengan memaksimalkan, meminimalkan termasuk perataan laba sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajer untuk kesejahteraan masing-masing pihak yang terkait. Manajer melakukam majemen laba untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan. Ketika manajer semakin agresiv dalam melakukan manajemen laba menyebabkan nilai CETR perusahaan menjadi rendah. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Septiadi.,2017) bahwa manajemen laba berpengaruh negative terhadap CETR. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Darma,2018) bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance.
Manajemen laba akan mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda dari kenyataan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas laba yang dapat menurunkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang (Utami,2017).
Motivasi manajer melakukan manajemen laba adalah salah satunya pajak. Manajer dapat mengintervensi laporan keuangan yang nantinya dapat mempengaruhi beban pajak yang dibayarkan. Ketika perusahaan melekukan manajemen laba perusahaan dianggap tidak bertanggungjawab dalam menjaga nilai baik perusahaan.
Hal ini kemudian menjadi menarik karena ternyata terdapat variable yang dapat memediasi hubungan antara komisaris independent dan CSR yaitu manajemen laba. Komisaris independent bertugas untuk meningkatkan pengawasan sehingga dapat meminimalisir manajer melakukan manajemen laba dan dengan melakukan CSR maka memotivasi perusahaan agar memiliki rasa bertanggungjawa
terhadap lingkungan sekitar yaitu salah satunya dengan membayarkan pajaknya dengan tertib yang berimbas pada menurunya tingkat kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh manajer dan meningkatknya nilai perusahaan dimata stakeholder dan sekitarnya sehingga perusahaan mendapatkan citra yang positif.
Hal ini kemudian didukung oleh penelitian (Mulyani et al.,2018) yang menunjukkan komisaris independent berpengaruh negative terhadap tax avoidance, kemudian penelitian (Yanti et al.,2018) yang menunjukkan bahwa CSR berpengaruh negative signifikan terhadap tax avoidance dan penelitian (Nabila &
Daljono,2013) yang berbunyi bahwa komisaris independent mempengaruhi manajemen laba secara negative. Penelitian (Alexander & Palupi,2020) menurut bahwa CSR berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Kemudian penelitian (Septiadi et al.,2017) menyebutkan bahwa manajemen laba berpengaruh negative terhadap tax avoidance semakin menjelaskan bahwa manajemen laba merupakan variable intervening yang mempengaruhi secara negative antara komisaris independent dan CSR terhadap tax avoidance.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (Simorangkir et al.,2018) yang membahas tentang pengaruh komisaris independent dan CSR terhadap agresitivitas pajak. Peneliti menambahkan variable manajemen laba sebagai pembeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan terdapat temuan bahwa manajemen laba dapat memediasi antara komisaris independent dan CSR terhadap tax avoidance secara negative. Dan penelitian sebelumnya yang masih menunjukkan hasil yang belum konsisten dengan menambahkan manajemen laba sebagai variable intervening agar mengetahui variable tersebut dapat memediasi
8
komisaris independent dan CSR terhadap tax avoidance. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan meneliti tentang “Pengaruh Komisaris Independen dan Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance dengan Manajamen Laba sebagai variabel intervening”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dan research gap yang dikemukakan di atas ditemukan masalah, “masih adanya ketidakonsistenan temuan hasil penelitian mengenai masih banyaknya perusahaan yang menghindarkan dengan beberapa variabel.
Beberapa variabel tersebut ada yang berpengaruh namun juga ada yang tidak berpengaruh.” Oleh karena itu penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana mengatasi kesenjangan mengenai peranan Komisaris independent dan Corporate social responsibility dalam menurunkan Tax Avoidance dengan manajemen laba sebagai variable intervening pada manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Studi ini mencoba menempatkan variable Corporate Social Responsibility dan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance. Selain itu penelitian ini juga meneliti manajemen laba sebagai variable intervening yang memberikan pengaruh memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variable.
Oleh karena itu, pertanyaan penelitian diajukan sebagai berikut :
1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
2. Apakah Komisaris Independent berpengaruh terhadap Tax Avoidance di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
3. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap manajemen laba di perusahaan maufaktur yang terdaftar di BEI?
4. Apakah Komisaris Independen berpengaruh terhadap manajemen laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
5. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap Tax Avoidance di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
6. Apakah manajemen laba merupakan variable intervening yang dapat memediasi antara Komisaris Independen dan Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diurakan di atas, tujuan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan umum penelitian adalah sebagai wacana untuk mengatasi kesenjangan pada hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility dan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance dengan manajemen laba sebagai variable intervening.
2. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian empiris terhadap model teoritikan yang akan diujikan pada penelitian ini meliputi : a. Menguji pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
10
b. Menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
c. Menguji perngaruh Komisaris Independen terhadap manajemen laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
d. Menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap manajemen laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
e. Menguji pengaruh manajemen laba terhadap Tax Aoidance di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta konstribusi untuk berbagai pihak,yaitu :
1. Manfaat teroritis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, terutama di bidang akuntansi keuangan dan sector perpajakan nasional.
