DAFTAR PUSTAKA
Tatjana Anholts. 2013. Rethinking The Skyscrapers, Nederland: Architectural thesis.
Yeang, Ken. 2000. The Green Skyscraper : The Basic for Designing Sustainable Intensive Building. London : Prestel
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Prov. Sumatera Utara No. 15/03/12/Thn. XIX, 01 Maret 2016. Medan
Lippsmeier ,Georg. 1997. Bangunan Tropis Jakarta, Jakarta: Erlangga
Smith, Peter F, Architechture In a Climate of Change, a Guide to Sustainable Design, Boston: Architectural Press
Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril. 1995. Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga
Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi. 1997. Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Jakarta: Erlangga
Juwana, Jimmy S. 2005. Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. 1989. Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga
Ching, D.K. Francis. 2000. Arsitektur Bentuk Ruang Dan Tatanan. Jakarta: Erlangga.
Tentang Teori Bioklimatik. http://alandumalang.blogspot.co.id/2009/06/teori-bioklimatik-byken-yeang.html. Diakses tanggal 20 Mei 2016.
Tentang Teori Bioklimatik. https://www.scribd.com/doc/111751856/Makalah-Arsitektur-Bioklimatik. Diakses tanggal 20 Mei 2016.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi Perancangan dan Objek Perancangan
Lokasi site berada di Jl. Bandara Kuala Namu, terletak 4 KM dari Bandar Udara
Internasional Kualanamu. Bangunan yang menjadi objek perancangan adalah hotel bisnis.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis mengunakan metode sebagai
berikut :
• Penelitian Lapangan (Field Research)
Mengumpulkan data primer melalui observasi langsung terhadap site, memperhatikan
dan menganalisa kondisi tapak sebelum dilakukannya perancangan. • Studi Literatur
Pendekatan permasalahan perancangan dengan cara memahami bagian-bagian yang
berhubungan dengan kasus perancangan Hotel yaitu pemahaman akan hotel, klasifikasi
hotel, perancangan dengan konsep Arsitektur Bioklimatik. Pemahaman tersebut
merupakan pemahaman teoritis yang didapatkan dari studi literature yang
dipertanggung jawabkan bagi kelayakan.
3.3 Jenis Sumber Data
Data yang digunakan dalam perancangan ini harus dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, serta dapat memberi gambaran secara menyeluruh tentang gambaran
perancangan. Dalam perancangan ini penulis mengklasifikasikan data atas dua jenis yaitu:
• Data kuantitatif yaitu data data yang dapat diukur dalam skala numeric (angka) yang berkaitan dengan perancangan seperti luas site perancangan, lebar jalan, dll.
• Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, gambar serta tidak dapat diukur dalam skala numeric, misalnya informasi-informasi tentang
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Data Umum Lokasi Proyek
Lokasi proyek berada di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Sei Beringin. Letak
geografis kota Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : • Nama Kabupaten: Deli Serdang
• Luas : 2.808,91 km2
• Letak : 2°57’-3°16’ LU, 98°33’-99°27’ BT
• Batas – batas Site : Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka , Sebelah timur , Selatan dan Barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang.
• Iklim : tropis , suhu minimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6°C – 33,1 °C
• Kelembaban udara rata – rata : 78 – 82 % • Kecepatan angin rata – rata : 0,42 m/sec • Laju penguapan tiap bulannya : 100.6 mm
Gambar 9: Peta Peletakan Lokasi
Bandara Internasional Kualanamu
Jalan Kuala Namu, Batang Kuis. Tempat dimana site perancangan berada.
4.1.2 Lokasi Site
Lokasi site berada di Jl. Bandara Kuala Namu, terletak 4 KM dari Bandar Udara
Internasional Kualanamu.
• Kabupaten : Deli Serdang • Kecamatan : Batang Kuis • Status Proyek : Fiktif • Pemilik Proyek : Swasta • Luas Site : ± 2 ha • Kontur : Datar
• Kondisi Eksisting : Tanah kosong
4.1.3 Kondisi dan Potensi Lahan
Lahan yang berada di lokasi site memiliki potensi yang sangat baik. View sungai yang
dapat dimanfaatkan untuk perancangan, tepat berada bersebelahan dengan site. Site juga hanya
berjarak ± 40 KM dari Bandar Udara Internasional Kualanamu.
Gambar 10: Kondisi Eksisting
Lokasi site berada di Jl. Bandara Kuala Namu, terletak 4 KM dari Bandar Udara
Internasional Kualanamu, Sumatera Utara. Luas lahan site +/- 1.5 ha dengan kontur datar yang
• Sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong.
• Sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong.
• Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Bandara Kuala Namu.
• Sebelah barat berbatasan dengan sungai.
Disekitar area site terdapat proyek hotel dan business center yang berada pada berada
disebelah kanan site.
4.1.4 Peraturan
Luas lahan : ± 15000 m2 ( 1.5 ha ) • GSB pada site : 13.5 m
• KDB : 60%
o Luas area terbangun : 0,6 x 15.000 = 9.000 m2
4.1.5 Analisa Tata Guna Lahan
Gambar 11: Tata Guna Lahan
Keterangan :
Perkebunan Persero. Eksisting lahan site. Anak sungai yang berada bertepatan disebelah site
Carwash dan doorsmeer mobil. Business Center,
Hub Kualanamu.
Potensi :
• Site yang terletak dekat dengan Bandar udara Internasional Kualanamu.
Permasalahan:
• Banyaknya lahan kosong disekitar site yang hanya dijadikan perkebunan atau sekedar dengan tanaman liar dibiarkan tumbuh didalamnya.
• Bangunan permukiman liar juga tak elak terlihat disekitaran, terutama dipinggiran anak sungai.
Solusi:
• Site yang berada didekat dengan Bandara Internasional Kualanamu ini merupakan daerah yang tercakup dalam perencanaan pembangunan kota aeropolis berbasiskan
Bandara Internasional Kualanamu. Dengan ini diharapkan proyek pembangunan akan
dilaksanakan sesuai rencana tata ruang, pembangunan liar perumahan warga juga perlu
4.1.6 Intensitas Bangunan
Carwash, bangunan 1 lantai.
Gambar 12: Intensitas bangunan
Hotel pada Hub Kualanamu yang sedang dalam masa pembangunan, bangunan 8 lantai.
Restoran dan rumah
makan, bangunan 2 lantai.
4.1.7 Analisa Matahari dan Arah Angin
Gambar 13: Matahari dan Arah Angin
Daerah sekitar site yang cenderung lebih banyak tanah kosong dan perkebunan dengan
tumbuhan-tumbuhan kecil, cenderung gersang dengan sedikitnya pepohonan rindang yang ada.
Masalah:
• Sedikitnya pepohonan rindang pada sekitar site maupun sekitar Jalan Kuala Namu. • Bagian sebelah kiri site yang akan terpapar sinar matahari langsung, memberikan
dampak pada perancangan.
• Dikarenakan masih gersangnya daerah perancangan, juga iklim tropis yang cenderung panas, maka angina yang dibawa juga cenderung angin panas.
Solusi:
• Penanaman pohon rindang didalam site perancangan yang akan dapat berfungsi sebagai shading matahari, juga akan sedikit mengurangi kesan gersang disekitar site yang
berorientasi pada Jalan Kuala Namu.
• Orientasi bangunan akan terarah kepada arah utara, kepada Jalan Kuala Namu. Atau kepada arah barat, ke arah anak sungai yang berada tepat bersebelahan dengan site
perancangan. Dengan ini dapat dimanfaatkan juga view sungai untuk keuntungan
4.1.8 Pemandangan dan Orientasi
Site memiliki view keluar yang langsung menghadap kepada Jalan Bandar Udara Kuala
Namu, menghadap kearah selatan.
