3.5 Teknik Analisis
3.5.4 Uji Kebaikan Model
3.5.4.1 Uji Signifikansi stimulant (Uji satistik F)
Uji kebaikan model (Uji goodness of fit) merupakan uji regresi model yang menguji nilai actual secara statistic untuk mengatahui apakah model regresi yang digunakan sudah layak. Uji kebaikan model digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variable independent terhadap dependenya.kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
• Jika nilai sig F kurang dari 0,05 maka hipotesis diterima atau dengan kata lain semua variable independent berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.
• Jika nilai sig F lebih dari 0,05 maka hipotesis ditolak, atau dengan kata lain semua variable independent tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen.
3.5.4.2 Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar hubungan linier variable bebas yang diteliti terhadap variable terikar. Uji nilai
koefisien determinasi yaitu antara 0-1. Seingga jika nilai R mendekati 1 menandakan semakin kuat kemampuan variable independent dalam menjelaskan variable dependenya.
3.5.4.3 Uji Parsial (Uji T)
Uji parsial digunakan untuk menguji apakah variable independent secara terpisah dapat mempengaruhi variable dependenya. Penelitian ini diukur melalui nilai t statistic untuk menunjukkan tingkat signifikansi pada pengujian hipotesis , untuk mencari nilai T statistic yaitu dengan melakukan prosedur bootstrapping.adapun kriteria yang digunakan menurut (Ghozali,2016) adalah :
• Jika nilai sig F Uji T lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variable independent terhadap variable dependen.
• Jika nilai sig Uji T lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima, artinya terdapat pengaruh antar variable independent terhadap variable deoenden.
3.5.4.4 Uji Sobel
Uji sobel merupakan metode pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variable mediasi yaitu manajemen laba. Pengujian hipotesis mediasi pada penelitian ini menggunakan prosedur yang dikembangkan oleh sobel (1982) yang dikenal dengan uji sobel (Ghozali,2018) yang dirumuskan sebagai berikut :
44
Untuk menguji signifikan pengaruh tidak langsung secara parsial, maka dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ghozali,2018) :
Apabila hasil pengujian z lebih dari 1,96 maka terjadi pengaruh mediasi.
58 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018-2020. Teknik pengambilan sampe yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling, dan kemudian diperoleh jumlah sampel sebanyak 73 perusahaan yang memenuhi kriteria. Penjelasan pengambilan kriteria sampel kemudian dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan analisa tersebut dengan pengamatan yang dilakukan sepanjang 3 tahun yaitu dari tahun 2018-2020 dengan sampel perusahaan sebanyak 73 perusahaan, maka diperoleh jumlah data observasi sebanyak 219 data observasi. Variable yang dikumpulkan yaitu meliputi komisaris independent, CSR, tax avoidance dan
59
manajemen laba. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat disajikan daftar perusahaan sebagai berikut :
61
4.2 Analisis data
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptik adalah analisis statistic yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai karateristik masing-masing variable penelitian yang didapatkan melalui proses pengumpulan, peringkasan data dan kemudian disajikan dalam data variable penelitian. Data statistic dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut :
Berdasarkan table diatas maka diperoleh hasiil bahwa Tax avoidance memiliki nilai minimum sebesar 0,0127 dengan nilai maksimum sebesar 0,9621 dan nilai rata – rata 0,2785789 ; nilai standar deviasi 0,1453314. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam penelitian ini memiliki rata- rata agresitivitas pajak yang lumayan rendah, dilihat melalui standar deviasi (0,1453314) penyimpangan data lebih rendah dibanding rata-rata 0,2785789 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebar dengan baik.
Variabel manajemen laba diketahui memiliki nilai minimum 0,0189 dengan nilai maksimum sebesar 1,1436 dan nilai rata-rata 0,411292; nilai standar deviasi 0,2093368. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam penelitian ini memiliki rata-rata nilai manajemen laba yang lumayan tinggi, dilihat melalui standar deviasi (0,2093368). Penyimpangan data lebih besar dibanding dengan rata-rata 0,411292 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebar dengan baik.
Variabel Corporate social responsibility diketahui memiliki nilai minimum 0,1209 dengan nilai maksimum sebesar 0,3846 dan nilai rata-rata 0,248079; nilai standar deviasi 0,2093368. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam penelitian ini memiliki rata-rata nilai Corporate social responsibility yang lumayan tinggi, dilihat melalui standar deviasi (0,2093368).
Penyimpangan data lebih kecil dibanding dengan rata-rata 0,248079 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebar dengan baik.