2. Manfaat praktis
a) Perusahaan manufaktur
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan kepada perusahaan untuk lebih memperhatikan serta meningkatkan kinerja keuangan dan perlaporan pajak di perusahaan.
b) Investor dan kreditor
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi investor dan kreditor agar lebih memperhatikan isu – isu terkait apa yang
terjadi dalam perusahaan.
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan sekumpulan konsep yang berisi tentang pernyataan yang disusun secara rapi dan sistematis yang memiliki variable untuk digunakan sebagai dasar dalam suatu penelitian. Landasan teori berperan dalam menjelaskan tentang hubungan antar variable dan memberikan keyakinan yang kuat dalam sebuah penelitian.
Fenomena dalam penelitian ini membahas tentang penerimaan negara dari sektor pajak, dimana jumlah dan penerimaan pajak negeara diduga dipengaruhi oleh komisaris independent, csr dan manajer laba yang menimbulkan praktik tax avoidance sehingga mempengaruhi penerimaan pajak negara. Penelitian ini menggunakan teori keagenan dan legitimasi.
2.1.1 Teori Keagenan
Teori Keagenan menurut Jensen & Meckling (1976) yaitu hubungan yang terjadi karena ada kontrak antara pemilik (principal) yang melimpahkan wewenang kepada manajer (agen) untuk mengelola perusahaan di mana pemilik dan manajer memiliki keinginan yang sama untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka.
Kontrak itu menjadikan agent untuk melaksanakan layanan dan memberikan wewenang untuk mengambil keputusan. Teori keagenan secara sederhana merupakan kontrak antara principal dengan agent. Principal menggunakan agent dalam urusan prinsipalnya dengan melimpahkan delegasi, kekuasaan atau wewenang dari principal ke agent. Principal dalam hal ini yaitu orang yang memiliki saham atau
investor, dan agent adalah manajer yang menjalankan fungsi dalam perusahaan.
Pokok dari korelasi keagenan yaitu adanya diferensiasi fungsi antara investor dan pihak manajer yang nantinya dapat menimbulkan konflik agensi.
Deferensiasi fungsi ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara agent dan principal dimana agent dinilai lebih banyak memiliki informasi tentng perusahaan daripada principal. Ketidakseimbangan terjadi Ketika masing-masing individu ingin memaksimalkan kepentingan sendiri sehingga terjadi ketidakseimbangan informasi yang mendorong agen untuk memberikan informasi yang tidak utuh terhadap principal. Agent dapat memanipulasi data dalam penyajian laporan keuangan dengan melakukan manajemen laba.
Dalam penelitian ini teori agensi berkaitan dengan informasi mengenai dewan komisaris, manajemen laba dan tax avoidance. Hubungan dewan komisaris adalah dengan ditegakanya tata kelola perusahaan yang baik diharapkan dapat memberikan keyakinan bagi investor bahwa manajer memberikan keuntungan bagi mereka dan tidak mendahulukan kepentingan mereka sendiri. Dewan komisaris dinilai dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan untuk mengurangi adanya perbedaan kepentingan antara perusahaan (agent) dan pemerintah (principal) dimana pemerintah ingin perusahaan membayar pajak sebesar-besarnya guna pembangunan nasional sedangkan perusahaan ingin membayar pajak seminimal mungkin. Kemudian untuk melaksanakan kewajiban sebagai agent yang dikontrak principal dalam melayani kepentingan mereka untuk memberikan performa yang baik. Sehingga perusahaan melakukan manajemen laba untuk menekan biaya pajak untuk memaksimalkan laba perusahaan dengan melakukan tax avoidance.
14
2.1.2 Teori legitimasi
Teori legitimasi adalah suatu sistem perusahaan yang berpihak terhadap suatu kelompok, masyarakat atau individu. Teori ini menjelaskan hubungan antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yaitu berusaha meyakinkan bahwa kegiatan atau operasional perusahaan sudah sesuai dengan norma – norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Konsep legitimasi yaitu adanya tanggung jawab perusahaan terhadap maskyarakat. Legitimasi diperoleh ketika terdapat kesesuaian antara perilaku perusahaan dan norma aau nilai yang berada dalam masyarakat. Ketika terdapat ketidaksesuaian,maka menyebabkan hilangnya legitimasi suatu perusahaan.
Perusahaan akan berusaha memperhatikan legitimasi suatu perusahaan. Perusahaan akan berusaha mempertahankan legitimasi perusahaan dengan melakukan csr, perusahaan melakukan csr sebagai tanggung jawan atas aktivitas yang telah dilakukan perusahaan. Sesuai dengan teori legitimasi, yaitu semakin tinggi pengungkapan csr maka semakin baik pula citra perusahaan.
2.2 Variabel penelitian 2.2.1 Tax Avoidance
Tax avoidance adalah upaya wajib pajak untuk mempengaruhi kewajiban pajak secara legal yang dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan – kelemahan hukum pajak. Tax avoidance ini mempunyai sifat yang sah selama dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan pajak yang berlaku, namun jika dilakukan secara agresive dapat berdampak buruk terhadap penerimaan pajak suatu negara. Menurut ahli James Kessler tax avoidance ini dibagi menjadi dua jenis,yaitu :
a. Acceptable tax avoidance, penghindaran pajak yang masih dapat diterima secara hukum.
b. Unacceptable tax avoidance, penghindaran pajak yang tida bisa diterima secara hukum karena dilakukan dengan cara yang illegal.