4.1.9 Sirkulasi Sekitar Site
Gambar 15: Sirkulasi sekitar site
4.2 Analisa Fungsional
4.2.1 Ruang
Berdasarkan data BPS dari Medan Dalam Angka 2013 , jumlah yang berkunjung ke
Sumatera Utara melewati Bandara Kualanamu seperti pada table dibawah ini:
Tahun/Bulan Bandar Udara Polonia
Pelabuhan Laut Belawan
Pelabuhan Laut
Tanjungbalai Asahan Jumlah 2009 148 193 5 075 9 891 163 159
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara
2009-Dari tabel di atas dengan menganggap jumlah wisman yang datang bersifat linear tiap
tahunnya , maka didapat nilai pertambahan jumlah wisman sebesar:
a
=(191.466−163.159) + (223.126−191.466) + (241.833−223.126) + 259.299−241.833) 4
Dapat disimpulkan bahwa, rata-rata kenaikan wisman yang berkunjung ke Sumatera
Utara melewati Bandara Kualanamu adalah sekitar 24.035 orang .Dengan menerapkan metoda
linear, berdasarkan kesimpulan kenaikan jumlah wisatawan yang bersifat linear setiap tahunnya,
maka dengan menggunakan model matematika dari metoda linear ini diperoleh proyeksi jumlah
kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara melewati Bandara Kualanamu
beberapa tahun mendatang.. Adapun model matematika dari metoda linear ini antara lain:
Tahun Jumlah Wisatawan
2009 163.159
��= ��+�� Dimana :
Pn : Jumlah wisatawan mancanegara pada tahun ke-n
Po : Jumlah wisatawan mancanegara pada tahun awal
a : Jumlah pertambahan tiap tahun
n : Jumlah tahun proyeksi
Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah wisatawan akan mencapai 297.752 orang . Dengan
mengasumsikan 70% dari wisman tersebut adalah wisman dengan tujuan berhubungan dengan
“bisnis” maka diperoleh:
70% × 297.752 = 208.426 �����/��ℎ��
Dari ratio minat wisatawan terhadap hotel bintang 3 diperoleh:
57,11
262,57× 208.426 = 45.333
45.333 orang merupakan wisatawan yang berminat untuk tinggal di hotel bintang 3 dalam
1 tahun . Jumlah wisatawan yang menginap di hotel bintang 3 per harinya adalah:
45.333
365 = 125 �����
Dengan asumsi perbandingan 60% kamar tamu hotel digunakan untuk 1 orang dan
sisanya untuk 2 orang , maka kebutuhan kamar hotel untuk tamu adalah 175 kamar.
4.2.2 Bentuk
Menerapkan analogi pada bagian manapun dari bangunan, bertujuan untuk memberikan
penampilan visual yang menarik serta dapat menjadi sebuah bangunan yang lain dari yang lain,
sehingga membuat bangunan tersebut “remarkable” oleh orang yang melihatnya. Dibawah ini
merupakan proses daripada pola berpikir pemilihan analogi dalam perancangan bangunan.
Perancangan Lokasi Bentuk Analogi
Bangunan hotel
4.3 Analisa Teknologi
4.3.1 Struktur
Sistem Struktur Sistem Struktur Pertimbangan
Struktur bagian atas (Upper
Structure)
Struktur rangka kaku Fleksibilitas dan efisiensi
ruang serta ketinggian
bangunan.
Tabel 15 : Analisa Struktur
Struktur ini merupakan struktur yang konstruksinya dikerjakan ditempat dimana
memerlukan bekisting sebagai pembentuknya. Struktur rangka kaku (rigid frame) juga
merupakan struktur yang terdiri dari elemen-elemen linier, umumnya balok dan kolom yang
saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh joints yang dapat mencegah rotasi iasme
diantara elemen struktur yang dihubungkan, dengan demikian elemen struktur menerus pada
titik hubung tersebut, seperti halnya balok menerus struktur rangka kaku adalah struktur statis
tak tentu, banyak struktur rangka kaku yang tampaknya sama dengan iasm post dan bea, tetapi
pada kenyataannya struktur rangka ini mempunyai perilaku yang sangat berbeda dengan iasm
post dan beam, hal ini karena adanya titik-titik hubungan pada rangka kaku, titik hubung ias
cukup kaku sehingga memungkinkan kemampuan untuk memikul beban lateral pada rangka,
dimana beban demikian tidak dapat bekerja pada struktur rangka yang memperoleh kestabilan
dari hubungan kaku antara kaki dengan papan horizontalnya.
4.3.2 Konstruksi
Secara umum, konstruksi atas bangunan tinggi terbuat dari konstruksi beton, konstruksi
baja, konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus . Berikut persyaratan
teknisnya:
• Konstruksi beton. Perencanaan konstruksi beton harus memenuhi standar teknis yang berlaku, seperti :
a) SNI 03–2847-1992 tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung.
b) SNI 03–3430-1994 tentang tata cara perencanaan dinding struktur pasangan blok
beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung.
c) SNI 03-1734-1989 tentang tata cara perencanaan beton dan struktur dinding
d) SNI 03–2834 -1992 tentang tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
e) SNI 03–3976-1995 tentang tata cara pengadukan dan pengecoran beton.
f) SNI 03–3449-1994 tentang tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan
dengan agregat ringan.
• Konstruksi Baja. Perencanaan konstruksi baja harus memenuhi standar yang berlaku seperti:
a) SNI 03-1729-1989 tentang tata cara perencanaan bangunan baja untuk gedung, tata
cara dan pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan konstruksi baja, tata
cara pembuatan atau perakitan konstruksi baja, tata cara pemeliharaan konstruksi
baja selama pelaksanaan konstruksi.
4.3.3 Utilitas • Air bersih
Sumber penyediaan air bersih didapat dari PAM sedangangkan distribusinya
menggunakan down feed system dengan pertimbangan perancangan mendapatkan
reservoir/tangki air diatap bangunan sehingga distribusi air dari atas ke bawah
mengandalkan gravitasi bumi.
Diagram 2 : Diagram penyediaan air bersih
• Air kotor
Air kotor berasal dari air hujan, wastafel, urinoir dan dari kitchen sink yang diolah
kembali agar dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya. Karena penggunaan air pada
bangunan hotel atau sejenisnya sangat besar, sehingga harus memikirkan cara untuk
• Kotoran padat
Kotoran padat berasal dari kloset yang ditampung STP dimana kotoran tersebut
mengalami proses kimiawi yang kemudian baru dialirkan ke roil kota.
Diagram 3 : Diagram pembuangan kotoran padat
4.4 Analisa dan Penerapan Tema
Terdapat beberapa fitur tema bioklimatik yang dapat diterapkan kedalam bangunan,
antara lain sebagai berikut:
• Pemanfaatan sinar matahari dan aliran udara alami.
Dalam perancangan kali ini, lebih ditonjolkan kepada penghematan energi
dengan pemanfaatkan cahaya sinar matahari dan arah hembusan angin.
Gambar 16 : Pemanfaatan Sinar Matahari dan Angin
Coakan pada tower bangunan dibuat demi melancarkan sirkulasi udara yang
masuk melalui void tengah bangunan yang juga berfungsi sebagai vertical garden. Juga
• Roof Garden.