Variable komisaris independent diketahui memiliki nilai minimum 0,20 dengan nilai maksimum sebesar 0,75 dan nilai rata-rata 41,19336; nilai standar deviasi 9,8210464. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam penelitian ini memiliki rata-rata nilai komisaris independent yang tinggi, dilihat melalui standar deviasi (9,8210464). Penyimpangan data lebih kecil dibanding rata-rata 41,19336 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebar dengan baik.
63
4.2.2. Asumsi Klasik
Uji asumsi klasi merupakan uji prasyarat yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian lebih lanjut yang terdiri dari :
1. Uji normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov, profitability plot, dan grafik histogram.
Berikut hasil uji normalitas menggunakan grafik histogram dan profitability plot :
berdasarkan gambar 4.1 grafik histogram menampilkan bentuk kurva pada garis histogram beerbentuk lonceng yan gmenunjukkan data terdistribusi secara normal.
Selanjutnya hasil pengujian profitability plot sebagai berikut :
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa data tersebar pada sekitar diagonal dan mengikuti arah garis, sehingga dapat dinyatakan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil uji diatas, maka diperoleh hasil pengujian statistic menggunakan Kolmogorov-smirnof sebagai berikut :
65
Berdasarkan table diatas bahwa dengan nilai data observasi 219 data, menunjukkan nilai Kolmogorov-smirnof sebesar 0,049 dengan nilai signifikansi sebesar 0,200 yaitu lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pengujian variable penganggu berdistribuswi normal, sehingga pengujian tersebut telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan pada pengujian selanjutnya.
2. Uji multikolineritas
Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variable indepoenden atau bebas yang dapat diketahui melalui nilai toleransi atau nilai variance inflaction factor (VIF) nilai tolerance > 10% dan nilai VIF <10, maka disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas. Hasil pengujian multikolineritas disajikan sebagai berikut :
Berdasarkan table 4.3 dapat dilihat bahwa nilai VIF tidak melebihi 10 dan nilai tolerance melebihi 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variable ukuran Komisaris independent (X1), Corporate social responsibility (X2), Manajemen laba (X3) dan Tax Avoidance (Y) tidak terdapat multikolineritas sehingga dapat dilakukan pengujian selanjutnya.
3. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antarkesalahan penganggu antara data sebelum dan sesudahnya. Autokorelasi dalam penelitian ini diuji menggunakan Uji Durbin Watson. Hasil dari pengujian autorelasi dapat disajikan sebagai berikut :
Berdasarkan table 4.6, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) senilai 1,360 dengan jumlah sampel (n)= 219 dan jumlah variable independent (k) = 7, berdasarkan hasil uji durbin Watson yang sudah dilakukan diatas diperoleh nilai
67
sebesar 0,1360 < 2 yang menunjukkan bahwa data tersebut tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Heterokedasitas
Uji heterokedasitas digunakan untuk menunjukkan bahwa model regresi yang dipakai terjadi ketidaksamaan varian. Uji heterokedasitas dapat dijelaskan melalui grafik scatterplot berikut :
Berdasarkan grafik scatterplot diatas menunjukkan terdapat pola yang jelas dan menyebar antara angka 0 dan sumbu Y, sehingga menunjukkan tidak terdapat masalah heterokedasitas pada model regresi yang diapakai. Pengujian berikutnya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut apakah terdapat heterokedasitas dalam model regresi yang digunakan yang dapat dilihat dari uji gkejser sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji glejser yang telah dilakukan menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 sehingga tidak terjadi autokorelasi dan dapat dilanjutkan pada pengujian lebih lanjut.
4.2.3 Uji Regresi Linier Berganda
Hasil uji regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk menguji model regresi tentang variable Komisaris Independen,CSR terhadap Tax avoidance dan Manajemen laba dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan table regresi diatas dinyatakan dengan unstandardized coefficients maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
69
Berdasarkan hasil persamaan regresi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Nilai koefisien konstansa (α) sebesar 0,745 apabila nilai komisaris
independent,CSR nilainya dianggap konstan maka manajemen laba naik sebesar 0,745.
2. Nilai koefisien konstanta (α) sebesar 0,284 apabila nilai komisaris,CSR,dan manajemen laba nilainya dianggap konstan maka tax avoidance nilainya naik 0,284.
3. Nilai koefisien regresi komisaris independent terhadap manajemen laba negative -0,005 menunjukkan perubahan yang berlawanan, artinya setiap komisaris independent memiliki kenaikan 1, maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar -0,005 dan signifikan
4. Nilai koefisien CSR terhadap manajemen laba adalah negative -0,582 menunjukkan perubahan yang berlawanan,artinya setiap CSR memiliki kenaikan 1, maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar - 0,582 dan signifikan.