Praktik tax avoidance yang tidak dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku termasuk illegal dan dapat dikenai sanksi pidana. Praktik tax avoidance ini nantinya dapat mempenagruhi penerimaan pajak negara. Praktik tax avoidance ini nantinya yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak negara. Perusahaan akan berusaha menghindari pajak dengan cara salah satunya adalah dengan meningkatkan beban pajaknya sehingga laba yang dilaporkan kecil. Menurut Jacob (2014) dalam jurnal Diantari dan Ulupui (2016) mendefinisikan tax avoidance sebagai suatu Tindakan untuk melakukan pengurangan atau meminimalkan kewajiban pajak dengan hati-hati menatur sedemikian rupa untuk mengambil keuntungan dari celah – celah dalam ketentuan pajak. Menurut (loopholes) (Suandy,2014) Tax avoidance yaitu upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan yang dilakukan dengan cara mengurangi jumlah pajak terhutang. Tax avoidance dalam penelitian ini dihitung menggunakan proksi Cash ETR,yaitu membagi beban pajak dengan laba sebelum pajak.
2.2.2 Komisaris Independen
Komisaris independent merupakan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan tidak mempunyai hubungan terhadap perusahaan (prakosa,2014).
Dewan komisaris berperan dalam menerapkan tatakelola usaha yang baik untuk meminimalisasi praktik manajemen laba yang kemungkinan dilakukan oleh manajer.
16
Praktik manajemen laba dilakukan yang didasari oleh kepentingan pribadi yang cenderung dilakukan dengan cara memanipulasi laba. Manajemen laba dilakukan dengan motif untuk memaksimalkan laba bersih agar meningkatkan bonus dengan mengurangi biaya-biaya yang nantinya mengurangi beban pajak, hal ini kemudian menjadi tugas komisaris independen untuk melakukan pengawasan yang baik dengan mengarahkan agar operasional perusahaan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Komisaris independent berfungsi untuk mengawasi, membantu dengan baik pengelolaan perusahaan , dan membuat laporan keuangan lebih objektif (Sabli dan Noor,2012). Sehingga diharapkan dengan semakin besar proporsi komisaris independent maka pengawasan juga semakin meningkat, jika pengawasan meningkat maka dapat mencegah tax avoidance.
2.2.3 Corporate Social Responsibility
Corporate social responsibility adalah bentuk tanggungjawab social kepada masyarakat dan stakeholder atas segala aktivitas bisnis perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan serta memberikan dampak positif terhadap sekitar.
Salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat. Salah satu bentuk tanggungjawab perusahaan kepada sekitar adalah membayar pajak sesuai dengan aturan berlaku, karena perusahaan yang terlibat dalam penghindaran pajak adalah Tindakan yang tidak bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Watson (2011) dalam Sagala dan Ratmono (2015) perusahaan dengan nilai Corporate Social Responsibility rendah dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggungjawab social karena telah melakukan startegi pajak yang lebih agressif dibandingkan dengan perusahaan yang sadar social. Sehingga perusahaan dengan
pengungkapan csr yang tinggi, tidak akan melakukan hal yang tidak bertanggungjawab. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuningtyas &
Sofianty,2023) mengatakan bahwa csr berpengaruh negative terhadap penghindaran pjak. Semakin tinggi pengungkapan csr, maka semakin rendah tingkat penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Menurut priomario dalam jurnal dalam (Ratu &
Hermanto,2020) rumus yang digunakan untuk mengukur CSR yaitu menggunakan Corporate Social Responsibility Index (CSRI).
2.2.4 Manajemen Laba
Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi stakeholder untuk mengetahui keadaan suatu perusahaan. Buruk atau baiknya kinerja perusahaan dinilai dari tingkat labanya, nilai laba yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan bagus. Manajemen laba dilakukan sebagai upaya untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan sehingga menjadi bias.
Menurut schipper (1989) manajemen laba adalah intervensi pada laporan keuangan eksternal yang bertujuan hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Hal ini kemudian menimbulkan asimetri informasi dimana manajer dianggap lebih tau mengenai informasi tentang perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan.
Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan salah satunya merupakan upaya motivasi pajak,manajer nantinya dapat memperngaruhi perencanaan pajak perusahaan dan mengubah pendapatan kena pajak yang dapat mempengaruhi beban pajak (Shavira et al., 2017) manajemen laba dapat diukur menggunakan discretionary accrual dengan modified jones model (1991) dalam jurnal (Septianto et al.,2017).
18
2.3 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian sebelumnya mengenai pengaruh Corporate social responsibility dan Komisaris independent terhadap tax avoidance dengan manajemen laba sebagai variable intervening ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 2.1
Tabel penelitian terdahulu
No Namapeneliti,tahun,&
judul Variabel Hasil penelitian
1
Yanti Nova Lita Simorangkir, Bambang Subroto, Wuryan Andayani
(2018) Pengaruh
Corporate Social Responsibility dan Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak
Variabel dependen
Agresivitas Pajak
Agresitivitas pajak
dipengaruhi secara negatif oleh Corporate Social
Responsibility
Variabel independent
Corporate Social
Responsibility CSR
mempengaruhi agresitivitas pajak secara negatif.