Gambar 17 : Roof Garden
Roof Garden atau taman diatas atap merupakan solusi peningkatan area hijau
tanpa mengubah lahan. Roof garden dimanfaatkan seefektif mungkin sebagai
penghijauan, perputaran udara, peminimalan emisi, penanggulangan air hujan yang
berlebih tak terserap dan sebagai penghalang panas berlebih kepada bangunan.
• Vertical Garden.
Vertical garden, berfungsi untuk mengurangi kadar polusi pada sebuah ruangan
atau sebuah wilayah dan dengan adanya keberadaan taman vertical pada satu area dapat
menciptakan iklim mikro yang lebih menyejukan. Di perancangan ini sendiri
pemakaian vertical garden terletak ditengah bangunan yang menjulang dari lantai
teratas ke lantai ground bangunan demi sirkulasi udara dan cahaya matahari alami
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Pada konsep ini menyajikan konsep dasar, konsep perancangan tapak, konsep
perancangan bangunan, konsep perancangan struktur, serta konsep perencanaan utilitas.
5.1 Konsep Dasar
Konsep dasar dari perancangan ini adalah merancang sesuai dengan lintasan matahari
dan arah angina untuk meminimalkan beban AC pada bangunan (sun shading) dan
pengudaraan alami pada bangunan.
5.2 Konsep Massa
Bangunan hotel yang dirancang mengambil bentuk dari lingkaran, dan setengah
lingkaran. Dengan pertimbangan sebagai berikut:
Kriteria Bentuk Dasar Bangunan
Kesesuaian Bentuk
yang dibatasi oleh 3
sisi dan mempunyai
3 buah sudut
Orientasi Bangunan Baik, Orientasi jelas Baik, Orientasi ke
segala arah
Tidak Jelas
Efisiensi Ruang Efisien Kurang Efisien Tidak Efisien
Sistem Struktur dan
Konstruksi
Bangunan
Lebih Mudah Cukup Sulit Mudah
Kesan Yang Dicapai Baik Baik Kurang Baik
Ekonomi Bangunan Lebih Hemat Hemat Tidak Ekonomis
Bentukan awal berasal dari bentuk lingkaran yang terdapat lingkaran lebih besar lagi pada
bagian terluarnya. Bentuk ini diambil dengan pertimbangan cahaya dan arah angin site yang
dimanfaatkan untuk masuk dengan mudah kedalam bangunan. Dengan demikian, penggunaan AC
dapat diminimilasir dengan cahaya dan angin alami.
5.3 Konsep Zoning Perancangan Tapak
Gambar 19 : Zoning Perancangan Tapak
Bangunan perancagan
Vertical garden
Swimming pool
Area drop off
Area parkir
5.4 Konsep Sirkulasi Tapak
Gambar 20 : Konsep Sirkulasi Tapak
Jalur masuk mobil pribadi tamu untuk drop off / menuju basement,
-memutar untuk keluar dari site.
Keluar dari basement.
5.5 Konsep Perancangan Bangunan
5.5.1 Konsep Zoning
Gambar 21 : Konsep Zoning Lantai Ground
Publik
Semi-privat Privat
Gambar 22 : Konsep Zoning Lantai 2
Publik
Semi-privat Privat
Gambar 23 : Konsep Zoning Lantai 3
Publik
Semi-privat Privat
Gambar 24: Konsep Zoning Lantai 4
Publik
Semi-privat Privat
Gambar 25 : Konsep Zoning Lantai 5
Publik
Semi-privat Privat
Gambar 26 : Konsep Zoning Lantai 6
Publik
Semi-privat Privat
`
Gambar 27 : Konsep Zoning Lantai 7
Publik
Semi-privat Privat
5.5.2 Konsep Suasana Ruang
Gambar 28 : Suasana Ruang 1
5.5.3 Estetika Bentuk
Merancang vertical landscape sebagai penghematan energi dan efisiensi cahaya bangunan.
Gambar 30 : Perspektif 1
Upaya pendekatan kearah ekologi yang ramah lingkungan dalam setiap kegiatan manusia merupakan salah satu cara untuk mengatasi kerusakan alam, termasuk dalam rancangan bangunan (Arsitektur). Oleh karena itu, pendekatan rancangan bangunan secara ramah (eco-friendly) sangat besar
Gambar 31 : Perspektif 2
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam Eco Friendly antara lain :
• Penyesuaian lingkungan alam setempat (memerhatikan orientasi terhadap matahari, angin, perubahan suhu serta penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim).
• Menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan efisiensi penggunaan energi dengan meminimalisasi penggunaan energi untuk AC, optimalisasi pada penggunaan sumber daya energi alternatif dan energi surya.
• Memelihara lingkungan (udara, tanah dan air) dan siklus peredaran alam. Contohnya dalam kegiatan penggunaan bahan bangunan harus memperhatikan rantai pembentuk bahannya (sebaiknya daur ulang).
• Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah) dan pemakai bangunan ikut dalam pemeliharaan bangunan.
5.6 Konsep Perancangan Struktur Bangunan
5.6.1 Konsep Pencapaian
Simpang dari Medan, menuju ke daerah Jalan Kuala Namu, Batang Kuis.
Jalan Kuala Namu, Batang Kuis. Tempat dimana site perancangan berada.
Bandara Internasional Kualanamu
Gambar 33: Pencapaian Site
Lokasi site yang berada tepat didpean Jalan Bandar Udara Kuala Namu, ±40 KM dari
Bandara Internasional Kualanamu.
5.6.2 Konsep Arah Angin dan Matahari
Pada bagian utara dibuat bukaan-bukaan yang cukup banyak, sedangkan pada bagian barat dan timur digunakan fasad untuk menyaring masuknya sinar matahari kedalam bangunan. Serta penyertaan dua core bangunan pada sisi barat dan timur.
Gambar 34 : Konsep Matahari dan Angin
5.6.3 Konsep Orientasi dan View
Orientasi lebih diutamakan kearah utara dan selatan, view menghadap kearah sungai untuk beberapa ruang-ruang.
5.6.4 Penerapan Konsep Bioklimatik Pada Bangunan
Bentuk bangunan yang berbentuk lingkaran dimaksudkan agar bangunan menjadi lebih mudah dalam efisiendsi pencahayaan pengkondisian udara alami.
+++
++
++
Gambar 35: Konsep Orientasi dan View
Konsep Bangunan Ini adalah hasil dari analisa matahari dan analisa angin. Dimana bentuk denah dasar bangunan dibelah menurut arah mata angin untuk memasukkan angin kedalam balkon pada tower.
Gambar 37 : Tahap Bentukan Tower Bangunan
5.7 Konsep Dasar Struktur dan Konstruksi
Sistem struktur yang dipakai pada bangunan adalah dengan menggunakan struktur rangka kaku, rigid frame.
Gambar 38 : Struktur Bangunan
Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri atas elemen-elemen linier, umumnya balok dan kolom, yang saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh joints (titik hubung) yang dapat mencegah rotasi relatif di antara elemen struktur yang dihubungkannya. Dengan demikian, elemen struktur itu menerus pada titik hubung tersebut.
5.4.2 Konsep dan Metoda membangun dan Tahapan Pembangunan
Pembebasan lahan dan pemasangan bor pile
Setelah dilakukan studi penelitian tanah, lahan diratakan dan pemasangan bor pile dilakukan.
Basement
Untuk pengerjaan penggalian dan pengecoran basement, metoda pembangunan yang digunakan
metoda top down. Pertimbangan pemakaian sistem ini adalah karena luas basement yang hampir
mencakup seluruh lahan, adanya basement di bawah jalan dan lamanya pengerjaan proyek ini.