5. Nilai koefisien komisaris independent terhadap tax avoidance adalah - 0,002 menunjukkan perubahan yang berlawanan arah,artinya setiap komisaris independent memiliki kenaikan 1, maka tax avoidance akan mengalami penurunan sebesar -0,002 dan signifikan.
6. Nilai koefisien CSR terhadap tax avoidance adalah positif 0,370 menunjukkan perubahan yang searah, artinya setiap komisaris independent
memiliki kenaikan 1, maka tax avoidance akan mengalami penurunan sebesar 0,370 dan signifikan.
7. Nilai koefisien manajamen laba terhadap tax avoidance adalah negative - 0,031 menunjukkan perubahan yang berlawanan, artinya setiap manajemen laba memiliki kenaikan 1, maka tax avoidance akan mengalami penurunan sebesar -0,031 dan tidak signifikan.
4.2.3 Uji Ketepatan Model
1. Uji Signfikansi Stimulan (Uji F)
Uji stimulant (Uji F) digunakan untuk menguji apakah variable indpenden dalam penelitian ini dapat mempengaruhi secara stimula variable independenya. Erdasarkan hasil olah data maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji dua variable diatas didapatkan nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis diterima atau berati bahwa variable CSR dan komisaris
71
independent secara stimuln berpengaruh terhadap manajemen laba dan tax avoidance.
2. Uji Koefisien Determinan (R2 )
Uji koefisien determinasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan model regresi dalam menjelaskan pengaruh variable independent secara stimulant mempengaruhi variable dependen yang diindikasi oleh nilai adjusted R-squared (Ghozali,2016). Hasil pengujian koefisien determinan dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan hasl diatas diketahui nilai adjusted R squared untuk variable Komisaris independent dan CSR terhadap manajemen laba sebesar 0,251 (25,1%).
Kemudian untuk variable Komisaris independent dan CSR terhadap penghindaran pajak yaitu sebesar 0,206 (20,6%).
3. Uji Hipotesis (Uji T)
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh dari masing-masing variable independent terhadap variable dependenya. Hasil pengujian
hipotesis (Uji T) diperoleh sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 : Pengaruh Komisaris independent terhadap Tax avoidance Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hasil uji komisaris
independent (X1) terhadap tax avoidance (X2) terhadap tax avoidance (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,038 kurang dari 0,05 dengan nilai koefisien sebesar -0,002 sehingga berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang berbunyi komisaris independent berpengaruh negative terhadap tax avoidance diterima.
2. Hipotesis 2 : Pengaruh Corporate social responsibility terhadap Tax avoidance
73
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa hasil uji CSR (X2) terhadap Tax avoidance (Y) diperoleh nilai sig sebesar 0,049 lebih kecil dari 0,05 dengan nilai koefisien 0,37. Sehingga hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang berbunyi Corporate social responsibility berpengaruh negative terhadap tax avoidance ditolak.
3. Hipotesis 3 : Pengaruh Komisaris independent terhadap manajemen laba Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hasil uji komisaris independent (X2) terhadap manajemen laba (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 dengan koefisien sebesar -0,005. Sehingga berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang berbunyi komisaris independent berpengaruh negative terhadap manajemen laba diterima.
4. Hipotesis 4 : Pengaruh Corporate social responsibility terhadap manajemen laba
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa hasil uji CSR (X2) terhadap manajemen laba (Z) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,028 lebih kecil dari 0,05 dengan koefisien -0,582 . Sehingga hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hipotesis keempat yang berbunyi Corporate social responsibility berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima.
5. Hipotesis 5 : Pengaruh manajemen laba terhadap tax avoidance
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa hasil uji manajemen laba (X2) terhadap tax avoidance (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,522 lebih dari 0,05 dengan nilai koefisien -0,031. Sehingga hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa hipotesis kelima yang berbunyi manajemen laba berpengaruh negative terhadap tax avoidance ditolak.
4. Uji sobel
Uji sobel digunakan untuk mengetahui pengaruh variable mediasi yaitu manajemen laba. Jika nilai sobel test lebih besar dibanding nilai critical rasio 1,96 maka variable manajemen laba dapat memediasi. Hasil uji sobel kemudian dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji sobel test diperoleh hasil sebesar 3,953 untuk komisaris independent dan 2,1005 untuk CSR yang hasil kedua uji kedua uji tersebut lebih besar dari tingkat siginifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka dapat disimpulkan bahwa :
6. Hipotesis 6 : Manajemen laba memediasi pengaruh komisaris independent terhadap tax avoidance
Beradasarkan table diatas dapat dilihat bahwa hasil uji komisaris independent (X1) terhadap tax avoidance (Y) diperoleh nilai sebesar 3,953561854 lebih besar dari 1,96 maka dapat dikatakan bahwa manajemen laba memdiasi pengaruh komisaris independent terhadao tax avoidance,
75
sehingga hipotesis keenam yang berbunyi : Manajemen laba dapat memediasi anatara komisaris independent terhadap tax avoidance secara negative diterima.