Komisaris independen
Komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap agresitivitas pajak.
2
Imron septiadi,anton robiansyah ,eddy suranta
(2017) pengaruh
manajemen laba, corporate governance, dan corporate social responsibility terhadap tax avoidance
Variabel dependen
Tax avoidance
Manajemen laba memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance
Variabel independen
Manajemen laba
Manajemen laba berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tax avoidance
Corporate governance
Corporate
governance tidak berpengaruh terhadap tax avoidance
Corporate social
responsibility
Corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance
3
Moses dicky refa saputra
(2017) pengaruh
profitabilitas, leverage dan corporate governance terhadap tax avoidance
Variabel dependen
Tax avoidance
Ketiga variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap tax avoidance baik positif maupun negatif
Variabel independen
Profitabilitas
Profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap tax avoidance
Leverage
Leverage berpengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance
Corporate governance
Corporate governance berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance
4
Mulyani,wijayanti,masitoh (2018)
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance
Variabel dependen
Tax Avoidance
Tax avoidance dipengaruhi komisaris independen secara negatif
dan tidak
signifikan
20
Variabel independen
Komisaris Independen
Komisaris independen mempengaruhi tax avoidance secara negatif tidak signifikan
5
Nabila dan daljono (2013) pengaruh proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan reputasi auditor terhadap manajemen laba
Variabel dependen
Manajemen laba
Manajemen laba hanya
dipengaruhi negatif oleh komisaris
independen
Variabel independen
Proporsi dewan komisaris independen
Proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Reputasi auditor
Reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba
6
Arief & ardiyanto (2014) pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap manajemen laba
Variabel dependen
Manajemen laba
Variabel
corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba
Variabel independen
Corporate social
responsibility
corporate social responsibility bepengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap
manajemen laba 7
Ricardo dan faisal (2015) pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap praktik manajemen laba
Variabel dependen
Manajemen laba
Manajemen laba tidak dipengaruhi oleh corporate social
responsibility
Variabel
independen Corporate social
responsibility
Corporate social responsibility tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba
8
Mulyani,
wijayanti,masitoh (2018) pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance
Variabel dependen
Tax avoidance
Tax avoidance dipengaruhi oleh corporate
governance secara signifikan baik secara positif maupun negatif
Variabel independen
Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tax avoidance.
Komisaris independen
Komisaris independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap tax avoidance
Komite audit
Komite audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tax avoidance
Kualitas audit
Kualitas audit tidak
berpengaruh positif namun signifikan
terhadap tax avoidance.
9
Septiatnto dan muid (2020) pengaruh corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) perusahaan
Variabel dependen
Tax avoidance
Tax avoidance dipengaruhi secara negatif oleh corporate social
22
responsibility
Variabel
independen Corporate social
responsibility
Corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap tax avoidance
10
Pajriyansyah dan firmansyah (2019) pengaruh leverage, kompensasi rugi fiskal dan manajemen laba terhadap penghindaran pajak
Variabel dependen
Penghindaran pajak
Penghindaran pajak
dipengaruhi oleh leverage dan manajemen laba secara signfikan positif
Variabel independen
Leverage
Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap
penghindaran pajak.
Kompensasi rugi fiskal
Kompensasi rugi fiskal tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.
Manajemen laba
Manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap
penghindaran pajak.
2.4 Kerangka pemikiran teroritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan gambaran mengenai pengaruh variable independent (Corporate social responsibility dan Komisaris independent terhadap tax avoidance dengan variable intervening (Manajemen laba). Rasio csr meruapakan rasioa yang digunakan untuk menghitung cakupan pengungkapan csr
yang dilakukan perusahaan. Csr dihitung dengan melihat pengungkapan csr perusahaan yang diukur menggunakan 6 indikator yaitu lingkungan,ekonomi,ketenagakerjaan,hak asasi manusia, masyarakat dan tanggungjawab produk yang disesuaikan dengan pedoman Sustainabiliy report global repoting intivegeneration four (gri-g4).
Komisaris independent bertugas sebagai alat pengawasan dalam perusahaan yang tidak terikat oleh apapun. Pengukuran komisaris independent melibatkan antara jumlah dewan komisaris dan komisaris independent dalam suatu perusahaan.
Diharapkan dengan semakin banyak proporsi komisaris independent pada perusahaan, menjadikan pengawasan yang dilakukan juga semakin baik sehingga dapat menimilasisasi Tindakan yang tidak sesuai dengan tatanan yang berlaku.
Manajemen laba merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh manajer untuk mengintervensi informasi keuangan khususnya laba untuk memnuhi kepentingan suatu kelompok tertentu sehingga informasi keuangan yang diberikan menjadi tidak utuh. Manajer dapat mengubah laba dengan melakukan income decreasing yang mejadikan laba yang dilaporkan menjadi sedikit sebagai upaya untuk melakukan tax avoidance.