Podium
Struktur podium menggunakan rigid frame dari baja. Pekerjaan podium dimulai pada saat strut
telah dipasang pada bor pile dan king post (bersamaan dengan pekerjaan galian)
Tower
Tower dapat menggunakan sistim fabrikasi sesuai dengan desain. Untuk sistim fabrikasi maka
diperlukan lahan yang cukup untuk menampung bahannya, dan crane yang dapat menjangkau
bahan ke bangunan.
Finishing
BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR
6.1 Suasana Eksterior Bangunan
Gambar 39 : Eksterior 1
Gambar 41 : Eksterior 3
Gambar 43 : Eksterior 5
6.2 Suasana Interior
Gambar 45 : Interior 1
6.3 Foto Maket
Gambar 47 : Maket 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Judul
2.1.1 Definisi Hotel
• Menurut Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987, hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa
pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat
umum yang dikelola secara komersil.
• Menurut Wikipedia, hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno yang artinya tempat penampungan buat pendatang atau bisa juga “bangunan penyedia
pondokan dan makanan untuk umum.
• Menurut Endar Sri,1996:8, pengertian hotel adalah suatu bangunan yang dikelola secara komersil guna memberikan fasilitas penginapan kepada masyarakat umum dengan fasilitas
antara lain jasa penginapan, pelayanan barang bawaan, pelayanan makanan dan minuman,
penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya serta jasa pencucian
pakaian.
• Menurut Lawson, 1976:27, pengertian hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman
serta akomodasi dengan syarat pembayaran.
Dari pengertian diatas maka pengertian atau definisi hotel secara umum adalah badan usaha
akomodasi atau perusahaan yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat umum dengan
fasilitas jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman, jasa layanan kamar, serta jasa
pencucian pakaian. Fasilitas ini diperuntukan bagi mereka mereka yang bermalam di hotel
2.1.2 Definisi Bisnis
• Menurut Musselman adalah keseluruhan dari aktivitas yang diorganisir oleh orang yang tidak berurusan di dalam bidang industri dan perniagaan yang menyediakan barang dan jasa
agar terpenuhinya suatu kebutuhan dalam perbaikan kualitas hidup.
• Menurut Hooper, Pengertian Bisnis ialah keseluruhan yang lengkap pada berbagai bidang seperti industri dan penjualan, industri dasar dan industri manufaktur dan jaringan,
distribusi, perbankkan, transportasi, insuransi dan lain sebagainya; yang kemudian melayani
dan memasuki dunia bisnis secara menyeluruh.
• Peterson dan Plowman mengemukakan Pengertian Bisnis merupakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pembelian ataupun penjualan barang dan jasa yang dilakukan
secara berulang-ulang. Menurut paterson dan plowman, penjualan jasa ataupun barang yang
hanya terjadi satu kali saja bukanlah merupakan pengertian bisnis.
• menurut Owen adalah suatu perusahaan yang berhubungan dengan distribusi dan produksi barang-barang yang nantinya dijual ke pasaran ataupun memberikan harga yang sesuai pada
setiap jasanya.
• Menurut Hunt dan Urwick, Pengertian Bisnis ialah segala perusahaan apapun yang membuat, mendistribusikan ataupun menyediakan berbagai barang ataupun jasa yang
dibutuhkan oleh anggota masyarakat lainnya serta bersedia dan mampu dalam membeli atau
membayarnya.
Dari pengertian diatas maka pengertian atau definisi bisnis secara umum adalah komersial,
perdagangan atau kegiatan keuangan yang mempergunakan waktu, perhatian tenaga kerja, dan
penanaman modal demi perbaikan/kemajuan.
2.1.3 Kesimpulan Judul
Pengertian dari judul “Hotel Bisnis Kualanamu” adalah tempat akomodasi yang terletak
di Kualanamu, Batang Kuis, dimana diperuntukkan khususnya untuk para pelaku bisnis
(pedagang , pengusaha , peserta konvensi , pejabat yang melakukan dinas , dll ) dan juga
2.2 Lokasi
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
No Kriteria Pemilihan Lokasi Keterangan
1 Tinjauan terhadap arsitektur
kota
Lokasi yang dipilih berada pada jangkauan Bandar
udara Kualanamu yang menjadi titik pusat
perancangan.
2 Pencapaian Lokasi yang mudah dicapai, baik dari arah kota
maupun bandara. (Kendaraan umum, pribadi,
pejalan kaki.)
3 Area Pelayanan Lokasi memiliki area pelayanan ±1 km dari
berbagai fasilitas seperti bank, pusat perbelanjaan ,
area perdagangan , pasar, kantor, dll
4 Sarana dan Prasarana Tersedia sarana dan prasarana seperti jalan raya ,
rambu lalu lintas , dll dan jaringan utilitas seperti
jaringan PLN, PDAM, Telkom, Riol Kota, dll
5 Persyaratan lain Lokasi harus memiliki tingkat privasi yang tinggi
dan cocok digunakan sebagai tempat rekreasi.
Lokasi harus jelas kepemilikannya, terkait dengan
pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang
berlaku.
Tabel 3: Kriteria pemilihan lokasi perancangan
2.2.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi
• Luas Site : ± 2 ha • Kontur : Datar
• Kondisi Eksisting : Tanah kosong • GSB pada site : 13.5 m
2.3 Tinjauan Fungsi
2.3.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan
Pengguna kegiatan dalam “Hotel Bisnis Kualanamu” terdiri atas pengunjung,
pengelola, servis.
• Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke “Hotel Bisnis Kualanamu” yang terdiri dari pedagang, pengusaha, petugas konvensi, pejabat yang melakukan dinas
(swasta/pemerintah), dll. Tamu hotel bisnis juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
o Bepergian seorang diri atau berdua atau lebih o Menginap dalam waktu relatif singkat
o Ingin cepat menyelesaikan tugasnya , sehingga pertimbangan jarak pencapaian ke objek tujuan sependek mungkin
o Pertimbangan ekonomis dalam pengeluaran biaya merupakan hal yang utama • Rekreasi bukan merupakan objek utama.
o Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu :
o Pimpinan, terdiri dari direktur dan wakil direktur. Direktur ini dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada direktur
o Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran, keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung
• Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan pergudangan.
2.3.2 Tinjauan Hotel
Adapun pengertian, klasifikasi dan perkembangan hotel adalah: Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa latin yaitu hospitium, yang artinya ruang tamu.
Kata ini kemudian mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan guest
house dengan mansion house yang berkembang saat itu, maka prumah besar itu disebut hostel.
Hostel disewakan pada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu,
dan dikordiniir oleh seorang host.
Seiring perkembangan dan adanya tuntutan terhadap kepuasan, dimana orang tidak
menyukai peraturan yang terlalu banyak pada hostel maka kata hostel kemudian mengalami
hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987 adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyedikan jasa
pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara
komersial.
Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan
pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat
pembayaran ( Lawson, 1976:27) Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang
menyediakan kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum
(Kamus Webster)
Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan jasa
penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang diperuntukkan bagi umum dan
dikelola secara komersial.
2.3.2.1 Klasifikasi Hotel
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi terdapat pada peraturan pemerintah,
yaitu SK: Kep-22/U/VI/78 oleh Dirjen Pariwisata. Klasifikasi hotel ditinjau berdasarkan
beberapa faktor, yaitu:
1. Harga jual
Klasifikasi hotel berdasarkan system penjualan harga kamar, dimana harga kamar yang
dijual hanya harga kamar saja atau merupakan system paket yaitu:
• European plan hotel
Hotel dengan biaya untuk harga kamar saja. Keistimewaan:
o Praktis, banyak digunakan di hotel o Memudahkan system billing
o Semua system pemasaran kamar kebanyakan menggunakan system ini. • American plan hotel
Hotel dengan perencanaan biaya termasuk harga kamar dan harga makan, terbagi
dua yaitu:
• Full American Plan (fap)
Harga kamar termasuk makan tiga kali sehari(sarapan, makan siang dan makan
• Modified American Plan (MAP)
Harga kamar temasuk dua kali makan sehari yaitu:
o Kamar + makan pagi + makan siang o Kamar + makan pagi + makan malam • Kontinental plan hotel
Hotel dengan perencanaan harga kamar sudah termasuk dengan continental
breakfast.