7. Hipotesis 7 : Manajemen laba memediasi pengaruh Corporate social responsibility
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa hasil uji CSR terhadap Tax avoidance (Y) diperoleh nilai 2,10059145 lebih besar dari 1,96 maka dapat dikatakan bahwa manajemen laba memediasi pengaruh CSR terhadap tax avoidance, maka hipotesis ketujuh yang berbunyi : Manajemen laba dapat memediasi antara CSR terhadap tax avoidance secara negative diterima.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Komisaris Independen terhadap tax avoidance
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independent berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance. Komisaris independent merupakan pihak yang bertugas secara independent untuk melakukan pengawasan dan memberikan masukan terhadap manajemen.
Proporsi komisaris independent yang memadai menjadikan komisaris independent lebih jeli terhadap Tindakan kecurangan seperti tax avoidance.
Hal ini sesuai dengan teori agensi yaitu komisaris inedependen berfungsi sebagai salah satu alat bagi prinsipa untuk meminimalisir terjadinya konflik agensi. Sehingga semakin banyak komisaris independent dapat menekan praktik tax avoidance.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi,2019) dan (Wardani & Mursiyati,2019) yang menunjukkan bahwa komisaris independent berpengaruh negative terhadap tax avoidance.
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tax Avoidance
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa besar atau kecilnya CSR tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Ketidakonsistenan pada hasil penelitian ini dikarenakan perusahaan pada penelitian ini melakukan manajemen laba income increasing yaitu dengan menaikkan laba, sehingga tingginya laba menyebabkan naikknya beban pajak perusahaan hal ini kemudian tidak sesuai dengan konsep dari tax avoidance. Penyebab lainya adalah pelaporan CSR cenderung dilakukan perusahaan hanya untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Hal ini tidak sesuai dengan teori legitimasi bahwa legitimasi dibutuhkan perusahaan untuk menambah nilai-nilai positif untuk dari masyarakat yang menjadikan perusahaan tidak akan melakukan Tindakan yang dapat mempengaruhi legitimasi masyarakat seperti tax avoidance.
Oleh karena itu CSR dinilai belum cukup untuk mengurangi adanya praktek tax avoidance.hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wijayanti et al.,2016) dan (Wardani et al.,2018) yang menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
3. Pengaruh Komisaris Independent terhadap Manajemen Laba
77
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independent berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Maka semakin banyak komisaris independent maka dapat menekan manajemen laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan sudah sadar akan pentingnya peran komisaris independent dalam melakukan pengawasan.
Tingginya nilai komisaris independent dan nilai manajemen yang tidak terlalu tinggi menandakan bahwa komisaris independent sudah berhasil dalam melakukan pengawasan dan memberikan nasihat sehingga menjadikan keputusan akuntansi yang diambil menjadi tepat dan akhirnya dapat menekan manajemen laba.
Hal ini sesuai dengan teori agensi untuk terciptanya suatu tata kelola yang baik manajemen lab adapt diminimalisir dengan adanya komisaris independent yang melakukan pengawasan secara langsung terhadap kinerja manajemen. Proporsi komisaris independent yang memadai dapat menciptakan suatu tata kelola yang baik sehingga dapat menekan adanya praktik manajemen laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pratomo & Indah,2023) dan (Syahreza et al.,2016) yang mengatakan bahwa komisaris independent berpengaruh negative terhadap manajemen laba.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Maka semakin aktif perusahaan dalam melakukan CSR dapat menekan Tindakan manajemen laba.
Penelitian ini menunjukkan nilai CSR yang tinggi dibandingkan dengan nilai manajemen labanya. Perusahaan yang semakin aktif dalam melaporkan kegiatan CSRnya menjadikan lebih terbuka terhadap informasi keuangan perusahaan. Sehingga pihak luar akan semakin mudah dalam melakukan pengawasan terhadap berjalanya operasional perusahaan dan akhirnya menekan Tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajer. Sehingga semakin terbuka perusahaan terhadap informasi keuanganya maka semakin kecil pula Tindakan manajemen laba.