Tax avoidance yaitu upaya untuk menghindari pajak secara legal dengan tidak melanggar aturan perpajakan, yang dilakukan dengan cara mengurangi jumlah pajak terhutang kemudian mencari titik kelemahan peraturan tersebut (Suandy,2014). Tax avoidance diukur dengan effective tax rate (etr). ETR merupakan pengukuran tarif pajak yang dibayarkan yang kemudian dibandingan dengan laba sebelum pajaknya.
Perusahaan cenderung menerunkan labanya agar mengurangi beban pajak dan
24
menyebabkan nilai ETRnya tinggi. Semakin tinggi nilai ETR, menunjukkan semakin baik pula perusahaan dalam mengelola pajaknya.
2.5 Pengembangan Hipotesis
2.5.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Komisaris independent merupakan pihak yang tidak terlibat terhadap siapapun. Tugas komisaris independent yaitu melakukan pengawasan dan memberikan nasihat agar sesuai dengan tatanan yang berlaku dalam perusahaan.
Semakin banyak jumlah komisaris independent dalam perusahaan maka semakin bagus pula peran komisaris indepeden dalam melakukan monitoring terhadap Tindakan yang tidak sesuai dengan nilai- nilai dan tatanan dalam perusahaan sehingga dapat menekan aktivitas penghindaran pajak.
Kinerja perusahaan diukur dengan tingginya tingkat laba, semakin tinggi tingkat laba maka semakin bagus kinerjanya. Berdasarkan teori agensi manajer sebagai agen dituntut memenuhi keinginan principal (pemerintah) yaitu perusahaan dituntut dapat memberikan pemasukan pajak yang besar kepada negara. Namun hal ini berbanding terbalik dengan manajer yang ingin menekan beban pajak perusahaa, sehingga hal ini menimbulkan diferensiasi fungsi antara agen dan principal. Manajer cenderung melakukan manipulasi pada informasi keuanganya untuk menekan beban pajak perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di teliti oleh (Dicky &
Saputra,2017) yang mengatakan komisaris independent berpengaruh negative dan signifikan. Didukung dengan penelitian (Anita Wijayanti, Endang, Masitoh,2018) komisaris independent berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H1 : Komisaris independent berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance.
2.5.2 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance Corporate social responsibility adalah suatu proses mengkomunikasikan dampak social dan lingkungan akibat dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap perusahaan terhadap masyarakat luas (Arthana, 2011). CSR merupakan upaya untuk meyakinkan bahwa perusahaan sudah menjalanan aktifitas bisnis dengan baik untuk mendapatkan citra postif dari masyarakat. Karena sudah menjadi tanggung jawab bagi perusahaan untuk membangun hubungan baik dengan lingkungan sosialnya.
Membayar pajak juga merupakan salah satu bentuk tanggungjawab secara tidak langsung dari perusahaan terhadap pemerintah dan masyarakat. Semakin tinggi nilai csr maka akan memberikan nilai positif bagi perusahaan. Perusahaan akan mnjaga nilai positif tersebut dengan membayarkan pajaknya dan tidak akan melakukan hal yang dapat memberi citra negative bagi perusahaan seperti tax avoidance. Sehingga semakin tinggi CSR, maka semakin rendah penghindaran pajaknya.
Teori legitimasi menyebutkan perusahaan melakukan legitimasi sebagai upaya meyakinkan bahwa kegiatan atau operasional perusahaan sudah sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Teori legititmasi ini dapat dinilai dari apa yang diberikan perusahaan untuk memberikan manfaat dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut yang melandasi pengungkapan csr dengan tax avoidance.
Perusahaan dengan tingkat pengungkapan csr yang tinggi cenderung memiliki nilai tax avoidance yang rendah yang mengakibatkan nilai CETR perusahaan. Nilai CETR yang tinggi menjelaskan bahwa perusahaan telah efektif dalam mengelola pajak
26
perusahaan sehingga tingkat penghindaran pajaknya rendah, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Khairunnisa et al.,2017) yang mengatakan bahwa CSR berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H2 : Corporate Social Responsibility berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance.
2.5.3 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Teori agensi menjelaskan hubungan terikat antara agen (manajer) dan principal (investor) dimana manajer dituntut untuk menunjukkan kinerja yang baik, kinerja perusahaan diukur melalui labanya. Semakin tinggi laba semakin baik kinerja perusahaan, untuk memenuhi kepentingan investor manajemen cenderung melakukan manajemen laba. Secara umum manajemen laba merupakan upaya manajer untuk mempengaruhi informasi keuangan sehingga informasi keuangan menjadi bias. Perusahaan melakukan manajemen laba dengan menekan biaya- biaya sehingga labanya meningkta, praktik ini dapat mempengaruhi laporan sehingga informasi yang diberikan tidak utuh dan dapat merugikan investor.