• Bermuda plan hotel
Hotel dengan perencanaan harga kamar yang sudah termasuk dengan American
breakfast.
2. Ukuran Hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan ukuran ditentukan oleh jumlah kamar yang ada, yaitu: • Small hotel
Hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150 kamar • Medium hotel
Hotel sedang, yang terdiri dari 2 jenis, yaitu:
o Average hotel : jumlah kamar antara 150- 299 kamar o Above hotel : jumlah kamar antara 300- 600 kamar
o Large hotel : hotel besar dengan jumlah kamar minimal 600 kamar
3. Tipe Tamu Hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan asal usul dan latar belakang tamu menginap yaitu: • Family hotel
Hotel untuk tamu yang menginap bersama keluarga • Business hotel
Hotel untuk tamu berupa pengusaha • Tourist hotel
Hotel untuk tamu yang menginap berupa wisatawan, baik domestik maupun luar
negri
• Transit hotel
Hotel untuk tamu yang menginap dalam proses pengobatan atau penyembuhan
penyakit.
4. Sistem Bintang
Semakin banyak jumlah bintang suatu hotel, pelayanan yang dituntut semakin
banyak dan baik. Klasifikasi hotel berdasarkan system bintang yaitu: • Hotel bintang satu (*)
• Hotel bintang dua (**) • Hotel bintang tiga (***) • Hotel bintang empat (****) • Hotel bintang lima (*****)
Khusus untuk hotel bintang lima, terdapat tingkatan yaitu Palm, Bronze, dan diamond.
5. Lama Tamu Menginap
Klasifikasi hotel berdasarkan lamanya tamu menginap, yaitu:
• Transit hotel : hotel dengan lama tinggal tamu rata- rata semalam.
• Semi residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu lebih dari satu hari tetapi tetap dalam jangka waktu pendek, berkisar dua minggu hingga satu bulan.
• Residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu cukup lama, berkisar paling sedikit satu bulan.
6. Lokasi
Klasifikasi hotel berdasarkan lokasi yaitu:
• City hotel : hotel yang terletak dalam kota, dimana sebagian besar yang menginap melakukan kegiatan bisnis
• Urban hotel : hotel yang terletak di dekat kota • Suburb hotel : hotel yang terletak di pinggiran kota
• Resort hotel : hotel yang terletak di daerah wisata, dimana sebagian besar tamu yang menginap tidak melakukan usaha. Hotel Resort berdasarkan lokasinya dibagi atas:
o Mountain hotel : hotel yang berada di pegunungan o Beach hotel : hotel yang berada di pinngir pantai o Lake hotel : hotel yang berada di tepi danau o Hill hotel : hotel yang berada di puncak bukit
7. Aktifitas Tamu Hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan maksud kegiatan selama tamu menginap, yaitu: • Sport Hotel : Hotel yang berada pada kompleks kegiatan olahraga
• Ski Hotel : Hotel yang menyediakan area bermain ski
• Conference Hotel : Hotel yang menyediakan fasilitas lengkap untuk konferensi • Convention Hotel : Hotel sebagai bagian dari komplek kegiatan konvensi
• Pilgrim Hotel : Hotel yang sebagian tempatnya berfungsi sebagai fasilitas ibadah • Casino Hotel : Hotel yang sebagian tempatnya berfungsi untuk kegiatan berjudi. 8. Jumlah Kamar dan Persyaratannya
Berdasarkan jumlah bintang yang disandang, jumlah persyaratan kamar adan lainnya
yaitu:
• Hotel bintang satu (*) : Jumlah kamar standar, minimal 15 kamar, kamar mandi di dalam, luas kamar standar, minimum 20
• Hotel bintang dua (**) : jumlah kamar standar, minimal 20 kamar. Kamar suite, minimum 1 kamar. Kamar mandi di dalam. Luas kamar standar, minimum 22. Luas
kamar suite, minimum 44
• Hotel bintang tiga (***) : jumlah kamar standar, minimal 30 kamar. Kamar suite, minimum 2 kamar Kamar mandi di dalam. Luas kamar standar, minimum 24. Luas
kamar suite, minimum 48
• Hotel bintang empat (*****) : jumlah kamar standar, minimal 50 kamar. Kamar suite, minimum 3 kamar Kamar mandi di dalam. Luas kamar standar, minimum 24.
Luas kamar suite, minimum 48
• Hotel bintang lima (*****) : jumlah kamar standar, minimum 100 kamar
Kamar suite, minimum 4 kamar Kamar mandi di dalam. Luas kamar standar,
minimum 26. Luas kamar suite, minimum 52
Di Indonesia, klasifikasi hotel dilakukan dengan sistem bintang. Dimulai dari
bintang satu sampai bintang lima. Menurut surat keputusan Menteri Perhubungan
Indonesia No. PM 10/PW 301/ PHB-17 tentang usaha dklasan klasifikasi hotel,
ditetapkan bahwa penilaian klasifikasi hotel secara minimum didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu:
• Jumlah kamar yang tersedia • Letak atau keadaan lokasi
2.3.3 Deskripsi Perilaku
• Kegiatan pengunjung, altivitas umum yang dilakukan pengunjung adalah:
o Menginap o Konvensi o Makan/Minum
• Kegiatan pengelola, aktifitas umum yang dilakukan pengelola adalah: o Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
o Melayani kebutuhan para konsumen o Memberikan informasi singkat o Melakukan kegiatan administrasi
o Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama dengan badan lain yang bersangkutan )
o Dll
• Kegiatan servis, aktifitas umum yang diakukan adalah: o Membersihkan setiap ruangan
o Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan peralatan-peralatan yang ada didalamnya
o Mengurus loading dock o Mengurus utilitas bangunan o Menjaga keamanan
2.3.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
• Kegiatan pengunjung, altivitas umum yang dilakukan pengunjung adalah: o Menginap
o Konvensi o Makan/Minum
• Kegiatan pengelola, aktifitas umum yang dilakukan pengelola adalah: o Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
o Melakukan kegiatan administrasi
o Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama dengan badan lain yang bersangkutan )
o Dll
• Kegiatan servis, aktifitas umum yang diakukan adalah: o Membersihkan setiap ruangan
o Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan peralatan-peralatan yang ada didalamnya
2.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Tabel 5: Program ruang penzoningan hotel bangunan
Tabel 10: Program ruang penzoningan admin+ME bangunan
Tabel 11: Program ruang, total keseluruhan
2.3.4 Jenis dan Fasilitas Standar Kamar Tamu
Pada hotel, ruang tidur merupakan ruang privat yang perlu diperhatikan untuk
memenuhi tuntutan kenyamanan dan privatisasi tamu. Aspek efisiensi juga harus diperhatikan
sehingga tamu merasa betah menginap di hotel tersebut. Adapun bentuk kamar tidur pada hotel
Gambar 1: Bentuk kamar tidur pada hotel
Klasifikasi kelas kamar pada sebuah hotel adalah :
• Standard room
Jenis kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi, berisi satu tempat
tidur double (double bed) atau dua tempat tidur dan fasilitas yang tersedia di dalam
kamar tersebut berlaku umum di semua hotel • Deluxe room
Jenis kamar dengan fasilitas yang lebih dari kamar standar, misalnya dengan ukuran
kamar lebih besar dan tambahan fasilitas seperti televisi, lemari es, dll. • President suite room
Jenis kamar paling mahal dalam suatu hotel, tersedia untuk 2-3 atau lebih penghuni
mewah dan lebih lengkap dengan fasilitas tambahan seperti ruang tamu, makan, dan
dapur kecil (kithenette) seperti mini bar. Tempat tidurnya terdapat double bed, twin bed
atau bahkan single bed. Adapun fasilitas standar yang terdapat pada masing- masing
jenis kamar tersebut adalah sebagai berikut:
• Kamar mandi private (bathroom) dan perlengkapannya • Tempat tidur (jumlah dan ukurannya sesuai dengan jenis) • Lemari pakaian
• Rak untuk menyimpan koper (luggage rack) • Telepon, lampu, AC
• Radio dan Televisi
• Meja rias/ tulis (dressing table) dan kursi • Meja lampu
• Asbak, korek api, handuk, alat tulis (stationeries), dll
2.3.5 Studi Banding Arsitektur Fungsi Sejenis
Santika Dyandra Medan
Gambar 2: Santika Dyandra Medan
Terletak di Medan, Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention - Medan hanya
beberapa menit dari Sun Plaza dan Shri Mariaman. Hotel bintang 4 ini terletak di dekat Vihara
Borobudur dan Medan Mall. Dilengkapi oleh 324 kamar yang ber-AC, dengan lemari es dan
minibar, televisi LCD dengan pemrograman kabel memberikan hiburan, akses Internet nirkabel
• Fasilitas
Gambar 3: Swimming Pool Santika Dyandra
Bersantai di spa dengan layanan lengkap, di mana dapat menikmati pijat, perawatan
tubuh, dan perawatan wajah. Kolam renang dan pusat kebugaran juga tersedia. Hotel ini juga
menyediakan akses Internet nirkabel gratis, layanan concierge, dan layanan pernikahan.