Hal ini sesuai dengan teori legitimasi bahwa perusahaan membutuhkan legitimasi untuk menjalankan bisnisnya. Perusahaan melakukan CSR untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan mendapatkan citra positif dari masyarakat. Perusahaan yang melakukan CSR cenderung lebih terbuka terhadp laporan keuanganya sehingga dapat menekan manajemen laba.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yagn dilakukam oleh (Ricardo,2015) dan (Alexander et al.,2020) menunjukkan bahwa CSR berpengaruh negative dan signifikan terhadap manajemen laba.
5. Pengaruh Manajamen Laba terhadap Tax Avoidance
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sehingga menunjukkan besar kecilnya
79
manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai manajemen laba yang positif dan lumayan tinggi hal ini dikarenakan perusahaan telah melakukan income increasing yaitu menaikkan laba. Ketika perusahaan melakukan income increasing maka menjadikan beban pajaknya bertambah. Naiknya beban pajak ini kemudian menjadikan kontradiksi dengan konsep tax avoidance.
Ketika melakukan tax avoidance maka perusahaan akan melakukan income increasing atau mengurangi labanya. Perbedaan kepentingan perusahaan dalam melakukan manajemen laba menjadikan manajemen laba tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Manuel et al.,2023) dan (Hanny,2019) yang mengatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
6. Manajemen Laba Memediasi Hubungan Komisaris Independen dan Tax Avoidance
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba memediasi hubungan komisaris independent terhadap tax avoidance.hal ini menunjukkan komisaris independent terhadap tax avoidance dapat dimediasi oleh manajemen laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata nilai komisaris independent yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata manajemen laba dan tax avoidance. Hal ini menunjukkan komisaris independent telah berhasil
dalam berperan untuk meningkatkan pengawasan dan memberikan masukan terhadap manajemen dalam mengambil keputusan, sehingga dapat menekan praktik manajemen laba. Salah satu motivasi pajak adalah labanya,jika komisaris independent berhasil menekan manajemen laba maka secara tidak langsung juga meminimalisir Tindakan tax avoidance.
Hal ini sesuai dengan teori agensi yang menjelaskan tentang penghindaran konflik agensi yang dapat dihindari dengan meningkatkan pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independent. Oleh karena itu proporsi komisaris independent yang memadai dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen, sehingga menekan manajemen laba yang kemudian dapat menurunkan Tindakan tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba dapat memediasi hubungan komisaris independent terhadap tax avoidance secara negative.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggana & Prastiwi,2013) yang mengatakan komisaris independent berpengaruh negative terhadap manajemen laba dan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Septiadi et al.,2017) menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax avoidance.
7. Manajemen Laba Memediasi hubungan Corporate social responsibility dan Tax Avoidance
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba memediasi hubungan CSR terhadap tax avoidance secara negative. Hal ini
81
menunjukkan CSR terhadap tax avoidance dapat dimediasi oleh manajemen laba.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai CSR yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata manajemen laba dan tax avoidance. Hal ini menunjukkan perusahaan yagn telah melakukan CSR lebih terbuka mengenai informasi keuangan perusahaan. Semakin terbukanya perusahaan terhadap informasi keuanganya menjadikan pihak luar menjadi lebih mudah dalam melakukan pengawasan. Meningkatnya pengawasan menjadikan laporan keuangan lebih akuntabel,yang dapat menekan praktik manajemen laba. Menurunya manajemen laba dapat mengurangi kecenderungan manajer untuk melakukan tax avoidance.
Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yaitu tujuan dilakukanya CSR adalah untuk menciptakan legitimasi dari masyarakat. Semakin agresive perusahaan dalam melakukan manajemen laba, menyebabkan laporan keuangan menjadi bias dan tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
Dengan melakukan CSR menunjukkan bahwa perusahaan semakin terbuka terhadap informasi keuangan perusahaan, hal ini kemudian menjadikan laporan keuangan lebih akuntabel. Laporan CSR juga dapat memunculkan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan yang menandakan perusahaan telah menjalankan perusahaan dengan beretika baik dan memikirkan masyarakat sekitar. Perusahaan yang mendapatkan nilai baik dari masyarakat cenderung tidak akan melakukan Tindakan yang dapat merugikan perusahaan seperti melakukan manajemen laba. Jika nilai
manajemen laba rendah maka perusahaan juga cenderung rendah dalam melakukan tax avoidance. Sehingga Tindakan manajemen laba juga dapat digunakan sebagai variable memdiasi antara CSR dan tax avoidance.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi &
Noviari,2017) menyatakan bahwa CSR berpengaruh negative terhadap penghindaran pajak dan menurut penelitian (Alexander & Palupi,2020) menyebutkan bahwa CSR berpengaruh negative terhadap manajemen laba.