Komisaris independent merupakan pihak yang tidak terikat kontrak oleh siapapun, dengan begitu komisaris independent dapat melakukan pengawasan lebih leluasa tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Komisaris independent bertugas untuk mengawasi Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan konsep tata kelola perusahaan yang baik. Sehingga dengan adanya komisaris independent dapat mengurangi praktik manajemen laba. Sesuai dengan penelitian (Nabila &
Daljono,2013) yaitu komisaris independent berpengaruh negative terhadap
manajemen laba dan penelitian (Syahreaza et al., 2016) menyatakan bahwa komisaris independent berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H3 : Komisaris independent berpengaruh negative dan signifikan terhadap manajemen laba.
2.5.4 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Manajemen Laba Laba merupakan tolak ukur bagi investor untuk menilai tentang kondisi keuangan suatu perusahaan, semakin tinggi laba dinilai kinerja perusahaan juga baik.
Manajer melakukan manajemen laba didasari oleh manajer agar dapat memaksimalkan bonus yang diperoleh atau untuk mencapai target perusahaan.
Kemudian manajemen laba menurut teori agensi menjelaskan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik antara agen (manajer) dan principal (investor) karena memiliki kepentingan yang berbeda dalam mencapai tingkat kemakmuranya.
Manajemen dianggap lebih mengetahui informasi keuangan daripada principal sehingga lebih leluasa dalam mempermainkan laba. Sehingga dalam melaporkan informasi keuangan menjadi tidak utuh dan dikhawatirkan dapat menyesatkan.
CSR berdasarkan teori legitimasi adalah upaya perusahaan untuk meyakinkan bahwa kegiatan bisnis telah dilakukan secara etis dan mendapat citra positif dari masyarakat. Dalam menjalankan bisnis perusahaan sadar bahwa mereka membutuhkan legitimasi dari lingkungan masyarakat agar perusahaan dapat beroprasi secara baik legitimasi ini diperoleh dengan memberikan citra positif bagi sekitar. Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan juga membuat laporan keuangan lebih meyankinkan dan terpercaya bagi investor. Kepercayaan tersebut
28
berdampak positif baagi perusahaan dan semakin terbukanya persuahaan dalam mengungkapkan informasi kegiatanya maka semakin kecil perusahaan dalam melakukan manajemen laba. Berdasarkan penelitian yang oleh (Ricardo,2015) menunjukkan bahwa CSR berpengaruh negative dan signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H4 : Corporate Social Responsibility berpengaruh negative dan signifikan terhadap manajemen laba.
2.5.5 Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tax Avoidance
Manajemen laba adalah proses manajer untuk ikut campur dalam proses penyusunan laporan keuangan yang bertujuan memenuhi kepentingan pribadi atau suatu kelompok. Manajemen laba merupakan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mempengaruhi laba perusahaan. Kemudian salah satu motivasi perusahaan melakukan manajemen laba adalah motivasi pajak. Manajemen laba dilakukan untuk mempengaruhi pajak melalui perencanaan pajak sehingga dapat mengubah pendapatan kena pajak yang nantinya mengubah beban pajak perusahaan (Kamila &
Martini,2013).
Bedasarkan teori agensi konflik agensi terjadi ketika terdapat perbedaan kepentingan antara manajer dan pemerintah, pemisahan fungsi antara manajer dan pemerintah ini menyebabkan asimetri infomarsi dimana manajer dianggap lebih mengetahui informasi dan keadaan perusahaan sehingga lebih leluasa dalam memnipulasi data keuangan. Pemerintah menginginkan perusahaan agar dapat membayarkan pajaknya secara maksimal namun perusahaan berusaha menekean beban pajaknya sampai seminimal mungkin. Manajemen dapat menggunakan manajemen laba untuk me-
manage laba perusahaan sehingga beban pajaknya menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan nilai CETR yang rendah, nilai CETR yang rendah menunjukkan kemungkinan perusahaan melakukan tax avoidance. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Septiadi et al., 2017) yang mengatakan bahwa manajemen laba berpegaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipoteis yang dapat dirumuskan adalah :
H5 : Manajemen laba berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance.
2.5.6 Manajemen laba memediasi pengaruh Komisaris independent terhadap Tax Avoidance
Komisaris independent merupakan pihak yang tidak terikat oleh siapapun yang bertugas untuk melakukan pengawasan pada perusahaan agar kegiatan operasional perusahaan menjadi baik sesuai dengan tatanan yang perusahaan yang semestinya.
Ditinjau dari teori agensi menjelaskan pemisahan kekuasaan antara agent dan principal. Setiap individu mempunyai target yang berbeda untuk mencapai target mereka demi kesejahteraan diri sendiri. Perbedaan kepentingan ini yang mendorong manajer untuk semakin meningkatkan profit demi kesejahteraan sendiri, sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya untuk meningkatkan bonus. Pemisahan kekuasaan tersebut dapat menyebabkan perbedaan fungsi yang disebut diferensiasi fungsi. Perusahaan dianggap lebih mengetahui kondisi perusahaan sehingga semakin besar kemungkinan untuk melakukan Tindakan kecurangan yang dapat merugikan investor dengan melakukan manajemen laba.