Mendapatkan ke tempat-tempat wisata sangat mudah dengan antar-jemput daerah (biaya
tambahan).
• Dining
Gambar 4: Restoran Santika Dyandra
Memuaskan selera di restoran hotel, menyajikan sarapan, makan siang, dan makan
malam. Makan juga tersedia di sebuah kedai kopi / kafe, dan layanan kamar 24-jam.
• Bisnis, Fasilitas Lainnya
Gambar 5: Ruangan Serba Guna Santika Dyandra
Fasilitas pilihan mencakup pusat bisnis 24 jam, koran gratis di lobi, dan layanan laundry
/ dry cleaning. Fasilitas acara di hotel ini terdiri atas pusat konferensi dan ruang rapat.
Antar-jemput dari bandara ke hotel disediakan dengan biaya tambahan pada waktu yang dijadwalkan,
dan parkir sendiri gratis tersedia di tempat.
2.4 Elaborasi Tema
2.4.1 Pengertian
Adapun keluaran dari penelitian perancangan “Hotel Bisnis Kualanamu” ini adalah
dengan pendekatan arsitektur bioklimatik, yaitu suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek
untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk
arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim daerah tersebut. Pendekatan desain
arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalan sebagai salah satu tipe desain
arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan energi saat pengoperasian bangunan
yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-arsitektur, maka tujuan dari arsitektur
bioklimatik juga menghadirkan bangunan yang ramah lingkungan, diantaranya turut berperan
serta dalam meredam efek rumah kacapada lingkungan urban, misalnya melalui upaya
pengurangan produksi gas CO2 dan CFC ke atmosfer.
Populasi penduduk Indonesia menempati urutan ke-4 setelah Cina, India, dan Amerika
Serikat. Padatnya populasi masyarakat Indonesia menjadi beban pemerintah untuk
menyediakan pangan dan energi yang memadai. Pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun
2006 adalah 1,6 % pertahun dan sekarang ini populasi penduduk Indonesia mencapai 220 juta
jiwa. Maka pemakaian energi di Indonesia juga akan sangat besar. Untuk itu perlu adanya
kebijakan pemerintah dalam mengatur program pembangunan berkelanjutan. Sehingga
berkelanjutan khususnya dalam bidang arsitektur adalah bagaimana menciptakan suatu
rancangan bangunan yang hemat energi. Penerapan dalam bidang arsitektur hemat energi ini
harus diawali di kota-kota besar Indonesia, khususnya Kota Medan. Kota Medan merupakan
kota metropolitan terbesar ke-3 di Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 2 juta jiwa
dengan angka pastinya 1.993.602 jiwa. Konsentrasi penduduk yang padat pastinya
menciptakan tata bangunan yang padat seperti perumahan, perkantoran, daerah komersial.
Suatu perkotaan yang padat seperti Kota Medan pasti menimbulkan masalah dalam
menyediakan energi untuk warganya. Dewasa ini Kota Medan telah mengalami krisis energi
listrik. Hampir setiap hari masyarakat Kota Medan harus mengalami pemutusan aliran listrik
secara bergilir.
Arsitektur hemat energi merupakan solusi yang dapat dipakai untuk jangka pendek dan
jangka panjang yang berkelanjutan. Salah satu arsitektur yang berorientasi pada penghematan
energi adalah Arsitektur Bioklimatik. Berikut adalah pengertian dari tema Arsitektur
Bioklimatik:
• Bio : Iklim alam • Klimatik : Pengaruh
Jadi, bioklimatik adalah style dalam bidang Arsitektur yang bentuknya dibentuk dengan
sengaja, mempergunakan teknik dengan tenaga rendah yang pasif agar dapat berinteraksi
positif dengan iklim dan sesuai dengan data meteorologi, menggunakan tenaga yang rendah,
namun memiliki kualitas bangunan yang baik.
Pengertian Arsitektur : Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, “Arsitektur adalah
ilmu dan seni merancang bangunan,kumpulan bangunan dan struktur lain yang
fungsional,terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika” (Ensiklopedia Nasional
Indonesia, 1990).
Pengertian Bioklimatik : diambil dari bahasa asing Bioclimatology. Menurut Yeang
Kenneth, “ Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life,particulary
the effect of climate on the health and activity of living things” Yang artinya adalah, ilmu yang
mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan terutama efek dari iklim pada kesehatan
Yeang juga mengatakan bahwa penggunaan tehnik hemat energi yang berhubungan
dengan iklim setempat dan data meteorolgi, hasilnya adalah bangunan yang berinteraksi
dengan lingkungan,dalam penjelmaan dan operasinya serta penampilan berkualitas tinggi.
2.4.2 Perkembangan Arsitektur Bioklimatik
Perkembangan arsitektur bioklimatik berawal dari tahun 1960-an. Arsitektur
bioklimatik merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik
merupakan pencerminan kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang terkenal dengan arsitektur
yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa di dalam seni
membangun tidak hanya efesiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga ketenangan
,keselarasan,kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan yang sesuai dengan bangunannya
, Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya yaitu penyesuaian terhadap keadan alam dan
lingkungan, penguasaan secara fungsional ,dan kematangan dalam pengolahan serta pemilihan
bentuk, bahan, dan struktur.
Akhirnya dari Frank Lioyd Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lainseperti
Victor Olgay pada tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur bioklimatik. Setelah
tahun1990-an Kenneth Yeang mulai menerapkan arsitektur bioklimatik pada bangunan tinggi
bioklimatik yang memenangkan penghargan Aga Khan award tahun 1996 dan Arcasia Award
pada tahun 1996 .