30
Berdasarkan teori agensi hubungan antara manajemen laba dan tax avoidance adalah manajemen laba dilakukan sebagai bentuk motivasi pajak untuk melakukan tax avoidance. Tax avoidance yaitu upaya yang dipilih perusahaan untuk mengurango beban pajak perusahaan dengan menfaatkan celah-celah peraturan perpajakkan. Laba memperngaruhi langsung terhadap beban pajak yang dibayarkan, agen dinilai lebih mengetahui tentang kondisi perusahaan. Hal itu kemudian dimanfaatkan agen (manajer untuk mengatur laba sesuai dengan kebijakan akutansi yang dipilih baik dengan menaikkan laba atau menurunkan laba untuk menekan beban pajak. Oleh karena itu kehadiran komisaris independent memiliki peran yang penting untuk membantu terciptanya tata kelola perusahaan yang baik. Semakin banyak jumlah komisaris independent, maka semakin baik pula pengawasan terhadap kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh manajer.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Anggana & Prastiwi, 2013) mengatakan bahwa komisaris independent berpengaruh negative terhadap manajemen laba dan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Septiadi et al.,2017) menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance. Semakin banyak jumlah komisaris independent menjadika semakin baik pula pengawasan terhadap manajemen. Manajemen akan berhati-hati dalam mengambil keputusan sehingga laporan keuangan menjadi transparan dan dapat menekan Tindakan kecurangan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diambil hipotesis bahwa :
H6 : Manajemen laba dapat memediasi antara komisari independent terhadap tax avoidance secara negative.
2.5.7 Manajemen laba memediasi pengaruh Corporate Social Responsiility terhadap Tax Avoidance
Teori agensi menjelaskan tentang motivasi melakukan manajemen laba adalah dipengaruhi oleh konflik kepentingan anatara agen dan principal dalam mencapai tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Manajemen laba dilakukan sebagai upaya yang dilakukan oleh manajer untuk mengintervensi laporan keuangan agar sesuai dengan target yang ingin dicapai, laba juga yang nantinya mempemgaruhi pajak secara langsung, yaitu dengan menaikkan beban/biaya sehingga laba yang dilaporkan menjadi lebih kecil. Jika laba yang dihasilkan kecil maka beban pajak yagn dibayarkan akan semakin sedikit.
Perusahaan menyadari dalam menjalankan bisnis diperlukan adanya dukungan dari masyarakat, berdasarkan teori legitimasi bahwa perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnis berdasarkan nilai-nilai justis untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat, legitimasi ini penting bagi perusahaan untuk memenuhi harapan etis perusahaan. Legitimasi didapatkan perusahaan melalui apa yang diberikan kepada masyarakat, untuk mendapatkan hal tersebut perusahaan melakukan CSR. CSR merupakan tanggungjawab perusahaan untuk melakukan kegiatan bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan berdampak positif bagi lingkungan. Dengan melakukan CSR maka perusahaan akan mendapatkan respon positif dimata investor yang nantinya dapat mengurangi atau menutupi Tindakan kecurangan yang dilakukan manajer. Namun dengan diungkapkanya CSR membuat informasi keuangan menjadi jelas dan transoaran sehingga laporan keuangan menjadi terpecaya dan dapat diandalkan. Semakin jelas
32
transparansi dalam laporan keuangan dapat menekan kemungkinan manajer untuk berbuat kecurangan. Ketika perusahaan terbuka dalam pengungkapan informasi keuangan perusahaan maka akan membatasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Sebaliknya perusahaan yang terutup infrimasi keuanganya cenderung melakukan berbagai praktik kecurangan salah satunya manajemen laba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi & Noviari,2017) menyatakan bahwa CSR berpengaruh negative terhadap penghindaran pakak dan menurut penelitian ( Alexander & Palupi,2020) menyebutkan bahwa CSR berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H7 : Manajemen laba dapat memediasi anatar Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance secara negative.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Definisi dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Variabel independent
Menurut Sugiyono (2019 : 61) variable independent adalah variable yang memberikan pengaruh/perubahan terhadap variable dependen. Variable independent pada penelitian ini adalah : Komisaris independent dan Corporate Social Responsibility.
1. Komisaris independent
Komisaris independent merupakan alat pengawasan yang dimiliki oleh perusahaan guna terciptanya tata kelola yang baik. Komisaris independent adalah pihak yang tidak terikat oleh apapun sehingga dapat melakukan pengawasan maksimal terhadap aktivitas bisnis perusahaan untuk meminimalisir kemungkinan yang dilakukan oleh manajer.
Komisaris independent dihitung menggunakan proporsi jumlah komisaris independent dalam perusahaan. Semakin banyak jumlah komisaris independent dalam perusahaan maka dapat mengingkatkan pengawasan untuk menekan Tindakan kecurangan yang dilkakukan oleh manajer. Berdasarkan (Andriyani,2008) dalam jurnal (Dicky&Saputra,2017) komisaris dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut :
34
2. Corporate Social Responsibility
Corporate social responsibility merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan kepada masyarakat dan stakeholder, sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis secara etis dan berkontribusi terhadap pembangunan sekitar.
Kemudian salah satu kewajiban perusahaan kepada masyarakat adalah dengan membayarkan pajak dengan tepat waktu, ketika perusahaan taat membayar pajak maka perusahaan telah bertanggungjawab terhadap kepentingan masyarakat sekitar.