2.4.3 Teori Bioklimatik
Ada beberapa teori mengenai arsitektur bioklimatik yang pada dasarnya teori yang
dipaparkan memiliki banyak kesamaan tentang arsitektur bioklimatik. Salah satu teorinya
seperti yang dikemukan oleh seorang pionir lahirnya arsitektur bioklimatik, Kenneth Yeang.
“What is the justification for designing with climate? Designing the tall building to take
advantage of the meteorological data of the location inevitably means some physical and
economic departure from the criteria outlined above. For instance, sun shading increases the
thickness of the external wall; external lift cores may be less efficient than a central-core
layout. What justification might we have for this departure, besides, of course, reasons of
architectural aesthetics?.”
Kenneth Yeang, merancang bangunan tingkat tinggi dengan pendekatan iklim yang
mengambil keuntungan dari data meteorologika secara fisika dan ekonomi adalah dasar
dibuat lebih tebal, penempatan core lift yang terpusat dinilai lebih efisien dari penempatan core
luar.
Teori bioklimatik dalam pandangan Yeang dengan menanggapi lingkungan secara
esensial adalah bagaimana strategi merancang dengan merespon lingkungan secara luas.
Pendekatan bioklimatik pada dasarnya memiliki dua penilaian, pertama adalah menciptakan
kenyamanan dalam bangunan secara pasif, dan kedua adalah penggunaan energi yang rendah.
Hemat energi merupakan suatu langkah bijak untuk menghemat keuangan.
2.4.4 Prinsip-Prinsip Bioklimatik Menurut Kenneth Yeang
2.4.4.1 Ekologi
“A further justification is ecological. Designing with climate would result in a reduction of the
overall energy consumption of the building by the use of passive (non-mechanical) structural
devices. Savings in operational costs derive from less use of electrical energy which is usually
derived from the burning of non-renewable fossil fuels. The lowering of energy consumption
would further reduce overall emission of waste heat, thereby cutting the overall heat-island
effect on the locality.”
Ekologi menjadi dasar pertimbangan teori bioklimatik yang dikemukan oleh Yeang.
Menurut Yeang, merancang bangunan dengan pendekatan iklim akan mengurangi konsumsi
energi pada bangunan dengan menggunakan struktur pasif (non-mekanik). Menciptakan
bangunan hemat energi dengan pemakaian energi listrik yang lebih sedikit selanjutnya akan
mengurangi pembakaran bahan bakar fosil dan dapat menurangi akumulasi peningkatan suhu
bumi. Adapun prinsip-prinsip bioklimatik secara ekologi adalah sebagai berikut:
• Penempatan Core
“Service core position is of central importance in the design of the tall building. The service
core not only has structural ramifications, it also affects the thermal performance of the
building and its views, and it determines which parts of the peripheral walls will become
openings and which parts will comprise external walls. Core positions can be classified into
three types: central core, double core and single-sided core. In the tropics, cores should
preferably be located on the hot east and west sides of the building. A double core has many
benefits. With both cores on the hot sides, they provide buffer zones, insulating internal
double-core configuration in which the window openings run north and south, and the cores
are placed on the east and west sides. The same considerations apply in temperate zones.”
Menurut Yeang posisi sevis core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat
tinggi. Servis core bukan hanya sebagai bagian struktur, tapi juga mempengaruhi
kenyamanan termal. Posisi core diklasifikasikan dalam tiga bentuk yaitu: core terpusat
(central core), core ganda (double core), core tunggal yang terletak di sisi bangunan
(single-sided core), dan core sisi timur dan barat (east and west sides). Core ganda memiliki banyak
keuntungan, dengan memakai dua core dapat dijadikan sebagai penghalang panas yang
masuk ke dalam bangunan. Penelitian harus menunjukkan penggunaan pengkondisian udara
secara minimum dari penempatan sevis core ganda yang tampilan jendela menghadap Utara
dan Selatan, dan core ditempatkanpada sisi Timur dan Barat. Penerapan ini juga bisa
diterapkan pada daerah beriklim sejuk.
Gambar 6: Peletakan Core
Penjelasan di atas merupakan teori peletakan servis core yang umum dipakai pada
bangunan bertingkat tinggi. Akan tetapi yang menjadi bahasan pokok adalah bagaimana
sebenarnya peletakan service core menurut konsep arsitektur bioklimatik? Menurut Yeang
peletakan servis core adalah bagaimana caranya agar servis core tidak hanya berfungsi
sebagai struktur pendukung bangunan tetapi juga sebagai ruang penetralisir panas. Sebagi
contoh pada bangunan Menara Mesiniaga, peletakan sevis corenya ditarik ke arah Utara agar
menciptakan ruang kerja yang lebih leluasa dan gang untuk sirkulasi yang lebih sedikit.
Selain itu menurut Yeang, menempatkan inti bangunan (service core) tangga, lift, toliet dan
mekanikal, elektrikal dan plumbing-di sisi yang paling banyak menerima sengatan matahari
yakni timur gedung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menempatkan servis core pada arah
lintasan matahari adalah salah satu pendekatan Yeang dalam perancangan bangunan
• Menentukan Orientasi
“Tall buildings are exposed to the full impact of external temperatures and radiant heat.
Accordingly, the overall building orientation has an important bearing on energy
conservation. In general, arranging the building with its main and broader openings facing
north and south gives the greatest advantages in reducing insolation (and the resulting
air-conditioning load). It frequently happens that the geometry of the site does not coincide
with sunpath geometry. In these cases, the other built elements may, if expedient for
planning purposes, follow the site geometry (for example, to optimise basement
car-parking layouts). Typical floor window openings should generally face the direction of least
insolation (north and south in the tropics). Corner-shading adjustments or shaping may
need to be done for sites further north or south of the tropics or for non conformity of the
building plan to the solar path.”
Bangunan bertingkat tinggi mendapatkan penyinaran matahari secara penuh dan radiasi
panas. Orientasi bangunan sangat penting untuk menciptakan konservasi energi. Secara
umum, susunan bangunan dengan bukaan yang menghadap utara dan selatan memberikan
keuntungan dalam mengurangi insulasi panas.
Orientasi bangunan yang terbaik adalah dengan meletakkan luas permukaan bangunan
terkecil menghadap timur-barat memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau pada
emperan terbuka. Kemudian Untuk daerah tropis, peletakan core lebih disenangi pada poros
timur-barat. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan daerah buffer dan dapat menghemat
AC dalam bangunan.
• Menentukan Bukaan Jendela
“Generally, window openings should orientate north and south unless important views
require other orientations. If required for aesthetic reasons, curtain walling may be used
on non solar-facing facades. On other faces of the building some form of solar shading is
required, while the quality of light entering spaces should also be considered. In temperate
zones, transitional spaces can have adjustable glazing at the other face so that balconies
or recesses can act as 'sun spaces', collecting solar heat, like a greenhouse or
Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat penting untuk
mendapatkan orientasi pandangan. Jika memperhatikan alasan aesthetic, curtain wall bisa
digunakan pada fasad bangunan yang tidak menghadap matahari. Pada daerah iklim sejuk,
ruang transisional bisa menggunakan kaca pada bagian fasad yang lain maka teras bisa
berfungsi sebagai ‘ruang sinar matahari’, berkumpulnya panas matahari, seperti rumah
kaca.
Menggunakan kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dan menggunakan
kaca dengan sistem Matricial Bioclimatic Window (MBW). MBW didesai sebagai sistem
elemen dengan fungsi yang dikhususkan untuk ventilasi, perlindungan tata surya,
penerangan alami, area visualisasi dan kebebasan pribadi serta mengatur sistem di luar yang
aktif.