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat csr perusahaan maka semakin tinggi tingkat CSR perusahaan maka semakin berkurang pula keinginan perusahaan untuk melakukan kecurangan pajak. Menurut Priomario dalam (Ratu & Hermanto,2020) rumus yang digunakan untuk mengukur CSR yaitu dengan menggunakan CSRI (Corporate Social Responsibility) yang dirumuskan sebagai berikut :
3.1.2 Variabel Intervening
Variable intervening merupakan variable yang dapat mempengaruhi variable dependen dan independent secara tidak langsung. Variable intervening pada penelitian ini adalah manajemen laba salah satu upaya perusahaan untuk mempengaruhi pajaknya adalah dengan melakukan manajemen laba. Perusahaan
yang diindakasi melakukan manajemen laba meningkatkan beban sehingga dapat meminimalisir beban pajak.
Manajemen laba diukur menggunakan Discretionary accurual dengan modified jones model (1991) dalam jurnal (Septiadi et al.,2017) yaitu dapat dirimuskan sebagai berikut :
3.1.3 Variabel dependen
Variable dependen merupakan varibel yang sangat dipengaruhi oleh variable lainnya.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Tax Avoidance.
Tax avoidance merupakan upaya perusahaan untuk mempengaruhi beban pajaknya secara legal pada undang-undang perpajakkan untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan celah undang-undang yang berlaku. Hal yang
36
umum dilakukan perusahaan adalah dengan dengan melakukan income increasing atau decreasing pada pendapatan perusahaan yang dapat mempengaruhi beban pajak.
Pada penelitian ini Tax Avoidance diukur menggunakan Cash ETR. Menurut (Huseynov dan kalmm,2012) CETR diukur menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐸𝑇𝑅 = beban pajak laba sebelum pajak 3.2 Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur selama periode 2018-2020. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah Teknik pengambilan sampel pada suatu populasi yang memiliki kesamaan dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2018-2020.
2. Laporan keuangan yang disajikan tahunan menggunakan mata uang rupiah (Rp).
3. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami rugi selama tahun 2018- 2020.
4. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2018-2020.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Studi Pustaka
Metode studi Pustaka yaitu metode menghimpuni informasi, studi kepustakaan merupakan kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen,baik secara tertulis,gambar,foto maupun dokumen elektronik yang mendukung dalam proses penulisan.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis adalah proses analisis data sehingga dapat ditarik kesimpulan yang kemudian diitrepertasikan yang nantinya bermanfaat untuk peneliti dalam membaca dan memahami sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
3.5.1 Analisis statistic deskriptif
38
Metode analisis statistik despkriptif adalah metode statistic yang menganalisa data secara deksriptif atas data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Pada penelitian ini oenulis menganalisis data yang tertera pada laporan keuangan seperti laba bersih, ekuitas,dan neraca.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan uji prasyarat sebelum melakukan penelitian lebih lanjut terhadap data yang telah dikumpulkan agar dapat menghasilkan program regresi yang memenuhi kriteria BLUE (Best linier unbiased estimator). Ketika model regresi sudah memenuhi BLUE maka hasil tersebut dapat digunakan sebagai estimator yang terpecaya dan handal. Untuk mendapatkan hasil blue maka diperlukan serangkaian uji lanjut yaitu Uji normalitas Uji multikolineritas, Uji heterokedasitas, dan Uji Autokolerasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi memounyai distribusi normal atau tidak normal (Ghozali,2018). Uji normalitas pada penelitian ini diuji menggunakan uji One sample Kolmogorov Smirnoff,yaitu apabila nilai signifikansi diatas 5% atau 0,05 maka data terdistribusi secara normal begitupun sebaliknya. Kemudian untuk analisis grafik yang digunakan untuk penelitian ini adalah menggunakan grafik histogram dan profitability plot. Profitability digunakan untuk membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari pengujian menggunakan analisis grafik ini adalah :
a. Grafik histogram dinhatakan normal jika garis disekitar diagonal menyebar dan searah dengan garis diagonal. Maka model regresi dinyatakan normal.
b. Sebaliknya grafik histogram dinyatakan tidak normal jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak sesuai atah garis diagonal, maka model regresi tidak normal.
2. Uji multikolineritas
Pengujian multikolineritas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukanya kolerasi antar variable (Ghozali,2018). Untuk menentukan terjadi atau tidak terjadinya multikolineritas dilihat dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF) jika nilai VIF kurang dari 10 atau nilai tolerance lebih dari 0,01 maka dinyatakan tidak ada multikolineritas.namun jika terjadi moltikolineritas maka peneliti dapat melakukan transformasi variable,penambahan data observasi atau menghilangkan salatu varibel independent yang mempunyai korelasi linier yang kuat (Ghozali,2018).
3. Uji Autokorelasi
Auto korelasi dapat terjadi karena adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik yaitu model yang tidak terdapat autokorelasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji Durbin watso untuk mengetahui terjadi atau tidaknya autokorelasi pada model regresi yang digunakan. Kriteria sebagai berikut :
1) Jika angka DW dibawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif.
2) Jika angka DW berada pada -2 sampai +2 menunjukkan tidak terjadi autokorelasi.