• Penggunaan Balkon
“Deep recesses may provide shade on the building's hot sides. A window can be totally
recessed to form a balcony or a small skycourt that can serve a number of functions besides
shading. Placing balconies on hot elevations permits glazing to these areas to be full-height
clear panels. These can give access to the balcony spaces which can serve as evacuation
spaces, as large terraces for planting and landscaping, and as flexible zones for the
addition of future facilities.”
Menurut Yeang penempatan teras pada bagian dengan tingkat panas yang tinggi
dapat mengurangi penggunaan panel-panel anti-panas. Hal ini dapat memberikan akses ke
teras yang dapat juga digunakan sebagai area evakuasi jika terjadi bencana seperti
kebakaran. Menempatkan balkon akan membuat area tersebut menjadi bersih dari
panel-panel sehingga mengurangi sisi panas yang menggunakan kaca. Karena adanya teras-teras
yang lebar akan mudah membuat taman dan menanam tanaman yang dapat dijadikan
pembayang sinar yang alami, dan sebagai daerah yang fleksibel akan mudah untuk
menambah fasilitas-fasilitas yang akan tercipta dimasa yang akan datang.
• Membuat Ruang Transisional
“Large multi-storey transitional spaces might be introduced in the central and
peripheral parts of the building as air spaces and atriums. These serve as 'in-between'
zones located between the interior and the exterior. They should function like the
houses of the tropics. Atriums should not be totally enclosed but should be placed in this
in-between space. Their tops could be shielded by a louvered roof to encourage wind-flow
through the inner arcas of the building. These may also be designed to function as wind
scoops to control natural ventilation to the inner parts of the building.”
Ruang transisional dapat diletakkan di tengah dan sekeliling sisi bangunan sebagai
ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantara antara ruang dalam dan
ruang luar bangunan. Ruang-ruang ini bisa menjadi koridor luar seperti rumah-rumah toko
tua pada awal abad sembilan belas di daerah tropis. Atrium sebaiknya tertutup, tetapi
diletakkan diantara ruangan. Puncak bangunan seharusnya dilindungi oleh siri-sirip atap
yang mendorong angin masuk ke dalam bangunan. Hal ini juga bisa didesain sebagai fungsi
wind scoops untuk mengendalikan pengudaraan alamiyang masuk ke dalam bagian
gedung.
• Desain Pada Dinding
“External walls should be regarded as permeable, environmentally interactive membranes
with adjustable openings (rather than as a sealed skin). In temperate climates the external
wall has to serve very cold winters and hot summers. In this case, the external wall should
be filter-like, with variable parts that provide good insulation but are openable in warm
periods. In the tropics the external wall should have moveable parts that control and enable
good cross-ventilation for internal comfort, provide solar protection, regulate wind-driven
rain, besides facilitating rapid discharge of heavy rainfall.”
Penggunaan membran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan dapat
dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus dapat menahan
dinginnya musim dingin dan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding luar harus
seperti pelindung, dengan bagian yang variable yang menyediakan insulasi yang bagus
tetapi harus dapat dibuka pada musim kemarau.
Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross
ventilation untuk kenyamanan dalam.
• Hubungan Pada Landscape
“The ground floor in the tropics should preferably be open to the outside and naturally
ventilated. The relationship of the ground floor to the street is also important. The
Freestanding fortress-like buildings also tend to separate the building from the pavement,
further alienating the street. Free-standing buildings become isolated on their plots.
Planting and landscaping should be used not only for their ecological and aesthetic
benefits, but also to cool buildings. Planting should be introduced as vertical landscaping
to faces and inner courts of upper parts of tall buildings. Plants absorb carbon dioxide and
generate oxygen, benefiting the building and its surroundings.”
Menurut Yeang, lantai dasar bangunan daerah tropis seharusnya lebih terbuka ke luar
dan menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga
penting. Fungsi atrium dalam ruangan pada lantai dasar bisa mengurangi tingkat kepadatan
jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan
aestetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk.
Mengintegrasikan antara elemen biotik tanaman dengan eleman abiotik, yaitu
bangunan. Hali ini dapat memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses
penyerapan O2 dan pelepasan CO2.
• Menggunakan Alat Pembayang Pasif
“Solar shading is essential for all glazed walls facing the sun (generally east and west
in the tropics). A number of configurations of passive devices can be used (fins, spandrels,
egg-crates, etc.), depending on facade orientation. Shading blocks insolation in summer
and prevents heat penetration of the building all year round in the tropics and in summer
in temperate zones. Cross ventilation should be used (even in air-conditioned spaces, to
cope with system breakdowns), letting fresh air in and exhausting hot room air. Good air
movement promotes heat emission from the human body surface and gives a feeling of
comfort. Skycourts, balconies, and atriums as open spaces and transitional spaces at the
upper parts of the tall building encourage wind flow into internal spaces. Side vents
operating as wind scoops located at the edges of the facade capture wind and make the
best use of the high wind speeds found at upper levels. Wind can be channelled into ceiling
plenums to ventilate inner spaces.”
Pembayangan sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada dinding yang
menghadap matahari secara langsung (pada daerah tropis berada di sisi timur dan barat).
Sedangkan cross ventilation seharusnya digunakan (bahkan di ruang ber-ac) meningkatkan
• Penyekat Pada Lantai
“Good thermal insulation of the building skin reduces heat transfer, both from solar gain
and loss of coolness from the inside. A second skin (a rain wall) can be built over the inner
wall with an air gap in between. Structural building mass may be used to store heat. The
mass loses heat during the night and keeps internal spaces cool during the day. In
temperate climates, structural and building mass can absorb solar heat during the day and
release it at night. A water-spray system on hot facades promotes evaporation and
therefore cooling. In temperate climates, solar windows or a solar-collector wall can be
located on the outer face of the building to collect the sun's heat.”
Insulator panas yang baik pada kulit bangunan dapat mengurangi pertukaran panas yang
terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan. Karakteristik thermal
insulation adalah secara utama ditentukan oleh komposisinya. Dengan alasan tersebut maka
thermal insulation dibagi menjadi lima bagian utama, walaupun banyak insulator yang
utama merupakan turunan produk jenis-jenis ini. Lima jenis utama adalah:
o Flake (serpihan) o Fibrous (berserabut) o Granular (butiran-butiran)
Flake insulation tersusun oleh partikel-partikel kecil atau serpihan yang tersebar di
udara. Serpihan serpihan ini bisa atau tidak terikat bersama serpihan yang lain. Fibrous
insulation tersusun oleh serat-serat berdiameter kecil yang tersebar di udara. Serat-serat ini
bisa terdiri dari organik maupun anorganik dan bisa atau tidak saling terikat. Serat organik
bisa dari rambut, kayu, atau sintetis. Serat anorganik bisa kaca, benang wol keras, ampas
benang wol, alumina silika, asbestos, atau karbon.
Granular insulation terdiri oleh butiran-butiran kecil yang berongga. Hal ini tidak
dimaksudkan pada material sel sejati sejak gas bisa dipindahkan antara ruang individual.
Materialnya bisa magnesia, kalsium silikat, diatomaceous bumi, dan vegetable cork.
Cellular insulation terdiri dari sel individu yang kecil terpisah dari yang lainnya. Dihasilkan
pada kaca, karet, dan plastik. Reflective insulation terdiri dari lembaran paralel yang tipis
atau foil. Pemantulan suhu panas yang tinggi dan memantulkan radiasi panas pada
sumbernya.